Anda di halaman 1dari 87

PERSATUAN UMAT ISLAM DALAM SURAH AS-SHAFF

MENURUT TAFSIR AL-MISBAH DAN AT-TIBYAN

SKRIPSI
DiajukansebagaisalahsatuPensyaratanMemperolehGelarSarjana
Strata Satu (S1) dalamIlmu Al-Quran danTafsir
FakultasUshuluddindanStudi Agama

Oleh:
HANISAH ZAFIRAH BINTI FOUZELAH
NIM: IAT 301170005

POGRAMSTUDIILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTASUSHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHANTHAHASAIFUDDIN
JAMBI
2019

i
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN

‫الرِحْيم‬ َّ ‫بِ ْس ِم هللا‬


َّ ‫الر ْْحَ ِن‬
Segala pujia dan syukur kepada Allah atas rahmat dan karunia-Nya penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini. Selawat dan salam atas junjungan Nabi Muhammad
serta keluarga dan sahabat Baginda. Aku persembahkan sebuah karya kecil ini
kepada orang yang sangat kucintai dan kusayangi

Ummi dan Abi Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada
abiFouzelah Bin Mohammad Sani dan ummiNorisah Binti Mohammad yang
telah membesarkan dengan penuh kasih sayang, segala pengorbanan, sokongan
yang tiada terhingga dan doa yang tidak putus-putus.

Adikku Tercinta

Kupersembahkan ucapan terima kasih kepada adik-adikku Hanisah Basyirah


Binti Fouzelah, Muhammad Badiuzzaman Bin Fouzelah, Muaz Najmuddin
Bin Fouzelah, Umar Fakhrurradzi Bin Fouzelah, Amjad Zubair Bin
Fouzelah dan Hanisah Nur Raudhah Binti Fouzelah atas doa dan sokongan
moral maupun material.

v
MOTTO







“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (ugama Islam), dan
janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu
ketika kamu bermusuh-musuhan (semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah
menyatukan di antara hati kamu (sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat
Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam
yang bersaudara. dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang neraka
(disebabkan kekufuran kamu semasa jahiliyah), lalu Allah selamatkan kamu
dari neraka itu (disebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah
menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat
petunjuk hidayahNya.”(QS. Al-Imran 103)1

1
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)

vi
ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas yang memprihatinkan dan


memerlukan perhatian, yaitu persatuan umat Islam yang pada masa kini
merupakan persatuan yang semu dan banyak terjadinya perpecahan di antara umat
Islam sendiri sehingga musuh-musuh Islam mudah untuk menjatuhkan Islam.
Dalam Al-Quran dan hadis, Islam banyak menyatakan tentang persatuan umat
Islam karena dengan persatuan umat Islam ini Islam dapat disebarkan kepada
seluruh dunia serta menjadi pertahanan kepada agama Islam itu sendiri.Persatuan
umat Islam yang jitu dapat membangkitkan agama islam seperti yang tercatat
dalam sejarah dunia yaitu islam pernah menguasai dua pertiga dunia disebabkan
persatuan umat Islam yang waktu itu sangat kuat ditambah lagi kebijaksanaan
pemimpin yang memimpin umat Islam ketika itu. Hal ini mendorong penulis
untuk meneliti kembali persatuan umat Islam khususnya menurut tafsir Al-Misbah
dan Tafsir At-Tibyan dalam surah As-Shaff.
Pendekatan yang penulis gunakan adalah (library research) dalam tehnis
deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode komparatif (analytical-
comparativ methode), yaitu memaparkan pandangan dan penafsiran antara tafsir
At-Tibyan dan Tafsir Al-Misbah. Kemudian membuat perbandingan antara dua
tafsir ini tentang persatuan umat Islam dalam surah As-Shaff
Hasilnya penulis menemukan bahwa kedua-dua tafsir, yaitu Tafsir Al-
Misbah dan Tafsir At-Tibyan ini mempunyai banyak persaamaan dalam pendapat,
dan corak penafsiran yang digunakan dalam menafsirkan Surah As-Shaff tentang
persatuan umat Islam ini. Namun terdapat sedikit perbedaan dalam metode yang
digunakan yaitu kedua-dua tafsir ini menggunakan metode tahlili dan maudhu‟i
tetapi Tafsir Al-Misbah lebih kepada metode tahlili sementara Tafsir At-Tibyan
lebih kepada metode maudhu‟i. Penafsiran M. Quraish Shihab telah menekankan
tentang sifat-sifat orang-orang munafik dan bahaya orang munafik ini di dalam
penafsirannya agar umat Islam tidak menjadi seperti orang-orang munafik.
Sementara Tuan Guru Hj Abdul Hadi Awang lebih menekankan pembentukan
persatuan umat Islam. Akhirnya, penulis merekomendasikan agar umat Islam
mendalami dan memahami maksud persatuan umat islam dengan lebih mendalam
bukan sahaja tertumpu dalam surah as-shaff, tetapi secara keseluruhan sama ada
dalam Al-Quran maupun hadis. Tafsir At-Tibyan dan Al-Misbah ini dapat
membantu memberi penerangan sedikit sebanyak mengenai persatuan umat Islam
dan memberi pencerahan kepada masyarakat tang apa yang dimaksudkan dengan
persatuan umat Islam itu melalui penafsiran surah As-Shaff ini.

vii
KATA PENGANTAR

‫الرِحْيم‬ َّ ‫بِ ْس ِم هللا‬


َّ ‫الر ْْحَ ِن‬
ِ ْ ‫ف ْاْلَنْبِي ِاء واملرسلِْي وعلَى آلِِه وصحبِ ِه أ‬
ِ ‫الس ََلم علَى أَ ْشر‬
‫ْي أ ََّما‬
َ ْ ‫َْجَع‬ ََْ َ َ َ ْ َ ُْ َ َ َ َ ُ َّ ‫الص ََلةُ َو‬
َّ ‫مْي َو‬ ِّ ‫اَ ْْلَ ْم ُد هللا َر‬
َ ْ َ‫ب الْ َعال‬
‫بَ ْع ُد‬
Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq dan hidayah ke jalan
yang benar. Hanya Engkaulah sebaik-baik pembimbing dan penolong. Selawat
dan salam atas junjungan Nabi Muhammad serta keluarga dan sahabat Baginda,
karena dengan berkat dan rahmat-Nya judul “PERSATUAN UMAT ISLAM
DALAM SURAH AS-SHAFF MENURUT TAFSIR AL-MISBAH DAN AT-
TIBYAN” ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun
sebagai memenuhi salah satu syarat untuk memperolehi Sarjana Strata Satu (S.I)
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama dalam Jurusan Ilmu Al-Quran Tafsir, UIN
Sulthan Thaha Saifuddin,Jambi. Tidak lupa juga rasa terima kasih yang mendalam
penulis ucapkan kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. H.Moh. Yusuf, Hm. M.Ag, selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu
Niliyati,S,Ag.,M.Fil.I, selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu
dan meluangkan waktu dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Ermawati, MA, selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas
Usuluddin dan Studi Agama
3. Drs. Djunaidi, M. Pd.I, selaku Dosen Pembimbing Akedemik yang
membimbing dari semester lima sampai semester delapan.
4. Bapak Dr. H. Abdul Ghaffar, M.Ag,
selakuDekanFakultasUsuluddindanStudi Agama.
5. Bapak Dr.Masiyan, M.Ag, H.Abdullah Firdaus, Lc., MA., Ph.D, Dr. Pirhat
Abbas, M.Ag. selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Usuluddin dan
Studi Agama.
6. Bapak Dr. Hadri Hassan, MA, selaku Rektor Universitas Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Prof. Dr. Su‟aidi, MA. Ph.D, Bapak Dr. H. Hidayat, M. Pd, dan Ibu
Dr.Hj Fadilah, M. Pd, selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN STS Jambi
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Usuluddin dan Studi Agama Universitas
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
9. Para Karyawan dan tenaga administrasi Fakultas Usuluddin dan Studi Agama
10. Para karyawan dan pegawai Perpustakaan Provinsi Jambi maupun
Perpustakaan Fakultas Usuluddin dan Studi Agama
11. Kedua orang tua, adik-adik dan keluarga besar penulis.
12. Sahabat-sahabat Jurusan Ilmu-Al-Quran dan Tafsir Fakultas Usuluddin dan
Studi Agama Universitas Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
13. Sahabat-sahabat dari Malaysia yang selalu memberikan kata-kata semangat.
14. Serta sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberi sokongan dan
inspirasi kepada penulis.

viii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari
kekurangan dan kekeliruan, baik teknik penulisan, analisa, maupun dalam
mengungkapkan argumentasi pada bahasan skripsi ini. Karena itu penulis
mengharapkan kelapangan dada pada semua pihak yang budiman dan sekaligus
memperbaiki sebagaimana mestinya.

Demikianlah uncapan hormat penyusun, semoga jasa dan budi baik


mereka menjadi amal baik dan diterima oleh Allah dengan pahala yang berlipat
ganda. Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penyusun memohon ampunan dan
petunjuk dari segala kesalahan.

Jambi, 12 Disember 2018


Penyusun

Hanisah Zafirah Binti Fouzelah


IAT 301170005

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
PERNYATAAN .......................................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................... 8
C. Batasan Masalah ....................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
E. Kegunaan Penelitian ................................................................. 9
F. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 9
G. Metodologi Penelitian .............................................................. 12
H. Sistematika Penulisan .............................................................. 14

BAB II PERSATUAN UMAT ISLAM DAN SURAH AS-SHAFF


A. Definisi Persatuan Umat Islam ................................................. 15
B. Sejarah Perpecahan Umat Islam ............................................... 19
C. Sebab-sebab perpecahan umat Islam ........................................ 22
D. Asbab Nuzul Surah As-Shaff ................................................... 28
E. Munasabah Ayat dalam Surah As-Shaff .................................. 30

BAB III METODOLOGI TAFSIR Al-MISBAH DAN TAFSIR AT-


TIBYAN
A. Latar belakang M.Quraisy Shihab dan Tuan Guru Hj Abdul
Hadi Awang .............................................................................. 36
B. Metode Tafsir Al-Misbah ......................................................... 43
C. Metode Tafsir At-Tibyan ......................................................... 46

BAB IV ANALISA DAN KOMPARASI ANTARA PENAFSIRAN M


QURAISY SHIHAB DAN TUAN GURU HJ ABDUL HADI
AWANG
A. Corak Penafsiran tafsir Al-Misbah dan tafsir At Tibyan .......... 51
B. Persatuan umat Islam dalam surah As-Shaff menurut Tafsir

x
Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan .............................................. 53
C. Persamaan dan Perbedaan penafsiran Tafsir Al-Misbah dan
Tafsir At-Tibyan ....................................................................... 66

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 69
B. Saran ......................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71


KURIKULUM VITAE................................................................................... 74

xi
PEDOMANTRANSLITERASI

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia


‫ا‬ ‟ ‫ط‬ ṭ
‫ب‬ B ‫ظ‬ ẓ
‫ت‬ T ‫ع‬ „
‫ث‬ Th ‫غ‬ Gh
‫ج‬ J ‫ف‬ F
‫ح‬ ḥ ‫ق‬ Q
‫خ‬ Kh ‫ك‬ K
‫د‬ D ‫ل‬ L
‫ذ‬ Dh ‫م‬ M
‫ر‬ R ‫ن‬ N
‫ز‬ Z ‫ه‬ H
‫ش‬ S ‫و‬ W
‫ش‬ Sh ‫ء‬ ٬
‫ص‬ ṣ ‫ي‬ Y
‫ض‬ ḍ

B. VokaldanHarkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia


َ‫ا‬ A
َ‫ا‬ Ā ‫اِى‬
ُ‫ا‬ ‫اَى‬ ‫اَو‬
U Á aw

ِ‫ا‬ I
‫اُو‬ Ū ‫اَى‬ ay

C. Tā‟ Marbtūṭah

Transliterasiuntukta marbutahiniadaduamacam:
1. Tā’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakatsukun, maka
transliterasinya adalah /h/.

xii
Arab Indonesia
‫صالة‬ Ṣalāh
‫مراة‬ Mir‟āh

2. Ta Marbutahhidupatau yang mendapatharakatfathah,


kasrahdandammah, makatransliterasinyaadalah /t/.

Arab Indonesia
‫وزارة التربية‬ Wizārat al-Tarbiyah
‫مراة السمن‬ Mir‟āt al-zaman

3. Ta Marbutah yang berharkattanwinmakatranslitnyaadalah /tan/tin/tun.


Contoh:

Arab Indonesia
‫فجنة‬ Fajannatan

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia telah diciptakan Allah dimuka bumi ini untuk beribadah dan
menyembah-Nya. Karena hidup manusia di muka bumi hanyalah sementara, dan
akan kekal selama-lamanya di akhirat kelak. Kehidupan di dunia haruslah dibekali
dengan amal-amal ibadah agar bisa di persembahkan kepada Allah yang maha
Esa. Itulah tujuan manusia dihidupkan di dunia ini. Sebagaimana firman Allah:

      


“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia , melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (QS.Adz-Dzariyat : 56) 1
Namun tujuan itu telah diabaikan oleh manusia setelah melihat nikmat
dunia yang sementara. Manusia berlomba-lomba untuk mengejar nikmat dunia
sehingga akhirnya mereka saling berpecah-belah dan bersengketa. Manusia telah
terbahagi kepada beberapa kelompok. Terdapat kelompok yang masih taat kepada
Allah dan terdapat juga kelompok yang berpaling dari Allah. Oleh itu Allah telah
mengutuskan Nabi-nabi untuk menyatukan semula umat manusia untuk
menyembah Allah yang maha Esa.
Persatuan umat adalah amat penting dalam rangka menegakkan agama
Allah terutama kepada umat islam pada masa kini. Hal ini karena agama islam
mengajak agar saling bersatu dan tidak berpecah belah. Di mana umat Islam
diperintahkan agar saling tolong-menolong dalam melaksanakan kebaikan.
Firman Allah:

               

   

1
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005),417.

1
2

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,


dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan
bertakwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha berat azab
seksanya (Bagi sesiapa yang melanggar perintahNya.(QS. Al-Maidah: 2)2

Persatuan yang dikehendaki dalam agama Islam adalah persatuan dalam


akidah, manhaj, dakwah, jihad dan berpegang teguh kepada Al-Quran dan sunnah
menurut pemahaman salafus shalih. Persatuan yang dimaksudkan bukan sekedar
persatuan badan atau perkumpulan, tetapi lebih ditekankan kepada persatuan hati
dalam berakidah, jihad, dan menjalani hidup ini sesuai dengan Al-Quran dan As-
Sunnah. Umat Islam juga dilarang membuat persatuan dan perkumpulan yang
membawa kepada perpecahan, yang pada hakikatnya adalah persatuan yang semu
seperti orang Yahudi3. Allah berfirman pada surah Al-Hasyr, ayat 14:

             

            
“Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali
dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan
antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu,
sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya
mereka adalah kaum yang tidak mengerti.”(QS. Hasyr : 14)4

Oleh karena itu, Allah melarang umat islam daripada berpecah-belah


seperti orang-orang yahudi yang akhirnya hanya menyebabkan kegagalan dan
menampakkan kebodohan diri masing-masing. Apabila suatu kaum itu tidak
mempunyai kesatuan dalam hati mereka, setiap apa yang mereka usahakan tidak
akan berhasil dan hanya akan merugikan.
Konsep persatuan dan kesatuan dalam konteks ukhwah islamiyah terlihat
secara dominan pada masa Rasulullah sebagai Nabi dan pemimpin umat. Namun
setelah zaman Rasulullah, mulai zaman Khulafa al-Rasyidin sampai sekarang,

2
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005),85.
3
Syaikh Ali Bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari, Persatuan dalam Islam,
https://almanhaj.or.id/2651-persatuan-dalam-Islam.html (diakses pada 20 Juni 2018)
4
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005), 437.
3

persatuan dan kesatuan umat secara jujur harus berani dikatakan bahwa
praktiknya umat Islam lebih banyak tidak bersatu daripada bersatu. Dan sekalipun
terlihat bersatu, namun terkadang bersifat semu dan sesaat.5
Meskipun umat Islam pada masa kini terdapat di negara-negara yang
berbeda, namun kepentingan menjaga persatuan di antara umat Islam sesama kita
tidak boleh dinafikan atau ditolak. Hal ini karena Allah telah berfirman:

            

           

           
“Dan bepeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu ( masa jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang bersaudara;
dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-Imran : 103) 6

Daripada ayat di atas, bisa kita ketahui bahwa Allah tidak menyukai orang-
orang yang berpecah-belah dan tidak mempunyai persatuan dengan larangannya.
Dan Allah memperingatkan ketika Allah menyatukan hati mereka, maka terdapat
padanya akan nikmat Allah. Allah memerintahkan agar semuanya berpegang
kepada tali (agama) Allah menunjukkan bahwasanya persatuan merupakan hal
yang penting kepada umat islam terutamanya dalam hal-hal agama. Sekiranya
persatuan umat islam diseluruh dunia begitu kukuh dan kuat, maka akan timbul
rasa takut dan gerun orang-orang kafir terhadap umat Islam apatah lagi mahu
menindas sepertimana yang terjadi di bumi Syria, Palestina, rohingya dan
beberapa lagi negara Islam lainnya.
Jama‟ah dan penyatuan barisan merupakan perkara yang sangat penting,
maka tentunya hal itu sekarang lebih dibutuhkan untuk mewujudkan kebangkitan

5
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Edisi Ke-4 (Indonesia, Kencana,2010), 224.
6
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005), 50.
4

Islam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Perpecahan yang terjadi pada
umat Islam, para ulama, dan para syaikhnya, serta para pemimpin dan
pembesarnya sangat disukai oleh musuh-musuh Islam. Dan hal itu bisa terjadi
lantaran mereka meninggalkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.7
Sebagaimana firman Allah Ta‟ala:

          

           

   


“Dan diantara orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya kami ini orang-
orang Nasrani,‟ ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka
(sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan
dengannya. Maka kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian
sampai hari kiamat, dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa
yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Maidah :14) 8

Ayat ini menunjukkan permusuhan dan kebencian di antara sesama


manusia dan umat adalah perkara yang dibenci oleh Allah. Hal ini karena Allah
mencampakkan perasaan benci ini ke dalam hati hamba yang mengingkari-Nya
sehingga menyebabkan berlakunya perselisihan, perpecahan serta permusuhan di
kalangan mereka. Apabila hal ini terjadi, maka mereka mudah untuk dikalahkan
dan ditewaskan oleh musuh-musuh mereka sendiri yang mempunyai persatuan
yang lebih kuat. Kekalahan atau perpecahan suatu kaum itu bisa juga terjadi
sekiranya mereka ingkar terhadap perintah-perintah Allah.
Tatkala orang meninggalkan apa-apa yang telah Allah perintahkan kepada
mereka, pasti akan terjadi permusuhan dan kebencian di antara mereka. Bila suatu
kaum sudah berpecah-belah, pasti mereka akan rusak dan hancur, bila berjama‟ah,

7
Syaikh Muhammad Bin Abdullah Ad-Duwaisy, Pentingnya Meyatukan Barisan
https://www.alIslamu.com/484/pentingnya-menyatukan-barisan/, 2 Mei 2005, 14:05.(diakses pada
17 Juni 2018)
8
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005), 87.
5

mereka akan mendapatkan kebaikan. Karena, Jama‟ah adalah rahmat dan


perpecahan adalah azab (siksa).9
Persatuan antara umat Islam bukanlah sesuatu yang sukar diperoleh karena
Allah telah menyediakan penetapan-penetapan yang bisa menyatukan hati umat
Islam sekiranya benar-benar mengikut ketetapan dan suruhan dari-Nya, seperti
solat berjamaah dalam satu saff. Dalam sebuah hadis Nabi bersabda:
ِ‫الص ََلة‬
َّ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َيَْ َس ُح َمنَاكِبَ نَا ِِف‬ ِ ُ ‫ود قَ َال َكا َن رس‬ ٍ ‫عن أَِِب مسع‬
َ ‫ول هللا‬ َُ ُْ َ َْ
‫ين‬ ِ َّ ِ ْ ‫ف قُلُوب ُكم لِيلِِِن ِمْن ُكم أُولُو ْاْل‬ ِ ِ
َ ‫ُّهى ُُثَّ الذ‬
َ ‫َح ََلم َوالن‬ ْ َ ْ ُ َ ‫استَ ُووا َوََل ََتْتَل ُفوا فَتَ ْختَل‬ ْ ‫ول‬ ُ ‫َويَ ُق‬
ً ‫اختِ ََل‬ ٍ ‫ي لُونَهم ُُثَّ الَّ ِذين ي لُونَهم قَ َال أَبو مسع‬
‫ف‬ ْ ‫َش ُّد‬ َ ‫ود فَأَنْتُ ْم الْيَ ْوَم أ‬ُْ َ ُ ُْ َ َ ُْ َ
Dari Abu Mas‟ud dia berkata, “Bahwasanya Rasulullah senantiasa memegang
pundak kami tatkala akan shalat, dan berkata, Luruskanlah, jangan bengkok
agar hati kamu tidak berpecah belah, makmum yang ada dibelakangku
hendaknya orang-orang yang berakal sehat (dewasa), lalu disusul oleh mereka
yang lebih muda, muda lagi dan seterusnya. “Abu Mas‟ud berkata, “Kamu
sekalian pada menonjol perbedaannya.”10

Hadis ini menunjukkan betapa Nabi menyuruh umat Islam agar bersatu-
padu dan tidak berpecah belah dengan meluruskan shaff ketika shalat. Kalimat
„luruskanlah‟, merupakan bentuk kalimat imperatif (perintah), dan kalimat
imperatif itu menunjukkan kewajiban sampai ada qorinah(indikasi) lain yang
memalingkan kewajibannya. Diantaranya juga adalah kalimat „dan janganlah
kalian berselisih‟. Kalimat negasi/larangan menunjukkan keharamannya sampai
ada indikasi yang memalingkannya. Dalam hadis ini terhimpun kalimat perintah
dan larangan sekaligus, yang mana satu dengan lainnya merupakan indikasi yang
saling menguatkan antara satu dengan lainnya.11
Surah As-Shaff bermaksud barisan yang mana di dalamnya mempunyai
ayat-ayat tentang dakwah dan jihad. Barisan merupakan elemen yang penting
dalam satu persatuan umat Islam sama ada dalam jihad maupun dakwah. Bahkan

9
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Majmu‟ Fatawa,(Saudi: Majmu‟ Malik Fahad
Litoba‟ah Mashaf Syarif, 2004) 3/421.
10
Syaikh M. Nashiruddin Al-Albani, Mukhtasar Shahih Muslim, (Shahih: Jakarta, 2016),
132.
11
Abu Salma Muhammad Bin Burhan Bin Yusuf Al-Atsari, Awali Persatuan Umat Islam
Dengan Meluruskan Shaf,13 Jun 2009, https://abusalma.net/2009/06/13/awali-persatuan-umat-
Islam-dengan-meluruskan-shaf-2/ (diakses pada 20 Juni 2018)
6

dalam kehidupan sehari-hari kita. Tanpa adanya persatuan Shaff, maka akan
menimbulkan dampak langsung bagi kekalahan dakwah dan perjuangan.
Pentingnya persatuan umat Islam dalam satu barisan telah banyak Rasulullah
pesan dan peringatkan di dalam hadis-hadis. Begitu juga di dalam Al-Quran,
terdapat banyak ayat-ayat yang menunjukkan Allah memerintahkan agar umat
Islam bersatu padu dalam satu barisan yang kukuh sehingga terdapat surah khusus
yang membincang hal ini yaitu Surah As-Shaff yang bermaksud barisan yang
kokoh. Firman Allah dalam Surah As-Shaff ayat 4:

           
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh.” (QS. As-Saff : 4) 12

Barisan yang teratur dan kokoh ini bukan saja ditujukan dalam jihad
peperangan tetapi ia juga merujuk kepada segala jenis jihad dan dakwah yang
dilakukan oleh umat Islam seperti membuat barisan ketika hendak melakukan
solat jemaah. Surah As-Shaff ini banyak ditafsirkan oleh ahli-ahli tafsir dan
menjadi perbahasan dalam kitab-kitab tafsir mereka. Dalam penelitian ini, penulis
akan menggunakan penafsiran dari tafsir Al-Misbah yang ditulis oleh M. Quraish
Shihab dan Tafsir At-Tibyan yang ditulis oleh Tuan Guru Abdul Hadi Awang
untuk mengetahui penafsiran mereka tentang Surah As-Shaff dan metode yang
digunakan dalam penafsiran kitab mereka.
Tafsir Al-Misbah karangan M. Quraish Shihab terdiri dari 15 jilid, setiap
jilid mengandungi beberapa surah. Dalam pengantar tafsirnya Quraish
menjelaskan mengenai makna dan pentingnya tafsir yang ditulis tidak sepenuhnya
hasil ijtihad dirinya. Akan tetapi beliau juga merujuk kepada beberapa tafsir
terdahulu, seperti Tafsir Tantawi, Tafsir Mutawalli‟ Sya‟rawi, Tafsir Fi Zilali Al-
Qur‟an, Tafsir Ibnu „Asyur dan Tafsir Tabataba‟i. Namun menurut Quraish, tafsir
yang paling berpengaruh dan banyak dirujuk dalam Al-Misbah adalah Tafsir
Ibrahim Ibn „Umar Al-Biqa‟i, seorang mufassir yang berasal dari Lebanon dan

12
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005), 440.
7

meninggal pada tahun 885 H bersamaan 1480 M. Tafsir inilah yang menjadi
bahan disertasinya ketika ia menyelesaikan pengajian doktornya di Universiti Al-
Azhar.13
Tafsir At-Tibyan karya Tuan Guru Abdul Hadi Awang sebagian daripada
koleksi-koleksi ceramah yang disampaikan oleh beliau dalam usrah PAS di
peringkat cawangan dan kawasan dan diterbitkan oleh Unit Penerbitan Lujnah
Tarbiah Pas Pusat pada awalnya. Kemudian dicetak ulang oleh beberapa penerbit
untuk tujuan pencerahan masyarakat.14 Tafsir ini belum melengkapi 30 juz dan
hanya beberapa surah saja yang terdapat dalam tafsir At-Tibyan sekarang.
Berdasarkan kajian Nurul Adiya pada tahun 2011, Tafsir Ati-Tibyan hanya
merangkumi beberapa surah saja yaitu surah Al-Baqarah, As-Shaff, Al-Kahf, Al-
Hujrat,Yassin,Al-Hasy, Luqman dan Al-Fil. Buku-buku ini diterbit oleh penerbit
yang berbeda dan pada tahun yang berbeda15.
Dari aspek sumber, Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang sendiri
menjelaskan tentang kitab-kitab rujukan yang dibaca sebelum menyampaikan
kuliah tafsirnya yaitu Tafsir Al-Qurtubi, Tafsir Ibn Kathir, Fath Al-Qadir, Fi Zilal
Al-Quran, Tafsir Al-Azhar, Ruh al-Ma‟ani dan beberapa buah lagi buku tafsir
lainnya.
Walaupun kedua-dua tokoh ini berbeda dari segi latar belakang, namun
mereka memiliki banyak persamaan lain. Antaranya, M. Quraish Shihab
merupakan ulama cendikiawan Indonesia yang pernah memegang jawatan sebagai
menteri agama RI pada tahun 1998, sementara Tuan Guru Haji pernah memegang
jawatan sebagai Menteri Besar Terengganu, Malaysia pada tahun 1999 hingga
2004. Kedua-dua tokoh ini merupakan ulama‟ kontemporer yang disegani oleh
13
Nurudin, Kajian Tafsir Kontemporer di Indonesia : Studi Terhadap Pemikiran M.
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah,( Banda Aceh, DIPA UIN Ar- Raniry Darussalam,2014)
dari M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Kesan dan Keserasian Al-Quran,(Bandung: Lentera
Hati,2007), . Xiii.
14
Zahid Bin Mat Dui, Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia ,Studi Tafsir At-
Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang,(Lampung: Universitas Agama Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung, 2017), 80. Dari Abdul Hadi Awang, At-Tibyan dalam menafsirkan Al-
Quran Tafsir Surah AL-Hujraat, (Kuala Lumpur: Jundi Resources,2015), Cet 1,.VII.
15
Haziyah Hussin , Sumbangan Tuan Guru Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Awang dalam
peradaban tafsir di malaysia (Malaysia,UKM,2017), 5. Dari Nurul Adiya Mohd Nazlan,
Metodologi Abdul Hadi Awang dalam menafsirkan ayat-ayat hukum: tumpuan kepada Surah Al-
Baqarah. (Malaysia:UKM, 2011).
8

masyarakat di negara masing-masing dan merupaka pendidik serta pendakwah


yang juga terlibat dalam dunia politik.
Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan
mengangkat pembahasan di atas dalam sebuah karya Ilmiah (skripsi) dengan judul
“Persatuan Umat Islam dalam Surah As-Shaff Menurut Tafsir Al-Misbah
Dan At-Tibyan”.

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, masalah pokok yang
diangkat sebagai kajian utama penelitian ini adalah: Bagaimana Persatuan Umat
Islam salam Surah As-Shaff Menurut Tafsir Al-Misbah dan At-Tibyan? Dalam
upaya mengkongkretkan pokok masalah tersebut, beberapa masalah yang akan
diangkat melalui karya ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan persatuan umat Islam?
2. Bagaimana metode penafsiran Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan
tentang persatuan umat Islam dalam Surah As-Shaff?
3. Apakah persamaan dan perbedaan tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan
tentang persatuan umat Islam dalam Surah As-Shaff?

C. Batasan Masalah
. Penelitian ini hanya berbicara tentang persatuan umat Islam. Selain itu,
penelitian ini juga dibatasi dengan membahaskan metode yang digunakan oleh M.
Quraisy Shihab dan Tuan Guru Haji Hadi Awang dalam menafsirkan Surah As-
Shaff tentang persatuan umat Islam dan hasil yang diperoleh dari penafsiran
tersebut.

D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui maksud persatuan umat Islam .
2. Untuk mengetahui metode penafsiran Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-
Tibyan tentang persatuan umat Islam dalam Surah As-Shaff
9

3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan tafsir Al-Misbah dan tafsir


At-Tibyan tentang persatuan umat Islam dalam Surah As-Shaff

E. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di
dalam studi Al-Quran tentang kepentingan persatuan umat Islam. Selain
itu, mampu menambah pemahaman yang lebih baik mengenai kajian
komparatif penafsiran dan pemikiran dua mufassir kontemporer yang
masyhur pada masa kini.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat berkontribusi secara baik untuk
masyarakat luas dalam memahami dan mempraktekkan persatuan umat
Islam serta memahami isi kandungan Surah As-Shaff.
3. Sebagai memenuhi salah satu syarat untuk memperolehi Sarjana Strata
Satu (S.I) Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama dalam Jurusan Ilmu Al-
Quran Tafsir, UIN Sulthan Thaha Saifuddin,Jambi.

F. Tinjauan Pustaka
Terkait dengan pembahasan tentang Persatuan Umat Islam dalam
Penafsiran Surah As-Shaff menurut Tafsir Al-Misbah Karangan M. Qurais Shihab
dan Tafsir At-Tibyan Surah As-Shaff Karangan Tuan Guru Abdul Hadi Awang
menelusuri penelitian penulis terdapat beberapa penelitian yang boleh dikaitkan
dengan penelitian ini. Di antara penelitian yang meyinggung dengan pembahasan
ini adalah:
Buku yang ditulis oleh Adi Sasono dan beberapa orang penulis lain
dengan judul “Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi,Pendidikan, dan
Dakwah)” yang membahaskan masalah yang dihadapi umat islam dan solusi
kepada permasalahan tersebut. Buku ini terbahagi kepada tiga bab yaitu bab
pertama membahaskan isu ekonomi dan umat Islam. Bab kedua pendidikan dan
umat Islam dan yang terakhir dakwah dan umat Islam.16

16
Adi Sasono et.al., Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi,Pendidikan, dan
Dakwah),(Jakarta: Gema Insani Press,1998)
10

Seterusnya buku yang ditulis oleh Yahya S. Basamah dengan judul buku
“Persoalan Umat Islam Sekarang”. Buku ini membahas tentang karekteristik
umat Islam dibawah satu kesatuan, rintangan-rintangan yang dihadapi oleh umat
Islam terutamanya sewaktu Nabi hendak mennyebarkan agama Islam. Kemudian
membahaskan tentang kebangkitan dan kegemilangan umat islam serta resep
menuju keutuhan Umat. Akhir sekali membahaskan tentang problematika yang
dihadapi umat Islam pada masa kini seta penyelesaian kepada problematika
tersebut.17
Karya Ilmiah Waskito dengan judul “Mendamaikan Ahlus Sunnah Wal
Jamaah” juga turut menyinggung penelitian penulis. Karya ilmiah ini membahas
tentang ahli sunnah wal jamaah, pepercahan yang terdapat dalam Islam yang
terbahagi kepada beberapa firqah. Selain itu turut membahas tentang Islam
memerintahkan kepada umat Islam agar bersatu serta nasehat kepada umat Islam,
kunci kepada persatuan umat Islam dan sebab-sebab kepada perpecahan umat
Islam.18
Laporan Penelitian Individu yang pernah dikaji oleh Dr. Nurudin, M.Ag
dengan judul “Kajian Tafsir Kontemporer Di Indonesia : Studi Terhadap
Pemikiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah” dari sumber dana DIPA
UIN Ar-Raniry. Skripsi tersebut membahas tentang metode-metode yang
digunakan oleh M.Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah. Namun Penelitian ini
tidak fokus pada satu surah dan hanya mengambil beberapa beberapa ayat
daripada surah-surah yang berbeda yang merujuk kepada tema-tema yang
berbeda. Contohya ayat mengenai ibadah yang di dalamnya terbahagi kepada
tema-tema kecil yaitu solat, puasa dan jilbab. Beliau juga turut meniliti pemikiran
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah.19
Selain itu skripsi yang berkait dengan judul penulis adalah skripsi
Sulistyoningsih, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Kamunikasi Universitas Islam

17
Yahya S. Basalamah, Persoalan Umat Islam Sekarang ( Jakarta: Gema Insani Press,
1996)
18
Waskito, Abu Muhammad, Mendamaikan Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Jakarta:
Pustaka Al-Kauthar,2012)
19
Nurudin, Kajian Tafsir Kontemporer di Indonesia : Studi Terhadap Pemikiran M.
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah,( Banda Aceh: DIPA UIN Ar- Raniry Darussalam,2014)
11

Negeri Sunan Kalijaga dengan judul skripsi “Pesan-Pesan Ukhwah Islamiyyah


dalam Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan
Rangga Al-Mahendra”. Skripsi ini membahas tentang pesan-pesan ukhwah
Islamiyyaah yang terdapat dalam novel 99 Cahaya di langit Eropa. Dalam skripsi
ini, terdapat tiga pesan ukhwah islamiyaah yang meliputi ukhwah insaniyah
(basyariah), ukhwah wataniyah wa an-nasab dan ukhwah fi din al-Islam.
Sementara ukhwah fi din al-Islam terdiri dari ta‟aruf, ta‟aluf, tafahum, ri‟ayah
dan tafaqud, ta‟awun, dan tanasur.20
Skripsi Dede Maela dari jurusan perbandingan agama Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dengan judul “Konsep Persatuan dalam
Organisasi Persatuan Ummat Islam (Studi Terhadap Organisasi Persatuan
Ummat Islam Jawa Barat)”. Skripsi tersebut membahaskan konsep persatuan
dalam undang-undang No.17 tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan dan
implementasinya oleh organisasi persatuan umat Islam terutama dalam menyikapi
konsep persatuan yang disiratkan didalamnya. Penelitian ini menggali informasi
mengenai konsep persatuan umat Islam seiring terbitnya undang-undang tentang
organisasi kemasyarakatan dengan menggunakan metode analisis wacana kritis
dari Norman Fairclough.21
Selain itu, Zahid Bin Mat Dui dari Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir
Hadist Universitas Agama Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung 2017 dalam
skripsinya yang berjudul, “Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia (Studi
Tafsir At-Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang)”. Dalam skripsi ini
membahaskan tentang Tuan Guru Haji Hadi Awang dan pemikira yang
dibawanya serta metode yang digunakan oleh Tuan Guru Haji Hadi Awang
dalam tafsir At-Tibyan.22

20
Sulistyoningsih, Pesan-Pesan Ukhwah Islamiyah dalam Novel 99 Cahaya di Langit
Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Al-Mahendra (Yogyakarta: UIN Suna Kalijaga,
2015).
21
Dede Maela, Konsep Persatuan dalam Organisasi Persatuan Ummat Islam : Studi
Terhadap Organisasi Persatuan Ummat Islam Jawa Barat,(Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati,2014)
22
Zahid Bin Mat Dui, Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia, Studi Tafsir At-
Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang, (Lampung:Universitas Agama Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung, 2017)
12

Dari beberapa studi pustaka yang telah penulis kemukakan di atas, penulis
mengakui terdapat beberapa kesaamaan dalam penelitian penulis dengan
penelitian mereka, namun terdapat perbedaan dalam penelitian ini, karena penulis
lebih menfokuskan kepada perbandingan metode yang digunakan oleh M. Quraisy
Shihab dan Tuan Guru Haji Hadi Awang dalam Surah As-Shaff serta mencari
persamaan dan perbedaan penafsiran mereka tentang Persatuan Umat Islam dalam
Surah As-Shaff.

G. Metodologi Penelitian
Sebagai kajian tingkat wacana, maka metodologi penelitian yang dipakai
dalam karya ilmiah (skripsi) ini adalah penelitian (Library Research). Sementara
metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka. Oleh karena itu, sumber data
dalam penelitian ini adalah data sumber tulisan dari buku ilmiah. Kertas kerja,
majalah atau berbagai artikel yang berkaitan dengan pembahasan yang terkait
dengan judul ini.

2. Jenis Data
a. Data primer, merupakan data yang secara langsung memiliki kaitan dan
hubungan langsung dengan topik bahasan penelitian dari kitab tafsir Al-
Misbah, Tafsir At-Tibyan Surah As-Shaff, Al-Quran dan sebagainya.
b. Data Sekunder, merupakan data yang menjadi pendukung pembahasan
judul skripsi ini, yang diambil melalui penulisan ilmiah umum maupun
khusus di dalam majalah, kertas kerja, artikel dan jurnal.

3. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode muqorran yang
mana menafsirkan sekolompok ayat Al-Quran yang berbicara dalam suatu
masalah dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat yang terdapat
13

dalam Surah As-Shaff baik dari segi isi maupun redaksi atau antara pendapat-
pendapat para ulama tafisr dengan menonjolkan segi perbedan tertentu dari obyek
yang dibandingkan.23 Penulis akan mengumpulkan data-data yang berkaitan
dengan judul yang ingin diteliti dan akan membaca serta menela‟ah buku-buku,
karya ilmiah, karya terbitan, jurnal dan artikel yang berkaitan dan akan
membahaskan berdasarkan ayat-ayat Al-Quran dan Hadis. Kemudian penulis akan
menggunakan metode komparatif (analytical-comparativ methode), yaitu
memaparkan pandangan dan penafsiran M Quraish Shihab dan Tuan Guru Haji
Hadi Awang terhadap ayat-ayat tentang persatuan umat Islam dalam Surah As-
Shaff, dan menganalisis pemikiran ini untuk mengetahui penjelasan dan
perbandingan atas pemikiran keduanya.

4. Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari kepustakaan dan dianalisa secara kualitif
dengan pola pikir metode muqorron sebagai berikut:
Pertama, penulis akan menginvertarisasi data dan menyeleksinya,
khususnya dari Tafsir Al-Misbah Dan Tafsir At-Tibyan Surah As-Shaff serta
buku-buku lain yang terkait dengan persoalan yang dikaji.
Kedua, penulis dengan cermat akan mengkaji data tersebut secara
komprehensif dan meneliti metode yang digunakan kedua mufassir ini dalam
Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At- Tibyan dalam Surah As-Shaff.
Ketiga, secara komparatif penulis akan mencari persamaan dan perpezaan
pandangan atau pendapat, kelebihan dan kekurangan penafsiran mereka tentang
persatuan umat Islam dalam Surah As-Shaff.
Kempat, penulis akan membuat kesimpulan secara cermat sebagai jawaban
terhadap rumusan masalah dalam penelitian.

23
Hujair A.H. Sanaky, “Metode Tafsir, Perkembangn Metode Tafsir Mengikuti Warna
atau Corak Mufassirin”. (Al-Mawarid : 2008), 278.
14

H. Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan yang membahas latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II membahas tentang persatuan umat Islam dan Surah As-Shaff yang
berisi definisi persatuan umat Islam, sejarah perpecahan umat Islam, sebab sebab
perpecahan umat Islam dan asbab nuzul Surah As-Shaff.
Bab III membahas tentang metodologi Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-
Tibyan yang berisi latar belakang M. Quraisy Shihab dan Tuan Guru Hj Abdul
Hadi Awang, metode Tafsir Al-Misbah dan Metode Tafsir At-Tibyan.
Bab IV membahas tentang analisa dan komparasi antara penafsiran M.
Quraisy Shihab dan Tuan Guru Hj Abdul Hadi Awang yang berisi corak
penafsiran Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan, Persatuan umat Islam dalam
Surah As-Shaff menurut Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan serta persamaan
dan perbedaan Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan.
Akhirnya bab V merupakan penutup penelitian berisikan bahasan tentang
kesimpulan akhir penelitian dalam mengkomparasi dua mufassir yang mempunyai
perbedaan pada priode, metode dan pemikirannya serta saran-saran yang akan
mengakhiri penelitian.
BAB II
PERSATUAN UMAT ISLAM DAN SURAH AS-SHAFF

A. Definisi Persatuan Umat Islam


Persatuan umat Islam merupakan salah satu maqosid syar‟iyyah (tujuan
syariat) yang penting dalam agama Islam. Hal ini karena Al-Quran dan hadis
senantiasa menyeru kepada persatuan ini. Dalam Al-Quran sebagaimana Firman
Allah:

           
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh” (QS. As-Shaff : 4)1
Hal ini merupakan pemberitahuan dari Allah yang menyatakan kecintaan-
Nya kepada hamba-hambaNya yang beriman. Apabila mereka berbaris dengan
teratur menghadapi musuh-musuh Allah dalam medan pertempuran, mereka
berperang di jalan Allah melawan orang-orang yang kafir terhadap Allah agar
kalimah Allah-lah yang tertinggi dan agamaNya lah yang menang lagi berada di
atas agama-agama lain. Sementara di dalam hadis Nabi bersabda:

‫َخبَ َرََن َع ْن أَِِب‬ َِّ ‫ حدَّثَنَا علِي بن عب ِد‬:‫َْح ُد‬ ِْ ‫قَ َال‬
ْ ‫ قَ َال ُُمالد أ‬،‫ َحدَّثَنَا ُى َشْيم‬،‫اَّلل‬ َْ ُ ْ ُّ َ َ َ ْ ‫اْل َم ُام أ‬
‫اَّللُ َعلَْي ِو‬ َِّ ‫ول‬ َّ ‫ َر ِض َي‬،‫ي‬ ٍ ِ‫ عن أَِِب سع‬،‫الوداك‬
َّ ‫صلَّى‬ َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ قَ َال َر ُس‬:‫اَّللُ َعْنوُ قَ َال‬ ِّ ‫اْلُ ْد ِر‬
ْ ‫يد‬ َ ْ َ َّ
،ِ‫لص ََلة‬َّ ِ‫ص ُّفوا ل‬ ِ ‫الرجل ي ُق‬
َ ‫ َوالْ َق ْوُم إِ َذا‬،‫وم م َن اللَّْي ِل‬
ُ َ ُ ُ َّ :‫اَّللُ إِلَْي ِه ُم‬
َّ ‫ك‬ ُ ‫ض َح‬ ْ َ‫ث ي‬ ٌ ‫ ثَََل‬:‫َو َسلَّ َم‬
‫ص ُّفوا لِْل ِقتَ ِال‬
َ ‫َوالْ َق ْوُم إِذَا‬
“Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada kami Ali Ibnu
Abdullah, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada
kami Mujalid, dari Abdul Waddak, dari Abu Sa‟id Al-Khudri RA yang
menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: Ada tiga macam orang
yang Allah redha kepada mereka, yaitu seorang yang mengerjakan solat malam
hari dan kaum yang apabila solat membentuk barisan dengan teratur, serta

1
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)

15
16

kaum yang apabila dalam medan perang mereka membentuk barisan dengan
teratur.”2
Kedua-dua ayat Al-Quran dan hadis ini menunjukkan bahwa persatuan
diantara umat Islam membentuk seperti barisan yang kukuh itu sangat penting.
Dalam hadis tersebut juga turut disebutkan Allah redha kepada kaum yang
membentuk barisan dengan teratur bukan saja dalam amalan ibadah seharian kita
bahkan di dalam perkara yang besar juga yaitu jihad. Barisan yang disebutkan
bukan hanya sekadar membentuk barisan yang teratur, tetapi barisan teratur yang
mana hati mereka saling bersatu dalam menegakkan Islam dalam segala perkara.
Secara definisi umat adalah segolongan manusia yang mempunyai
persamaan dalam hal akidah serta tutuan hidupnya dan terikat oleh konvensi
keimanan yang sama. Sementara umat Islam adalah segolongan manusia dari suku
atau bangsa mana saja yang sama-sama berakidah Islam, sama-sama
melaksanakan ajaran Islam serta terikat oleh konvensi keimanan amar ma‟ruf
nahi munkar sebagaimana yang ditetaplan dalam Al-Quran dan Hadis.Komposisi
ummat ini terbentuk dengan terhimpunnya orang-orang Arab disekeliling Nabi
yang telah dapat menerima seruan Rasulullah sehingga masuk dalam satu
kesatuan baru berdasarkan kalimah syahadah laa ilaaha illallah Muhammad
Rasulullah. Setelah itu orang-orang dari suku bangsa lain turut bergabung dalam
kesatuan umat Islam ini.3
Persatuan umat Islam dalam masalah aqidah, ibadah, dan akhlak semuanya
diperhatikan dan diserukan oleh Islam. Menyaksikan tiada Tuhan melainkan Allah
dan menyaksikan bahawa Nabi Muhammad Rasul Allah serta menghadap kiblat
dan aqidah yang sama, semua ini termasuk dalam salah satu sisi persatuan dalam
beraqidah. Persatuan yang dikehendaki dalam agama Islam adalah persatuan
dalam akidah, manhaj, dakwah, jihad dan berpegang teguh kepada Al-Quran dan
sunnah menurut pemahaman salafus shalih. Persatuan yang dimaksudkan bukan
sekedar persatuan badan atau perkumpulan, tetapi lebih ditekankan kepada

2
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Ringkasan Ibnu kathir (Riyadh: Maktabah Ma‟rif, 1989)
juz 1/423
3
Yahya S. Basalamah, Persoalan Umat Islam Sekarang ( Jakarta: Gema Insani Press,
1996),13.
17

persatuan hati dalam berakidah, jihad, dan menjalani hidup ini sesuai dengan Al-
Quran dan As-Sunnah.4
Persatuan umat Islam dapat diwujudkan apabila ada persamaan visi.
Sedangkan tanpa persatuan adalah mustahil umat Islam dapat mewujudkan
sasaran besarnya, yaitu tegaknya daulah Islamiyyah Alamiyyah. Yang mana
terdapat di dalamnya Wihdah yaitu persatuan yang membawa maksud simbol
kekuatan dan berlawanan dengan Tafarruq, perpecahan yaitu simbol kelemahan
dan jalan menuju kelemahan. Menyadari hal itu, maka musuh-musuh Islam tidak
henti-henti mencari jalan untuk memecah belahkan umat Islam untuk
menghalangi dari timbulnya persatuan umat Islam. 5 Sebagaimana firman Allah:

              

               

   


“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka
kepadamu (Wahai Muhammad) sehingga Engkau menurut agama mereka
(yang telah terpesong itu). Katakanlah (kepada mereka): "Sesungguhnya
petunjuk Allah (agama Islam itulah petunjuk yang benar". dan Demi
Sesungguhnya jika Engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah
datangnya (wahyu yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran),
maka tiadalah Engkau akan peroleh dari Allah (sesuatupun) yang dapat
mengawal dan memberi pertolongan kepada mu.”(QS. Al-Baqarah: 120)6
Tanpa persatuan hati umat Islam yang jitu, ini akan memudahkan
perpecahan dan matlamat mereka tercapai. Apabila umat Islam bersatu musuh-
musuh Islam akan ketar-ketir karena mereka takut dengan persatuan ini. Hal-ini
karena kekuatan persatuan umat Islam telah terbukti di dalam tinta sejara. Islam
menjadi trendsetter selama 13 abad lamanya bagi hampir tiga perempat dunia

4
Syaikh Ali Bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari, Persatuan dalam Islam,
https://almanhaj.or.id/2651-persatuan-dalam-Islam.html (diakses pada 20 Juni 2018)
5
Adi Sasono,Solusi Islam atas problematika umat: ekonomi, pendidikan dan dakwah
(Jakarta: Gema Insani Press, 1988). 246
6
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
18

sejak masa Khulafa Ar-Rasyidin hingga khilafah Ustmaniyyah. Kekuatan ini


menjadi mimpi buruk bagi negara Barat terutamanya Israel.7
Dalam mencapai persatuan di kalangan umat Islam, pertama, kita harus
mencari common denominator, suatu persamaan kriteria pengikat dalam satu
pokok yaitu umat islam itu adalah bersaudara.8 Sebagaimana firman Allah:

           

“Sebenarnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka


damaikanlah di antara dua saudara kamu (yang bertelingkah) itu; dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat.”(QS. Al-Hujrat: 10)9
Menurut Shihab, ukhwah biasanya diertikan sebagai persaudaraan,
terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti memperhatikan. Makna asal ini
memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak
yang merasa bersaudara10. Orang yang memiliki perhatian satu sama lain
disebabkan adanya kedekatan, persamaan dan rasa senasib seperjuangan.11
Hakekat persaudaraan dalam Islam adalah saling memperhatikan dalam artian
saling memahami, saling mengerti, saling membantu, dan saling membela.12
Dimana dalam mempereratkan tali persaudaraan sesama umat Islam sekaligus
dapat menguatkan persatuan hati umat islam ini. Allah berfirman:

            

           

           

7
Indonesia writing club, Surat untuk kaki langit Palestina (Indonesia: Anara Publishing
House, 2018) 35.
8
Haidar Bagir, Satu Islam sebuah dilema (Mengembangkan Sistem Kerjasama Umat
Islam :Dawam Rahardjo (Indonesia :Mizan)
9
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
10
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1996) 486
11
Tobroni, Membincangkan pemikiran pendidikan Islam (Jakarta : Prenadamedia, 2018)
3
12
Sava Lova, Hadits tentang persaudaraan sesama muslim, http://menulis-
makalah.blogspot.com/2015/05/hadits-tentang-persaudaraan-sesama.html (diakses pada 29
Disember 2018)
19

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (ugama Islam), dan
janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu
ketika kamu bermusuh-musuhan (semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah
menyatukan di antara hati kamu (sehingga kamu bersatu-padu Dengan nikmat
Islam), maka menjadilah kamu Dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam
Yang bersaudara. dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang neraka
(disebabkan kekufuran kamu semasa jahiliyah), lalu Allah selamatkan kamu
dari neraka itu (disebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah
menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat
petunjuk hidayahNya.”(QS. Al-Imran : 103)13
Menurut Ibnu kathir, adanya qorinah lafdziyah yaitu ‫ وال تفرقوا‬yang jatuh
setelah kalimat ‫ جميعا‬membawa maksud Allah memerintah kepada mereka dengan
berjama‟ah (bersama-sama/bersatu padu) dan melarang merka daripada berfirqoh-
firqoh (berpecah belah).14 Dalam ayat ini juga dapat dilihat bahwa hati
merupakan salah satu elemen penting dalam mewujudkan persatuan dalam umat
Islam dan persatuan ini merupakan nikmat yang Allah berikan kepada orang Islam
yang bersaudara.

B. Sejarah Perpecahan Umat Islam


Pada awal kemunculan Islam Allah telah menyatukan umat Islam dengan
cahaya Islam yang dibawa oleh Rasulnya Nabi Muhammad. Sebelum kedatangan
Islam masyarakat Arab sangat terkenal dengan sikap berpuak-puak, saling
membanggakan puak masing-masing, saling menindas dan terdapat pemisah di
antara orang yang kaya dan miskin. Namun setelah kedatangan Islam, Allah telah
menyatukan hati mereka yang menerima cahaya Islam. Pada awal kedatangan
Islam lagi Allah telah menunjukkan bahwa persatuan itu adalah perkara utama
dalam membentuk masyarakat Islam. Di mana Islam memisahkan antara hak dan
batil, memecahkan tembok permisah antara suku dan darjat serta mengikat tali
persaudaraan. Seperti mana kisah suku Aus dan Khazraj yang berdamai dengan
datangnya Islam setelah bertahun lama tercetus api permusuhan di antara mereka
pada zaman jahiliyyah. Begitu juga dengan suku-suku lain yang terdapat di

13
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
14
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Ringkasan Ibnu kathir (Riyadh: Maktabah Ma‟rif, 1989)
juz 1/423
20

Madinah, mereka semua bersatu setelah Nabi Muhammad menjadi pemimpin


Madinah dan Madinah menjadi sebuah Negara Islam.
Namun persatuan umat Islam yang telah dibina oleh Nabi akhirnya
menunjukkan permulaan kepada pepecahan umat Islam setelah kewafatan
Rasulullah seperti mana sabda Rasulullah sendiri di dalam hadis yang berbunyi:

‫ اِفْ تَ َر َق الْيَ ُه ْوُد َعلَى إِ ْح َدى أ َْو‬:‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬


ّ ‫صلَّى‬
ِ
ْ ِ‫َع ْن أ‬
َ ‫ قَ َال َر ُس ْو ُل هللا‬:‫َِب ُىَريْ َرَة قَ َال‬
‫ْي فِْرقَةً َوتَ ْف ََِت ُق أ َُّم ِ ِْت‬ ِ ِ َ‫ت النَّصارى علَى إِح َدى أَو ثِْن ت‬
َ ْ ‫ْي َو َسْبع‬
ْ ْ ْ َ ََ
ِ َ‫ وتَ َفَّرق‬،ً‫ْي وسبعِْي فِرقَة‬
َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ‫ثْن ت‬
ِ ِ
‫ْي فِْرقَ ًة‬ ِ ٍ
َ ْ ‫َعلَى ثََلَث َو َسْبع‬
“Dari Abi Hurairah telah berkata: Rasulullah SAW telah bersabda : Kaum
Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan atau tujuh puluh dua
golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh
puluh dua golongan dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga
golongan.” 15
Dalam Hadis ini Nabi telah memberitahu bahwa ummat Islam itu akan
tepercah kepada 73 golongan. Perpecahan ummat Islam ini bermula selepas
pemerintahan Saidina Utsman yaitu ketika Saidina Ali memerintah. Muawiyah
yang merupakan Gubenur Damaskus dan keluarga dekat Saidina Utsman telah
mendesak agar Saidina Ali menyiasat pembunuhan Saidina Utsman sehingga
menyebabkan tercetusnya peperangan di antara Saidina Ali dan Muawiyah yang
di kenali sebagai perang Siffin
Dalam peperangan itu kemengan hampir dimiliki oleh Saidina Ali, Namun
Amr Bin Ash yang berada di pihak Muawwiyah meminta perdamaian dengan
menggangkat Al-Quran ke atas. Amr Bin „Ash meminta agar diadakan Arbitase
dan permintaan itu telah diterima oleh Saidina Ali.16 Disebabkan Saidina Ali telah
menerima Aritabase daripada Amaru Bin „Ash, maka terdapat golongan yang
tidak menyetujui hal itu dan kemudian mereka keluar dari barisan Saidina Ali.
Oleh itu mereka digelar golongan khawarij yaitu orang-orang yang telah keluar.17

15
Syekh Omar Bakri Muhammad, Ahlus-Sunnah Wal Jamaah: Kemiman, Sifat dan
Kualitasnya (Jakarta: Gema Insani, 2005) 13,Timidzi, No.2564
16
Masburiyah, Ilmu Kalam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2013) 32
17
Ibid, 37
21

Dalam peristiwa itu juga terdapat golongan yang mengambil sikap itu
tidak masuk campur urusan politik itu, tidak menyebelahi mana-mana pihak.
Mereka itu adalah golongan Murjiah18. Sementara golongan Syiah adalah
golongan yang berpihak kepada Saidina Ali. Pada mulanya golongan ini hanya
mendukung Saidina Ali dan merupakan pengikut yang setia, namun pemikiran
mereka menjadi ekstrim dengan hasutan Abdullah Bin Saba yaitu seorang pendeta
agama Yahudi berasal dari Yaman yang berpura-pura masuk Islam dan cuba
memecah belahkan umat Islam. Usahanya itu akhirnya membuahkan hasil.
Dengan hasutan Dari Abdullah Bin Saba, golongan Syiah ini beranggapan yang
berhak menjadi pemimpin bagi umat Islam hanyalah Saidina Ali dan
keturunannya. Sementara selain daripada itu tidak layak untuk menjadi pemimpin
umat Islam.19
Perpecahan umat Islam terus terjadi dengan kemunculan-kemunculan
golongan yang saling berbeda fikiran seperti golongan Mu‟tazilah yang
dicetuskan oleh Wasil Bin „Atha‟. Pada awalnya Wasil Bin „Atha‟ adalah anak
murid kepada Hasan Al-Basri. Namun dia mengambil keputusan untuk
memisahkan diri setelah berselisih pendapat dengan gurunya tentang masalah
kedudukan mikminin dan kafir di akhirat nanti.20 Kemudian muncul golongan
Asyari‟ah disebakan oleh kekacauan yang dibuat oleh golongan Mu‟tazilah ini
dan kembali membetulkan fahaman-fahaman Mu‟tazilah yang bertentangan
dengan Al-Quran dan Sunnah.
Golongan-golongan ini menunjukkan bahwa umat Islam telah berpecah
belah sejak dahulu lagi. Namun pada masa kini, perpecahan yang terjadi dalam
umat Islam adalah lebih banyak lagi dan terjadi secara halus tanpa disedari.
Bahkan terdapat umat Islam yang Islam di atas nama saja bukan pada pada aqidah
maupun hati. Seandainya umat Islam bersatu pada satu aqidah dan hati, Palestina
maupun negara-negara Islam lain tidak akan ditindas oleh orang-orang kafir yang
senantiasa mahu menjatuhkan agama Islam.

18
Ibid, 56
19
Ibid, 118
20
Ibid, 65
22

C. Sebab-Sebab Perpecahan Umat Islam


Islam senantiasa menyeru umatnya untuk bersatu dan menegakkan
kalimah Allah. Namun umat Islam sendiri telah mengabaikan perintah itu tanpa
disedari. Terutamanya pada zaman kini, dimana musuh-musuh Islam semakin
kuat untuk menjatuhkan umat. Walhal Nabi sudah berpesan kepada umat Islam
pada masa kini sebagaimana sabda Nabi:
ِ ِ ‫َع ْن أَِِب ََِنْي ٍح الْعِْرََب‬
‫لى هللا عليو‬ َّ ‫ص‬َ ‫ َو َعظَنَا َر ُس ْو ُل هللا‬: ‫ض بْ ِن َساريةَ َرضي هللا عنو قَ َال‬
‫ َكأَن ََّها‬،ِ‫ ََي َر ُس ْوَل هللا‬: ‫ فَ ُق ْلنَا‬،‫ت ِمْن َها الْعُيُ ْو ُن‬ ِ َ‫وسلم مو ِعظَةً وِجل‬
ْ َ‫ َو َذ ِرف‬،‫ب‬ُ ‫ت مْن َها الْ ُقلُ ْو‬ ْ َ َْ
‫اع ِة َوإِ ْن‬َ َّ‫الس ْم ِع َوالط‬ َّ ‫ َو‬،‫ أ ُْو ِصْي ُك ْم بِتَ ْق َوى هللاِ َعَّز َو َج َّل‬: ‫ قَ َال‬،‫ فَأ َْو ِصنَا‬،‫َم ْو ِعظَةُ ُم َوِّد ٍع‬
‫ فَ َعلَْي ُك ْم بِ ُسن َِِّت َو ُسن َِّة‬.ً‫اختَِلَفاً ًكثِ ْْيا‬
ْ ‫ش مْن ُك ْم فَ َسيَ َرى‬
ِ ِ‫ فَِإنَّو من يع‬،‫ََت ََّمر علَي ُكم عب ٌد‬
ْ َ َْ ُ َْ ْ ْ َ َ
ِ ‫ وإِ ََّي ُكم وُُْم َد ََث‬،‫ضوا علَي ها َِبلنَّو ِاج ِذ‬ ِ ِ ِ َّ ‫اْللَ َف ِاء‬
‫ فَإِ َّن ُك َّل‬،‫ت اْْل ُُم ْوِر‬ َ ْ َ َ َ ْ َ ُّ ‫ْي َع‬ َ ِّْ‫الراشديْ َن الْ َم ْهدي‬ ُْ
ٍ
َ ‫بِ ْد َعة‬
ٌ‫ضَلَلَة‬
“Dari Abu Najih Al-Irbadh Bin Sariah RA berkata: Rasulullah SAW
memberikan nasihat yang membuatkan hati kami bergetar dan air mata kami
bercucuran. Maka kami berkata : Ya Rasulullah, seakan ini merupakan
nasihat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah bersabda: Aku
wasiatkan kalian untuk bertaqwa kepada Allah, tunduk dan patu lepada
pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak.
Karena di antara kalian yang hidup setelah ini akan menyaksikan banyaknya
perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan
ajaran khulafa Ar-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah
(genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari
perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid‟ah adalah sesat.”21
Hadis ini menunjukkan tentang nasihat Nabi kepada umat Islam
terutamanya umat Islam di akhir zaman dengan memberitahu bahwa akan
terjadi perselisihan yang banyak meskipun di antara umat Islam sendiri. Oleh
itu Nabi berpesan untuk memegang aqidah yang satu yaitu Al-Quran dan As-
Sunnah. Apabila umat Islam memegang aqidah yang satu, maka secara tidak
langsung persatuan umat Islam itu akan hidup. Tambahan pula Al-Quran dan
As-Sunah sentiasa mengingatkan agar umat Islam untu bersatu padu,
bersaudara dan berkasih sayang. Namun disebabkan beberapa kepentingan,
21
Redaksi QultumMedia, 40 Hadis Pilihan Imam Nawawi (Jakarta:
QultumMedia,2018),126
23

umat Islam tidak mengendahkan wasiat Nabi ini. Menurut Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah, terdapat 7 sebab perpecahan umat Islam.22

1. Sikap Durhaka Dengan Mengikari Kebenaran Dan Membenarkan


Kebatilan.
Mereka menolak apa yang diperintahkan Allah dan Rasul karena bagi
mereka nikmat dunia itu lebih baik bagi mereka seperti mana firaun yang
sombong dan bongkak dengan kenikmatan dunia yang Allah berikan
kepadanya sehingga Allah sebutkan di dalam Al-Quran tentang
kesombongannya:

          

   


“Kemudian Kami utuskan sesudah Rasul-rasul itu, Nabi Musa dan Nabi Harun,
kepada Firaun dan kaumnya dengan membawa ayat-ayat kami; lalu mereka
(firaun dan kaumnya) berlaku sombong takbur (enggan menerimanya), dan
mereka adalah kaum yang biasa melakukan dosa”(QS. Yunus : 75)23
Kisah firaun ini tidak lari dengan umat Islam pada masa kini yang
mementingkan nikmat dunia hingga mereka lebih memilih kebatilan daripada
kebenaran seperti golongan liberalism yang lebih mementingkan kebebasan
daripada apa yang telah disyariatkan oleh Islam. Malahan golongan liberalism ini
mengadakan demostrasi untuk mendapatkan hak kebebasan ini sehingga tercetus
perbalahan di antara umat Islam.

2. Ta’ashub Terhadap Madzhab-Madzhab Dan Peribadi


Seterusnya, mereka ta‟ashub terhadap madzhab-madzhab dan peribadi
sehingga mereka membuatkan mereka benci kepada mazhab lain atau pandangan
lain yang berbeda dari mereka sedangkan perbendaan pendapat itu merupakan

22
Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Jakarta: Pustaka
Al-Kauthar,2012) 64
23
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
24

satu rahmat. Walaupun Imam Syafie, Hambali, Hanafi dan Maliki saling berbeda
pendapat. Namun mereka saling menghormati pendapat yang lain dan saling
meraikan. Tetapi pada masa kini terdapat umat- Islam yang terlampau ta‟ashub
kepada madzahab mereka sehingga ada yang sanggup membunuh sedangkan
dalam Al-Quran Allah berfirman:

          

               

   


“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu semua senantiasa menjadi
orang-orang yang menegakkan keadilan karena Allah, lagi menerangkan
kebenaran; dan jangan sekali-kali kebencian kamu terhadap sesuatu kaum itu
mendorong kamu kepada tidak melakukan keadilan. hendaklah kamu berlaku
adil (kepada sesiapa jua) karena sikap adil itu lebih hampir kepada taqwa. dan
bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui dengan
mendalam akan apa yang kamu lakukan”(QS. Maidah : 8)24

3. Mementingkan Hawa Nafsu Dalam Mencintai Dan Membenci


Surah Al-Maidah ayat 8 diatas juga berkaitan dengan sebab yang ketiga
yaitu mereka lebih mementingkan hawa nafsu dalam mencintai dan membenci.
Sekiranya umat Islam saling mencintai dan menyayangi saudara islam yang lain,
maka tidak akan terjadi permusuhan atau perselisihan di antara mereka meskipun
berbeda bangsa, kaum, negara, warna kulit dan pendapat.

4. Melakukan Apa Yang Tidak Diperintahkan Syariat


Selain itu, mereka melakukan apa yang tidak diperintahkan oleh syariat
yaitu apa yang diperintahkan Allah di dalam Al-Quran dan apa yang disuruh Nabi
di dalam sunnahnya. Sedangkan persatuan umat Islam itu wujud apabila umat
Islam memegang syariat yang dibawa oleh Islam. Firman Allah:

24
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
25

            

           

           
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (agama Islam), dan
janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu
ketika kamu bermusuh-musuhan (semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah
menyatukan di antara hati kamu (sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat
Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam
yang bersaudara. dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang neraka
(disebabkan kekufuran kamu semasa jahiliyah), lalu Allah selamatkan kamu
dari neraka itu (disebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah
menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat
petunjuk hidayahNya.”(QS. Al-Imran : 103)25
Allah menyuruh agar berpegang kepada tali Allah yaitu apa yang telah
disyariatkan Allah dan dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dalam agama Islam.
Karena apabila berpegang dengan syariat dan aqidah yang satu umat Islam akan
bersatu. Namun mereka berpaling dari perintah ini sehingga menyebabkan umat
Islam yang lain saling berpecah belah.

5. Terlalu Mengagunggkan Para Syaikh


Selain itu, akibat daripada terlalu mengagungkan para syaikh dengan
dengan cara memuliakan, memuja, berkorban, mencintai dan loyal tanpa batas dan
melebihi daripada mencintai Allah dan RasulNya. Hal ini karena mereka
menganggap dan berprasangka para syaikh mereka itu lebih mulia. Sedangkan
Allah telah berfirman:

        

        

25
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
26

             

  


“ Katakanlah (Wahai Muhammad): "Jika bapa-bapa kamu, dan anak-anak
kamu, dan saudara-saudara kamu, dan isteri-isteri (atau suami-suami) kamu,
dan kaum keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan
perniagaan yang kamu bimbang akan merosot, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, - (jika semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang
kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (daripada) berjihad untuk
agamaNya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusanNya
(azab seksaNya); karena Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-
orang Yang fasik (derhaka).”(QS. AT-Taubah : 24)26
Agama Islam mengajar umatnya agar kasih mengasihi, cinta mencintai
antara satu sama lain. Namun cinta itu haruslah karena Allah bukan karena nafsu
atau maqam syaikh tersebut, dan cinta itu tidak boleh melebihi daripada cintanya
kepada Allah dan Rasul.

6. Berdiam Diri Daripada Mengingkari Kemungkaran


Seterusnya, berdiam diri daripada mengingkari kemungkaran dan
berlebihan dalam pengingkarannya. Dalam hadis Nabi yang berbunyi:

‫ َم ْن َرأَى‬: ‫ت َر ُس ْوَل هللاِ ملسو هيلع هللا ىلص يَ ُق ْو ُل‬ ِ ِ


ُ ‫ ََس ْع‬: ‫اْلُ ْد ِري َرض َي هللاُ َعْنوُ قَ َال‬ ْ ‫َع ْن أَِِب َسعِْيد‬
ِ ِ ِِ
‫ف‬
ُ ‫َض َع‬
ْ ‫كأ‬ َ ‫ فَِإ ْن ََلْ يَ ْستَ ِط ْع فَبِ َق ْلبِ ِو َوذَل‬،‫ فَِإ ْن ََلْ يَ ْستَ ِط ْع فَبِل َسانِِو‬،‫ِمْن ُك ْم ُمْن َكراً فَ ْليُغَِّْْيهُ بِيَده‬
ِ َ‫اْ ِْلَْي‬
‫ان‬
“Dari Abu Sa‟id Al-Khudri RA berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda : Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya,
jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka
(tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.27
Dalam hadis ini dapat diketahui tentang kewajiban menentang dan
menolak kemungkaran yang dituntut oleh agama atas semua umat islam sesuai

26
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
27
Redaksi QultumMedia, 40 Hadis Pilihan Imam Nawawi (Jakarta:
QultumMedia,2018),146.
27

dengan kemampuan dan kekuatannya. Mengingkari kemungkaran dengan hati


adalah kewajiban bagi setiap umat Islam sedangkan pengingkaran dengan tangan
dan lisan berdasarkan kemampuannya. Sekiranya umat Islam terus membiarkan
kemungkaran berlaku tanpa penentangan, maka dengan mudah musuh-musuh
Islam terus menarik orang-orang yang melakukan kemungkaran ke dalam agama
mereka.

7. Menetapkan Al-Wala’ Wa Al-Bara’ Dalam Masalah-Masalah Yang


Diizinkan Berbeda Pendapatnya
Akhir sekali, menetapkan Al-Wala‟ wa Al-Bara‟ dalam masalah-masalah
yang diizinkan berbeda pendapatnya.Sesetengah golongan dalam umat Islam
menyempitkan makna Al-Wala; wa Al-Bara‟ dengan mendekati dan mencintai
siapa pun yang berada dalam jamaahnya dan memusuhi serta menjauhi siapa pun
yang berada di luar jamaah mereka walhal Allah berfirman:

           

             

       


“Dan jika dua puak dari orang-orang yang beriman berperang, maka
damaikanlah di antara keduanya; jika salah satunya berlaku zalim terhadap
yang lain, maka lawanlah puak yang zalim itu sehingga ia kembali mematuhi
perintah Allah; jika ia kembali patuh maka damaikanlah di antara keduanya
dengan adil (menurut hukum Allah), serta berlaku adillah kamu (dalam segala
perkara); Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil.”(QS.
Al-Hujraat : 9)28
Seorang mukmin harus bermusuhan karena Allah yaitu memusuhi
meusuh-musuh Islam dan berteman karena Allah. Terhadap mukmin lainnya,
haruslah memberikan loyalitas meskipun dizaliminya. Hali ini karena, kezaliman
tidak bisa memustuskan pertemanan yang berdasarkan iman. Demikianlah sebab-
sebab terjadinya perpecahan umat Islam. Namun semua perpecahan ini dapat

28
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
28

diperbaiki semula sekiranya umat Islam kembali kepada Al-Quran dan Sunnah
dan bersatu untuk mewujudkan jamaah dan persatuan sepertimana ketika zaman
Rasulullah dan para sahabat dahulu.

D. Asbab Nuzul Surah As-Shaff


Surah As-Shaff adalah surah yang diturunkan di Madinah dan
dikategorikan sebagai surah Madaniyyah menurut Tafsir At-Tibyan29, sementara
menurut tafsir Al Misbah Surah As-Shaff ini diperselisihkan masa turunnya,
mayoritas ulama berpendapat bahwa surah ini diturunkan setelah Nabi SAW
berhijrah ke Madinah dan meurut mereka ada ayat-ayat Surah As-Shaff ini sejalan
dengan ayat-ayat Makkiyyah. Dinamakan surah ini sebagai Surah As-Shaff telah
dikenal sejak zaman Nabi SAW dan nama ini tercantum dalam sekian banyak
kitab-kitab hadis antaranya shahih al-Bukhari. Nama As-Shaff telah diambil dari
lafaz (‫ )صفا‬yang disebut dalam ayat 4. Sementara ulama juga menyebut surah ini
sebagai surah Isa. 30
Surah ini mengandungi 14 ayat dan surah dimulakan dengan tasbih yaitu
menyuci, memulia dan membesarkan Allah. Di dalamnya Allah memberikan
amaran kepada orang-orang yang beriman dan berjanji kepada Allah tetapi tidak
melaksanakan janjinya itu. Selain itu Surah As-Shaff juga mengenai perjuangan
umat Islam dalam memerangi musush-musuh Allah dalam satu barisan dengan
satu tujuan yaitu untuk menegakkan kebenaran. Di mana persatuan umat Islam ini
dapat menentang musuh-musuh Islam sama ada di medan peperangan maupun
medan dakwah.
Surah As-Shaff juga menceritakan tentang kisah pengikut Nabi Musa dan
Nabi Isa yang mengetahui tentang kebenaran tetapi masih menyakiti Nabi-Nabi
Allah ini. Selanjutnya, Allah menjadi penolong kepada para Nabi dan wali-Nya
yang menegakkan agama Islam dengan kemenangan di dunia dan di akhirat. Allah
juga menyeru kepada umat Islam agar menceburi perniagaan yang sangat
memberi keuntungan yaitu jihad untuk menegakkan agama Islam ini dengan
29
Abdul Hadi Awang, Tafsir At Tibyan Surah As-Shaff, (Malaysia: Jundi Resources,
2017) Muqaddimah
30
Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Indonesia: Lentera hati, 2011)185
29

memerangi musuh-musuh Islam sama ada yang nyata mahu pun yang
tersembunyi. Surah ini diakhiri dengan kisah golongan Hawariyyun yang sangat
setia menjadi penolong kepada Nabi Isa dan agama Allah sehingga ke akhirnya.
Meskipun Nabi Isa telah diangkat Allah ke langit.31
Surah As-Shaff merupakan surah ke 108 dari segi perurutan Al-Quran.
Surah sebelum Surah As-Shaff di dalam Al-Quran adalah surah Mumtahanah, dan
surah selepasnya adalah surah Jumu‟ah. Sementara dari segi penurunan surah,
surah ini turun sesudah At-Taghabun dan sebelum surah Al-Fath. Turunnya
setelah peristiwa perang Uhud yang terjadi pada tahun 3 H. Menurut Al-Biqa‟i
tujuan utama surah ini adalah mendorong agar bersungguh-sungguh dan secara
sempurna untuk bersatu dalam satu hati berjihad menghadapi mereka yang dalam
surah Al-Mumtahanah (sudah sebelumnya). 32
Terdapat beberapa riwayat tentang sebab penurunan Surah As-Shaff ini.
Antaranya adalah dari Imam Tarmidzi yang meriwayatkan suatu riwayat,
demikian juga Al-Hakim yang menilainya shahih, dari Abdullah Bin Salam yang
berkata, “Sekiranya saja kita mengetahui amalan yang paling disukai oleh Allah,
tentu kita akan mengamalkannya. Lalu Allah menurunkan 1-2:

              

      


“Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, tetap mengucap tasbih kepada
Allah; dan Dia lah yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. Wahai orang-orang
yang beriman! mengapa kamu memperkatakan apa yang kamu tidak
melakukannya!”(QS. AS-Shaff : 1-2)33
Rasulullah lantas membacakannya hingga akhir. Ibnu Jarir juga
meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan riwayat yang senada seperti riwayat ini.
Dari riwayat Abu Shaleh pula , Mereka berkata, “Sekiranya saja kita mengetahui

31
Abdul Hadi Awang, Tafsir At Tibyan Surah As-Shaff, (Malaysia: Jundi Resources,
2017) Muqaddimah
32
Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Indonesia: Lentera hati, 2011) 187
33
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
30

amalan yang paling utama dan paling disukai oleh Allah ayat 10 Surah As-Shaff,
firman Allah:

           
“Wahai orang-orang yang beriman! maukah Aku tunjukkan sesuatu perniagaan
yang boleh menyelamatkan kamu dari azab seksa yang tidak terperi
sakitnya?”(QS. As-Shaff : 10)34
Akan tetapi mereka ternyata enggan berjihad di jalan Allah, mereka
mendustakan apa yang mereka katakan pada awalnya, Maka Allah menurunkan
ayat 2 Surah As-Shaff ini kepada mereka-mereka yang berdusta. Ibnu Abi Hatim
meriwayatkan dari Ali bin Inu Abbas dengan riwayat yang mirip dengan riwayat
ini. Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dan Ibnu
Jarir dari jalur Adh-Dhahhak Ayat 2 ini diturunkan berkenaan seorang lelaki yang
dalam peperangan mengucapkan akan menebaskan pedang, menusukkan tombak,
serta membunuh (pihak musuh), namun dia tidak melakukan tindakan-tindakan
tersebut. Selain itu Ibnu Hatim juga meriwayatkan dari Muqatil bahwa ayat ini
turun berkenaan dengan larinya beberapa orang sahabat dari medan perang ketika
berkecamuknya perang Uhud. Al-Hakim, Ahmad Ibn Abi Hatim dan Ad-Darimi
menambahkan bahwa Rasulullah SAW membaca ayat di atas kepada kami sampai
pada akhir surah dan dalam riwayat lain semuanya.35

E. Munasabah Ayat dalam surah As-Shaff

Surah As-Shaff mengandungi 14 ayat dan merupakan surah ke 61 di dalam


Al-Quran. As-Shaff bererti barisan dan tergolong dalam surah Madaniyah.
Dinamakan surah in sebagai surah as-Shaff karena terdapat kata Shaffan pada ayat
ke empat surah ini. Surah ini dimulakan dengan tasbih dan pujian kepada Allah.

            

34
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
35
Jalaluddin As-Suyuthi, Sebab Turunnya Ayat Al-Quran (Jakarta : Gema Insani, 2014)
570-571
31

“Segala yang ada di langit dan Yang ada di bumi, tetap mengucap tasbih
kepada Allah; dan Dia lah yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.” (QS. As-
Shaff : 1)36
Awal surah ini mengisyaratkan bahwa amanat yang dibebankan kepada
orang-orang yang beriman itu adalah amanat segala makhluk yang ada. Juga
mengisyaratkan bahwa akidah yang meminta mereka untuk berjihad karenanya
adalah akidah setiap makhluk yang ada di langit dan dibumi. Kemenangan Islam
atas seluruh agama di dunia adalah fenomena alam semesta yang seiring dengan
arah alam semesta, seluruhnya mengarah ke hadapan Allah yang Maha kuasa lagi
Maha bijaksana.

        


Wahai orang-orang yang beriman! mengapa kamu memperkatakan apa yang
kamu tidak melakukannya! (QS. As-Shaff : 2)37
Dalam ayat seterusnya Allah memberi amaran kepada orang-orang
beriman yang tidak setia dalam menunaikan janjinya kepada Allah mahupun
kepada manusia. Yaitu mereka yang memungkiri janji setelah mereka berjanji.

         


“Amat besar kebenciannya di sisi Allah - kamu memperkatakan sesuatu yang
kamu tidak melakukannya.” (QS. As-Shaff : 3)38
kemudian ayat seterusnya menjelaskan Allah membenci perilaku orang-
orang yang berjanji tetapi tidak menunaikan janjinya ini.

           
“Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berperang untuk membela
agamaNya, dalam barisan yang teratur rapi, seolah-olah mereka sebuah
bangunan yang tersusun kukuh.” (QS. As-Shaff : 4)39
Setelah menyatakan bahwa Allah membenci orang-orang yang
memungkiri janji, kemudian ayat seterusnya menyatakan pula perkara yang Allah
36
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
37
Ibid
38
Ibid
39
Ibid
32

sukai yaitu orang-orang yang berjihad dijalan-Nya dalam barisan yang teratur.
Yaitu mereka yang menegakkan agama Allah dan kebenaran agama Islam .

           

             

             

            

     


“Dan (ingatlah peristiwa) ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: " Wahai
kaumku! mengapa kamu menyakiti daku, sedang kamu mengetahui bahwa
sesungguhnya aku ini pesuruh Allah kepada kamu?" maka ketika mereka
menyeleweng (dari kebenaran yang mereka sedia mengetahuinya), Allah
selewengkan hati mereka (dari mendapat hidayah petunjuk); dan sememangnya
Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada kaum yang fasik - derhaka. Dan
(ingatlah juga peristiwa) ketika Nabi Isa Ibni Maryam berkata: "Wahai Bani
Israil, sesungguhnya aku ini pesuruh Allah kepada kamu, mengesahkan
kebenaran Kitab yang diturunkan sebelumku, Yaitu kitab taurat, dan
memberikan berita gembira dengan kedatangan seorang Rasul yang akan
datang kemudian daripadaku - bernama: Ahmad". maka ketika ia datang
kepada mereka membawa keterangan-keterangan yang jelas nyata, mereka
berkata: "Ini ialah sihir yang jelas nyata!" (QS. As-Shaff : 5-6)40
Dalam ayat seterusnya yaitu ayat 5-6, Allah memperingatkan
semula tentang kisah kaum Nabi Musa dan Nabi Isa yang menolak dan berpaling
dari kebenaran yang dibawa oleh dua Nabi ini. dalam ayat 5 Allah menegaskan
bahwa Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik ini. Malahan
dalam ayat 6, apabila Nabi membawa bukti keterangan akan kebenaran agama
Allah mereka menolaknya dengan mengatakan bahawa ia adalah sihir.

             

   

40
Ibid
33

“Dan tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan perkara
dusta terhadap Allah, sedang ia diajak kepada memeluk Islam; dan (ingatlah),
Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS.
As-Shaff : 7)41
Ayat seterusnya ditujukan kepada orang-orang yang menolak agama Allah
ini,tidak cukup dengan mendustakan kebenaran yang dibawa oleh Nabi-Nabi
Allah, malahan mereka mengada-adakan pembohongan terhadap Allah.
Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang zalim.

           
“Mereka senantiasa berusaha hendak memadamkan cahaya Allah (agama
Islam) dengan mulut mereka, sedang Allah tetap menyempurnakan cahayaNya,
sekalipun orang-orang kafir tidak suka (akan yang demikian).” (QS. As-Shaff :
8)42
Mereka yaitu orang-orang yang mengada-adakan pembohongan terhadap
Allah ini ingin menutup cahaya agama Allah dengan ucapan-ucapan mereka,
namun Allah tetap menyempurnakan cahaya (agama) Allah meskipun dibenci
orang kafir.

            

 
“Dia lah yang telah mengutus RasulNya (Muhammad s.a.w) dengan membawa
hidayah petunjuk dan ugama yang benar (agama Islam), supaya ia
memenangkannya dan meninggikannya atas segala agama yang lain, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukainya.” (QS. As-Shaff : 9)43
Allah menyempurnakan agama Allah ini dengan mengutuskan Rasul-Nya
dengan membawa petunjuk dan agama yang benar. Sesungguhnya agama Allah
ini tidak dapat dikalahkan oleh orang-orang musyrikin.

           

41
Ibid
42
Ibid
43
Ibid
34

“Wahai orang-orang yang beriman! mahukah Aku tunjukkan sesuatu


perniagaan yang boleh menyelamatkan kamu dari azab seksa yang tidak terperi
sakitnya?” (QS. As-Shaff : 10)44
Setelah menceeritakan perihal musuh-musuh Allah, Allah menyeru dan
mengundang orang-orang yang beriman kepadanya untuk ikut serta dalam
perniagaan yang paling menguntungkan di dunia dan di akhirat yang dapat
menyelamatkan daripada azab yang pedih.

          

     


“Iaitu, kamu beriman kepada Allah dan RasulNya, serta kamu berjuang
membela dan menegakkan agama Allah dengan harta benda dan diri kamu;
yang demikian itulah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu hendak mengetahui
(hakikat yang sebenarnya).” (QS. As-Shaff : 11)45
Perniagaan yang dimaksudkan dalam ayat 10 adalah beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan Allah sama ada dengan harta benda maupun
jiwa raga.

           

      


“(dengan itu) Allah akan mengampunkan dosa-dosa kamu, dan memasukkan
kamu ke dalam taman-taman yang mengalir di bawahnya beberapa sungai,
serta ditempatkan kamu di tempat-tempat tinggal yang baik dalam syurga "
Adn ". itulah kemenangan yang besar.” (QS. As-Shaff : 12)46
Dengan perniagaan ini yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta
berjihad di jalan Allah, maka Allah akan memberikan ganjaran kepada mereka
dengan mengampunkan dosa-dosa dan memasukkan mereka ke dalam syurga
yaitu syurga „Adn .

           

44
Ibid
45
Ibid
46
Ibid
35

“Dan ada lagi limpah kurnia yang kamu sukai, yaitu pertolongan dari Allah dan
kemenangan yang cepat (masa berlakunya). dan sampaikanlah berita yang
mengembirakan itu kepada orang-orang yang beriman.” (QS. As-Shaff : 13)47
Bukan saja ganjaran pengampunan dan syurga yang akan Allah berikan,
malahan Allah akan memberi pertolongan dan kemenangan. Sesungguhnya berita
gembira ini adalah untuk orang-orang yang beriman kepada-Nya.

            

             

          


“Wahai orang-orang yang beriman! jadikanlah diri kamu pembela-pembela
(ugama) Allah sebagaimana (Keadaan penyokong-penyokong) Nabi Isa Ibni
Maryam (ketika ia) berkata kepada penyokong-penyokongnya itu: "Siapakah
penolong-penolongku (dalam perjalananku) kepada Allah (dengan menegakkan
agamaNya)?" mereka menjawab: "Kamilah pembela-pembela (agama) Allah!"
(setelah Nabi Isa tidak berada di antara mereka) maka sepuak dari kaum Bani
Israil beriman, dan sepuak lagi (tetap) kafir. lalu kami berikan pertolongan
kepada orang-orang yang beriman untuk mengalahkan musuhnya, maka
menjadilah mereka orang-orang yang menang.” (QS. As-Shaff : 14)48
Ayat terakhir dalam surah As-Shaff ini Allah menyeru kepada orang-orang
yang beriman untuk menjadi pembela agama sebagaimana golongan Hawariyun
yang membantu Nabi Isa membela agama Allah. Maka bagi mereka yang beriman
kepada Allah, Allah berikan pertolongan mengalahkan musuh mereka dan
mencapai kemenangan.

47
Ibid
48
Ibid
BAB III
METODOLOGI TAFSIR AL-MISBAH DAN TAFSIR AT-TIBYAN

A. Latar Belakang M.Quraisy Shihab Dan Tuan Guru Hj Abdul Hadi


Awang
Allah telah menurunkan Al-Quran kepada seluruh umat manusia bukan
saja kepada orang Arab meskipun Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab.
Tetapi Al-Quran adalah adalah wahyu Allah kepada umat manusia tanpa mengira
kaum bangsa selagi mana mereka menyaksikan bahawa Tiada tuhan melainkan
Allah dan Nabi Muhammad persuruh Allah.
Menurut Abu Hayyan, tafsir ialah ilmu yang membahas tentang bagaimana
mengucap lafal-lafal Al-Quran dan makna-makna yang ditunjukkannya. Di
samping itu, tafsir juga membahas hukum mufradat dan susunannya,makna-
makna yang terkandung ketika berada dalam susunan kalimat serta dalalah yang
menyempurnakan makna.1
Penafsiran Al-Quran telah bermula pada zaman Nabi Muhammad lagi
dimana ketika turunnya ayat Al-Quran dan sahabat tidak memahaminya, mereka
langsung bertanya kepada Nabi Muhammad. Nabi Muhammad akan
menafsirkannya kepada para sahabat. Apabila Nabi Muhammad sudah wafat, para
sahabat tidak dapat lagi bertanya kepada Nabi. Oleh itu mereka menggunakan
ijtihad yang digarisi beberapa syarat sekiranya mereka tidak menemukan jawaban
di dalam Al-Quran maupun penjelasan Nabi (hadis). Pada zaman tabi‟in,
kebutuhan umat terhadap ilmu tafsir semakin mengingkat dengan meluasnya
wilayah kekuasaan Islam. Seiring dengan munculnya fatwa dan pendapat yang
berbagai. Pada waktu ini tafsir-tafsir sudah mula dibukukan.2
Penafsiran Al-Quran adalah sangat penting dalam memahami makna-
makna dan pesanan yang terdapat dalam Al-Quran sepertimana umat Nabi Musa

1
Abu Abdul Haq Bin Abdurrahman Bin Tamam Bin Athiyyah Andalusia, Al-Muharrar
Al-Wajiz Fi TafsirAl-Kitab Al-„Aziz (Tafsir Ibnu Athiyah), (Bairut : Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah,
1422 H) Juz 1, 13.
2
Samsurrohman, M.Si. Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta : AMZAH, 2014) cet 1, 65.

36
37

dan Nabi Isa mendapat petunjuk melalui kitab Taurat dan Injil tetapi tidak
memahami kitab-kitab tersebut sebagaimana firman Allah:

      


“Di antara mereka ada ummiyyun, tidak mengetahui Al-Kitab kecuali amani”
(QS. Al-Baqarah : 78)3

Begitu kecaman Allah yang diabadikan dalam Surah Al-Baqarah. Ibn


Abbas menafsirkan kata „Ummiyyun‟ dalam arti tidak mengetahui makna pesan-
pesan kitab suci, walau boleh jadi mereka menghafalnya, mereka hanya berangan-
angan atau amani dalam istilah ayat di atas yang diibaratkan Al-Quran seperti4

              

    


“Seperti pengembala yang memanggil binatang yang tak mendengar selain
panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta (maka sebab itu) mereka
tidak mengerti.” (QS. Al-Baqarah : 171)5

Menurut M. Quraish Shihab, tafsir Al-Quran adalah penjelasan tentang


maksud firman-firman Allah sesuai kemampuan manusia. Kemapuan itu
bertingkat-tingkat, sehingga apa yang dicerna atau diperoleh oleh seseorang
penafsir Al-Quran bertingkat-tingkat pula. Jika seseorang itu memiliki
kecenderungan hukum, tafsirnya banyak berbicara tentang hukum. Kalau
kecenderungan penafsir adalah filsafat, maka tafsirnya bernuanso filosofis. Begitu
juga sekiranya penafsir cenderung kepada aspek bahasa maka tafsirnya lebih
banyak membahaskan tentang aspek-aspek kebahasaan. Demikian seterusnya.6
Oleh itu setiap penafsir mempunyai metode-metode tersendiri dalam
penulisan tafsir-tafsir mereka sama ada metode yang digunakan secara tahlili,

3
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Quran (Jakarta:
Lentera Hati, 2002) vol.1,vi
5
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Quran (Jakarta:
Lentera Hati, 2002) vol.1, pengantar xvii.
38

ijmali, muqarran ataupun maudhui. Sementara penafsiran dengan bi ma‟tsur, bi


ra‟yi, shuffiy, fiqhiy, falsafi, ilmiy, adabi ijtima‟i dan sebagainya itu termasuk di
dalam metode tahlili

1. Latarbelakang M.Quraisy Shihab


Di Indonesia, terdapat beberapa ulama atau ahli penafsiran yang turut
menafsirkan Al-Quran di antaranya adalah Prof. Dr. H. Muhammad Quraisy
Shihab atau lebih di kenal sebagai M. Quraisy Shihab yang merupakan salah
seorang ulama‟ kontemporer di Indonesia. Nama lengkap beliau adalah
Muhammad Quraisy Shihab. Beliau lahir pada tanggal 16 Febuari 1944 di
Rappang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Beliau berasal dari
keluarga keturunan Arab Quraisy-Bugis yang terpelajar.7Ayahnya Abdurrahman
Shihab (1905-1986) adalah lulusan Jami‟atul Khair Jakarta yang merupakan
sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang mendepankan
gagasan-gagasan Islam modern. Ayahnya juga adalah seorang guru besar dalam
bidang tafsir dan tercatat sebagai seorang pendiri Universiti Muslim Indonesia
(UMI) di Makassar (1959-1965) serta pernah menduduki jabatan Rektor IAIN
Alauddin Ujung pandang (1972-1977).8
M.Quraish Shihab telah menerima didikan berawal dari umur 6-7 tahun
oleh bapa beliau dengan mengikuti pengajian Al-Quran yang diadakan oleh
bapanya sendiri. Setelah itu beliau melanjutkan pengajiannya di Pesantren Darul
Hadits Al-Fiqhiyyah, Malang. Pada tahun 1958 beliau berangkat ke Kairo Mesir
dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-azhar dan berjaya meraih gelar Lc. (S-1)
di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits Universitas Al-Azhar pada tahun
1967. Selanjutnya beliau menyambung pendidikan (S-2) dalam fakultas yang
sama dan memperoleh gelar Master (MA) pada tahun 1969 untuk spesialisasi
bidang tafsir Al-Quran dengan tesis berjudul Al-„Ijaz Al-Tasyri‟iyLi Al-Quran Al-
Karim.

7
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab (diakses pada 1
Disember 2018)
8
Islah Gusian, Khazanah Tafsir Indonesia ; Dari Hermeneutika hingga Ideologi
(Indonesia: LkiS Yogyakarta,2013) cet.1, 83.
39

Sepulangnya beliau ke tanah air Indonesia, M. Quraish Shihab


mmemperoleh jabatan sebagai pembantu Rektor Bidang Akedemik dan
Kemahasiswaan IAIN Alauddin Ujungpandang dan juga menjabat sebagai
Koordinator Kopertais Wliayah VII Indonesia Bagian Timur. Namun pada tahun
1980 beliau berangkat semula ke Kairo Mesir untuk mengambil gelar Doktor di
Universiti Al-Azhar dan pada tahun 1982 dengan disertasi berjudul Nazhm Al-
Durar Li Al-Biqa‟iy Tahqiq Wa Dirasah beliau berjaya meraih gelar Doktor
dengan predikat Summa Cum Laude dan penghargaan Mumtaz Ma‟a Martabat Al-
Syaraf Al-Awla.9
M. Qurasih kembali semula ke Indonesia dengan membawa gelar Doktor.
Sejak 1984, beliau telah ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas
Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, beliau juga pernah
menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984),
Anggota Lajnah Pentashih Al-Quran Departmen Agama (sejak 1989), Anggota
Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989), Pengurus Perhimpunan
Ilmu-Ilmu Syari‟ah, Pengurusan Konsorsium Ilmu-Ilmu Agama Departmen
Pendidikan dan Kebudayaan, dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI).
Pada tahun 1988 M. Quraish Shihab juga pernah menjabat sebagai Menteri
Agama RI pada Kabinet Pembangunan VII yang diangkat oleh Presiden Soeharto
selama dua bulan saja karena jatuhnya Soeharto sekaligus mmembubarkan
Kabinet yang baru dibentuk itu. Namun tidak lama kemudian beliau telah dilantik
sebagai Duta Besar RI di Mesir merangkap untuk negara Jibouti dan Somalia oleh
Presiden B.J. Habiebie. Sepulangnya ke Indonesia semula, beliau telah
membentuk lebaga pendidikan dan studi tentang Al-Quran yaitu Pusat Studi Al-
Quran (PSQ) di Jakarta serta mendirikan Penerbit Lentera Hati untuk menerbitkan
karya-karyanya.10
Antara karya-karya beliau adalah Wawasan Al-Quran (Mizan, 1996),
Mahkota Tuntutan Ilahi: Tafsir Surah Al-Fatihah (Untagma, 1988), tafsir Al-
9
Ibid
10
Muhammad Iqbal dan Amin Husein, Pemikiran politik Islam (Jakarta: Kencana, 2010)
253.
40

Quran Al-Karim: Tafsir atas Surah-Surah Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya


Wahyu (Pustaka Hidayah, 1997), Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan, dan
Keserasian Al-Quran (Lentera Hati, 2002), Al-Lubab : Makna, Tujuan dan
Pelajaran dari Surah-Surah Al-Quran (Lentera Hati, 2012), Al-Quran dan
Maknaya (Lentera Hati, 2010), Membumikan Al-Quran (Mizan, 1992), Lentera
Hati (Mizan, 1994), Tafsir Al-Manar : Keistimewaan dan Kelemahannya (IAIN
Alauddin, 1984), Studi Kritis Tafsir Al-Manar, Karya Muhammad Abduh dan M.
Rasyid Ridha (Pustaka Hidayah Bandung, 1994), Rasionalitas Al-Quran : Studi
Kritis atas Tafsir Alanar (Lentera Hati, 2005), Mukjizat Al-Quran (Mizan, 1996),
Kaidah Tafsir (Lentera Hati, 2013) dan sebagainya.11

2. Latarbelakang Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang


Tuan Guru Abdul Hadi Awang atau nama sebenarnya Haji Abdul Hadi
Bin Haji Awang merupakan anak jati kelahiran kampung Rusila, Marang,
Terengganu Darul Aman, yang terletak di pantai timur semenanjung Malaysia.
Beliau dilahirkan pada 6 Dzulhijjah 1336 H atau bersamaan 20 Oktober 1947 dan
merupakan anak ke 5 daripada 9 orang adik beradik tetapi 4 daripadanya telah
meninggal dunia. Beliau lahir dalam keluarga yang mempunyai pegangan agama
yang kuat. Hal ini karena bapanya Haji Awang Muhammad Bin Abdul Rahman
(1975) merupakan seorang guru agama dan imam di masjid Rusila
Marang.12Bahkan bapanya juga adalah seorang ulama yang di gelar sebagai „tuan
guru‟ oleh masyarakat setempat dan aktivitas politik yang dikenali ramai di
Terengganu.
Dalam temu bual bersama Wan Abd Halim pada 28 Ogos 2018, Abdul
Hadi Menjelaskan bahwa bapanya merupakan guru politik pertama beliau. Seawal
usia 7 tahun beliau mengikuti perbualan politik bapanya bersama rakan-rakan

11
Saifuddin dan Wardani, Tafsir Nusantara (Yogyakarta: LkiS, 2017) 47-53
12
Blog Rakyat Laa Tahzan, http://rakyatlaatahzan.blogspot.com/p/biodata-tok-guru.html
(diakses pada 25 Ogos 2018)
41

seperti Dato‟ Bahaman, Tok Gajah, Abdul Rahman Limbong, Dr Burhanuddin


Helmi dan Dato‟ Onn Jaafar sama ada sebelum atau selepas Malaysia merdeka.13
Tuan Guru Abdul Hadi Awang telah menerima pendidikan pertamanya
pada tahun 1955 daripada bapanya sendiri. Beliau mendapatkan didikan di
Sekolah Rendah Rusila pada tahun 1961 dan kemudian meneruskan pendidikan
dasarnya di Sekolah Arab, Marang selama 5 tahun. Kemudian beliau melanjutkan
pengajian di Sekolah Menengah Ugama Sultan Zainal Abidin, Kuala Terengganu
dari tahun 1965 hingga 1968. Dengan tajaan beasiswa oleh kerajaan Arab Saudi
pada tahun 1969, beliau melanjutkan pengajian di Universitas Islam Madinah
pada peringkat Sarjana pertama (S-1). Kemudian beliau meneruskan pengajiannya
pada tahun 1974-1976 pada peringkat Sarjana (S-2) dalam bidang Siasah Syariah
di Universitas Al-Azhar, Mesir.14
Tuan Guru Abdul Hadi Awang telah menjadi kepala Angkatan Belia Islam
Malaysia Negeri Terengganu (1977-1978). Namun sebenarnya beliau mulai aktif
dalam politik sejak 1964 yaitu saat belajar lagi sebagai Sekretaris Ranting PAS
Kampung Rusila, Marang. Setelah tamat belajar dan pulang ke ke tanah airnya,
beliau ditunjuk menjadi Ketua Pemuda PAS Terengganu serta EXCO Dewan
Pemuda Pas Pusat (1976). Kemudian beliau dipilih menjadi Komite Kerja PAS
Pusat (1977) dan dikonfirmasi ke jabatan tersebut pada 1980 serta dipilih menjadi
Wakil Presiden PAS setelah Dato‟ Fadzil Mohd Noor dipilih menjadi Presiden
PAS (1989).15Berikutan Ustaz Fadzil kembali ke rahmatullah, beliau dilantik
memangku jawatan Presiden PAS pada tahun 2003 dan menjadi Presiden PAS
hingga sekarang setelah disahkan di dalam muktaar pada tahun 2005.
Dalam masa yang sama beliau turut mula bertanding pada pilihanraya
(1978) di Dun Marang tetapi kalah kepada calon Barisan Nasional, Bagaimanapun
beliau dapat mengalahkannya pada pilihan raya (1982). Pada tahun 1986, beliau
menang sekali lagi di Dun Rhu Rendang tetapi kalah di parlimen Marang.

13
Haziyah Hussin , Sumbangan Tuan Guru Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Awang dalam
peradaban tafsir di Malaysia (Malaysia,UKM,2017).2-3
14
Riduan Muhammad Nor, Abdul Hadi Awang : Murabbi, Ideologi, Pemimpin (Kuala
Lumpur: Jundi Resources, 2009), 5-6
15
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Hadi_bin_Awang (diakses pada 25
Ogos 2018)
42

Kemudian beliau berjaya memenangi Parlimen Marang kecuali 2004-2008


disamping mengekalkan Dun Rhu Rendang hingga sekarang. Dalam pemeritahan
juga beliau pernah menjabat sebagai Pegawai Yayasan Islam Terengganu (1997-
1978) dan Menteri Besar negara bagian Terengganu (1999-2004).16
Tuan Guru Abdul Hadi Awang juga pernah terlibat di peringkat
antarabangsa. Di antaranya, beliau dilantik menjadi Ahli Jawatankuasa Penyelaras
Gerakan Islam di Istanbul, Turki (1994). Menjadi AJK penyelaras gabungan
partai-partai politik yang menangani isu Palestin di Amman, Jordan. Menjadi
Majmak Takrib Islami di Tehran, Iran dan juga menyertai rombongan partai-partai
Islam ke Pejabat Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu yang dipimpin oleh Dr.
Najmuddin Erbakan, bekas Perdana Menteri Turki (1990) dalam usaha
menyelesaikan krisis Telok.17
Walaupun Tuan Guru Abdul Hadi Awang merupakan seorang pendakwah
yang aktif dalam politik dan partai, namun beliau tidak pernah mengetepikan
berdakwah dengan mengajar dan memberi ceramah serta kuliah kepada umat
Islam akan ilmu-ilmu agama yang dimilikinya. Beliau juga menjadi rujukan
kepada orang ramai dalam bab-bab agama.
Karya-karya beliau juga banyak diterbitkan antaranya Aqidah dan
Perjuangan (Jundi Resources, 2012), Bagaimana Islam Memerintah Negara? (PTS
Islamika, 2009),Islam dan Nasionalisme (Jundi Resources, 2012), Maqasid
Syariah (Dewan Ulama Pas Pusat, 2011), Fiqh Siyasah Khulafa; Al-Rasyidin.
Amirul Mukmin Umar Ibn Al-Khattab (MDQ Enterprise, 2013), Qazaf : Dalam
Isu Fitnah dan Liwat (Jundi Resources, 2011), Islam : Adil Untuk Semua (PTS
Islamika, 2009), Beriman Kepada Hari Akhirat (PTS Islamika, 2008), Ramadan:
Tetamu Yang Dirndui (PTS Islamika , 2007), Konsep Negara Islam dan
Matlamatnya (Yayasan Islam Terengganu, 2002), Penghujung Kehidupan (Dewan
Muslimat Sdn Bhd,1995), Tafsir At Tibyan Dalam Menafsirkan Al-Quran : Surah

16
Mohd Fadli Ghani, Mutiara Dua Tok Guru Membangun Ummah : Dato‟ Haji Nik
Abdul Aziz Bin Nik Mat, Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Bin Awang, (Kuala Lumpur, Nufair Street
SDN. BHD, 2009) Cet 2, 279-280.
17
Blog Rakyat Laa Tahzan, http://rakyatlaatahzan.blogspot.com/p/biodata-tok-guru.html
(diakses pada 25 Ogos 2018)
43

Al-Hujurat (Jundi Resources, 2011), Tafsir At Tibyan Dalam Menafsirkan Al-


Quran : Surah As-Saff (Jundi Resources : 2011), Tafsir At Tibyan Surah Yasin
(Nufair Street, 2009), Tafsir At Tibyan Dalam Menafsirkan Al-Quran : Surah Al-
Luqman (As-Syabab Media, 2002) dan sebagainya.18

B. Metode Tafsir Al-Misbah


Tafsir Al-Misbah merupakan salah satu karya tafsir M. Quraih Shihab
yang mulai ditulis pada tanggal 4 Rabi‟ulawal Tahun 1429 H atau bersamaan
dengan tanggal 18 Jun Tahun 1999 di Kairo. Beliau menulis tafsir ini ketika
beliau menjadi Duta Besar RI di Mesir merangkap untuk negara Jibouti dan
somalia pada pemerintahan B.J Habiebie.19 Sebetulnya pada 1997, beliau telah
menulis Tafsir yang berjudul Tafsir Al-Quran Al-Karim, Tafsir Surat-surat
Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu yang diterbitkan oleh Pustaka
Hidayah. Namun model tafsir ini dikesan kurang menarik karena terlalu bertele-
tele dalam uraian tentang kosa kata yang sangat detail. Oleh karena itu, Beliau
menulis Tafsir Al-Misbah ini dengan menghindari model kajian yang terkesan
bertele-tele tersebut.20
Pada awalnya M. Quraish Shihab tidak bermaksud untuk melengkapkan
penafsirannya dan hanya ingin menulis secara sederhana, tetapi disebabkan karena
dibuai dengan kenikmatan ruhani yang dirasakannya ketika bersama Al-Quran
membuatkan beliau mengkaji, membaca dan menulis sehingga akhirnya beliau
dapat melengkapkan karya Tafsir Al-Misbah ini.
M. Quraish Shihab mengambil nama Al-Misbah sebagai nama tafsirnya
karena menurut beliau Al-Misbah berarti lampu, pelita, lentera atau benda lain
yang berfungsi serupa, yaitu agar karyanya dapat dijadikan sebagai pegangan bagi
mereka dalam suasana kegelapan dalam mencari petunjuk yang dapat dijadikan

18
Zahid Bin Mat Dui, Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia ,Studi Tafsir At-
Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang,(Lampung: Universitas Agama Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung, 2017), 73-78
19
Muhammad Iqbal dan Amin Husein, Pemikiran politik Islam (Jakarta: Kencana, 2010)
253.
20
Islah Gusian, Khazanah Tafsir Indonesia ; Dari Hermeneutika hingga Ideologi
(Indonesia: LkiS Yogyakarta,2013) cet.1, 109
44

pegangan hidup terutama bagi mereka yang menghadapi kesulitan dalam


memahami Al-Quran secara langsung karena kendala bahasa. Secara khususnya,
tafsir ini ditujukan kepada umat Islam di Indonesia dan umumnya kepada seluruh
umat Islam.
Menurut beliau lagi, tafsir Al-Misbah yang ditulisnya ini tidak sepenuhnya
hasil ijtihad dirinya, tetapi dinukil dari beberapa tafsir terdahulu seperti tafsir
Tanthawi, Tafsir Mutawali Sya‟rawi, Tafsir Fi Zilal Al-Quran, Tafsir Ibnu „Asyur,
Tafsir Thabathaba‟i. Namun tafsir yang paling berpengaruh dan banyak di rujuk
dalam Tafsir Al-Misbah adalah Tafsir Ibrahim Ibnu Umar Al-Biqa‟i yang
merupakan seorang mufassir yang berasal dari Lebanon dan meninggal pada
tahun 885 H bersamaan 1480 M. Tafsir inilah yang menjadi bahan disertasi ketika
menyelesaikan doktornya di Al-Azhar.21
Tafsir Al-Misbah ini merupakan tafsir Al-Quran yang lengkap 30 juz yang
mana tafsir ini terdapat 15 jilid diterbitkan oleh Lentera hati yang didirikannya.
Jilid pertama terdiri dari surah Al-Fatihah hingga surah Al-Baqarah. Jilid kedua
dari surah Al-Imran hingga surah An-Nisa. Jilid 3 Surah Al-Maidah. Jilid 4 surah
Al-An‟am. Jilid 5 dari surah Al-A‟raf hingga surah At-Taubah. Jilid 6 dari surah
Yunus hingga surah Ar-Ra‟d. Jilid 7 dari surah Ibrahim hingga surah Al-Isra‟.
Jilid 8 dari surah Al-Kahfi hingga surah Al-Anbiya‟. Jilid 9 dari surah Al-Hajj
hingga surah Al-Furqan. Jilid 10 dari surah Al-Shu‟ara‟ hingga surah Al-Ankabut.
Jilid 11 dari surah Ar-Rum hingga surah Yasin. Jilid 12surah As-Saffat hingga
surah Az-Zukhruf. Jilid 13 dari surah Ad-Dukhan hingga surah Al-Waqi‟ah. Jilid
14 dari surah Al-Hadad hingga surah Al-Mursalat dan jilid 15 surah Juz „Amma.
Dalam penulisan tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab memulakannya
dengan memberikan kata-kata aluan pada setiap awal surah yang mana
mengandungi tujuan serta penerangan tentang surah tersebut. Penafsiran dalam
setiap surah dibahagikan kepada beberapa kelompok. Umpamanya dalam
penafsiran surah As-Shaff M. Quraish Shihab membahagikan Surah As-Shaff
kepada 2 kelompok. Secara umumnya Tafsir Al-Misbah menggunakan dua

21
Ahmad Syaiful Bahri, Kontekstuaitas Konsep Basyir dan Nadzir Dalam Al-Quran,
Skripsi (IAIN Walisongo, Semarang, 2010) 35-36
45

metode yaitu metode maudhui dan tahlili tetapi metode maudhu‟i ini tidak terlalu
kelihatan karena beliau hanya mengelomppokkan ayat tetapi tidak meletakkan
tema pada kelompok ayat-ayat tersebut. beliau mengelompokkan ayat-ayat itu
supaya lebih memudahkan kepada pembaca.
Metode yang digunakan lebih kepada metode tahlili. Metode tahlili adalah
mengkaji ayat-ayat Al-Quran dari segala segi dan maknanya yaitu menafsirkan
ayat-ayat Al-Quran mengikut ayat demi ayat dan surah demi surah sesuai dengan
urutan dalm mushaf Uthmani. Metode ini menguraikan kosa kata dan lafaz,
menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu
unsur I‟jaz, balaghah, dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang
dapat diistinbatkan dari ayat yaitu hukum fikih, dalil syara‟, arti secara bahasa,
norma-norma akhlak, aqidah, perintah dan larangan, janji dan ancaman, haqiqi,
majaz, kinayah, isti‟arah serta mengemukan kaitan antara ayat-ayat dan
relevansinya dengan surah sebelum dan sesudahnya.22Selain itu, metode ini
sedikit banyak melakukan analisis di dalam ayat tersebut dari segi kebahasaan,
sebab turun, hadis atau komentar sahabat yang berkaitan koresasi ayat dan surah.
Dalam tafsir Al-Misbah ini M. Quraish Shihab menjelaskan dahulu
penerangan tentang surah yang ditafsirkannya mulai dari makna surah, tempat
turun surah, keutamaan surah dan kandungan surah secara umum. Sebagai contoh,
beliau menerangkan bahwa Surah As-Shaff diturunkan selepas Nabi berhijrah ke
madinah, nama Surah As-Shaff diambil daripada kata (‫ )صفا‬pada ayat 4. Menurut
Al-Biqa‟i tujuan utama surah ini adalah mendorong agar bersungguh-sungguh dan
secara sempurna untuk bersatu dalam satu hati berjihad menghadapi mereka yang
dalam surah Al-Mumtahanah (sudah sebelumnya). Sementara dari segi penurunan
surah, surah ini turun sesudah At-Taghabun dan sebelum surah Al-Fath. Turunnya
setelah peristiwa perang Uhud yang terjadi pada tahun 3 H23
Kemudian M. Quraish Shihab menuliskan ayat secara berurut dan tematis
artinya menggabungkan beberapa ayat contohnya beliau menafsirkan ayat 2-4

22
Zahid Bin Mat Dui, Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia ,Studi Tafsir At-
Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang,(Lampung: Universitas Agama Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung, 2017),42-43
23
Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Indonesia: Lentera hati, 2011) 185-187
46

dalam satu penafsiran. Selanjutnya beliau menerjemahkan ayat satu persatu dan
menafsirkannya dengan menggunakan analisis korelasi antara ayat atau surah,
analisis kebahasaan, riwayat-riwayat yang bersangkutan dan pendapat-pendapat
ulama terdahulu tentang ayat yang ditafsirkannya itu. 24

C. Metode Tafsir At-Tibyan


Tafsir At-Tibyan merupakan salah satu karya Tafsir daripada Tuan Guru
Abdul Hadi Awang sendiri. Namun Tafsir At-Tibyan bukanlah semata-mata
penafsiran beliau ataupun di ambil dari tafsir At Tibyan Fi Aqsam Al-Quran
seperti yang di dakwa sesetengah pihak, tetapi tafsir At-Tibyan ini adalah
sebagian daripada koleksi-koleksi ceramah yang disampaikan oleh beliau dalam
usrah PAS di peringkat cawangan dan kawasan25. Menurut Abdu Ghani, Tuan
Guru Abdul Hadi Awang sendiri menjelaskan bahwa sebelum beliau
menyampaikan ceramahnya, beliau terlebih dahulu membaca kitab-kitab rujukan
lain seperti Tafsir Al-Qurtubi, Tafsir Ibn Kathir, Fath Al-Qadir, Fi Zilal Al-
Quran, Tafsir Al-Azhar, Ruh al-Ma‟ani dan beberapa buah lagi buku tafsir lainnya
Hal ini karena beliau lebih berhati-hati dalam menafsirkan Al-Quran karena
menurut beliau:

“Terasa berat dan gerun untuk saya menulis tafsir Al-Quran karena ia
merupakan Kitab Allah dan kalimahNya yang Maha Suci daripada segala sifat
kekurangan. Oleh karena terlalu banyak masalah-masalah di samping
masalah yang sedia ada memerlukan petunjuk Al-Quran dan menghuraikannya
supaya difahami. Maka saya tampil ke hadapan memohon pertolongan Allah
bagi menyatakan ilmu yang ternyata tersirat daripada Kitab mukjizat ini”26
Koleksi-koleksi ceramah beliau ini kemudian dikumpulkan membentuk
manuskrip yang disusun oleh Ustaz Zulkifli Abu Bakar dan disemak sendiri oleh

24
Johari, Muhammad Arifin, Studi Tafsir (M. Quraisy Shihab Dan Tafsir Al- Misbah)
http://studitafsir.blogspot.com/2012/11/quraish-shihab-dan-tafsir-al-mishbah.html (diakses pada 2
Disember 2018)
25
Zahid Bin Mat Dui, Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia ,Studi Tafsir At-
Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang,(Lampung: Universitas Agama Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung, 2017), 80
26
Haziyah Husin , Sumbangan Tuan Guru Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Awang dalam
peradaban tafsir di malaysia (Malaysia,Universiti Kebangsaan Malaysia,2017) 4 dikutip dari
Abdul Hadi Awang, At-Tibyan Dalam Menafsirkan Al-Quran Surah Al-Hujrat (bilik-bilik),
(Bandar Baru Bangi: As-Syabab Media, 2002) kata pengantar.
47

beliau. Tafsir ini diterbitkan pertama kalinya pada Mei 1999 dan mengul;ang
cetakan kedua pada awal Juli 2000, cetakan ketiga pada April 2002 dan cetakan
keempat pada April 2002. Oleh karena terdapat banyak permintaan atas tafsir ini
maka dicetak semula kali kelima dengan sampul buku yang lebih baik. Pada tahun
2014 Tafsir At-Tibyan diterbitkan semula dengan wajah baru oleh Harakah.
Konsep dan edisi kitab tafsir ini dengan nama Tafsir At-Tibyan ini berjaya
diselesaikan untuk muktamar PAS ke-59.27
Namun Tafsir At-Tibyan ini masih belum merangkumi keseluruhan Al-
Quran dan hanya merangkumi beberapa surah saja. Setiap surah dibukukan secara
berasingan yang mana kulit dan judulnya nya berbedea diantara satu sama lain.
Tafsir ini juga diterbitkan oleh penerbit yang berbeda serta pada tahun yang
berbeda. Namun, setiap tafsir ini akan disatukan di bawah nama Tafsir At-Tibyan.
Diantara surah yang terdapat dalam tafsir At-Tibyan adalah berdasarkan kajian
Nurul Adiya28 :

1. At-Tibyan Dalam Menafsirkan Al-Quran Surah Al-Fil dan Hasyr


2. At-Tibyan Dam Menafsirkan Al-Quran Surah Al-Luqman
3. At- Tibyan Dalam Menafsirkan Al-Quran Surah Al-Baqarah
4. Tafsir At-Tibyan Surah Yasin
5. At-Tibyan Dalam Menafsirkan Al-Quran Surah As-
6. Tafsir At-Tibyan Dalam Menafsirkan Al-Quran Surah Al-Hujurat
7. Tafsir Surah Al-Kahfi
8. Tafsir At-Tibyan : Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 1-82
9. Tafsir At-Tibyan : Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 83-160

Metode penafsiran yang digunakan oleh Tuan Guru Abdul Hadi Awang
mematuhi kerangka kerja yang ditetapkan ulama. Beliau menyeimbangkan
penggunaan sumber riwayat dan dirayah yang menggunakan prosedur tafsir bi al-

27
Abdul Hadi Awang, Tafsir At Tibyan Tafsir Surah Yassin, (Kuala Lumpur: Galeri Buku
Harakah, 2013) Cet 5, vii-viii
28
Haziyah Husin , Sumbangan Tuan Guru Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Awang dalam
peradaban tafsir di Malaysia (Malaysia,Universiti Kebangsaan Malaysia,2017) 5
48

ma‟thur dan bi al-Ra‟yi (ijtihad), malah mengaitkan makna ayat dengan


persoalan semasa seperti mana menurut beliau:

“Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, saya berpandukan kepada ayat-


ayat Al-Quran yang menafsirkannya, hadis-hadis Rasulullah SAW, tafsir
para ulama salaf dan khalaf di sampiing mengaitkannya dengan beberapa isu
semasa yang dihadapi umat Islam zaman kini, supaya mereka peka dengan
keadaan mereka dan peranan mereka sebagai umat yang mendapat petunjuk
dan cahaya di tengah manusia sedang mencari kebenaran atau menentang
kebenaran dan sesungguhnya kebenaran itu hanya dari Allah yang tidak
boleh diragukan lagi.29
Selain itu, beberapa elemen tafsir haraki menganalisis kandungan surah
secara holistik dengan menonjolkan peristiwa dan situasi yang melatari penurunan
ayat atau surah (jawa al-nuzul, memperluaskan makna ayat dan pengajaran
dengan mengambil kira konteks semasa dan penjelasan tentang hikmah
pensyariatan. Tekni persembahan tafsir adalah sebagaiman kitab tafsir tahlili yang
lain yaitu penjelasan aspek makkiyah atau madaniyyah, kesatuan tema dalam
surah dan seterusnya diikuti kupasan ayat demi ayat.30
Dalam tafsir At-Tibyan surah As Shaff dimulakan dengan Muqaddimah
yang mana pengarang menjelaskan perkara-perkara asas bagi permulaan surah
seperti tentang turunnya Surah As-Shaff menurut riwayat sahih yang mana surah
ini diturunkan di Madinah dan dikategorikan sebagai surah Madaniyyah.
Pengarang juga menyatakan sebab mengapa surah ini dinamakan Surah As-Shaff
serta menceritakan secara ringkas sinopsis surah secara keseluruhan. Tafsir ini
secara umumnya menggunakan metode maudhu‟i dimana secara bahasa
menafsirkan Al-Quran menurut tema atau topik tertentu dan menurut pendapat
mayoritas ulama‟ tafsir maudhu‟i adalah menghimpunkan seluruh ayat Al-Quran
yang memiliki tujuan dan tema yang sama.31
Tafsir At-Tibyan ditafsirkan mengikut tema dimana di dalam penafsiran
ini terdapat 4 tema, yaitu:

29
Ibid., Dikutip dari Abdul Hadi Awang, At-Tibyan Dalam Menafsirkan Al-Quran Surah
Al-Hujrat (bilik-bilik), (Bandar Baru Bangi: As-Syabab Media, 2002) kata pengantar.
30
Ibid., 4-5
31
Abdul Hayy Al-Farmawi, AlBidayah Fi Al-Tafsir Al-Maudhu‟i (Mesir: Dirasat
Mahajiyah Maudhu‟iyyah, 1997) 41.
49

1. Kewajipan Mengotakan Apa Yang Dikatakan (Ayat 1-3)


Dalam tema ini pengarang menetapkan ayat satu hingga ayat tiga sebagai
topik perbincangan dan dimulakan dengan huraian ayat satu yaitu dengan
menyentuh mengenai semua makhluk bertasbih dan memuji Allah. Dan
menyatakan kebesaran Allah dengan menyatakan bahwa apa yang ada di langit
dan di bumi semuanya adalah milik Allah.Pengarang juga mendatang surah lain
yang menerangkan ayat 1, yaitu surah Al-Isra‟ ayat 44 serta menyatakam
pendapat Imam Fakrur Razi tentang Rububiyyah.

2. Wajib Berada Dalam Jemaah Islamiyyah (Ayat 4)


Dalam tema seterusnya pula, pengarang hanya membahaskan satu ayat
saja tetapi ayat ini dikupas dengan panjang berbanding dengan tema-tema lain
dalam surah ini. Pada awal huraian ini pengarang mengemukan contoh
peperangan orang Islam ketika menentang tentera Rom dan peristiwa yang terjadi
ketika perang Uhud. Dalam tema ini juga pengarang mendatangkan hadis
Rasulullah serta kaedah fiqh.

3. Pengajaran Daripada Kisah Kaum Yang Menolak Kebenaran (5-6)


Pada tema keempat pengarang menetapkan ayat lima hingga ayat enam
Surah As-Shaff yang mana menyatakan tentang kisah Bani Israel yang menyakiti
Nabi Musa sama ada dari segi jihad maupun peribadi. Dalam pengarang
menguraikan ayat 5 dan 6 ini dengan ayat Al-Quran lain yaitu Al-Maidah, Al-
Baqarah, Al-A‟raf dan At- Tin. Selain itu, pengarang turut mendatangkan Hadis
Muslim serta syair daripada Hassan Bin Thabit. Pengarang juga turut menyatakan
tentang pengkaji-pengkaji agama yang memberitahunya bahwa dalam kitab-kitab
agama lain juga ada disebutkan mengenai Nabi akhir zaman ini.

4. Kemenangan Hanya Diperoleh Melalui Pengorban (7-14)


Dalam tema ini pengarang menetapkan ayat 7-14 dan merupakan tema
yang paling banyak ayat di dalamnya. Dalam tema ini pengarang menjelaskan
tafsiran mengenai glongan-golongan yang ingin menjatuhkan Islam yaitu
golongan Yahudi, Kristen, musyrikin Mekah dan ulma-ulma‟ ussu‟ dan
50

mengaitkan dengan tema sebelum ini pada awal tafsirnya. Pengarang juga
membawa kisah Nabi Musa dengan Firaun dan juga hadis Rasulullah untuk
penafsiran ayat 8. Pada ayat 11 pengarang menjelaskan maksud jihad dan
mendatangkan pendapat Al-Imam Fakrur Razi tentang jihad. Sementara pada ayat
12, pengarang menceritakan keistimewaan dan kelebihan orang yang syahid di
medan jihad sambil diselitkan kisah Al-Khunsa‟ yang menghantar tiga anaknya
ke medan peperangan untuk jihad. Pada Akhir surah pengarang banyak
menceritakan kisah Nabi Isa dengan golongan Hawariyyun seramai 12 orang yang
mempertahankan agama Allah dan kejahatan seorang munafik yang bernama
Yahuda.
BAB IV
ANALISA DAN KOMPARASI ANTARA PENAFSIRAN M QURAISY
SHIHAB DAN TUAN GURU HJ ABDUL HADI AWANG

A. Corak Tafsir Al-Misbah Dan Tafsir At-Tibyan


Al-Misbah dan At-Tibyan menggunakan corak tafsir yang hampir sama,
walaupun terdapat sedikit perbedaan di dalamnya. Namun kedua-dua tafsir ini
secara dominan menggunakan corak tafsir secara adabi ijtimai yaitu menekan
penjelasan tentang aspek-aspek yang terkait dengan ketinggian gaya bahasa Al-
Quran (balaghah) yang menjadi dasar kemukjizatannya. Dengan itu, mufassir
menerangkan makna-makna ayat-ayat Al-Quran, menampilkan sunnatullah yang
tertuang di alam raya dan sistem sosial sehingga dapat memberikan jalan keluar
bagi kaum muslimin secara khusus dan manusia keseluruhannya secara universal
sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Al-Quran.1
Al-Misbah menggunakan beberapa corak tafsir di dalamnya, antaranya
adalah corak tafsir adabi yaitu tafsir yang cenderung ke bidang bahasa. Corak
tafsir ini meliputi dari segi i‟rab, harakat, bacaan, pembentukan kata, susunan
kalimat dan kesusastraannya. M. Quraish Shihab menafsirkan beberapa kalimat
dalam Al-Quran dengan corak adabi ini, contohnya beliau menafsirkan kata
(‫ )مرصوص‬berdempet dan tersusun dengan rapi adalah kekompakan anggota
barisan, kediplinan mereka yang tinggi serta kekuatan mental mereka menghadapi
ancaman tantangan. Corak seterusnya adalah corak ijtimai, yaitu kecenderungan
kepada kemasyarakatan dengan pendatangkan komentar dari Sayyid Quthub
contohnya, menurut Sayyid Quthub, ayat 2-3 menandungi sanksi dari Allah dan
kecaman terhadap orang yang tidak mengerjakan apa yang diucapkan dan ayat 4
adalah penyatuan akhlak pribadi dengan kebutuhan masyarakat di bawah naungan
aqidah keagamaan. Ini menggambarkan sisi pokok dari keperibadian seorang
muslim yakni kebenaran dan istiqamah/konsisten serta kelurusan sikap.2

1
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Fungsi dan peran Wahyu dalam kehidupan
Masyarakat) (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009) 108
2
Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Indonesia: Lentera hati, 2011)

51
52

Selain itu corak tafsir yang ada di dalam penafsiran M. Quraish Shihab
dalam tafsir At-Tibyan adalah corak filsafi yaitu menggunakan teori-teori filsafat
atau tafsir dengan dominasi filsafat. M. Quraish Shihab banyak mendatangkan
pendapat thab‟thaba‟i dalam penafsirannya, contohnya, thaba‟thaba‟i yang
menggaris bawahi perbedaan antara mengatakan sesuatu apa yang tidak
dikerjakan, dengan tidak mengerjakan apa yang dikatakan. Yang pertama adalah
kemunafikan sedangkan yang kedua adalah kelemahan tekad.
Tafsir At-Tibyan juga menggunakan corak tafsir yang hampir sama
dengan M. Quraish Shihab yaitu corak adabi ijtima‟i, tetapi Tuan Guru Abdul
Hadi Awang tidak terlalu menekankan aspek bahasa sepertimana Tafsir Al
Misbah. Contohnya kata (‫ )صفا‬menurut beliau adalah berbaris dengan teratur
sebagaimana saf yang dibuat ketika mahu mengerjakan mengerjakan solat dan
mengaitkan dengan perintah Rasulullah menyusun saf tentera Islam dalam
peperangan Uhud sehingga bersentuhan di antara bahu dengan bahu bagi
mewujudkan suatu benteng yang teguh dan kuat dalam menahan serangan
musuh.Dalam tafsir ini juga terdapat beberapa corak filsafi contohnya, beliau
mendatangkan pendapat Fakhrur Razi tentang rububiyyah.
Tafsir At-Tibyan juga terdapat corak fiqhiyyah. Tuan Guru Abdul Hadi
Awang telah mendatangkan beberapa kaedah fiqh di dalam Tafsir At-Tibyan ini.
contohnya, menerangkan wajibnya menyertai jemaah Islamiyyah menurut fiqh
yaitu:
ِ ِِ ِ ‫ما ََل يتِم الو ِاج‬
ٌ ‫ب اََّلبو فَ ُه َو َواج‬
‫ب‬ ُ َ َُ َ
“Sesuatu yang tidak sempurna yang wajib melainkan dengannya maka ianya
juga menjadi wajib”3
Corak-corak yang dikeluarkan ini adalah corak-corak tafsir yang terdapat
pada Surah As-Shaff dalam tafsir Al-Misbah dan tafsir At-Tibyan. Khususnya
ayat 2-4 yaitu ayat-ayat yang berkaitan dengan persatuan umat Islam.

3
Muhammad Bin Husaini Bin Hasan Al-Jizani, Mu‟allim Ushul Fiqh (Arab Saudi: Dar
Ibn Al-Jauzi, 1996) 303
53

B. Persatuan Umat Islam Dalam Surah As-Shaff Menurut Tafsir Al-Misbah


Dan Tafsir At-Tibyan
Surah As-Shaff bermaksud barisan, di mana dalam ayat 4 surah ini Allah
menyebutkan tentang barisan yang teratur seolah-olah sebuah bangunan yang
tersusun kukuh. Barisan yang kukuh ini juga dapat dilihat ketika umat Islam pergi
berperang maupun di dalam solat berjemaa‟ah. Barisan merupakan elemen yang
penting dalam satu persatuan umat Islam sama ada dalam jihad maupun dakwah,
bahkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Persatuan umat Islam ini berdasarkan
daripada aqidah umat Islam yang satu, yaitu mentauhidkan Allah dan menegakkan
agama Islam. Dengan ini, hati umat Islam berada dibawah satu tujuan dan
matlamat yang memerlukan kepada sikap saling membantu, menyayangi, dan
membela antara satu sama lain.

1. Analisa Tafsir At-Tibyan Tentang Persatuan Umat Islam Dalam Surah


As-Shaff
Mengenai persatuan umat Islam ini jika dilihat di dalam tafsir At-Tibyan,
terdapat tiga ayat yang berkaitan dengan persatuan umat Islam ini yaitu ayat 2-4.
Di mana ayat 2 hingga 3 terdapat di dalam tema pertama yaitu kewajiban
mengotakan apa yang di katakan dan ayat 4 dalam tema kedua yaitu tema wajib
berada dalam jemaah Islamiyyah. Ayat 2-3 Firman Allah:

             

    


“Wahai orang-orang yang beriman! mengapa kamu memperkatakan apa yang
kamu tidak melakukannya!. Amat besar kebenciannya di sisi Allah - kamu
memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya.”(QS. As-Shaff : 2-3)4
Dalam tafsir At-Tibyan ini, Tuan Guru Abdul Hadi Awang tidak
menafsirkan ayat 2-3 secara berasingan. Menurut beliau, dua ayat ini diturunkan
bersempena dengan perbualan beberapa orang yang beriman tentang jihad

4
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
54

sebelum jihad diwajibkan. Dalam perbualan itu, mereka berkata: Kalaulah Allah
mewajibkan kepada kita berjihad nescaya kita akan menunaikan kewajiban itu dan
akan membuktikan bahwa kita taat dan menunaikan perintah-Nya dengan penuh
pengorbanan.
Namun janji yang ditaburkan mereka itu tidak ditepati setelah jihad
diwajibkan karena lemah imannya dan merasa berat untuk mengorbankan nyawa
dan harta benda mereka. Tuan guru Abdul Hadi Awang kemudian mengulang
semula ayat ini dengan menegaskan begitulah keadaan sebahagian daripada
golongan yang beriman, mereka bercakap besar tetapi kerja dan pengorbanan
mereka itu tidak seperti apa yang mereka cakapakan itu.
Seterusnya ayat 4 yang diletakkan dalam tema kedua yaitu tema wajib
berada dalam jemaah Islamiyyah. Dalam tema ini beliau hanya menafsirkan ayat 4
saja dan merupakan penafsiran yang paling panjang berbanding tafsirannya pada
ayat yang lain dalam Surah As-Shaff ini. Ayat 4 Surah As-Shaff, Firman Allah:

           
“Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berperang untuk membela
agamaNya, Dalam barisan yang teratur rapi, seolah-olah mereka sebuah
bangunan yang tersusun kukuh.”(QS. As-Shaff : 4)5
Menurut Tuan guru Abdul Hadi Awang, ialah berbaris dengan teratur
sebagaimana saf yang dibuat ketika mahu mengerjakan mengerjakan solat dan
mengaitkan dengan perintah Rasulullah menyusun saf tentera Islam dalam
peperangan Uhud sehingga bersentuhan di antara bahu dengan bahu bagi
mewujudkan suatu benteng yang teguh dan kuat dalam menahan serangan musuh.
Contoh yang didatangkan beliau ini merupakan contoh dalam peperangan tetapi,
perintah Rasulullah ini juga merangkumi dalam segala aspek kehidupan umat
Islam sama ada dalam akidah, manhaj, dakwah, jihad dan berpegang teguh kepada
Al-Quran dan As-Sunnah.
Kisah umat Islam menentang tentera Rom juga turut dikaitkan dalam ayat
ini, di mana Khalid Al-Walid menyusun tentera Islam membentuk seerkor burung

5
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
55

yang terdiri daripada pasukan kepala, pasukan tengah, pasukan sayap kanan,
pasukan sayap kiri, pasukan betis dan pasukan kaki. Menurut beliau, umat Islam
hendaklah mempunyai susunan yang baik ketika menghadapi musuh serta
mempunyai strategi dan taktik yang baik. Selain itu peristiwa perang Uhud juga
perlu di ambil iktibar oleh umat Islam. Di mana ketika itu Rasulullah
mengarahkan pasukan pemanah mengawal kawasan bukit yang sangat penting,
namun mereka mengingkari perintah Rasulullah ketika mana Islam hampir
mencapai kemenangan disebabkan oleh harta benda. Mereka lebih mementingkan
harta dunia dan mengabaikan persatuan dan perintah Nabi. Disebabkan tindakan
mereka itu, seramai 70 orang sahabat syahid, ramai yang cedera dan Rasulullah
patah gigi dan berdarah pipinya. Lalu orang yang beriman bertanya: Mengapa
boleh jadi begini?. Allah menjawab pertanyaan mereka. “Puncanya ialah daripada
kamu sendiri.
Begitu juga dapat dilihat pada zaman ini, Umat Islam selalu dikalahkan oleh
orang musyrik, malah ada yang berani menghina agama Islam tetapi umat Islam
tidak berani melawan kerana mereka sendiri merasakan tidak kuat untuk melawan
musuh-musuh Allah ini. hal ini terjadi karena tiadanya persatuan yang jitu di
antara umat Islam.
Tuan Guru Abdul Haji Awang menyatakan bahwa sebuah bangunan yang
teguh itu disusun daripada batu-bata kecil dan pasir-pasir halus yang diikat
dengan simen menjadikannya saling sokong-menyokong di antara satu sama lain.
Dan ini merupakan perbandingan orang-orang yang beriman di antara sesama
mereka yaitu umat Islam hendaklah mempunyai penyusunan yang rapi dan teguh
sebagaimana teguhnya sebuah bangunan yang telah siap didirikan.
Tambahnya lagi, umat Islam wajib berada di dalam persatuan Islam dan saf
yang tersusun rapi seperti mana sabda Nabi:

‫ْي َو َام َام ُه ْم‬ ِِ


َ ْ ‫اعةَ الْ ُم ْسلم‬
َ َ‫تَ ْلَزُم ََج‬
“Wajiblah kamu bersama-sama dengan jamaah Muslimin dan pimpinan
mereka”
Beliau menguatkan lagi ayat ini dengan hadis Nabi yang lain.Sabda
Rasulullah lagi:
56

ِ َّ‫اصيةَ والن‬
‫احيَةَ فَ َّاَيكم‬ ِ َّ ‫ب الغَنَِم َي ُخ ُذ‬
َ َ ‫الشا َة ال َق‬
ِ ِ
ُ ْ‫اَلنسان َكذئ‬ َ ‫ب‬ ِ
ُ ْ‫الشْيطَا َن ذئ‬ َّ ‫اِ َّن‬
‫الع َام ِة َوال ْس ِج ِد‬
َ ‫اع ِة َو‬
َ ‫الشعاب َو َعلَْي ُك ْم َِب ْلَ َم‬
َ ‫َو‬
َ
“Sesungguhnya syaitan itu serigala kepada manusia seperti serigala kambing
juga. Ia menangkap mana-mana yang jauh dan terpencil. Maka janganlah kamu
memencilkan diri dan hendaklah kamu berjemaah dan mencampuri orang
ramai serta menghadiri masjid”
Beliau juga turut memasukkan kaedah fiqh yang menerangkan wajibnya
menyertai jemaah Islamiyyah yaitu:
ِ ِِ ِ ‫ما ََل يتِم الوا ِج‬
ٌ ‫ب اََّلبو فَ ُه َو َواج‬
‫ب‬ ُ َ َُ َ
“Sesuatu yang tidak sempurna yang wajib melainkan dengannya maka ianya
juga menjadi wajib” 6
Tuan Guru Abdul Hadi Awang menjelaskan bahwa persatuan Islam yang
dimaksudkan dalam ayat ini mempunyai matlamat, ciri-ciri, sifat, tujuan, dan
usaha-usaha yang perlu dilakukan oleh umat Islam. Beliau membahagikan
matlamat kepada dua yaitu matlamat khusus dan matlamat umum. Matlamat
khusus ialah:

a. Melahirkan individu muslim dan mengembalikan keperibadian Islam yang


tulen kepadanya
b. Membina keluarga Islam yang benar-benar memberi saham dalam
pembentukan individu muslim dan masyarakat Islam
c. Membina masyarakat Islam yang mencerminkan Islam kepada ,asyarakat
yang belum menerima Islam.
d. Mendirirkan Negara Islam.
e. Menyatukan umat Islam yang berpecah-pecah sebagaimana pada hari ini.

Matlamat khusus ini merupakan matlamat utama yang hendak dicapai dalam
persatuan umat Islam.Setiap matlamat adalah untuk menjadikan persatuan itu
lebih baik dan memberikan motivasi kepada umat Islam. Sementara matlamat
umum ialah:

6
Muhammad Bin Husaini Bin Hasan Al-Jizani, Mu’allim Ushul Fiqh (Arab Saudi: Dar Ibn
Al-Jauzi, 1996) 303
57

a. Mengabdikan diri kepada Allah yang Maha Esa


b. Melakukan kerja-kerja amar ma‟ruf nahi mungkar
c. Menyampaikan risalah Islam kepada manusia seluruhnya.
d. Menghapuskan fitnah dan kekufuran di muka bumi ini

Dalam menerangkan matlamat-matlamat umum bagi persatuan Islam, beliau


mendatangkan ayat-ayat Al-Quran bagi setiap matlamat. Selain matlamat, beliau
turut menyatakan ciri-ciri yang perlu ada dalam persatuan umat Islam juga yaitu:

a. Persatuan yang meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya kekuatan yang


dapat membangun semula ummah dan menyelamatkan dunia daripada
kehancuran.
b. Persatuan yang lahir atas tuntutan Al-Quran dan As-Sunnah
c. Persatuan yang meyakini bahwa Islam adalah untuk sekalian makhluk
terutamanya manusia.
d. Persatuan yang memperjuangkan Islam dengan perjuangan ahli sunnah
yang bersifat ketebukaan yang boleh menyatukan walaupun berbeda dalam
masalah furu‟
e. Persatuan yang mempunyai sifat hizbullah. Sifat hizbullah di sini adalah
sifat cinta kepada Allah, rendah diri kepada sesama muslim, tegas kepada
bukan Islam, ihad di jalan Allah, setia kepada Allah, Rasul dan taat kepada
pemimpin, mendirikan solat, menunaikan zakat dan senantiasa rukuk
kepada Allah.

Dalam membentuk persatuan umat Islam yang kuat, umat Islam itu sendiri
perlu mempunyai dan membentuk sifat-sifat mahmudah agar persatuan itu lebih
jitu. Di antara sifat yang perlu ada dalam diri seseorang itu:

a. Bertafakur kepada kebesaran Allah dan segala ciptaan Allah


b. Meletakkan ketakutan hanyalah kepada Allah
c. Taat kepada Allah dan RasulNya.
d. Hendaklah kembali semula kepada hukum Allah dan Rasulnya yaitu apa
yang telah di tetapkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
58

e. Berkasih sayang hanya karena Allah dan membenci juga hanya karena
Allah
f. Saling ingat mengingati di antara satu sama lain.
g. Mempunyai budi pekerti yang mulia seperti mana budi pekerti Nabi
Muhammad.
h. Bergembira apabila melakukan kebaikan dan perkara yang dituntut agama
serta berduka cita apabila melakukan kejahatan dan maksiat. Hal ini
karena ia menunjukkan hati orang-orang yang beriman.
i. Persatuan umat Islam haruslah mempunyai satu tujuan agar persatuan itu
tidak menjadi persatuan yang semu dan hanya berada di atas nama
persatuan saja. Apabila mempunyai tujuan, persatuan umat Islam akan
menjadi lebih kukuh karena umat Islam akan lebih bersemangat
memperjuangkannya. Menurut Tuan guru Abdul Hadi Awang persatuan
umat Islam haris mempunyai tujuan yaitu:

1) Memperjuangkan umat Islam dan pemerintahan yang melaksanakan


perintah Allah dan Rasul-Nya
2) Mempertahankan kesucian Islam daripada dihina dan di rendahkan
oleh musuh-musuh Islam.

Tanpa usaha juga persatuan umat Islam ini tidak dapat diwujudkan. Dimana
terdapat usaha-usaha yang perlu umat Islam lakukan dalam mewujudkan
persatuan umat Islam dalam satu negara dan seluruh dunia. Usaha-usaha yang
perlu dilakukan menurut Tuan guru Abdul Hadi Awang adalah:

a. Menyeru kepada seluruh umat manusia dan umat Islam kepada syariat
Islam melalui dakwah sevcara lisan, tulisan dan amalan.
b. Memperjuangkan Islam sebagai aqidah dan syariat serta menerapkannya
dalam setiap aspek kehidupan sama ada dalam kehidupan seharian,
pemeritahan politik, ekonomi, pendidikan dan sosial.
c. Memupuk dan memperkuat ukhwah Islamiyah di kalangan umat Islam
untuk menyuburkan perpaduan umat Islam.
59

d. Saling memperjuangkan hak dan kepentingan umat Islam.

Namun dalam menubuhkan satu persatuan umat Islam keseluruhannya


memerlukan usaha yang lebih. Hal ini karena dalam sebuah negara Islam itu
sendiri di dalamnya terdapat beberapa organisasi yang berbeda walaupun mereka
adalah dalam satu aqidah yang sama, namun apa yang mereka perjuangkan itu
berbeda. Oleh itu Tuan guru Abdul Hadi Awang berpendapat bahwa organisasi-
organisasi seperti itu harus kepali semula ke dalam satu organisasi yang satu
dengan tujuan sama. Tetapi sekiranya mereka tidak mahu, beliau mengeluarkan
pendapat kedua beliau yaitu, setiap organisasi itu haruslah saling bekerja sama
walaupun berada dalam organisasi yang berlainan karena Firman Allah:

              
“Dan hendaklah kamu bertolong-tolong untuk berbuat kebajikan dan
janganlah kamu bertolong-tolongan untuk melakukan dosa.”(QS. Al-Maidah :
2)7
Walaupun umat Islam itu saling berbeda pendapat, bangsa, suku, kaum dan
negara, tetapi semuanya menyembah Allah Tuhan yang satu dan mengakui bahwa
Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah dan rasul-Nya. Oleh itu, dengan satu
aqidah itu lah, semua umat Islam harus dan wajib bersatu membentuk satu
persatuan. Saling menyayangi antara satu sama lain seperti saudara walaupun di
antara mereka tiada pertalian darah maupun keluarga.

2. Analisa tafsir Al-Misbah tentang persatuan umat Islam dalam Surah As-
Shaff
Mengenai ayat yang berkaitan persatuan umat Islam ini, dapat dilihat M.
Quraish shihab menggabungkan penafsirannya, yaitu dengan menafsirkan ayat 2-
4. Hal ini karena ayat ini saling berkait di antara satu sama lain, dimana ayat 2-3
mengenai orang munafik dan ayat 4 tentang persatuan umat Islam. Firman Allah:

7
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
60

             

            

   


“Wahai orang-orang yang beriman! mengapa kamu memperkatakan apa yang
kamu tidak melakukannya!. Amat besar kebenciannya di sisi Allah - kamu
memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya. Sesungguhnya Allah
mengasihi orang-orang yang berperang untuk membela agamaNya, dalam
barisan yang teratur rapi, seolah-olah mereka sebuah bangunan yang tersusun
kukuh.”(QS. As-Shaff : 2-4)8
M. Quraish Shihab menyatakan keterkaitan tiga ayat ini yang mana Allah
menunjukkan kebenciannya terhadap orang-orang yang munafik dan tidak
menepati janji. Kemudian Allah menyebut pula apa yang disukai-Nya yaitu
orang-orang beriman yang mengakkan agama Islam dalam bentuk satu barisan
yang kukuh yang saling kait-berkait dan menyatukan jiwanya dengan penuh
displin. Kukuh dan saling kait berkait dengan satu sama lain yang diibaratkan
seperti satu bangunan yang tersususn rapi.
Menurut Ibnu Kathir, mayoritas ulama menyatakan bahwa ayat ini
diturunkan ketika umat Islam mengharapkan adanya jihad tetapi setelah Allah
mewajibkan jihad kepada mereka, maka mereka berpaling darinya. Riwayat lain
menyatakan bahwa ayat ini turun sebagai kecaman terhadapa mereka yang
mengatakan “Kami telah membunuh (musuh), menikam, memukul dan telah
melakukan ini dan itu” padahal mereka berdusta.
Dalam penafsiran M. Quraish Shihab beliau memasukkan asbab nuzul ayat
tersebut dengan mendatatangkan tafsir Ibnu Kathir. Asbab nuzul ayat ini adalah
tentang orang-orang munafik dan saling berkaitan dengan ayat seterusnya yaitu
tentang persatuan umat Islam, karena orang-orang munafik ini telah bersyahadat
dan mengakui diri mereka sebagai muslim, tetapi apabila dituntut oleh agama
untuk berjihad mereka berpaling. Orang-orang munafik seperti ini yang memecah
belahkan umat Islam dan menyebabkan persatuan umat Islam menjadi semu.
8
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
61

Selain tafsir Ibnu Kathir, M. Quraish Shihab turut mendatangkan pendapat


thaba‟thaba‟i yang menggaris bawahi perbedaan antara mengatakan sesuatu apa
yang tidak dikerjakan, dengan tidak mengerjakan apa yang dikatakan. Yang
pertama adalah kemunafikan sedangkan yang kedua adalah kelemahan tekad.
Sekiranya seorang umat Islam itu mempuanyai lemah tekad, maka persatuan umat
Islam yang dituntut oleh agama Islam ini akan menjadi semu karena persatuan
umat Islam itu perlu adanya sifat berpegang teguh yang disertai dengan tekad
yang kuat untuk melaksanakan dan memperjuangkan ajaran Islam dalam satu
kesatuan umat Islam.9
Sifat munafik ini tidak boleh diambil enteng oleh masyarakat karena ia
boleh merosakkan persatuan umat Islam. Oleh karena itu M. Quraish Shihab telah
menekankan tentang sifat-sifat orang-orang munafik dan bahaya orang munafik
ini di dalam penafsirannya agar umat Islam tidak menjadi seperti orang-orang
munafik. Dalam Islam, orang munafik yang pertama adalah Abdullah Bin Ubay.
Hal ini disebabkan oleh karena dia menyimpan dendam terhadap Nabi
Muhammad. Sebelum Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah, suku Aus dan
Khazraj telah sepakat mahu mengangkat Abdullah bin Ubay sebagai raja, namun
setelah hijrah Nabi ke Madinah, Abdullah Bin Ubay tidak dapat ditabalkan
sebagai raja. Disebabkan mahu menghancurkan Islam, dia sanggup memeluk
Islam dan berpura-pura seperti orang Islam dengan melakukan ibadah dan
sebagainya. Namun hatinya tetap mahu menghancurkan Islam dengan melakukan
berbagai fitnah keji. Di dalam perang Uhud, dia telah berhasil menghasut 300
orang pasukannya untuk mundur saking takutnya melihat jumlah musuh yang
banyak. Akhirnya pasukan kaum muslim hanya tinggal 700 orang melawan
musuh sebanyak 3000 sehingga kisah ini telah diabadikan di dalam Al-Quran.
Firman Allah:

9
M. Quraish Shihab, Al-Qur'an & Maknanya: Terjemahan Makna (Jakarta: Lentera Hati,
2010) 42
62

             

           

             

          

            

     


“Dan (ingatlah Wahai Muhammad), ketika Engkau keluar pada pagi hari dari
rumah ahlimu (di Madinah), dengan tujuan menempatkan orang-orang yang
beriman pada tempat masing-masing untuk berperang (di medan perang uhud).
dan (ingatlah), Allah Maha Mendengar, lagi Maha mengetahui. (ingatlah)
ketika dua puak dari kamu (pada hari peperangan uhud itu) terasa lemah
semangat (untuk meneruskan perjuangan) kerana takut, padahal Allah
penolong dan pelindung mereka; dan (jika sudah demikian) kepada Allah
sahajalah hendaknya orang-orang yang beriman itu bertawakal. Dan
sesungguhnya Allah telah menolong kamu mencapai kemenangan dalam
peperangan Badar, sedang kamu berkeadaan lemah (kerana kamu sedikit
bilangannya dan kekurangan alat perang). oleh itu bertaqwalah kamu kepada
Allah, supaya kamu bersyukur (akan kemenangan itu). (ingatlah Wahai
Muhammad) ketika Engkau berkata kepada orang-orang yang beriman (untuk
menguatkan semangat mereka): "Tidakkah cukup bagi kamu, bahwa Allah
membantu kamu dengan tiga ribu tentera dari malaikat yang
diturunkan?,"Bahkan (mencukupi. dalam pada itu) jika kamu bersabar dan
bertaqwa, dan mereka (musuh) datang menyerang kamu dengan serta-merta,
nescaya Allah membantu kamu dengan lima ribu malaikat yang bertanda
masing-masing.” (QS. Al-Imran : 121-125)10

Tidak sekadar menghasut dan memecah belakan umat Islam, Abdullah Bin
Ubay juga sanggup fitnah Siti Aisyah Binti Abu Bakar yaitu isteri kepada Nabi
Muhammad dan puteri kepada Abu Bakar. Fitnah itu menyebar ke seluruh
Madinah sehingga ada yangempercayai akan fitnah tersebut. Namun Allah Maha

10
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
63

Mengetahui akan segala yang terjadi. Allah telah membela Aisyah dengan
menurunkan ayat Al-Quran. Firman Allah :

                 

             

          

             

            

           

            

            

            

             

             

           
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita yang amat dusta itu ialah
segolongan dari kalangan kamu; janganlah kamu menyangka (berita yang
dusta) itu buruk bagi kamu, bahkan ia baik bagi kamu. tiap-tiap seorang di
antara mereka akan beroleh hukuman sepadan dengan kesalahan yang
dilakukannya itu, dan orang yang mengambil bahagian besar dalam
menyiarkannya di antara mereka, akan beroleh seksa yang besar (di dunia dan
di akhirat). Sepatutnya semasa kamu mendengar tuduhan itu, orang-orang yang
beriman - lelaki dan perempuan, menaruh baik sangka kepada diri (orang-
orang) mereka sendiri. dan berkata: "Ini ialah tuduhan dusta yang nyata".
Sepatutnya mereka (yang menuduh) membawa empat orang saksi
membuktikan tuduhan itu. oleh kerana mereka tidak mendatangkan empat
orang saksi, maka mereka itu pada sisi hukum Allah, adalah orang-orang yang
64

dusta. Dan kalaulah tidak kerana adanya limpah kurnia Allah dan rahmatNya
kepada kamu di dunia dan di akhirat, tentulah kamu dikenakan azab seksa yang
besar disebabkan kamu turut campur dalam berita palsu itu;. Iaitu semasa kamu
bertanya atau menceritakan berita dusta itu dengan lidah kamu, dan
memperkatakan dengan mulut kamu akan sesuatu yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan yang sah mengenainya; dan kamu pula menyangkanya perkara
kecil, pada hal ia pada sisi hukum Allah adalah perkara yang besar dosanya.
Dan sepatutnya semasa kamu mendengarnya, kamu segera berkata: "Tidaklah
layak bagi kami memperkatakan hal ini! Maha suci Engkau (Ya Allah dari
mencemarkan nama baik ahli rumah Rasulullah)! ini adalah satu dusta besar
yang mengejutkan". Allah memberi pengajaran kepada kamu, supaya kamu
tidak mengulangi perbuatan yang sedemikian ini selama-lamanya, jika betul
kamu orang-orang yang beriman. Dan Allah menjelaskan kepada kamu ayat-
ayat keterangan (hukum-hukumNya); kerana Allah Maha Mengetahui, lagi
Maha Bijaksana. Sesungguhnya orang-orang yang suka terhebah tuduhan-
tuduhan yang buruk dalam kalangan orang-orang yang beriman, mereka akan
beroleh azab seksa yang tidak terperi sakitnya di dunia dan di akhirat; dan
(ingatlah) Allah mengetahui (segala perkara) sedang kamu tidak mengetahui
(yang demikian). Dan kalaulah tidak kerana adanya limpah kurnia Allah dan
rahmatNya kepada kamu, dan juga (kalaulah tidak karena) bahwa Allah amat
melimpah belas kasihanNya, (tentulah kamu akan ditimpa azab dengan serta-
merta). (QS. An.Nur : 11-20)11
Kemudian, kata (‫ )صفا‬barisan disini, M. Quraish Shihab menafsirkannnya
dengan menyatakan bahwa ia adalah sekelompok dari sekian banyak anggotanya
yang sejenis dan kompak serta berada dalam satu wadah yang kukuh lagi teratur.
Selagi mana manusia-manusia itu bersyahadat bahwa tiada tuhan melainkan Allah
dan Nabi Muhammad rasul-Nya, maka mereka itu adalah dalam satu kelompok
yang sejenis, maka hendaklah mereka berada di dalam satu wadah yaitu persatuan
umat Islam walaupun mereka saling berbeda. Seperti mana K.H. Hasyim Asy‟ari
yang berjasa dalam menyatukan organisasi-organisasi Islam dalam satu wadah
yang membentuk persatuan umat Islam ketika mengahadapi Belanda yang
mempunyai taktik “pecah belah dan kuasai” (devide et impera)12. Begitu juga
misalnya kepada umat Islam di seantera dunia, meskipun berbeda negara, suku,
dan bangsa namun apabila semuanya bersatu, umat Islam akan dapat
mengalahkan musuh-musuh Islam.

11
Ibid
12
Lathiful Khuluk, Fajar Kebangunan Ulama ; Biografi KH. Hasyim Asy'ari
(Yogyakarta: LkiS, 2000) 162
65

Seterusnya, beliau menafsirkan kata (‫ )مرصوص‬berdempet dan tersusun


dengan rapi adalah kekompakan anggota barisan, kediplinan mereka yang tinggi
serta kekuatan mental mereka menghadapi ancaman tantangan. Dalam
mewujudkan persatuan umat Islam, displin dan kekuatan mental merupakan
elemen yang penting. Misalnya sebuah ketenteraan yang kuat, disebaliknya
mereka mematuhi displin dan mempunyai kekuatan mental yang kuat.
Sepertimana Perancis yang pernah kalah kepada Prussia telah memberi kesan dan
dorongan kepada perancis ututk bangkit semula dengan mementingkan aspek
semangat dan moral dalam ketenteraan bagi memperkuatkan barisan pertahanan.
Teori yang digunakan Perancis adalah:

“kegagahan yang berterusan merupakan perkara penting yang perlu wujud


dalam apa jua bentuk peperangan” 13
Teori ini yang menyebabkan Perancis bangkit semula dan telah memberi
kemajuan kepada Perancis untuk maju ke hadapan dalam perkembanga doktrin
peperangan khususnya dalam mendapatkan tanah jajahan.
M. Quraish Shihab menambah pendapat Sayyid Quthub. Menurut Sayyid
Quthub, ayat 2-3 menandungi sanksi dari Allah dan kecaman terhadap orang yang
tidak mengerjakan apa yang diucapkan dan ayat 4 adalah penyatuan akhlak
pribadi dengan kebutuhan masyarakat di bawah naungan aqidah keagamaan. Ini
menggambarkan sisi pokok dari keperibadian seorang muslim yakni kebenaran
dan istiqamah/konsisten serta kelurusan sikap. Di akhir penafsiran ayat ini, beliau
mendatangkan hadis-hadis yang berkaitan dengan orang-orang yang memungkiri
janji. Diantaranya sabda Nabi:

‫ َوإِ َذا‬، ‫ف‬ ْ ‫ َوإِ َذا َو َع َد أ‬، ‫ب‬


َ َ‫َخل‬ َ ‫َّث َك َذ‬ ٌ َ‫ قَ َال آيَةُ الْ ُمنَافِ ِق ثََل‬- ‫َّب ملسو هيلع هللا ىلص‬
َ ‫ث إِ َذا َحد‬ ِِ ِ
ّ ‫َعن الن‬
‫ْاؤُُتِ َن َخا َن‬
“Rasulullah SAW bersabda : Tanda orang munafik ada tiga, apabila dia
bercakap dia berbohong, apabila dia berjanji dia ingkar, dan apabila dia
diamanati dia berkhianat”

13
Mohamad Faisol Keling dan Mohamad Fuad Othman, Pengajian strategi ilmu sebagai
disiplin (Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors, 2006) 31
66

Rasulullah menegaskan tanda-tanda orang yang munafik agar mereka ini


dikenalpasti dan tidak diikuti oleh umat Islam. Hal ini karena, orang-orang
munafik adalah ibarat duri dalam daging kepada persatuan umat Islam. Oleh
sebab itu ayat tentang persatuan umat Islam ini berkait dengan ayat tentang orang-
orang munafik. Orang-orang munafik ini sangat membenci persatuan umat Islam
sehingga di dalam hati mereka terpendam keinginan yang sangat kuat untuk
menghancurkan persatuan umat. Firman Allah:

           

     


“Dan berkatalah segolongan dari ahli kitab (sesama sendiri): "Berimanlah
kamu kepada Al-Quran yang diturunkan kepada orang-orang yang beriman itu:
pada sebelah pagi, dan kufurlah (ingkarlah) pada petangnya, supaya mereka
(merasa ragu-ragu, lalu) kembali menjadi kafir semula"(QS. Al-Imran 72)14
Pada masa kini, golongan inilah yang mempunyai tujuan untuk memecah
belahkan umat Islam dan bersubahat dengan orang kafir untuk menghancurkan
Islam, mereka inilah musuh-musuh Allah. Mereka sengaja mahu menimbulkan
ragu-ragu di dalam hati umat Islam. Ada juga di antara mereka dengan sengaja
melaga-lagakan umat Islam dan ada juga di antara mereka menghina agama Islam
itu sendiri. Namun umat Islam hanya berdiam diri tanpa menghalang penghinaan
ini sama ada penghinanaan ini datang dari orang munafik mahu pun orang kafir.
Menurut Buya Hamka, jika agamamu, nabimu, kitabmu dihina dan engkau diam
saja. Jelaslah ghirah telah hilang dari dirimu dimana ghirah adalah bukti keimanan
tulus dalam hati seorang hamba Allah.15

C. Persamaan Dan Perbedaan Tafsir Al-Misbah Dan Tafsir At-Tibyan


Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan mempunyai beberapa kesamaan,
yang pertama adalah kedua-dua mufassir ini menyatakan bahwa ayat 2-3 ini

14
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
15
M. Lili Nur Aulia, Majalah Relung Tarbiyah Edisi 4: Air Mata Murabbi(Indonesia:
Ardi Pustaka, 2016), kata pembuka, 3
67

diturunkan disebabkan terdapat orang-orang beriman yang berjanji untuk berjihad


di jalan Allah, namun apabila Allah mewajibkan jihad ke atas umat Islam.
Golongan ini tidak menunaikan kata-kata dan janji mereka itu. Malah mereka
berpaling dengan perintah Allah ini. Yang kedua, kedua-dua mufassir ini,
berpendapat bahwa (‫ )صفا‬barisan di dalam ayat 4 ini merupakan barisan umat
Islam yang teratur dan rapi yang seperti sebuah bangunan yang kukuh. Begitu
juga dalam persatuan umat Islam, apabila umat Islam saling bersatu dalam satu
wadah, maka persatuan itu akan lebih kuat dan kukuh seperti sebuah bangunan.
Selain itu, kedua-dua mufassir ini menggunakan dua sumber tafsir dalam
tafsir mereka yaitu tafsir bi ra‟yi dan tafsir bi ma‟thur, namun kedua-dua mufassir
ini lebih cenderung kepada sumber tafsir secara bi ra‟yi. Persamaan seterusnya
adalah dari segi corak tafsir. Dalam kedua-dua tafsir ini terdapat beberapa corak
yang sama dan corak dominan yang digunakan kedua mufassir ini adalah corak
adabi ijtima‟i.
Dari segi perbedaan,dalam menafsirkan ayat 2-4 ini M. Quraish Shihab
lebih menekankan tentang sifat-sifat dan bahaya orang munafik yang boleh
menyebabkan perpecahan persatuan umat Islam yaitu dengan menyatakan sikap-
sikap orang munafik dan kencaman Allah terhadap orang yang munafik. Namun
menurut M. Quraisy Shihab ayat kencaman ini juga bukan saja untuk orang yang
munafik tetapi juga yang imannya masih lemah walaupun mereka bukan munafik.
Sementara Tuan Guru hj Abdul Hadi Awang lebih menekankan kepada
pembentukan sebuah persatuan umat Islam dengan menyatakan matlamat, ciri-
ciri, sifat, tujuan, dan usaha-usaha yang perlu dilakukan oleh umat Islam .
Dari kedua tafsir ini juga dapat dilihat perbedaan dalam metode penafsiran
mereka, di mana Tafsir At-Tibyan lebih ketara menggunakan metode maudhu‟i.
Dalam tafsir ini Tuan Guru Abdul Hadi Awang membahagikan tafsir ayat ini
kepada 4 tema dan setiap tema mempunyai judul-judul yang berbeda. Tafsir Al-
Misbah terdapat metode tahlili dan maudhu‟i, namun M. Quraish Shihab lebih
menggunakan metode tahlili dalam tafsir Al-Misbah ini. Hal ini karena, M.
Quraish Shihab hanya mengelompokkan Surah As-Shaff kepada dua kelompok
68

dan ada kalanya menafsirkan 2 hingga 3 ayat dalam satu penafsiran. Namun,
beliau tidak menetapkan tema atau judul bagi ayat-ayat tersebut.
Walaupun kedua mufassir ini secara dominan menggunakan adabi ijtima‟i,
namun terdapat sedikit perbedaan di dalamnya. Hal ini karena jika dilihat M.
Quraish shihab lebih menekankan corak adabi yaitu penafsiran yang menekankan
bahasa, berbeda dengan Tuan Guru Abdul Hadi Awang, di mana beliau, tidak
terlalu ditekankan corak adabi ini seperti mana Tafsir Al-Misbah. Tambahan pula
Tuan guru Abdul Hadi Awang banyak mengaitkan perihal politik di dalam tafsir
beliau.
BAB IIV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Persatuan umat Islam adalah saling memperhatikan dalam artian saling
memahami, saling mengerti, saling membantu, dan saling membela.
Persatuan yang dikehendaki dalam agama Islam adalah persatuan dalam
akidah, manhaj, dakwah, jihad dan berpegang teguh kepada Al-Quran
dan sunnah menurut pemahaman salafus shalih. Persatuan umat Islam
bukan sekedar persatuan badan atau perkumpulan, tetapi lebih ditekankan
kepada persatuan hati dalam berakidah, jihad, dan menjalani hidup ini
sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
2. Metode penafsiran Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan tentang
persatuan umat Islam dalam surah As-Shaff adalah metode tahlili dan
maudhu‟i. Tetapi tafsir Al-Misbah lebih menggunakan metode tahlili di
dalam penafsirannya sementara Tafsir At-Tibyan karangan Tuan Guru
Abdul Hadi Awang lebih menggunakan metode maudhu‟i yaitu lebih
kepada penafsiran yang berbentuk tema.
3. Persamaan dan perbedaan Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan
tentang persatuan umat Islam dalam surah As-Shaff adalah Tafsir Al-
Misbah dan Tafsir At-Tibyan menafsirkan (‫ )صفا‬barisan di dalam ayat 4
ini dengan erti barisan umat Islam yang teratur dan rapi yang seperti
sebuah bangunan yang kukuh. Perbedaan kedua tafsir ini adalah M.
Quraish Shihab telah menekankan tentang sifat-sifat orang-orang
munafik dan bahaya orang munafik ini di dalam penafsirannya agar umat
Islam tidak menjadi seperti orang-orang munafik. Sementara Tuan Guru
Hj Abdul lebih Hadi Awang menekankan pembentukan persatuan umat
Islam.

69
70

B. Saran

1. Umat Islam harus mendalami dan memahami maksud persatuan umat


Islam dengan lebih mendalam bukan saja tertumpu kepada surah-As-
Shaff ini tetapi secara keseluruhannya sama ada di dalam karena tanpa
pemahaman yang mendalam maka dalam diri umat islam itu sendiri,
maka persatuan itu tidak akan dapat diwujudkan.

2. Tafsir At-Tibyan ini boleh diperkenalkan di Indonesia, karena tidak


ramai yang mengetahui bentuk dan corak penafsiran di Malaysia karena
kurangnya kemasukan tafsir Malaysia ke Indonesia ini.

3. Penelitian yang dilakukan ini bukanlah penelitian yang bersifat final.


Oleh itu, penelitian yang lebih mendalam harus dilakukan agar kaedah
penafsiran dan pengertian persatuan umat Islam iu bisa difahami dan
digali lagi oleh umat-umat Islam, bukan saja di Malaysia dan Indonesia,
tetapi kepada seluruh umat Islam di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA

A. Karya Ilmiah
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan
Terjemahannya Departemen Agama RI,Bandung: CV Diponegoro, 2005,
Shihab, Muhammad Quraisy, Tafsir Al-Misbah, Indonesia: Lentera hati, 2011
Awang , Abdul Hadi, Tafsir At Tibyan Surah As-Shaff, Malaysia: Jundi
Resources, 2017
Awang, Abdul Hadi, Tafsir At Tibyan Tafsir Surah Yassin, Kuala Lumpur: Galeri
Buku Harakah, 2013
Ar-Rifa‟i, Muhammad Nasib, Ringkasan Ibnu kathir ,Riyadh: Maktabah Ma‟rif,
1989
Al-Albani, Syaikh M. Nashiruddin, Mukhtasar Shahih Muslim, Shahih: Jakarta,
2016.
Al-Farmawi, Abdul Hayy, AlBidayah Fi Al-Tafsir Al-Maudhu‟i Mesir: Dirasat
Mahajiyah Maudhu‟iyyah, 1997
Al-Jizani, Muhammad Bin Husaini Bin Hasan, Mu‟allim Ushul Fiqh, Arab Saudi:
Dar Ibn Al-Jauzi, 1996
Andalusia, Abu Abdul Haq Bin Abdurrahman Bin Tamam Bin Athiyyah, Al-
Muharrar Al-Wajiz Fi TafsirAl-Kitab Al-„Aziz Tafsir Ibnu Athiyah,
Bairut : Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1422 H
As-Suyuthi, Jalaluddin, Sebab Turunnya Ayat Al-Quran, Jakarta : Gema Insani,
2014
Aulia, M. Lili Nur, Majalah Relung Tarbiyah Edisi 4: Air Mata Murabbi,
Indonesia: Ardi Pustaka, 2016
Awang, Abdul Hadi, At-Tibyan Dalam Menafsirkan Al-Quran Surah Al-Hujrat
bilik-bilik, Bandar Baru Bangi: As-Syabab Media, 2002
Bagir, Haidar, Satu Islam sebuah dilema Mengembangkan Sistem Kerjasama
Umat Islam :Dawam Rahardjo, Indonesia :Mizan
Bahri, Ahmad Syaiful, Kontekstuaitas Konsep Basyir dan Nadzir Dalam Al-
Quran, Skripsi ,IAIN Walisongo, Semarang, 2010
Basalamah, Yahya S., Persoalan Umat Islam Sekarang, Jakarta: Gema Insani
Press, 1996
Club, Indonesia Writing, Surat untuk kaki langit Palestina ,Indonesia: Anara
Publishing House, 2018
Dui, Zahid Bin Mat, Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia, Studi Tafsir
At-Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang,Lampung:Universitas
Agama Islam Negeri UIN Raden Intan Lampung, 2017.
Ghani, Mohd Fadli, Mutiara Dua Tok Guru Membangun Ummah : Dato‟ Haji Nik
Abdul Aziz Bin Nik Mat, Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Bin Awang, Kuala
Lumpur, Nufair Street SDN. BHD, 2009
Gusian, Islah, Khazanah Tafsir Indonesia ; Dari Hermeneutika hingga Ideologi
Indonesia: LkiS Yogyakarta,2013
Hussin, Haziyah , Sumbangan Tuan Guru Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Awang
dalam peradaban tafsir di malaysia, Malaysia,Universiti Kebangsaan
Malaysia,2017.

71
72

Ibnu Taimiyyah, Syaikhul Islam, Majmu‟ Fatawa, Saudi: Majmu‟ Malik Fahad
Litoba‟ah Mashaf Syarif, 2004
Iqbal, Muhammad dan Amin Husein, Pemikiran politik islam, Jakarta: Kencana,
2010
Khuluk, Lathiful, Fajar Kebangunan Ulama ; Biografi KH. Hasyim Asy'ari
Yogyakarta: LkiS, 2000
Maela, Dede, Konsep Persatuan dalam Organisasi Persatuan Ummat Islam :
Studi Terhadap Organisasi Persatuan Ummat Islam Jawa Barat, Bandung
: UIN Sunan Gunung Djati,2014
Masburiyah, Ilmu Kalam, Jakarta: Gaung Persada Press, 2013
Mohamad Faisol Keling dan Mohamad Fuad Othman, Pengajian strategi ilmu
sebagai disiplin, Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors,
2006
Muhammad, Syekh Omar Bakri, Ahlus-Sunnah Wal Jamaah: Kemiman, Sifat dan
Kualitasnya, Jakarta: Gema Insani, 2005
Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan Edisi Ke-4 ,Indonesia, Kencana,2010.
Nor, Riduan Muhammad, Abdul Hadi Awang : Murabbi, Ideologi, Pemimpin
Kuala Lumpur: Jundi Resources, 2009
Nurudin, Kajian Tafsir Kontemporer di Indonesia : Studi Terhadap
Pemikiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, Banda Aceh,
DIPA UIN Ar- Raniry Darussalam,2014.
Peran, Mohd Jainudin Hj , “Konsep Jihad Menurut Surah As-Shaff”, Skripsi
Banda Aceh: DIPA UIN Ar- Raniry Darussalam,2017.
QultumMedia, Redaksi, 40 Hadis Pilihan Imam Nawawi, Jakarta:
QultumMedia, 2018
Saifuddin dan Wardani, Tafsir Nusantara, Yogyakarta: LkiS, 2017
Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta : AMZAH, 2014
Sanaky, Hujair, “Metode Tafsir, Perkembangn Metode Tafsir Mengikuti Warna
atau Corak Mufassirin”. Al-Mawarid : 2008.
Sasono, Adi et.al, Solusi Islam Atas Problematika Umat Ekonomi,Pendidikan,
dan Dakwah,Jakarta: Gema Insani Press,1998
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Quran Fungsi dan peran Wahyu dalam
kehidupan Masyarakat, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009
Sulistyoningsih, Pesan-Pesan Ukhwah Islamiyah dalam Novel 99 Cahaya di
Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Al-Mahendra
Yogyakarta: UIN Suna Kalijaga, 2015
Tobroni, Membincangkan pemikiran pendidikan islam. Jakarta : Prenadamedia,
2018
Waskito, Abu Muhammad, Mendamaikan Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Jakarta:
Pustaka Al-Kauthar,2012
73

B. Website
Ad-Duwaisy, Syaikh Muhammad Bin Abdullah, Pentingnya Meyatukan Barisan,
https://www.alislamu.com/484/pentingnya-menyatukan-barisan/, 2 Mei
2005, diakses pada 19 Juni 2018
Al-Atsari, Abu Salma Muhammad Bin Burhan Bin Yusuf, Awali Persatuan Umat
Islam Dengan Meluruskan Shaff, 13 Jun 2009,
https://abusalma.net/2009/06/13/awali-persatuan-umat-islam-dengan-
meluruskan-shaf-2/,diakses pada 20 Juni 2018
Al-Atsari, Syaikh Ali Bin Hasan Al-Halabi, Persatuan dalam Islam,
https://almanhaj.or.id/2651- persatuan-dalam-islam.html, diakses pada
20 Juni 2018
Blog, Rakyat Laatahzan, Biodata Tok Guru Presiden
http://rakyatlaatahzan.blogspot.com/p/biodata-tok-guru.html diakses pada
25 Ogos 2018
Johari, Muhammad Arifin, Studi Tafsir (M. Quraisy Shihab Dan Tafsir Al-
Misbah http://studitafsir.blogspot.com/2012/11/quraish- shihab-dan-
tafsir-al-mishbah.html diakses pada 2 Disember 2018
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab, diakses
pada 1 Disember 2018
KURIKULUM VITAE

Informasi Diri
Hanisah Zafirah Binti Fouzelah dilahirkan di Hospital Besar Melaka di
Melaka, Malaysia pada 8 maret 1995. Putri dari Fouzelah Bin Mohamad Sani dan
Norisah Binti Mohamad dan merupakan anak sulung daripada 7 adik-beradik.

Riwayat Pendidikan
Hanisah Zafirah memperoleh Sijil Diploma 3 dari Kolej Islam As-Sofa
pada 2016, Sijil Tinggi Agama Malaysia (STAM) diperoleh pada 2013, Sijil
Pendidikan Malaysia (SPM) pada 2012, Sijil Menengah Agama (SMA) pada
2011, Sijil Menengah Rendah Agama (SMRA) pada 2009 dan memperoleh ijazah
Ujian Pendidikan Sekolah Rendah (UPSR) pada 2007.

Pengalaman Organisasi dan Kerja


Hanisah Zafirah mempunyai sejumlah pengalaman kerja, yaitu sebagai
guru sementara di sebuah sekolah tahfiz yaitu Dakwah As-Sofa Ampang dan juga
guru sementara di Sekolah Rendah Pengkalan Balak.

74

Anda mungkin juga menyukai