SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
(S.1) dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh
TRI HANDAYANI
301190068
NOTA DINAS
Assalâmu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
A. Mustaniruddin, M. Ag Nurfadliyati,S.Ag.,MA
NIP.199108242019031011 NIDN.2028039601
i
MOTO
1
Kementerian Agama RI, ‚Juz 30,‛ Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi
Penyempurnaan (2019): 901.
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Tri Handayani
NIM. 301190068
iii
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah SWT. Serta shalawat beriringkan salam tercurahkan
keharibaan Rasulullah saw. maka skripsi ini dipersembahkan untuk orang-orang
berjasa dalam hidupku……
Bapak Dg. Makkelo (Agus/yakub) dan Ibu Bunga Tang terima kasih atas
segalajerih payahnya serta keikhlasannya dalam menjaga, membesarkan, serta
mendidikku. Terimakasih atas beribu cinta, kasih sayang, serta sabar yang telah
dicurahkan. Terimakasih atas dukungan serta doa yang tidak pernah berhenti
diberikan. Terimakasih atas segala semangat dan motivasi yang selalu
dicurahkan hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga Uwang dan Emak selalu
Allah beri Kesehatan, keselamatan, serta keamanan dimanapun dan kapanpun
berada. Semoga Allah memberikan umur yang Panjang untuk Uwang dan Emak.
Aamiin….
Kepada diri saya sendiri, terimakasih karena sudah berjuang selama ini, semoga Allah
senantiasa memberikan keberkahan dan kesehatan, karena masih banyak mimpi
mimpi yang harus menjadi nyata.
Kepada Al-Ustadz Moh Mansur Addamawy Al-Hafidz dan Ummi Laili Mukhayyaroh
Al-Hafidzoh serta guru-guru yang telah berjasa, terimakasih karena telah menjadi
embun penyejuk dalam kehausan.
Kepada kakak-kakak dan abang-abangku yang telah memotivasi banyak hal hingga
saat ini . Memberikan dukungan tiada henti. Semoga kita semua menjadi anak yang
membanggakan kedua orang tua aamiin …
Kepada keluarga besar H. Dg. Matteru, Family Group serta Keluarga Besar Bapak
Syarifuddin. Terimakasih atas sponsor yang telah diberikan baik moril maupun
materil, terimakasih karena senantiasa memberikan semangat dan dukungan, semoga
Allah membalas kebaikan yang telah kalian berikan.
Kepada anggota grup Brader Squat, Positif Vibes, Disney Clubs, Calon Orang
Sukses. Kepada anggota komunitas Youth Move Up dan Majelis Raudatuzzahro,
terimakasih karena senantiasa memberikan semangat dan dukungan, semoga Allah
membalas kebaikan yang telah kalian berikan.
iv
ABSTRAK
Saat ini fenomena body shaming cukup marak terjadi. Hal ini dibuktikan
dengan kasus body shaming sebanyak 966 kasus pada tahun 2018. Pelaku body
shaming bisa berasal dari orang terdekat atau orang yang tidak dikenal sama
sekali. Sering ada lelucon yang berujung pada body shaming. Tak sedikit juga
yang sengaja mengolok-olok orang yang berpenampilan fisik, yang menurut
mereka tidak termasuk standar kriteria. Misalnya, orang gemuk disamakan
dengan binatang besar, seperti sapi, kuda nil, kingkong atau binatang besar
lainnya. Bukan hanya orang yang gemuk, orang yang kurus, hitam, atau pendek
pun sering mendapatkan ejekan semacam itu tanpa memikirkan perasaannya. Hal
ini secara tekstual bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agama Islam
melalui Al-Qur’an dan Hadits. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
melihat gambaran body shaming di Indonesia, kemudian melihat ragam
penafsiran Qs. Al-Hujurat ayat 11 yang berhubungan dengan larangan mengolok-
olok, dan untuk melihat signifikansi Qs. Al-Hujurat ayat 11 terhadap tindakan
body shaming dengan pendekatan ma’na cum maghza.
Penelitian ini berjeniskan kepustakaan dengan metode kualitatif yang
bersifat deskriptif analitis. Pada penelitian ini, metode pengumpulan data yang
digunakan adalah dokumentasi. Data dokumentasi yang dikumpulkan berupa teks
ayat Al-Qur’an, kitab, buku, jurnal, artikel, dan lainnya. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari pendekatan ma’na cum maghza
yaitu dengan cara analisis linguistik, intratekstualitas, intertekstualitas, analisis
histori baik mikro maupun makro, dan signifikansi fenomenal historis, serta
signifikansi fenomenal dinamis.
Hasil temuan dalam penelitian ini menyatakan bahwa pertama Perbuatan
body shaming ini sangat marak sekali terjadi di Indonesia baik di dunia nyata
maupun dunia maya. Kedua dalam menafsirkan Qs. Al-Hujurat ayat 11 para
mufassir dari klasik, modern hingga kontemporer memiliki kecenderungan
tentang larangan mengolok-olok, menghina, dan panggil-memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Ketiga hasil dari interpretasi terhadap Qs. Al-Hujurat
v
ayat 11 dengan pendekatan ma’na cum maghza maka ditemukan signifikansi
fenomenal historis yaitu larangan mengolok-olok, menghina diri sendiri dan
panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Jika dilihat di masa sekarang
hal ini memunculkan signifikansi fenomenal dinamis yakni larangan terhadap
bentuk kekerasan verbal seperti body shaming. Salah satu bentuk kekerasan
tersebut yakni dengan mengolok-olok kondisi tubuh atau dengan menyebut
panggilan yang tidak baik mengenai tubuh, seperti memanggil dengan ‚si kurus‛,
‚si buta‛, ‚si hitam‛, ‚si gendut‛ dan lain sebagainya. tindakan body shaming
tidaklah dibenarkan baik dalam bentuk perkataan maupun isyarat. Maksud dari
isyarat disini adalah mengolok-olok orang lain dengan gerakan tubuh, seperti
mengisyaratkan orang yang bertubuh pendek dengan merendahkan tangan dari
pundak. Tindakan body shaming merupakan tindakan yang sangat tercela, hal ini
tergambarkan jelas pada Qs. Al-Hujurat ayat 11.
Kata Kunci : Body shaming , Ma’na Cum Maghza, Qs. Al-Hujurat Ayat 11.
vi
KATA PENGANTAR
vii
9. Abang dan Kakak-Kakak yang terus mensupport saya yang sedang
berjuang dengan Pendidikan.
10. Teman-teman yang telah menguatkan ketika semangat sedang menurun.
11. Kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dalam penelitian ini tentu terdapat banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan guna menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Sekali lagi ucapan
terima kasih sebanyak-banyaknya semoga penelitian ini memberikan banyak
manfaat bagi setiap pembaca.
Tri Handayani
NIM. 301190068
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
MOTTO ........................................................................................................... ii
PERSEMBAHAN ............................................................................................. iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI.......................................................................... xi
PENDAHULUAN
ix
D. Penyebab dan Akibat Body shaming ...................................................... 22
E. Undang-Undang dan Kasus Body shaming Di Indonesia .......................... 26
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 68
B. Saran ...................................................................................................... 69
CURRICULUM VITAE
x
PEDOMAN TRANSLITERASI 2
A. Alfabet
ا A ط Th
ب B ظ Zh
ت T ع ‘a
ج J ؼ F
ح H ؽ Q
خ Kh ؾ K
د D ؿ L
ذ Dz ـ M
ر R ف N
ز Z ق H
س S ك W
ش Sy ء A
ض Dh
2
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi (Jambi:Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016),149-150.
xi
B. Vokal dan Harkat
C. Ta Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:
1. Ta Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya adalah /h/.
Arab Indonesia
صىالة Shalah
مراة Mir’ah
Wizarat al-Tarbiyah
وزارةالتربية
مراةالسمن Mir’at al-zaman
Arab Indonesia
فجنة Fij’atan
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
3
Sakinah,"Ini Bukan Lelucon" Body shaming, Citra Tubuh, Dampak dan Cara
Mengatasinya,‛ Jurnal Emik 1 (2018): 55.
4
Muhammad Mundzir, Arin Maulida Aulana, and Nunik Alviatul Arizki, ‚Body
shaming dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir Maqasidi,‛ Maghza: Jurnal Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir VI, No. 1 (2021): 94.
5
Chaplin J.P., ‚Kamus Lengkap Psikologi’ (Jakarta: Rajawali Press, 2011),129.
1
2
6
Lisya - Chairani, ‚Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis,‛
Buletin Psikologi XXVI, No. 1 (2018): 12.
7
I Made Dedy Priyanto and Ni Gusti Agung Ayu Putu Rismajayanthi, ‚Tinjauan
Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penghinaan Citra Tubuh ( Body shaming ) Menurut
Hukum Pidana Indonesia,‛ Journal Kertha Wicara VIII, No. 01 (2019): 3.
8
Monavia Ayu Rizaty, ‚Tubuh Terlalu Berisi, Alasan Utama Perempuan Indonesia
Terkena Body shaming,‛ diakses melalui alamat
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/ 2021/09/14/tubuh-terlalu-berisi-alasan-utama-
perempuan-indonesia-terkena-body shaming#:~:
text=Berdasarkan%20laporan%20ZAP%20Beauty%20Index,karena%20memiliki%20kulit
%20yang%20berjerawat, tanggal 23 November 2022
3
9
Cnn Indonesia, ‚Body shaming, ‘Hantu’ Yang Timbulkan Krisis Kepercayaan
Diri,‛ diakses melalui alamat https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20181121182737-284-348197/body-shaming-hantu-yang-timbulkan-krisis-
kepercayaan-diri, tanggal 23 November 2022.
10
Kementerian Agama RI, ‚Juz 21-30,‛ Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi
Penyempurnaan 2019 (2019): 373.
4
tidak terlepas dari yang namanya saling membutuhkan satu sama lain.
Oleh karena itu, perilaku body shaming saat ini menjadi masalah publik
yang berdampak pada korban, serta dapat menimbulkan perpecahan dan
rusaknya hubungan sosial di masyarakat. 11 Perilaku body shaming juga
secara khusus dijelaskan dalam hadits yang tertuang dalam kitab Hadits
Sunan Tirmidzi nomor indeks 2502.
11
Dandf Adab, ‚Perundungan dalam Tafsir Al-Maraghi Telaah Qs. Al-Hujurat/49:
11,‛ Repository.Iainpalopo.Ac.Id (2021) 7.
12
M. Fahmi Azhar and Ida Rochmawati Yusuf, ‚A Review Of Body shaming
Behavior On The Hadith; The Preventive Measurement From Islamic Point Of View,‛ Al-
Bukhari : Jurnal Ilmu Hadis V, No. 1 (2022): 152.
5
13
Mundzir, Aulana, and Arizki, ‚Body shaming dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir
Maqasidi.‛
14
Sahiron Syamsuddin (dkk.), Pendekatan Ma’na-Cum-Maghza atas Al-Qur’an dan
Hadis : Menjawab Problematika Sosial Keagamaan di Era Kontemporer , (Yogyakarta:
Asosiasi Ilmu alQur’an dan Tafsir dengan Lembaga Ladang Kata, 2020), 141.
6
Saat ini fenomena body shaming cukup marak terjadi. Pelaku body
shaming bisa berasal dari orang terdekat atau orang yang tidak dikenal
sama sekali. Sering ada lelucon yang berujung pada body shaming. Tak
sedikit juga yang sengaja mengolok-olok orang yang berpenampilan fisik,
yang menurut mereka tidak termasuk standar kriteria. Misalnya, orang
gemuk disamakan dengan binatang besar, seperti sapi, kuda nil, kingkong
atau binatang besar lainnya. Bukan hanya orang yang gemuk, orang yang
kurus, hitam, atau pendek pun sering mendapatkan ejekan semacam itu
tanpa memikirkan perasaannya.15 Hal ini secara tekstual bertentangan
dengan apa yang diajarkan oleh agama Islam melalui Al-Qur’an dan
Hadits dan itulah yang membuat penelitian ini menarik untuk dikaji.
Penelitian ini penting dilakukan agar dapat berkontribusi dalam
meminimalisir tindakan body shaming yang terjadi di Indonesia melalui
penjelasan Al-Qur’an yang dianalisis dengan pendekatan ma’na cum
maghza. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas hal tersebut yang
akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul ‚Signifikansi Qs. Al-
Hujurat Ayat 11 Terhadap Tindakan Body shaming Dengan Pendekatan
Ma’na cum maghza.‛.
B. Permasalahan
Masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah signifikansi Qs. Al-Hujurat ayat 11 terhadap tindakan
body shaming dengan pendekatan ma’na cum maghza.? Masalah pokok
ini dapat dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
a. Bagaimana gambaran umum body shaming di Indonesia?
b. Bagaimana penafsiran para mufassir tentang Q.S Al-Hujurat ayat
11 mengenai body shaming?
c. Bagaimana signifikansi Q.S Al-Hujurat ayat 11 terhadap tindakan
body shaming perspektif ma’na cum maghza?
15
Mundzir, Aulana, and Arizki, ‚Body shaming dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir
Maqasidi.‛
7
C. Batasan Masalah
Berhubungan luasnya pembahasan, maka perlu adanya sebuah
batasan masalah, supaya pembahasan yang dibahas agar lebih terarah dan
tidak keluar dari tujuan dari penelitian. Maka batasan terhadap masalah
penelitian ini, peneliti hanya fokus pada Q.S Al-Hujurat ayat 11 pada kata
sakhara dalam konteks body shaming dengan menggunakan kacamata
ma’na cum maghza.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi berbagai literatur penelitian sebelumnya
tentang topik yang akan dibahas dalam penelitian, yang bertujuan untuk
menjelaskan pengelolaan bahan penelitian. Tinjauan pustaka sebagai sarana
untuk memahami penelitian terdahulu dan perkembangannya pada bidang
penelitian yang relevan.
Tinjauan pustaka bertujuan untuk menghubungkan penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini
dipilih penelitian yang relevan dengan topik. Setelah meninjau penelitian
9
16
Auwalul Makhfudhoh, ‚Body shaming Perspektif Tahir Ibnu ‘Ashur (Studi
Analisis Qur ’ an Surat Al -Hujurat {49}:11 dalam Kitab At- Tahrir Wa At-Tanwīr)‛ (2019):
1.
17
Mundzir, Aulana, and Arizki, ‚Body shaming dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir
Maqasidi.‛
10
ditulis oleh Yayu Julia pada tahun 2017.18 Dalam penelitian tersebut, penulis
mengumpulkan terlebih dahulu semua ayat yang berkaitan dengan tema dan
membandingkannya dengan penafsiran yang lain atau yang biasa dikenal
dengan muqorron. Sedangkan dalam penelitian ini fokus utamanya adalah
Q.S Al-Hujurat ayat 11 mengenai tindakan body shaming dengan
pendekatan ma’na cum maghza.
Skripsi yang ditulis oleh Mokhammad Ainul Yaqien dengan judul
‚Bullying dalam Perspektif Al-Qur’an dan Psikologi‛, Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2018.19 Penelitian tersebut
membahas tentang bullying dalam sudut pandang Al-Qur’an, akan tetapi
dalam pembahasannya penulis lebih dominan membahas dalam sudut
pandang psikologi. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis adalah penelitian ini membahas bagaimana
tindakan body shaming dari sudut pandang Al-Qur’an menggunakan
pendekatan ma’na cum maghza.
Skripsi yang berjudul ‚al-Taskhi>r fi al-‘A<lam‛ yang ditulis oleh Sitti
Saleha. Pembahasan skripsi ini, juga berfokus pada kata yang sewazan
dengan sakhar namun lebih mengarah kepada makna kedua ‚menundukkan‛
yang objek kajiannya adalah alam. Sedangkan dalam penulisan skripsi yang
berjudul ‚Sakhar dalam Al-Qur’an‛ ini mengarah pada makna pertama yaitu
‚penghinaan‛ Selain dari skripsi yang telah disebutkan di atas, penulis juga
menemukan jurnal ilmiah yang membahas tentang penghinaan namun jurnal
tersebut hanya fokus pada pembahasan tentang sarana atau media yang
digunakan dalam melakukan penghinaan. Jurnal tersebut berjudul ‚Tinjauan
tentang Penghinaan melalui facebook menurut Undang-undang nomor 11
tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik‛. Sedangkan dalam
18
Yayu Julia, ‚Penafsiran Tentang Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan
Perilaku Bullying: Studi Komparatif Antara Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur Dan Tafsir
Al-Maraghi‛ (2017): 2.
19
Ainul Yaqien Mokhammad, ‚Bullying dalam Perspektif Al-Qur’an Dan
Psikologi,‛ Skripsi (2018): 1.
11
20
Nurul Muhsinin ‚Body shaming dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Positif‛,Skripsi (Yogyakarta: Prodi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021): 2.
21
Perspektif M A Na, ‚Bullying dalam Penafsiran Qs. Al-Hujurat [49]:11
Perspektif Ma’na Cum Magza Sumiati1, Danial2 1‛ II, No. 2 (2022): 46.
22
Chairani, ‚Body Shame Dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis.‛
12
23
Moch. Amirudin Ashar ‚Bullying Dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Teori dan Kaidah
M Quraish Shihab serta Ibn Katsir dalam Menafsirkan Yaksar), Skripsi, (Surabaya: UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2016), 2.
13
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan ( library
research) karena subjek penelitian ini adalah teks Al-Qur’an, kitab,
buku, jurnal, artikel, serta literatur lainnya yang akan dianalisis dan
dibuktikan dalam bentuk tulisan. Dalam penelitian ini menggunakan
metode kualitatif sebagai usaha menjawab permasalahan yang ada
dengan bersifat deskriptif-analitis, hal yang dilakukan pertama ialah
memaparkan ayat Al-Qur’an yang telah dipilih, lalu dianalisis
perspektifnya menggunakan pendekatan ma’na cum maghza.
Menganalisis data serta mendeskripsikannya dengan tujuan agar
mudah dipahami.24 Sifat deskriptif digunakan untuk menjelaskan
hal-hal tertentu kemudian menambahkan data lainnya yang
mendukung.
Objek utama pada penelitian ini adalah teks Al-Qur’an, yang mana
menggunakan pendekatan ma’na cum maghza. Ma’na cum maghza
ialah pendekatan yang dilakukan dengan cara mencari makna utama
pada ayat yang diteliti, lalu mencari pesan utama ayat tersebut pada
masa pewahyuan atau pada saat turunnya Al-Qur’an, dan kemudian
signifikansi pesan tersebut pada konteks saat ini. 25
2. Sumber dan Jenis Data
Pada umumnya penelitian kualitatif memiliki dua sumber data, di
antaranya data primer dan data sekunder. 26 Data primer dalam
penelitian ini adalah ayat Al-Qur’an. Sedangkan data sekunder dalam
penelitian ini adalah berupa berbagai literatur yang relevan dengan
penelitian ini baik itu buku, kitab, jurnal, artikel, dan literatur
lainnya.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta 2017). 13.
25
Metode Penafsiran dengan Pendekatan Ma’na - Cum - Maghza , 13.
26
Sahiron Syamsuddin, Metode Penafsiran dengan Pendekatan Ma’na Cum Maghza,
(2020),13.
14
27
Samsu, Metode Penelitian Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif,
Mixed Methods, serta Research & Development , (Jambi: Pustaka Jambi: 2017). 99.
15
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan bertujuan untuk mensistemasi penulisan
dan menjawab pertanyaan penelitian pada tulisan ini. Hal ini sudah
disepakati oleh Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dalam teknik penulisan. Adanya
sistematika penulisan diharapkan agar pembahasan dalam penelitian ini
lebih terarah dan terpadu. Dalam penulisan ini terbagi menjadi beberapa
bab, yaitu:
Bab I, berisikan pembahasan yang meliputi latar belakang
masalah, permasalahan, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II, berisikan pembahasan tentang pengertian body shaming,
jenis-jenis body shaming, sebab dan akibat body shaming, undang-undang
dan kasus body shaming di Indonesia.
Bab III, bagian ini diarahkan untuk memaparkan penafsiran para
mufassir terhadap Q.S Al-Hujurat ayat 11 mulai dari penafsiran klasik
hingga kontemporer.
Bab IV, bab ini merupakan pembahasan yang berisikan
signifikansi Q.S Al-Hujurat ayat 11 terhadap tindakan body shaming
dengan pendekatan ma’na cum maghza.
Bab V, yakni penutup penelitian, berisikan pemaparan terhadap
kesimpulan akhir penelitian, serta saran-saran.
28
Syamsuddin, Metode Penafsiran dengan Pendekatan Ma’na - Cum - Maghza , 7.
16
BAB II
GAMBARAN UMUM BODY SHAMING
29
Wahdina, ‚Body shaming Dalam Alquran Surah Al-Hujurat Ayat 11 (Analisis Tafsir
Al-Azhar Karya Buya Hamka)‛ Skripsi (Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan, 2022) 2.
30
Ni Gusti Agung Ayu Putu Risma Jayanthi Dan Imade Dedy Priyanto, ‚Tinjauan
Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penghinaan Terhadap Citra Tubuh ( Body shaming) Menurut
Hukum Pidana Indonesia,‛ Journal Ilmu Hukum Universitas Udayana . VII, (2001), 387.
31
Ayuhan Nafsul Mutmainnah, ‚Analisis Yuridis Terhadap Pelaku Penghinaan Citra
Tubuh (Body shaming) Dalam Hukum Pidana Di Indonesia‛ Dinamika Jurnal Ilmiah Ilmu
Hukum, XXVI, No.8 (2020), 976.
17
32
Syarifah Amalia‚ ‚Hubungan Antara Body Image Dengan Kepercayaan Diri Pada
Korban Body shaming‛ Skripsi (Surabaya: Uin Sunan Ampel, 2020) 36.
33
Sumi Lestari, ‚Bullying Or Body shaming? Young Women In Patient Body
Dysmorphic Disorder‛ Philanthrophy Journal Of Psychology , III, No.1 (2019), 60.
34
Micheal Suzzy, ‚Perlawanan Penyitas Body shaming Melalui Media Sosial‛ Koneksi,
IV, No.1 (2020), 140.
18
35
Damanik, T. M, ‚Dinamika Psikologis Perempuan Mengalami Body shaming.‛
Skripsi, Progam Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Sakinah, Ini Bukan
Lelucon: Body shaming, Citra Tubuh, Dampak Dan Cara Mengatasinya, Jurnal Emik, I, No.1
(2018), 55.
19
36
Edmund Russell, ‚Environment, Culture, And The Brain: New Explorations In
Neurohistory,‛ Rachel Carson Centre Perspectives 6, No. 1 (2012).
20
37
Luna Delozal, The Body And Shame ‚Phenomology, Feminism And The Socially,
Shaped Body‛ (New York: Lexinton Book, 2015) 7.
38
Delozal, The Body And Shame 7.
39
Luna Delozal, The Body And Shame ‚Phenomology, Feminism And The Socially,
Shaped Body‛ (New York: Lexinton Book, 2015) 10.
40
Tri Fajariani Fauzia, Lintang Ratri Rahmiaji, Memahami Pengalaman Body shaming
Pada Remaja Perempuan, Jurnal, 2019, 5
21
43
M. Fahmi Azhar, ‚Perilaku Body shaming (Studi Ma’anil Hadis Sunan Tirmidzi
Nomor Indeks 2502 Melalui Pendekatan Psikologi)‛, Skripsi (Surabaya: Uin Sunan Ampel
Surabaya, 2021), 18.
44
Villi Januar Dan Dona Ika, ‚Citra Tubuh Pada Remaja Putri Menikah Dan Memiliki
Anak‛ Jurnal Psikologi, I, No.1 (2007), 53.
23
45
Iin Rizkiah Dan Nurliana Cipta Apsari, ‚Strategi Coping Perempuan Terhadap
Standarisasi Cantik Di Masyarakat‛ Marwah:Jurnal Perempuan, Agama Dan Jender, XVIII, No.2,
(2019), 136.
46
Ayuhan Nafsul Mutmainnah, ‚Analisis Yuridis Terhadap Pelaku Penghinaan Citra
Tubuh (Body shaming) Dalam Hukum Pidana Di Indonesia‛ Dinamika Jurnal Ilmiah Ilmu
Hukum, XXVI, No.8 (2020), 976.
47
Anggraini Dan Bambang Indra Gunawan, ‚Upaya Hukum Penghinaan (Body shaming)
Dikalangan Media Sosial Menurut Hukum Pidana Dan Uu Ite‛ Jurnal Lex Justitia, I, No.2 (2019),
115.
24
48
Lisya - Chairani, ‚Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis,‛
Buletin Psikologi XXVI, No. 1 (2018): 12.
49
Tri Fajariani Fauzia, Lintang Ratri Rahmiaji, Memahami Pengalaman Body shaming
Pada Remaja Perempuan, Jurnal, 2019, 3-4
25
50
Auwalul Makhfudhoh,‛ Body shaming Perspektif Tahrir Ibnu ‘Ashur (Studi Analisis
Qur’an Surat Al-Hujurat {49}:11 Dalam Kitab Attah{Rir Wa At-Tanwīr)‛, Skripsi (Surabaya:
Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, 2019), 22.
26
52
Auwalul Makhfudhoh,‛ Body shaming Perspektif Tahrir Ibnu ‘Ashur (Studi Analisis
Qur’an Surat Al-Hujurat {49}:11 Dalam Kitab Attah{Rir Wa At-Tanwīr)‛, Skripsi (Surabaya:
Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, 2019), 22.
53
Tri Mulyani And B Rini Heryanti, ‚Peningkatan Pemahaman Anak Panti Asuhan
Baitussalam Kota Semarang Terhadap Nilai-Nilai Kebhinnekaan Sebagai Upaya Menanggulangi
Tindak Pidana Body shaming,‛ Jurnal Tematik, III, No. 1 (2021):1.
27
54
I I Bullying, ‚Perilaku Body shaming Di Media Sosial Instagram‛ (2021): 18.
28
55
Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Kehormatan, Pengertian Dan
Penerapannya, (Jakarta: Pt Grafindo Persada, 2007), H.9.
56
Dista Amalia Arifah, ‚Kasus Cyber Crime Di Indonesia‛, Jurnal Bisnis Dan Ekonomi,
XVIII, (2011), 4.
BAB III
RAGAM PENAFSIRAN QS. AL-HUJURAT AYAT 11
TENTANG LARANGAN MENGOLOK-OLOK
57
Syukron Afani, ‚Tafsir Al-Qur’an Dalam Sejarah Perkembangannya‛.
58
Ibnu Abbas, Tanwir Al – Miqbas, 697
29
30
‚hai Yahudi, hai Nasrani, hai Majusi‛ dan mengatakan kepada orang
islam ‚hai fasik‛. 59
59
Abdullah bin Mas’ud, ‚Tafsir Ibnu Mas’ud‛, (Jakarta: Pustaka Azzam), 928.
60
Abi Ja‟far Muhammad Bin Jarir Al- Tabari, ‚Tafsir Al-Tabari‛, Jilid 23, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2007), 739-752.
31
61
Imam Al-Qurthubi, ‚Tafsir Al-Qurthubi‛, Jilid 17, (Jakarta: Pustaka Azzam), 56-70
62
Ibnu Katsir, ‚Tafsir Ibnu Katsir‛, Jilid 7, (Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2004), 485-486.
32
63
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al Maragi, (Semarang: Pt. Karya
Toha Putra, 1993), 220-223.
33
mencela orang yang lemah, yang lebih sempurna merendahkan yang cacat
dan seterusnya, padahal bisa jadi orang yang dihina, yang dicela dan yang
terlihat lebih rendah kualitas tampilannya itu lebih baik daripada yang
mencela dan menghina. Pada ayat ini, Sayyid Qutb juga menyoroti
redaksi wa la talmizu anfusakum. Baginya yang juga seorang sastrawan,
pemilihan redaksi ini sarat makna karena mengumpamakan sesama
muslim dengan satu tubuh, yang berarti bahwa ketika mencela sebagian,
maka dia seperti mencela semuanya. Termasuk yang diwanti-wanti dalam
ayat ini adalah tidak memanggil seseorang dengan panggilan yang jelek
yang seseorang tidak menyukainya. Hal ini dikarenakan pada masa Rasul
banyak para sahabat yang memberi gelar yang tidak baik kepada sahabat
yang lain, dan sahabat tersebut tidak menyukai hal tersebut. 64
64
Sayyid Qutb , ‚Tafsir fi Dzilal Al-Quran‛ Juz Ke-26, (Bairut: Dar Asy-Syuruq, 1992),
530-531.
34
lain dan tidak ingat akan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. ‚Dan
jangan pula wanita-wanita mengolok-olokkan kepada wanita yang lain;
karena boleh jadi (yang diperolok-olokkan itu) lebih baik dari mereka
(yang mengolok-olokkan). ‛ Daripada larangan ini nampaklah dengan
jelas bahwasanya orang-orang yang kerjanya hanya mencari kesalahan
dan kekhilafan orang lain, niscaya lupa akan kesalahan dan kealpaan yang
ada pada dirinya sendiri.
Memperolok-olokkan, mengejek dan memandang rendah orang
lain, tidak lain adalah karena merasa bahwa diri sendiri serba lengkap,
serba tinggi dan serba cukup, padahal awaklah yang serba kekurangan.
Segala manusia pun haruslah mengerti bahwa dalam dirinya sendiri
terdapat segala macam kekurangan, kealpaan dan kesalahan. Maka dalam
ayat ini bukan saja laki-laki yang dilarang memakai perangai yang buruk
itu, bahkan perempuan pun demikian pula. Sebaliknya hendaklah kita
memakai perangai tawadhu', merendahkan diri, menginsafi
kekurangannya. ‚Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri.‛
Sebenarnya pada asalnya kita dilarang keras mencela orang lain, dan
ditekankanlah dalam ayat ini dilarang mencela diri sendiri. Sebabnya
adalah karena mencela orang lain itu sama juga dengan mencela diri
sendiri. Kalau kita sudah berani mencela orang lain, membuka rahasia aib
orang lain, janganlah lupa bahwa orang lain pun sanggup membuka
rahasia kita sendiri.‚Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk.‛ Asal-usul larangan ini ialah kebiasaan orang di
zaman jahiliyah memberikan gelar dua tiga kepada seseorang menurut
perangainya.65
Quraish Shihab dalam Tafsir Al - Misbah menafsirkan Qs. Al-
Hujurat ayat 11 bahwasanya ayat ini memberi petunjuk tentang beberapa
hal yang harus dihindari untuk mencegah timbulnya pertikaian. Allah
berfirman memanggil kaum beriman dengan panggilan mesra: hai orang-
65
Prof. Dr. Hamka, ‚Tafsir Al-Azhar,‛ (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 68287-
6830.
35
66
Quraish Shihab, ‚Tafsir Al – Misbah‛, Volume 13, (Cairo: Lentera Hati, 1999), 250-
253.
BAB IV
SIGNIFIKANSI Q.S AL-HUJURAT AYAT 11
TERHADAP TINDAKAN BODY SHAMING
PERSPEKTIF MA’NA CUM MAGHZA
67
Syamsuddin, Metode Penafsiran Dengan Pendekatan Ma’na - Cum - Maghza , 7.
68
Khusniati Rofiah, ‚Nilai-Nilai Universal Al-Qur’an: Studi Atas Pemikiran Fazlul
Rahman‛, Jurnal Dialogia, Vol. 8, No. 1, (Januari 2010), 20.
36
37
69
Syamsuddin, Metode Penafsiran Dengan Pendekatan Ma’ Na - Cum - Maghza , 6.
70
Nurcholish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina, 1997), 162
71
Syamsuddin, Metode Penaf Siran Dengan Pendekatan Ma’na - Cum - Maghza
38
A. Analisis Linguistik
72
Syamsuddin, 5.
73
Syamsuddin, Metode Penafsiran Dengan Pendekatan Ma’na - Cum - Maghza ,7- 14.
39
panggilan adalah (panggilan) fasik) setelah beriman. siapa yang tidak bertobat,
mereka itulah orang-orang zalim‛.74
Di dalam Mu’jam Maqayis Al-Lugah kata Sakhar berasal dari akar kata
sakhira – yaskharu - sakhran yang makna struktur dasar kata tersebut adalah
ihtiqa>r wa istiz|la>l yang berarti ‚memandang rendah dan menghinakan‛. 75 Kata
yaskhar adalah fi’il mud}a>ri’ yang dijazm dengan sukun. Adapun asalnya terdiri
dari huruf sin, kha dan ra.. Ra>gib al-As}faha>ni> menjelaskan bahwa terdapat dua
bentuk sakhara dalam Al-Qur’an yaitu berbentuk al-taskhir yang bermakna
‚menundukkan‛ dan berbentuk sukhriyyah yang bermakna ‚merendahkan atau
mengolok-olok‛.76
Dalam kitab Lisanul ‘Arab سخرberasal dari kata ىك ىس ىخنر يى ٍس ىخ ير ىس ٍخنر ىس ًخىر
ىس ىخىرdisebut ت ً
Fara' berkata bahwasanya ia pernah mendengar kata ىسخ ٍر ي seperti
firman Allah يى ٍس ىخ ٍر قىػ ٍوهـ ًٌم ٍن قىػ ٍووـ. Menurut fulan kata ت ً
ىسخ ٍر ي adalah bahasa yang
fasih, dan sebagaimana firman Allah ىفي ٍس ىخ يرك ىف منهم سخر هللا منهم.77 Pada kamus
Artinya janganlah mengolok-olok. Lafad ini berasal dari fi’il madhi سىخىر yang
74
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir-Kamus Arab Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), H. 618.
75
Abu Al-H{Usain Ahmad Bin Fa>Ris Bin Zakariyya, Mu’jam Maqa>Yis Al-Lugah, Juz
Iii (Ittihad Al-Kitab Al-’Arab 2007 ), 144.
76
Al-Ra>Gib Al-Asfaha>Ni>, Al-Mufrada>T Fi> Gari>Bi Al-Qura>N, Juz I, 402.
77
Abul Fadhal Jamaluddin Muhammad bin Mukrim Ibnu Manzhur, Lisanul ‘Arab
(Beirut: edisi ke-enam 1997) 352-353.
40
78
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maragi, (Semarang, Karya Toha,
1993), 220.
79
Abi Al-Qasim Al-H{usain Bin Muh{ammad ‚Al-Raghib Al-Asfahahi‛, Al -Mufradai Fi>
Gharib Alquran, Juz 1, (Maktabah Nazar> Musta}fa> Al-Baz), 402.
80
M. Dhuha Abdul Jabbar, N. Burhannudin, Ensiklopedia Makna Alquran: Syarah Al-
Alfadz Alquran, 30.
41
81
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Pt. Mahmud Yunus Wadzuryah,
1989), 165.
82
Muh}ammad Fuwadi Abdu Al-Baqi>, Al-Mu’jam Al-Mufahras Fi Alfa>zi Al-Qur’an
Alkari>m (Kairo: Da>r Al-Kutub Al-Mis}riyah, 1364 H), 441.
42
83
Muhammad Husain, Al-Miza>n Fi Al-Tafsi>r Al-Qur’an, Jilid XVIII ( Bairut : Dar Al-
Fikr, T.Th.), 321.
84
Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi,(Beirut: Dar al-Fikr, 2006), 132.
43
seseorang agar perhatian tidak tertuju kepada orang yang dihina tersebut tetapi
hanya tertuju padanya. Perbuatan ini sangat tercela meskipun dilakukan dengan
main-main karena sangat berpotensi menyakiti perasaan orang lain. 88
Berdasarkan beberapa pengertian sakhar yang dikemukakan oleh para
ulama diatas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sakhar
adalah suatu perbuatan yang bersifat menghina atau merendahkan, yang
diungkapkan secara langsung maupun tidak langsung kepada orang lain, baik
dengan ucapan, perbuatan maupun dengan isyarat.
B. Analisis Intratektualitas
Menurut analisis intratekstualitas yang telah dilakukan lafadz sakhara
dalam Al-Qur’an dimaknai dan diartikan dengan beragam. Di dalam kitab al-
mu’jam al-mufahras li al-fadz Al-Qur’anul karim yang ditulis oleh Muhammad
Fuad Abdul Baqi bahwa selain pada Qs. Hujurat Ayat 11 terdapat beberapa
bentuk kata sakhara dalam Al-Qur’an, yang termaktub dalam beberapa surah
lain, yaitu Qs. At-Taubah ayat 79, Qs. Huud ayat 38, Qs. Al- Anbiya’ ayat 41
dan 79, Qs. Al-‘An’am ayat 10, Qs. Al-Jatsiyah ayat 12 dan 13, Qs. An-Nahl ayat
12 ayat 14 dan 79, Qs. Luqman ayat 20 dan 29, Qs. Al-Haj Ayat 65 ayat 36 dan
37, Qs. Al-Zukhruf ayat 13 dan 32, Qs. Al-Haqqah ayat 7, Qs. Shaad ayat 18 ayat
36 dan 63, Qs. Al-Mu’minun ayat 110, Qs. Al-A’raf ayat 54, Qs. Az-Zumar ayat
5 dan 56, Qs. Al-Ra’ad ayat 2, Qs. Fatir Ayat 13, Qs. Al-ankabuut ayat 61, Qs.
Ibrahim ayat 32 dan 33, Qs. Al-Shaffat ayat 12, Qs. Al-Baqarah ayat 164 dan
21289
Dalam Qs. Al-Jasiyah ayat 12 kata sakhara dimaknai sama dengan Qs.
An-Nahl ayat 14, Qs. Luqman ayat 20, Qs. Al-Hajj ayat 65, Qs. Az-Zukhruf ayat
13, yakni menundukkan. Sedangkan pada Qs. Al-Anbiya ayat 41, Qs. Hud ayat
38, dan Qs. Al-An’am ayat 10 terdapat bentuk yang berbeda dari kata sakhara
yakni sakhiruu yang memiliki makna mencemooh. Terdapat bentuk lain lagi
88
Kamaruddin Shaleh. Dkk., Ayat-Ayat Larangandan Perintah Dalam Al-Qur’an (Cet.
IV; Bandung: Cv Penerbit Diponegoro, 2008), 350.
89
Muhammad Fuad ‘Abd Al- Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Al-Fadz Al-Qur’anul
Karim, 828-829.
45
dalam Qs. Al-Hajj ayat 7 yakni sakhkharaha yang berarti menimpakan. Pada Qs.
Shad ayat 17 dengan bentuk sakharna yang berarti menundukkan. Kemudian
pada Qs. Hud ayat 38 dengan bentuk kata taskharu yang berarti kamu mengejek
dan naskharu yang memiliki arti akan mengejek. Selanjutnya dalam Qs. Az-
Zumar ayat 5, Qs Ar-Ra’ad ayat 2, Qs. Al-Jasiyah ayat13, Qs. An-Nahl ayat 12,
Fatir Ayat 13, Qs. Al-ankabuut ayat 61, Qs. Ibrahim ayat 32 dan 33 dalam
bentuk kata wasakhara yang berarti dan menundukkan. Kemudian pada Qs. Az-
Zumar Ayat 56 dengan bentuk kata sakhirina yang berarti orang-orang yang
memperolok-olok. Terakhir pada Qs. Al-Shaffat ayat 12, Qs. Al-Baqarah ayat
212 dengan bentuk kata wayaskharuna yang dimaknai dan mereka menghina.
Dari pembacaan intratekstualitas dapat ditarik suatu benang merah.
Bahwa pemaknaan kata sakhara yang beragam dengan bentuk kata yang berbeda,
disesuaikan pada penggunaannya. Namun dari sini dapat menunjukkan keluasan
tempat.
C. Analisis Intertekstualitas
Dalam penelusuran intertekstualitas melalui pencarian makna kata dalam
hadis. Maka ada 4 hadis yang dipilih dengan kata kunci sakhara, yaitu: Pertama
dalam hadis riwayat Abu Daud yang membahas mengenai do'a yang dibaca
Rasulullah saat mengendarai kendaraannya:90
90
Hr. Abu Daud, ‚Jihad, apa yang di ucapkan saat dalam perjalanan‛, Al-Alamiyah,
2232.
46
kendaraan ini untuk kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu. Dan kami
akan kembali kepada Rabb kami)… (HR. Abu Daud: 2232) 91
Kedua hadis mengenai amalan terbaik seorang lelaki yang tetap
memberikan hak kepada pekerjanya yang sudah berlalu pada masa yang lama:
91
Hr. Abu Daud, ‚Jihad, apa yang di ucapkan saat dalam perjalanan‛, Al-Alamiyah,
2232.
92
Hr. Ahmad, ‚Musnad Penduduk Kuffah: Hadist An Nu’man Bin Basyir Dari Nabi‛,
Al-Alamiyah, 17691
93
Hr. Muslim, ‚Keutamaan Uwais Al Qorni radhiallahu 'anhu‛, Al-Alamiyah, 4612.
47
ُّحى ً ً وؿ ًَل تىسخر ًِب كأىنٍت اٍلملًك قى ىاؿ ك ىذ ىاؾ الَّ ًذم ض ًح ٍك
ت مٍنوي م ٍن الض ى
ى ي ى قى ىاؿ فىػىيػ يق ي ى ٍ ى ي ى ى ى ي
… Hamba tersebut berkata, 'mengapa Engkau menghinaku sedangkan Engkau
adalah raja?" Nabi ﷺbersabda, "Itulah yang membuatku tertawa di waktu
Duha." (HR. Ahmad: 15)94
94
Hr. Ahmad, ‚Musnad 10 Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga: Musnad Abu Bakr As
Siddik‛, Al-Alamiyah, 15.
95
Abdul Hayyie, ‚Terjemah Lubabun Nuqul Fi Asbabin Nuzul Jalaluddin As Suyuthi ,‛
(Depok: Gema Insani, 2008), 10-11
48
terjadi ketika Nabi Muhammad Saw. ditanya tentang hukum atau suatu kejadian,
maka Al-Qur’an turun membawa jawabannya. Dari adanya pengetahuan tentang
asbabun nuzul, disitu kita dapat mengambil hikmah dari adanya suatu peristiwa
terdahulu, misalnya pemberlakuan suatu syari’at hukum untuk menjaga
kemaslahatan umat dan mengatasi berbagai permasalahan. Demikian juga pada
asbabun nuzul surah al-Hujurat ayat 11 Menurut Wahbah Al-Zuhaili QS. al-
Ḥujuat ayat 11 diturunkan berkaitan dengan beberapa sebab diantaranya;
Pertama, Menurut ad-Dhahak pada ayat‚ la yaskhar qaumun min qaumin ‛
diturunkan berkaitan dengan delegasi Bani Tamim yakni mereka menghina
orang-orang miskin dari kalangan sahabat-sahabat Nabi Saw seperti Bilal,
Salman, Ammar, dan lainnya. Dan Mujahid berkata bahwa itu adalah ejekan
orang-orang kaya kepada orang-orang miskin. Dan Ibnu Zaid berkata : orang-
orang yang ditutupi aibnya oleh Allah Swt. janganlah menghina orang-orang
yang berdosa yaitu orang-orang yang ditampakkan dosanya oleh Allah, bisa saja
orang-orang yang ditampakkan dosanya oleh Allah di dunia lebih baik ketika di
akhirat.96 Ada juga yang mengatakan‚ ayat ini diturunkan terkait Tsabit bin
Qawais bin Syamas yang menghina seorang laki- laki yang menyebutkan ibunya
pada masa jahiliyah, kemudian dia tertunduk malu, maka diturunkanlah ayat
ini.97 Ada pula yang mengatakan: ayat ini diturunkan berkaitan dengan Ikrimah
bin Abi Jahl ketika ia menginjakkan kakinya di Madinah, ketika orang-orang
muslim melihatnya mereka berkata: ini adalah keturunan Fir’aun. Kemudian ia
mengadu kepada Rasulullah Saw. maka turunlah ayat ini.
Kedua, sebab turunnya ayat ‚ wa la nisaʻ min nisaʻ in‛ berkaitan dengan
riwayat sebagai berikut: Ibnu Abbas berkata: Saat Shafiyyah binti Huyaiy bin
Akhthab mengadukan pada Rasulullah Saw. Dia berkata: wahai Rasulullah,
sesungguhnya para perempuan mencela saya, dan mereka berkata kepada saya:
hai yahudi anak perempuan dari yahudi!. maka Rasulullah Saw. berkata:
mengapa kamu tidak berkata: ayahku adalah Harun, dan pamanku adalah Musa,
96
Imam Nawawi, Riyadush Sholihin terjemah: Agus Hasan Bashori al-Sanuwi,
Muhammad Syu’aib al-Faiz al-Sanuwi, (Surabaya: Duta Ilmu,2006), 583
97
Imam al-Wahidi al-Naisabur, Asbabun Nuzul, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,1971),
203-204.
49
98
Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi,188
99
Ayat ini turun di Bani Salamah, pada saat Nabi datang ke Madinah. Hadis riwayat
Abu Daud dalam al-Sunan (no.4962), Ahmad dalam al-Musnad (4/260), al-Hakim dalam al-
Mustadrak (4/314), dia mengatakan bahwa sanad Hadis ini shahih, namun al-Bukhari dan Muslim
tidak meriwayatkanya, hal ini disepakati oleh al-Dzahabi. Hadis ini diriwayatkan pula oleh al-
Thabrani dalam al-Kabir (22/239) dikutip dari Ahmad Abdurraziq al-Bakri, Muhammad Adil
Muhammad, dkk.,, Terjemah Tafsir al-Thabari Jilid 23, 745
100
Wahbah Az Zuhaily, Tafsir Al Munir, Juz 13, (Damaskus: Dar Al Fikr, 2009), 579-
580.
50
101
Sahiron Syamsuddin (dkk.), Pendekatan Ma’na-Cum-Maghza atas Al-Qur’an dan
Hadis : Menjawab Problematika Sosial Keagamaan di Era Kontemporer, (Yogyakarta: Asosiasi
Ilmu alQur’an dan Tafsir dengan Lembaga Ladang Kata, 2020), 12.
102
Wahbah Az Zuhaily, Tafsir Al Munir, Juz 13, (Damaskus: Dar Al Fikr, 2009), 540.
103
Imam Az-Zamahsyari, Tafsir Al-Kasysyaf, Juz 4, (Libanon: Darul Kutub Al-Ilmiah,
2009), Cet 5, 340.
104
Philip K. Hitti, History Of The Arabs; From The Earliest Times To The Present. Terj
R.Cecep Lukman Yasin, (Jakarta; Serambi Ilmu Semeste, 2010), 145.
51
Namun, Tidak ada data pasti mengenai waktu pasti surah al-Hujurat> ini turun,
yang ditemui penulis hanya kepastian bahwa ayat ini turun setelah hijrah, dengan
kesepakatan para ulama bahwa surah ini Surah Madaniyah.
Walaupun tidak dapat memperkecil jangkauan waktu sejarah dan konteks
dimana ayat ini turun, setidaknya diketahui bahwa ayat ini turun di konteks
Madinah, yakni setelah peristiwa Hijrah yang di mana menurut Quraish Shihab,
Nabi Muhammad pada fase ini melakukan tiga hal penting yakni: Pertama
membangun Masjid, Kedua menjalin persaudaraan dan yang ketiga menggalang
kerukunan.105 Hal yang paling serius dilakukan oleh Nabi setelah membangun
Masjid adalah membangun Ukhuwah dan menggalang kerukunan. Ini karena di
Madinah sendiri terdapat berbagai suku dan bahkan kelompok agama yang
beragam, ini adalah situasi atau keadaan yang tidak ditemukan ketika masih
berada di Mekah. Nabi sendiri melihat semua kelompok yang ada merindukan
kehidupan yang damai dan tentram, jauh dari segala pertentangan dan
permusuhan yang telah memecah belah mereka di masa lalu. Nabi ingin
menjadikan kota ini sebagai kota yang membawa ketentraman bagi penduduknya
di masa depan, dan juga menjadi kota yang lebih makmur dan lebih maju
dibanding Mekah.106
Surah al-Hujurat menurut al-Suyu>t}i turun di Madinah, atau dikenal
sebagai surah Madaniyah. Ada beberapa versi terkait sebab turunya ayat Qs. al-
Hujurat ayat 11. Dalam suatu riwayat mengatakan bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan tingkah laku Bani Tamim yang pernah berkunjung kepada
Rasulullah SAW, lalu mereka mengolok-olok beberapa sahabat yang faqir dan
miskin, seperti: ‘Amar, Suhaib, Bilal, Khabbab, Salman al-Farisi, dan lain-lain
karena pakaian mereka sangat sederhana.107
105
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw; Dalam Sorotan Al-Qur’an
Dan Hadits-Hadits Shahih, (Jakarta; Lentera Hati, 2014), 509.
106
Muhammad Husain Haekal, Hayat Muhammad, Terj. Miftah A. Malik, (Tt; Pustaka
Akhlak, 2015), 321-322.
107
Imam Nawawi, ‚Riyadush Sholihin Terjemah: Agus Hasan Bashori Al-Sanuwi,
Muhammad Syu’aib Al-Faiz Al-Sanuwi,‛ (Surabaya: Duta Ilmu,2006), 583
52
Riwayat yang lain telah ditetapkan oleh Qays bin Syamas bahwasanya
saat itu yang mendengardan menghormati majlis Nabi Muhammad SAW dan
dalam majlis ini berkata: ‚meluaslah di majlis ini agar dia dapat duduk
bersandingan dengan Nabi dan mendengarkan kajian dalam majlis ini.‛
Kemudian seorang laki-laki berkata: ‚Anda telah membuat kegaduhan dalam
majlis ini maka duduklah.‛ Kemudian Tsabit berkata ‚Siapa ini?‛. Kemudian
seorang laki-laki menjawab: ‚ saya Fulan.‛ Kemudian Tsabit berkata: anaknya
Fulanah maka di sebutkanlah nama ibunya pada zaman jahiliah yang menjadi
bahan hinaan‛. Laki-laki tersebut merasa malu, maka turunlah ayat ini.108
Ikrimah meriwayatkan ayat ini turun berkaitan dengan Shafiyah bin
Huyay bin al-Akhtab yang mengadu kepada Rasulullah mengatakan beberapa
perempuan Madinah yang tak lain adalah istri-istri Rasulullah yang pernah
menegurnya dengan kata-kata yang menyakitkan, ‚hai perempuan Yahudi,
keturunan Yahudi‛ ang dimaksud adalah ayahnya Nabi Harun dan pamannya
Nabi Musa. Kemudian Shafiyah mengadukan hal ini kepada Rasulullah yang tak
lain adalah suaminya. Lalu Rasulullah SAW memberikan solusi dengan
mengatakan: ‚cukup kau katakan: ‚ayahku Nabi Harun dan pamanku Nabi Musa,
engkau dan aku adalah istri dari seorang nabi dan semuanya adalah nabi. 109
Selain itu, ayat ini turun berkenaan dengan cemburunya istri-istri nabi dengan
Ummu Salamah dengan mengatakan Ummu Salamah pendek, dan ini adalah
sebuah ejekan.110 QS. Al-Hujurat ayat 11 memiliki keterkaitan dengan Q.S. al-
Hujurat ayat 12 dan Q.S al-Humazah ayat 1.
108
Imam Al-Wahidi Al-Naisabur, Asbabun Nuzul, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-
Ilmiyah,1971), 203-204
109
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi,188
110
Imam Al-Wahidi Al-Naisabur, Asbabun Nuzul, 204.
53
111
Kementerian Agama RI, ‚Juz 21-30,‛ Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi
Penyempurnaan, (2019): 755.
112
Tim Penerjemah dan Pentashihan Al-Qur’an, Al Hikmah Al-Qur’an dan
Terjemahannya. (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2014), 1517.
54
yang baik akan memberikan aura positif dalam perkembangan dan pertumbuhan
masyarakat. Maka ayat di atas cukup menonjolkan dalam mengembangkan spirit
nilai kemanusiaan.
113
Imam Az-Zamahsyari, Tafsir Al-Kasysyaf, Juz 4, (Libanon: Darul Kutub Al-Ilmiah,
2009), Cet 5, 340.
114
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw; Dalam Sorotan Al-Qur’an
Dan Hadits-Hadits Shahih, (Jakarta; Lentera Hati, 2014), Hlm. 509.
55
belah mereka di masa lalu. Nabi ingin menjadikan kota ini sebagai kota yang
membawa ketentraman bagi penduduknya di masa depan, dan juga menjadi kota
yang lebih makmur dan lebih maju dibanding Mekah.
Selanjutnya melalui hasil analisis konteks mikro turunnya QS. Al-
Ḥujurat ayat 11 diturunkan berkaitan dengan beberapa sebab diantaranya;
Pertama, diturunkan berkaitan dengan delegasi Bani Tamim yakni mereka
menghina orang-orang miskin dari kalangan sahabat-sahabat Nabi Saw seperti
Bilal, Salman, Ammar, dan lainnya. Dan Mujahid berkata bahwa itu adalah
ejekan orang-orang kaya kepada orang-orang miskin.115 Adapula yang
mengatakan ayat ini diturunkan terkait Tsabit bin Qawais bin Syamas yang
menghina seorang laki- laki yang menyebutkan ibunya pada masa jahiliyah,
kemudian dia tertunduk malu.116 Kedua , sebab turunnya ayat ini adalah saat
Shafiyyah binti Huyaiy bin Akhthab mengadukan pada Rasulullah Saw. Dia
berkata: wahai Rasulullah, sesungguhnya para perempuan mencela saya, dan
mereka berkata kepada saya: hai yahudi anak perempuan dari yahudi!. maka
Rasulullah Saw. berkata: mengapa kamu tidak berkata: ayahku adalah Harun, dan
pamanku adalah Musa, dan suamiku adalah Muhammad. Kemudian Allah
menurunkan ayat ini. Diriwayatkan juga: ayat ini turun berkaitan dengan istri-
istri Nabi yang menghina Ummu salamah. Ketiga ayat ini turun berkaitan dengan
Bani Salamah, 117 ketika Rasulullah tiba di Madinah dan tidak seorangpun dari
mereka kecuali memiliki dua atau tiga nama. Ketika dipanggil salah seorang dari
mereka dengan nama tersebut, mereka berkata: wahai Rasulullah, sesungguhnya
dia marah dengan nama itu. Lalu turunlah ayat ini. 118
Dari berbagai proses penafsiran yang telah dilalui, mulai dari menggali
makna linguistik hingga menggali konteks histori Qs. Al-Hujurat ayat 11.
Langkah selanjutnya yang perlu ditempuh adalah signifikansi fenomenal historis.
115
Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, 188.
116
Imam al-Wahidi al-Naisabur, Asbabun Nuzul, (Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah,1971), 203-204.
117
Imam al-Wahidi al-Naisabur, Asbabun Nuzul, 204.
118
Wahbah Az Zuhaily, Tafsir Al Munir, Juz 13, (Damaskus: Dar Al Fikr, 2009), 579-
580.
56
119
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid XIII, 251-252.
57
tersebut ditafsirkan saat ini. 120 Dalam mencari signifikansi fenomenal dinamis
terdapat beberapa langkah metodologis yang perlu ditempuh, diantaranya adalah:
1. Menentukan kategori ayat. Sebagian ulama mengkategorikan ayat-ayat
menjadi 3 klasifikasi besar, yaitu: 1. Ayat-ayat yang membahas tentang
masalah ketauhidan. 2. Ayat-ayat tentang hukum. 3. Ayat-ayat tentang
kisah-kisah nabi pada zaman dan dahulu serta kisah-kisah umat terdahulu.
Abdullah Saeed membagi ayat-ayat tentang hukum ke beberapa hirarki
nilai: 1. Obligatory values (nilai-nilai kewajiban), yaitu contohnya
perintah sholat, zakat, puasa, dan juga haji. 2. Fundamental values (nilai-
nilai basis kemanusiaan), contohnya adalah seperti perintah menjaga
kehormatan manusia, perintah berbuat baik kepada setiap manusia, dan
perintah melaksanakan keadilan. 3. Protection al values (nilai-nilai
proteksi), adalah ayat-ayat penjagaan atas dasar-dasar, contohnya adalah
ayat-ayat yang berisikan larangan membunuh, mengurangi timbangan dan
mengkonsumsi khamr yang mampu merusak akal dan pikiran. 4.
Implementational values (nilai-nilai yang diaplikasikan atau
dilaksanakan), yaitu seperti ayat-ayat tentang hukuman ketika melakukan
perbuatan melanggar dan merusak nilai-nilai dasar kemanusiaan.
Contohnya ayat tentang qisas , ayat tentang hukuman rajam bagi para
pezina, dan lain-lain. 5. Instructional values (nilai-nilai tentang perintah),
adalah ayat-ayat yang berisi tentang perintah yang Allah berikan kepada
Nabi Muhammad saw. dan para sahabat guna menyelesaikan suatu
permasalahan. Contohnya ayat tentang poligami.
Tiga hirarki yang pertama seperti obligatory values, fundamental values
dan instructional values tidak memerlukan konstektualisasi karena
bersifat universal. Sedangkan dua hirarki yang terakhir yaitu
implementasi values dan instructional values memerlukan adanya
kontekstualisasi dan reaktualisasi ketika menafsirkan Al-Qur’an pada
ayat-ayat tersebut. Hal ini disebabkan nilai-nilai tersebut sangat erat
120
Abdullah Saeed. Interpreting The Qur’an : To Wards Acontemporary Approach .
(London & New York: Routledge, 2006). 126-144.
58
hubungannya dengan budaya arab dan kondisi bangsa Arab kala itu.
Upaya kategorisasi ayat ini sangat dibutuhkan dan perlu dilakukan guna
menentukan sebatas mana dapat dilakukan kontekstualisasi dan
rekonstruksi terhadap signifikansi fenomenal dinamis. Pada Qs. Al-Nisa
ayat 1 dikategorikan kepada fundamental values karena pada pada ayat
tersebut terdapat pesan utama menjaga garis keturunan, perintah berbuat
baik, menjaga islam, serta dilarangnya merubah hal baik menjadi hal
buruk.
2. Mengembangkan hakikat yang telah didapat yaitu al-maghza al-tarikhi
atau disebut dengan signifikansi fenomenal historis menuju konteks
waktu dan tempat saat ayat ditafsirkan. Pada Qs. Al-Hujurat ayat 11
setelah menganalisis konteks bahasa dan konteks histori maka ditemukan
beberapa pesan utama yaitu pertama yakni larangan suatu kelompok
mengolok-olok kelompok lainnya, karena bisa jadi yang diolok-olok lebih
baik dari pada yang mengolok-olok. Kedua larangan mencela diri sendiri,
maksudnya adalah saat seseorang mencela orang lain berarti ia mencela
dirinya sendiri. Ketiga yakni larangan panggil-memanggil dengan gelar-
gelar yang buruk, seperti si pendek, si kurus, dsb. 121
Dalam mengembangkan signifikansi fenomenal dinamis haruslah
diperkuat dengan argumentasi menggunakan ilmu bantu lain, seperti
psikologi, sosiologi, antropologi, dengan catatan harus sesuai batasan
yang cukup saja dan tidak berlebihan. Dari beberapa pesan utama yang
telah didapat maka dapat ditarik signifikansi fenomenal dinamisnya
bahwa pertama larangan mengolok-olok. Hal ini jika disignifikansikan
kembali dan dikaitkan dengan tindakan body shaming yang ada di
Indonesia yang sering menganggap tindakan mengolok-olok hanyalah
sebagai gurauan semata, meskipun tindakan seperti ini terlihat sepele atau
dianggap sebagai gurauan semata. Akan tetapi, bila orang yang menjadi
objek body shaming menanggapi hal tersebut dengan serius bukan tidak
121
Abdullah Saeed. Interpreting The Qur’an : To Wards Acontemporary Approach .
(London & New York: Routledge, 2006). 126-144.
59
122
Kementerian Agama RI, ‚Juz 26,‛ Al-Qur’an Dan Terjemahannya Edisi
Penyempurnaan, (2019): 755.
60
bin Mas’ud yang kecil, lalu para sahabat menertawakan betis Abdullah
bin Mas’ud yang kecil. Rasulullah menegur para sahabat dengan berkata:
مم تضحكوف؟
“Apa yang membuat kalian tertawa?” Mereka berkata, “Wahai Nabi Allah,
wasallam bersabda,
ٍ ىتعًٍني: قيلٍتي لًلنٌىبًيًٌ حىسٍيبكى مًنٍ صىفًيٌىة كىذىﺍ ﻭى ىكذىﺍ ﻭى قىاﻝى ىبعٍﺾي ﺍلرٌيﻭىﺍﺓي: ٍعىنٍ عىائًشىةى قىالىت
ىلقىدٍ قيلٍتً كىلًمىةن لىوٍ ميزًجىتٍ بًمىاﺀً ﺍلٍبىحٍرً لىمىزىجىتٍوي: ىفقىاﻝى, قىصًيٍرىﺓه
‚Dari ‘Aisyah beliau berkata: Aku pernah berkata kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‚Cukup bagimu dari Shafiyah ‚Ini
Dan Itu‛. Sebagian perawi berkata :‛Aisyah mengatakan Shafiyah
pendek‛. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ‛Sungguh
engkau telah mengucapkan suatu kalimat, yang seandainya kalimat
123
Hr.Ahmad 3991 Dan Dishahihkan Syuaib Al-Arnauth.
61
124
Fatwa Nurun Alad Darb Kaset No. 295.
125
Al-Misbah, Vol. 12, 606.
126
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid XIII, 251-252.
127
Kamaruddin Shaleh. Dkk., ‛Ayat-Ayat Larangandan Perintah Dalam Al-Qur’an,‛
(Cet. Iv; Bandung: Cv Penerbit Diponegoro, 2008), 350.
62
128
Kementerian Agama RI, ‚Juz 26,‛ Al-Qur’an Dan Terjemahannya Edisi
Penyempurnaan, (2019): 758.
63
129
Mundzir, Aulana, And Arizki, ‚Body shaming Dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir
Maqasidi.‛
130
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar (Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura)Hal,6828
64
131
Hallodoc, ‚Dampak Body shaming pada Kesehatan Mental‛ diakses melalui alamat
https://www.halodoc.com/artikel/dampak-body-shaming-pada-kesehatan-mental, tanggal 5
oktober 2023.
65
132
Tri Fajariani Fauzia, L. R. R. (2019). Memahami pengalaman. Body shaming, 4--5.
66
pada perilaku pelaku oramg lain berdasarkan faktor internal dan eksternal,
untuk menyimpulkan perubahan pada perilaku yang merupakan dampak
dari tindakan perundungan.
Perubahan perilaku sosial pada korban body shaming juga melalui
proses berpikir atau dalam umum memiliki arti proses mental manusia yang
meliputi perubahan kemampuan berfikir dan mempelajari lingkungannya.
Setelah proses tersebut, korban akan menyadari tindakann body shaming
tersebut dan menyadari sekelilingnya melalui indera.
Hal ini membuat korban berpikir ulang dalam membangun
pertemanan dengan lingkungan sekelilingnya, hal ini disebabkan karena
pengalaman body shaming yang dialaminya ketika berada dalam
lingkungan sosial yang membuat korban merasa cemas, tidak aman dan
tidak nyaman. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari tindakan body
shaming yang terus menerus terjadi karena perilaku menghina,
mengomentari, dan memepermalukan yang dianggap sebagai lelucon oleh
para pelaku. Pelaku body shaming biasanya melakukan tindakan ini karena
pengaruh lingkungan yang negatif serta tidak memikirkan efek jangka
panjang yang akan diterima seperti masuk penjara dan dampak dari
tindakan yang mereka lakukan kepada korban.133
133
Wijaya, A. A. G. S., Kebayanti, N., & Krisna, I. ‚Body shaming dan Perubahan
Perilaku Sosial Korban (Studi Pada Remaja di Kota Denpasar )‛, (Unud: 2020) 1-15.
67
134
Gendis Hanum Gumintang, ‚ 6 Dampak Body shaming Menurut Para Ahli Psikologi‛,
diakses pada https://dosenpsikologi.com/dampak-body-shaming-menurut-para-ahli-psikologi,
Tanggal 5 Oktober 2023.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari pemaparan mulai dari bab awal hingga akhir maka dapat
ditarik kesimpulan. Body shaming diartikan sebagai orang yang
berkomentar buruk terhadap penampilan fisik seseorang. Body shaming
dapat mempengaruhi korban baik secara psikologis maupun psikis.
Perilaku body shaming bisa terjadi didunia nyata maupun dunia maya.
Body shaming memiliki sejarah yang panjang dan dapat ditelusuri
kembali ke berbagai budaya dan periode waktu. Mulai dari Budaya Kuno,
Era Victoria, Abad ke-20, hingga Era Modern. Delozal membagi body
shaming kedalam dua jenis yaitu acute body shame dan chronic body
shame. Perbuatan body shaming ini sangat marak sekali terjadi di
Indonesia, pada tahun 2018 Mabes Polri mengungkapkan bahwa terdapat
966 kasus body shaming di seluruh Indonesia.
Terdapat beberapa penafsiran para mufassir tentang Qs. Al-
Hujurat ayat 11 mengenai Body shaming. Penafsiran mufassir klasik
yakni pada kitab tafsir Tanwir Al - Miqbas Ibnu Abbas Menafsirkan Qs.
Al-Hujurat Ayat 11 Ditujukan bagi orang-orang yang beriman. Terdapat
larangan agar suatu kaum tidak mengolok olok kaum yang lainnya.
Kemudian pada tafsir pertengahan, menurut Al-Qurtubi Qs. Al-Hujurat
ayat 11 mencakup larangan mengolok-olok dengan panggilan yang buruk,
serta larangan menghina orang lain, selanjutnya penafsiaran era modern
pada tafsir Al-Maraghi Qs. Al-Hujurat ayat 11 mengandung larangan
mencela antara sesama mukmin karena orang-orang mukmin seperti satu
tubuh. Selanjutnya pada tafsir kontemporer, yaitu Buya Hamka dalam
Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa maksud dari Qs. Al-Hujurat ayat 11
adalah ‚Janganlah suatu kaum yang beriman mengolok, menghina dan
merendahkan kaum yang lain, karna bisa jadi yang diolok lebih baik
daripada yang menghina dan mengolok-olok‛.
68
69
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya Juz 25 , (Yogyakarta: Pt, Dana
Bhakti Wakaf, 1990).
Kementerian Agama RI. ‚Juz 21--30.‛ Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi
Penyempurnaan 2019 (2019): 373-374.
Buku
Hitti, Philip K, History Of The Arabs; From The Earliest Times To The Present.
Terj R.Cecep Lukman Yasin , (Jakarta; Serambi Ilmu Semeste, 2010).
Hr. Ahmad, ‚Musnad Sahabat Yang Banyak Meriwayatkan Hadist: Musnad
Abdullah bin Umar bin Al Khattab radiallahuta’ala ‘anhuma‛, Al-
Alamiyah.
Hr. Bukhari, ‚Hal-Hal Yang Melunakkan Hati: Sifat Surga Dan Neraka‛,
Fathul Bari.
Ibnu Abbas, Tanwir Al – Miqbas.
J.P, Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi. Rajawali Press (Jakarta: Rajawali Pers,
2011).
Katsir, Ibnu, ‚Tafsir Ibnu Katsir‛, Jilid 7, (Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2004).
Madjid, Nurcholish, Kaki Langit Peradaban Islam , (Jakarta: Paramadina, 1997).
Marpaung, Leden, Tindak Pidana Terhadap Kehormatan, Pengertian Dan
Penerapannya, (Jakarta: Pt Grafindo Persada, 2007).
Moleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007).
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir-Kamus Arab Indonesia (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997).
Nawawi, Imam, ‚Riyadush Sholihin Terjemah: Agus Hasan Bashori Al-Sanuwi,
Muhammad Syu’aib Al-Faiz Al-Sanuwi,‛ (Surabaya: Duta Ilmu,2006).
Prof. Dr. Hamka, ‚Tafsir Al-Azhar,‛ (Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura).
Qutb ,Sayyid, ‚Tafsir fi Dzilal Al-Quran‛ Juz Ke-26, (Bairut: Dar Asy-Syuruq,
1992),
Samsu, Metode Penelitian Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif,
Mixed Methods, serta Research & Development , (Jambi: Pustaka Jambi:
2017).
Saeed, Abdullah, Interpreting The Qur’an : To Wards Acontemporary Approach.
(London & New York: Routledge, 2006).
Shaleh, Kamaruddin, Dkk., Ayat-Ayat Larangandan Perintah Dalam Al-Qur’an
(Cet. IV; Bandung: Cv Penerbit Diponegoro, 2008).
72
Shihab, M. Quraish, Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw; Dalam Sorotan Al-
Qur’an Dan Hadits-Hadits Shahih, (Jakarta; Lentera Hati, 2014).
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jilid XIII.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta 2017).
Syamsuddin Sahiron, Pendekatan Ma’na Cum-Maghza Atas Al-Qur’an dan
Hadis, Menjawab Problematika Masyarakat Sosial Keagamaan di Era
Kontemporer. (Lembaga Ladang Kata dan Asosiasi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir Se-Indonesia, Yogyakarta : 2020).
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Pt. Mahmud Yunus
Wadzuryah, 1989).
Zakariyya, Abu Al-Husain Ahmad Bin Faris Bin, Mu’jam Maqayis Al-Lugah,
Juz III (Ittihad Al-Kitab Al-’Arab 2007 ).
Az Zuhaily, Wahbah, Tafsir Al Munir , Juz 13, (Damaskus: Dar Al Fikr, 2009).
Internet
Rizaty, Monavia Ayu. ‚Tubuh Terlalu Berisi, Alasan Utama Perempuan
Indonesia Terkena Body shaming,‛ Diakses melalui alamat
https://databoks.katadata. co.id/datapublish/2021/09/14/tubuh-terlalu-
berisi-alasan-utama-perempuan-ind onesia-terkena-
bodyshaming#:~:text=Berdasarkan%20laporan%20ZAP%20Beau
ty%20Index,karena%20memiliki%20kulit%20yang%20berjerawat,
Tanggal 23 November 2022.
Gendis Hanum Gumintang, ‚ 6 Dampak Body shaming Menurut Para Ahli
Psikologi‛, diakses pada https://dosenpsikologi.com/dampak-body-
shaming-menurut-para-ahli-psikologi, Tanggal 5 Oktober 2023.
Hallodoc, ‚Dampak Body shaming pada Kesehatan Mental‛ diakses melalui
alamat https://www.halodoc.com/artikel/dampak-body-shaming-pada-
kesehatan-mental, tanggal 5 oktober 2023.
73
Jurnal
Adab, Dandf. ‚Perundungan dalam Tafsir Al-Maraghi Telaah Qs. Al-Hujurat/49:
11.‛ Repository.Iainpalopo.Ac.Id (2021): 7.
Apsari, Iin Rizkiah Dan Nurliana Cipta, ‚Strategi Coping Perempuan Terhadap
Standarisasi Cantik Di Masyarakat‛ Marwah: Jurnal Perempuan, Agama
Dan Jender, XVIII, No.2, (2019), 136.
Arifah, Dista Amalia, ‚Kasus Cyber Crime Di Indonesia‛, Jurnal Bisnis Dan
Ekonomi, XVIII, (2011), 4.
Azhar, M. Fahmi, and Ida Rochmawati Yusuf. ‚A Review Of Body shaming
Behavior On The Hadith; The Preventive Measurement From Islamic Point
Of View.‛ Al-Bukhari : Jurnal Ilmu Hadis V, No. 1 (2022): 152.
Chairani, Lisya -. ‚Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis.‛
Buletin Psikologi XXVI, No. 1 (2018): 12–17.
Gunawan, Anggraini Dan Bambang Indra, ‚Upaya Hukum Penghinaan ( Body
shaming) Dikalangan Media Sosial Menurut Hukum Pidana Dan Uu Ite‛
Jurnal Lex Justitia , I, No.2 (2019), 115.
Heryanti, Tri Mulyani And B Rini, ‚Peningkatan Pemahaman Anak Panti
Asuhan Baitussalam Kota Semarang Terhadap Nilai-Nilai Kebhinnekaan
Sebagai Upaya Menanggulangi Tindak Pidana Body shaming,‛ Jurnal
Tematik, III, No. 1 (2021):1.
Ika, Villi Januar Dan Dona, ‚Citra Tubuh Pada Remaja Putri Menikah Dan
Memiliki Anak‛ Jurnal Psikologi, I, No.1 (2007), 53.
Lestari, Sumi, ‚Bullying Or Body shaming? Young Women In Patient Body
Dysmorphic Disorder‛ Philanthrophy Journal Of Psychology , III, No.1
(2019), 60.
74
Mundzir, Muhammad, Arin Maulida Aulana, and Nunik Alviatul Arizki. ‚Body
shaming dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir Maqasidi.‛ MAGHZA: Jurnal
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir VI, No. 1 (2021): 94.
Mutmainnah, Ayuhan Nafsul, ‚Analisis Yuridis Terhadap Pelaku Penghinaan
Citra Tubuh (Body shaming) Dalam Hukum Pidana Di Indonesia‛
Dinamika Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, XXVI, No.8 (2020), 976.
Na, Perspektif M A. ‚ Bullying dalam Penafsiran Qs. Al-Hujurat [49]:11
Perspektif Ma’na Cum Magza Sumiati1 , Danial2 1‛ II, No. 2 (2022): 46.
Priyanto, I Made Dedy, and Ni Gusti Agung Ayu Putu Rismajayanthi. ‚Tinjauan
Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penghinaan Citra Tubuh ( Body shaming )
Menurut Hukum Pidana Indonesia.‛ Journal Kertha Wicara , VIII, no. 01
(2019): 3.
Rahmiaji, Tri Fajariani Fauzia, Lintang Ratri, "Memahami Pengalaman Body
shaming Pada Remaja Perempuan," Jurnal, 2019, 3-5.
Rofiah, Khusniati, ‚Nilai-Nilai Universal Al-Qur’an: Studi Atas Pemikiran
Fazlul Rahman‛, Jurnal Dialogia, Vol. VIII, No. 1, (Januari 2010), 20.
Russell, Edmund, ‚Environment, Culture, And The Brain: New Explorations In
Neurohistory,‛ Rachel Carson Centre Perspectives , VII, No. 1 (2012).
Sakinah. ‚‘Ini Bukan Lelucon’: Body shaming, Citra Tubuh, Dampak dan Cara
Mengatasinya.‛ Jurnal Emik 1 (2018): 55.
Suzzy, Micheal, ‚Perlawanan Penyitas Body shaming Melalui Media Sosial‛
Koneksi, IV, No.1 (2020), 140.
Wijaya, A. A. G. S., Kebayanti, N., & Krisna, I. ‚ Body shaming dan Perubahan
Perilaku Sosial Korban (Studi Pada Remaja di Kota Denpasar )‛, (Unud:
2020) 1-15.
Skripsi
Amalia‚ Syarifah, ‚Hubungan Antara Body Image Dengan Kepercayaan Diri
Pada Korban Body shaming‛ Skripsi, Surabaya: Uin Sunan Ampel, 2020.
Azhar, M. Fahmi, ‚Perilaku Body shaming (Studi Ma’anil Hadis Sunan Tirmidzi
75