Oleh:
Nur Mahbubah
NIM. 15210683
Oleh:
Nur Mahbubah
NIM. 15210683
Pembimbing
ALL IS WELL
“Tak ada masalah yang cocok untuk seorang hamba yang dipenuhi dengan
CINTA”
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta;
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah sang Maha Pencipta yang telah
memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga kita masih bisa hidup dalam
keadaan yang penuh berkah.
1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, Rektor Instiitut Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ) Jakarta beserta seluruh jajarannya yang telah berjasa
dalam kemajuan perguruan tinggi ini.
2. Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc, MA sebagai dekan Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah yang telah memberikan kemudahan dan
semangat untuk mahasiswinya.
3. Ali Mursyid, MA. dosen pembimbing yang luar biasa sabar dan
perhatian, yang memberikan banyak waktu, pikiran, tenaga dan
semangat untuk penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
vi
4. Bapak dan Ibu dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang
telah mendidik dan membimbing penulis serta mengajarkan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat.
5. Staf Fakultas Ushuluddin terima kasih atas semua waktu, semangat
dorongan dan motivasinya. Dan juga kepada Staf perpustakaan IIQ
Jakarta.
6. Ucapan terimakasih kepada Instruktur Tahfidz Ibu Hj.Muthmainnah,
Ibu Arbiyah, dan Ibu Istiqomah terimakasih atas waktu dan motivasi
luar biasa kepada penulis untuk lebih dekat dengan Al-Qur‟an.
7. Terimkasih kepada kedua orang tua yang tercinta Bapak Saiful Jinan
dan Ibu Siti Nur Halimah, beliaulah cahaya kehidupan yang tak
pernah lupa melafadzkan nama penulis di dalam do‟a-do‟anya.
Terima kasih atas setiap tetesan peluh dan keringat yang tak akan
bisa terbalas dengan hal apapun. Dari keduanya penulis belajar kuat-
dan sabar dalam keadaan apapun. Semoga Allah memberikan
kesehatan, kebahagiaan, perlindungan dan keselamatan dunia dan
akhirat kepada kedua cahaya kehidupan penulis. Aamiin.
8. Terimakasih kepada kakak kelas tercinta, mbak Isyroqotun
Nashoiha, sebagai inspirator penulis dalam menemukan ide
penelitian ini, semoga Allah membalas kebaikannya dengan sebaik-
baiknya balasan.
9. Terimakasih kepada Achmad Chasani, sahabat rantau yang sudah
membantu penulis hingga mempermudah jalannya wawancara dan
observasi dalam penelitian ini.
10. Terimakasih kepada Aisyah Zuhdi, Ni‟matillah Arifin, Yasirotul
Umuri, Siti Khalidah, dan Fatimatuzzahro yang tetap setia dan
menemani penulis hingga pada titik ujung yakni tugas akhir
perkuliahan ini.
vii
11. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan kebaiakan
yang berlipat ganda. Aamiin.
Penyusun
Nur Mahbubah
viii
DAFTAR ISI
MOTTO ........................................................................................ iv
PERSEMBAHAN ......................................................................... v
BAB I: PENDAHULUAN
ix
BAB II: MADZÂHIB AT-TAFSÎR DAN TOLERANSI
A. Madzâhib at-Tafsîr
1. Pengertian Madzâhib at-Tafsîr .....................................
2. Katagorisasi Madzhab at-Tafsîr ..................................
3. Signifikiansi Kajian Madzâhib at-Tafsîr ......................
4. Faktor-faktor Munculnya madzhab-madzhab tafsir ....
B. Toleransi
1. Pengertian Toleransi....................................................
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Toleransi ............
3. Toleransi Sepanjang Sejarah Islam .............................
4. Toleransi di Indonesia .................................................
5. Ayat-Ayat tentang Toleransi .......................................
6. Hadis-Hadis tentang Toleransi ....................................
7. Indikator Toleransi ......................................................
x
institut PTIQ Jakarta ................................................
4. Struktur organisasi pimpinan institut
PTIQ jakarta ............................................................
5. Profil fakultas Ushuluddin .......................................
C. Profil STKQ al-Hikam Depok ........................................
1. Mata Kuliah Madzâhib at-Tafsîr .............................
2. Sejarah berdirinya STKQ Al-Hikam .......................
3. Visi, misi, dan Tujuan STKQ Al-Hikam .................
4. Struktur Kurikulum STKQ Al-Hikam .....................
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................
B. Saran .................................................................................
xi
ABSTRAK
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi ini berpedoman pada buku penulisan skripsi, tesis, dan disertasi
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta tahun 2017. Transliterasi Arab-Latin
mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
No. Arab Latin No. Arab Latin
1.
ا A 16.
ط Th
2.
ب B 17.
ظ Zh
3.
ت T 18.
ع „
4.
ث Ts 19.
غ Gh
5.
ج J 20.
ؼ F
6.
ح H 21.
ؽ Q
7.
خ Kh 22.
ؾ K
8.
د D 23.
ؿ L
9.
ذ Dz 24.
ـ M
10.
ر R 25.
ف N
11.
ز Z 26.
ك W
xiii
12.
س S 27.
ق H
13.
ش Sy 28.
ء ,
14.
ص Sh 29.
م Y
15.
ض Dh
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal panjang Vokal Rangkap
Dhammah :u ك :ȗ
3. Kata Sandang
xiv
Kata sandang yang diikuti alif lam ()اؿ syamsiah
c. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah (Tasydȋd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
xv
اى ٍْلى ًام ىعةيْا ًإل ٍس ىَل ًميىْةي : al-Jȃmi’ah al-Islȃmiyyah
ْاصبى ًة
ً ع ًاملىةهْالنى
ى : „Ȃmilatun Nȃshibah.
e. Huruf Kapital
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sja’roni, “Madzahibut Tafsir Dalam Perspektif Studi Al-Qur’an”,
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/pwahana/article/download/1816/1343/,
diakses tanggal 22 Juni 2019
1
2
2
Abdul Mustaqim, Aliran-Aliran Tafsir, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005), Cet.
Ke-1, h. 1
3
3
Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an Studi Aliran-aliran Tafsir
dari Periode Klasik, Pertengahan hingga Modern-Kontemporer (Yogyakarta: Idea Press,
2016) cet. 2, hal: 1-3
4
Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an Studi Aliran-aliran Tafsir
dari Periode Klasik, Pertengahan hingga Modern-Kontemporer, cet. 2, hal. 5
4
5
https://bogor.tribunnews.com/amp/2018/12/31/niat-meluruskan-video-cara-
wudhu-sandiaga-uno-gus-nadir-disindir-soal-kesaksian-ustaz-yusuf-mansur?page=all,
diakses tanggal 8 Agustus 2019
6
bahwa air musta’mal adalah air sedikit yang telah digunakan untuk
mengangkat hadats dalam berwudhu dan mandi besar. Termasuk juga
dalam air musta’mal dalam pandangan Imam Syafi’i air mandinya
orang muallaf, mandinya mayit dan mandinya orang yang sembuh
dari gila, air tersebut baru digolongkan dikatakan musta’mal jika
sudah terlepas dan menetes dari tubuh manusia6.
Kemudian kasus mengenai tuduhan terhadap Quraish Shihab
yang dituduh sebagai orang yang bermadzhab Syiah hanya karena
mengutip Tafsîr al-Mîzân karya Muhammad Hussein Thabathaba’i
dalam tafsirnya, misal Jonru Ginting menuding Quraish Shihab orang
syi’ah dan sesat lantaran mengomentari pernyataan mantan menteri
agama tersebut dalam tayangan Tafsîr al-Misbâh yang disiarkan
metro TV pada edisi Sabtu tanggal 12 Juli 2019. Jonru berani
menggugat pendapat mufassir terkemuka ini karena menyebut bahwa
Nabi Muhammad saw. tidak mendapat jaminan tempat di surga. Dan
Jonru pun menyatakan bahwa dia bukanlah orang pertama yang
menyatakan bahwa Quraish Shihab adalah orang Syi’ah dan sesat.7
Sedangkan Nadirsyah Hosen sangat membantah tudingan
Jonru Ginting, menurutnya kekaguman Quraish Shihab terhadap
karya Thabathaba’i itu sudah sejak dulu. Itu sebabnya kitab Tafsîr al-
Misbâh banyak mengutip Tafsîr al-Mîzân, alasan kedua Quraish
Shihab pun tidak hanya merujuk pada Tafsîr al-Mîzân, tetapi juga
merujuk pada tafsir lain semisal Tafsîr al-Wasith karya Sayid
Thantawi dan juga kitab tafsir klasik semisal Tafsîr al-Qurtubi.
6
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/harislana/5c2ad85867
7ffb2d4e58d6b9/sandiaga-uno-air-musta-mal-dan-wudhu, diakses tanggal 9 Agustus 2019
7
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/n8sjii, diakses tanggal 8
Agustus 2019
7
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari judul yang telah dipaparkan oleh penulis dapat
ditemukan beberapa masalah yang patut untuk dibahas. Diantara
masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
Pertama, dari data yang menyebutkan bahwa terjadi
banyak perpecahan dikarenakan adanya perbedaan memahami
tafsir Al-Qur’an, sehingga banyak yang saling mengkafirkan jika
tidak mempunyai pendapat atau pemikiran yang sama.
Kedua, Sekarang ini di media umum dan media sosial,
muncul perkembangan sikap beragama yang kurang toleran,
dimana banyak tokoh atau pihak yag dituduh kurang benar hanya
8
https://www.nu.or.id/post/read/74905/habib-prof-quraish-shihab-dan-tafsir-al-
mizan-syiah, diakses tanggal 8 Agustus 2019
8
2. Pembatasan Masalah
Dari permasalahan-permasalahan yang tercantum dalam
identifikasi masalah, penulis melihat perlu melakukan
pembatasan masalah. Hal ini dilakukan agar permasalahan
penelitian tidak minimbulkan kerancuan, maka permasalahan
penelitian ini adalah tentang “Pengaruh Mata Kuliah Madzâhib
at-Tafsîr terhadap Pemahaman dan Sikap Toleran Mahasiswa
IAT di tiga perguruan tinggi Islam, yaitu Institut Ilmu Al-Qur’an
(IIQ) Jakarta, PTIQ Jakarta dan Sekolah Tinggi Kulliyatul
Qur’an (STKQ) Al-Hikam Depok”.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di dalam latar belakang masalah di
atas, permasalahan-permasalahan yang akan diangkat dalam
9
2. Kegunaan penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini sebagai media sumbangsih dari peneliti
untuk memperkaya khazanah keilmuan dan pemikiran
keislaman dalam bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,
khususnya dalam ranah studi kasus dan untuk dijadikan
bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini ditujukan untuk menambah wawasan,
pemikiran dan motivasi kepada peneliti dan para pelajar
pada khususnya, tentang pentingnya mempelajari mata
kuliah Madzâhib at-Tafsîr dalam hidup untuk saling
bertoleransi terhadap siapapun.
10
D. Tinjauan pustaka
Tinjauan kepustakaan adalah suatu tinjauan yang
menjelaskan dan mengkaji buku-buku, karya-karya, pemikiran-
pemikiran dan penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan
pembahasan skripsi. Tema mengenai Madzâhib at-Tafsîr bukanlah
bahasan yang baru dalam dunia pengetahuan, tema ini sering
menjadi bahan penelitian di dunia akademik, akan tetapi untuk
membahas mengenai pengaruh mata kuliah Madzâhib at-Tafsîr
terhadap pemahaman dan sikap toleran mahasiswa IAT di IIQ
Jakarta, PTIQ Jakarta dan Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an
(STKQ) Al-Hikam Depok, penulis tidak menemukan penelitian
yang sama. Baik penelitian di perguruan tinggi lain, maupun di IIQ
(Institut Ilmu Al-Qur’an) Jakarta sendiri. Terlihat ada beberapa
skripsi yang hampir sama mengenai tema ini. Misalnya skripsi milik
Muamar Maulana yang berjudul “Konsep Toleransi Antar-Madzhab
dalam Risalah Amman” tahun 2006, skripsi ini membahas
bagaimana sejarah terbentuknya risalah Amman dan esensi dari
risalah tersebut serta konsep toleransi antar madzhab dalam risalah
tersebut, sehingga persamaan dengan skripsi ini adalah mengenai
tentang hubungan toleransi dengan adanya berbagai madzhab.
Juga skripsi milik Dadang Syarif al-Huda yang berjudul
“Madzhab-Madzhab Tafsir” yang merupakan skripsi di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2017. Skripsi ini fokus membahas
tentang beragamnya Madzâhib at-Tafsîr. Perbedaan dengan skripsi
ini adalah penulis lebih meneliti pada pengaruh mata kuliah
Madzâhib at-Tafsîr terhadap pemahaman dan sikap toleran,
sedangkan skripsi milik Dadang hanya menjelaskan aneka ragam
madzhab yang ada.
11
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
2. Sumber data
11
Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1992), hal. 209
14
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Alfabeta:
Bandung, 2012), hal. 145
15
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1998) cet. 11, Hal.232
14
Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), cet. 1, hal
96
16
di tiga perguruan Islam yaitu IIQ Jakarta, PTIQ Jakarta dan Sekolah
Tinggi Kulliyatul Qur’an (STKQ) Al-Hikam Depok.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan penulis, dapat
disimpulkan bahwa mata kuliah Madzâhib at-Tafsîr mempengaruhi
pemahaman dan sikap toleran mahasiswa IAT di IIQ Jakarta, PTIQ
Jakarta, dan STKQ al-Hikam. Hal ini diperkuat oleh pengakuan
semua narasumber yang mengatakan merasa lebih terbuka dan
toleran setelah mempelajari mata kuliah ini. Namun penulis juga
menyimpulkan bahwa latar belakang awal narasumber juga sangat
mempengaruhi pemahaman dan sikap toleran, jika mahasiswa
berangkat dari keluarga yang kurang toleran atau pemahaman yang
sempit, maka setelah mempelajari mata kuliah ini pemahamannya
mulai terbuka dan mulai menerima pemahaman dan banyaknya
perbedaan terkhusus dalam madzhab tafsir meskipun tidak bisa
berpengaruh 100% langsung, sedangkan mahasiswa yang berangkat
dari keluarga dengan pemahaman luas dan sikap toleran yang tinggi,
setelah mempelajari mata kuliah Madzâhib at-Tafsîr sikap tolerannya
lebih baik lagi dan pemahaman lebih luas lagi karena menambah
khazanah pengetahuannya.
Tidak menyelesaikan mata kuliah Madzâhib at-Tafsîr hingga
akhir ternyata juga sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan
sikap toleran mahasiswa, mahasiswa yang mempelajari Madzâhib at-
Tafsîr setengah-setengah memiliki pemahaman yang sempit dan
sikap yang tidak toleran.
Perbedaan yang penulis dapat dari hasil wawancara adalah
bahwa mahasiswa IIQ dan PTIQ cenderung lebih toleran dibanding
121
122
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan di atas,
maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Saran bagi Pembaca dan Peneliti Selanjutnya.
a. Bagi pembaca yang sedang melakukan penelitian dengan tema
atau objek yang serupa, hendaknya agar melakukan riset
berdasarkan data yang ada, jika memang sudah tersedia. Akan
lebih baik apabila dilakukan bersamaan dengan data angket,
jika memungkinkan.
b. Hendaknya bagi pembaca yang menelaah penelitian ini
menyadari bahwa ilmu Madzâhib at-Tafsîr sangat penting dan
berpengaruh pada pemahaman dan sikap toleran. Ada baiknya
untuk merujuk kepada penelitian ini, jika sedang mencari latar
belakang mahasiswa memiliki sikap toleran.
123
Jawaban : Itu saat menafsirkan al-ahzab ayat 59, ada kata َ َِذل
ك أَ ْد ََن أَ ْن
يُ ْع َرفْ َن فَ ََل يُ ْؤذَيْ َن sepemahan dan sepengetahuan ulya, itu kan
beliau menafsirkan bahwa ketika hijab itu fungsinya agar
perempuan itu dikenal dan tidak diganggu itu bisa di ganti
dengan konteks Indonesia yang beragam ini, kemanannya
bisa terjamin, terus untuk bisa dikenal jadi kita bisa dengan
KTP atau identitas lain.
Melihat mufassir-mufassir lain yang mewajibkan jilbab, di
tambah lagi dengan hadits-hadits Nabi, pun juga sudah
menjadi identitas muslimah, jadi menurut saya penafsirannya
kurang tepat mengenai jilbab ini. Namun untuk penafsiran
yang lain tidak ada masalah dalam pandangan saya, jadi saya
sangat setuju beliau adalah mufassir dengan keilmuan yang
mumpuni.
Pertanyaan : Jika teman anda berbeda pemahaman dengan anda dalam
bermadzhab, apakah anda akan memaksa teman anda untuk
satu pemahaman madzhab dengan anda?
Jawaban : Selama dia masih membuka, ya saya coba untuk bertukar
pemahaman, tapi kalau sudah dari merekanya menutup, ya
sudah jalan sendiri-sendiri tapi tetap dengan kemanusiaan,
saling sapa dan ngobrol biasa.
Pertanyaan : Setiap kepala memiliki pemikiran yang berbeda, mempunyai
argumen tersendiri dalam memilih atau mempercayai sebuah
madzhab, bagaimana perasaan anda dengan banyaknya
perbedaan disekitar anda? Senang atau justru lebih khawatir?
Jawaban : Khawatirnya begini, mungkin jika dia benar-benar orang
muslim, belajar di keilmuan muslim, lahir dari keluarga yang
benar-benar muslim, dan benar-benar mempelajari agama
dengan baik dan benar, kemudian dia menafsirkan ya kita bisa
lihat tafsiranya akan baik, kekhawatirannya ada orang-orang
yang menyamar. Misalnya tafsir bathiniyah, dhohiriyah itu
kan dari agama yang menyembah dewa, menyembah selain
Allah terus dia pura-pura masuk islam atau benar-benar
masuk islam tapi masih membawa agamanya dan dia
menafsirkan al-Quran dengan pemahamannya dia yang sangat
kurang akan ilmu penafsiran. Jadi akhirnya perilakunya bukan
islam tapi yang tercoreng islamnya.
Pertanyaan : Menurut anda madzhab mana yang paling toleran?
Alasannya?
Jawaban : Menurut ulya yang paling toleran adalah sunni karena
memang kita berada di lingkungan yang sangat sunni. Kalau
lihat syiah atau khawarij itu kayaknya ekstrem banget, dan
dari tafsir-tafsir atau dalil-dalil yang diambil tidak
memperhatikan keketatan jadi terlihat seperti asal gitu.
Pertanyaan : Dari semua pertanyaan saya, apakah semua itu adalah efek
setelah mempelajari mata kuliah madzahibut tafsir?
Jawaban : Iya ada pengaruh karena kita bisa lihat bagaimana tafsir
syi’ah, tafsir bathiniyah dan tafsir-tafsir lainnya, jadi lebih
membuka khazanah pengetahuan dan lebih menerima adanya
mereka.
Narasumber : Achmad Chasani
Tempat : Rumah Makan (Hosen)
Waktu : 11 Juli 2019
Hasil Wawancara
Pertanyaan : Apakah anda sudah mempelajari mata kuliah madzahibut
tafsir?
Jawaban : Pernah, Alhamdulillah
Pertanyaan : Apa saja sub dari mata kuliah ini?
Jawaban : Definisi madzhab tafsir, perbedaan antara madzhab, manhaj,
thariqoh, ittijah dan laun, perbedaan karakteristik tafsir dan
takwil, sejarah munculnya madzhab tafsir, tokoh di bidang
madzhab tafsir, urgensi dan out put mempelajari madzhab
tafsir, pengertian tafsir nabi dan sahabat, karakteristik tafsir-
tafsir nabi dan sahabat, sumber penafsiran sahabat, tokoh-
tokoh tafsir pada masa sahabat, karya tafsir pada masa tabi’in,
contoh penafsiran tabi’in, pengertian tafsir tabi’in, sumber-
sumber penafsiran tabi’in, karakteristik tafsir tabi’in, kualitas
tafsir tabi’in, tokoh-tokoh tafsir tabi’in, karya tafsir pada masa
tabi’in, contoh penafsiran tabi’in, pengertian tafsir bil
ma’tsur, pengertian tafsir bil ra’yi, tafsir sufi, tafsir Fiqh,
tafsir Isyari, Tafsir Ilmi, tafsir Lughawi.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan anda mengenai perbedaan dalam
madzhab fiqih?
Jawaban : Perbedaan itu rahmat, meskipun ucapan tersebut ada yang
mengatakan itu bersumber dari hadis kemudian ada yang
men-dhoif-kan hadis tersebut, tapi saya setuju dengan
perkataan itu, karena memang yang saya rasakan perbedaan
itu rahmat, karena dengan perbedaan itu kita dapat mengambil
islam yang rahmatan lil alamin, punya banyak sudut pandang
dalam menanggapi suatu hal, misal wudhu, madzhab mailiki,
hanafi, hambali, dan syafi’i punya syarat wajib, syarat sah,
dan berbagai macam komponen dalam wudhu yang berbeda-
beda. Nah kenapa saya bilang menjadi rahmat, misal ketika
kita berada di tempat yang minim air, kita bisa menggunakan
cara wudhu dengan mengikuti madzhab hambali atau maliki,
tidak bisa memaksakan mengikuti syafi’i yang dalam tanda
kutip boros air. Jadi saya sangat menerima dan bersyukur
dengan adanya perbedaan ini.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan anda mengenai perbedaan dalam
madzhab tafsir?
Jawaban : Selama orang yang mengemukakannya capable otomatis
saya dapat mendengar perkataan tersebut, bahkan bukan
hanya mendengar melainkan menjadikan sebuah refrensi
tersendiri bagi saya.
Pertanyaan : Madzhab yang begitu banyak, menimbulkan banyak
perbedaan pandangan yang tidak sedikit menimbulkan banyak
permasalahan, contohnya kasus mantan gubernur DKI Jakarta
(Bpk. Ahok) yang melibatkan penafsiran surat al-Maidah ayat
51, apakah itu termasuk penistaan? Bagaimana sikap anda
menghadapi orang yang fanatik dalam menafsirkan ayat
tersebut?
Jawaban : Orang yang fanatik dalam bermadzhab menurut saya adalah
orang yang kurang ngopi, kurang main dan kurang baca, jadi
sikap saya kepada mereka adalah diajak main, diajak ngopi,
diajak diskusi.
Ada buku yang menarik yang dapat dibahas tentang tafsir al-
Maidah ayat 51, yaitu buku Quraish Shihab yang baru-baru
ini di terbitkan, nah dari penjelasan penafsirannya saya
beranggapan bahwa yang dilakukan Ahok ini bukan penistaan
melainkan hanya pada titik politik saja.
Pertanyaan : Apakah setelah mempelajari mata kuliah madzahib tafsir
anda lebih terbuka dalam menerima saran dan perbedaan
dalam bermadzhab?
Jawaban : Sangat, saya itu tipe orang yang sangat suka perbedaan, jadi
jika ada perbedaan didepan saya, justru saya sangat semangat
untuk mempelajari dan menuntaskan perbedaan itu,
menuntaskan disini bukan untuk memaksa salah satu diantara
kami harus mengikuti keinginan yang satunya, melainkan
lebih seperti saling memberikan argumen, berdiskusi, dan
pastinya lebih menambah wawasan.
Pertanyaan : Jika anda menemukan permasalahan dalam penafsiran atau
madzhab tafsir sendiri, bagaimana sikap anda? apakah anda
akan mengungkapkan kegalauan pemikiran anda? Atau
memilih diam?
Jawaban : Ya saya akan omongin, itu ruang musyawarah ya harus
bicara apapun yang ada di kepala.
Pertanyaan : Apakah teman-teman anda adalah orang-orang yang satu
madzhab dengan anda?
Jawaban : Sampai saat ini belum ada
Pertanyaan : Bagaimana sikap anda jika kepercayaan madzhab teman
anda tidak sama dengan anda?
Jawaban : Saya dari SMA pingin banget ketemu orang-orang yang
berbeda madzhab bahkan yang sampai fanatik gitu, tapi ya
nggak ketemu-ketemu, jadi masih hanya sekedar denger
cerita-cerita. Kalau sikap ya enjoy saja.
Pertanyaan : Quraish Shihab adalah salah satu mufassir Indonesia yang
begitu terkenal dengan tafsir al-Misbahnya, namun
penafsirannya menegenai hijab sangat ditentang oleh oknum
tertentu. Bahkan ada yang menyebutnya syiah. Bagaimana
sikap anda mengenai hal ini? Apakah anda tetap akan
memberikan apresiasi atas karya beliau? Atau justru menolak
penafsirannya?
Jawaban : Bukan syi’ah, kita itu tidak boleh menghukumi 100% orang
tersebut syiah, atau khawarij, atau sunni hanya dengan dari
pandangan satu tafsirannya tersebut, contohnya pak Quraish
kalau mengutip tafsiran pak Quraish sendiri kita bisa lihat
beliau mengakomodir banyak sekali madzahib tafsir, tidak
hanya sunni atau syi’ah. Jadi saya sangat tidak setuju dengan
orang yang beranggapan bahwa beliau adalah syi’ah, karena
banyak hal ketika kita melihat rekamannya beliau di youtube,
kita bisa menggaris bawahi bahwa gak mungkin beliau syi’ah
namun pandangannya tidak fanatik hanya dengan syiah.
Pertanyaan : Jika teman anda berbeda pemahaman dengan anda dalam
bermadzhab, apakah anda akan memaksa teman anda untuk
satu pemahaman madzhab dengan anda?
Jawaban : Tetap diskusi, dan menerima semua perbedaan.
Pertanyaan : Setiap kepala memiliki pemikiran yang berbeda, mempunyai
argumen tersendiri dalam memilih atau mempercayai sebuah
madzhab, bagaimana perasaan anda dengan banyaknya
perbedaan disekitar anda? Senang atau justru lebih khawatir?
Jawaban : Enjoy, ada perkataan yang menarik dari Sabrang, vokalisnya
Letto anaknya cak Nun, dalam suatu sesi diskusi, dia
menerangkan bahwa permasalahan diisyaratkan misal
kambing, perbedaan ini diibaratkan orang yang motret
kambing tersebut dari berbagai sisi, mereka yang motret
kambing dari sisi matanya, ya akan terlihat matanya saja,
mereka yang motret dari sisi kakinya maka yang terlihat
kakinya saja, bahkan mohon maaf yang motret kotorannya
pun akan terlihat kotorannya saja. Tapi di foto-foto tersebut
mereka tidak melihat secara utuh kambing tersebut sehingga
menghasilkan foto yang berbeda-beda, seperti itulah
perbedaan, mereka memang tidak sama namun secara hakikat
secara kesejatian merekaitu sebenarnya satu bagian yang utuh,
hanya saja dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda,
semakin banyak perbedaan semakin kita melihat kesejatian.
Pertanyaan : Menurut anda madzhab mana yang paling toleran?
Alasannya?
Jawaban : Mohon maaf mereka yang membawa nama islam secara
mayoritas itu malah yang paling kurang toleran menurut saya,
jadi saya lebih condong pada yang paling minoritas adalah
yang paling toleran.
Pertanyaan : Dari semua pertanyaan saya, apakah semua itu adalah efek
setelah mempelajari mata kuliah madzahibut tafsir?
Jawaban : Iya.
Narasumber : Ahmad Munthaha
Tempat : Cirendeu
Waktu : 24 Juli 2019
Hasil Wawancara
Pertanyaan : Apakah anda sudah mempelajari mata kuliah madzahibut
tafsir?
Jawaban : Iya
Pertanyaan : Apa saja sub dari mata kuliah ini?
Jawaban : Definisi madzhab tafsir, perbedaan antara madzhab, manhaj,
thariqoh, ittijah dan laun, perbedaan karakteristik tafsir dan
takwil, sejarah munculnya madzhab tafsir, tokoh di bidang
madzhab tafsir, urgensi dan out put mempelajari madzhab
tafsir, pengertian tafsir nabi dan sahabat, karakteristik tafsir-
tafsir nabi dan sahabat, sumber penafsiran sahabat, tokoh-
tokoh tafsir pada masa sahabat, karya tafsir pada masa tabi’in,
contoh penafsiran tabi’in, pengertian tafsir tabi’in, sumber-
sumber penafsiran tabi’in, karakteristik tafsir tabi’in, kualitas
tafsir tabi’in, tokoh-tokoh tafsir tabi’in, karya tafsir pada masa
tabi’in, contoh penafsiran tabi’in, pengertian tafsir bil
ma’tsur, pengertian tafsir bil ra’yi, tafsir sufi, tafsir Fiqh,
tafsir Isyari, Tafsir Ilmi, tafsir Lughawi.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan anda mengenai perbedaan dalam
madzhab fiqih?
Jawaban : Perbedaan dalam madzhab fiqih yang saya pahami dilatar
belakangi adanya nalar yang berbeda, saya berikan contoh,
Ada satu kebenaran yang bisa dijadikan objek, misal kita
ibaratkan objek tersebut adalah bunga, bunga dipotret dari
kanan bunga, dari kiri juga hasilnya bunga, atas atau bawah
tetap bunga, namun tetap terlihat dari sisi yang berbeda, itu
masih dari sisi belum tentang perbedaan dalam revolusi
kameranya, nah dari contoh tersebut sering sekali saya
jadikan contoh buat orang yang menjustifikasi kebenarannya
sendiri. Dari situ kita bisa menarik pada perbedaan fiqih, yang
pertama dari segi cara penarikan hukumnya, suatu contoh
famsahu bi ru’u sikum itu juga banyak perbedaan, ada yang
mengatakan bahwa itu cuma sebagian saja yang dibasuh, ada
juga yang mengatakan keseluruhan kepala. Selanjutnya dari
segi geografis, ada sebagian dari negara panas yang menganut
madzhab membasuh keseluruhan kepala agar mendapatkan
kesejukan tersendiri, ada pula negara yang dingin banget
mereka mengambil sebagian kepalanya saja. Pada intinya
perbedaan itu adalah sebuah kewajaran.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan anda mengenai perbedaan dalam
madzhab tafsir?
Jawaban : Menurut saya adanya perbedaan madzhab tafsir karena
dilatar belakangi satu kalam yang mereka pegang, kemudian
akan melahirkan syiah, sunni dan lain-lainnya. Yang kedua
karena pandangan fiqih yang berbeda juga yang dijadikan
rujukan mereka, sehingga akan menghasilkan karya tafsir
yang berbeda. Dan menurut saya perbedaan madzhab itu
sangat wajar ya.. tidak mungkin kita bisa menyatukan
pemahaman satu dunia ini.
Pertanyaan : Madzhab yang begitu banyak, menimbulkan banyak
perbedaan pandangan yang tidak sedikit menimbulkan banyak
permasalahan, contohnya kasus mantan gubernur DKI Jakarta
(Bpk. Ahok) yang melibatkan penafsiran surat al-Maidah ayat
51, apakah itu termasuk penistaan? Bagaimana sikap anda
menghadapi orang yang fanatik dalam menafsirkan ayat
tersebut?
Jawaban : Baik, Madzhab yang begitu banyak akan menimbulkan
banyak perbedaan, sampai situ saya setuju, namun jika
kalimatnya diteruskan dengan menimbulkan permasalahan,
maka saya rasa perlu dikaji ulang, karena menurut saya
perpecahan atau pemasalahan itu bukan diakibatkan karena
adanya banyaknya madzhab tafsir namun karena kurangnya
pemahaman orang, kurangnya minat baca masyarakat justru
disitu yang akan mengakibatkan permasalahan.
Saya tidak menganggap itu penistaan, justru saya melihat dari
sisi pandang yang lain, yang awalnya banyak orang tidak
mengetahui surat al-Maidah ayat 51, bahkan saya sendiri yang
awalnya masih asing dengan ayat ini, lantas dengan adanya
kasus ini malah membuat kita mengenal dengan ayat tersebut,
itu cara Allah menyentil kita. Penistaan itu kalau yang
ngomong orang islam terus omongannya tidak mengindahkan
al-Qur’an.
Sedangkan jika ditanya tentang sikap saya terhadap orang
yang fanatik terhadap penafsiran ayat tersebut, maka saya
akan katakan kepada mereka untuk membaca dan lebih
banyak membaca tentang penafsiran ayat tersebut di banyak
refrensi.
Pertanyaan : Apakah setelah mempelajari mata kuliah madzahib tafsir
anda lebih terbuka dalam menerima saran dan perbedaan
dalam bermadzhab?
Jawaban : Jadi sebelum saya masuk ke PTIQ ini, saya masih
mengembara selama 6 tahun pasca lulus dari SMA, dengan
perjalanan itu membuat saya sebelum mempelajari mata
kuliah madzahibut tafsir saya sudah melihat banyak
perbedaan, saya juga sudah membaca beberapa buku, itu
membuat saya berkesimpulan “oh ternyata seperti ini toh”,
pernah ngaji tafsir juga, saya juga punya pengalaman menarik
bahwa dulu saat saya belajar tafsir di menara kudus itu
neranginnya simple banget, ternyata setelah perjalanan yang
saya lalui saya sadar bahwa beliau menjelaskan sebuah tafsir
dengan kata yang simple itu karena beliau melihat murid-
muridnya yang kebanyakan awam, nah dari sini akhirnya saya
juga punya pemikiran, pasti akan ada perbedaan dalam
penafsiran nantinya, entah satu kata, satu kalimat bahkan satu
ayat. Saya juga sebelum masuk PTIQ sudah membaca ulumul
qur’an karya santri Lirboyo, dan disana saya sudah
mengetahui tentang aliran syi’ah yang ta’wilnya jauh banget.
Nah setelah itu dari semester 6 akhirnya saya mendapatkan
mata kuliah madzahibut tafsir yang lebih menambah hasil
mengembara saya ini. Jadi saya sudah terbuka dan menerima
saran atau perbedaan sudah sejak sebelum mengenal mata
kuliah ini.
Pertanyaan : Jika anda menemukan permasalahan dalam penafsiran atau
madzhab tafsir sendiri, bagaimana sikap anda? apakah anda
akan mengungkapkan kegalauan pemikiran anda? Atau
memilih diam?
Jawaban : Saya tetap akan kekeuh untuk adu argument dengan apa
yang saya yakini, karena saya paham betul bisa jadi argumen
saya salah dan argumen teman yang lain ada kemungkinan
benar, atau sebaliknya. Jadi saya akan ungkapkan, karena
kalau saya pendam sendiri maka saya akan merasa itu benar
selamanya, dan saya akan rugi karena belum tentu yang saya
rasa benar itu benar.
Pertanyaan : Apakah teman-teman anda adalah orang-orang yang satu
madzhab dengan anda?
Jawaban : Ada
Pertanyaan : Bagaimana sikap anda jika kepercayaan madzhab teman
anda tidak sama dengan anda?
Jawaban : Saya tetap berinteraksi dengan baik dengan mereka yang
jelas syi’ah atau wahabi, dan saya tidak mempermasalahkan
hal itu sama sekali.
Pertanyaan : Quraish Shihab adalah salah satu mufassir Indonesia yang
begitu terkenal dengan tafsir al-Misbahnya, namun
penafsirannya menegenai hijab sangat ditentang oleh oknum
tertentu. Bahkan ada yang menyebutnya syiah. Bagaimana
sikap anda mengenai hal ini? Apakah anda tetap akan
memberikan apresiasi atas karya beliau? Atau justru menolak
penafsirannya?
Jawaban : Kurang baca aja sih mereka.
Pertanyaan : Jika teman anda berbeda pemahaman dengan anda dalam
bermadzhab, apakah anda akan memaksa teman anda untuk
satu pemahaman madzhab dengan anda?
Jawaban : Tidak juga, kita mempunya bacaan buku sendiri-sendiri,
mempunyai kapasitas pemahaman sendiri, punya kapasitas
daya nalar sendiri-sendiri, dan justru jika saya memaksakan
untuk sama itu bukan saya. Bahwa saya kekeuh dengan
argumen saya itu bukan untuk memaksa mereka mengikuti
pemahaman atau argumen saya.
Pertanyaan : Setiap kepala memiliki pemikiran yang berbeda, mempunyai
argumen tersendiri dalam memilih atau mempercayai sebuah
madzhab, bagaimana perasaan anda dengan banyaknya
perbedaan disekitar anda? Senang atau justru lebih khawatir?
Jawaban : Santai, dengan adanya perbedaan itu adalah untuk
memperkaya kita dalam menghadapi orang, menghadapi diri
sendiri, mengajarkan pada orang lain, dan itu sangat asik
sekali kalau kita sudah menguasai perbedaan itu. Dengan
perbedaan itu kita lebih arif dalam menghadapi orang.
Pertanyaan : Menurut anda madzhab tafsir mana yang paling toleran?
Alasannya?
Jawaban : Untuk saat ini saya belum membaca banyak tentang
madzhab-madzhab tafsir, tapi secara subjektif yang saya
anggap paling toleran itu sunni.
Pertanyaan : Dari semua pertanyaan saya, apakah semua itu adalah efek
setelah mempelajari mata kuliah madzahibut tafsir?
Jawaban : Pasti, tapi tidak sebesar pengaruh ketika saya mengembara 6
tahun sebelum masuk PTIQ.
Narasumber : Muhammad Ade Sevtian
Tempat : KFC Gaplek
Waktu : 11 Juli 2019
Hasil Wawancara
Pertanyaan : Apakah anda sudah mempelajari mata kuliah madzahibut
tafsir?
Jawaban : Pernah
Pertanyaan : Apa saja sub dari mata kuliah ini?
Jawaban : Definisi madzhab tafsir, perbedaan antara madzhab, manhaj,
thariqoh, ittijah dan laun, perbedaan karakteristik tafsir dan
takwil, sejarah munculnya madzhab tafsir, tokoh di bidang
madzhab tafsir, urgensi dan out put mempelajari madzhab
tafsir, pengertian tafsir nabi dan sahabat, karakteristik tafsir-
tafsir nabi dan sahabat, sumber penafsiran sahabat, tokoh-
tokoh tafsir pada masa sahabat, karya tafsir pada masa tabi’in,
contoh penafsiran tabi’in, pengertian tafsir tabi’in, sumber-
sumber penafsiran tabi’in, karakteristik tafsir tabi’in, kualitas
tafsir tabi’in, tokoh-tokoh tafsir tabi’in, karya tafsir pada masa
tabi’in, contoh penafsiran tabi’in, pengertian tafsir bil
ma’tsur, pengertian tafsir bil ra’yi, tafsir sufi, tafsir Fiqh,
tafsir Isyari, Tafsir Ilmi, tafsir Lughawi.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan anda mengenai perbedaan dalam
madzhab fiqih?
Jawaban : Semuanya benar, mereka untuk menemukan sebuah masalah
telah melewati proses yang panjaaaang, ijtihad yang sungguh-
sungguh, jadi semuanya tidak ada masalah, hanya saja kita
tidak boleh memakai 4 madzhab langsung, jadi harus bisa
menggunakan satu madzhab dengan istiqomah, kecuali dalam
keadaan atau situasi darurat sehingga menyebabkan harus
menggunakan madzhab yang lain.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan anda mengenai perbedaan dalam
madzhab tafsir?
Jawaban : Perbedaan adalah rahmat, bahkan bagi saya sih malah kalau
tidak ada perbedaan itu al-Qur’an seakan-akan baku.
Pertanyaan : Madzhab yang begitu banyak, menimbulkan banyak
perbedaan pandangan yang tidak sedikit menimbulkan banyak
permasalahan, contohnya kasus mantan gubernur DKI Jakarta
(Bpk. Ahok) yang melibatkan penafsiran surat al-Maidah ayat
51, Bagaimana sikap anda menghadapi orang yang fanatik
dalam menafsirkan ayat tersebut?
Jawaban : Auliya’ itu berdampingan, sejalan. Menurut saya kasus ahok
ini termasuk penistaan, tapi lebih ke etika sih. Seakan-akan
beliau tidak mengindahkan ayat tersebut dan juga pastinya
karena kekurangan pemahaman Ahok sendiri.
Untuk sikap saya, ya tetap sama dengan yang lainnya, selama
yang fanatik tidak mengganggu kehidupan saya, ya semua
sikap saya akan biasa saja, tidak ada yang harus di takutkan
atau di spesialkan. Gak ada yang salah jika kefanatikannya
tidak mengganggu. Yang salah itu kalau kita merasa paling
benar.
Pertanyaan : Apakah setelah mempelajari mata kuliah madzahib tafsir
anda lebih terbuka dalam menerima saran dan perbedaan
dalam bermadzhab?
Jawaban : Iya, dari dulu sebenarnya sudah enjoy dan nyaman aja sama
semua perbedaan-perbedaan, ditambah belajar madzahibut
tafsir kan menambah khazanah, jadi semakin santai aja
melihat perbedaan yang beredar.
Pertanyaan : Jika anda menemukan permasalahan dalam penafsiran atau
madzhab tafsir sendiri, bagaimana sikap anda? apakah anda
akan mengungkapkan kegalauan pemikiran anda? Atau
memilih diam?
Jawaban : ya harus di ungkapkan, diajukan bahkan dimusyawarahkan.
Pertanyaan : Apakah teman-teman anda adalah orang-orang yang satu
madzhab dengan anda?
Jawaban : Banyak, saya pernah di Lipia dan disana juga banyak yang
berbeda madzhab, dan saya tetap berteman akrab dengan
mereka.
Pertanyaan : Bagaimana sikap anda jika kepercayaan madzhab teman
anda tidak sama dengan anda?
Jawaban : Bagaimana ya.. begini SD saya dulu itu gabung sama orang-
orang china, islamnya minoritas, nah disanalah kita belajar
bagaimana hidup rukun dalam beragama, dan ketika lebaran
idul fitri mereka ke rumah kita, dan kita juga ke rumah
mereka. Makanya saya sangat enjoy dengan semua perbedaan
apalagi Cuma perbedaan madzhab yang pada intinya sama,
satu islam.
Pertanyaan : Quraish Shihab adalah salah satu mufassir Indonesia yang
begitu terkenal dengan tafsir al-Misbahnya, namun
penafsirannya menegenai hijab sangat ditentang oleh oknum
tertentu. Bagaimana sikap anda mengenai hal ini? Apakah
anda tetap akan memberikan apresiasi atas karya beliau? Atau
justru menolak penafsirannya?
Jawaban : Saya tidak setuju kalau beliau dituduh syi’ah, kan itu hanya
penafsiran satu hal, bukan berarti dengan satu tafsirannya
yang menurut orang kurang tepatlah anggap saja begitu lantas
kita harus menafikkan penafsiran yang lain. Kan tidak bisa
begitu, misal tafsir sya’rawi itu kan dikenal tarbawi karena
disitu dominannya menampilkan dari segi tarbawi sendiri,
misal lagi Wahbah Zuhaili itu kan dikenal dengan tafsir
adabul ijtima’i karena memang kondisi ayat-ayat yang
ditelusuir orang-orang menyatakan penafsirannya lebih pada
adabul ijtima’i. Jadi saya sangat menerima dan sangat ta’dim
pada mufassir indonesia yaitu pak Quraish.
Pertanyaan : Jika teman anda berbeda pemahaman dengan anda dalam
bermadzhab, apakah anda akan memaksa teman anda untuk
satu pemahaman madzhab dengan anda?
Jawaban : Saya bukan tipe orang yang kekeuh bikin orang ikut sama
pemahaman saya. Tujuan hidup saya itu hanya ada dua,
pertama mengharap ridha Allah, dan yang kedua bermanfaat
dengan orang lain.
Pertanyaan : Setiap kepala memiliki pemikiran yang berbeda, mempunyai
argumen tersendiri dalam memilih atau mempercayai sebuah
madzhab, bagaimana perasaan anda dengan banyaknya
perbedaan disekitar anda? Senang atau justru lebih khawatir?
Jawaban : Enjoy dan Khawatir, saya enjoy karena perbedaan itu
rahmat, kata pak Ahsin Sakho al-Qur’an itu adalah berlian,
bisa dipandang di segala sudut, dan dari sudut manapun akan
terpancar cahaya yang indah, itulah mengapa saya enjoy.
Khawatirnya adalah takut adanya orang-orang yang
menafsirkan al-Quran namun ilmunya belum mumpuni,
sehingga banyak penafsiran salah tersebar.
Pertanyaan : Menurut anda madzhab mana yang paling toleran?
Alasannya?
Jawaban : Sunni, dan saya tidak menyalahkan yang lain. Alasannya
karena saya masih belum punya banyak ilmu terhadap
madzhab yang lain.
Pertanyaan : Dari semua pertanyaan saya, apakah semua itu adalah efek
setelah mempelajari mata kuliah madzahibut tafsir?
Jawaban : iya, karena disitu kita mengetahui banyaknya perbedaan, jadi
lebih membuka mata kita untuk melihat bahwa dunia ini
begitu banyak yang perlu dipandang lagi, tidak hanya satu
sudut yang kita percaya saja. Nah hal ini akhirnya
menimbulkan toleran dalam diri kita.
Narasumber : Reza
Tempat : Masjid STKQ Al-Hikam
Waktu : 13 Juli 2019
Hasil Wawancara
Pertanyaan : Apakah anda sudah mempelajari mata kuliah madzahibut
tafsir?
Jawaban : Iya pernah di semester 6, tapi masih belum kelar, masih
kurang 7 SKS.
Pertanyaan : Apa saja sub dari mata kuliah ini?
Jawaban : Madzhab Tafsir Kategori Ignaz Goldziher, Madzhab Tafsir
kategori J.J.G Jansen, Madzhab Tafsir Kategori Hussein Adz-
Dzahabi, Madzhab Tafsir kategori Amina Wadud, Madzhab
Tafsir kategori Abdul Mustaqiem, madzhab tafsir kategori
Masdar F. Mas’udi
Pertanyaan : Bagaimana pandangan anda mengenai perbedaan dalam
madzhab fiqih?
Jawaban : Madzhab Fiqih itu dalam tafsir berarti mereka mencari ayat
yang berkaitan dengan fiqih, kemudian mereka menjelaskan
ayat tersebut sehingga sesuai dengan fiqih yang mereka
amalkan atau yakini.
Untuk perbedaan saya rasa sangat wajar, Karena terkadang
alasan yang diungkapkan madzhab syafi’i itu lebih rasional,
kadang madzhab yang alin yang lebih rasional di waktu atau
situasi yang berbeda.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan anda mengenai perbedaan dalam
madzhab tafsir?
Jawaban : kalau menurut saya tidak masalah, karena nanti tujuan
masing-masing biasanya positif, sehingga dengan
keberagaman tersebut akan di sesuaikan dengan kondisi
masing-masing
Pertanyaan : Madzhab yang begitu banyak, menimbulkan banyak
perbedaan pandangan yang tidak sedikit menimbulkan banyak
permasalahan, contohnya kasus mantan gubernur DKI Jakarta
(Bpk. Ahok) yang melibatkan penafsiran surat al-Maidah ayat
51, apakah itu termasuk penistaan? Bagaimana sikap anda
menghadapi orang yang fanatik dalam menafsirkan ayat
tersebut?
Jawaban : Auliya’ disini penafsirannya sangat umum, termasuk
pemimpin, teman menyimpan rahasia, termasuk juga teman
setia atau dekat, dan menurut saya kasus ini adalah penistaan,
karena dia mengatakan bahwa orang-orang di bohongi dengan
surat al-Maidah ayat 51, sementara dia tidak pantas untuk
mengatakan hal itu.
Pertanyaan : Apakah setelah mempelajari mata kuliah madzahib tafsir
anda lebih terbuka dalam menerima saran dan perbedaan
dalam bermadzhab?
Jawaban : Masih menerima dan tetap diskusi, tapi keinginan untuk
membuat dia sepemahaman dengan pemahaman saya tetap
ada.
Pertanyaan : Jika anda menemukan permasalahan dalam penafsiran atau
madzhab tafsir sendiri, bagaimana sikap anda? apakah anda
akan mengungkapkan kegalauan pemikiran anda? Atau
memilih diam?
Jawaban : Mengutarakan, alasannya agar ilmu yang ada itu biar mereka
tahu dan kita punya amanah untuk menyampaikan itu.
Pertanyaan : Apakah teman-teman anda adalah orang-orang yang satu
madzhab dengan anda?
Jawaban : Ada
Pertanyaan : Bagaimana sikap anda jika kepercayaan madzhab teman
anda tidak sama dengan anda?
Jawaban : Kalau saya pribadi untuk pergaulan tidak perlu ada
pembatasan Cuma untuk kita menerima semua yang dia
sampaikan harus dibatasi, kemudian kalau bisa kita jelaskan
supaya dia bisa paham apa yang kita pahami itu.
Pertanyaan : Quraish Shihab adalah salah satu mufassir Indonesia yang
begitu terkenal dengan tafsir al-Misbahnya, namun
penafsirannya menegenai hijab sangat ditentang oleh oknum
tertentu. Bahkan ada yang menyebutnya syiah. Bagaimana
sikap anda mengenai hal ini? Apakah anda tetap akan
memberikan apresiasi atas karya beliau? Atau justru menolak
penafsirannya?
Jawaban : Yang saya tahu mengenai penafsiran pak Quraish tentang
hijab ini, beliau Cuma mengutarakan ukuran jilbab itu ulama
berbeda pendapat, yang mana intinya adalah pakaiannya harus
sopan dan rapi, tapi beliau tidak ada bicara bahwa jilbab itu
tidak wajib. Jadi tidak bisa dikatakan bahwa pak Qurais ini
syi’ah.
Pertanyaan : Jika teman anda berbeda pemahaman dengan anda dalam
bermadzhab, apakah anda akan memaksa teman anda untuk
satu pemahaman madzhab dengan anda?
Jawaban : Saya biarkan pemahaman dia setelah saya mencoba untuk
menyampaikan pemahaman yang menurut saya benar
pastinya. Dan juga harus mengayomi pemahaman dia juga,
tidak menerang terus, jadi diskusinya lebih terbuka.
Pertanyaan : Setiap kepala memiliki pemikiran yang berbeda, mempunyai
argumen tersendiri dalam memilih atau mempercayai sebuah
madzhab, bagaimana perasaan anda dengan banyaknya
perbedaan disekitar anda? Senang atau justru lebih khawatir?
Jawaban : Sangat lebih khawatir, seperti tadi jadinya ada konflik
akhirnya menjadikan masing-masing merasa paling benar,
seharusnya semuanya itu merucut pada satu titik yang sama
atau pemahaman yang sama sehingga tidak ada konflik yang
menyebabkan merasa paling benar, maksudnya disini merucut
pada satu madzhab yaitu sunni.
Pertanyaan : Menurut anda madzhab tafsir mana yang paling toleran?
Alasannya?
Jawaban : Menurut saya Sunni, kalau aliran yang lain kurang benar jadi
kurang mengayomi. Aliran yang sangat salah itu adalah
qodariyah, jabariyah dan mu’tazilah. Syi’ah pun sangat
menyimpang karena ketika mereka menafsirkan suatu ayat
pendekatannya itu tidak tepat.
Pertanyaan : Dari semua pertanyaan saya, apakah semua itu adalah efek
setelah mempelajari mata kuliah madzahibut tafsir?
Jawaban : Merasa lebih luas wawasannya, lebih terbuka dan lebih
paham kenapa masih ada orang yang sempit pemikirannya,
jadi semakin saya mempelajari madzahibut tafsir, saya
semakin memahami dan mempunyai keterbukaan dalam
pemikiran maupun sikap.
Narasumber : Reva
Tempat : Masjid STKQ Al-Hikam
Waktu : 13 Juli 2019
Hasil Wawancara
Pertanyaan : Apakah anda sudah mempelajari mata kuliah madzahibut
tafsir?
Jawaban : Iya, saya sudah masuk 5x pertemuan dalam mata kuliah ini.
Pertanyaan : Apa saja sub dari mata kuliah ini?
Jawaban : Madzhab Tafsir Kategori Ignaz Goldziher, Madzhab Tafsir
kategori J.J.G Jansen, Madzhab Tafsir Kategori Hussein Adz-
Dzahabi, Madzhab Tafsir kategori Amina Wadud, Madzhab
Tafsir kategori Abdul Mustaqiem, madzhab tafsir kategori
Masdar F. Mas’udi
Pertanyaan : Bagaimana pandangan anda mengenai perbedaan dalam
madzhab fiqih?
Jawaban : Kalau kita ahlus sunnah wal jama’ah berarti kita wajib NU,
madzhabnya syafi’i, mempercampurkan madzhab itu gak
boleh, kecuali dalam keadaan darurat.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan anda mengenai perbedaan dalam
madzhab tafsir?
Jawaban : Sebenarnya setiap orang meneliti sesuatu pasti ada latar
belakangnya, madzhab-madzhab itu kan diawali dengan
ketidakpuasan suatu putusan, misalnya politik aja itu kan pasti
ada tujuannya, karena munculnya perbedaan berawal dari
ketidakpuasan apalagi kalau masuk dalam penafsiran, bisa
jadi penafsirannya malah ada asbab tujuan tertentu secara
pribadi. Itu garis besar negatif dari sebuah perbedaan, namun
tidak semua aliran madzhab seperti itu. Jika saya ditanya
tentnag NU atau Muhammadiyah maka saya akan jawab jika
bukan NU maka saya Muhammadiyah, karena madzhab selain
dua madzhab itu sangat keras.
Pertanyaan : Madzhab yang begitu banyak, menimbulkan banyak
perbedaan pandangan yang tidak sedikit menimbulkan banyak
permasalahan, contohnya kasus mantan gubernur DKI Jakarta
(Bpk. Ahok) yang melibatkan penafsiran surat al-Maidah ayat
51, apakah itu termasuk penistaan? Bagaimana sikap anda
menghadapi orang yang fanatik dalam menafsirkan ayat
tersebut?
Jawaban : Secara garis besar yang saya pahami auliya’ itu adalah
pemimpin, tapi kebanyakan orang kurang memahami
pemimpin ini bukan hanya sekedar presiden, gubernur atau
pangkat negara yang lain, melainkan setiap orang itu adalah
pemimpin bagi dirinya sendiri, dalam Q.S Yasin ayat 65, dan
pada hari itu semuanya akan berbicara, semuanya akan
memberikan kesaksian apa-apa yang telah dikerjakan, nah
dari kasus Ahok seharusnya umat mulim lebih sibuk dengan
intropeksi diri.
Untuk kasus Ahok ini, menurut saya setiap orang berbeda
sikap jika dalam keadaan marah atau dalam keadaan santai,
dan saya melihat ketika pak ahok mengatakan hal tersebut
dalam keadaan marah dan ada unsur ketidaksengajaan, jadi
bukan penistaan.
Pertanyaan : Apakah setelah mempelajari mata kuliah madzahib tafsir
anda lebih terbuka dalam menerima saran dan perbedaan
dalam bermadzhab?
Jawaban : Jadi saya masuk sini itu bukan untuk dibilang alim atau
dipandang alim, namun saya ingin menjadi salah satu saksi
tentang keluasan ilmu Allah, maka dari itu tidak wajar jika
sombong apalagi hanya untuk dipandang karena sebuah gelar.
Justru setelah saya mempelajari matkul ini saya semakin
bahagia, lebih menambah wawasan dan terbuka.
Pertanyaan : Jika anda menemukan permasalahan dalam penafsiran atau
madzhab tafsir sendiri, bagaimana sikap anda? apakah anda
akan mengungkapkan kegalauan pemikiran anda? Atau
memilih diam?
Jawaban : Dalam konsep diskusi itu saya lebih mengambil jalan
tengah, saya tidak mengutarakan pemahaman saya. Tapi
dalam diskusi saya mengiyakan namun tidak membenarkan
hasil atau apa-apa yang berada dalam diskusi tersebut.
Pertanyaan : Apakah teman-teman anda adalah orang-orang yang satu
madzhab dengan anda?
Jawaban : Tidak, ada PERSIS
Pertanyaan : Bagaimana sikap anda jika kepercayaan madzhab teman
anda tidak sama dengan anda?
Jawaban : Jangankan yang sesama islam, yang non muslim pun masih
saya temani, jadi konsep saya itu begini “dalam hal yang
sama, mari kita kerjasama, dalam hal yang beda, mari kita
sama-sama kerja”
Pertanyaan : Quraish Shihab adalah salah satu mufassir Indonesia yang
begitu terkenal dengan tafsir al-Misbahnya, namun
penafsirannya menegenai hijab sangat ditentang oleh oknum
tertentu. Bahkan ada yang menyebutnya syiah. Bagaimana
sikap anda mengenai hal ini? Apakah anda tetap akan
memberikan apresiasi atas karya beliau? Atau justru menolak
penafsirannya?
Jawaban : Kita lihat dulu latar belakang beliau, seorang mufassir
dengan karya hebatnya al-Misbah, seorang profesor pernah
belajar di berbagai universitas ternama, sedangkan saya itu
apa hingga berani mengkritik beliau, kan gitu ya.. jadi dalam
konsep penafsiran pak Quraish itu pada dasarnya orang-orang
kurang paham, dalam urusan jilbab memang sedikitnya tafsir
almisbah mengutip thaba thab’i yang syiah itu, malah
menurut saya pak Quraish ini sangat moderat, makanya
mengambil dan belajar berbagai macam kitab tafsir, jadi gak
semena-mena mengambil sebuah refrensi untuk
penafsirannya.
Pertanyaan : Jika teman anda berbeda pemahaman dengan anda dalam
bermadzhab, apakah anda akan memaksa teman anda untuk
satu pemahaman madzhab dengan anda?
Jawaban : Dalam sebuah hadits bahwa islam itu seperti bangunan,
apabila yang satu disakiti maka yang lainnya ikut sakit, jadi
selama tidak mengusik ya tidak ada masalah, dan tidak harus
menyamakan pemahaman.
Pertanyaan : Setiap kepala memiliki pemikiran yang berbeda, mempunyai
argumen tersendiri dalam memilih atau mempercayai sebuah
madzhab, bagaimana perasaan anda dengan banyaknya
perbedaan disekitar anda? Senang atau justru lebih khawatir?
Jawaban : Ada dua pandangan, pertama saya enjoy karena saya bukan
orang pertama yang mempelajari tafsir, jadi banyak yang
sebelum saya mempelajari tafsir dan mereka aman-aman saja,
saya bisa menyaksikan perbedaan itu bentuk rahmat Allah.
Kedua khawatir, sekarang ini sudah zaman modern adanya hp
ini artinya dunia sudah ada di genggaman, takutnya
banyaknya orang-orang yang baru hijrah lantas dengan mudah
menyebarkan hadits atau dalil tanpa memeriksa kembali
kebenaran atau sanadnya, sehingga akan banyak korban hoax
dan ini menjadi sebuah problem yang besar untuk
kesejahteraan islam tersendiri.
Pertanyaan : Menurut anda madzhab tafsir mana yang paling toleran?
Alasannya?
Jawaban : Sunni
Pertanyaan : Dari semua pertanyaan saya, apakah semua itu adalah efek
setelah mempelajari mata kuliah madzahibut tafsir?
Jawaban : Banyak, tambah wawasan dalam kajian tafsir membuat saya
tidak mudah menyalahkan pemahaman orang lain, jadi saya
semakin ada ghirah untuk lebih belajar mengenai madzahibut
tafsir. Dan lebih objektif dalam menilai sesuatu.
Narasumber : Nasril
Tempat : Perpustakaan STKQ Al-Hikam
Waktu : 13 Juli 2019
Hasil Wawancara
Pertanyaan : Apakah anda sudah mempelajari mata kuliah madzahibut
tafsir?
Jawaban : Sudah
Pertanyaan : Apa saja sub dari mata kuliah ini?
Jawaban : Madzhab Tafsir Kategori Ignaz Goldziher, Madzhab Tafsir
kategori J.J.G Jansen, Madzhab Tafsir Kategori Hussein Adz-
Dzahabi, Madzhab Tafsir kategori Amina Wadud, Madzhab
Tafsir kategori Abdul Mustaqiem, madzhab tafsir kategori
Masdar F. Mas’udi
Pertanyaan : Bagaimana pandangan anda mengenai perbedaan dalam
madzhab fiqih?
Jawaban : Perbedaan dalam madzhab fiqih ini menjadi rahmat dan
menjadi solusi, jadi sifatnya ini akan bermanfaat sekali
terhadap konteks-konteks yang mungkin pada madzhab
syafi’i tidak bisa dilaksanakan tetapi pada madzhab lain bisa
dilaksanakan. Kenapa dikatakan menjadi solusi, karena
madzhab yang 4 ini sekalipun berbeda mereka mempunyai
landasan yang diakui. Mereka mempunyai kerangka teori,
landasan yang bisa dikatakan benar, makanya dari itu
perbedaan-perbedaan madzhab yang 4 ini bisa dijadikan
solusi. Contoh yang paling dekat adalah misalkan ketika di
madzhab syafi’i itu bersentuhan dengan perempuan tidak
boleh, berarti ketika kita umroh yang bersentuhan pun tidak
boleh, kita akan terasa rigit dan kaku agama itu, tapi ketika
kita lari ke madzhab maliki disana boleh, disitulah rahmat itu
ada.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan anda mengenai perbedaan dalam
madzhab tafsir?
Jawaban : Iya kalau perbedaan-perbedaan dalam madzhab tafsir itu ada
yang bisa dimasukkan sebagai pendapat yang boleh diterima
ada juga pendapat yang perlu di selektif, kenapa? Karena lagi-
lagi datanya kurang kuat, tidak bersumber dari data yang
otoritatif, nah itu yang kemudian perbedaan justru tidak
menjadi solusi, malah menjadi fitnah.
Pertanyaan : Madzhab yang begitu banyak, menimbulkan banyak
perbedaan pandangan yang tidak sedikit menimbulkan banyak
permasalahan, contohnya kasus mantan gubernur DKI Jakarta
(Bpk. Ahok) yang melibatkan penafsiran surat al-Maidah ayat
51, apakah itu termasuk penistaan? Bagaimana sikap anda
menghadapi orang yang fanatik dalam menafsirkan ayat
tersebut?
Jawaban : Kalau kita lihat di vidio itu secara verbal bisa masuk dalam
penistaan agama, karena ukurannya itu dikembalikan pada si
pemilik agama itu sendiri, ketika suatu ucapan kemudian
diarahkan pada orang lain, dan orang lain itu tersinggung
tentu ada ukurannya, dan itu masuk dalam kasus penistaan
Pertanyaan : Apakah setelah mempelajari mata kuliah madzahib tafsir
anda lebih terbuka dalam menerima saran dan perbedaan
dalam bermadzhab?
Jawaban : Sangat, setelah saya dikirim ke Riau, disana saya melihat
perbedaan madzhab yang saya pelajari di kampus, lebih lagi
pada teologinya, nah dari sana akhirnya saya lebih bisa
membuka mata dan pemikiran saya, bahwa perbedaan ini
nyata, perbedaan itu adalah keniscayaan.
Pertanyaan : Jika anda menemukan permasalahan dalam penafsiran atau
madzhab tafsir sendiri, bagaimana sikap anda? apakah anda
akan mengungkapkan kegalauan pemikiran anda? Atau
memilih diam?
Jawaban : Saya sering berbeda di kelas berdasarkan argumen saya
sendiri, dan saya tetap mengungkapn yang saya fikirkan.
Pertanyaan : Apakah teman-teman anda adalah orang-orang yang satu
madzhab dengan anda?
Jawaban : Tidak ada, tapi saya pernah berhadapan dengan orang yang
sedemikian fanatik akan madzhab, waktu itu saya pernah
dikirim ke Natuna kepulauan Riau, saya mendapatkan banyak
pemikiran-pemikiran seperti itu, misalnya wahabi.
Pertanyaan : Bagaimana sikap anda jika kepercayaan madzhab teman
anda tidak sama dengan anda?
Jawaban : Saya termasuk karakter yang memilih pendekatan dengan
bertukar pikiran, jadi untuk sikap sama saja tidak ada yang
harus dikhawatirkan.
Pertanyaan : Quraish Shihab adalah salah satu mufassir Indonesia yang
begitu terkenal dengan tafsir al-Misbahnya, namun
penafsirannya menegenai hijab sangat ditentang oleh oknum
tertentu. Bahkan ada yang menyebutnya syiah. Bagaimana
sikap anda mengenai hal ini? Apakah anda tetap akan
memberikan apresiasi atas karya beliau? Atau justru menolak
penafsirannya?
Jawaban : Kembali lagi, bagaimana seharusnya kita melebarkan
pemikiran dan memperluas khazanah, sehingga tidak melihat
atau menilai sesuatu hanya dalam satu sisi yang mungkin
bahkan kita tidak tau ilmunya. Jadi oknum-oknum seperti ini
harus lebih diwaspadai bukan malah didukung atau ikut men-
judge seorang mufassir yang sudah jelas mumpuni dalam
bidangnya.
Pertanyaan : Jika teman anda berbeda pemahaman dengan anda dalam
bermadzhab, apakah anda akan memaksa teman anda untuk
satu pemahaman madzhab dengan anda?
Jawaban : Saya lebih suka diajak dialog, selama dia masih bisa diajak
dialog maka saya akan ajak berdialog, namun ketika dia sudah
melangkah pada sikap yang mengganggi orang lain, maka
saya pun juga harus ambil sikap, seperti kita ajak, lalu kita
dudukkan, namun jika masih dalam pemikiran lebih sampai
pada dialog saja.
Pertanyaan : Setiap kepala memiliki pemikiran yang berbeda, mempunyai
argumen tersendiri dalam memilih atau mempercayai sebuah
madzhab, bagaimana perasaan anda dengan banyaknya
perbedaan disekitar anda? Senang atau justru lebih khawatir?
Jawaban : Dalam bidang akademik itu adalah suatu kajian ya, suatu
kajian yang cukup membantu untuk berfikir, karena memang
kita tidak bisa membendung mereka yang ingin berbeda tetapi
dari situlah kemudian kita berfikir dan menilai adanya
perbedaan itu, mana sih ukurannya yang bisa diterima dan
mana ukurannya yang masuk dalam agama kita sesuai dasar-
dasar yang benar, karena kita tidak bisa mengatakan kepada
orang lain “kenapa kamu begini” karena mereka berbeda pun
mempunyai landasan pikiran sendiri. Jadi saya lebih tenang,
karena kita itu harus menciba tidak antipati dengan
perbedaan.
Pertanyaan : Menurut anda madzhab tafsir mana yang paling toleran?
Alasannya?
Jawaban : Jadi madzhab itu memiliki porsi masing-masing, kalau
ditanya yang paling toleran maka itu relatif, tergantung
permasalahan dan konteksnya, kita bisa mengatakan yang
lebih pada sosial adabi ijtima’i, mungkin iya, hal itu bisa
menjawab permasalahan yang ada pada saat ini. Jadi madzhab
tafsir yang paling toleran itu relatif.
Pertanyaan : Dari semua pertanyaan saya, apakah semua itu adalah efek
setelah mempelajari mata kuliah madzahibut tafsir?
Jawaban : Salah satunya bisa dikatakan seperti itu, dulu dalam konteks
fiqih saya syafi’i sekali dan tidak mau melihat mereka, nah
ketika saya mencoba mendapatkan mata kuliah yang beragam,
bahkan sesuatu yang unik yang saya dapat adalah “jangan
membaca madzhab lain dengan kacamata kita”, misal
mu’tazilah itu kan selalu kita salahkan, tetapi coba baca
mu’tazilah dari kacamata orang-orang mu’tazilah itu sendiri.
Nah berangkat dai mata kuliah seperti madzahibut tafsir ini
membuat saya lebih tidak kaku dalam melihat perbedaan
madzhab yang lain.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Hp : 0812-3399-6994
Email : nurmabuba30@gmail.com