Anda di halaman 1dari 39

ADAB BERPAKAIAN BAGI WANITA MENURUT ISLAM

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Mengikuti Ujian Akhir Pada Jenjang Madrasah Aliyah
Pesantren Persatuan Islam 106 Al-Falaah Kopo

Oleh :

Khairunnisa Rahma Aulia


NISN : 3046790738

BANDUNG

1444 H/2023 M
ADAB BERPAKAIAN BAGI WANITA MENURUT ISLAM

Oleh :

Khairunnisa Rahma Aulia


NISN : 3046790738

MADRASAH ALIYAH
PESANTREN PERSATUAN ISLAM 106 AL-FALAAH KOPO
KUTAWARINGIN KAB.BANDUNG

BANDUNG
1444 H/2023 M
LEMBAR PERSETUJUAN

ADAB BERPAKAIAN BAGI WANITA MENURUT ISLAM

Oleh:

Khairunnisa Rahma Aulia

NISN : 3046790738

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Husni Rofiqah, M.Ag Helmi, S.Ag

NUPTK. NUPTK.

Mengetahui,

Kepala Madrasah, Kesiswaan,

Koswara, S.Pd Ilyas Rahman Ghani, S,Pd.I

NUPTK. NUPTK.
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Adab Berpakaian Wanita menurut Islam telah

dipertanggungjawabkan dalam sidang Karya Tulis Ilmiah Madrasah Aliyah

Pesantren Persatuan Islam 106 Al-Falaah Kopo, pada tanggal....................... 2023

Karya Tulis Ilmaih ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti

ujian akhir di Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam 106 Al-Falaah Kopo

Bandung,................. 2023

Sidang Karya Tulis Ilmiah

Ketua, Sekretaris,

Helmi, S.Ag Ilyas Rahman Ghani, S.Pd.I

NUPTK. NUPTK.

Penguji I, Penguji II,

Helmi, S.Ag Novi Nuryanti Fajriah, S.Pd

NUPTK. NUPTK.

Mengetahui,

Kepala Madrasah, Kesiswaan,

Koswara, S.Pd Ilyas Rahman Ghani S.Pd.I

NUPTK. NUPTK.
RIWAYAT HIDUP

Sebagai pelengkap dari Karya Tulis Ilmiah ini, akan dipaparkan tentang

Riwayat Hidup penulis dengan data sebagai berikut :

1. Nama Lengkap Penulis : Khairunnisa Rahma Aulia

2. Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 15 Juli 2004

3. Alamat : Kp. Bunisari Rt.01 Rw.04 Ds. Padasuka

Kec. Kutawaringin Kab. Bandung

4. Riwayat Pendidikan

a. RA106 Al-Falaah kopo

b. MI 106 Al-Falaah kopo

c. MTS106 Al-Falaah kopo

d. MA106 Al-Falaah Kopo

5. Nama Orang Tua

a. Ayah : Jaenudin

b. Ibu : Asih Kurniasih

Dalam penyelesaian tugas akhir, penulis melakukan penelitian Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Adab Berpakaian Wanita Menurut Islam” dibawah

bimbingan Ustadzah Husni Raofiqah, M.Ag dan Ustadz Helmi, S.Ag


KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberikan

saya kemudahan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul

“ADAB BERPAKAIAN BAGI WANITA MENURUT ISLAM”. Dapat di

sesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan tanpa adanya berkat dan rahmat

Alloh Swt tidak mungkin rasanya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

dengan baik dan tepat waktunya.

Dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti ujian

akhir ditingkat mu’allimin Pesantren Persatuan Islam 106 Al-Falaah Kopo, yakni

pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah. Maka dengan rasa hormat, penulis telah

menyelesaikan tugas ini dengan proses yang sangat panjang dan banyak sekali

berbagai hambatan serta kesulitan yang dialami. Namun, karena adanya binaan

bantuan, kerjasama, dan dorongan dari berbagai pihak yang ikut meluangkan

waktu, tenaga serta pikirannya, akhirnya semua hal tersebut bisa diatasi oleh diri

saya dan dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya teriring do’a Jazakumullah Khairan Katsiran kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan serta bimbingannya sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Ustadz Dadang Wahyu, S.Pd, selaku Mudir ‘ Am Pesantren Persatuan

Isalam 106 Al-Falaah Kopo yang telah memberikan dukungan serta

dorongan kepada penulis


2. Ustadz Koswara, S.Pd, selaku Mudir Pesantren Persatuan Islam 106

Al-Falaah Kopo yang telah memberikan fasilitas, dukungan, serta

dorongan kepada penulis

3. Ustadz Ilyas Rahman Ghani. S.PdI, selaku Wali Kelas XII-A yang

telah memberikan nasehat serta memberikan dukungan dan dorongan

kepada penulis serta kepada seluruh santri kelas XII-A untuk tetap

bersemangat dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini

4. Ustadzah Husni Rofiqoh, M.Ag, selaku guru pembimbing I dan Ustadz

Helmi, S.Ag, selaku guru pembimbing II yang telah begitu banyak

meluangkan waktu guna memberikan arahan serta bimbingannya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan baik

5. Asatidz dan Asatidzah Mu’allimin Pesantren Persatuan Islam 106 Al-

Falaah Kopo yang telah memberikan Ilmu serta motivasinya kepada

penulis dan kepada seluruh santri

6. Kedua Orang Tua saya, Bapak Jaenudin dan Ibu Asih Kurniasih yang

selalu menguatkan dengan sepenuh hati, dan selalu mendo’akan agar

terus berada dalam jalan-Nya dan menjadi orang yang sukses. Semoga

mereka selalu berada dalam lindungan Allah SWT dan mendapatkan

keberkahan dalam setiap langkahnhya

7. Ketiga Kakak saya, Iwan Setiawan, Yulianti dan Indra Permana yang

selalu memberikan dorongan agar secepatnya menyelesaikan karya

tulis ini
8. Teman-teman seperjuangan kelas XII-A terutama teman-teman dekat

saya yang telah mendengarkan keluh kesah serta memberikan

dukungan dan saran dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah

9. Teman-teman angkatan 14 yang akan lulus ditahun ini dan adik kelas

yang memberikan dorongan untuk penulis menjadi manusia yang lebih

baik

10. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah

membantu dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini. Mudah-

mudahan seluruh amal baik kalian semua mendapat balasan dari Allah

Swt. Amiin

11. Terakhir kepada diri sendiri, yang telah kuat serta berusaha dalam

mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini dan berusaha melawan kemalasan

untuk mengerjakannya meskipun banyak sekali rintangan dan

hambatannya dan Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan baik

Tiada kata yang dapat melukiskan rasa syukur dan terima kasih kepada

semua yang telah memberikan motivasi-motivasi, sehingga penulisan karya tulis

ini selesai. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini sangat banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Akhir kata hanya kepada Alloh kita

berserah diri, karena sesuatu tidak akan terjadi jika bukan kehendak-Nya.

Bandung, 20 februari 2023


Khairunnisa Rahma Aulia

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Metode Penelitian

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Pengertian Adab

1. Pengertian Adab Secara Bahasa

2. Adab Menurut Para Ahli

3. Adab Secara Keseluruhan

B. Pengertian Pakaian

1. Pengertian Pakaian

2. Syarat-syarat Pakaian
C. Pengertian Aurat Wanita

1. Pengertian Aurat

2. Batasan Aurat dalam Islam

BAB III : PEMBAHASAN

A. ADAB BERPAKAIAN WANITA MENURUT ISLAM

1. Pengertian Adab Berpakaian

2. Cara Berpakaian Bagi Wanita Menurut Islam

3. Dampak Jika Tidak Memenuhi Adab berpakaian

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pandangan Islam memerintahkan wanita-wanita muslim untuk berpakaian

muslimah yang membedakan orang-orang muslim dengan non muslim. Islam

memberikan ketetapan begitu jelas dalam Al-qur`an sebagai panduan bagi

seluruh kaum muslimin dalam berpakaian. Namun, dalam kenyataannya

sekarang ini banyak sekali jenis pakaian muslimah tidak sesuai dengan apa

yang digambarkan dalam Alqur`an.

Berpakaian muslim selain menjadi sarana untuk menjaga dari nafsu

syahwat juga memberikan pengaruh dalam persepsi sosial dan tingkah laku

seseorang untuk tetap berusaha berada dalam aturan Islam. Islam mewajibkan

seorang muslimah yang telah baligh untuk menutup aurat. Batasan aurat bagi

wanita dan laki-laki berbeda. Bagi laki-laki muslim hanya cukup menutupi

bagian tubuhnya sebatas lutut dan pusat (perut), sedangkan bagi wanita

muslimah seluruh bagian tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Perintah

ini bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat wanita agar tetap terlindungi

dan terpandang sebagai wanita baik-baik.

Pada era yang mengedepankan Kapitalisme, Liberalisme dan Sekularisme

saat ini, jati diri pada wanita semakin hilang, mereka semakin jauh dari
tuntunan Syariat dan merasa bangga jika mengikuti tren yang diperkenalkan

oleh orang-orang yang keluar dari tuntunan yang dianjurkan oleh islam.

Oleh karena itu melihat perkembangan zaman yang sudah modern, para

wanita muslimah tidak menyadari bahwa kebanggaan mereka telah mengikuti

style yang dibawa oleh orang-orang yang dianggap modern justru telah

menjerumuskan mereka kedalam kemungkaran yang nyata. Mereka lupa

bahwa mengumbar aurat akan menghilangkan “misteri” yang seharusnya

menjadi perhiasan yang menjadi daya tarik wanita di mata laki-laki.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi dan informasi

yang begitu pesat, berdampak besar terhadap kemaksiatan yang diakibatkan

oleh hilangnya rasa malu wanita, sehingga dengan mudah mengumbar aurat

yang dianggap sebagai sesuatu yang modern. Menutup aurat bukan hanya

sekedar kewajiban belaka, akan tetapi lebih menyadari akan tujuan dan

manfaat dari menutup aurat itu sendiri.

Dengan adanya permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

“Adab Berpakaian bagi Wanita Menurut Islam’’.

Metode kepustakaan (Library research) adalah teknik pengumpulan data

dengan mengedakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,

catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah

yang di pecahkan. “(Nazir,1988:111)”


B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu adab berpakaian?

2. Bagaimana cara berpakaian bagi wanita menurut Islam?

3. Bagaimana dampak jika tidak memenuhi adab berpakaian menurut Islam?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Apa itu adab berpakaian?

2. Bagaimana cara berpakaian bagi wanita menurut Islam?

3. Bagaimana dampak jika tidak memenuhi adab berpakaian menurut Islam?


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengerti Adab

1. Pengertian Adab Secara Bahasa

Menurut al-Attas, secara etimologi (bahasa); adab berasal dari

bahasa Arab yaitu addaba-yu'addibu-ta'dib yang telah diterjemahkan oleh

al-Attas sebagai `mendidik` atau `pendidikan` (Al-Attas:1996).

Dalam kamus Al-Munjid dan Al Kautsar, adab dikaitkan dengan

akhlak yang memiliki arti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat

sesuai dengan nilai-nilai agama islam. Sedangkan, dalam bahasa Yunani

adab disamakan dengan kata ethicos atau ethos, yang artinya kebiasaan,

perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos

kemudian berubah menjadi etika (Ma'ruf and Al-Habsyi n.d).

Menurut al-Attas, akar kata adab tersebut berdasarkan dalam

sebuah hadits Rasulullah saw yang secara jelas menggunakan Istilah adab

untuk menerangkan tentang didikan Alloh SWT yang telah diterima oleh

Rasulullah Saw.

Hadits tersebut adalah:"Addabani Rabbi fa Ahsana Ta'dibi" :

Tuhanku telah mendidikku maka pendidikanku itu adalah yang terbaik.


2. Adab Menurut Para Ahli

Ada berbagai pengertian yang diungkapkan para ahli, diantaranya:

a) Al-Jurjani

pendapat pertama dari Al-Jurjani adab yaitu suatu proses untuk memperoleh

ilmu pengetahuan yang dipelajari dengan tujuan untuk mencegah pelajar dari

berbuat atau bentuk-bentuk-kesalahan yang diperbuat nantinya.

b) Soegarda Poerbakawatja

Adab adalah budi pekerti, watak, kesusilaan, yaitu kelakuan baik yang

merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap

sesama manusia.

c) Hamzah Ya’qub

Adab adalah sebuah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,

antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan

batin. Ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan

buruk, Ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan

mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.

d) Ibn Muskawaih

Menurut Ibn Muskawaih adab adalah suatu keadaan yang melekat didalam

jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran

atau pertimbangan dalam kegiatan sehari-hari.


e) Ibrahim Anis Adab adalah suatu ilmu yang mana objeknya membahas nilai-

nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia.

3. Adab secara keseluruhan

Yaitu segala bentuk sikap, prilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan

nilai sopan santun, kehalusan kebaikan atau akhlak. Orang yang beradab selalu

menjadikan hidupnya dengan aturan atau tata cara. Adab adalah disiplin rohani

dan jasmani yang memungkinkan seseorang dan masyarakat mengenal dan

meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dengan benar dan wajar sehingga

menimbulkan harmonisan dan keadilan dalam diri, masyarakat dan

lingkungannya. Tidak ada bagian dari aktivitas kehidupannya terlepas dari tata

cara (adab) yang diikutinya.

pengertian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pengertian adab adalah bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang

mencerminkan nilai-nilai sopan santun, keramahan, kehalusan dalam

menjalani hidupnya serta mengenal Alloh dan melaksanakan Ibadah dan

lain-lainnya.

B. Pengertian Pakaian

1. Definisi Pakaian

Pakaian dalam bahasa arab disebut dengan istilah Libasun dan tsiyabin

dan pakaian didalam KBBI (Kamus besar Bahasa Indonesia) diartikan sebagai

barang yang apa saja bisa dipakai oleh seorang sebagai kebutuhan yang

tujuannya bersifat umum maupun khusus.


Al-Qur`an menggunakan tiga istilah yakni (libas, tsiyab dan sarabil)

kata libas yang digunakan Al-Qur`an adalah untuk pakaian lahir maupun

batin. Arti libas pada mulanya yaitu apapun yang ditutup. Fungsi tersebut

sangatlah jelas, yaitu sebagai alat penutup tubuh. Kata tsiyab mempunyai arti

kembali, yakni kembalinya sesuatu pada keadaan awal atau pada keadaan

yang seharusnya sesuai dengan ide pertamanya. Sedangkan kata sarabi

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan pakaian yakni apapun jenis

bahannya dengan fungsi dapat menangkal sengatan panas, dingin maupun

bahaya ketika dalam peperangan.

2. Pakaian Secara Umum

Pakaian adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

manusia, karena manusia adalah mahluk yang paling sempurna. Alloh

menciptakan laki-laki dan perempuan dengan bentuk fisik yang berbeda.

Keindahan tubuh yang terbuka dapat menarik siapa pun untuk melihatnya. Hal

ini tidak bisa dihindari, sebab secara naluriah manusia menyukai keindahan

dan mudah penasaran kepada sesuatu yang tidak biasa.

Pakaian mencerminkan sifat dasar manusia yang mempunyai rasa malu

sehingga manusia berusaha untuk menutupi badannya dengan pakaian. Jika

dahulu manusia mengenakan pakaian hanya untuk melindungi tubuh, kini

manusia tidak hanya memandang pakaian sebagai perlindung tubuh, tapi juga

melihatnya dari segi estetika dimana pakaian berfungsi untuk membuat

penampilan semakin menarik. Salah satu ciri peradaban manusia sebagai

makhluk terhormat dalam kehidupan, berbeda dengan makhluk lain seperti


hewan, bagi hewan pakaian tidaklah masalah (berpengaruh) dalam kehidupan

(KH.Ali Yafie,1994:250).

Sebagaimana Alloh Swt berfirman dalam Q.S Al-Araf:26

‫ٌۗر ِل ِم‬ ‫ِل‬ ‫ۗا ِل‬ ‫ِت‬ ‫ِل‬


‫َيا َبِن ٰاَدَم َقْد َاْنَز ْلَن ا َعَلْيُك ْم َباًس ا ُّيَو اِر ْي َس ْو ٰا ُك ْم َو ِر ْيًش َو َب اُس الَّتْق ٰو ى ٰذ َك َخْي ٰذ َك ْن‬

‫ٰاٰيِت‬

‫الّٰلِه َلَعَّلُه ْم َيَّذ َّك ُر ْو َن‬

“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk

menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah

yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-

mudahan mereka ingat.” (Q.S Al-A’raf:26)

C. Pengertian Aurat wanita

1. pengertian Aurat

Kata aurat merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa arab “’auroh”

berasal dari bentuk fi’il madhi lafadz “aaro”. Sedangkan menurut Mahtif Adnan

dalam bukunya Risalah Fiqih Wanita kata aurat berasal dari bahasa arab yang

artinya kurang, jelek atau malu. Sedangkan jika diartikan secara Syara’ aurat

adalah bagian tubuh yang tidak patut (pantas) untuk diperlihatkan kepada orang

lain (kecuali pada suaminya atau kepada hamba sahaya perempuan atau sewaktu

sendiri diruang tertutup). (Ahnan:2011).


Aurat seringkali disamakan dengan saw’ah yang memiliki arti sesuatu

yang buruk. Tetapi menurut Quraisy shihab penyamaan antara keduanya kuang

tepat, sebab kenyataannya tidak setiap yang buruk adalah aurat dan tidak setiap

aurat sesuatu yang buruk.

Ummu Syafa Suryani Arfah dalam bukunya menjelaskan bahwa aurat

yaitu bagian tubuh manusia yang dilarang untuk diperlihatkan, kecuali apa yang

diperbolehkan Allah dan Rasul-Nya atau juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang

jika ditampakkan akan menimbulkan aib (Ummu Syafa:2015). Dalam surat An-

Nur:58, kata “awrah” diartikan oleh mayor ulama tafsir sebagai sesuatu dari

anggota badan manusia yang membuat malu jika dipandang.

Sedangkan dalam surat Al-Ahzab:13, kata “awrah” diartikan sebagai cela

uang terbuka terhadap musuh atau cela yang memungkinkan orang lain

mengambil kesempatan (Muhammad:2001).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

aurat adalah bagian tubuh manusia yang menurut syariat Islam harus ditutup

dengan pakaian yang memenuhi Syarat dan tidak boleh diperlihatkan kepada

orang lain.

M. Quraish Shihab dalam bukunya mengatakan bahwa Syariat Islam

mewajibkan kaum muslimin memakai pakaian yang sangat jelas aurat dan sopan,

baik laki-laki maupun perempuan. Terdapat perbedaan yang sangat jelas antara

aurat laki-laki (muslim) dengan aurat wanita (muslimah) dalam hukum Islam,

aurat laki-laki cukup sederhana, auratnya sebatas antara diatas pusat dan kedua

lutut sedangkan aurat wanita adalah segenap tubuhnya kecuali muka dan telapak
tangannya. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa seluruh tubuh wanita

tanpa kecuali adalah aurat (shihab:2010).

Hukum dan perintah menutup aurat wajib bagi laki-laki dan perempuan

menutup aurat ini khususnya bagi seorang muslimah yang sudah dewasa (baligh)

terdapat dalam firman Allah Q.S Al-Ahzab (33) ayat 59 berikut ini:

‫ِب ِبِه َّۗن ِل ٰن‬ ‫ِه ِم‬ ‫ِت ِن ِء ِمِن ِن‬ ‫ِج‬ ‫ٰٓي‬
‫َاُّيَه ا الَّنُّيِب ُقْل َاِّلْز َو ا َك َو َبٰن َك َو َس ۤا اْلُم ْؤ َنْي ُيْد َنْي َعَلْي َّن ْن َج اَل ْي ٰذ َك َاْد َاْن ُّيْع َر ْفَن‬

‫َفاَل ُيْؤ َذْيَۗن َو َك اَن الّٰل ُه َغُفْو ًر ا َّر ِح ْيًم ا‬

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan

istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh

tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali,

sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha

Penyayang.

Ibnu katsir menafsirkan ayat tersebut dengan berkata, “Alloh Swt

memerintahkan kepada Rasulullah Saw agar menyuruh wanita-wanita

mukmin, istri-istri dan anak anak perempuan supaya mengulurkan jilbab

ke seluruh tubuh mereka. Sebab, cara berpakaian yang demikian

membedakan mereka dari kaum wanita jahiliah dan budak-budak wanita.”

2. Batasan Aurat dalam Islam


Ulama berbeda pendapat mengenai batas aurat wanita di depan mahramnya

Asy-Syafi’iyah mengatakan bahwa ‘aurat wanita ketika berhadapan dengan

mahramnya adalah antara pusat dengan lutut. Selain batas tersebut, dapat dilihat

oleh muhrimnya sesama wanita. Tetapi masalah ini ulama berpendapat:

a) Kelompok yang mengatakan bahwa perempuan Muslim tidak boleh

menampakkan auratnya dihadapan perempuan non-muslim, kecuali wajah

dan telapak tangan. Sama seperti berada dihadapan laki-laki bukan

mahramnya. Hal ini berdasarkan surah An-Nur ayat 31 yang memaparkan

kepada siapa saja perempuan muslim boleh menampakkan auratnya, dan

perempuan non-muslim tidak masuk di dalamnya inilah kelompok

Hanafiyah dan Malikiyah. Dalam Madzhab Hanafi, Imam al-Hashkafi

berkata,

‫َو الِّذ ِّمَّيُة َك االَّر ُج ِل اَاْلْج َنِّيِب‬

“Perempuan kafir dzimmi, kedudukannya sm seperti laki-laki bukan

mmahramnya”.

b) Kelompok yang membolehkan perempuan non-muslim melihat perempuan

muslim bukan hanya wajah dan telapak tangan. Mereka beralasan merujuk

oada surat An-Nur ayat 31. Dalam ayat ini, tertulis aw nisaa’ihinna (atau

para perempuan mereka) yang menurut mereka itu berlaku umum, bukan

hanya perempuan muslim. Imam al-Mardawi berkata,

‫َاَّم ا اْلَك اِف ُة اْل ِل ِة َفالَّص ِح ِم اْل ْذ ِب َا ْك ا ْك اْل ِل ِة اْل ِل ِة‬


‫ْيُح َن َم َه ُحَّن َم َه ُح ُم ُمَس َم َمَع ُمْس َم‬ ‫َر َمَع ُمْس َم‬ ‫َو‬
“Adapun perempuan kafir (non-muslim) bersama perempuan muslim,

pendapat shahih dari madzhab (Hambali) adalah hukumnya sama seperti

bersama dengan sesama perempuan Muslim.

Hal tersebut sejalan dengan firman alloh yang terdapat dalam Q.S

An-Nur ayat 31 berikut ini:

ۖ‫َو ُق ل ِّلْلُم ْؤ ِم َٰن ِت َيْغُضْض َن ِم ْن َأْبَٰص ِر ِه َّن َو ْحَيَف ْظَن ُفُر وَجُه َّن َو اَل ُيْب ِد يَن ِز يَنَتُه َّن ِإاَّل َم ا َظَه َر ِم ْنَه ا‬

‫ِء ِت‬ ‫ِئ‬ ‫ِإ ِل ِت‬ ‫ِد‬ ‫ِهِب‬ ‫ِه‬


‫َو ْلَيْض ِر ْبَن ُخِبُم ِر َّن َعَلٰى ُجُيو َّن ۖ َو اَل ُيْب يَن ِز يَنَتُه َّن اَّل ُبُعوَل ِه َّن َأْو َءاَبٓا ِه َّن َأْو َءاَبٓا ُبُع وَل ِه َّن َأْو‬

‫َأْبَنٓاِئِه َّن َأْو َأْبَنٓاِء ُبُعوَلِتِه َّن َأْو ِإْخ َٰو ِهِنَّن َأْو َبِن ِإْخ َٰو ِهِنَّن َأْو َبِن َأَخ َٰو ِهِتَّن َأْو ِنَس ٓاِئِه َّن َأْو َم ا َم َلَك ْت َأَٰمْيُنُه َّن‬

‫َأِو ٱلَّٰت ِبِعَني َغِرْي ُأ۟و ىِل ٱِإْل ْر َب ِة ِم َن ٱلِّر َج اِل َأِو ٱلِّطْف ِل ٱَّل ِذ يَن ْمَل َيْظَه ُر و۟ا َعَلٰى َع ْو َٰر ِت ٱلِّنَس ٓاِء ۖ َو اَل‬

‫َيْض ِر ْبَن ِبَأْر ُج ِلِه َّن ِلُيْع َلَم َم ا ْخُيِف َني ِم ن ِز يَنِتِه َّن ۚ َو ُتوُبٓو ۟ا ِإىَل ٱلَّلِه ِمَج يًعا َأُّيَه ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن َلَعَّلُك ْم ُتْف ِلُح وَن‬

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan

pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka

menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya

kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau

putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara

laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera

saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang

mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan


(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang

mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-

orang yang beriman supaya kamu beruntung.(QS An-Nur 31)

Adapun yang dimaksud dengan mahram atau yang disamakan

dengan itu sebagai yang tercantum dalam surah An-Nur ayat 31 tersebut

adalah; Suami, ayah, ayah suami, putra laki-laki, putra suami, saudara

laki-laki, putra saudara perempuan, wanita, budaknya, pelayan laki-laki

yang tak bersyahwat atau anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

Selain itu, dalam surat An-Nisa disebutkan pula saudara bapak dan

saudara ibu.

Sementara itu, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu

Dawud dan Baihaqi, Aisyah Ra. Menuturkan bahwa suatu ketika, Asma’

binti Abu Bakar masuk menemui Rasulullah Saw. Dengan pakaian yang

tipis, lantas beliau berpaling darinya seraya berkata, “Hai Asma,

sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (aqil

baligh), maka tidak ada yang layak terlihat, kecuali ini (beliau sambil

menunjuk wajah dan telapak tangan).”

Ada dua hal yang disampaikan dalam hadist tersebut,yaitu

kewajiban menutup seluruh tubuh bagi wanita, kecuali wajah dan telapak

yangan serta pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup

aurat. Dari beberapa dalil tersebut, sngat jelas bahwa batasan aurat bagi
wanita adalah seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan. Dari dalil

itu pula, kita memahami bahwa hukum menutup aurat ialah wajib.

Artinya, jika dilaksanakan maka bisa menghasilkan pahala dan juka tidak

dilakukan maka akan menemui dosa. kewajiban ini tidak hanya berlaku

saat sholat, namun juga semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki

yang melihatnya.

Menurut Qurtubi, ayat 59 surat Al-Ahzab turun sebagai teguran

atas kebiasaan wanita-wanita arab yang keluar rumah tanpa mengenakan

jilbab. Karena tidak memakai jilbab banyak laki-laki yang sering

mengganggu mereka, dan melecehkan mereka seperti budak. Berkenaan

dengan hal itu, maka turunlah ayat tersebut (Al-Qurtubi:tt)

Dari keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa

tujuan utama menutup aurat adalah sebagai benteng (perisai) bagi seorang

wanita agar terhindar dari fitnah dan akhlak tercela ataupun kejahatan laki-

laki. karna pada hakikatnya Islam tidak menginginkan keburukan terjadi

pada diri manusia, sehingga kepatuhan seseorang terhadap Syariat dalam

hal ini pada dasarnya akan berdampak kebaikan pada dirinya sendiri.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Adab Berpakaian bagi Wanita menurut Islam

Ketika berbicara tentang aurat, maka permasalahannya akan

melebar kepada pembahasan pakaian, karena aurat adalah sesuatu yang

harus di tutupi, sementara alat untuk digunakan untuk menutupinya adalah

Pakaian. Sebab itulah Islam juga sangat memperhatikan tentang

bagaimana seharusnya seorang muslim atau muslimah berpakaian dan

berhias, hal ini juga dijelaskan secara rinci dalam Syariat Islam melalui

firman-firman Alloh dalam Al-Quran yang diperjelas lagi dengan sabda-

sabda Rasulullah SAW.

Perintah untuk berpakaian muslimah yang sesuai dengan ketentuan

Syariat Islam dikhususkan kepada kaum wanita dengan pertimbangan

karena wanita akan selalu menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu, di saat

wanita yang sudah baligh berpergian keluar rumah maka wajib baginya
untuk mengenakan pakaian yang sesuai dengan ketentuan Syariat Islam

yakni pakaian yang menutup aurat, sementara itu berpakaian sesuai

dengan ketentuan Syariat Islam harus memenuhi beberapa Syarat tertentu.

(Ahnan:2011)

Menurut Mafhum Ahnan pakaian wanita muslimah ketika di luar

rumah atau dihadapan laki-laki yang bukan mahram adalah “jilbab” yaitu

pakaian yang dapat menutup tubuh dari kepala hingga kaki atau menutup

sebagian besar tubuh sehingga yang tampak hanyalah muka dan telapak

tangan saja (Ahnan:2011).

Istilah “ jilbab”, ini dikenal berasal dari firman Alloh dalam Q.S

Al-Ahzab ayat 59 yang kemudian dinegara kita lebih dikenal dengan

“Busana muslimah”. Hijab yang sempurna (Syar’i ) sesuai dengan

ketentuan-ketentuan Syariat Islam yang diatas adalah dapat menutup

semua anggota badan wanita.

Al-Albani menjelaskan beberapa fenomena wanita masa kini dalam

kebiasaan berpakaian yang harus diperbaiki, diantaranya sebagian besar

muslimah sudah banyak yang menutupi bagian rambut dan dadanya,

namun mereka masih memakai pakaian ketat, banyak dari mereka yang

menutupi bagian paha sampai kakinya dengan celana ketat yang sewarna

dengan kulitnya. Adapula yang memakai kerudung (Khimar) tapi tanpa

dilengkapi jilbab. Masih banyak lagi fenomena lain yang serupa atau lebih

parah di zaman sekarang.


Fenomena yang melanda masyarakat Indonesia khususnya para

pelajar Muslimah adalah budaya berpakaian yang menyimpang dari

tuntunan Syariat Islam, meski masih ada wanita muslimah yang

menunjukkan cara berpakaian yang sesuai Syariat, tapi jumlahnya relatif

sedikit dibandingkan yang belum sesuai. Fenomena berhijab pun saat ini

masih belum sesuai dengan syarat pakaian wanita muslimah dimana tidak

sedikit dari model pakaian yang dikenakan wanita berhijab tapi masih

memperlihatkan bentuk tubuh, berbahan transparan dan sebagainya. Tentu

saja ini adalah permasalahan yang harus dibenahi oleh para orang tua,

pendidik dan penanggung jawab pendidikan, karena jika dibiarkan hal ini

akan menjadi budaya yang terus menerus berkembang dan akhirnya

menjadi sebuah hukum yang dianggap benar oleh generasi mendatang.

Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menumbuhkan kesadaran

dikalangan wanita muslim tentang kewajiban menutup aurat dengan

memberikan pemahaman yang cukup mengenai kewajiban menutupnya

dan adab berpakaian dalam islam.

1. Pengertian Adab berpakaian

a. Adab

Adab merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan,

Dimana kita sebagai peserta didik harus memiliki adab yang baik

berhubungan dengan aspek sikap dan nilai-nilai yang kita terapkan dalam

kehidupan sehari-hari yang memberikan pengaruh hal positif dalam

melakukan perbuatan. Sebagaimana sabda Rasullullah,


‫َاْك َم ُا اْلُم ْؤ ِمِنَنْي ِاَمْياًنا ِاْح َس ُنُه ْم ُخ ْلًق ا‬

“Orang mukmin yang sempurna imannya ialah mereka yang mulia

adabnya.” (HR.Bukhari)

Adab merupakan bagian pembelajaran yang sangat berarti yang

berkenaan dengan aspek-aspek perilaku dan nilai, baik pribadi maupun

berhubungan dengan sosial masyarakat. Adab yang baik hendak

membagikan pengaruh dalam kehidupan sehingga terdapat pepatah yang

berkata "Adab lebih Mulia dari Ilmu". oleh sebab itu nilai yang tercantum

dalam agama perlu di kenal, dimengerti, diyakini serta diamalkan sehingga

bisa jadi manusia yang utuh (Ali:2011).

b. Pakaian Menurut Agama Islam

Pakaian dalam sudut pandang Islam adalah sebagai penutup aurat

baik laki-laki maupun perempuan. Pada dasarnya ada dua macam pakaian

yaitu bersifat jasmaniah (fisik) untuk menutupi aurat dan keindahan dan

pakaian yang bersifat rohani (spiritual) untuk mengisi kekosongan jiwa

dengan ketakwaan hati (Abu Mujaddidul Islam Mafa dan Lailatuss’adah

s.pd.I ,2011:15).

Disamping pakaian lahir, Al-Qur’an juga mengatakan bahwa terdapat

pakaian yang disebut dengan Libas at-taqwa (pakian ketakwaan). Keindahan lahir

yang mewakili dalam sekian banyak bentuk dan model pakaian, sebenarnya tak

begitu ada artinya bila tanpa disertai keindahan batin yang oleh Al-Qur’an
dibahasakan dengan Libas at-taqwa . Pakaian takwa dapat menutupi hal-hal yang

dapat memalukan dan memperburuk penampilan manusia jika ia terbuka.

Keterbukaan aurat jasmani bagi manusia dapat memunculkan rasa malu, pedih

dan perih dalam jiwa manusia. Hanya saja, rasa malu, perih dan pedih tersebut tak

ada artinya, bahkan tak sebanding dan jauh lebih besar jika yang terbuka itu

adalah aurat rohani, baik di dunia terlebih di akhirat.

c. Sejarah dan Fungsi Pakaian

Sandang atau pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok

manusia. Sebagian ilmuan berpendapat bahwa manusia baru mengenal

pakaian sekitar 72.000 tahun silam. Homo sapies, jenis manusia purba

yang dinggap sebagai nenek moyang manusia hidup didaerah afrika.

Mereka berpindah dari satu tempat ketempat lain dan lebih memilih

bermukim di tempat-tempat yang bersuhu dingin. Bermula dari sana sejak

itulah mereka mengenal pakaian untuk menghangatkan badan. Mula-mula,

pakaian yang mereka gunakan adalah pakaian yang terbuat dari kulit

hewan. Dari sinilah kemudian pakaian semakin berkembang dengan pesat.

Semua manusia kapan dan di manapun, maju atau terbelakang

tetap beranggapan bahwa pakaian adalah sebuah kebutuhan yang harus

dipenuhi.

Fenomena yang acap kali dijumpai dan seringkali menjadi problem

adalah saat seorang mengalami dilema dalam memandukan fungsi utama

pakaian yang dalam hal ini adalah sebagai penutup aurat dan fungsi
tersiernya, yaitu sebagai bentuk perhiasan manusia. Dalam hal ini, tak

jarang seorang terjebak dan tergelincir pada fungsi tersier pakaian. Mereka

lebih mementingkan aspek keindahan dan mengabaikan aspek primer

pakaian sebagai penutup aurat.

Islam menghendaki supaya manusia berpakaian sesuai dengan

fungsi-fungsinya yang telah digariskan. Bila memang fungsi tersier atau

tambahan belum bisa diraih, maka setidaknya fungsi primer pakaian harus

didahulukan, yakni bagaimana supaya pakaian yang dikenakan itu mampu

menutupi aurat, walaupun dari segi aspek estetika dianggap kurang

menarik di mata sebagian masyarakat. Hal ini penting, karena terbukanya

aurat di depan khalayak umum dapat memicu hal negatif, baik bagi orang-

orang yang melihatnya maupun bagi yang menampakkan auratnya.

2. Cara Berpakaian bagi wanita Menurut Islam

Di dalam konsep berpakaian dalam Islam dilihat dari agama Islam

dimana Islam mengharamkan perempuan memakai pakaian yang

membentuk dan tipis sehingga nampak kulitnya. Termasuk diantaranya

adalah pakaian yang dapat mempertajam bagian-bagian tubuh khususnya

tempat-tempat yang membawa fitnah. Mereka dikatakan berpakaian,

karena mereka itu melilitkan pakaiannya pada tubuhnya, tetapi hakikatnya

pakaiannya itu tidak berfungsi menutup aurat, mereka dikatakan telanjang

karena pakaiannya memperlihatkan kulit tubuhnya seperti kebanyakan

pakaian perempuan sekarang ini.


Wanita yang berpakaian panjang menutupi seluruh tubuh namun

tipis menerawang inilah yang diancam oleh Rasulullah SAW dengan

neraka. Abu Hurairah R.A berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang

artinya: “Ada dua golongan dari ahli neraka yang aku belum pernah

melihatnya, (1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor-ekor sapi.

Mereka memukul menusia dengan canbuknya. (2) Sekelompok wanita

yang berpakaian tapi seakan-akan telanjang (karena pakaian tipis atau

pendek, sehingga tidak menutupi semua auratnya). Jika berjalan mereka

berlenggak lenggok mencari perhatian orang. Kepala mereka seperti

punuk-punuk onta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak

mendapatkan wanginya, padahal wangi surga itu akan dirasakan dari jarak

jauh”. Sabda Rasullullah SAW (berpakaian tapi telanjang) mencakupi:

 Mereka yang berpakaian pendek, sehingga tidak menutupi seluruh aurat yang

diwajibkan untuk ditutupi

 Mereka memakai pakaian yang tipis, sehingga masih memperlihatkan (warna

kulitnya).

 Mereka yang memakai pakai ketat. Sekalipun pakaian ini menutupi warna

kulit, namun memperlihatkan bentuk tubuh. Ini pun terlarang, Kecuali

dihadapan suaminya karena tidak ada aurat diantara suami istri ( Abu

Muhammad ibnu shalih bin Hasbullah,2018:26).

Syari’at Islam telah memberikan beberapa Syarat yang wajib

dipenuhi dalam hal bagi wanita muslimah. Terlebih bagi mereka yang

telah mencapai usia remaja. Maka berpakaian muslimah untuk menutupi


seluruh auratnya adalah wajib. Untuk itu, ‘Amr ‘Abdul Mun’im Salim

memberikan gambaran pakaian wanita yang sesuai dengan Syari’at Islam,

Diantaranya:

a. Pakaian harus menutupi seluruh anggota badan kecuali beberapa bagian

tertentu. Sebagian ulama berpendapat bahwa beberapa bagian tertentu

tersebut adalah bagian tubuh yang bisa tampak, yaitu wajah dan kedua

telapak tangan.

b. Pakaian tersebut tidak berbentuk hiasan. Hal ini berdasarkan firman Alloh

SWT yang berbunyi – ‫“ – َو اَل ُيْب ِد ْيَن ِز ْيَنَتُه َّن‬... Janganlah mereka (wanita-

wanita muslimah) menampakkan perhiasannya...”. Untuk itu, segala bentuk

hiasan yang terdapat dalam pakaian wanita muslimah, baik berupa warna,

lukisan , aksesoris atau hiasan yang terdapat pada sisi dan ujung baju, maka

syari’at melarang wanita muslimah untuk mengenakannya.

c. Pakaian tidak boleh transparan atau memperlihatkan lekukan-lekukan tubuh.

Hal ini menunjukkan bahwa keharaman mengenakan pakaian yang

memperlihatkan postur atau lekukan tubuh. Apabila tetep dikenakan maka

akan terlihat bentuk dan lekukan tubuhnya serta dapat menimbulkan fitnah.

d. Pakaian tidak boleh diberi wewangian atau parfum

e. Pakaian tidak boleh menyerupai laki-laki juga pakaian non muslim. Hal ini

sebagaimana sabda Rasullullah SAW,


‫وُل الَّلِه َّلى الَّل َعَل ِه َّل اْل َتَش ِّبِه َني ِم الِّر اِل‬ ‫ِض‬
‫ْن َج‬ ‫ُه ْي َو َس َم ُم‬ ‫َص‬ ‫َعْن اْبِن َعَّباٍس َر َي الَّلُه َعْنُه َم ا َقاَل َلَعَن َرُس‬

)‫ (رواه البخاري‬. ‫ِبالِّنَس اِء َو اْلُم َتَش ِّبَه اِت ِم ْن الِّنَس اِء ِبالِّر َج اِل‬

“Dari Ibnu Abbas ra berkata: Rasulullah SAW. Mengutuk laki-laki yang meniru-

niru perempuan, dan perempuan yang meniru laki-laki “. (HR.Bukhari)

Hadits diatas menjelaskan bahwa wanita dilarang menyerupai

kaum pria dalam hal berpakaian, begitu pula ia dilarang berpakaian

menyerupai wanuta non-muslim. Karena sesungguhnya larangan

menyerupai ini hilang dari keyakinan hati dan jalan hidup pun terbawa

menyerupai mereka, makan hal ini akan berakhir pada peniruan keyakinan

akidah.

f. Pakaian tidak boleh menyerupai pakaian yang sering dipergunakan oleh

perempuan -perempuan kafir

g. Pakaian selain tebal, juga harus diperhatikan adalah bersih dari najis dan harus

indah.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa syarat

berpakaian muslimah yang dianjurkan dalam Islam bermaksud untuk

mewujudkan dan menjaga agar tidak terjadi fitnah serta sebagai

penghormatan bagi kaum wanita muslimah. Hal ini juga mengisyaratkan

bahwa seorang wanita tidak boleh memperlihatkan perhiasannya dan

kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutupi (aurat) olehnya


karena dapat menimbulkan sifat angkuh serta dapat membangkitkan

syahwat laki-laki.

3. Dampak jika tidak memenuhi Adab Berpakaian menurut Islam

Islam dianggap sebagai agama yang terlalu banyak aturan

sehingga kebebasan manusia menjadi terpasung. Anggapan seperti inilah

yang seharusnya dihilangkan. Islam mengatur segala aspek kehidupan

umatnya tak lain bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan, baik di

dunia maupun akhirat. Hal inilah yang kerapkali diluapkan sehingga

memunculkan praduga-praduga negatif tentang Islam. Pijakan-pijakan

kebaikan dalam Islam tidak pernah lepas dari lima unsur pokok, yakni hifz

an-nafs (menjaga jiwa), hifdz ad-diin (menjaga agama), hifdz an-nasl

(menjaga keturunan), hifdz al-maal (menjaga harta) dan hifdz al-‘aql

(menjaga akal).

Ketika seorang laki-laki melihat perempuan, ia akan tertarik.

Penglihatannya disebut sebagai (Al-idrak) dan ketertarikannya disebut

(Al-Wijdan) dan ketertarikannya tersebut merupakan motor penggerak dari

dalam dirinya yang kemudian tumbuh berkembang menjadi sebuah

keinginan (An-Nuzu). Islam telah memberikan peringatan kepada manusia

untuk tidak membuat bencana yang diawali oleh penglihatan karena

seandainya Islam memperbolehkan semua untuk melihat tapi tidak

memperbolehkan mengembangkan keinginan, maka akan hidup dalam

kegundahan dan keresahan yang melelahkan dan tidak berkesudahan.


Alloh adalah Sang Pencipta yang Maha Penyayang dan Mengetahui apa

yang ada dalam jiwa setiap manusia. Seorang pejungga besar, Syauqi

berkata:

“Berawal dari pandangan, kemudian terlemparlah senyuman.

Dari senyuman terucaplah salam. Dari salam lahirlah sepotong

perbincangan. Dan perbincangan pun berujung pada sebuah janji. Dan

kemudian diakhiri oleh sebuah pertemuan “.

Alloh memerintahkan seluruh makhluk ciptaan-Nya untuk

menahan pandangan, sehingga unsur tersebut tidak membangkitkan sisi

emosional negatif (hawa nafsu) manusia karena di sini tidak dapat

memisahkan antara emosi dan keinginan. Ini merupakan hukum yang

sengaja Alloh perintahkan kepada kaum perempuan agar mereka menutupi

perhiasan dalam tubuhnya yang dapat membuat mata laki-laki berpaling

kepadanya. Alloh telah membatasi gerak langkah dan kebebasan kita

dalam melakukan berbagai hal untuk memberikan hal-hal yang baik dan

menjauhkan dari berbagai kerusakan untuk membuat sebuah masyarakat

yang damai dan menyebarkan rasa aman karena Alloh lebih mengetahui

mana yang bermanfaat bagi hambanya dan mana yang membahayakan.

Dengan mengatur batasan aurat, Islam hendak menjaga supaya

keturunan-keturunan menjadi jelas dan tidak kabur. Jika tidak ada aturan

tentang aurat, maka dapat dipastikan manusia akan dengan sangat

mudahnya melakukan interaksi dengan lawan jenis yang pada akhirnya


berakibat pada hubungan intim yang terlarang dan berujung pada nasab

atau keturunan yang tidak mendapat legitimasi Syar’iat. Tentu hal ini tidak

dikehendaki oleh Syari’at dan oleh karenanya Islam datang untuk

mengatur hal-hal semacam itu.

Dengan demikian, seorang perempuan muslimah hendaklah

memenuhi adab pakaian sesuai ajaran Islam, sehingga ia tidak menjadi

sasaran cemooh masyarakat dan supaya tubuh manusia tidak dieksploitasi

untuk kepentingan-kepentingan rendahan dan murahan, yang bahkan

mungkin bisa menimbulkan gejolak (fitnah) dan mengakibatkan kerusakan

yang tidak diinginkan, terutama bagi tatanan kehidupan manusia.

Berdasarkan penjelasan mengenai adab berpakaian bagi wanita

tersebut, maka seorang wanita muslimah yang mengaku dirinya beriman

hendaklah memperhatikan adab-adab tersebut ketika ia akan tampil di

hadapan orang lain (laki-laki yang bukan mahramnya) dan ketika ia akan

keluar rumah. Hendaklah para wanita muslimah menjaga kehormatan

dirinya dari fitnah dan gangguan laki-laki dengan cara tampil dengan

menggunakan pakaian yang Syar’i (sesuai dengan ketentuan Syariat

Islam). Hal ini dapat terwujud dalam bentuk perilaku yang benar dari

seorang muslimah jika ia memiliki kesadaran beragama yang cukup dalam

menutup aurat, tentunya hal ini sangat dipengaruhi dengan tingkat

pemahaman terhadap hukum Islam tentang aurat, kewajiban menutupnya

dan adab berpakaian sesuai ajaran Islam.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis,

dapat disimpulkan bahwa :

Adab Berpakaian bagi Wanita menurut Islam yang utama adalah

menutup Aurat. Sebagaimana perintah menutup aurat itu wajib bagi wanita

muslimah yang sudah baligh dan harus dilakukan, karena hal itu termasuk

adab dalam kehidupan sosial dan masyarakat yang sesuai dengan tatanan

Syari’at Islam.

Islam tidak menetapkan sebuah jenis model dan warna dalam

berpakaian bahkan bukan berdasarkan atas adat istiadat atau kebiasaan


yang berlaku di kalangan masyarakat sesuai zamannya, bukan pula

mengikuti tren mode yang sedang Berkembang pada waktu dan tempat

tertentu. Kecenderungan cara berpakaian seperti ini merupakan hal keliru

yang berkembang dimasyarakat terutama di kalangan wanita muslimah

yang sudah baligh, harus memperhatikan tata cara yang dibenarkan oleh

Syari’at dengan memenuhi syarat-syarat berikut : Menutup aurat, berbahan

tebal tidak transparan, tidak ketat atau membentuk lekukan tubuh, tidak

menyerupai laki-laki, tidak menyerupai pakaian wanita jahiliyyah dan

tidak memakai wangi-wangian yang menarik perhatian.

Aurat wanita yang wajib ditutupi adalah seluruh tubuhnya kecuali

wajah dan telapak tangan. Menutup aurat unsur inti dari munculnya

perilaku berpakaian yang sesuai dengan Syari’at Islam yaitu dengan

tertutupnya aurat dan terpenuhinya syarat-syarat. Hendaknya para wanita

muslimah menjadikan adab berpakaian dan ketentuan-ketentuan di atas

sebagai tolok ukur dalam berpenampilan dan berhias agar terlihat

perbedaan antara wanita muslimah dengan wanita non muslimah, bahkan

agar terlihat Identitas seorang muslimah sebagai wanita terhormat dan

baik-baik.

Membiasakan diri sejak dini untuk berpakaian sesuai dengan

ketentuan Syariat Islam supaya terhindar dari perilaku kejahatan

khususnya kejahatan seksual. Maka dari itu seorang muslimah

diharuskannya memakai pakaian yang sesuai dengan Syari’at Islam karena


sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cerminan

seorang muslim yang benar.

B. Saran

1. Saran untuk pembaca: Supaya lebih banyak mengetahui mengenai Adab

Berpakaian bagi wanita menurut Islam sehingga menambah Ilmu

pengetahuan dalam diri kita. Adapun saran-saran yang ditujukan kepada

Wanita Muslimah dalam berpakaian yaitu agar menutup aurat secara

sempurna. Tidak menggunakan pakaian yang transparan, pakaian ketat,

tidak berlebihan dan mengetahui cara berpakaian sesuai Syar’iat Islam.

2. Saran untuk pesantren: Penulis menyarankan kepada pesantren supaya

memperhatikan cara berpakaian para santri sehingga dapat menyesuaikan

dengan ketentuan Syariat Islam. Penulis juga mengharapkan semoga

pesantren dapat mengadakan kajian mengenai “Adab Berpakaian”

khususnya bagi Umahatul Ghad sehingga kita sebagai santri mengetahui

betapa pentingnya Adab Berpakaian bagi Wanita Menurut Islam.

Anda mungkin juga menyukai