SKRIPSI
DiajukansebagaisalahsatuPensyaratanMemperolehGelarSarjana
Strata Satu (S1) dalamIlmu Al-Quran danTafsir
FakultasUshuluddindanStudi Agama
Oleh:
HANISAH ZAFIRAH BINTI FOUZELAH
NIM: IAT 301170005
i
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada
abiFouzelah Bin Mohammad Sani dan ummiNorisah Binti Mohammad yang
telah membesarkan dengan penuh kasih sayang, segala pengorbanan, sokongan
yang tiada terhingga dan doa yang tidak putus-putus.
Adikku Tercinta
v
MOTTO
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (ugama Islam), dan
janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu
ketika kamu bermusuh-musuhan (semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah
menyatukan di antara hati kamu (sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat
Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam
yang bersaudara. dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang neraka
(disebabkan kekufuran kamu semasa jahiliyah), lalu Allah selamatkan kamu
dari neraka itu (disebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah
menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat
petunjuk hidayahNya.”(QS. Al-Imran 103)1
1
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
1. Bapak Drs. H.Moh. Yusuf, Hm. M.Ag, selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu
Niliyati,S,Ag.,M.Fil.I, selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu
dan meluangkan waktu dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Ermawati, MA, selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas
Usuluddin dan Studi Agama
3. Drs. Djunaidi, M. Pd.I, selaku Dosen Pembimbing Akedemik yang
membimbing dari semester lima sampai semester delapan.
4. Bapak Dr. H. Abdul Ghaffar, M.Ag,
selakuDekanFakultasUsuluddindanStudi Agama.
5. Bapak Dr.Masiyan, M.Ag, H.Abdullah Firdaus, Lc., MA., Ph.D, Dr. Pirhat
Abbas, M.Ag. selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Usuluddin dan
Studi Agama.
6. Bapak Dr. Hadri Hassan, MA, selaku Rektor Universitas Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Prof. Dr. Su‟aidi, MA. Ph.D, Bapak Dr. H. Hidayat, M. Pd, dan Ibu
Dr.Hj Fadilah, M. Pd, selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN STS Jambi
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Usuluddin dan Studi Agama Universitas
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
9. Para Karyawan dan tenaga administrasi Fakultas Usuluddin dan Studi Agama
10. Para karyawan dan pegawai Perpustakaan Provinsi Jambi maupun
Perpustakaan Fakultas Usuluddin dan Studi Agama
11. Kedua orang tua, adik-adik dan keluarga besar penulis.
12. Sahabat-sahabat Jurusan Ilmu-Al-Quran dan Tafsir Fakultas Usuluddin dan
Studi Agama Universitas Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
13. Sahabat-sahabat dari Malaysia yang selalu memberikan kata-kata semangat.
14. Serta sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberi sokongan dan
inspirasi kepada penulis.
viii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari
kekurangan dan kekeliruan, baik teknik penulisan, analisa, maupun dalam
mengungkapkan argumentasi pada bahasan skripsi ini. Karena itu penulis
mengharapkan kelapangan dada pada semua pihak yang budiman dan sekaligus
memperbaiki sebagaimana mestinya.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
PERNYATAAN .......................................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................... 8
C. Batasan Masalah ....................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
E. Kegunaan Penelitian ................................................................. 9
F. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 9
G. Metodologi Penelitian .............................................................. 12
H. Sistematika Penulisan .............................................................. 14
x
Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan .............................................. 53
C. Persamaan dan Perbedaan penafsiran Tafsir Al-Misbah dan
Tafsir At-Tibyan ....................................................................... 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 69
B. Saran ......................................................................................... 70
xi
PEDOMANTRANSLITERASI
A. Alfabet
B. VokaldanHarkat
ِا I
اُو Ū اَى ay
C. Tā‟ Marbtūṭah
Transliterasiuntukta marbutahiniadaduamacam:
1. Tā’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakatsukun, maka
transliterasinya adalah /h/.
xii
Arab Indonesia
صالة Ṣalāh
مراة Mir‟āh
Arab Indonesia
وزارة التربية Wizārat al-Tarbiyah
مراة السمن Mir‟āt al-zaman
Arab Indonesia
فجنة Fajannatan
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005),417.
1
2
“Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali
dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan
antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu,
sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya
mereka adalah kaum yang tidak mengerti.”(QS. Hasyr : 14)4
2
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005),85.
3
Syaikh Ali Bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari, Persatuan dalam Islam,
https://almanhaj.or.id/2651-persatuan-dalam-Islam.html (diakses pada 20 Juni 2018)
4
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005), 437.
3
persatuan dan kesatuan umat secara jujur harus berani dikatakan bahwa
praktiknya umat Islam lebih banyak tidak bersatu daripada bersatu. Dan sekalipun
terlihat bersatu, namun terkadang bersifat semu dan sesaat.5
Meskipun umat Islam pada masa kini terdapat di negara-negara yang
berbeda, namun kepentingan menjaga persatuan di antara umat Islam sesama kita
tidak boleh dinafikan atau ditolak. Hal ini karena Allah telah berfirman:
“Dan bepeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu ( masa jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang bersaudara;
dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-Imran : 103) 6
Daripada ayat di atas, bisa kita ketahui bahwa Allah tidak menyukai orang-
orang yang berpecah-belah dan tidak mempunyai persatuan dengan larangannya.
Dan Allah memperingatkan ketika Allah menyatukan hati mereka, maka terdapat
padanya akan nikmat Allah. Allah memerintahkan agar semuanya berpegang
kepada tali (agama) Allah menunjukkan bahwasanya persatuan merupakan hal
yang penting kepada umat islam terutamanya dalam hal-hal agama. Sekiranya
persatuan umat islam diseluruh dunia begitu kukuh dan kuat, maka akan timbul
rasa takut dan gerun orang-orang kafir terhadap umat Islam apatah lagi mahu
menindas sepertimana yang terjadi di bumi Syria, Palestina, rohingya dan
beberapa lagi negara Islam lainnya.
Jama‟ah dan penyatuan barisan merupakan perkara yang sangat penting,
maka tentunya hal itu sekarang lebih dibutuhkan untuk mewujudkan kebangkitan
5
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Edisi Ke-4 (Indonesia, Kencana,2010), 224.
6
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005), 50.
4
Islam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Perpecahan yang terjadi pada
umat Islam, para ulama, dan para syaikhnya, serta para pemimpin dan
pembesarnya sangat disukai oleh musuh-musuh Islam. Dan hal itu bisa terjadi
lantaran mereka meninggalkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.7
Sebagaimana firman Allah Ta‟ala:
7
Syaikh Muhammad Bin Abdullah Ad-Duwaisy, Pentingnya Meyatukan Barisan
https://www.alIslamu.com/484/pentingnya-menyatukan-barisan/, 2 Mei 2005, 14:05.(diakses pada
17 Juni 2018)
8
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005), 87.
5
Hadis ini menunjukkan betapa Nabi menyuruh umat Islam agar bersatu-
padu dan tidak berpecah belah dengan meluruskan shaff ketika shalat. Kalimat
„luruskanlah‟, merupakan bentuk kalimat imperatif (perintah), dan kalimat
imperatif itu menunjukkan kewajiban sampai ada qorinah(indikasi) lain yang
memalingkan kewajibannya. Diantaranya juga adalah kalimat „dan janganlah
kalian berselisih‟. Kalimat negasi/larangan menunjukkan keharamannya sampai
ada indikasi yang memalingkannya. Dalam hadis ini terhimpun kalimat perintah
dan larangan sekaligus, yang mana satu dengan lainnya merupakan indikasi yang
saling menguatkan antara satu dengan lainnya.11
Surah As-Shaff bermaksud barisan yang mana di dalamnya mempunyai
ayat-ayat tentang dakwah dan jihad. Barisan merupakan elemen yang penting
dalam satu persatuan umat Islam sama ada dalam jihad maupun dakwah. Bahkan
9
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Majmu‟ Fatawa,(Saudi: Majmu‟ Malik Fahad
Litoba‟ah Mashaf Syarif, 2004) 3/421.
10
Syaikh M. Nashiruddin Al-Albani, Mukhtasar Shahih Muslim, (Shahih: Jakarta, 2016),
132.
11
Abu Salma Muhammad Bin Burhan Bin Yusuf Al-Atsari, Awali Persatuan Umat Islam
Dengan Meluruskan Shaf,13 Jun 2009, https://abusalma.net/2009/06/13/awali-persatuan-umat-
Islam-dengan-meluruskan-shaf-2/ (diakses pada 20 Juni 2018)
6
dalam kehidupan sehari-hari kita. Tanpa adanya persatuan Shaff, maka akan
menimbulkan dampak langsung bagi kekalahan dakwah dan perjuangan.
Pentingnya persatuan umat Islam dalam satu barisan telah banyak Rasulullah
pesan dan peringatkan di dalam hadis-hadis. Begitu juga di dalam Al-Quran,
terdapat banyak ayat-ayat yang menunjukkan Allah memerintahkan agar umat
Islam bersatu padu dalam satu barisan yang kukuh sehingga terdapat surah khusus
yang membincang hal ini yaitu Surah As-Shaff yang bermaksud barisan yang
kokoh. Firman Allah dalam Surah As-Shaff ayat 4:
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh.” (QS. As-Saff : 4) 12
Barisan yang teratur dan kokoh ini bukan saja ditujukan dalam jihad
peperangan tetapi ia juga merujuk kepada segala jenis jihad dan dakwah yang
dilakukan oleh umat Islam seperti membuat barisan ketika hendak melakukan
solat jemaah. Surah As-Shaff ini banyak ditafsirkan oleh ahli-ahli tafsir dan
menjadi perbahasan dalam kitab-kitab tafsir mereka. Dalam penelitian ini, penulis
akan menggunakan penafsiran dari tafsir Al-Misbah yang ditulis oleh M. Quraish
Shihab dan Tafsir At-Tibyan yang ditulis oleh Tuan Guru Abdul Hadi Awang
untuk mengetahui penafsiran mereka tentang Surah As-Shaff dan metode yang
digunakan dalam penafsiran kitab mereka.
Tafsir Al-Misbah karangan M. Quraish Shihab terdiri dari 15 jilid, setiap
jilid mengandungi beberapa surah. Dalam pengantar tafsirnya Quraish
menjelaskan mengenai makna dan pentingnya tafsir yang ditulis tidak sepenuhnya
hasil ijtihad dirinya. Akan tetapi beliau juga merujuk kepada beberapa tafsir
terdahulu, seperti Tafsir Tantawi, Tafsir Mutawalli‟ Sya‟rawi, Tafsir Fi Zilali Al-
Qur‟an, Tafsir Ibnu „Asyur dan Tafsir Tabataba‟i. Namun menurut Quraish, tafsir
yang paling berpengaruh dan banyak dirujuk dalam Al-Misbah adalah Tafsir
Ibrahim Ibn „Umar Al-Biqa‟i, seorang mufassir yang berasal dari Lebanon dan
12
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005), 440.
7
meninggal pada tahun 885 H bersamaan 1480 M. Tafsir inilah yang menjadi
bahan disertasinya ketika ia menyelesaikan pengajian doktornya di Universiti Al-
Azhar.13
Tafsir At-Tibyan karya Tuan Guru Abdul Hadi Awang sebagian daripada
koleksi-koleksi ceramah yang disampaikan oleh beliau dalam usrah PAS di
peringkat cawangan dan kawasan dan diterbitkan oleh Unit Penerbitan Lujnah
Tarbiah Pas Pusat pada awalnya. Kemudian dicetak ulang oleh beberapa penerbit
untuk tujuan pencerahan masyarakat.14 Tafsir ini belum melengkapi 30 juz dan
hanya beberapa surah saja yang terdapat dalam tafsir At-Tibyan sekarang.
Berdasarkan kajian Nurul Adiya pada tahun 2011, Tafsir Ati-Tibyan hanya
merangkumi beberapa surah saja yaitu surah Al-Baqarah, As-Shaff, Al-Kahf, Al-
Hujrat,Yassin,Al-Hasy, Luqman dan Al-Fil. Buku-buku ini diterbit oleh penerbit
yang berbeda dan pada tahun yang berbeda15.
Dari aspek sumber, Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang sendiri
menjelaskan tentang kitab-kitab rujukan yang dibaca sebelum menyampaikan
kuliah tafsirnya yaitu Tafsir Al-Qurtubi, Tafsir Ibn Kathir, Fath Al-Qadir, Fi Zilal
Al-Quran, Tafsir Al-Azhar, Ruh al-Ma‟ani dan beberapa buah lagi buku tafsir
lainnya.
Walaupun kedua-dua tokoh ini berbeda dari segi latar belakang, namun
mereka memiliki banyak persamaan lain. Antaranya, M. Quraish Shihab
merupakan ulama cendikiawan Indonesia yang pernah memegang jawatan sebagai
menteri agama RI pada tahun 1998, sementara Tuan Guru Haji pernah memegang
jawatan sebagai Menteri Besar Terengganu, Malaysia pada tahun 1999 hingga
2004. Kedua-dua tokoh ini merupakan ulama‟ kontemporer yang disegani oleh
13
Nurudin, Kajian Tafsir Kontemporer di Indonesia : Studi Terhadap Pemikiran M.
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah,( Banda Aceh, DIPA UIN Ar- Raniry Darussalam,2014)
dari M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Kesan dan Keserasian Al-Quran,(Bandung: Lentera
Hati,2007), . Xiii.
14
Zahid Bin Mat Dui, Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia ,Studi Tafsir At-
Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang,(Lampung: Universitas Agama Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung, 2017), 80. Dari Abdul Hadi Awang, At-Tibyan dalam menafsirkan Al-
Quran Tafsir Surah AL-Hujraat, (Kuala Lumpur: Jundi Resources,2015), Cet 1,.VII.
15
Haziyah Hussin , Sumbangan Tuan Guru Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Awang dalam
peradaban tafsir di malaysia (Malaysia,UKM,2017), 5. Dari Nurul Adiya Mohd Nazlan,
Metodologi Abdul Hadi Awang dalam menafsirkan ayat-ayat hukum: tumpuan kepada Surah Al-
Baqarah. (Malaysia:UKM, 2011).
8
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, masalah pokok yang
diangkat sebagai kajian utama penelitian ini adalah: Bagaimana Persatuan Umat
Islam salam Surah As-Shaff Menurut Tafsir Al-Misbah dan At-Tibyan? Dalam
upaya mengkongkretkan pokok masalah tersebut, beberapa masalah yang akan
diangkat melalui karya ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan persatuan umat Islam?
2. Bagaimana metode penafsiran Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan
tentang persatuan umat Islam dalam Surah As-Shaff?
3. Apakah persamaan dan perbedaan tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan
tentang persatuan umat Islam dalam Surah As-Shaff?
C. Batasan Masalah
. Penelitian ini hanya berbicara tentang persatuan umat Islam. Selain itu,
penelitian ini juga dibatasi dengan membahaskan metode yang digunakan oleh M.
Quraisy Shihab dan Tuan Guru Haji Hadi Awang dalam menafsirkan Surah As-
Shaff tentang persatuan umat Islam dan hasil yang diperoleh dari penafsiran
tersebut.
D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui maksud persatuan umat Islam .
2. Untuk mengetahui metode penafsiran Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-
Tibyan tentang persatuan umat Islam dalam Surah As-Shaff
9
E. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di
dalam studi Al-Quran tentang kepentingan persatuan umat Islam. Selain
itu, mampu menambah pemahaman yang lebih baik mengenai kajian
komparatif penafsiran dan pemikiran dua mufassir kontemporer yang
masyhur pada masa kini.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat berkontribusi secara baik untuk
masyarakat luas dalam memahami dan mempraktekkan persatuan umat
Islam serta memahami isi kandungan Surah As-Shaff.
3. Sebagai memenuhi salah satu syarat untuk memperolehi Sarjana Strata
Satu (S.I) Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama dalam Jurusan Ilmu Al-
Quran Tafsir, UIN Sulthan Thaha Saifuddin,Jambi.
F. Tinjauan Pustaka
Terkait dengan pembahasan tentang Persatuan Umat Islam dalam
Penafsiran Surah As-Shaff menurut Tafsir Al-Misbah Karangan M. Qurais Shihab
dan Tafsir At-Tibyan Surah As-Shaff Karangan Tuan Guru Abdul Hadi Awang
menelusuri penelitian penulis terdapat beberapa penelitian yang boleh dikaitkan
dengan penelitian ini. Di antara penelitian yang meyinggung dengan pembahasan
ini adalah:
Buku yang ditulis oleh Adi Sasono dan beberapa orang penulis lain
dengan judul “Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi,Pendidikan, dan
Dakwah)” yang membahaskan masalah yang dihadapi umat islam dan solusi
kepada permasalahan tersebut. Buku ini terbahagi kepada tiga bab yaitu bab
pertama membahaskan isu ekonomi dan umat Islam. Bab kedua pendidikan dan
umat Islam dan yang terakhir dakwah dan umat Islam.16
16
Adi Sasono et.al., Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi,Pendidikan, dan
Dakwah),(Jakarta: Gema Insani Press,1998)
10
Seterusnya buku yang ditulis oleh Yahya S. Basamah dengan judul buku
“Persoalan Umat Islam Sekarang”. Buku ini membahas tentang karekteristik
umat Islam dibawah satu kesatuan, rintangan-rintangan yang dihadapi oleh umat
Islam terutamanya sewaktu Nabi hendak mennyebarkan agama Islam. Kemudian
membahaskan tentang kebangkitan dan kegemilangan umat islam serta resep
menuju keutuhan Umat. Akhir sekali membahaskan tentang problematika yang
dihadapi umat Islam pada masa kini seta penyelesaian kepada problematika
tersebut.17
Karya Ilmiah Waskito dengan judul “Mendamaikan Ahlus Sunnah Wal
Jamaah” juga turut menyinggung penelitian penulis. Karya ilmiah ini membahas
tentang ahli sunnah wal jamaah, pepercahan yang terdapat dalam Islam yang
terbahagi kepada beberapa firqah. Selain itu turut membahas tentang Islam
memerintahkan kepada umat Islam agar bersatu serta nasehat kepada umat Islam,
kunci kepada persatuan umat Islam dan sebab-sebab kepada perpecahan umat
Islam.18
Laporan Penelitian Individu yang pernah dikaji oleh Dr. Nurudin, M.Ag
dengan judul “Kajian Tafsir Kontemporer Di Indonesia : Studi Terhadap
Pemikiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah” dari sumber dana DIPA
UIN Ar-Raniry. Skripsi tersebut membahas tentang metode-metode yang
digunakan oleh M.Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah. Namun Penelitian ini
tidak fokus pada satu surah dan hanya mengambil beberapa beberapa ayat
daripada surah-surah yang berbeda yang merujuk kepada tema-tema yang
berbeda. Contohya ayat mengenai ibadah yang di dalamnya terbahagi kepada
tema-tema kecil yaitu solat, puasa dan jilbab. Beliau juga turut meniliti pemikiran
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah.19
Selain itu skripsi yang berkait dengan judul penulis adalah skripsi
Sulistyoningsih, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Kamunikasi Universitas Islam
17
Yahya S. Basalamah, Persoalan Umat Islam Sekarang ( Jakarta: Gema Insani Press,
1996)
18
Waskito, Abu Muhammad, Mendamaikan Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Jakarta:
Pustaka Al-Kauthar,2012)
19
Nurudin, Kajian Tafsir Kontemporer di Indonesia : Studi Terhadap Pemikiran M.
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah,( Banda Aceh: DIPA UIN Ar- Raniry Darussalam,2014)
11
20
Sulistyoningsih, Pesan-Pesan Ukhwah Islamiyah dalam Novel 99 Cahaya di Langit
Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Al-Mahendra (Yogyakarta: UIN Suna Kalijaga,
2015).
21
Dede Maela, Konsep Persatuan dalam Organisasi Persatuan Ummat Islam : Studi
Terhadap Organisasi Persatuan Ummat Islam Jawa Barat,(Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati,2014)
22
Zahid Bin Mat Dui, Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia, Studi Tafsir At-
Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang, (Lampung:Universitas Agama Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung, 2017)
12
Dari beberapa studi pustaka yang telah penulis kemukakan di atas, penulis
mengakui terdapat beberapa kesaamaan dalam penelitian penulis dengan
penelitian mereka, namun terdapat perbedaan dalam penelitian ini, karena penulis
lebih menfokuskan kepada perbandingan metode yang digunakan oleh M. Quraisy
Shihab dan Tuan Guru Haji Hadi Awang dalam Surah As-Shaff serta mencari
persamaan dan perbedaan penafsiran mereka tentang Persatuan Umat Islam dalam
Surah As-Shaff.
G. Metodologi Penelitian
Sebagai kajian tingkat wacana, maka metodologi penelitian yang dipakai
dalam karya ilmiah (skripsi) ini adalah penelitian (Library Research). Sementara
metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka. Oleh karena itu, sumber data
dalam penelitian ini adalah data sumber tulisan dari buku ilmiah. Kertas kerja,
majalah atau berbagai artikel yang berkaitan dengan pembahasan yang terkait
dengan judul ini.
2. Jenis Data
a. Data primer, merupakan data yang secara langsung memiliki kaitan dan
hubungan langsung dengan topik bahasan penelitian dari kitab tafsir Al-
Misbah, Tafsir At-Tibyan Surah As-Shaff, Al-Quran dan sebagainya.
b. Data Sekunder, merupakan data yang menjadi pendukung pembahasan
judul skripsi ini, yang diambil melalui penulisan ilmiah umum maupun
khusus di dalam majalah, kertas kerja, artikel dan jurnal.
dalam Surah As-Shaff baik dari segi isi maupun redaksi atau antara pendapat-
pendapat para ulama tafisr dengan menonjolkan segi perbedan tertentu dari obyek
yang dibandingkan.23 Penulis akan mengumpulkan data-data yang berkaitan
dengan judul yang ingin diteliti dan akan membaca serta menela‟ah buku-buku,
karya ilmiah, karya terbitan, jurnal dan artikel yang berkaitan dan akan
membahaskan berdasarkan ayat-ayat Al-Quran dan Hadis. Kemudian penulis akan
menggunakan metode komparatif (analytical-comparativ methode), yaitu
memaparkan pandangan dan penafsiran M Quraish Shihab dan Tuan Guru Haji
Hadi Awang terhadap ayat-ayat tentang persatuan umat Islam dalam Surah As-
Shaff, dan menganalisis pemikiran ini untuk mengetahui penjelasan dan
perbandingan atas pemikiran keduanya.
4. Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari kepustakaan dan dianalisa secara kualitif
dengan pola pikir metode muqorron sebagai berikut:
Pertama, penulis akan menginvertarisasi data dan menyeleksinya,
khususnya dari Tafsir Al-Misbah Dan Tafsir At-Tibyan Surah As-Shaff serta
buku-buku lain yang terkait dengan persoalan yang dikaji.
Kedua, penulis dengan cermat akan mengkaji data tersebut secara
komprehensif dan meneliti metode yang digunakan kedua mufassir ini dalam
Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At- Tibyan dalam Surah As-Shaff.
Ketiga, secara komparatif penulis akan mencari persamaan dan perpezaan
pandangan atau pendapat, kelebihan dan kekurangan penafsiran mereka tentang
persatuan umat Islam dalam Surah As-Shaff.
Kempat, penulis akan membuat kesimpulan secara cermat sebagai jawaban
terhadap rumusan masalah dalam penelitian.
23
Hujair A.H. Sanaky, “Metode Tafsir, Perkembangn Metode Tafsir Mengikuti Warna
atau Corak Mufassirin”. (Al-Mawarid : 2008), 278.
14
H. Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan yang membahas latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II membahas tentang persatuan umat Islam dan Surah As-Shaff yang
berisi definisi persatuan umat Islam, sejarah perpecahan umat Islam, sebab sebab
perpecahan umat Islam dan asbab nuzul Surah As-Shaff.
Bab III membahas tentang metodologi Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-
Tibyan yang berisi latar belakang M. Quraisy Shihab dan Tuan Guru Hj Abdul
Hadi Awang, metode Tafsir Al-Misbah dan Metode Tafsir At-Tibyan.
Bab IV membahas tentang analisa dan komparasi antara penafsiran M.
Quraisy Shihab dan Tuan Guru Hj Abdul Hadi Awang yang berisi corak
penafsiran Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan, Persatuan umat Islam dalam
Surah As-Shaff menurut Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan serta persamaan
dan perbedaan Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan.
Akhirnya bab V merupakan penutup penelitian berisikan bahasan tentang
kesimpulan akhir penelitian dalam mengkomparasi dua mufassir yang mempunyai
perbedaan pada priode, metode dan pemikirannya serta saran-saran yang akan
mengakhiri penelitian.
BAB II
PERSATUAN UMAT ISLAM DAN SURAH AS-SHAFF
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh” (QS. As-Shaff : 4)1
Hal ini merupakan pemberitahuan dari Allah yang menyatakan kecintaan-
Nya kepada hamba-hambaNya yang beriman. Apabila mereka berbaris dengan
teratur menghadapi musuh-musuh Allah dalam medan pertempuran, mereka
berperang di jalan Allah melawan orang-orang yang kafir terhadap Allah agar
kalimah Allah-lah yang tertinggi dan agamaNya lah yang menang lagi berada di
atas agama-agama lain. Sementara di dalam hadis Nabi bersabda:
َخبَ َرََن َع ْن أَِِب َِّ حدَّثَنَا علِي بن عب ِد:َْح ُد ِْ قَ َال
ْ قَ َال ُُمالد أ، َحدَّثَنَا ُى َشْيم،اَّلل َْ ُ ْ ُّ َ َ َ ْ اْل َم ُام أ
اَّللُ َعلَْي ِو َِّ ول َّ َر ِض َي،ي ٍ ِ عن أَِِب سع،الوداك
َّ صلَّى َ اَّلل ُ قَ َال َر ُس:اَّللُ َعْنوُ قَ َال ِّ اْلُ ْد ِر
ْ يد َ ْ َ َّ
،ِلص ََلةَّ ِص ُّفوا ل ِ الرجل ي ُق
َ َوالْ َق ْوُم إِ َذا،وم م َن اللَّْي ِل
ُ َ ُ ُ َّ :اَّللُ إِلَْي ِه ُم
َّ ك ُ ض َح ْ َث ي ٌ ثَََل:َو َسلَّ َم
ص ُّفوا لِْل ِقتَ ِال
َ َوالْ َق ْوُم إِذَا
“Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada kami Ali Ibnu
Abdullah, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada
kami Mujalid, dari Abdul Waddak, dari Abu Sa‟id Al-Khudri RA yang
menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: Ada tiga macam orang
yang Allah redha kepada mereka, yaitu seorang yang mengerjakan solat malam
hari dan kaum yang apabila solat membentuk barisan dengan teratur, serta
1
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
15
16
kaum yang apabila dalam medan perang mereka membentuk barisan dengan
teratur.”2
Kedua-dua ayat Al-Quran dan hadis ini menunjukkan bahwa persatuan
diantara umat Islam membentuk seperti barisan yang kukuh itu sangat penting.
Dalam hadis tersebut juga turut disebutkan Allah redha kepada kaum yang
membentuk barisan dengan teratur bukan saja dalam amalan ibadah seharian kita
bahkan di dalam perkara yang besar juga yaitu jihad. Barisan yang disebutkan
bukan hanya sekadar membentuk barisan yang teratur, tetapi barisan teratur yang
mana hati mereka saling bersatu dalam menegakkan Islam dalam segala perkara.
Secara definisi umat adalah segolongan manusia yang mempunyai
persamaan dalam hal akidah serta tutuan hidupnya dan terikat oleh konvensi
keimanan yang sama. Sementara umat Islam adalah segolongan manusia dari suku
atau bangsa mana saja yang sama-sama berakidah Islam, sama-sama
melaksanakan ajaran Islam serta terikat oleh konvensi keimanan amar ma‟ruf
nahi munkar sebagaimana yang ditetaplan dalam Al-Quran dan Hadis.Komposisi
ummat ini terbentuk dengan terhimpunnya orang-orang Arab disekeliling Nabi
yang telah dapat menerima seruan Rasulullah sehingga masuk dalam satu
kesatuan baru berdasarkan kalimah syahadah laa ilaaha illallah Muhammad
Rasulullah. Setelah itu orang-orang dari suku bangsa lain turut bergabung dalam
kesatuan umat Islam ini.3
Persatuan umat Islam dalam masalah aqidah, ibadah, dan akhlak semuanya
diperhatikan dan diserukan oleh Islam. Menyaksikan tiada Tuhan melainkan Allah
dan menyaksikan bahawa Nabi Muhammad Rasul Allah serta menghadap kiblat
dan aqidah yang sama, semua ini termasuk dalam salah satu sisi persatuan dalam
beraqidah. Persatuan yang dikehendaki dalam agama Islam adalah persatuan
dalam akidah, manhaj, dakwah, jihad dan berpegang teguh kepada Al-Quran dan
sunnah menurut pemahaman salafus shalih. Persatuan yang dimaksudkan bukan
sekedar persatuan badan atau perkumpulan, tetapi lebih ditekankan kepada
2
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Ringkasan Ibnu kathir (Riyadh: Maktabah Ma‟rif, 1989)
juz 1/423
3
Yahya S. Basalamah, Persoalan Umat Islam Sekarang ( Jakarta: Gema Insani Press,
1996),13.
17
persatuan hati dalam berakidah, jihad, dan menjalani hidup ini sesuai dengan Al-
Quran dan As-Sunnah.4
Persatuan umat Islam dapat diwujudkan apabila ada persamaan visi.
Sedangkan tanpa persatuan adalah mustahil umat Islam dapat mewujudkan
sasaran besarnya, yaitu tegaknya daulah Islamiyyah Alamiyyah. Yang mana
terdapat di dalamnya Wihdah yaitu persatuan yang membawa maksud simbol
kekuatan dan berlawanan dengan Tafarruq, perpecahan yaitu simbol kelemahan
dan jalan menuju kelemahan. Menyadari hal itu, maka musuh-musuh Islam tidak
henti-henti mencari jalan untuk memecah belahkan umat Islam untuk
menghalangi dari timbulnya persatuan umat Islam. 5 Sebagaimana firman Allah:
4
Syaikh Ali Bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari, Persatuan dalam Islam,
https://almanhaj.or.id/2651-persatuan-dalam-Islam.html (diakses pada 20 Juni 2018)
5
Adi Sasono,Solusi Islam atas problematika umat: ekonomi, pendidikan dan dakwah
(Jakarta: Gema Insani Press, 1988). 246
6
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
18
7
Indonesia writing club, Surat untuk kaki langit Palestina (Indonesia: Anara Publishing
House, 2018) 35.
8
Haidar Bagir, Satu Islam sebuah dilema (Mengembangkan Sistem Kerjasama Umat
Islam :Dawam Rahardjo (Indonesia :Mizan)
9
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
10
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1996) 486
11
Tobroni, Membincangkan pemikiran pendidikan Islam (Jakarta : Prenadamedia, 2018)
3
12
Sava Lova, Hadits tentang persaudaraan sesama muslim, http://menulis-
makalah.blogspot.com/2015/05/hadits-tentang-persaudaraan-sesama.html (diakses pada 29
Disember 2018)
19
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (ugama Islam), dan
janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu
ketika kamu bermusuh-musuhan (semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah
menyatukan di antara hati kamu (sehingga kamu bersatu-padu Dengan nikmat
Islam), maka menjadilah kamu Dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam
Yang bersaudara. dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang neraka
(disebabkan kekufuran kamu semasa jahiliyah), lalu Allah selamatkan kamu
dari neraka itu (disebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah
menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat
petunjuk hidayahNya.”(QS. Al-Imran : 103)13
Menurut Ibnu kathir, adanya qorinah lafdziyah yaitu وال تفرقواyang jatuh
setelah kalimat جميعاmembawa maksud Allah memerintah kepada mereka dengan
berjama‟ah (bersama-sama/bersatu padu) dan melarang merka daripada berfirqoh-
firqoh (berpecah belah).14 Dalam ayat ini juga dapat dilihat bahwa hati
merupakan salah satu elemen penting dalam mewujudkan persatuan dalam umat
Islam dan persatuan ini merupakan nikmat yang Allah berikan kepada orang Islam
yang bersaudara.
13
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
14
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Ringkasan Ibnu kathir (Riyadh: Maktabah Ma‟rif, 1989)
juz 1/423
20
15
Syekh Omar Bakri Muhammad, Ahlus-Sunnah Wal Jamaah: Kemiman, Sifat dan
Kualitasnya (Jakarta: Gema Insani, 2005) 13,Timidzi, No.2564
16
Masburiyah, Ilmu Kalam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2013) 32
17
Ibid, 37
21
Dalam peristiwa itu juga terdapat golongan yang mengambil sikap itu
tidak masuk campur urusan politik itu, tidak menyebelahi mana-mana pihak.
Mereka itu adalah golongan Murjiah18. Sementara golongan Syiah adalah
golongan yang berpihak kepada Saidina Ali. Pada mulanya golongan ini hanya
mendukung Saidina Ali dan merupakan pengikut yang setia, namun pemikiran
mereka menjadi ekstrim dengan hasutan Abdullah Bin Saba yaitu seorang pendeta
agama Yahudi berasal dari Yaman yang berpura-pura masuk Islam dan cuba
memecah belahkan umat Islam. Usahanya itu akhirnya membuahkan hasil.
Dengan hasutan Dari Abdullah Bin Saba, golongan Syiah ini beranggapan yang
berhak menjadi pemimpin bagi umat Islam hanyalah Saidina Ali dan
keturunannya. Sementara selain daripada itu tidak layak untuk menjadi pemimpin
umat Islam.19
Perpecahan umat Islam terus terjadi dengan kemunculan-kemunculan
golongan yang saling berbeda fikiran seperti golongan Mu‟tazilah yang
dicetuskan oleh Wasil Bin „Atha‟. Pada awalnya Wasil Bin „Atha‟ adalah anak
murid kepada Hasan Al-Basri. Namun dia mengambil keputusan untuk
memisahkan diri setelah berselisih pendapat dengan gurunya tentang masalah
kedudukan mikminin dan kafir di akhirat nanti.20 Kemudian muncul golongan
Asyari‟ah disebakan oleh kekacauan yang dibuat oleh golongan Mu‟tazilah ini
dan kembali membetulkan fahaman-fahaman Mu‟tazilah yang bertentangan
dengan Al-Quran dan Sunnah.
Golongan-golongan ini menunjukkan bahwa umat Islam telah berpecah
belah sejak dahulu lagi. Namun pada masa kini, perpecahan yang terjadi dalam
umat Islam adalah lebih banyak lagi dan terjadi secara halus tanpa disedari.
Bahkan terdapat umat Islam yang Islam di atas nama saja bukan pada pada aqidah
maupun hati. Seandainya umat Islam bersatu pada satu aqidah dan hati, Palestina
maupun negara-negara Islam lain tidak akan ditindas oleh orang-orang kafir yang
senantiasa mahu menjatuhkan agama Islam.
18
Ibid, 56
19
Ibid, 118
20
Ibid, 65
22
umat Islam tidak mengendahkan wasiat Nabi ini. Menurut Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah, terdapat 7 sebab perpecahan umat Islam.22
22
Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Jakarta: Pustaka
Al-Kauthar,2012) 64
23
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
24
satu rahmat. Walaupun Imam Syafie, Hambali, Hanafi dan Maliki saling berbeda
pendapat. Namun mereka saling menghormati pendapat yang lain dan saling
meraikan. Tetapi pada masa kini terdapat umat- Islam yang terlampau ta‟ashub
kepada madzahab mereka sehingga ada yang sanggup membunuh sedangkan
dalam Al-Quran Allah berfirman:
24
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
25
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (agama Islam), dan
janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu
ketika kamu bermusuh-musuhan (semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah
menyatukan di antara hati kamu (sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat
Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam
yang bersaudara. dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang neraka
(disebabkan kekufuran kamu semasa jahiliyah), lalu Allah selamatkan kamu
dari neraka itu (disebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah
menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat
petunjuk hidayahNya.”(QS. Al-Imran : 103)25
Allah menyuruh agar berpegang kepada tali Allah yaitu apa yang telah
disyariatkan Allah dan dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dalam agama Islam.
Karena apabila berpegang dengan syariat dan aqidah yang satu umat Islam akan
bersatu. Namun mereka berpaling dari perintah ini sehingga menyebabkan umat
Islam yang lain saling berpecah belah.
25
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
26
26
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
27
Redaksi QultumMedia, 40 Hadis Pilihan Imam Nawawi (Jakarta:
QultumMedia,2018),146.
27
28
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
28
diperbaiki semula sekiranya umat Islam kembali kepada Al-Quran dan Sunnah
dan bersatu untuk mewujudkan jamaah dan persatuan sepertimana ketika zaman
Rasulullah dan para sahabat dahulu.
memerangi musuh-musuh Islam sama ada yang nyata mahu pun yang
tersembunyi. Surah ini diakhiri dengan kisah golongan Hawariyyun yang sangat
setia menjadi penolong kepada Nabi Isa dan agama Allah sehingga ke akhirnya.
Meskipun Nabi Isa telah diangkat Allah ke langit.31
Surah As-Shaff merupakan surah ke 108 dari segi perurutan Al-Quran.
Surah sebelum Surah As-Shaff di dalam Al-Quran adalah surah Mumtahanah, dan
surah selepasnya adalah surah Jumu‟ah. Sementara dari segi penurunan surah,
surah ini turun sesudah At-Taghabun dan sebelum surah Al-Fath. Turunnya
setelah peristiwa perang Uhud yang terjadi pada tahun 3 H. Menurut Al-Biqa‟i
tujuan utama surah ini adalah mendorong agar bersungguh-sungguh dan secara
sempurna untuk bersatu dalam satu hati berjihad menghadapi mereka yang dalam
surah Al-Mumtahanah (sudah sebelumnya). 32
Terdapat beberapa riwayat tentang sebab penurunan Surah As-Shaff ini.
Antaranya adalah dari Imam Tarmidzi yang meriwayatkan suatu riwayat,
demikian juga Al-Hakim yang menilainya shahih, dari Abdullah Bin Salam yang
berkata, “Sekiranya saja kita mengetahui amalan yang paling disukai oleh Allah,
tentu kita akan mengamalkannya. Lalu Allah menurunkan 1-2:
31
Abdul Hadi Awang, Tafsir At Tibyan Surah As-Shaff, (Malaysia: Jundi Resources,
2017) Muqaddimah
32
Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Indonesia: Lentera hati, 2011) 187
33
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
30
amalan yang paling utama dan paling disukai oleh Allah ayat 10 Surah As-Shaff,
firman Allah:
“Wahai orang-orang yang beriman! maukah Aku tunjukkan sesuatu perniagaan
yang boleh menyelamatkan kamu dari azab seksa yang tidak terperi
sakitnya?”(QS. As-Shaff : 10)34
Akan tetapi mereka ternyata enggan berjihad di jalan Allah, mereka
mendustakan apa yang mereka katakan pada awalnya, Maka Allah menurunkan
ayat 2 Surah As-Shaff ini kepada mereka-mereka yang berdusta. Ibnu Abi Hatim
meriwayatkan dari Ali bin Inu Abbas dengan riwayat yang mirip dengan riwayat
ini. Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dan Ibnu
Jarir dari jalur Adh-Dhahhak Ayat 2 ini diturunkan berkenaan seorang lelaki yang
dalam peperangan mengucapkan akan menebaskan pedang, menusukkan tombak,
serta membunuh (pihak musuh), namun dia tidak melakukan tindakan-tindakan
tersebut. Selain itu Ibnu Hatim juga meriwayatkan dari Muqatil bahwa ayat ini
turun berkenaan dengan larinya beberapa orang sahabat dari medan perang ketika
berkecamuknya perang Uhud. Al-Hakim, Ahmad Ibn Abi Hatim dan Ad-Darimi
menambahkan bahwa Rasulullah SAW membaca ayat di atas kepada kami sampai
pada akhir surah dan dalam riwayat lain semuanya.35
34
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
35
Jalaluddin As-Suyuthi, Sebab Turunnya Ayat Al-Quran (Jakarta : Gema Insani, 2014)
570-571
31
“Segala yang ada di langit dan Yang ada di bumi, tetap mengucap tasbih
kepada Allah; dan Dia lah yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.” (QS. As-
Shaff : 1)36
Awal surah ini mengisyaratkan bahwa amanat yang dibebankan kepada
orang-orang yang beriman itu adalah amanat segala makhluk yang ada. Juga
mengisyaratkan bahwa akidah yang meminta mereka untuk berjihad karenanya
adalah akidah setiap makhluk yang ada di langit dan dibumi. Kemenangan Islam
atas seluruh agama di dunia adalah fenomena alam semesta yang seiring dengan
arah alam semesta, seluruhnya mengarah ke hadapan Allah yang Maha kuasa lagi
Maha bijaksana.
“Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berperang untuk membela
agamaNya, dalam barisan yang teratur rapi, seolah-olah mereka sebuah
bangunan yang tersusun kukuh.” (QS. As-Shaff : 4)39
Setelah menyatakan bahwa Allah membenci orang-orang yang
memungkiri janji, kemudian ayat seterusnya menyatakan pula perkara yang Allah
36
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
37
Ibid
38
Ibid
39
Ibid
32
sukai yaitu orang-orang yang berjihad dijalan-Nya dalam barisan yang teratur.
Yaitu mereka yang menegakkan agama Allah dan kebenaran agama Islam .
40
Ibid
33
“Dan tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan perkara
dusta terhadap Allah, sedang ia diajak kepada memeluk Islam; dan (ingatlah),
Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS.
As-Shaff : 7)41
Ayat seterusnya ditujukan kepada orang-orang yang menolak agama Allah
ini,tidak cukup dengan mendustakan kebenaran yang dibawa oleh Nabi-Nabi
Allah, malahan mereka mengada-adakan pembohongan terhadap Allah.
Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang zalim.
“Mereka senantiasa berusaha hendak memadamkan cahaya Allah (agama
Islam) dengan mulut mereka, sedang Allah tetap menyempurnakan cahayaNya,
sekalipun orang-orang kafir tidak suka (akan yang demikian).” (QS. As-Shaff :
8)42
Mereka yaitu orang-orang yang mengada-adakan pembohongan terhadap
Allah ini ingin menutup cahaya agama Allah dengan ucapan-ucapan mereka,
namun Allah tetap menyempurnakan cahaya (agama) Allah meskipun dibenci
orang kafir.
“Dia lah yang telah mengutus RasulNya (Muhammad s.a.w) dengan membawa
hidayah petunjuk dan ugama yang benar (agama Islam), supaya ia
memenangkannya dan meninggikannya atas segala agama yang lain, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukainya.” (QS. As-Shaff : 9)43
Allah menyempurnakan agama Allah ini dengan mengutuskan Rasul-Nya
dengan membawa petunjuk dan agama yang benar. Sesungguhnya agama Allah
ini tidak dapat dikalahkan oleh orang-orang musyrikin.
41
Ibid
42
Ibid
43
Ibid
34
44
Ibid
45
Ibid
46
Ibid
35
“Dan ada lagi limpah kurnia yang kamu sukai, yaitu pertolongan dari Allah dan
kemenangan yang cepat (masa berlakunya). dan sampaikanlah berita yang
mengembirakan itu kepada orang-orang yang beriman.” (QS. As-Shaff : 13)47
Bukan saja ganjaran pengampunan dan syurga yang akan Allah berikan,
malahan Allah akan memberi pertolongan dan kemenangan. Sesungguhnya berita
gembira ini adalah untuk orang-orang yang beriman kepada-Nya.
“Wahai orang-orang yang beriman! jadikanlah diri kamu pembela-pembela
(ugama) Allah sebagaimana (Keadaan penyokong-penyokong) Nabi Isa Ibni
Maryam (ketika ia) berkata kepada penyokong-penyokongnya itu: "Siapakah
penolong-penolongku (dalam perjalananku) kepada Allah (dengan menegakkan
agamaNya)?" mereka menjawab: "Kamilah pembela-pembela (agama) Allah!"
(setelah Nabi Isa tidak berada di antara mereka) maka sepuak dari kaum Bani
Israil beriman, dan sepuak lagi (tetap) kafir. lalu kami berikan pertolongan
kepada orang-orang yang beriman untuk mengalahkan musuhnya, maka
menjadilah mereka orang-orang yang menang.” (QS. As-Shaff : 14)48
Ayat terakhir dalam surah As-Shaff ini Allah menyeru kepada orang-orang
yang beriman untuk menjadi pembela agama sebagaimana golongan Hawariyun
yang membantu Nabi Isa membela agama Allah. Maka bagi mereka yang beriman
kepada Allah, Allah berikan pertolongan mengalahkan musuh mereka dan
mencapai kemenangan.
47
Ibid
48
Ibid
BAB III
METODOLOGI TAFSIR AL-MISBAH DAN TAFSIR AT-TIBYAN
1
Abu Abdul Haq Bin Abdurrahman Bin Tamam Bin Athiyyah Andalusia, Al-Muharrar
Al-Wajiz Fi TafsirAl-Kitab Al-„Aziz (Tafsir Ibnu Athiyah), (Bairut : Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah,
1422 H) Juz 1, 13.
2
Samsurrohman, M.Si. Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta : AMZAH, 2014) cet 1, 65.
36
37
dan Nabi Isa mendapat petunjuk melalui kitab Taurat dan Injil tetapi tidak
memahami kitab-kitab tersebut sebagaimana firman Allah:
3
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Quran (Jakarta:
Lentera Hati, 2002) vol.1,vi
5
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Quran (Jakarta:
Lentera Hati, 2002) vol.1, pengantar xvii.
38
7
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab (diakses pada 1
Disember 2018)
8
Islah Gusian, Khazanah Tafsir Indonesia ; Dari Hermeneutika hingga Ideologi
(Indonesia: LkiS Yogyakarta,2013) cet.1, 83.
39
11
Saifuddin dan Wardani, Tafsir Nusantara (Yogyakarta: LkiS, 2017) 47-53
12
Blog Rakyat Laa Tahzan, http://rakyatlaatahzan.blogspot.com/p/biodata-tok-guru.html
(diakses pada 25 Ogos 2018)
41
13
Haziyah Hussin , Sumbangan Tuan Guru Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Awang dalam
peradaban tafsir di Malaysia (Malaysia,UKM,2017).2-3
14
Riduan Muhammad Nor, Abdul Hadi Awang : Murabbi, Ideologi, Pemimpin (Kuala
Lumpur: Jundi Resources, 2009), 5-6
15
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Hadi_bin_Awang (diakses pada 25
Ogos 2018)
42
16
Mohd Fadli Ghani, Mutiara Dua Tok Guru Membangun Ummah : Dato‟ Haji Nik
Abdul Aziz Bin Nik Mat, Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Bin Awang, (Kuala Lumpur, Nufair Street
SDN. BHD, 2009) Cet 2, 279-280.
17
Blog Rakyat Laa Tahzan, http://rakyatlaatahzan.blogspot.com/p/biodata-tok-guru.html
(diakses pada 25 Ogos 2018)
43
18
Zahid Bin Mat Dui, Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia ,Studi Tafsir At-
Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang,(Lampung: Universitas Agama Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung, 2017), 73-78
19
Muhammad Iqbal dan Amin Husein, Pemikiran politik Islam (Jakarta: Kencana, 2010)
253.
20
Islah Gusian, Khazanah Tafsir Indonesia ; Dari Hermeneutika hingga Ideologi
(Indonesia: LkiS Yogyakarta,2013) cet.1, 109
44
21
Ahmad Syaiful Bahri, Kontekstuaitas Konsep Basyir dan Nadzir Dalam Al-Quran,
Skripsi (IAIN Walisongo, Semarang, 2010) 35-36
45
metode yaitu metode maudhui dan tahlili tetapi metode maudhu‟i ini tidak terlalu
kelihatan karena beliau hanya mengelomppokkan ayat tetapi tidak meletakkan
tema pada kelompok ayat-ayat tersebut. beliau mengelompokkan ayat-ayat itu
supaya lebih memudahkan kepada pembaca.
Metode yang digunakan lebih kepada metode tahlili. Metode tahlili adalah
mengkaji ayat-ayat Al-Quran dari segala segi dan maknanya yaitu menafsirkan
ayat-ayat Al-Quran mengikut ayat demi ayat dan surah demi surah sesuai dengan
urutan dalm mushaf Uthmani. Metode ini menguraikan kosa kata dan lafaz,
menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu
unsur I‟jaz, balaghah, dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang
dapat diistinbatkan dari ayat yaitu hukum fikih, dalil syara‟, arti secara bahasa,
norma-norma akhlak, aqidah, perintah dan larangan, janji dan ancaman, haqiqi,
majaz, kinayah, isti‟arah serta mengemukan kaitan antara ayat-ayat dan
relevansinya dengan surah sebelum dan sesudahnya.22Selain itu, metode ini
sedikit banyak melakukan analisis di dalam ayat tersebut dari segi kebahasaan,
sebab turun, hadis atau komentar sahabat yang berkaitan koresasi ayat dan surah.
Dalam tafsir Al-Misbah ini M. Quraish Shihab menjelaskan dahulu
penerangan tentang surah yang ditafsirkannya mulai dari makna surah, tempat
turun surah, keutamaan surah dan kandungan surah secara umum. Sebagai contoh,
beliau menerangkan bahwa Surah As-Shaff diturunkan selepas Nabi berhijrah ke
madinah, nama Surah As-Shaff diambil daripada kata ( )صفاpada ayat 4. Menurut
Al-Biqa‟i tujuan utama surah ini adalah mendorong agar bersungguh-sungguh dan
secara sempurna untuk bersatu dalam satu hati berjihad menghadapi mereka yang
dalam surah Al-Mumtahanah (sudah sebelumnya). Sementara dari segi penurunan
surah, surah ini turun sesudah At-Taghabun dan sebelum surah Al-Fath. Turunnya
setelah peristiwa perang Uhud yang terjadi pada tahun 3 H23
Kemudian M. Quraish Shihab menuliskan ayat secara berurut dan tematis
artinya menggabungkan beberapa ayat contohnya beliau menafsirkan ayat 2-4
22
Zahid Bin Mat Dui, Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia ,Studi Tafsir At-
Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang,(Lampung: Universitas Agama Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung, 2017),42-43
23
Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Indonesia: Lentera hati, 2011) 185-187
46
dalam satu penafsiran. Selanjutnya beliau menerjemahkan ayat satu persatu dan
menafsirkannya dengan menggunakan analisis korelasi antara ayat atau surah,
analisis kebahasaan, riwayat-riwayat yang bersangkutan dan pendapat-pendapat
ulama terdahulu tentang ayat yang ditafsirkannya itu. 24
“Terasa berat dan gerun untuk saya menulis tafsir Al-Quran karena ia
merupakan Kitab Allah dan kalimahNya yang Maha Suci daripada segala sifat
kekurangan. Oleh karena terlalu banyak masalah-masalah di samping
masalah yang sedia ada memerlukan petunjuk Al-Quran dan menghuraikannya
supaya difahami. Maka saya tampil ke hadapan memohon pertolongan Allah
bagi menyatakan ilmu yang ternyata tersirat daripada Kitab mukjizat ini”26
Koleksi-koleksi ceramah beliau ini kemudian dikumpulkan membentuk
manuskrip yang disusun oleh Ustaz Zulkifli Abu Bakar dan disemak sendiri oleh
24
Johari, Muhammad Arifin, Studi Tafsir (M. Quraisy Shihab Dan Tafsir Al- Misbah)
http://studitafsir.blogspot.com/2012/11/quraish-shihab-dan-tafsir-al-mishbah.html (diakses pada 2
Disember 2018)
25
Zahid Bin Mat Dui, Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia ,Studi Tafsir At-
Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang,(Lampung: Universitas Agama Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung, 2017), 80
26
Haziyah Husin , Sumbangan Tuan Guru Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Awang dalam
peradaban tafsir di malaysia (Malaysia,Universiti Kebangsaan Malaysia,2017) 4 dikutip dari
Abdul Hadi Awang, At-Tibyan Dalam Menafsirkan Al-Quran Surah Al-Hujrat (bilik-bilik),
(Bandar Baru Bangi: As-Syabab Media, 2002) kata pengantar.
47
beliau. Tafsir ini diterbitkan pertama kalinya pada Mei 1999 dan mengul;ang
cetakan kedua pada awal Juli 2000, cetakan ketiga pada April 2002 dan cetakan
keempat pada April 2002. Oleh karena terdapat banyak permintaan atas tafsir ini
maka dicetak semula kali kelima dengan sampul buku yang lebih baik. Pada tahun
2014 Tafsir At-Tibyan diterbitkan semula dengan wajah baru oleh Harakah.
Konsep dan edisi kitab tafsir ini dengan nama Tafsir At-Tibyan ini berjaya
diselesaikan untuk muktamar PAS ke-59.27
Namun Tafsir At-Tibyan ini masih belum merangkumi keseluruhan Al-
Quran dan hanya merangkumi beberapa surah saja. Setiap surah dibukukan secara
berasingan yang mana kulit dan judulnya nya berbedea diantara satu sama lain.
Tafsir ini juga diterbitkan oleh penerbit yang berbeda serta pada tahun yang
berbeda. Namun, setiap tafsir ini akan disatukan di bawah nama Tafsir At-Tibyan.
Diantara surah yang terdapat dalam tafsir At-Tibyan adalah berdasarkan kajian
Nurul Adiya28 :
Metode penafsiran yang digunakan oleh Tuan Guru Abdul Hadi Awang
mematuhi kerangka kerja yang ditetapkan ulama. Beliau menyeimbangkan
penggunaan sumber riwayat dan dirayah yang menggunakan prosedur tafsir bi al-
27
Abdul Hadi Awang, Tafsir At Tibyan Tafsir Surah Yassin, (Kuala Lumpur: Galeri Buku
Harakah, 2013) Cet 5, vii-viii
28
Haziyah Husin , Sumbangan Tuan Guru Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Awang dalam
peradaban tafsir di Malaysia (Malaysia,Universiti Kebangsaan Malaysia,2017) 5
48
29
Ibid., Dikutip dari Abdul Hadi Awang, At-Tibyan Dalam Menafsirkan Al-Quran Surah
Al-Hujrat (bilik-bilik), (Bandar Baru Bangi: As-Syabab Media, 2002) kata pengantar.
30
Ibid., 4-5
31
Abdul Hayy Al-Farmawi, AlBidayah Fi Al-Tafsir Al-Maudhu‟i (Mesir: Dirasat
Mahajiyah Maudhu‟iyyah, 1997) 41.
49
mengaitkan dengan tema sebelum ini pada awal tafsirnya. Pengarang juga
membawa kisah Nabi Musa dengan Firaun dan juga hadis Rasulullah untuk
penafsiran ayat 8. Pada ayat 11 pengarang menjelaskan maksud jihad dan
mendatangkan pendapat Al-Imam Fakrur Razi tentang jihad. Sementara pada ayat
12, pengarang menceritakan keistimewaan dan kelebihan orang yang syahid di
medan jihad sambil diselitkan kisah Al-Khunsa‟ yang menghantar tiga anaknya
ke medan peperangan untuk jihad. Pada Akhir surah pengarang banyak
menceritakan kisah Nabi Isa dengan golongan Hawariyyun seramai 12 orang yang
mempertahankan agama Allah dan kejahatan seorang munafik yang bernama
Yahuda.
BAB IV
ANALISA DAN KOMPARASI ANTARA PENAFSIRAN M QURAISY
SHIHAB DAN TUAN GURU HJ ABDUL HADI AWANG
1
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Fungsi dan peran Wahyu dalam kehidupan
Masyarakat) (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009) 108
2
Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Indonesia: Lentera hati, 2011)
51
52
Selain itu corak tafsir yang ada di dalam penafsiran M. Quraish Shihab
dalam tafsir At-Tibyan adalah corak filsafi yaitu menggunakan teori-teori filsafat
atau tafsir dengan dominasi filsafat. M. Quraish Shihab banyak mendatangkan
pendapat thab‟thaba‟i dalam penafsirannya, contohnya, thaba‟thaba‟i yang
menggaris bawahi perbedaan antara mengatakan sesuatu apa yang tidak
dikerjakan, dengan tidak mengerjakan apa yang dikatakan. Yang pertama adalah
kemunafikan sedangkan yang kedua adalah kelemahan tekad.
Tafsir At-Tibyan juga menggunakan corak tafsir yang hampir sama
dengan M. Quraish Shihab yaitu corak adabi ijtima‟i, tetapi Tuan Guru Abdul
Hadi Awang tidak terlalu menekankan aspek bahasa sepertimana Tafsir Al
Misbah. Contohnya kata ( )صفاmenurut beliau adalah berbaris dengan teratur
sebagaimana saf yang dibuat ketika mahu mengerjakan mengerjakan solat dan
mengaitkan dengan perintah Rasulullah menyusun saf tentera Islam dalam
peperangan Uhud sehingga bersentuhan di antara bahu dengan bahu bagi
mewujudkan suatu benteng yang teguh dan kuat dalam menahan serangan
musuh.Dalam tafsir ini juga terdapat beberapa corak filsafi contohnya, beliau
mendatangkan pendapat Fakhrur Razi tentang rububiyyah.
Tafsir At-Tibyan juga terdapat corak fiqhiyyah. Tuan Guru Abdul Hadi
Awang telah mendatangkan beberapa kaedah fiqh di dalam Tafsir At-Tibyan ini.
contohnya, menerangkan wajibnya menyertai jemaah Islamiyyah menurut fiqh
yaitu:
ِ ِِ ِ ما ََل يتِم الو ِاج
ٌ ب اََّلبو فَ ُه َو َواج
ب ُ َ َُ َ
“Sesuatu yang tidak sempurna yang wajib melainkan dengannya maka ianya
juga menjadi wajib”3
Corak-corak yang dikeluarkan ini adalah corak-corak tafsir yang terdapat
pada Surah As-Shaff dalam tafsir Al-Misbah dan tafsir At-Tibyan. Khususnya
ayat 2-4 yaitu ayat-ayat yang berkaitan dengan persatuan umat Islam.
3
Muhammad Bin Husaini Bin Hasan Al-Jizani, Mu‟allim Ushul Fiqh (Arab Saudi: Dar
Ibn Al-Jauzi, 1996) 303
53
4
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
54
sebelum jihad diwajibkan. Dalam perbualan itu, mereka berkata: Kalaulah Allah
mewajibkan kepada kita berjihad nescaya kita akan menunaikan kewajiban itu dan
akan membuktikan bahwa kita taat dan menunaikan perintah-Nya dengan penuh
pengorbanan.
Namun janji yang ditaburkan mereka itu tidak ditepati setelah jihad
diwajibkan karena lemah imannya dan merasa berat untuk mengorbankan nyawa
dan harta benda mereka. Tuan guru Abdul Hadi Awang kemudian mengulang
semula ayat ini dengan menegaskan begitulah keadaan sebahagian daripada
golongan yang beriman, mereka bercakap besar tetapi kerja dan pengorbanan
mereka itu tidak seperti apa yang mereka cakapakan itu.
Seterusnya ayat 4 yang diletakkan dalam tema kedua yaitu tema wajib
berada dalam jemaah Islamiyyah. Dalam tema ini beliau hanya menafsirkan ayat 4
saja dan merupakan penafsiran yang paling panjang berbanding tafsirannya pada
ayat yang lain dalam Surah As-Shaff ini. Ayat 4 Surah As-Shaff, Firman Allah:
“Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berperang untuk membela
agamaNya, Dalam barisan yang teratur rapi, seolah-olah mereka sebuah
bangunan yang tersusun kukuh.”(QS. As-Shaff : 4)5
Menurut Tuan guru Abdul Hadi Awang, ialah berbaris dengan teratur
sebagaimana saf yang dibuat ketika mahu mengerjakan mengerjakan solat dan
mengaitkan dengan perintah Rasulullah menyusun saf tentera Islam dalam
peperangan Uhud sehingga bersentuhan di antara bahu dengan bahu bagi
mewujudkan suatu benteng yang teguh dan kuat dalam menahan serangan musuh.
Contoh yang didatangkan beliau ini merupakan contoh dalam peperangan tetapi,
perintah Rasulullah ini juga merangkumi dalam segala aspek kehidupan umat
Islam sama ada dalam akidah, manhaj, dakwah, jihad dan berpegang teguh kepada
Al-Quran dan As-Sunnah.
Kisah umat Islam menentang tentera Rom juga turut dikaitkan dalam ayat
ini, di mana Khalid Al-Walid menyusun tentera Islam membentuk seerkor burung
5
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
55
yang terdiri daripada pasukan kepala, pasukan tengah, pasukan sayap kanan,
pasukan sayap kiri, pasukan betis dan pasukan kaki. Menurut beliau, umat Islam
hendaklah mempunyai susunan yang baik ketika menghadapi musuh serta
mempunyai strategi dan taktik yang baik. Selain itu peristiwa perang Uhud juga
perlu di ambil iktibar oleh umat Islam. Di mana ketika itu Rasulullah
mengarahkan pasukan pemanah mengawal kawasan bukit yang sangat penting,
namun mereka mengingkari perintah Rasulullah ketika mana Islam hampir
mencapai kemenangan disebabkan oleh harta benda. Mereka lebih mementingkan
harta dunia dan mengabaikan persatuan dan perintah Nabi. Disebabkan tindakan
mereka itu, seramai 70 orang sahabat syahid, ramai yang cedera dan Rasulullah
patah gigi dan berdarah pipinya. Lalu orang yang beriman bertanya: Mengapa
boleh jadi begini?. Allah menjawab pertanyaan mereka. “Puncanya ialah daripada
kamu sendiri.
Begitu juga dapat dilihat pada zaman ini, Umat Islam selalu dikalahkan oleh
orang musyrik, malah ada yang berani menghina agama Islam tetapi umat Islam
tidak berani melawan kerana mereka sendiri merasakan tidak kuat untuk melawan
musuh-musuh Allah ini. hal ini terjadi karena tiadanya persatuan yang jitu di
antara umat Islam.
Tuan Guru Abdul Haji Awang menyatakan bahwa sebuah bangunan yang
teguh itu disusun daripada batu-bata kecil dan pasir-pasir halus yang diikat
dengan simen menjadikannya saling sokong-menyokong di antara satu sama lain.
Dan ini merupakan perbandingan orang-orang yang beriman di antara sesama
mereka yaitu umat Islam hendaklah mempunyai penyusunan yang rapi dan teguh
sebagaimana teguhnya sebuah bangunan yang telah siap didirikan.
Tambahnya lagi, umat Islam wajib berada di dalam persatuan Islam dan saf
yang tersusun rapi seperti mana sabda Nabi:
ِ َّاصيةَ والن
احيَةَ فَ َّاَيكم ِ َّ ب الغَنَِم َي ُخ ُذ
َ َ الشا َة ال َق
ِ ِ
ُ ْاَلنسان َكذئ َ ب ِ
ُ ْالشْيطَا َن ذئ َّ اِ َّن
الع َام ِة َوال ْس ِج ِد
َ اع ِة َو
َ الشعاب َو َعلَْي ُك ْم َِب ْلَ َم
َ َو
َ
“Sesungguhnya syaitan itu serigala kepada manusia seperti serigala kambing
juga. Ia menangkap mana-mana yang jauh dan terpencil. Maka janganlah kamu
memencilkan diri dan hendaklah kamu berjemaah dan mencampuri orang
ramai serta menghadiri masjid”
Beliau juga turut memasukkan kaedah fiqh yang menerangkan wajibnya
menyertai jemaah Islamiyyah yaitu:
ِ ِِ ِ ما ََل يتِم الوا ِج
ٌ ب اََّلبو فَ ُه َو َواج
ب ُ َ َُ َ
“Sesuatu yang tidak sempurna yang wajib melainkan dengannya maka ianya
juga menjadi wajib” 6
Tuan Guru Abdul Hadi Awang menjelaskan bahwa persatuan Islam yang
dimaksudkan dalam ayat ini mempunyai matlamat, ciri-ciri, sifat, tujuan, dan
usaha-usaha yang perlu dilakukan oleh umat Islam. Beliau membahagikan
matlamat kepada dua yaitu matlamat khusus dan matlamat umum. Matlamat
khusus ialah:
Matlamat khusus ini merupakan matlamat utama yang hendak dicapai dalam
persatuan umat Islam.Setiap matlamat adalah untuk menjadikan persatuan itu
lebih baik dan memberikan motivasi kepada umat Islam. Sementara matlamat
umum ialah:
6
Muhammad Bin Husaini Bin Hasan Al-Jizani, Mu’allim Ushul Fiqh (Arab Saudi: Dar Ibn
Al-Jauzi, 1996) 303
57
Dalam membentuk persatuan umat Islam yang kuat, umat Islam itu sendiri
perlu mempunyai dan membentuk sifat-sifat mahmudah agar persatuan itu lebih
jitu. Di antara sifat yang perlu ada dalam diri seseorang itu:
e. Berkasih sayang hanya karena Allah dan membenci juga hanya karena
Allah
f. Saling ingat mengingati di antara satu sama lain.
g. Mempunyai budi pekerti yang mulia seperti mana budi pekerti Nabi
Muhammad.
h. Bergembira apabila melakukan kebaikan dan perkara yang dituntut agama
serta berduka cita apabila melakukan kejahatan dan maksiat. Hal ini
karena ia menunjukkan hati orang-orang yang beriman.
i. Persatuan umat Islam haruslah mempunyai satu tujuan agar persatuan itu
tidak menjadi persatuan yang semu dan hanya berada di atas nama
persatuan saja. Apabila mempunyai tujuan, persatuan umat Islam akan
menjadi lebih kukuh karena umat Islam akan lebih bersemangat
memperjuangkannya. Menurut Tuan guru Abdul Hadi Awang persatuan
umat Islam haris mempunyai tujuan yaitu:
Tanpa usaha juga persatuan umat Islam ini tidak dapat diwujudkan. Dimana
terdapat usaha-usaha yang perlu umat Islam lakukan dalam mewujudkan
persatuan umat Islam dalam satu negara dan seluruh dunia. Usaha-usaha yang
perlu dilakukan menurut Tuan guru Abdul Hadi Awang adalah:
a. Menyeru kepada seluruh umat manusia dan umat Islam kepada syariat
Islam melalui dakwah sevcara lisan, tulisan dan amalan.
b. Memperjuangkan Islam sebagai aqidah dan syariat serta menerapkannya
dalam setiap aspek kehidupan sama ada dalam kehidupan seharian,
pemeritahan politik, ekonomi, pendidikan dan sosial.
c. Memupuk dan memperkuat ukhwah Islamiyah di kalangan umat Islam
untuk menyuburkan perpaduan umat Islam.
59
“Dan hendaklah kamu bertolong-tolong untuk berbuat kebajikan dan
janganlah kamu bertolong-tolongan untuk melakukan dosa.”(QS. Al-Maidah :
2)7
Walaupun umat Islam itu saling berbeda pendapat, bangsa, suku, kaum dan
negara, tetapi semuanya menyembah Allah Tuhan yang satu dan mengakui bahwa
Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah dan rasul-Nya. Oleh itu, dengan satu
aqidah itu lah, semua umat Islam harus dan wajib bersatu membentuk satu
persatuan. Saling menyayangi antara satu sama lain seperti saudara walaupun di
antara mereka tiada pertalian darah maupun keluarga.
2. Analisa tafsir Al-Misbah tentang persatuan umat Islam dalam Surah As-
Shaff
Mengenai ayat yang berkaitan persatuan umat Islam ini, dapat dilihat M.
Quraish shihab menggabungkan penafsirannya, yaitu dengan menafsirkan ayat 2-
4. Hal ini karena ayat ini saling berkait di antara satu sama lain, dimana ayat 2-3
mengenai orang munafik dan ayat 4 tentang persatuan umat Islam. Firman Allah:
7
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
60
9
M. Quraish Shihab, Al-Qur'an & Maknanya: Terjemahan Makna (Jakarta: Lentera Hati,
2010) 42
62
Tidak sekadar menghasut dan memecah belakan umat Islam, Abdullah Bin
Ubay juga sanggup fitnah Siti Aisyah Binti Abu Bakar yaitu isteri kepada Nabi
Muhammad dan puteri kepada Abu Bakar. Fitnah itu menyebar ke seluruh
Madinah sehingga ada yangempercayai akan fitnah tersebut. Namun Allah Maha
10
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
63
Mengetahui akan segala yang terjadi. Allah telah membela Aisyah dengan
menurunkan ayat Al-Quran. Firman Allah :
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita yang amat dusta itu ialah
segolongan dari kalangan kamu; janganlah kamu menyangka (berita yang
dusta) itu buruk bagi kamu, bahkan ia baik bagi kamu. tiap-tiap seorang di
antara mereka akan beroleh hukuman sepadan dengan kesalahan yang
dilakukannya itu, dan orang yang mengambil bahagian besar dalam
menyiarkannya di antara mereka, akan beroleh seksa yang besar (di dunia dan
di akhirat). Sepatutnya semasa kamu mendengar tuduhan itu, orang-orang yang
beriman - lelaki dan perempuan, menaruh baik sangka kepada diri (orang-
orang) mereka sendiri. dan berkata: "Ini ialah tuduhan dusta yang nyata".
Sepatutnya mereka (yang menuduh) membawa empat orang saksi
membuktikan tuduhan itu. oleh kerana mereka tidak mendatangkan empat
orang saksi, maka mereka itu pada sisi hukum Allah, adalah orang-orang yang
64
dusta. Dan kalaulah tidak kerana adanya limpah kurnia Allah dan rahmatNya
kepada kamu di dunia dan di akhirat, tentulah kamu dikenakan azab seksa yang
besar disebabkan kamu turut campur dalam berita palsu itu;. Iaitu semasa kamu
bertanya atau menceritakan berita dusta itu dengan lidah kamu, dan
memperkatakan dengan mulut kamu akan sesuatu yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan yang sah mengenainya; dan kamu pula menyangkanya perkara
kecil, pada hal ia pada sisi hukum Allah adalah perkara yang besar dosanya.
Dan sepatutnya semasa kamu mendengarnya, kamu segera berkata: "Tidaklah
layak bagi kami memperkatakan hal ini! Maha suci Engkau (Ya Allah dari
mencemarkan nama baik ahli rumah Rasulullah)! ini adalah satu dusta besar
yang mengejutkan". Allah memberi pengajaran kepada kamu, supaya kamu
tidak mengulangi perbuatan yang sedemikian ini selama-lamanya, jika betul
kamu orang-orang yang beriman. Dan Allah menjelaskan kepada kamu ayat-
ayat keterangan (hukum-hukumNya); kerana Allah Maha Mengetahui, lagi
Maha Bijaksana. Sesungguhnya orang-orang yang suka terhebah tuduhan-
tuduhan yang buruk dalam kalangan orang-orang yang beriman, mereka akan
beroleh azab seksa yang tidak terperi sakitnya di dunia dan di akhirat; dan
(ingatlah) Allah mengetahui (segala perkara) sedang kamu tidak mengetahui
(yang demikian). Dan kalaulah tidak kerana adanya limpah kurnia Allah dan
rahmatNya kepada kamu, dan juga (kalaulah tidak karena) bahwa Allah amat
melimpah belas kasihanNya, (tentulah kamu akan ditimpa azab dengan serta-
merta). (QS. An.Nur : 11-20)11
Kemudian, kata ( )صفاbarisan disini, M. Quraish Shihab menafsirkannnya
dengan menyatakan bahwa ia adalah sekelompok dari sekian banyak anggotanya
yang sejenis dan kompak serta berada dalam satu wadah yang kukuh lagi teratur.
Selagi mana manusia-manusia itu bersyahadat bahwa tiada tuhan melainkan Allah
dan Nabi Muhammad rasul-Nya, maka mereka itu adalah dalam satu kelompok
yang sejenis, maka hendaklah mereka berada di dalam satu wadah yaitu persatuan
umat Islam walaupun mereka saling berbeda. Seperti mana K.H. Hasyim Asy‟ari
yang berjasa dalam menyatukan organisasi-organisasi Islam dalam satu wadah
yang membentuk persatuan umat Islam ketika mengahadapi Belanda yang
mempunyai taktik “pecah belah dan kuasai” (devide et impera)12. Begitu juga
misalnya kepada umat Islam di seantera dunia, meskipun berbeda negara, suku,
dan bangsa namun apabila semuanya bersatu, umat Islam akan dapat
mengalahkan musuh-musuh Islam.
11
Ibid
12
Lathiful Khuluk, Fajar Kebangunan Ulama ; Biografi KH. Hasyim Asy'ari
(Yogyakarta: LkiS, 2000) 162
65
13
Mohamad Faisol Keling dan Mohamad Fuad Othman, Pengajian strategi ilmu sebagai
disiplin (Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors, 2006) 31
66
14
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya
Departemen Agama RI,(Bandung: CV Diponegoro, 2005)
15
M. Lili Nur Aulia, Majalah Relung Tarbiyah Edisi 4: Air Mata Murabbi(Indonesia:
Ardi Pustaka, 2016), kata pembuka, 3
67
dan ada kalanya menafsirkan 2 hingga 3 ayat dalam satu penafsiran. Namun,
beliau tidak menetapkan tema atau judul bagi ayat-ayat tersebut.
Walaupun kedua mufassir ini secara dominan menggunakan adabi ijtima‟i,
namun terdapat sedikit perbedaan di dalamnya. Hal ini karena jika dilihat M.
Quraish shihab lebih menekankan corak adabi yaitu penafsiran yang menekankan
bahasa, berbeda dengan Tuan Guru Abdul Hadi Awang, di mana beliau, tidak
terlalu ditekankan corak adabi ini seperti mana Tafsir Al-Misbah. Tambahan pula
Tuan guru Abdul Hadi Awang banyak mengaitkan perihal politik di dalam tafsir
beliau.
BAB IIV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persatuan umat Islam adalah saling memperhatikan dalam artian saling
memahami, saling mengerti, saling membantu, dan saling membela.
Persatuan yang dikehendaki dalam agama Islam adalah persatuan dalam
akidah, manhaj, dakwah, jihad dan berpegang teguh kepada Al-Quran
dan sunnah menurut pemahaman salafus shalih. Persatuan umat Islam
bukan sekedar persatuan badan atau perkumpulan, tetapi lebih ditekankan
kepada persatuan hati dalam berakidah, jihad, dan menjalani hidup ini
sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
2. Metode penafsiran Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan tentang
persatuan umat Islam dalam surah As-Shaff adalah metode tahlili dan
maudhu‟i. Tetapi tafsir Al-Misbah lebih menggunakan metode tahlili di
dalam penafsirannya sementara Tafsir At-Tibyan karangan Tuan Guru
Abdul Hadi Awang lebih menggunakan metode maudhu‟i yaitu lebih
kepada penafsiran yang berbentuk tema.
3. Persamaan dan perbedaan Tafsir Al-Misbah dan Tafsir At-Tibyan
tentang persatuan umat Islam dalam surah As-Shaff adalah Tafsir Al-
Misbah dan Tafsir At-Tibyan menafsirkan ( )صفاbarisan di dalam ayat 4
ini dengan erti barisan umat Islam yang teratur dan rapi yang seperti
sebuah bangunan yang kukuh. Perbedaan kedua tafsir ini adalah M.
Quraish Shihab telah menekankan tentang sifat-sifat orang-orang
munafik dan bahaya orang munafik ini di dalam penafsirannya agar umat
Islam tidak menjadi seperti orang-orang munafik. Sementara Tuan Guru
Hj Abdul lebih Hadi Awang menekankan pembentukan persatuan umat
Islam.
69
70
B. Saran
A. Karya Ilmiah
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan
Terjemahannya Departemen Agama RI,Bandung: CV Diponegoro, 2005,
Shihab, Muhammad Quraisy, Tafsir Al-Misbah, Indonesia: Lentera hati, 2011
Awang , Abdul Hadi, Tafsir At Tibyan Surah As-Shaff, Malaysia: Jundi
Resources, 2017
Awang, Abdul Hadi, Tafsir At Tibyan Tafsir Surah Yassin, Kuala Lumpur: Galeri
Buku Harakah, 2013
Ar-Rifa‟i, Muhammad Nasib, Ringkasan Ibnu kathir ,Riyadh: Maktabah Ma‟rif,
1989
Al-Albani, Syaikh M. Nashiruddin, Mukhtasar Shahih Muslim, Shahih: Jakarta,
2016.
Al-Farmawi, Abdul Hayy, AlBidayah Fi Al-Tafsir Al-Maudhu‟i Mesir: Dirasat
Mahajiyah Maudhu‟iyyah, 1997
Al-Jizani, Muhammad Bin Husaini Bin Hasan, Mu‟allim Ushul Fiqh, Arab Saudi:
Dar Ibn Al-Jauzi, 1996
Andalusia, Abu Abdul Haq Bin Abdurrahman Bin Tamam Bin Athiyyah, Al-
Muharrar Al-Wajiz Fi TafsirAl-Kitab Al-„Aziz Tafsir Ibnu Athiyah,
Bairut : Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1422 H
As-Suyuthi, Jalaluddin, Sebab Turunnya Ayat Al-Quran, Jakarta : Gema Insani,
2014
Aulia, M. Lili Nur, Majalah Relung Tarbiyah Edisi 4: Air Mata Murabbi,
Indonesia: Ardi Pustaka, 2016
Awang, Abdul Hadi, At-Tibyan Dalam Menafsirkan Al-Quran Surah Al-Hujrat
bilik-bilik, Bandar Baru Bangi: As-Syabab Media, 2002
Bagir, Haidar, Satu Islam sebuah dilema Mengembangkan Sistem Kerjasama
Umat Islam :Dawam Rahardjo, Indonesia :Mizan
Bahri, Ahmad Syaiful, Kontekstuaitas Konsep Basyir dan Nadzir Dalam Al-
Quran, Skripsi ,IAIN Walisongo, Semarang, 2010
Basalamah, Yahya S., Persoalan Umat Islam Sekarang, Jakarta: Gema Insani
Press, 1996
Club, Indonesia Writing, Surat untuk kaki langit Palestina ,Indonesia: Anara
Publishing House, 2018
Dui, Zahid Bin Mat, Karekteristik Tafsir Kontemporer Di Malaysia, Studi Tafsir
At-Tibyan Karya Tuan Guru Haji Hadi Awang,Lampung:Universitas
Agama Islam Negeri UIN Raden Intan Lampung, 2017.
Ghani, Mohd Fadli, Mutiara Dua Tok Guru Membangun Ummah : Dato‟ Haji Nik
Abdul Aziz Bin Nik Mat, Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Bin Awang, Kuala
Lumpur, Nufair Street SDN. BHD, 2009
Gusian, Islah, Khazanah Tafsir Indonesia ; Dari Hermeneutika hingga Ideologi
Indonesia: LkiS Yogyakarta,2013
Hussin, Haziyah , Sumbangan Tuan Guru Dato‟ Seri Haji Abdul Hadi Awang
dalam peradaban tafsir di malaysia, Malaysia,Universiti Kebangsaan
Malaysia,2017.
71
72
Ibnu Taimiyyah, Syaikhul Islam, Majmu‟ Fatawa, Saudi: Majmu‟ Malik Fahad
Litoba‟ah Mashaf Syarif, 2004
Iqbal, Muhammad dan Amin Husein, Pemikiran politik islam, Jakarta: Kencana,
2010
Khuluk, Lathiful, Fajar Kebangunan Ulama ; Biografi KH. Hasyim Asy'ari
Yogyakarta: LkiS, 2000
Maela, Dede, Konsep Persatuan dalam Organisasi Persatuan Ummat Islam :
Studi Terhadap Organisasi Persatuan Ummat Islam Jawa Barat, Bandung
: UIN Sunan Gunung Djati,2014
Masburiyah, Ilmu Kalam, Jakarta: Gaung Persada Press, 2013
Mohamad Faisol Keling dan Mohamad Fuad Othman, Pengajian strategi ilmu
sebagai disiplin, Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors,
2006
Muhammad, Syekh Omar Bakri, Ahlus-Sunnah Wal Jamaah: Kemiman, Sifat dan
Kualitasnya, Jakarta: Gema Insani, 2005
Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan Edisi Ke-4 ,Indonesia, Kencana,2010.
Nor, Riduan Muhammad, Abdul Hadi Awang : Murabbi, Ideologi, Pemimpin
Kuala Lumpur: Jundi Resources, 2009
Nurudin, Kajian Tafsir Kontemporer di Indonesia : Studi Terhadap
Pemikiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, Banda Aceh,
DIPA UIN Ar- Raniry Darussalam,2014.
Peran, Mohd Jainudin Hj , “Konsep Jihad Menurut Surah As-Shaff”, Skripsi
Banda Aceh: DIPA UIN Ar- Raniry Darussalam,2017.
QultumMedia, Redaksi, 40 Hadis Pilihan Imam Nawawi, Jakarta:
QultumMedia, 2018
Saifuddin dan Wardani, Tafsir Nusantara, Yogyakarta: LkiS, 2017
Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta : AMZAH, 2014
Sanaky, Hujair, “Metode Tafsir, Perkembangn Metode Tafsir Mengikuti Warna
atau Corak Mufassirin”. Al-Mawarid : 2008.
Sasono, Adi et.al, Solusi Islam Atas Problematika Umat Ekonomi,Pendidikan,
dan Dakwah,Jakarta: Gema Insani Press,1998
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Quran Fungsi dan peran Wahyu dalam
kehidupan Masyarakat, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009
Sulistyoningsih, Pesan-Pesan Ukhwah Islamiyah dalam Novel 99 Cahaya di
Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Al-Mahendra
Yogyakarta: UIN Suna Kalijaga, 2015
Tobroni, Membincangkan pemikiran pendidikan islam. Jakarta : Prenadamedia,
2018
Waskito, Abu Muhammad, Mendamaikan Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Jakarta:
Pustaka Al-Kauthar,2012
73
B. Website
Ad-Duwaisy, Syaikh Muhammad Bin Abdullah, Pentingnya Meyatukan Barisan,
https://www.alislamu.com/484/pentingnya-menyatukan-barisan/, 2 Mei
2005, diakses pada 19 Juni 2018
Al-Atsari, Abu Salma Muhammad Bin Burhan Bin Yusuf, Awali Persatuan Umat
Islam Dengan Meluruskan Shaff, 13 Jun 2009,
https://abusalma.net/2009/06/13/awali-persatuan-umat-islam-dengan-
meluruskan-shaf-2/,diakses pada 20 Juni 2018
Al-Atsari, Syaikh Ali Bin Hasan Al-Halabi, Persatuan dalam Islam,
https://almanhaj.or.id/2651- persatuan-dalam-islam.html, diakses pada
20 Juni 2018
Blog, Rakyat Laatahzan, Biodata Tok Guru Presiden
http://rakyatlaatahzan.blogspot.com/p/biodata-tok-guru.html diakses pada
25 Ogos 2018
Johari, Muhammad Arifin, Studi Tafsir (M. Quraisy Shihab Dan Tafsir Al-
Misbah http://studitafsir.blogspot.com/2012/11/quraish- shihab-dan-
tafsir-al-mishbah.html diakses pada 2 Disember 2018
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab, diakses
pada 1 Disember 2018
KURIKULUM VITAE
Informasi Diri
Hanisah Zafirah Binti Fouzelah dilahirkan di Hospital Besar Melaka di
Melaka, Malaysia pada 8 maret 1995. Putri dari Fouzelah Bin Mohamad Sani dan
Norisah Binti Mohamad dan merupakan anak sulung daripada 7 adik-beradik.
Riwayat Pendidikan
Hanisah Zafirah memperoleh Sijil Diploma 3 dari Kolej Islam As-Sofa
pada 2016, Sijil Tinggi Agama Malaysia (STAM) diperoleh pada 2013, Sijil
Pendidikan Malaysia (SPM) pada 2012, Sijil Menengah Agama (SMA) pada
2011, Sijil Menengah Rendah Agama (SMRA) pada 2009 dan memperoleh ijazah
Ujian Pendidikan Sekolah Rendah (UPSR) pada 2007.
74