Anda di halaman 1dari 124

KONSEP PEMBELAJARAN AL QUR’AN DALAM MENUMBUHKAN

RASA CINTA TERHADAP AL QUR’AN PADA SISWA DI MTS


AL- KHAIRAAT KOTA GORONTALO

Diajukan Untuk Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Untuk


Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Agama Islam (S.Pd.I)

Skripsi
Oleh
KARMITA BANO
NIMKO
2017.4.085.0101.1.002159
NIM
2017.85.01.1777
Pembimbing:
1. Hj. Berlian Tahta Arsyilla, M.Ag
2. Inayatul Maula, M.pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARULLUGHAH WADD’AWAH
BANGIL PASURUAN JAWA TIMUR
2022
KONSEP PEMBELAJARAN AL QUR’AN DALAM MENUMBUHKAN
RASA CINTA TERHADAP AL QUR’AN PADA SISWA DI MTS
AL- KHAIRAAT KOTA GORONTALO

Skripsi
Oleh
KARMITA BANO
NIMKO
2017.4.085.0101.1.002159
NIM
2017.85.01.1777
Pembimbing:
1. Hj. Berlian Tahta Arsyilla, M.Ag
2. Inayatul Maula, M.pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARULLUGHAH WADD’AWAH
BANGIL PASURUAN JAWA TIMUR
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul: “Konsep Pembelajaran Al-Qur’an dalam Menumbuhkan

Rasa Cinta terhadap Al-Quran pada siswa di MTs Al-

Khairaat Kota Gorontalo ”

Ini telah diuji dan diperiksa dan disetujui untuk diuji:

Bangil, 20 Januari 2022

Pembimbing I

Hj. Berlian Tahta Arsyilla, M.Ag

Pembimbing II

Inayatul Maula, M.Pd

Bangil, 20 Januari 2022

Mengetahui,

Ketua Program Studi PAI

(Dr. Junaidi, M.Pd.I)

iii
INSTITUT AGAMA ISLAM
DARULLUGHAH WADDA’WAH

NOTA PENGESAHAN
Skripsi ini telah diujikan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Darullughah Wadda’wah Bangil pada Januari 2022. Atas
nama mahasiswa dibawah ini:
Nama : Karmita Bano
NIM/NIMKO : 2017.85.01.1777
Judul : Konsep Pembelajaran Al-Qur’an Dalam Menumbuhkan Rasa
Cinta Terhadap Al-Qur’an Pada Siswa Di MTs Al-Khairaat
Kota Gorontalo
Dan telah dipertahankan di depan dewan penguji sebagai salah satu
persyaratan Guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) dalam program studi
Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Darullughah Wadda’wah Bangil.
Maka dengan ini kami sahkan hasil sidang ujian munaqasyah di atas.
Bangil, 29 Januari 2022

Ketua Sidang

Lilik Aminah, M.Pd


Penguji I Penguji II

Dr. Vialinda Siswati, M.Pd.I Mukarromah, M.Pd.I

Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah

(Dr. Ernaka Heri Putra Suharyanto, M.Pd.I)

iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : KARMITA BANO

NIM : 2017.85.01.1777

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Penelitian : Konsep Pembelajaran Al-Qur’an Dalam Menumbuhkan


Rasa Cinta Terhadap Al-Qur’an Pada Siswa Di MTs Al-
Khairaat Kota Gorontalo.

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa hasil penelitian saya ini tidak


terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang pernah
dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam
naskah ini disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur-
unsur penjiplakan dan ada klaim dari pihak lain, maka saya bersedia untuk
diproses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan
dari siapapun.

Bangil, 14 Januari 2022

Hormat saya,

KARMITA BANO

NIM: 2017.85.01.1777

v
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orangtua, Bapak Yahya Bano dan Ibunda Salma Pakaya yang tidak

pernah lupa untuk selalu mengingatkanku mengerjakan segala

kewajibanku, sebagai motivasi dan penyemangatku melawan rasa malas,

dan dengan ridho kalianlah aku memohon kemudahan dari Allah SWT.

Terimakasih untuk segala Doa dan pengorbanan yang tak terbalaskan

namun selalu kalian berikan tanpa meminta balasan. Aku cinta kalian.

2. Lindawati Bano serta 3 saudara lainnya, yang selalu membantu dan

memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Teman-teman “ZAHROTUN NISA” yang banyak membantu namun tak

bisa kusebut namanya satu persatu, teman angkatan yang sama-sama

berjuang, semoga kita selalu dimudahkan dalam segala urusan. Ini adalah

awal perjuangan kita, kuyakin setelah ini kita menjadi penakluk dunia

yang mampu memimpin umat namun tak pernah lupa pada akhirat.

4. Kepada keluarga besar Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah,

khususya pendiri pondok pesantren, Abuya Al-Habib Hasan bin Ahmad

Baharun dan istri tercinta Al Ustadzah Asy-Syarifah Al Hubabah Khadijah

Al Hinduan selaku mudiratul ma’had, tauladan wanita sholehah pada

zaman ini. Al Habib Zein Baharun selaku mudirul ma’had, Al Habib Segaf

Baharun selaku rekor IAI Darullughah Wadda’wah serta keluarga besar

beliau semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang beliau

semua selalu memberi semangat dan mendidik kami dalam menuntut ilmu

vi
agar menjadi generasi yang mampu penyambung dakwah Nabi

Muhammad SAW.

5. Almamater tercinta Pondok Pesantren Al Khairaat kota Gorontalo, darimu

lah aku banyak mendapat pengalaman, menimba ilmu dari setiap

pelajaran, serta memberiku pemahaman dari makna sebuah kehidupan, kau

menjadi alasan untuk terus melangkah dengan penuh keikhlasan. Selalu

kupanjatkan kepada Sang Maha Penyayang agar mempersatukanku dengan

orang-orang yang selalu memberikan kecintaan kepada Nabi Muhammad

SAW.

6. Terkhusus Almamaterku, Institut Agama Islam Darullughah Wadda’ah,

dan pondok pesantren putri Darullughah Wadda’wah, kaulah naungan

ketika mengajariku ajaran-ajaran Islam, melindungiku dari kepanasan,

menjadi atap ketika hujan datang, memberi harapan dari semua

pengorbanan, mengajarkan cara berjuang.

vii
KATA PENGANTAR

H‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt yang senantiasa memberi

kasihsayang (hidayah) lewat Agama Islam yang dibawa oleh Rasul junjungan

Nabi Muhammad saw. Sungguh besar cinta kasih-Nya atas ilmu yang dititipkan

oleh Allah swt kepada manusia. Semoga Allah memberi pertolongan dalam segala

aktivitas dunia dan akhirat. Kedamaian dan keselamatan semoga senantiasa

dikaruniakan oleh Sang Pencipta yang Maha Agung.

Sholawat dan Salam senantiasa tersampaikan kepada Rasulullah

Muhammad saw. Nabi terakhir penutup segala risalah agama tauhid, menjadi

pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman, dan rahmat bagi seluruh alam

(Rahmatan lil ‘Alamin). Nabi Muhammad saw adalah pelipur lara dikala hati

seseorang gersang akan iman kepada Tuhan-Nya, dan sumber mata air ilmu

pengetahuan bagi seluruh ummat dimuka bumi, terkhusus ummat Islam. Karena

itu, bibir senantiasa membasahi lisan ini untuk bershalawat kepada Rasulullah

saw.

Dalam rangka memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana pada

Institut Agama Islam Darullughah Wadda’wah Bangil, penulis dengan maksimal

mencurahkan segenap kemampuan untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang

viii
berjudul “Konsep pembelajaran Al-Qur’an dalam menumbuhkan rasa cinta

terhadap Al-Qur’an pada siswa MTs Al-Khairaat kota Gorontalo”.

Berbagai pihak yang telah ikut berpartisipasi secara langsung maupun

tidak langsung dalam memberi motivasi penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu,

ucapan terima kasih kepada pihak yang membantu maupun yang telah

membimbing, mengarahkan, memberikan petunjuk dan motivasi sehingga

hambatan-hambatan dapat teratasi dengan baik, mereka adalah Inspirator

sekaligus Motivator terbaik. Ucapan terimakasih yang mendalam terkhusus

kepada:

1. Dr. Segaf Baharun M.Hi sebagai Rektor Institut Agama Islam Darullughah

Wadda’wah dan para Wakil Rektor I, II, dan III yang telah memimpin dan

mengembangkan perguruan tinggi Islam.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Drs. Junaidi, M.Pd.I. Atas

motifasi, koreksi dan kemudahan pelayanan selama studi.

3. Dosen Pembimbing I, Hj. Berlian Tahta Arsyilla M.Ag, Atas bimbingan,

saran, kritik dan koreksinya dalam penulisan skripsi.

4. Dosen Pembimbing II, Inayatul Maula M.Pd, Atas bimbingan, saran, kritik

dan koreksinya dalam penulisan skripsi.

5. Para Dosen dan Asisten Dosen serta karyawan dan karyawati di lingkungan

Institut Agama Islam Darullughah Wadda’wah yang telah banyak memberikan

kontribusi skripsi sehingga dapat membuka cakrawala berpikir penulis selama

masa studi.

ix
6. Semua civitas MTs Al-Khairaat kota Gorontalo Khususnya Bapak Kepala

Madrasah Safroni Syamsudin. Usman M.Pd.I. Wakil Kurikulum Selvia Abas

M.Pd. Guru Qur’an Hadits Ustadzah Sakinah Dunggu M.Pd.I. Yang telah

memberikan informasi dalam penelitian ini.

7. Kedua orang tua penulis, ibunda tercinta: Salma Pakaya, dan ayahanda

tersayang: Yahya Bano, yang mengasuh dan mendidik penulis dari kecil

hingga saat ini, dan menyekolahkan sampai mencapai gelar Sarjana yang

pertama ini. Semoga penulis bisa menjadi anak yang berbakti dan

dibanggakan. Berguna bagi agama, bangsa dan negara.

8. Saudara penulis yang tercinta: Lindawati Bano, Melisa Bano, Fauzan Bano,

dan Harun Bano yang telah memberikan bantuan berupa semangat serta doa

restu sejak awal melaksanakan studi sampai selesai penulisan skripsi ini.

9. Kepada Ustadzah selaku orang tua dipondok yaitu Ummah Assyarifah Sofia

Baharun yang selalu mendoakan, menyemangati, sehingga terselesainya

skripsi ini. Serta kepada seluruh asatidz dan asatidzah di pondok pesantren

yang tidak bisa saya sebut satu persatu namun tidak mengurangi rasa rohmat

saya, ucapan terima kasih telah mendidik dengan penuh kesabaran dan

kebaikan.

10. Kepada kerabat yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, Akhirnya,

terima kasih kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya satu

persatu, semoga bantuan yang telah diberikan bernilai ibadah di sisi Allah swt,

dan senantiasa meridhai semua amal usaha mereka karena telah memberi

semangat dan bantuannya (pikiran dan moril) yang diberikan dengan penuh

x
kesungguhan serta keridhaan. Selanjutnya semoga Allah swt, merahmati dan

memberkahi segala perjuangan positif dalam penulisan skripsi ini.

11. Teman-teman mahasiswa seperjuangan “ZAHROTUN NISA” yang telah

mendukung dan memotivasi serta menjadi teman diskusi bagi peneliti selama

studi. Peneliti hanya berharap semoga segala bantuan dan dukungan mereka

mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah swt. Sebagai suatu karya,

usaha maksimal dalam menyusun skripsi ini, baik yang berkaitan dengan

materi maupun metodologi penulisan. Karena itu, kritik dan saran dari

pembaca sangatlah diharapkan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

Bangil, 12 Januari 2022

KARMITA BANO
NIM: 2017.85.01.1777

xi
MOTTO

َ َ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬


‫ َخ ْي ُر ُك ْم َم ْن‬:‫ال‬ َ ‫َع ْن عُثْ َما َن بْ ِن َع َّفا َن رضي اهلل عنه َع ْن النَّبِ ِّي‬

ُ‫َت َعلَّ َم الْ ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه‬

Dari Usman RA dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah
orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.” (HR. Buhkari).56

56
Syihabudin, Irsyadu As- Sari, (Bairut: Darul Kutub Ilmiyyah, 1996), Jil.11, hlm. 302.

xii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..............................................................................iii


INSTITUT AGAMA ISLAM...................................................................................................iv
DARULLUGHAH WADDA’WAH...........................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN......................................................................v
PERSEMBAHAN..................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................................viii
MOTTO.............................................................................................................................xii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................xiii
ABSTRAK..........................................................................................................................xvi
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Konteks Penelitian..................................................................................................1
B. Fokus Penelitian.....................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................5
E. Definisi Istilah.........................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................8
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................................8
A. Penelitian Terdahulu..............................................................................................8
B. Kajian Teoritik.......................................................................................................11
1. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an...............................................................11
2. Dasar Pembelajaran Al-Qur’an........................................................................14
3. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an......................................................................17
C. Cinta Terhadap Al-Qur’an.....................................................................................18
1. Pengertian Mencintai Al-Qur’an......................................................................18
2. Dasar Mencintai Al-Qur’an..............................................................................19
3. Tujuan orang yang mencintai al-Qur’an..........................................................21

xiii
4. Kecintaan Siswa terhadap Al-Qur’an...............................................................22
5. Faktor yang Mempengaruhi Kecintaan Siswa terhadap Al-Qur’an................29
6. Dasar Kecintaan Terhadap Membaca Al-Qur’an.............................................32
7. Tujuan Mencintai Al-Qur’an............................................................................37
8. Adab dan Tata Cara Membaca Al-Qur’an........................................................37
9. Keutamaan dan Hikmah Menicntai Al-Qur’an................................................44
D. Pentingnya Pembelajaran Al-Qur’an....................................................................47
BAB III...............................................................................................................................49
METODE PENELITIAN.................................................................................................49
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..........................................................................49
B. Kehadiran Peneliti................................................................................................50
C. Sumber Data Penelitian........................................................................................51
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................51
E. Teknik Analisis Data..............................................................................................53
BAB IV..............................................................................................................................56
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN..........................................................................56
A. Gambaran Umum Latar Penelitian.......................................................................56
1. Sejarah berdirinya MTs Al-Khairaat kota Gorontalo.......................................56
2. Letak Geografis................................................................................................59
3. Keadaan Guru dan Karyawan..........................................................................59
4. Keadaan Siswa.................................................................................................62
5. Kondisi Sarana Prasarana................................................................................63
6. Ekstrakurikuler.................................................................................................64
7. Struktur Organisasi..........................................................................................64
B. Paparan Data........................................................................................................66
1. Konsep Pembelajaran Al-Qur’an dalam Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Al-
Qur’an bagi siswa di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo............................................66
2. Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an pada siswa di MTs Al-Khairaat kota
Gorontalo................................................................................................................72
3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat pada Pembelajaran Al-Qur’an pada
Siswa di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo...............................................................76
C. Pembahasan..........................................................................................................82
1. Konsep Pembelajaran Al-Qur’an dalam Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Al-
Qur’an bagi siswa di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo..................................................83

xiv
2. Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an dan Bentuk Kecintaan Siswa pada Al-Qur’an
dalam Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Al-Qur’an bagi siswa di MTs Al-Khairaat
kota Gorontalo.............................................................................................................85
3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembelajaran Al-Qur’an...........89
a) Faktor pendukung pada pembalajaran Al-Qur’an dan Faktor yang
Mempengaruhi Kecintaan Siswa pada Al-Qur’an...................................................89
b) Faktor penghambat pada pembelajaran Al-Qur’an............................................91
BAB V...............................................................................................................................94
PENUTUP..........................................................................................................................94
A. KESIMPULAN........................................................................................................94
B. SARAN..............................................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................97

xv
ABSTRAK

Karmita Bano. 2021. “Konsep Pembelajaran Al-Qur’an Dalam Menumbuhkan


Rasa Cinta terhadap Al-Qur’an Pada Siswa Di MTs Al-Khairaat kota
Gorontalo, Skripsi, Fakultas Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama
Islam. Institut Agama Islam Darullughah Wadda’wah. Pembimbing (I) Hj.
Berlian Tahta Arsyilla, M.Ag Pembimbing (II) Inayatul Maula, M.Pd
Kata Kunci : Konsep, Pembelajaran, Al-Qur’an, Cinta.

Pada perkembangan zaman adanya perubahan dan kebiasaannya yang berawal


dari perubahan kecil lalu menyebar keseluruh dunia tidak terkecuali dalam
masalah pendidikan khususnya pendidikan Islam. Penting sekali adanya
pembelajaran membaca Al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah karena mengenalkan
mereka dengan kitab Agamanya serta menjadikan mereka tumbuh rasa cinta
terhadap Al-Qur’an dan memiliki kemampuan dalam hal pembelajaran Al-Qur’an.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu 1) Bagaimana konsep


pembelajaran Al-Qur’an dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an bagi
siswa di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo? 2) Bagaimana implementasi

xvi
pembelajaran Al-Qur’an dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an pada
siswa di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo? 3) Apa sajakah faktor pendukung dan
penghambat dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an pada siswa di
MTs Al-Khairaat kota Gorontalo? Metode Penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analitis, jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Fiel Research).
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian antara lain: 1) Konsep pembelajaran Al-Qur’an penerapannya
dilakukan terhadap peserta didik yang masih anak-anak yang belum matang
sehingga mereka mudah diatur, untuk itu penerapan ini dapat menjadi kegiatan
ekstrakulikuler. 2) Implementasi pembiasaan membaca Al-Qur’an adalah bentuk
penerapan kegiatan keagamaan yang bersifat rutin atau dilaksanakan setiap pagi,
agar siswa dapat terbiasa dalam membaca Al-Qur’an. 3) Faktor pendukung seperti
tersedianya sarana prasarana, Adanya minat dari siswa, Adanya media
pembelajaran. Faktor penghambatanya, seperti Kurangnya kesadaran siswa akan
pentingnya belajar membaca Al-Qur’an, Keadaan lingkungan keluarga,
kurangnya tenaga pengajar.

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Al-Qur’an merupakan Kalamullah (kitab suci) yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad sebagai mu’jizat yang terbesar, di mana di dalamnya

terdapat pedoman mencapai kebahagiaan hidup yang hakiki. Maka kewajiban

setiap Muslim di seluruh penjuru dunia untuk membaca, menghayati, serta

mengamalkannya.

Keterampilan membaca Al-Qur’an atau lebih dikenal dengan istilah

mengaji merupakan keterampilan penting pada fase awal guna memahami isi

kandungan Al-Qur’an. Mengaji juga memiliki keterkaitan erat dengan ibadah-

ibadah ritual kaum Muslim, seperti pelaksanaan salat, haji dan kegiatan-

kegiatan berdo’a lainnya. Dalam pelaksanaan salat atau haji misalnya, tidak

sah hukumnya bila menggunakan bahasa selain bahasa Al-Qur’an (Bahasa

Arab). Pengajaran Al-Qur’an merupakan pondasi utama pengajaran bagi

disiplin ilmu. Pentingnya kemampuan dasar ini akan lebih mudah, bila

diterapkan kepada semua umat Islam pada usia dini. Karena pada masa-masa

itu, fikiran dan hati mereka masih bersih dan suci.

Imam Suyuti mengatakan, “mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak

merupakan salah satu diantara pilar-pilar Islam, sehingga mereka bisa tumbuh

di atas fitrah. Begitu juga cahaya hikmah akan terlebih dahulu masuk ke

1
2

dalam hati mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan dinodai oleh

kemaksiatan dan kesesatan”.57

Nabi menyatakan tentang pentingnya belajar Al-Qur'an dalam hadits :

"Sebaik-baik kamu adalah mempelajari Al-Qur'an dan mengajarknnya"


(HR. Bukhaori Muslim).58

Sedangkan ayat yang menerangkan tentang baca tulis Al-Qur'an di


antaranya adalah surat Al-Alaq ayat 1-5, yang artinya: “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.59 Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.60

Ayat di atas adalah wahyu yang pertama kali diturunkan kepada nabi

Muhammad SAW, yang mana tersurat dari sini adalah perintah membaca.

Untuk bisa membaca maka harus dilakukan dengan proses belajar. Dalam hal

ini, bacaan yang fundamental adalah Al-Qur'an. Dialah yang pertama-tama

harus dibaca, maka harus ada upaya untuk belajar kitab suci ini. Apalagi

belajar Al-Qur'an otomatis harus mengamalkan prinsip membaca,

sebagaimana dalam lanjutan ayat pertama, yaitu " (membaca) dengan

menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan ". 61 Berdasarkan pada ayat dan

57
Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, terj, Salafuddin Abu
sayyid, (Solo: Pustaka Arafah, 2003), hlm. 157-158.
58
Team Tadarrus AMM, Kumpulan Seratus Hadits, (Yoqyakarta: Penerbit Team Tadarrus AMM,
1994), hlm. 13.
59
Depag RI, Al-Quran Dan Tarjamahnya, (Jakarta: 1971), hlm. 1078.
60
Depag RI, (Jakarta: 1971), hlm. 1078.
61
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur'an, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2004), Hlm. 40.
3

hadits tersebut maka sudah jelas bahwasannya kita dianjurkan untuk belajar

membaca dan menulis.

Di dalam buku Petunjuk Teknis dan Pedoman Pembinaan baca tulis

Al-Qur’an dinyatakan bahwa tujuan baca tulis Al-Qur’an adalah menyiapkan

anak agar menjadi generasi muslim yang Qur'ani, yaitu generasi yang mencin

tai Al-Qur'an, menjadikan Al-Qur'an sebagai bacaan dan sekaligus pandangan

hidupnya sehari-hari.62 Dengan berpedoman pada Al-Qur'an maka mereka

akan selalu berjalan dijalan yang benar.

Dalam pembelajaran Al-Qur’an, di setiap lembaga pendidikan memilki

metode dan konsep dasar yang berbeda-beda meskipun ada beberapa lembaga

pendidikan menerapakan konsep atau metode yang sama dalam proses

pembelajarannya. Lembaga disetiap melakukan program pembelajarannya

tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

Pembelajaran Al-Qur’an sebenarnya tidak hanya menjadi tugas guru di

madrasah, tetapi juga menjadi tugas kita sebagai orang mukmin. Orang

mukmin yang percaya dengan kitabullah yaitu Al-Qur’an yang menjadi

pedoman kita semua. Agar para siswa dapat memahami dan membaca Al-

Qur’an, maka salah satu cara adalah dengan membimbingnya.

Karena perkembangan zaman menuntut adanya perubahan manusia dan

kebiasaannya yang berawal dari perubahan kecil lalu menyebar keseluruh

62
Muhaimin, Arah baru pengembangan pendidikan Islam: pemberdayaan, pengembangan
kurikulum, hingga redevisi islamisasi pengetahuan, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2003), hlm. 121.
4

Dunia tidak terkecuali dalam masalah pendidikan khususnya pendidikan

Islam. Penting sekali adanya pembelajaran membaca Al-Qur’an di Madrasah

Tsanawiyah karena mengenalkan mereka dengan kitab Agamanya serta

menjadikan mereka tumbuh rasa cinta terhadap Al-Qur’an dan memiliki

kemampuan dalam hal pembelajaran Al-Qur’an. Dengan demikian akan

membentuk karakter insan yang sempurna.

MTs Al-Khairaat merupakan lembaga yang mampu membina budi

pekerti, selain pembelajaran Bahasa Arab dan pendidikan Agama yang

menjiwai seluruh pembelajaran, diantaranya pembelajaran Al-Qur’an,

pembelajaran ini termasuk pembelajaran ekstrakulikuler yang dilaksanakan

setiap pagi sebelum di mulainya pembelajaran.

Dari uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti “Konsep

Pembelajaran Al-Qur’an Dalam Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap

Al-Qur’an Pada Siswa MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo”.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas masalah ini dapat di

rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pembelajaran Al-Qur’an dalam menumbuhkan Rasa

Cinta terhadap Al-Qur’an bagi siswa di MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo?

2. Bagaimana implementasi pembelajaran Al-Qur’an dalam menumbuhkan

Rasa Cinta terhadap Al-Qur’an pada siswa di MTs Al-Khairaat Kota

Gorontalo?
5

3. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan Rasa

Cinta terhadap Al-Qur’an pada siswa di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka tujuan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan konsep pembelajaran Al-Qur’an yang

menumbuhkan Rasa Cinta terhadap Al-Qur’an bagi siswa di MTs Al-

Khairaat Kota Gorontalo.

2. Untuk mendeskripsikan Implementasi pembelajaran Al-Qur’an dalam

menumbuhkan Rasa Cinta terhadap Al-Qur’an pasa siswa di MTs Al-

Khairaat Kota Gorontalo.

3. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam

menumbuhkan Rasa Cinta terhadap Al-Qur’an pada siswa di MTs Al-

Khairaat kota Gorontalo.

D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan sumbangan

pemikiran dan informasi atau bahan acuan yang dapat dijadikan sebagai

pembanding dalam penelitian selanjutnya, khususnya dalam penelitian

yang sejenis. Bagi pengembangan pengetahuan serta salah satu referensi


6

b. untuk kajian lebih mendalam, khususnya dalam upaya menumbuhkan

kebiasaan membaca Al-Qur’an pada siswa.

c. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi ilmu pendidikan pada

umumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara

langsung tentang pentingnya pembelajaran Al-Qur’an dalam

menumbuhkan kebiasaan membaca Al-Qur’an yang diterapkan di MTs

Al-Khairaat kota Gorontalo.

b. Bagi Guru Al-Qur’an Hadits, hasil penelitian ini dapat dijadikan

masukan dan sebagai evaluasi untuk menerapkan pembelajaran Al-

Qur’an dalam menumbuhkan kebiasaan membaca Al-Qur’an seperti yang

diterapkan di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo.

c. Bagi pengembangan keilmuan, agar hasil penelitian ini dapat

memberikan kontribusi dan masukan pada pengembangan keilmuan,

khususnya dalam bidang ilmu pendidikan Qur’an Hadits.

E. Definisi Istilah
1. Konsep Pembelajaran Al-Qur’an adalah langkah-langkah yang tersusun

secara terencana dan sistematis dengan menggunakan teknik dan metode

tertentu dalam proses pembelajaran Al-Qur’an untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.
7

2. Pembelajaran Al-Qur’an adalah proses belajar, mengajar, melatih peserta

didik untuk membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar sesuai kaidah

tajwid.

3. Rasa cinta terhadap Al-Qur’an adalah sesuatu yang mengarahkan kita untuk

mencintai segala hal yang tidak disukai hawa nafsu dan menghindari dari

hal yang memperbudaknya.

4. Peserta didik (siswa) merupakan suatu subjek dalam system pendidikan,

yang selanjutnya diproses dalam pendidikan sehingga menjadi manusia

yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Sehubungan dengan penelitian ini, beberapa penelitian yang pernah

dilakukan yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti diantaranya:

1. Skripsi oleh Abu Hasan, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan

Ampel Surabaya 2016, dengan Judul “Konsep Cinta Kepada Allah dalam

Al-Quran”.63 Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa: Dengan cinta

manusia menjadi orang paling bahagia dan juga paling menderita. Hal itu

tergantung bagaimana manusia memaknai dan mengatur rasa itu. Banyak

manusia modern salah mengartikan dan memaknai rasa cinta.

Persamaannya adalah sama-sama meneliti pada rasa cinta dalam Al-

Qur’an. Perbedaannya adalah lebih menekankan pada rasa cinta kepada Allah

SWT. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada peningkatan kualitas cinta

terhadap Al-Qur’an secara umum melalui inovasi pembelajaran dari guru Al-

Qur’andi MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo

2. Skripsi oleh Riati Asri Rokhani, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN

Surakarta 2017, dengan Judul “Upaya Guru Al-Qur’an Hadis Dalam

Meningkatkan Minat Belajar Membaca Al-Qur’an Siswa Melalui

Ekstrakurikuler Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) Di MTs Negeri Bendosari

Sukoharjo Tahun Ajaran 2016/2017”.64 Hasil penelitian ini menyebutkan


63
Abu Hasan, Konsep Cinta kepada Allah dan Al-Quran, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016.
64
Riati Asri Rokhani, Upaya Guru Al-Qur’an Hadits dalam Meningkatkan Minat Belajar Membaca
Al-Qur’an Siswa melalui Ekstrakulikuler Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) di MTs Negeri Bendosari, IAIN

8
9

bahwa: Faktor internal dengan cara guru ekstrakurikuler Baca Tulis Al-

Qur’an (BTA) memberikan usulan kepada kepala madrasah agar

menetapkan kegiatan ekstrakurikuler Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) sebagai

ekstrakurikuler wajib. Dan Faktor eksternalnya dengan cara guru

ekstrakurikuler Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) untuk senantiasa

menyampaikan keutamaan membaca Al-Qur’an setiap hari setelah selesai

melaksanakan sholat dhuhur berjamaah.

Persamaannya adalah sama-sama meneliti pada minat belajar siswa

dalam membaca Al-Qur’an. Perbedaannya adalah lebih menekankan pada

guru Al-Qur’an Hadits melalui kegiatan ekstrakurikulernya secara khusus.

Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada peningkatan kualitas

pembelajaran Al-Qur’an secara umum melalui inovasi pembelajaran dari

guru Al-Qur’an di MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo.

3. Skripsi Zam Zam Rosna Tauvik, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

IAIN Tulungagung 2015, dengan Judul “Upaya Guru Al-Qur’an Hadis

Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Al-Qur’an Siswa Di MTs Al-Huda

Bandung, Tulungagung”.65 Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa:

Mengingatkan dengan memberi teguran, adanya pemberian motivasi,

bekerjasama dengan lembaga dan instansi lain. Menggunakan metode

klasikal, memantau kemampuan secara berkala, pendalaman melalui

ekstrakurikuler. Juga Faktor yang menjadi pendukungnya adalah disiplin

Sukarakrta, 2017.
65
Zam zam Rosna Taufik, Upaya Guru Al-Qur’an Hadis dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Al-
Qur’an Siswa di MTs Al-Huda Bandung Tulungagung, IAIN Tulungagung 2015.
10

sekolah, tersedianya sarana prasarana dan faktor penghambatnya adalah

kurangnya kesadaran siswa dalam membaca Al-Qur’an, kurangnya perhatian

dan pengawasan dari orangtua. Adapun solusinya adalah pemberian nasehat

terus menerus, memberikan himbauan kepada orangtua siswa, mengganti

kegiatan pada hari lain dengan alokasi waktu yang lebih lama.

Persamaannya adalah sama-sama meneliti pada minat belajar siswa

dalam membaca Al-Qur’an. Perbedaannya adalah menekankan lebih umum

pada guru Al-Qur’an Hadis dalam meningkatkan minat siswa membaca Al-

Qur’an dalam pembelajarannya. Sadangkan penelitian ini memfokuskan pada

peningkatan kualitas pembelajaran Al-Qur’an secara umum melalui inovasi

pembelajaran dari guru Al-Qur’an, baik secara akademik maupun non

akademik yakni pembelajaran intrakurikuler maupun pembelajaran

ekstrakurikuler yang di berlakukan pada MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo.

4. Skripsi oleh Hikmatul Ruwaida UIN Malang tahun 2018 dengan judul

“Implementasi Metode Wafa pada pembelajaran Al-Qur’an”66 tujuan

penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan, proses

serta dampak Metode Wafa dalam pembelajaran Al-Quran di sekolah dasar

Islam terpadu Nurul Fikri dan sekolah dasar Islam terpadu Rabbani Banjar

Baru. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dari penelelitian

tersebut peneliti menemukan bahwa metode Wafa berdampak yaitu

memudahkan anak didik untuk mengenal huruf, apalagi di tambah dengan

penggunaan metode Tandur yang membuat anak didik tidak merasa bosan

66
Hikmatul Ruwaida, Implementasi Metode Wafa pada pembelajaran Al-Qur’an, UIN Malang,
2018.
11

dan monoton dalam pembelajaran. Bacaan Al-Qur’an siswa disana secara

keseluruhan sudah baik namun masih ada beberapa poin kesulitan dalam

mempraktekan bacaan tajwid yang ada.

Persamaannya adalah sama-sama meneltiti dengan mengguanakan

metode Wafa dan sangat mempermudah siswa dalam menghafal Quran.

Perbedaannya dalam penelitian ini lebih dikhususkan untuk mempermudah

mengenal huruf bagi anak didik SD Islam Terpadu Rabbani Banjar Baru.

B. Kajian Teoritik
1. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu

dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabi’at, serta pembentukan

sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran

adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat

berlaku di manapun dan kapanpun.

Kata pembelajaran, sebelumnya dikenal dengan istilah pengajaran.

Dalam bahasa arab di istilahkan “ta’lim” dalam kamus inggris Elies dan

Elies diartikan “to teach; to intruct; to train” yaitu mengajar, mendidik,

atau melatih. Pengertian tersebut sejalan dengan ungkapan yang

dikemukakan Syah, yaitu “allamal ilma”. Yang berarti to teach atau to

intruct (mengajar atau membelajarkan).67


67
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hlm. 20.
12

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata pembelajaran

berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang

supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara,

perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Kimble

dan Garmezy, pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif

tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran

memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan.

Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau disebut juga pembelajaran

yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut

untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan

masalah, dan menyimpulkan suatu masalah.68

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru.

Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui

kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya,

motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan

lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam

pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan

menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Kata pembelajaran tersebut tidak dapat dipisahkan dengan masalah

belajar. Karena sebagai objek dari pembelajaran, maka anak didik

68
Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Arruz Media,
2013), hlm. 18.
13

mempunyai tugas untuk memberdayaan kemampuannya dalam

melaksanakan kegiatan belajar.

Mengenai belajar ini ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh

beberapa ahli, sebagai berikut:

a) Belajar adalah suatu proses usaha yang diakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan.69

b) Sadiman menyatakan, “belajar adalah suatu proses yang kompleks yang

terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih

bayi hingga ke liang lahat”. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah

belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.

Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang

bersikap pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotorik) maupun

yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).70

Dari kedua definisi tersebut dapat dilihat ciri-ciri belajar yaitu:

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.

2) Perubahan perilaku relatif permanen.

3) Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses

belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

4) Perubahan perilaku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

69
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hlm. 2.
70
Muhammad Fathurrohman & Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,
2012), hlm. 85.
14

5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.71

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar

informasi untuk mencapai tujuan melalui bimbingan, latihan dan mendidik.

Jadi pembelajaran Al-Qur’an adalah proses perubahan tingkah laku peserta

didik melalui proses belajar, mengajar, membimbing, dan melatih peserta

didik untuk membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar sesuai kaidah Ilmu

tajwid agar peserta didik terbiasa belajar membaca Al-Qur’an dalam

kehidupan sehari-hari. Membaca Al-Qur’an merupakan perbuatan ibadah

yang berhubungan dengan Allah SWT, dengan membaca manusia akan

memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an.

2. Dasar Pembelajaran Al-Qur’an


Dalam mengajarkan Al-Qur’an ada dasar-dasar yang digunakan, karena

Al-Qur’an adalah sumber dari segala sumber hukum bagi umat Islam yang

mencakup segala aspek kehidupan manusia. Al-Qur’an adalah pedoman

bagi manusia untuk menjalani kehidupannya di dunia akhirat kelak. Dasar-

dasar pengajaran Al-Qur’an diantaranya sebagai berikut:

a) Dasar yang bersumber dari Al-Qur’an

Dasar yang bersumber dari Al-Qur’an dalam surat Al-Alaq ayat 1-5:

71
Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran..., hlm.19.
15

‫۝ اِ ْقَرْأ‬۲ ‫۝ َخلَ َق اِإْل نْ َس َن ِم ْن َعلَ ٍق‬١ ‫ك الَّ ِذى َخلَ َق‬ ِ


َ ِّ‫ا ْقَرْأ بِا ْس ِم َرب‬

‫۝ َعلَّ َم اِإْل نْ َس َن َما مَلْ َي ْعلَ ْم‬٤ ‫۝ اَلَّ ِذى َعلَّ َم بِا لْ َقلَ ِم‬۳ ‫ك اَأْل ْكَر ُم‬
َ ُّ‫َو َرب‬
‫۝‬٥
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.72

Surat Al-Ankabut ayat 45:

َّ ‫ب َوَأقِ ِم‬
‫الصلَو َة‬ ِ َ‫ك ِم ْن الْ ِكت‬
َ ‫اتْ ُل َمآ ُْأو ِح َى ِإ لَْي‬
Artinya: “bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab
(Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat.73
Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT telah

menyerukan kepada umat Islam untuk belajar Al-Qur’an sesuai dengan

kemampuan yang dimilki oleh masing-masing individu karena

mempelajarinya adalah wajib disamping juga menidirikan shalat.

b) Dasar-dasar yang bersumber Nabi

َ َ‫ ُش ْعبَهٌ اَ ْخرِب ْ يِن ْ َع ْل َق َمهٌ بْ ُن َم ْرِئ ِدق‬:‫ َح َدثنَا اَبُ ْو َد ُاو َد اَْنبَانَا‬:‫َح َدثنَا حَمْ ُم ْو ُد ابْ ُن َغال َن‬
:‫ال‬
َّ ‫ث َع ْن ايِب ْ َعْب ُدالَّرمْح َن َع ْن عُثْ َما َن بْن َعفَّا َن‬
‫َأن َر ُس ْو َل‬ َ ‫اهلل َح َد‬ ِ ‫مَسِ عت سع َدبن عبي ِد‬
ْ َُ َ ْ َ َ ُ ْ
ُ‫ َحْي ُر ُك ْم َم ْن َت ْعلَّ َم الْ ُق ْر آ َن َو َعلَّ َمه‬:‫ال‬ َ َ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ
َ ‫اهلل‬
Artinya: Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Abu Daud

menceritakan kepada kami, Syu’bah memberitahukan kepada kami, Al-

72
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Penerbit J.Art. Anggota
Ikapi, t.t.), hlm. 598.
73
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, hlm. 402.
16

qamah bin Martsad mengabarkan kepadaku, ia berkata: aku mendengar Sa’ad

bin Ubaidillah bercerita, dari Abu Abdurrahman, dari Ustman bin Affan,

bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Sebaik-baiknya kamu adalah orang

yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya. (HR. Bukhari).74

ِ ِ ِِ ِّ ‫ص ٍال ُح‬ ِ ِ
ٌ‫ب نَبِْي ُك ْم َو َْأه ِل َبْيته َوقَراءَة الْ ُق ْرآ َن فَِإ َّن مَحَلُه‬ َ ‫اَِّدبُ ْوا َْأواَل ُد ُك ْم َعلَى ثَاَل ث خ‬
‫ص ِفيَا ِئِه‬ ِ‫ِئ‬ ِ ِ ِ ِ
ْ َ‫الْ ُق ْرآ َن ىِف ْ ظ ُّل اهلل َي ُو َم اَل ظ َّل ِإاَّل ظلُّهُ َم َع اَنْبِيَا ه َوا‬

Artinya: “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara, mencintai Nabimu


dan mencintai keluarganya (keluarga Nabi) dan membaca Al-
Qur’an sesungguhnya orang yang berpegang teguh kepada Al-
Qur’an berada dalam lindungan Allah pada hari tidak ada
perlindungan kecuali lindungan-Nya bersama-sama dengan
nabi-nabi dan sahabat-sahabatnya yang tulus”.

Itulah hadits yang merupakan dasar bahwa Islam memerintahkan agar

umat mempelajari, mengajarkan dan mengamalkan Al-Qur’an sebagai

pedoman umat Islam di muka bumi ini.

Dasar-dasar inilah yang dijadikan pijakan dalam pengajaran Al-Qur’an

disekolah-sekolah atau di lembaga nonformal lainnya. Begitu pentingnya

mengajarkan Al-Qur’an maka usaha untuk menanamkan kecintaan dan

kemampuan membaca Al-Qur’an harus diterapkan dan terbiasa melafalkan

ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid dan

makhorijul hurufnya.

74
Muhammad Nashirudin, Shahih Sunan at-Tirmidzi, (Jakarta: Pustaka Azzam Anggota Ikapi DKI,
2007), hlm. 234.
17

3. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an


Tujuan pembelajaran Al-Qur’an adalah untuk meningkatkan dan

mempersiapkan sumber daya manusia sejak dini mulai kecakapan dalam

membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-Qur’an yang nantinya

diharapkan nilai-nilai Al-Qur’an akan menjadi landasan moral, etika dan

spiritual yang kokoh bagi pelaksanaan pembangunan nasional.

Disamping itu manfaat pembelajaran Al-Qur’an di sekolah diantaranya

sebagai berikut:

a) Meningkatkan kualitas membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-

Qur’an

b) Meningkatkan semangat ibadah

c) Membentuk akhlakul karimah

d) Meningkatkan lulusan yang berkualitas

e) Meningkatkan pemahaman dan pengalaman terhadap Al-Qur’an

Adapun fungsi pembelajaran Al-Qur’an adalah sebagai salah satu sarana

untuk mencetak generasi qur’ani yang beriman, bertaqwa dan berakhlak

mulia demi menyongsong masa depan yang gemilang.

C. Cinta Terhadap Al-Qur’an


1. Pengertian Mencintai Al-Qur’an
Cinta berarti selalu mengingat dan memikirkan dalam hati, kemudian

terwujud dalam tindakan nyata. Orang yang mencintai sesuatu, hatinya akan

selalu mengingat dan memikirkannya. Dia akan rela berkorban untuk sesuatu
18

yang dicintainya. Al-Qur’an adalah salah satu sumber utama dalam hukum

Islam. Seorang umat islam harus mencintai keduanya karena dengan

demikian dia akan selamat, baik di dunia maupun di akhirat. Orang yang

mencintai Al-Qur’an, akan selalu mengutamakannya diatas yang lain.

Kecintaan terhadap Al-Qur’an akan membuatnya selalu ingin mengetahui

lebih dalam ajaran yang terdapat di dalamnya.75

Sebagaimana yang di jelaskan dalam ayat Al-Qur’an surat Al-Imran yang

menyebutkan bahwa orang yang mencintai Allah, haruslah mengikuti Nabi

Muhammad SAW. Orang yang mencintai Allah, berarti dia mencintai Al-

Qur’an sebagai kalam-Nya. Dia harus mengikuti ajaran Nabi Muhammad

SAW. Sebagai penerima wahyu Al-Qur’an. Mengikuti Nabi Muhammad

SAW berarti menerima dan mencintai hadis sebagai ajaran-ajaran beliau.

Rasulullah saw pernah berpesan kepada umatnya agar senantiasa berpegang

pada Al-Qur’an dan Hadis. Dengan berpegang pada keduanya, umat Islam

tidak akan tersesat, baik di dunia maupun di akhirat.

‫ (رواه‬. ‫اهلل َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه‬


ِ ‫ضلُّوا ما مَتَ َّسكْتُم هِبِما كِتَاب‬
ِ ِ ‫َتر ْك‬
َ َ ْ َ ْ َ‫ت فْي ُك ْم َْأمَريْ ِن لَ ْن ت‬
ُ َ
)‫مالك‬
“ Aku tinggalkan kepadammu dua perkara. Kamu tidak akan tersesat selama
kamu berpegang keada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnah
Nabi-Nya (Hadits). (H.R Malik dari Umar bin Khattob No. 1935)76

75
T. Ibrahim, Darsono, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis untuk kelas VII Madrasah Tsanawiyah
(Solo: PT Tiga serangkai Pustaka Mandiri, 2014), hlm.26
76
T. Ibrahim, Darsono, Pemahaman Al-Qur’an......,hlm.27
19

2. Dasar Mencintai Al-Qur’an


Sebagai seorang muslim yang mencintai Al-Qur’an adalah suatu

kewajiban. Perintah mencintai Al-Qur’an banyak dijumpai dalam Al-Qur’an

dan hadis. Misalnya Q.S Ali-Imran ayat 31:

‫قُ ْل ِإ ْن ُكْنتُ ْم حُتِ ُّب ْو َن اهللَ فَاتَّبِعُويِن ْ حُيْبِْب ُك ُم اهللُ َو َي ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُ ْوبَ ُك ْم َواهللُ َغ ُف ْوٌر َر ِحيم‬
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.77

Mencintai Al-Qur’an dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk, yaitu:

a) Berusaha memiliki kitab Al-Qur’an meskipun harus menyisihkan uang

saku.

b) Memiliki kemauan untuk dapat membaca Al-Qur’an secara benar

meskipun harus mengeluarkan biaya.

c) Memiliki kemauan yang sungguh-sungguh untuk dapat memahami isi Al-

Qur’an secara benar.

d) Rajin mendatangi meajelis-majelis ilmu yang mempelajari Al-Qur’an

e) Tidak suka jika ada pihak lain yang merendahkan atau menghina Al-

Qur’an

f) Berusaha menjaga kesucian Al-Quran tanpa memandang remeh

g) Memilki kepedulian apabila melihat lembaran yang bertuliskan Al-Qur’an

berceceran dngan mengumpulkan.78

Bentuk mencintai Al-Qur’an yang paling utama adalah mencintai

ajaran-ajaran dalam Al-Qur’an dengan mempelajari dan menerapkannya

77
Q.S. Ali-Imran (3):31
78
T.Ibrahim, Darsono, Pemahaman Al-Qur’an....,hlm.28
20

dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk lain dalam mencintai Al-Qur’an

sebagai berikut:

a) harus mempelajari Al-Qur’an, baik bacaan maupun isi

kandungannya secara bertahap. Sekarang ini banyak sekali lembaga-

lembaga pendidikan untuk mempelajari Al-Qur’an, baik formal maupun

non-formal dari tingkat dasar samapi tingkat yang tinggi. Dari

pendidikan formal seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah,

Madrasah Aliyah, dan seterusnya, sedangkan yang non-formal seperti

TPQ, Madrasah Diniyah, Pondok Pesantren dan sebagainya, itu semua

bertujuan supaya generasi islam tetap dapat mempelajari al-Qur’an serta

mampu mengajarkannya kepada generasi selanjutnya;

b) setelah mempelajarinya dengan baik, tugas selanjutnya adalah

menjaganya dengan menghafalkan Tajwidnya adalah membaca huruf

sesuai dengan hak-haknya. Jangan sampai lupa atau bahkan

meninggalkannya sama sekali. Hendaklah al-Qur’an menjadi bacaan

wajib sehari-hari, karena sebaik-baik bacaan adalah bacaan al-Qur’an.

Karena orang yang mencintai sesuatu maka dia akan dengan senang hati

selalu menyebut menyebut (membacanya) setiap saat, sebagaimana

mencintai Allah SWT, maka akan selalu menyebut nama-Nya dalam

ibadah dan doa;

c) mengamalkannya sebagai tahap paling inti atas apa yang telah

dipelajarinya dari al-Qur’an. Sebagaimana yang telah dipraktikkan oleh

para sahabat Nabi Muhammad SAW dan generasi salaf yang menjadikan
21

al-Qur’an sebagai sandaran dalam setiap aspek kehidupan mereka, baik

ibadah maupun muamalah. Mereka telah benar-benar meneladani

Rasulullah SAW sebagai idola hidup mereka, karena akhlak Rasulullah

SAW adalah al- Qur’an yang menghasilkan sabda-sabda sebagai

penjabaran dan penjelas dari al-Qur’an yaitu hadits.

3. Tujuan orang yang mencintai al-Qur’an


Tujuan dari mencintai Al-Qur’an adalah agar selalu mengingatnya

dan memikirkan Al-Qur'an dalam hati, kemudian terwujud dalam tindakan

nyata. Orang yang mencintai Al-Qur'an, hatinya akan selalu mengingatnya

dan memikirkan Al-Qur'an. Dia akan rela berkorban untuk sesuatu yang

dicintainya tersebut, dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali keutamaan-

keutamaanya. Setelah memperhatikan bentuk-bentuk mencintai al-Qur’an,

perilaku keduanya dapat diwujudkan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Selalu berusaha untuk menghormati, memuliakan dan menjunjung

tinggi kitab suci Al Quran.

b. Senantiasa berusaha untuk membaca Al-Quran di mana saja dan kapan

saja, semakin sering membaca Al Quran maka semakin baik.

c. Selalu berusaha mengamalkan isi kandungan, melaksanakan perintah

dan menjauhi larangan-larangan yang sudah terdapat dalam Al-

Qur’an.

d. Meletakkan Al-Qur’an di tempat-tempat yang baik, dan lebih tinggi

dari buku-buku yang lain.


22

e. Tidak melakukan penghinaan atau pelecehan kepada ayat suci Al-

Qur’an.

f. Selalu menjadikan al-Qur’an sebagai dasar dalam segala tindakan dan

cara berpikirnya.79

Perilaku-perilaku di atas mencerminkan perilaku kecintaan terhadap

al-Qur’an. Baik dengan menghormati al-Qur’an dengan tidak

membelakangi al-Qur’an ketika dibawa dalam tas ransel, tidak

mensejajarkan al-Qur’an dengan sesuatu yang lebih rendah, misalnya

siswa meletakkannya di atas lantai/ di atas sajadah yang diduduki, Siswa

tidak mencampurkan al-Qur’an dengan buku-buku pelajaran/ buku lain di

rumah/ pondok dan di sekolah, senang membacanya setiap saat tanpa

diperintah oleh guru atau orang tua, dan lain-lain.

4. Kecintaan Siswa terhadap Al-Qur’an


Banyak cara dan alternatif yang bisa dilakukan dalam menciptakan

kecintaan siswa di sekolah dasar terhadap al-Qur’an, cara tersebut

dapat dilakukan di dalam lingkungan sekolah yang dijadikan progam

unggulan sekolah sebagai proses tumbuhnya kecintaan siswa terhadap

al-Qur’an. Namun dalam konteks keseharian cara yang dapat

digunakan yaitu dengan menumbukan rasa cinta tersebut dengan

membentuk ikatan cinta dalam diri putra-putri terhadap al-Qur’an,

dengan menerapkan metode motivasi dan hubungan keseharian.

Sebelum memberi tugas kepada anak-anak untuk menghafal Al-

Qur’an, maka terlebih dahulu harus menanamkan rasa cinta terhadap


79
T.Ibrahim, Darsono, Pemahaman Al-Qur’an....,hlm.29
23

Al-Qur’an. Sebab, menghafal Al-Qur’an tanpa disertai rasa cinta tidak

akan memberi faedah dan manfaat. Bahkan, mungkin jika memaksa

anak untuk menghafal Al-Qur’an tanpa menanamkan rasa cinta

terlebih dahulu, justru akan memberi dampak negatif bagi anak.

Sedangkan mencintai Al-Qur’an disertai menghafal akan dapat

menumbuhkan perilaku, akhlak, dan sifat mulia. Penanaman rasa cinta

dapat dilakukan dengan menceritakan kisah-kisah dalam al-Qur’an.

Kisah-kisah itu beragam dan bervariatif. Ada yang menuturkan

tentang kisah-kisah masa lampau yang dialami Rasulullah dan para

sahabatnya, berita-berita masa kini namun kita tidak mengetahuinya,

karena terhalang oleh rentang waktu dan tempat yang jauh, masalah-

masalah gaib yang belum terjadi, namun Allah telah

menggambarkannya di dalam al- Qur’an. Sebagai contoh kisah-kisah

berikut ini:80

1) Apabila ingin mengajari putra-putri tentang kepatuhan dan bakti

kepada orang tua, maka ada kisah Nabi Ibrahim dengan ayahnya, kisah

Nabi Ibrahim dengan putranya isma’il dalam soal mimpinya, serta

kisah Nabi Nuh dengan putranya dan apa akibat dari tidak mematuhi

orang tua.

2) Apabila ingin mengajari putra-putri tentang adab-adab mencari

ilmu dan menghormati ulama’, bisa menceritakan kisah Nabi Musa

dengan seorang yang shalih (Khidhir).

80
Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini, Agar Anak cinta Al-Qur’an…, hlm. 16-19
24

3) Apabila bermaksud mengajari putra-putri tentang memelihara

kesucian diri, menahan pandangan dan pendengaran, maka ada kisah

Nabi Yusuf dengan istri sang pembesar/ Zulaikha.

4) Apabila ingin mengajari putra-putri tentang persaudaraan, ada

kisah Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya.

5) Apabila ingin mengajari putra-putri tentang pekerjaan dan

kreativitas, ada kisah Nabi Nuh dalam pembuatan kapal.

6) Apabila ingin mengajari putra-putri tentang seputar petualangan

dan tugas-tugas besar, ada kisah Nabi Yunus, mukjizat-mukjizat Nabi

Musa, mukjizat Nabi ‘Isa, kisah sapi, onta dan keledai, serta kisah

ashabul kahfi.

7) Apabila ingin mengajari putra-putri tentang tanda-tanda zaman,

memiliki daya tarik dan anak-anak tidak akan bosan mendengarnya.

Maka secara khusus bisa menceritakan kisah turunnya Nabi ‘Isa dan

kematian Dajjal ditangan beliau, kisah kaum Ya’juj dan Ma’juj, berita

binatang yang mampu berkata-kata pada manusia.

8) Apabila ingin mengajari putra-putri tentang akibat kejahatan,

ada kisah tentang pengusiran setan dari rahmat Allah dan ancamannya

untuk menyesatkan manusia, tipu dayanya pada Nabi Adam, kisah

Fira’un dan para ahli sihir, kisah ashabul fil (pasukan gajah yang ingin

menghancurkan Ka’bah), raja Namrud dan kisah dengan Nabi Ibrahim.

Dengan orang tua/ guru di sekolah mempertautkan putra-putrinya

dengan al-Qur’an melalui ikatan cinta, kekaguman dan kerinduan,


25

serta keingina untuk mendengarkan al-Qur’an dan kisah-kisahnya.

Sehingga menceritakan kisah-kisah tersebut maka akan tumbuh

percikan api cinta dan muncul sikap kekaguman terhadap al-Qur’an.

Rasa cinta anak terhadap cerita-cerita itu dengan sendirinya akan

terikat dengan rasa cintanya pada al- Qur’an. Namun, dalam

menyampaikan cerita pada anak harus diperhatikan pemilihan waktu

yang tepat, pemilihan bahasa yang sesuai, dan kalimat yang terkesan,

sehingga dia akan memberi pengaruh yang kuat pada jiwa dan akal

anak.81

Setelah rasa kagum anak-anak terbentuk, dilanjutkan dengan

metode- metode pengajaran al-Qur’an yang baik bagi anak. Bagi anak

yang dapat memberi tumpuan dengan baik melalui pendengarannya,

dapat menggunakan media penghafalan seperti kaset, atau program

penghafal Al-Qur’an digital, hal ini agar anak mudah

menggunakannya, serta sering memperdengarkan kepada anak-anak

bacaan Al-Qur’an dengan lantunan yang merdu dan indah. Bagi anak

yang peka terhadap sentuhan, dengan memberikannya al-Qur’an yang

cantik dan terlihat indah saat dibawanya, sehingga anak akan suka

membacanya, karena al-Qur’an ditulis dalam lembaran-lembaran yang

indah dan menarik. Bagi anak yang dapat dimasuki melalui media

visual, maka bisa mengajarkannya melalui video, komputer, layar

projektor, melalui papan tulis, dan media visual lain yang menarik

perhatiannya.
81
Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini, Agar Anak cinta Al-Qur’an…, hlm. 20
26

Selanjutnya yang tidak kalah penting agar anak mencintai al-

Qur’an adalah dengan membuat anak-anak tersebut mencintai kita,

karena ketika kita mencintai al-Qur’an, maka anak-anak akan

mencintai al-Qur’an juga, karena mereka mengikuti orang yang

dicintai. Adapun beberapa cara agar anak-anak semakin mencintai kita

antara lain:

1) Senantiasa bergantung kepada Allah, selalu berdo’a kepada

Allah untuk kebaikan anak-anak. Dengan demikian Allah akan

memberikan taufik- Nya dan akan menyatukan hati kita dan anak-

anak.

2) Bergaul dengan anak-anak sesuai dengan tingkatan umurnya,

yaitu sesuai dengan kaedah, “Perlakukan manusia menurut kadar

akalnya.” Sehingga kita akan dengan mudah menembus hati anak-

anak.

3) Memberikan denda kepada anak dengan cara tidak memberikan

hadiah atau menundanya sampai waktu yang ditentukan, hal ini lebih

baik daripada memberikan denda berupa sesuatu yang merendahkan

diri anak. Tujuannya supaya anak menghormati dirinya sendiri

sehingga dengan mudah anak akan menghormati kita.

4) Memahami kemahiran dan hobi yang dimiliki anak-anak, supaya

kita dapat memasukkan sesuatu pada anak dengan cara yang tepat.

5) Berusaha dengan sepenuh hati untuk bersahabat dengan anak-

anak, selanjutnya memperlakukan mereka dengan bertolak pada dasar


27

pendidikan, bukan dengan bertolak pada dasar bahwa kita lebih utama

dari anak-anak, mengingat kita sudah memberi makan, minum, dan

menyediakan tempat tinggal, pendidikan dan lain-lain.

Dari beberapa teori di atas, diharapkan dapat menumbuhkan rasa

cinta siswa terhadap al-Qur’an. Adapun bentuk-bentuk kecintaan siswa

terhadap al Qur’an sebagai berikut:82

1) Siswa Selalu berusaha untuk menghormati kitab suci al-Quran,

misalnya: ketika al-Qur’an dibacakan, siswa selalu mendengarkan dan

memperhatikan, menyedekapkan al-Qur’an tersebut di dada siswa

ketika membawanya, dan tidak membelakangi saat membawanya,

siswa melihat sobekan mushaf al-Qur’an di tempat yang tidak pada

tempatnya, misalnya: di lantai/ di tanah, kemudian mengambilnya dan

meletakkan di tempat yang baik.

2) Anak sering membaca dan menghafal al-Qur’an dengan

sendirinya tanpa diperintah atau dipaksa oleh orang lain. Misalnya:

seberapa lama siswa membaca al-Qur’an dalam sehari, berapa banyak

Surat al-Qur’an yang telah dihafalnya, dan siswa mengetahui apa

maksud ayat al- Qur’an yang dibacanya.

3) Meletakkan Al-Qur’an di tempat-tempat yang baik, dan lebih

tinggi dari buku-buku yang lain. Misalnya: siswa tidak mensejajarkan

al- Qur’an dengan sesuatu yang lebih rendah, misalnya siswa

82
Saad Riyadh, Ingin Anak Anda Cinta Al-Qur’an? …hlm. 38
28

meletakkannya di atas lantai, di atas sajadah yang diduduki, siswa

tidak mencampurkan al-Qur’an dengan buku-buku pelajaran/ buku lain

di rumah/ di sekolah.

4) Berusaha menjaga kesucian al-Qur’an tanpa memandang

remeh. Misalnya: siswa berwudlu sebelum membawa dan membaca al-

Qur’an, Siswa tidak membawa al-Qur’an di tempat kotor seperti di

toilet dan WC, Siswa tidak membaca al-Qur’an dalam keadaan kotor,

misalnya setelah buang air kecil, atau buang air besar.

Demikian pentingnya kedudukan al-Qur’an dalam hidup seorang

Muslim. Sebagai Muslim yang baik, harus membuktikan diri mencintai

al- Qur’an. Caranya dengan hal-hal di atas dan mengamalkan

ajarannya dengan benar dalam menjalani kehidupan.

5. Faktor yang Mempengaruhi Kecintaan Siswa terhadap Al-Qur’an


Kecintaan siswa terhadap al-Qur’an tidak mungkin muncul dengan

sendirinya tanpa adanya dorongan/ motivasi yang menyebabkan anak-

anak merasa kagum, merasa terikat/ membutuhkan kemudian

merasakan kecintaan terhadap al-Qur’an. Adapun faktor yang

mendorong kecintaan siswa terhadap al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1) Orang tua

Orang tua atau keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak

serta anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama.

Tujuannya bukan sekedar untuk mengetahui kaidah-kaidah agama,

melainkan menjadi insan beragama sebagai individu yang sadar akan


29

kedudukannya sebagai mahkluk yang diciptakan dan dilimpahi nikmat

tanpa henti sehingga mengupayakannya untuk mengisi dan

mengarahkan hidupnya untuk mengabdi kepada Allah, menuju ridha-

Nya.

Al-Qur’an berpandangan bahwa keluarga merupakan sarana utama

dan pertama dalam mendidik serta menanamkan pemahaman dan

pengalaman keagamaan. Dalam hal ini, tentu saja orang tua memiliki

tanggung jawab yang besar. Sebelum menyerahkan pendidikan anak

kepada orang lain, orang tualah yang semestinya mendidik anaknya

dengan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan keagamaan

terlebih dahulu.83

Orang tua atau keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan

utama. Dalam keluarga itulah manusia menemukan kodratnya sebagai

makhluk sosial. Karena dalam lingkungan itulah anak untuk pertama

kali berinteraksi dengan orang lain.84

Orang tua merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh kuat

sekali terhadap anak, di dalam lingkungan inilah anak-anak mengenal

berbagai pendidikan dan salah satunya adalah bimbingan orang tua.

Bentuk bimbingan orang tua dalam menumbuhkan kecintaan anaknya

terhadap al-Qur’an melalui kisah-kisah dalam al-Qur’an, metode

pengajaran yang menarik anak dan memberikan keteladanan/ contoh

kepada anak dalam berinteraksi dengan al-Qur’an, baik dalam


83
Amirulloh Syarbini, Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2016), hlm. 85
84
Herimanto, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Bumi Aksar, 2010), hlm. 45
30

membaca, menghafal, memahami dan mengamalkan al-Qur’an dalam

keseharian, misalnya memilih tempat paling mulia dan paling tinggi

untuk meletakkan mushaf Al-Qur’an, tidak menaruh barang apapun di

atasnya dan tidak meletakkannya di tempat yang tidak layak, bahkan

membawanya dengan penuh kehormatan dan rasa cinta, sehingga hal

tersebut akan merasuk kedalam fikiran anak bahwa mushaf al-Qur’an

adalah sesuatu yang agung, suci, mulia, dan harus dihormati, dicintai,

dan disucikan. Sering memperdengarkan al-Qur’an di rumah dengan

suara merdu dan syahdu, tidak memperdengarkan dengan suara keras

agar tidak mengganggu pendengaran anak. Memperlihatkan pada

anak kecintaan kita pada Al-Qur’an, misalnya dengan cara rutin

membacanya.85

2) Guru/ Pendidik

Salah satu unsur penting dari proses pendidikan adalah guru atau

pendidik. Di pundak pendidik terletak tanggungjawab yang besar

dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan

yang dicita- citakan.86 Secara umum pendidik adalah orang yang

memiliki tanggungjawab untuk mendidik.87

Dalam proses menumbuhkan kecintaan siswa terhadap al-Qur’an

hendaknya seorang guru mengetahui karakter siswanya. Misalnya

pendidik harus melakukan pendekatan dialogis sebagai sebuah

85
Sa’ad Riyadh, Ingin Anak Anda Cinta..., hlm. 1
86
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hlm. 41
87
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Ma’arif, 1989), hlm. 37
31

pengantar yang sesuai dengan spesifikasi setiap tahapan usia,

berinteraksi dengan anak dengan cara yang tepat dan sesuai, guru harus

memperlakukan anak-anak pada setiap fase perkembangannya sesuai

kemampuan menyerap dan seberapa lama waktu konsentrasi. Pada

dasarnya anak- anak mampu berkonsentrasi dengan baik dalam waktu

beberapa menit. Cara mengetahuinya dengan rumus:

Lama konsentrasi = Umur + 2 menit

Sebagai contoh, anak berumur 6 tahun memiliki batas konsentrasi

maksimal antara 6 sampai 8 menit. Setelah itu, perlu adanya waktu

istirahat, pergantian waktu kegiatan atau semacam selingan. Kemudian

kembali lagi pada kegiatan utama yang memerlukan konsentrasi,

seperti menghafal dan sebagainya.88

Hal ini digunakan untuk mengetahui sebaiknya metode apa yang

cocok dan pantas untuk siswa tersebut. Seorang guru juga tidak boleh

puas dengan ilmu yang telah dimilikinya, guru harus menggali potensi

yang ada pada dirinya untuk belajar dan selalu berinovasi dalam

menumbuhkan perasaan cinta al-Qur’an pada siswa. Setelah

guru mengetahui ilmunya maka guru tersebut harus bisa melaksanakan

dalam keseharian. Karena guru adalah panutan bagi siswa, maka harus

bisa menjadi tauladan yang baik.

88
Saad Riyadh, Ingin Anak Anda Cinta Al-Qur'an.., hlm.21
32

6. Dasar Kecintaan Terhadap Membaca Al-Qur’an


Kecintaan dalam pendidikan anak adalah sangat penting, terutama dalam

mencintai kitabbullah, akhlak dan agama pada umumnya. Kecintaan itu

akan memasukkan unsur-unsur positif dalam diri pribadi anak yang sedang

tumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapatinya melalui

kebiasaan, maka semakin banyak pula unsur agama dalam pribadinya

dengan memahami ajaran agamanya.

Kecintaan merupakan proses pembelajaran yang dimaksudkan agar anak

mampu membiasakan dalam mencintai terhadap perbuatan-perbuatan yang

baik dan dianjurkan oleh norma agama maupun hukum yang berlaku. Untuk

membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan

penjelasan pengertian saja, agar perlu membiasakannya untuk melakukan

yang baik diharapkan nanti dia akan mempunyai sifat-sifat itu menjauhi

sifat-sifat tercela.89

Seorang yang telah mempunyai rasa cinta terhadap sesuatu tentu akan

dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala

sesuatu yang telah menjadi kecintaan dalam usia muda sulit untuk dirubah

dan akan tetap berlangsung sampai usia tua.

Atas dasar ini, para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan kepada

guru atau orang tua untuk membiasakan mencintai kepada suatu hal yang

baik sehingga anak menjadi terbiasa dan cinta dengan sendirinya tanpa ada

paksaan, sebelum terlanjur kebiasaan lain yang bertentangan dengan ajaran

89
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm. 73.
33

Islam. Umat Islam dalam membaca Al-Qur’an tentunya atas dasar yang

kuat. Adapun dasar tersebut ada 3 aspek yaitu:

1) Al-Qur’an

Firman Allah SWT yang berhubungan dengan dasar kebiasaan

membaca Al-Qur’an diantaranya:

a) QS. al- Israa ayat 36

َ ِ‫صَر َوالْ ُفَؤ َاد ُك ُّل ُْأولَى‬


ُ‫ك َكا َن َعْنه‬ َّ ْ‫ك بِِه ِع ْل ٌم ِإ َّن ا‬
َ َ‫لس ْم َع َوالْب‬ َ َ‫س ل‬
َ ‫ف َما لَْي‬
ُ ‫َوالَ َت ْق‬
‫َم ْسُئ ْوالً۝‬
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” 90 (al- Israa:
36).

Ayat di atas menjelaskan bahwa sebagai seorang muslim harus dapat

menegakkan pribadinya, artinya tidak hanya mengikuti jejak orang lain saja

hanya karena kebiasaannya, adat istiadat, dan tradisi yang diterima. Tetapi

dalam kehidupannya ia harus menerima dan membiasakan hal-hal yang baik

dan positif. Sehingga ia tidak mudah terpengaruh dengan sesuatu yang salah.

Dan dia dapat membuat pertimbangan sendiri, tanpa menuruti sesuatu yang

tidak mereka ketahui.

b) QS. al- Waqi‟ah ayat 77

‫۝‬۷۷ٌ‫ِإنَّهُ لَ ُق ْرءَا ٌن َك ِرمْي‬

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia” 91

90
Kementrian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Jilid VII Juz 1516-17, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010), hlm. 327.
91
Kementrian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Jilid IX Juz 25, 26-27, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010), hlm. 652.
34

Sesungguhnya Al-Qur’an ini memuat bermacam- macam manfaat dan

banyak kegunaan. Karena Al-Qur’an ini memuat hal-hal yang membawa

kepada kebesaran umat manusia di dunia maupun di akhirat mereka. Al-

Azhari berkata Al-Karim adalah isim yang memuat petunjuk dan

keterangan- keterangan, ilmu dan hikmat. Seorang Faqih menjadikan Al-

Qur’an sebagai dalil dan mengambil pelajaran darinya. Seorang ahli

hikmat akan mengambil pelajaran darinya. Seorang ahli hikmat akan

mengambil pelajaran dari Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai hujjah.

Dan seorang sastrawan akan mengambil faidah dari Al-Qur’an dan

memperkuat hujjahnya. Jadi setiap ilmuwan akan mencari dasar ilmunya

dari Al-Qur’an.92

2) Dasar Hadits

Sedangkan Hadits yang memerintahkan akan kegiatan membaca Al-

Qur’an adalah sebagai berikut:

ِ ٍ ِ ِ
‫ت‬ُ ‫َأخَبَريِن ْ َع ْل َق َمةٌ بْ ُن َم ْرثَد مَس ْع‬ْ :‫ال‬ َ َ‫ح َّدثَنَا ُش ْعبَةٌ ق‬,
َ ‫اج بْ ُن مْن َهال‬ ُ ‫َح َّدثَنَا َح َّج‬
‫السلَ ِم ْي َع ْن عُثْ َما َن بْ ِن َعفَّا َن رضي اهلل عنه‬ ُّ ‫َس ْع َد بْ ُن عَُبْي َدةٌ َع ْن َأيِب ْ َعْب ُد الَّرمْح َ ِن‬
ِ
ُ‫ َخْيُر ُك ْم َم ْن َت َعلَّ َم الْ ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه‬:‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال‬ َ ِّ ‫َع ْن النَّيِب‬
“Hajjaj bin Minhal menceritakan kepada kita, Syu’bah menceritakan
kepada kita, dia berkata: “Alqomah bin Marsad mengabarkan kepada saya:
saya mendengar Sa’ad bin Ubaidah dari Abi Abdirrohman As-Sulami dari
Usman RA dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah
orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.” (HR. Buhkari). 93

92
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Terj. Tafsir Al- Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1989), Cet. 1, hlm. 264.
93
Syihabudin, Irsyadu As- Sari, (Bairut: Darul Kutub Ilmiyyah, 1996), Jil.11, hlm. 302.
35

Dalam Hadits diatas dijelaskan bahwa seseorang diperintahkan untuk

membaca Al-Qur’an, karena dengan membaca Al-Qur’an kita bisa

mendapat belaan atau pahala besok pada hari kiamat. Orang yang

membiasakan membaca Al-Qur’an adalah orang yang terbaik dan manusia

yang paling utama. Jadi tidak ada manusia di atas bumi ini yang lebih baik

dari pada orang yang mau belajar dan mengerjakan Al-Qur’an.

3) Dasar Psikologi

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.

Dalam hal ini mengapa psikologi termasuk aspek dasar dalam membaca Al-

Qur’an karena psikologi berusaha menyelidiki semua aspek kepribadian dan

tingkah laku, baik yang bersifat jasmani maupun rohani.94

Al-Qur’an merupakan penawar bagi yang ada dalam dada, seperti untuk

membersihkan dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta

memantapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi Tuhan

semesta alam, dan juga mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab

serta menyejahterakan hati baik di dunia maupun di akhirat.95

Setiap manusia hidup selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup

yang disebut Agama, untuk merasakan bahwa dalam jiwanya ada perasaan

yang meyakini adanya dzat yang maha kuasa sebagai tempat untuk

berlindung dan memohon pertolongan. Sedangkan Al-Qur’an dapat

memberikan ketenangan jiwa bagi yang membacanya dan inilah yang

94
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 7.
95
Muhammad Nur Ichwan, Belajar Al-Qur’an, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 41-42.
36

menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan obat penyakit yang ada di dalam

diri umat Islam.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa mempelajari Al-Qur’an

adalah merupakan perintah dari ajaran Islam. Karena Al-Qur’an merupakan

wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai

petunjuk bagi orang Islam. Jadi kita sebagai orang Islam harus mempelajari

dan mengamalkan apa yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dengan melihat

dasar kebiasaan membaca Al-Qur’an di atas, dapat disimpulkan bahwa

seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu (kebiasaan membaca

Al-Qur’an) akan dapat melaksanakan dengan mudah dan senang tanpa ada

paksaan, serta ia tidak akan menemukan kesulitan karena sudah terbiasa.

7. Tujuan Mencintai Al-Qur’an


Tujuan dari mencintai sendiri adalah agar seseorang memperoleh sikap-

sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti

yang selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. Selain itu arti tepat dan

positif diatas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku

baik bersifat religius maupun tradisional dan kultural.96

Dalam membaca Al-Qur’an tentunya mempunyai tujuan yang hendak

dicapai. Tujuan membaca Al-Qur’an adalah tadabbur. Membaca dengan

tadabur, yaitu memperhatikan sungguh-sungguh serta dapat mengambil

pelajaran dan nasihat dari padanya.97

96
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, hlm. 63.
97
Teungku Hasby Ash Shidieqy, Pedoman Dzikir dan Do’a, (Jakarta: Bulan bintang, 1990), hlm
153-154.
37

8. Adab dan Tata Cara Membaca Al-Qur’an


Al-Qur’an merupakan kalam suci yang datangnya langsung dari sisi Allah

SWT, dimana memiliki adab tersendiri bagi siapa saja yang membacanya,

dan ini berbeda dengan buku atau kitab lainnya. Adab- adab itu sendiri sudah

diatur dengan baik sebagai penghormatan dan pengagungan kepada Al-

Qur’an yang diturunkan kepada Nabi akhir zaman, Muhammad SAW dan

sebagai ummat-Nya maka kewajiban kita adalah untuk mengikuti pedoman

dalam belajar agama Islam. Banyak sekali adab- adab maupun tata cara yang

harus dilakukan pada saat akan memulai sampai mengakhiri belajar agama

Islam.

Adapun adab membaca Al-Qur’an antaranya:

a) Berguru secara Musyafahah (Berhadapan)

Artinya seorang murid sebelum membaca berguru kepada seorang guru

atau bidang ahli dalam membaca Al-Qur’an. Dan kedua murid dan guru

saling bertemu langsung, saling melihat gerakan bibir masing-masing pada

saat membaca Al-Qur’an.98

Sebagaimana dalam Al-Qur’an QS. al- Qiyamah ayat 16-19:

ِ ِ َ‫الَ حُت ِّر ْك بِِه لِسان‬


ُ‫۝ فَِإذَا َقَرَأنَهُ فَاتَّبِ ْع ُق ْرَأنَه‬۱۷ُ‫۝ ِإ َّن َعلَْينَا مَج ْ َعهُ َو ُق ْرَأنَه‬١٦‫ك لَت ْع َج َل بِه‬
َ َ َ
‫۝‬۱۸
‫۝‬۱۹ ُ‫مُثَّ ِإ َّن َعلَْينَا َبيَانَه‬
“(16) Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an
karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (17). Sesungguhnya atas
tanggungan kamilah mengumpulkan-Nya (di dadamu) dan (membuatmu
98
Abdul Majid Khon, Praktikum Qiraat ( Keanehan bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim dari
Hafash), hlm. 35-36.
38

pandai) membacanya. (18). apabila Kami telah selesai membacakannya


Maka ikutilah bacaannya itu. (19). Kemudian, Sesungguhnya atas
tanggungan kamilah penjelasannya”. 99

b) Niat membaca dengan ikhlas

Seseorang yang membaca Al-Qur’an hendaknya berniat yang baik, niat

beribadah yang ikhlas karena Allah untuk mencari ridha Allah, bukan

mencari ridha manusia atau agar mendapatkan pujian darinya atau ingin

popularitas atau ingin mendapatkan hadiah materi dan lain- lain. Allah

SWT berfirman dalam Q.S. al- Bayyinah ayat 526:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan
yang demikian Itulah agama yang lurus”.100

c) Dalam keadaan bersuci

Adab membaca Al-Qur’an adalah bersuci dari hadas kecil hadas besar,

dan segala najis, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah atau firman Allah

bukan perkataan manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah

SWT dalam Q.S. al- Waqi’ah ayat 79-80:

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.. Diturunkan

dari Rabbil 'alamiin”.101

Kata Al-Muthaharun artinya orang-orang yang disucikan. Yang

maksudnya tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali hamba-hamba

yang disucikan. Hamba-hamba yang disucikan berarti manusia-manusia

99
Kementrian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Jilid X Juz 28-2930, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010), hlm. 447.
100
Kementrian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Jilid X Juz 28-29.
101
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid IX Juz 25-2627, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010), hlm. 652.
39

yang disucikan telah berwudhu sehingga tidak dalam keadaan hadas kecil

maupun hadas besar.102 Pada ayat di atas lebih kuat dan lebih berhati-hati

yang artinya orang-orang mukmin yang suci dari hadas dan najis karena

diturunkan dari Tuhan semesta alam.

Demikian juga dalam memegang, membawa, dan mengambil Al-

Qur’an hendaknya dengan cara yang hormat kepada Al-Qur’an. Misalnya

dengan tangan kanan atau dengan kedua belah tangan, kemudian dipeluk

dan di taruh di atas kepala sebagaimana pengajaran orang-orang dahulu,

dengan maksud menghormati kesucian Al-Qur’an.

d) Memilih tempat yang pantas dan suci

Tidak seluruh tempat sesuai untuk membaca. Ada beberapa tempat

yang tidak sesuai untuk membaca Al-Qur’an, seperti WC, kamar mandi,

pada saat buang air, di jalanan, di tempat- tempat kotor, dan lain-lain.

Hendaknya pembaca Al-Qur’an memilih tempat yang suci dan tenang

seperti masjid, mushala, rumah, dan lain-lain tempat yang dipandang

pantas dan terhormat.

e) Menghadap kiblat dan berpakaian sopan

Pembaca Al-Qur’an disunnahkan menghadap kiblat secara khusyuk

tenang, dan menundukkan kepala, dan berpakaian sopan. Oleh karena itu,

jika memungkinkan dan tidak terhalang oleh sesuatu, alangkah baiknya

jika dilaksanakannya di tempat yang suci, menghadap kiblat, dan

102
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid IX Juz 25-2627, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010), hlm. 652.
40

berpakaian sopan seolah-olah pembaca berhadapan dengan Allah untuk

bercakap-cakap dan dialog kepada-Nya.

f) Bersiwak ( gosok gigi)

Diantara adab membaca Al-Qur’an adalah bersiwak atau gosok gigi

terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur’an, agar harum bau mulutnya

dan bersih dari sisa- sisa makanan atau bau yang tidak enak. Bersiwak

yang lebih afdhal dengan kayu ara seperti yang dibawa oleh seseorang

pada umumnya yang pulang dari tanah suci Mekkah. Kalau tidak ada, bisa

dilaksanakan dengan apa saja yang dapat digunakan untuk membersihkan

gigi.

g) Membaca Ta’awudz

Disunnahkan membaca ta’awudz terlebih dahulu sebelum membaca

Al-Qur’an sebagaimana firman Allah SWT QS. an- Nahl ayat 98:

“Apabila kamu membaca Al-Qur’an hendaklah kamu meminta


perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”.

Hanya membaca Al-Qur’an yang diperintahkan membaca ta’awudz

terlebih dahulu sebelum membacanya. Dengan demikian, membaca

ta’awudz hanya dikhususkan untuk akan membaca Al-Qur’an saja. Untuk

membaca bacaan-bacaan selain Al-Qur’an, seperti membaca sebuah buku,

koran, kitab, dan lain-lain tidak perlu ta’awudz cukup membaca basmallah.

h) Membaca Al-Qur’an dengan tartil

Tartil artinya membaca Al-Qur’an dengan perlahan- lahan, tidak

terburu- buru, dengan bacaan yang tidak baik dan benar sesuai dengan

makhraj dan sifat- sifatnya sebagaimana yang sudah dijelaskan di dalam


41

ilmu tajwid. Makharij huruf artinya membaca huruf- hurufnya sesuai

dengan tempat keluarnya seperti di tenggorokan, di tengah lidah, antara

dua bibir, dan lain-lain.

Allah SWT berfirman Q.S. al- Muzammil ayat 4:

‫۝‬٤ ‫َْأو ِز ْد َعلَْي ِه َو َرت ِِّل الْ ُق ْرآ َن َت ْرتِْياًل‬


“Atau lebih dari seperdua itu dan bacalah Al-Qur’an itu dengan
perlahan-lahan”103

Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan Nabi Muhammad supaya

membaca Al-Qur’an secara tartil (seksama). Maksudnya adalah membaca Al-

Qur’an dengan pelan-pelan, bacaan fasih, dan merasakan arti dan maksud dari

ayat-ayat yang dibaca sehingga berkesan di hati.104 Bacaan yang tartil akan

membawa pengaruh kelezatan, kenikmatan, serta ketenangan, baik bagi para

pembaca ataupun bagi pendengarnya.

i) Merenungkan makna Al-Qur’an

Merenungkan arti ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca, yaitu dengan

menggerakkan hati untuk memahami kata-kata Al-Qur’an yang dibaca

semampunya atau yang digerakkan dengan lidah sehingga mudah untuk

memahami dan kemudian diamalkan dalam praktik kehidupan di tengah-

tengah masyarakat.

j) Khusyuk dan Khuduk

103
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid X Juz 28-2930, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010), hlm. 398.
104
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid X Juz 28-2930, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010), hlm. 400.
42

Khusyuk dan Khuduk artinya merendahkan hati dan seluruh anggota

tubuh kepada Allah sehingga Al-Qur’an yang dibaca mempunyai pengaruh

bagi pembacannya. Ayat-ayat yang dibaca mempunyai pengaruh rasa

tenang, gembira, dan banyak berharap ketika mendapati ayat- ayat tentang

rahmat atau kenikmatan. Demikian juga ayat-ayat yang dibaca mempunyai

pengaruh rasa takut, sedih, dan menangis ketika ada ayat-ayat ancaman.

k) Memperindah suara

Al-Qur’an adalah hiasan bagi suara, maka suara yang bagus akan

lebih menembus hati. Usahakanlah perindah suara dengan membaca Al-

Qur’an dan sangat disayangkan seseorang yang diberi nikmat suara indah

lagi merdu tidak digunakan untuk membaca Al-Qur’an.

l) Menyaringkan suara

Suara yang nyaring dan kencang akan dapat menggugah hati yang

sedang tidur agar ikut merenungkan maknanya, akan menambah semangat

membacanya, dan bermanfaat bagi pendengar yang lain. Di samping itu,

seseorang yang memperdengarkan suara bacaan pada telinga sendiri akan

dapat mengoreksi bacaan tersebut dan lebih berpengaruh pada

renungannya. Kecuali jika dikhawatirkan riya (pamer), tidak ikhlas atau

mengganggu orang lain yang sedang shalat, tentunya pelan lebih afdhal.

m) Tidak dipotong dengan pembicaraan lain

Bahwa membaca Al-Qur’an adalah berdialog kepada Tuhan, karena Al-

Qur’an adalah firman-Nya. Maka diantara adabnya adalah tidak memotong

bacaannya dengan pembicaraan lain atau ngobrol dengan orang lain,


43

apalagi sambil tertawa-tawa atau bermain-main. Demikian ketika memulai

atau mengakhiri bacaan tengah-tengah surah Al-Qur’an, hendaknya

memulai awal pembahasan atau awal permasalahan yang diceritakan Al-

Qur’an tidak masih ada sangkutan dengan setelahnya. Memulai atau

berhenti membaca Al-Qur’an tidak terpengaruh dengan juz atau hizib.

Akan tetapi akan lebih mudah berpedoman maqra’ yang biasanya ditandai

dengan huruf hamzah di atas lingkaran ayat atau satu ain yang tertulis

pinggir luar garis teks Al-Qur’an.

n) Tidak melupakan ayat- ayat yang sudah dihafal

Seseorang yang sudah hafal Al-Qur’an atau hafal sebagian surah Al-

Qur’an, hendaknya tidak sengaja melupakannya. Apa yang sudah dihafal di

luar kepala atau yang sudah disimpan di dalam hati jangan dilupakan begitu

saja. Akan tetapi hendaknya selalu diingat, ditadaruskan, dan di-mudzakarah-

kan, misalnya selalu dibaca, baik di dalam shalat maupun di luar shalat,

tadarus, dan lain-lain.105

9. Keutamaan dan Hikmah Menicntai Al-Qur’an


Mencintai adalah kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dengan

senang hati dan tidak bisa ditinggalkan. Banyak sekali keutamaan- keutamaan

orang membaca Al-Qur’an, melihat begitu agungnya kitab suci ini, Hasby

Asy-Shidiqiy dalam buku Pedoman Dzikir dan Doa memberikan beberapa

keutamaan membaca Al-Qur’an di antaranya:

a) Di tempatkan dalam barisan orang-orang besar yang utama dan tinggi.

105
Abdul Majid Khon, Praktikum Qiraat ( Keanehan bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim dari
Hafash), hlm. 42-56
44

b) Memperoleh beberapa kebajikan dari tiap-tiap huruf yang dibacanya dan

bertambah derajatnya di sisi Allah SWT.

c) Dinaungi dengan payung rahmat, dikelilingi oleh para malaikat dan

diturunkan Allah SWT kepadanya ketenangan dan kewaspadaan.

d) Digemilangkan hatinya oleh Allah SWT dan dipelihara dari kegelapan.

e) Diharumkan baunya, disegani dan dicintai oleh orangorang shalih.

f) Tiada gundah hati di hari kiamat karena senantiasa dalam pemeliharaan

dan penjagaan Allah SWT.

g) Memperoleh kemuliaan dan diberi rahmat kepada bapak ibunya.

h) Terlepas dari kesusahan akhirat. Membaca Al-Qur’an mempunyai

beberapa hikmah khususnya terhadap jiwa manusia sesuai dengan firman

Allah Q.S. yunus: 57:

“Hai, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari manusia


Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.106

Dapat diambil pengertian bahwa Al-Qur’an dapat memperbaiki jiwa

manusia dengan jalan nasihat yang baik, obat bagi segala penyakit hati,

seperti syirik, nifak dan semua penyakit lain, petunjuk kepada jalan

kebenaran dan keyakinan serta terhindar dari kesesatan dalam kepercayaan

dan amal dan rahmat bagi orang-orang beriman.

Kemampuan berpikir manusia sangat terbatas dan mudah sekali dimasuki

oleh bujukan syaitan. Membaca Al-Qur’an akan membawa manfaat kepada

manusia, jika dilaksanakan secara terus menerus (kontinyu). Dengan sering

106
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid IV Juz 10-1112, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010), hlm. 327.
45

orang (membiasakan) membaca Al-Qur’an, maka manusia akan selalu ingat

kepada Allah SWT dan akan mendapat manfaat yang besar dalam hidupnya.

Membaca Al-Qur’an mempunyai beberapa hikmah khususnya terhadap jiwa

manusia.

Adapun hikmah membaca Al-Qur’an diantaranya adalah:

1) Orang yang mahir membaca Al-Qur’an tingkatannya bersama para

malaikat.

2) Dapat menerangi hatinya

3) Tidak akan terkena bencana di hari kiamat kelak

4) Mendapatkan syafa‟at107

5) Mendapat rahmat dari Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah SWT: QS. al-A‟raf ayat 204.

“Dan apabila dibacakan Al-Qur‟an, Maka dengarkanlah baik-baik,


dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (QS. al-
A‟raf: 204.)108

Dalil di atas, dapat diambil pengertian bahwa atas rahmat Allah SWT.

Membaca Al-Qur’an memberi hikmah kepada manusia mempunyai

perhatian penuh, jiwa yang tenang dan suka mendengarkan terhadap

penjelasan dari suatu pelajaran bagi orang yang beriman.

6) Orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapatkan pahala atau suatu

kebaikan. Dalam Hadits disebutkan yang artinya:

107
Abdul Majid Khon, Praktikum Qiraat ( Keanehan bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim dari
Hafash), hlm.56-59
108
Kementrian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Jilid III Juz 7- 8- 9, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010), hlm. 558- 559.
46

“Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kita. Abu Bakr al-Hanafi


menceritakan kepada kita. Ad-Dhahak bin Ustman menceritakan kepada
kita dari Ayyub bin Musa, dia berkata: saya mendengarkan Muhammad
bin Ka’ab al-Qurodzi, dia berkata: saya mendengarkan Abdullah bin
Mas’ud, dia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: “Barangsiapa yang
membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-Qur’an) mendapat satu kebaikan
itu dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan. Aku tidak berkata alif lam mim
satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf”.
(HR. AtTirmidzi).

Hadits diatas menceritakan bahwa kita hendaknya membaca Al-Qur’an

karena barang siapa yang membaca Al-Qur’an satu huruf sekalipun maka

akan mendapat satu kebaikan, dan setiap satu kebaikan akan memperoleh

sepuluh kelipatan.

7) Orang yang membaca Al-Qur’an akan dimuliakan dan di istimewakan

disisi Allah SWT.

Seseorang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an maka nanti mereka

akan berkumpul dengan malaikat yang mulia dan taat, sedangkan orang

yang kesulitan membaca Al-Qur’an maka mereka hanya mendapat dua

pahala. Jadi marilah kita membiasakan membaca Al-Qur’an agar kita

mahir dalam membacanya supaya kita bisa berkumpul dengan para

malaikat yang Mulya dan taat.

D. Pentingnya Pembelajaran Al-Qur’an


Al-Qur’an merupakan pedoman hidup beragama setiap muslim. Sebagai

pedoman, keduanya memerlukan pemahaman yang besar agae muslim dapat

menjalankan keduanya dalam kehidupannya. Untuk sampai kepada

pemahaman tersebut dibutuhkan pendidikan tentang Al-Qur’an yang tepat.

Pendidikan yang mampu mengawali dan memberikan pemahaman keduanyas


47

ini memerlukan materi-materi pelajaran yang dapat menghantarkan kepada

pemahaman lanjutan, baik yang bersifat pendalaman atas dasar-dasarnya atau

bersifat analitis.

Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang bersifat atau berfungsi sebagai

mukjizat (sebagai bukti kebenaran atas kenabian nabi Muhammad) yang

diturunkan kepada nabi yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang dinukilkan

atau diriwayatkan dengan jalan mutawatir dan dipandang beribadah dalam

membacanya.109Jadi, belajar Al-Qur’an penting sekali, selain keutamaan-

keutamaan didalam belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.

Adapun diantara keutamaan-keutamaan belajar dan mengajar Al-Qur’an

adalah seperti yang diceritakan oleh Kulaib bin Syikhab bahwa sahabat Ali

bin Abi Thalib dating ke masjid kota Kufah, disitu ia mendengar teriakan

gaduh banyak orang, dia bertanya ada apakah mereka? Kulaib bin Syikhab

menjawab, “mereka orang-orang yang lagi belajar Al-Qur’an”. Sahabat Ali

bin Abi Thalib lalu memberikan apersepsi terhadap apa yang mereka lakukan

terhadap pernyataan, “mereka orang-orang yang mau belajar Al-Qur’an,

dahulu merupakan kalangan manusia yang amat dicintai Rasulullah SAW.110

Kisah ini menunjukan bahwa aktifitas belajar Al-Qur’an merupakan

aktifitas yang paling baik, yang memberikan apersepsi yang luar biasa oleh

Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadist: “sebaik-baiknya kamu adalah orang

yang belajar Al-Qur’an dan mau mengajarkannya” (HR. Bukhari).

109
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur‟an, (Surabaya. PT.Bina Ilmu 1993) hlm. 2.
110
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur‟an, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2010), hlm. 39.
48
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan menurut jenis datanya, penelitian ini

termasuk peneitian kualitatif. Hal ini dapat dilihat dari prosedur yang

diterapkan, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif,

ucapan atau tulisan dan perilaku yang diamati dari orang-orang (subjek) itu

sendiri.111

Sehubungan dengan itu moleong menjelaskan ciri-ciri penelitian kualitatif

meliputi: mempunyai latar alami sebagai sumber data atau pada konteks dari

sesuatu yang utuh, peneliti sendiri merupakan instrumen utama dalam usaha

pengumpulan data, analisis data secara induktif, bersifat deskriptif, sangat

mementingkan proses dari pada hasil, ada batas yang ditentukan oleh fokus,

menggunakan teori dasar, ada kriteria khusus untuk kaebsahan data, desain

bersifat sementara, dan hasil penelitian dirundingkan serta disepakati

bersama.112

111
Arif Furchan, Metode Penelitian Kualitatif, ( Surabaya: Usaha Nasional,1992), hlm.21-23.
112
Lexy J. Moleong, Metode penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT. Remaja Rodya Karya, 2013),
hlm. 8-13

49
50

2. Jenis Penelitian

Jika dilihat dari lokasi yang dipilih oleh penelitian jenis penelitian ini

merupakan penelitian lapangan (field research). Menurut Suryabrata,

penelitian lapangan bertujuan “ mempelajari secara intensif latar belakang,

keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individual,

kelompok, lembaga, masyarakat”.113

Jenis penelitian ini akan menggunakan rancangan studi kasus (case

study). Studi kasus merupakan kajian dari suatu penelitian yang terdiri dari

suatu unit secara mendalam, sehingga hasilnya merupakan gambaran

lengkap atau kasus pada unit tertentu.114

Jadi, dalam penelitian ini penulis berusaha meneliti tentang Konsep

Pembelajaran Al-Qur’an dalam Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Al-

Qur’an pada siswa di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo.

B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti bertindak sebagai

instrument

sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti mutlak di perlukan karena

disamping peneliti kehadiran, peneliti juga sebagai pengumpul data.

Sebagai pengamat partisipan berperan serta, artinya dalam proses

pengumpulan data peneliti dalam mengadakan pengamatan dan

mendengarkan secara cermat mungkin sampai pada sekecil-kecilnya

113
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 22
114
S. Margono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Jakarta Rineka Cipta, 2003), hlm. 27.
51

sekalipun. Pengamatan berperan serta sebagai penelitian yang bercirikan

interaksi sosial yang memakan waktu yang cukup lama antara peneliti
52

dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk

catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa

gangguan.

C. Sumber Data Penelitian


Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data adalah

subjek dari mana data-data diperoleh. Berdasarkan pengertian tersebut dapat

dimengerti bahwa yang dimaksud dengan sumber data adalah darimana

peneliti akan mendapatkan dan menggali informasi berupa data-data yang di

perlukan dalam penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang diperlukan oleh penulis maka digunakan

metode Sebagai berikut:

a) Metode Observasi

Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena yang

diselidiki.115 Observasi yang dilakukan adalah observasi secara sistematis,

yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman sebagai

instrument penelitian.

Adapun data yang ingin diperoleh peneliti adalah:

1. Konsep pembelajaran Al-Qur’an dalam menumbuhkan rasa cinta

terhadap Al-Qur’an di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo .

115
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekata praktek , (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm. 107
53

2. Kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan intrakulikule (via

online) dan ekstrakurikuler dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap

membaca Al-Qur’an di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo.

b) Metode interview.

Metode interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

Tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan

pada tujuan. Metode ini juga merupakan wawancara langsung dengan

responden sebagai pihak yang memberikan keterangan. Di sini peneliti

menggunakan metode interview tak berstruktur (instructured interview)

dikarenakan peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

tersusun secaras istematis tapi hanya berupa garis besar atau pedoman

umum saja.116 Metode ini bersifat luwes dan terbuka untuk mendorong

subjek penelitian agar jawabannya cukup lengkap dan terjabarkan serta

mendalam sesuai dengan peneliti.

Metode ini digunakan peneliti untuk mendapatkan data tentang:

1. Program-program yang disusun oleh MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo,

khususnya tentang pembelajaran Al-Qur’an.

2. Sejauh mana Pembelajaran Al-Qur’an yang Menumbuhkan Rasa Cinta

Membaca Al-Qur’an di MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo.

3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam menumbuhkan Rasa

Cinta membaca Al-Qur’an.

c) Metode Dokumentasi

116
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekata praktek , (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm. 107
54

Metode ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan interview. Peneliti menggunakan metode ini digunakan untuk


117

memperoleh data tentang:

1. Data mengenai program-program MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo yang

direncanakan dalam Menumbuhkan Rasa Cinta Membaca Al-Qur’an

pada siswa.

2. Struktur Organisasi MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo.

3. Data guru, siswa dan karyawan serta struktur MTs Al-Khairaat Kota

Gorontalo.

E. Teknik Analisis Data


Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview

dan dokumentasi, maka penulis menggunakan teknik analisa deskriptif

kualitatif dengan pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha

menggambarkan dan mempresentasikan data secara sistematis, ringkas dan

sederhana tentang pembelajaran Al-Qur’an dalam rangka menumbuhkan rasa

cinta membaca Al-Qur’an pada setiap siswa, sehingga lebih mudah dipahami

oleh peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Mendeskripsikan data kualitatif adalah dengan cara menyusun dan

mengelompokkan data yang ada, sehingga dapat memberikan gambarannya.

Metode penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika

tematis, prinsip angka, atau metode statistik.

117
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 82.
55

Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan

data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat

ditarik atau diverifikasi.

Data yang diperoleh dari lapangan langsung ditulis dengan rinci, dan

sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Laporan-laporan itu perlu

Direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus

penelitian agar mudah untuk menyimpulkannya. Reduksi data dilakukan

untuk mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang

diperoleh bila diperlukan serta dalam memberikan kode kepada aspek-

aspek tertentu.118

b. Display Data atau Penyajian Data

Yaitu mengumpulkan data atau informasi secara tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Data yang sudah ada disusun dengan menggunakan teks yang

bersifat naratif, selain itu bisa juga berupa matriks, grafik, networks, dan

chart. Dengan alasan supaya peneliti dapat menguasai data dan tidak

tenggelam dalam tumpukan data, serta untuk memudahkan peneliti dalam

memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya.119

c. Menarik kesimpulan atau verifikasi


118
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekata praktek , (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm. 107
119
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 95.
56

Yaitu merupakan rangkai analisis data puncak, meskipun begitu

kesimpulan juga membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung.

Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan yang valid.

Oleh karena itu, ada baiknya sebuah kesimpulan ditinjau ulang dengan

cara memverifikasi kembali catatan-catatan selama penelitian dan

mencari pola, tema, model, hubungan dan persamaan untuk diambil

sebuah kesimpulan.120

120
Nasution, Metode Penelitian Naturalistk-Kualitatif, hlm.130.
BAB IV
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Latar Penelitian


1. Sejarah berdirinya MTs Al-Khairaat kota Gorontalo

Pada tahun 1930, Adda’i illallah Al Habib Sayyid Idrus Bin Salim Al

Djufrie, membangun sebuah Pondok Pesantren yang diberi nama “AL-

KHAIRAAT’’ dan juga mendirikan cabang di beberapa daerah. Salah satu

Madrasah yang di naungi oleh yayasan Pondok Pesantren Al-Khairaat yaitu

Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat kota Gorontalo. MTs Al-Khairaat kota

Gorontalo berlokasi di Jalan Sultan Botutihe No. 16 Kec. Kota Utara Kel.

Dembe II. MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo Hebat dirintis pada tahun 1979

dan resmi didaftarkan sejak tahun 1980. Mula-mula dibangun tiga lokasi

untuk ruang kelas dan sebuah ruangan untuk Kantor. Pada tahun 1979

menempati wilayah strategis di pusat Kota Gorontalo. Berada dalam

naungan Kementrian Agama. Nomor SK Pendirian D/Wr/Mts/0004/1993,

tanggal SK Pendirian 1993-01-04. Akreditasi Madrasah B, tanggal SK

Akreditasi 31-12-2008. Luas Tanah 2,000 m2, dan setiap tahunnya MTs Al-

Khairaat Kota Gorontalo berusaha meningkatkan kualitas dan meningkatkan

pelayanan kepada para siswanya.121

121
Dokomentasi MTs Al-Khairaat kota Gorontalo 7 Mei 2021

56
57

Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat kota Gorontalo memiliki Visi

yaitu:“Menjadi Madrasah terunggul dalam prestasi akademis, non

akademis, religi dan budaya’’.

Dan misinya adalah :

1. Melaksanakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.

2. Memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensi dari bidang

Seni.Olahraga sesuai dengan minat dan bakat.

3. Membentuk pribadi yang berakhlaqulkarimah.

4. Menyediakan fasilitas layanan jaringan informasi bagi orang tua dan

siswa.122

Serta tujuannya adalah:

1. Siswa beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan

berakhlaqul karimah.

2. Siswa memiliki dasar pengetahuan, kemampuan dan keterampilan

untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya.

3. Siswa kreatif, terampil dan bekerja untuk mengembangkan diri secara

terus menerus.

Adapun nama-nama kepala Madrasah yang telah mengemban dalam

memimpin demi lancarnya proses belajar mengajar MTs Al-Khairaat Kota

Gorontalo adalah sebagai berikut:

1. Bapak Yacub Lahambu, Ba, Tahun 1979 – 1980.

2. Bapak Muhammad Kasuba, Tahun 1980 - 1983.

122
Dokumentasi MTs Al-Khairaat kota Gorontalo 7 Mei 2021.
58

3. Bapak Drs. Harun Ginoni, Tahun 1983 - 1994,

4. Bapak Hamka Biyahimo, Tahun 1994 - 1999, 

5. Bapak Drs. Burhan Dunggio. Tahun 1999 - 2002

6. Bapak Ibrahim Lanti, S.Ag,  Tahun 2002 - 2003,

7. Bapak Djakfar S. Kilo, S.Ag, Tahun 2003 - 2005

8. Bapak IrhamSulaeman, S.Ag, Tahun 2005 - 2008

9. Bapak Sutrisno Yusuf, M.Pd.I,  Tahun 2008 - 2010,

10. Bapak SafroniSy. Usman, S.Ag, M.Pd.I,  Tahun 2010 - Sekarang,

Profil Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat kota Gorontalo.

NPSN : 60728913
NSS : 212176101002
Nama : MTs Al-Khairaat kota Gorontalo
Akreditasi :B
Alamat : Jl. SULTAN BOTUTIHE NO. 16
Zip : 96121
Nomor telepon : 0435830293
Nomor Faks :-
Email :home@mtsalkhairaatgorontalo.
sch.id
Jenjang : MTS
Status : Pribadi
Situs :www.mtsalkhairaatgorontalo
.sch.id
Lintang : 0,5426145294792502 
Bujur : 123.08043345808983 
Tinggi : 13
Waktu Belajar : Sekolah Pagi
59

2. Letak Geografis

Letak Geografis MTs Al-Khairaat kota Gorontalo, lokasinya sangat

strategis, mudah dijangkau dari tempat tinggal masyarakat. Letak sekolah

ini berada disebelah jalan utama akses lalu lintas kota Gorontalo. Sehingga

mudah untuk mendapatkan alamat, dan juga banyak kenderaan umum yang

melewati sekolah ini. Membuat siswa, siswi dan guru yang belajar mengajar

di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo tidak merasa sulit dalam perjalanan,

tepatnya di Jalan Sultan Botutihe, Kecamatan kota utara Gorontalo.

Adapun batas-batas wilayah MTs Al-Khairaat kota Gorontalo secara

geografis yaitu:

a) Disebelah utara berbatasan dengan TK Al-Khairaat kota Gorontalo.

b) Disebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk.

c) Disebelah selatan berbatasan dengan MI Al-Khairaat kota Gorontalo.

d) Disebelah barat berbatasan dengan MA Al-Khairaat kota Gorontalo.123

3. Keadaan Guru dan Karyawan

a) Keadaan Guru

Secara umum keadaan guru di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo

mayoritas baik dan berstatus Pegawai Tetap Yayasan serta bersertifikasi.

Hampir keseluruhan guru di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo berpendidikan

Strata 1 (S1) dan Strata 2 (S2) dibidangnya masing-masing. Sekilas rincian

123
Dokumentasi MTs Al-Khairaat kota Gorontalo 7 Mei 2021
60

kondisi guru yang berstatus Pegawai Tetap Yayasan berjumlah 18

orang,pegawai tidak tetap berjumlah 5 orang, dan PNS berjumlah 14


61

orang.124 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel keadaan guru di

bawah ini:

Tabel 1

Keadaan Guru MTs Al-Khairaat kota Gorontalo

NO. NAMA TTL NUPTK

Syafroni Syamsudin
1 Gorontalo, 1973-06-29 1961753655200002
Usman M.pd.I
2 Saifulhaq Inaku S.Pd.I Gorontalo, 1990-01-03 14435768668120002
3 Yusuf Ismail S.Pd. Kabila, 1983-10-28 0360763665110063
4 Safrudin Harun S.Pd Gorontalo, 1978-06-27 1959756657200002
5 Nanang Masaudi S.Pd Gorontalo, 1980-10-15 3347758661110033
6 Karman Adam Gorontalo, 1975-03-21 5653753653200002
7 Imran Muharam S.Pd Gorontalo, 1980-11-06 1438758659120003
2746763666110022
8 Akram Nihe S.Pd.I Keramat, 1985-04-14
Muh. Gufron
9 Gorontalo, 1976-07-21
Suratman
10 Ismail Yasin S.Pd.I Kabila, 1995-02-05
11 Juprianto Antoni Wakat, 1994-10-05
12 Uten Ismail S.Pd.I Kabila, 1982-09-08 2141760662200033
Anthonius U
13 Gorontalo, 1967-05-20 5852745647200042
Mahdang S.Pd
Arinta Dewi Usman
14 Kwandang, 1976-06-24 0056754656300043
S.Ag
Hasmi Adam Monu
15 Paguyaman, 1968-03-29 8661746649300012
S.Pd
16 Iswaty Gani S.Pd Gorontalo, 1961-01-15 9447739640300042
17 Karlina Mile S.Pd Gorontalo, 1963-05-23 7855741642300042
Kotamadya Gorontalo,
18 Maryam Abidin S.Pd 1250747649300003
1969-09-18
19 Maspa Mardjun S.Pd Gorontalo, 1969-08-27 9159747649300063
Rahmiyati Masangka
20 Gorontalo, 1979-01-12 2444757658220002
S.Pd
21 Selvia Abas S.Pd Gorontalo, 1971-04-10 9742749650300032
22 Ulva Van Gobel S.Pd Gorontalo, 1980-12-02 9534758660300093
23 Wiwin Ismail S.Pd Oluhuta, 1980-11-19 1451759663300003
Rahmin Paputungan
24 Gorontalo, 1979-11-05 1437757659300003
S.Pd

124
Dokumentasi MTs Al-Khairaat kota Gorontalo 7 Mei 2021
62

25 Olyn Helingo S.Pd Gorontalo, 1973-10-11 8442751653300073


26 Fatni U Kamudin S.Pd Limboto, 1970-05-18 4850748650300072
27 Ervin Saleh S.Pd Gorontalo, 1991-05-13
Srinungsintia Y
28 Biluhu, 1994-05-04
Mohamad
29 Nurlin Bolota S.Pd Gorontalo, 1989-06-02
30 Fitriyah Saleh Gorontalo, 1994-12-20
31 Miskat S. Inaku Gorontalo, 1991-09-28
Bolaang Mongondow,
32 Rugaiyah S. Dunggu
1988-09-12
Yayu Angraini H.
33 Gorontalo, 1993-01-14
Katili
34 Nuryani Arsyad Gorontalo, 1992-03-04
Wiwien Nurhidayah
35 Sengkang, 1986-05-18 1850764664300012
Arsyad
36 Sitti Nahdiyah Alamri Bintauna, 1983-07-23

Sumber Data: Dokumentasi MTs Al-Khairaat kota Gorontalo 26 Mei 2021


b) Keadaan Karyawan
Tabel 2
Keadaan Karyawan
NO. NAMA TTL JABATAN

1 Karman Adam Gorontalo, 1975-03-21 Kepala Tata Usaha


2 Rara Ayudiyah Olii Gorontalo, 1995-08-30 Staf Tata Usaha

Sumber Data: Dokomentasi MTs Al-Khairaat kota Gorontalo 26 Mei 2021

4. Keadaan Siswa

Keadaan dan jumlah siswa MTs Al-Khairaat kota Gorontalo

keseluruhannya berjumlah 829 orang. Dengan rincian siswa laki-laki

berjumlah 420 orang dan siswa perempuan berjumlah 409 orang. Dari

seluruh siswa untuk tahun ajaran 2020/2021. Agar lebih jelas dapat dilihat

tabel berikut:
63
64

Tabel 3
Keadaan Siswa MTs Al-Khairaat kota Gorontalo 2020/2021

Jenis Kelamin
No. Kelas Jumlah
L P
1 VII 146 172 318
2 VIII 124 162 286
3 IX 150 175 325
420 409 829
Total

Sumber Data: Dokumentasi MTs Al-Khairaat kota Gorontalo 21 Januari 2021

5. Kondisi Sarana Prasarana

Kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki MTs Al-Khaitaat kota

Gorontalo, sudah sangat baik. Dalam kelengkapan untuk menjadi

penunjang dalam proses belajar mengajar telah dilengkapi.

Tabel 4

Sarana dan prasarana MTs Al-Khairaat kota Gorontalo

Kondisi
Kriteria Satuan Rusak Rusak Jumlah
Baik
Ringan Berat
Total ruang kelas Kelas 12 12
Kursi siswa Buah 829 829
Kursi guru Buah 12 12
Meja guru Buah 12 12
Lemari Buah 12 12
Papan Panjang Buah 12 12
Papan Tulis Buah 12 12
Tempat Sampah Buah 12 12
65

Jam Dinding Buah 12 12


Stop Kontak Listrik Buah 12 12
Kipas Angin Buah 12 12
Spiker Kelas Buah 12 12

Sumber Data: Dokumentasi MTs Al-Khairaat kota Gorontalo 26 Mei 2021

6. Ekstrakurikuler

Di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo terdapat ekstrakurikuler berupa

kegiatan pramuka, latihan menulis khot (kaligrafi), baca tulis Al-Qur’an

(BTQ) yang dikenal dengan Shohibul Qur’an, serta adanya latihan seni yaitu

tarian tradisional.

7. Struktur Organisasi

Struktur organisasi di bentuk dengan tujuan segala kegiatan dapat

terkontrol dan terorganisir dengan tertib dan baik. Adapun struktur

organisasi di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo adalah sebagai berikut:125

125
Dokumentasi MTs Al-Khairaat kota Gorontalo 22 Agustus 2021
66

Tabel 5

Struktur Organisasi MTs Al-Khairaat kota Gorontalo


KEPALA MADRASAH
Safroni Sy, Usman M.Pd.I

WAKA MADRASAH
Selvia Abas M.Pd.I

SEKRETARIS BENDAHARA
Karlina Mile M.Pd. Maspa Mardjun M.Pd.

Bidang Pendidikan Bidang Sarpras Bidang Humas Bidang Kurikulum

Bidang Pengajar Santri

Keterangan :

: Garis komando/instruktif

Sumber data : Observasi, dan Dokumentasi MTs Al-Khairaat kota

Gorontalo
67

B. Paparan Data
Paparan data disini merupakan uraian yang disajikan peneliti dengan topik

sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang peneliti lakukan dan peneliti amati

dalam proses penelitian. Paparan data tersebut peneliti peroleh dari sumberdata

yang telah peneliti tentukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

Wawancara dilakukan kepada Kepala Madrasah, Waka Kesiswaan, Guru

Qur’an Hadits seta Guru BTQ (Shohibul Qur’an)

1. Konsep Pembelajaran Al-Qur’an dalam Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap


Al-Qur’an bagi siswa di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo
Konsep Pembelajaran Al-Qur’an yang Menumbuhkan Rasa Cinta

Terhadap Al-Qur’an sudah diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat

kota Gorontalo dalam kegiatan apel pagi. Sebelum di mulainya proses

belajar mengajar, dan mendapatkan tanggapan positif bagi

siswanya.Berdasarkan keterangan kepala Madrasah menjelaskan bahwa:

“Dalam Suatu konsep Pembelajaran Al-Qur’an madrasah


mengadakan kegiatan rutin membaca Al-Qur’an bagi siswa yang
dipandu oleh guru atau siswa yang bertugas, untuk membaca Al-
Qur’an setiap pagi sebelum jam pelajaran dimulai. Pada konsep
pembelajaran ini telah disusun dan dilaksanakan dari sejak lama,
bahkan sebelum adanya program wajib membaca Al-Qur’an dari
Dinas Pendidikan. Untuk itu dengan telah dibantu akan adanya
program langsung dari Dinas Pendidikan agar dilaksanakannya
kegiatan membaca Al-Qur’an sebelum melaksanakan pembelajaran,
kegiatan membaca Al-Qur’an mesti tetap dipertahankan sebagai
budaya yang telah lama dilaksanakan, dan selama ini mempunyai hasil
yang positif bagi siswa”.126

126
Wawancara, Ustad Syafroni Syamsudin, Usman, Kepala Madrasah di MTs Al-Khairaat Kota
Gorontalo, 21 Janurari 2021
68

Untuk mendeskripsikan Konsep Pembelajaran Al-Qur’an yang

Menumbuhkan Rasa Cinta dalam Membaca Al-Qur’an, peneliti melakukan

pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara mendalam dan

dokumentasi. Sumber data yang peneliti tentukan untuk memperoleh

informasi tentang kegiatan pembiasaan diantaranya adalah kepada Kepala

Madrasah, Guru Qur’an Hadits, Guru BTQ. Hal ini didukung dengan

pengamatan bahwa konsep Pembelajaran Al-Qur’an dilakukan setiap

sebelum dimulainya Pembelajaran, konsep ini telah lama di terapkan di

Madrasah ini, juga mendapatkan hasil yang positif bagi siswa dalam

pelaksanaannya.

Membaca Al-Qur’an siswa dilaksanakan secara bersama-sama yaitu

setiap pagi 15 menit sebelum dimulainnya kegiatan belajar mengajar. Surat

yang baca yaitu diawali dari juz ‘amma. Berdasarkan pernyataan guru

Qur’an Hadits:

“Disini setiap pagi sebelum kegiatan pembelajaran dimulai siswa


terlebih dahulu membaca surat-surat pendek. Dimulai pukul 6.45-
07.00 dengan didampingi guru yang mengajar pertama”.127

Dalam pengamatan, peneliti melihat kegiatan membaca Al-Qur’an

berjalan dengan cukup baik dan tertib. Setiap kelas ada guru yang ikut serta

dalam membaca Al-Quran, akan tetapi juga ada kelas yang membaca Al-

Qur’an sendiri tanpa ada guru yang mendampingi, ketika guru ikut

mendapingi siswa membaca Al-Qur’an, siswa akan memperoleh bimbingan

127
Wawancara, Ustazah Sakinah S, Dunggu, Guru Al-Qur’an Hadits kelas VII di MTs Al-Khairaat
Kota Gorontalo, 21 Januari 2021.
69

ketika proses membaca Al-Qur’an berlangsung. Sesuai yang disampaikan

oleh Waka Kesiswaaan.

“Untuk pelaksanaannya anak-anak didampingi oleh guru jam


pertama yang mengajar, apabila guru jam pertama udhur atau belum
datang digantikan oleh guru piket. Jadi guru piket keliling untuk
mengetahui apakah ada jam kosong waktu pembacaan Al-Qur’an
tersebut, dengan adanya guru yang mendampingi anak-anak akan
lebih semangat dan tertib, namun melihat keadaan sekarang ini untuk
pembacaan al-quran dilakukan dirumah masing-masing dengan setiap
paginya anak-anak mengabsen diri mereka melalui Wa”.128

Berdasarkan pernyataan tersebut pada masing-masing kelas guru

mengawasi peserta didik membaca Al-Qur’an sehingga dalam

pelaksanaannya sudah cukup baik. Akan tetapi sering dijumpai bahwa ada

kelas kosong ketika proses membaca Al-Qur’an dimulai, hal ini

menyebabkan siswa tidak semangat dan kurang bersungguh-sungguh dalam

membaca Al-Qur’an.

Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

siswa membaca Al-Qur’an dilaksanakan setiap hari kecuali hari jum’at,

pada 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, surah yang dibaca setiap

kelas berbeda-beda, karena membacanya sesuai dengan kesepakatan kelas,

akan tetapi ketentuan yang dibaca sama yaitu juz’amma surah al-fatihah

sampai ad-dhuha.Ketika dalam pelaksanaannya siswa-siswi tetap

didampingi oleh guru. Ketika guru terus mengawasi tentu siswa merasa

mempunyai tanggung jawab dan berusaha melaksanakan dengan baik sesuai

intruksi guru. Namun dalam kondisi seperti sekarang ini proses Mengajinya

128
Wawancara, Selvia Abas, Waka Kesiswaan di MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo, 21 JAnuari
2021.
70

tidak sesuai dengan seperti biasanya, akan tetapi kelebihan disini orang tua

dapat memantau langsung kegiatan anaknya saat di pagi hari yaitu dengan

mengaji dan mereka mengabsen diri mereka melalui via wa.

Dalam sebuah madrasah islami, tentu kualitas peserta didik lebih

diutamakan dalam hal agama. Dan membaca Al-Qur’an merupakan salah

satu hal yang sangat diprioritaskan, karena setiap hari peserta didik akan

menemui mata pelajaran yang ada bacaan Al-Qur’annya. Dalam hal

membaca Al-Qur’an tentu tidak boleh asal membaca, melainkan harus

mengetahui ilmu tentang bacaan Al-Qur’an dengan baik dan benar yaitu

lmu tajwid. Namun, tidak semua peserta didik dapat membaca Al-Qur’an

sesuai ilmu tajwid, dan kemampuan mereka sangat beragam. Hal ini sesuai

dengan apa yang disampaikan oleh guru mulok tajwid, beliau mengatakan

bahwa:

“Kebiasaan peserta didik di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo


beragam dalam membaca Al-Qur’an, ada yang sudah lancar dan ada
yang masih membutuhkan bimbingan khusus.”129

Senada dengan ungkapan di atas, wali kelas VII juga menambahkan

mengenai konsep pemberlajaran Al-Qur’an peserta didik.Beliau mengatakan

bahwa:

”Peserta didik yang masuk di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo


telah melalui beberapa tes, yang salah satunya yaitu membaca Al-
Qur’an. Jadi, mereka benar-benar disaring dengan benar sesuai
kemampuannya.”130

129
Wawancara dengan Ustazah Arinta DewiUsman, selaku guru muatan lokalTajwid MTs Al-
Khairaat Kota Gorontalo, 20 Januari 2021.
130
Wawancara dengan Ustazah Ulva Van Gobel, selaku Wali Kelas VII di MTs Al-Khairaat Kota
Gorontalo, 20 Januari 2021.
71

Kecintaan peserta didik dalam membaca Al-Quran dapat dilihat dari

notabene kelas sebelumnya, atau ketika masih duduk di bangku sekolah

dasar. Latar belakang tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan

peserta didik saat ini, hal ini dijelaskan kembali oleh guru mulok Tajwid

beliau mengatakan bahwa:

”Latar belakang sekolah dasar sangat berpengaruh terhadap


kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an, misalnya dari
SD pasti membacanya belum lancar, namun ada yang sudah bagus
tapi sorenya belajar di TPQ dan dari anak-anak itu tersebut dapat
dilihat keseharian mereka ketika kesekolah, dimana ada yang
membawa Al-quran dan ada saja yang hanya membawa juz amma.”131

Selain dari notabene kelas sebelumnya, guru muatan lokal tajwid

mengetahui kebiasaan peserta didiknya dari praktek membaca Al-Qur’an

juga dari penguasaan materi yang disampaikan dan dipraktekkan peserta

didik. Hal ini disampaikan oleh guru muatan lokal tajwid beliau mengatakan

bahwa:

“Untuk mengetahui kecintaan peserta didik terhadap Al-Qura’an,


pertama saya awali dengan mengulas kembali materi sebelumnya, hal
ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman
siswa dalam menerima materi tersebut. Kemudian memanggil peserta
didik satu persatu untuk maju dan mempraktekkan membaca Al-
Qur’an.”132

Sesuai dengan hasil observasi yaitu pada kegiatan pembelajaran

praktek membaca Al-Qur’an, kebiasaan peserta didik di MTs Al-Khairaat

kota Gorontalo khususnya kelas VII beragam, namun kemampuannya lebih

baik dibandingkan dengan kelas yang lain. Meskipun ada beberapa siswa

131
Wawancara dengan Ustazah Arinta Dewi Usman, selaku guru muatan local Tajwid MTs Al-
Khairaat Kota Gorontalo, 20 JAnuari 2021.
132
Wawancara dengan Ustazah Arinta Dewi Usman, selaku guru muatan local Tajwid MTs Al-
Khairaat Kota Gorontalo, 20 Januari 2021.
72

yang bernotabene dari SD, namun kebiasaannya dapat setara dengan yang

lain. Hal ini dikarenakan sebagian siswa kelas VII diharuskan tinggal di

pondok pesantren madrasah, dan di pondok tersebut ada jadwal mengaji

rutin. Dengan adanya pondok pesantren tersebut, siswa diberikan bimbingan

khusus dan mendalam dalam hal membaca Al-Qur’an.

Sedangkan peserta didik yang mempunyai kemampuan kurang dan

nilainya masih dibawah KKM, pihak madrasah telah membuat sebuah

program khusus, yang bertujuan agar peserta didik dapat belajar membaca

Al-Qur’an dengan baik dan benar. Guru mulok Tajwid kembali

menjelaskan, bahwa:

“Jika ada siswa yang mempunyai kelemahan dalam membaca Al-


Qur’an, maka ada bimbingan khusus yang diadakan oleh pihak
madrasah yaitu setiap hari Ahad dan Rabu. Siswa yang belum lancar
dalam membaca Al-Qur’an dan nilai mereka masih di bawah KKM,
akan diberikan bimbingan khusus dan juga akan dilakukan pengayaan
nilai agar dapat mencapai KKM.”133

Dari data dokumentasi yang diperoleh peneliti, guru menilai peserta

didik dari 3 aspek, yaitu aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.Aspek

pengetahuan diperoleh dari pengetahuan peserta didik dalam

memperhatikan penjelasan guru dan mencatat penjelasan yang belum

dipahami peserta didik. Aspek sikap diperoleh dari sikap peserta didik yang

dipanggil untuk maju ke depan mempraktekkan membaca Al-Qur’an,

apakah peserta didik tersebut bersikap sopan atau tidak.Sedangkan aspek

133
Wawancara dengan Ustazah Arinta Dewi Usman, selaku guru muatan local Tajwid MTs Al-
Khairaat Kota Gorontalo, 20 Januari 2021.
73

keterampilan diperoleh dari hafalan atau bacaan yang benar saat praktek

membaca Al-Qur’an sesuai dengan teori yang telah dijelaskan guru.134

Jadi peserta didik yang kemampuannya kurang dan nilainya dibawah

KKM akan diberikan materi tambahan oleh pihak madrasah, yaitu setiap

hari Ahad. Hal ini dikarenakan pihak madrasah ingin menciptakan peserta

didik yang islami dan fashih dalam membaca Al-Qur’an. Kecintaan peserta

didik dalam membaca Al-Qur’an dilihat fari kelas sebelumnya yaitu sekolah

dasar, selain dari notabene kelas penguasaan materi yang disampaikan dan

di praktekan. Terlihat serius pada saat kegiatan ekstra tersebut, mereka ingin

dapat memperbaiki bacaan yang salah dan dapat membacanya dengan

fashih.135

2. Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an pada siswa di MTs Al-Khairaat


kota Gorontalo

Sasaran dan tujuan penerapan pembelajaran Al-Qur’an di MTs Al-

Khairaat kota Gorontalo. Di Uraikan oleh Guru BTQ bahwa:

“Sasaran dari penerapan pembelajaran Al-Qur’an, adalah seluruh


umat Islam yang pada khususnya siswa MTs Al-Khairaat kota
Gorontalo. Maka dari itu, penerapan ini dijadikan sebuah pembiasaan
bagi siswa untuk membaca Al-Qur’an yang dilaksanakan setiap pagi
sebelum memulai pelajaran dan ada lagi program Shohibul Qur’an.
Kemudian tujuan dari penerapan pembelajaran Al-Qur’an adalah,
sebagai pelajaran khusus dalam membaca Al-Qur’an siswa, di luar
pelajaran lain dan juga di luar pelajaran khusus pelajaran Baca Tulis
Al-Qur’an. Agar siswa mendapatkan waktu untuk mempelajari Al-
Qur’an”.136
134
Hasil observasi via online/zoom pada saat proses pembelajaran di MTs Al-Khairaat Kota
Gorontalo pada 19 Januari 2021
135
Hasil observasi via online/zoom pada saat proses pembelajaran di MTs Al-Khairaat Kota
Gorontalo pada 19 Januari 2021.
136
Wawancara, Ustazah Liza Triana Nadjamuddin, Guru BTQ dan Ketua Shohibul Qur’an di MTs
Al-Khairaat kota Gorontalo, 21 Januari 2021.
74

Berdasarkan ungkapan Wakil Kepala Madrasah:

“Penerapan membaca Al-Qur’an bertujuan untuk membentuk


karakter Islami siswa, yang lebih mencintai Al-Qur’an dengan senang
membaca atau menyimaknya. Untuk itu kegiatan ini menjadi tradisi
yang dipandang cocok bagi siswa dalam keagamaan. Yakni melihat
akan adanya Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Permen Diknas RI No. 39 tahun 2008 tentang
pembinaan kesiswaan dan seterusnya”.137

Hal ini jika dikaitkan dengan hasil pengamatan maka dari penerapan

pembiasaan membaca Al-Qur’an dapat membentuk karakter siswa yang

lebih cinta pada Al-Qur’an serta menjadikannya tradisi dalam keagamaan.

Berikut ini Ungkapan dengan salah satu guru Al-Qur’an Hadits:

“Penerapan mencintai dalam membaca Al-Qur’an adalah program


positif yang bersifat keagamaan di Madrasah, untuk siswa agar lebih
dekat dengan Al-Qur’an. Penerapan mencintai dalam membaca Al-
Qur’an juga menjadi patokan diawal masuknya siswa baru, untuk
mengetahui tingkat kelancaran dan benar salahnya siswa dalam
membaca Al-Qur’an, setelah itu baru siswa dimatrikulasikan atau
dikelompokan untuk masing-masing tingkat kemampuannya dalam
membaca Al-Qur’an, kemudian bagi yang belum bisa ataupun belum
lancar dalam membaca, akan diberikan binaan khusus
diekstrakurikuler qira’ah”.138

Sesuai pengamatan yang dilakukan peneliti pada program kegiatan ini

dibentuk khusus untuk siswa, agar menjadi sebuah pembiasaan yang baik

diaktivitas sehari-hari dalam ranah keagamaan yang mengarah kepada

pendekatan dan kecintaan terhadap kitab Al-Qur’an.

Pada pengamatan ini menuturkan dalam menerapkan kegiatan ini

dianggap sangat baik bagi siswa, karena dapat diambil kemanfaatannya di

137
Wawancara, Ustazah Selvia Abas, Wakil kepala Madrasah di MTs Al-Khairaat Kota Gorontalo,
22 Januari 2021.
138
Wawancara, Ustazah Sakinah S, Dunggu, Guru Al-Qur’an Hadits kelas VII di MTs Al-
Khairaat Kota Gorontalo, 22 Januari 2021.
75

dalam satu huruf saja terdapat 10 kebaikan, apalagi jika setelah terbiasa

membaca Al-Qur’anserta pahalanya yang melimpah bagi pembacanya.

Dalam menerapkan pembacaan Al-Qur’an pada siswa madrasah

menjadikan pelajaran tajwid merupakan salah satu muatan lokal yang sangat

penting untuk dipelajari, karena dengan tajwid itulah dapat membimbing

seseorang dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai ilmu

tajwid. Hal ini dijelaskanoleh Kepala Madrasahdi MTs Al-Khairaat kota

Gorontalo beliau mengatakan bahwa:

“Muatan lokal Tajwid diadakan di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo


karena tajwid sangat penting untuk membimbing kita dalam membaca
Al-Qur’an agar terhindar dari kesalahan. Maka dari itu, di MTs Al-
Khairaat kota Gorontalo diadakan Mulok Tajwid agar peserta didik
dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.”139

Untuk mempermudah belajar, muatan lokal tajwid menggunakan

media kitab sebagai penunjangnya. Kitab yang digunakan yaitu kitab

Tajwid dan Wafa praktis bagi pemula, kitab ini digunakan karena sesuai

dengan tingkatan anak MTs dan telah digunakan di MTs Al-Khairaat kota

Gorontalo sejak dulu. Hal ini dijelaskan kembali oleh Kepala Madrasah di

MTs Al-Khairaat kota Gorontalo beliau mengatakan bahwa:

“Kitab tajwid praktis bagi pemula digunakan di MTs Al-Khairaat


kota Gorontalo karena sesuai dengan tingkatan anak MTs, selain itu
kita menggunakan kitab tersebut yang sudah dipakai sejak dulu
sebagai media pembelajaran Tajwid. Dan kitab tersebut juga sudah
ditetapkan dari kemenag, selanjutnya ada kitab baru juga yang
namanaya Wafa itu buat pemula ditingkatan pertengahan.”140

139
Wawancara, Ustad Syafroni Syamsudin, Usman, Kepala Madrasah di MTs Al-Khairaat Kota
Gorontalo, 21 Januari 2021.
140
Wawancara, Ustad Syafroni Syamsudin, Usman, Kepala Madrasah di MTs Al-Khairaat Kota
Gorontalo, 21 Januari 2021.
76

Sesuai dengan hasil observasi yaitu pada kegiatan pembelajaran

muatan lokal tajwid di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo menggunakan kitab

tawid praktis bagi pemula dan wafa sebagai penunjang. Kitab ini digunakan

dengan tujuan mempermudah belajar dan pemahaman peserta didik dalam

membaca Al-Qur’an, dengan nadhoman dan penjelasan di dalamnya akan

mempermudah peserta didik dalam memfashihkan membaca Al-

Qur’annya.141

Kebiasaan peserta didik yang beragam dapat diketahui melalui

beberapa penilaian yang dilakukan oleh guru muatan lokal tajwid,

diantaranya dari hafalan materi tajwid pada kitab tawid praktis bagi pemula

yang dilaksanakan setiap pertemuan dan ulangan harian setiap akan

pergantian materi. Jadi, selain membaca Al-Qur’an dengan fashih, kedua

penilaian tersebut juga penting. Karena dengan beberapa cara yang

diberikan, akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk lebih

berusaha dalam meningkatkan kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an.

Dan ini terbukti dengan semakin berkurangnya peserta didik yang

kemampuannya di bawah KKM.

Dari data dokumentasi yang diperoleh peneliti, hasil dari penerapan

kitab tawid praktis bagi pemula dapat dilihat dari nilai ulangan peserta didik

yang mengalami peningkatan. Nilai ulangan ada 4 siswa yang belum tuntas,

kemudian pada ulangan semester gasal mengalami peningkatan yang drastis

yaitu semua peserta didik tuntas. Nilai yang diperoleh di kelas VII telah
141
Hasil observasi di kelas via online/zoom pada saat pembelajaran di MTs Al-Khairaat Kota
Gorontalo pada 19 Januari 2021.
77

memenuhi batas ketuntasan dan tidak ada satu peserta didik yang harus

mengulang(remidi). Hal ini telah membuktikan bahwa kitab tawid praktis

bagi pemula dapat membatu peserta didik dalam hal membaca Al-Qur’an,

sehingga dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.142

3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat pada Pembelajaran Al-Qur’an


pada Siswa di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo
Di dalam proses pendidikan, pasti mempunyai faktor pendukung dan

juga faktor yang menghambat, untuk itu perlu dikenali, dan mesti diberi

tindaklanjut sesuai dengan apa permasalahannya. Faktor yang mendukung

dan menghambat dalam pendidikan dapat berasal langsung dari siswa, guru

yang mengajar, sarana dan prasarana, bahkan sampai dengan

orangtua/keluarga serta lingkungan sekitar.

Dan dalam proses pelaksanaan belajar mengajar disekolah sudah

menjadi kewajiban setiap pendidik, supaya peserta didiknya dapat

memperoleh hasil belajar yang sebaik baiknya sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai dalam proses pembelajaran. Namun tidak selamanya proses

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai

dalam suatu pembelajaran. Seperti halnya pada yang terjadi pada MTs Al-

Khairaat kota Gorontalo. Ada beberapa siswa yang masih kurang lancar

dalam membaca Al-Qur’an sehingga perlu adanya suatu upaya bimbingan

membaca Al-Qur’an yang dilakukan oleh guru Al-Qur’an Hadits. Dan

142
Hasil observasi di kelas via online/zoom pada saat proses pembelajaran di MTs Al-Khairaat
Kota Gorontalo pada 19 Januari 2021.
78

tentunya untuk melaksanaan hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor

pendukung diantaranya:

a) Faktor pendukung pada pembalajaran Al-Qur’an pada sisiwa di MTs Al-


Khairaat kota Gorontalo
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan para informan,

peneliti telah mendapatkan data tentang faktor yang mempengaruhi

kecintaan siswa pada Al-Qur’an. Informan pertama adalah kepala

sekolah, Ustad Safroni Syamsudin Usman yang mengatakan bahwa:86

“kecintaan siswa pada al-Qur’an tidak saja dibangun oleh


pendidikan di sekolah, melainkan juga lingkungan keluarga. Orang tua
sebenarnya mempunyai keinginan agar anak-anaknya menjadi para
penjaga kalam Allah SWT. Orang tua seharusnya mengubah-ubah metode
atau cara mendidik anak. Orang tua harus menyadari bahwa salah satu hak
anak adalah diajarkan membaca al-Qur’an dan dijadikan sebagai manusia
yang mencintai al-Qur’an, tentunya yang utama adalah teladan orang tua,
baik dengan memperdengarkan bacaan al-Qur’an dari para qari murattal,
atau membacakan sendiri untuk anaknya. Peran orang tua sangat penting
dalam perkembangan kemampuan anaknya. Orang tua tidak boleh lepas
dari tanggung-jawabnya dan tetap berperan besar dalam mengarahkan
anaknya untuk menjadi penghafal al-Qur’an”.

Dorongan motivasi, perhatian dan teladan dari orang tua baik ayah,

ibu, paman, bibi, nenek atau kakek menyebabkan seorang anak menjadi

pribadi yang kuat, berkepribadian yang baik, menghargai teman,

menghormati guru, membantu sesama dan peduli terhadap lingkungan

sekitarnya. Beberapa faktor diantaranya

a. Adanya sarana prasarana.

Faktor pendukung dalam menumbuhkan kebiasaan membaca Al-

Qur’an adalah adanya fasilitas yang memadai. Hal ini dibuktikan dengan

adanya buku-buku yang tersedia di perpustakaan seperti buku tajwid,


79

iqro’ maupun Al-Qur’an dan terjemahnya. Sehingga anak-anak bisa

meminjam kapan saja ketika sedang membutuhkan. Seperti yang

diungkapkan guru Al-Qur’an Hadits:

“Sekolah ini sudah disediakan sarana prasarana untuk


menunjang pembelajaran membaca Al-Qur’an seperti jilid, juz
amma, dan AlQur’an. Kemarin saja sekolah membelikan 16 paket
jilid dan juz amma untuk setiap kelas, jadi sebelum pembiasaan
membaca AlQur’an dimulai satu perwakilan kelas mengambil juz
amma amma dikantor dan jumlahnya pun sudah disesuaikan
dengan jumlah murid di kelas”.143

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh bapak Kepala

Madrasah:

“Sekolah sudah menyediakan sarana prasarana untuk


pembelajaran membaca Al-Qur’an seperti jilid, juz amma, dan Al-
Qur’an di perpustakkan sudah disediakan secara gratis jadi anak-
anak tinggal meminjam tidak perlu mengeluarkan biaya. Dengan
begini ketika pembiasaan membaca Al-Qur’an anak-anak tidak
mempunyai alasan untuk tidak mengikutinya dengan alasan Al-
Qur’an, jilid atau juz ammanya ketinggalan di rumah”.144

Jadi faktor pendukung dalam menumbuhkan kebiasaan membaca Al-

Qur’an adalah tersedianya sarana seperti paket jilid, juz amma dan Al-

Qur’an. Setiap pembiasaan membaca Al-Qur’an akan dimulai satu

perwakilan kelas mengambil juz amma di kantor sesuai dengan jumlah anak

dan untuk yang masih jilid dikumpulkan jadi satu di perpustakaan

dikelompokkan sesuai tingkatnya dan dibimbing sendiri-sendiri oleh guru

Al-Qur’an Hadits.

143
Wawancara dengan ustadza Sakinah S. Dunggu, Guru Al-Qur’an Hadits Kelas VII, VIII, dan
IX, 21 Januari 2021 .
144
Wawancara dengan ustadz Safroni Syamsudin ,Usman, Kepala Madrasah MTs Al-Khairaat Kota
Gorontalo, 21 Januari 2021.
80

b. Adanya media pembelajaran

Menurut guru Al-Qur’an Hadits faktor lain yang dapat mendukung

beliau dalam menumbuhkan kebiasaan membaca Al-Qur’an adalah

adanya media seperti laptop dan LCD, seperti yang diungkapkan beliau

kemarin:

“Menurut saya dengan adanya laptop dan LCD ini akan sedikit
membantu saya dalam menumbuhkan kebiasaan membaca Al-
Qur’an, dan disini semua guru juga sudah banyak yang punya
laptop jadi saya tinggal mencarikan tayangan seperti: cara
membaca huruf hijaiyah dengan benar dan mngenai tajwid, dengan
begini anak akan lebih cepat menyimpulkan, menangkap dan
mengingat apa yang anak lihat tadi, seperti halnya anak menonton
TV, anak akan cepat hafal dan lengkap dalam menceritakannya”.145

Media pembelajaran akan mempermudah guru dalam menyampaikan

pelajaran Al-Qur’an dengan begini guru tinggal memutar ayat-ayat Al-

Qur’an dan tinggal menyuruh anak untuk melafalkan sesuai dengan yang

ada ditayangan. Dengan begini anak juga tidak akan jenuh, bahkan sekarang

ini banyak sekali ditemui gambar-gambar dan video menarik yang

bernuansakan Al-Qur’an.

c. Adanya minat dari siswa

Salah satu faktor yang mendukung guru dalam menumbuhkan

kebiasaan membaca Al-Qur’an yaitu adanya minat dari siswa, siswa yang

mempunyai minat membaca Al-Qur’an sangat tinggi mereka akan senang

belajar dan tidak akan mengalami kesulitan ketika membaca Al-Qur’an

apabila dalam dirinya timbul keinginan untuk mendalaminya lebih tekun.


145
Wawancara dengan ustadza Sakinah S. Dunggu, Guru Al-Qur’an Hadits Kelas VII, VIII, dan
IX, 21 Januari 2021.
81

Apabila sudah ada minat dalam diri siswa maka akan lebih memudahkan

guru untuk menumbuhkan kebiasaan membaca Al-Qur’an, seperti yang

diungkapkan oleh guru Al-Qur’an Hadits:

“Adanya semangat dan minat belajar dari para siswa itu adalah
pendorong bagi saya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Karena begini, ada timbal balik antara guru dan siswa sehingga apa
yang menjadi keinginan guru dalam menumbuhkan kebiasaan
membaca Al-Qur’an, meskipun tidak semua siswa memiliki minat
sama dalam membaca Al-Qur’an”.146

b) Faktor penghambat pembelajaran Al-Qur’an pada sisiwa di MTs Al-


Khairaat kota Gorontalo
Didalam suatu konsep pembelajaran yang dilakukan dalam

menumbuhkan kebiasaan membaca Al-Qur’an, guru pasti menemui suatu

hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran, yaitu:

d. Lingkugan keluarga

Lingkungan keluarga sangat berpengaruh dalam proses belajar anak

didik. Kebanyakan siswa MTs Al-Khairaat kot Gorontalo ditinggal orang

tua mereka keluar kota bagi yang punya kesibukan dengan pekerjaan,

sehingga siswa kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya yang

seharusnya dapat mengontrol dan memantau kegiatan anaknya sehari-hari,

seperti yang diungkapkan oleh guru Al-Qur’an Hadits:

“Disini ada beberapa siswa yang ditinggal pergi oleh salah satu
orang tuanya ke luar kota, ada juga yang orang tuanya mengalami
perceraian, ini mengharuskan anak hanya tinggal dengan salah satu
orang tuanya atau bahkan tinggal bersama kakek dan neneknya.
Sehingga tidak ada yang memperhatikan dalam hal belajar terlebih
dalam menumbuhkan kecintaan dan kebiasaan dalam mengkaji
serta membaca Al-Qur'an ketika di rumah”.147

146
Wawancara dengan ustadza Sakinah S. Dunggu, Guru Al-Qur’an Hadits Kelas VII, VIII, dan
IX, 21 Januari 2021.
147
Wawancara dengan ustadza Sakinah S. Dunggu, Guru Al-Qur’an Hadits Kelas VII, VIII, dan
82

Hasil wawancara diatas menyimpulkan bahwasanya faktor penghambat

dalam menumbuhkan kebiasaan membaca Al-Qur’an siswa adalah

kurangnya perhatian orang tua terhadap anak dalam membaca Al-Qur’an,

padahal orang pertama yang harus memberikan pendidikan adalah keluarga

karena waktu anak bersama keluarga lebih banyak dibandingkan di sekolah.

Kebanyakan orang tua sekarang mempercayakan anaknya sepenuhnya

kepada pihak sekolah mereka beranggapan bahwa apabila anaknya telah

bersekolah di MTs maka telah cukup mendapatkan pendidikan umum dan

agama terutama belajar Al-Qur’an. Anggapan mayoritas orang tua bilaa

dirumah tidak bersekolah di madrasah diniyah bukan menjadi masalah,

padahal di madrasah diniyah lebih banyak ditekankan pada belajar membaca

Al-Qur’an dan waktunya lebih banyak dibandingkan di sekolah umum yang

waktunya hanya terbatas.

e. Kurangnya alokasi waktu untuk bimbingan.

Di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo, waktu yang digunakan untuk

bimbingan membaca Al-Qur’an hanya 15 menit dan ini sangat kurang

padahal belajar untuk membaca Al-Qur’an memerlukan waktu yang sangat

banyak, seperti yang diungkapkan guru Al-Qur’an Hadits:

“Menurut saya kemampuan siswa membaca Al-Qur’an masih


sangat kurang hal ini dikarenakan waktu yang dipergunakan untuk
mempelajari Al-Qur’an masih sangat kurang. Apabila waktu untuk
mata pelajaran qur’an hadits dipergunakan untuk membaca Al-
Qur’an maka kompetensi yang seharusnya dikuasai siswa tidak
akan tersampaikan keseluruhan hal ini dikarenakan kurangnya

IX, 21 Januari 2021.


83

alokasi waktu yang dibutuhkan maka solusinya bimbingan


membaca Al-Qur’an dilakukan di luar jam pelajaran”.148

f. Kurangnya kesadaran siswa

Faktor yang menghambat dalam menumbuhkan kebiasaan membaca

Al-Qur’an yang lainnya yaitu kurangnya kesadaran siswa, seperti yang

diungkapkan guru Al-Qur’an Hadits:

“Menurut saya selain kurangnya perhatian orang tua, yang dapat


menghambat saya dalam menumbuhkan kebiasaan membaca Al-
Qur’an adalah siswa itu sendirikarena setiap saya panggil
menggunakan microfon tidak ada yang datang ke perpustakaan,
jadi setiap akan ada bimbingan saya harus memasuki kelas-kelas
dan memanggil satu-satu kalau tidak begini siswa tidak mau diajak
bimbingan, terkadang saya tanya kenapa nggak mau jawabnya
karena malu dia masih jenjang jilid, dikelas pun yang mengikuti
pembiasaan setiap pagi kalau tidak ada guru yang mendampingi
anak-anak pada kluyuran tidak mau membaca juzz amma”.149

Hal ini sependapat dengan yang diungkapkan oleh salah satu siswa di

MTs Al-Khairaat kota Gorontalo:

“Saya ini kan belum bisa membaca Al-Qur’an dan ketika ada
bimbingan itu biasanya dipanggil menggunakan microfon tapi saya
tidak datang karena saya malu belum bisa membaca Al-Qur’an
sendiri dibandingkan dengan teman-teman saya dan itu waktu
corona belum bahaya seperti sekarang ini. Namun sekarang kita
orang hanya bisa ngaji dirumah dan ngabsen melalui wa”.150

C. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini adalah

berbentuk deskriptif kualitatif, yakni penelitian dengan cara memaparkan

148
Wawancara ustadza Sakinah S. Dunggu, Guru Al-Qur’an Hadits Kelas VII, VIII, dan IX, 21
Januari 2021.
149
Wawancara dengan ustadza Sakinah S. Dunggu, Guru Al-Qur’an Hadits Kelas VII, VIII, dan
IX, 21 Januari 2021.
150
Wawancara dengan Salsabilla, Siswa Kelas VIII-D, 23 Januari 2021.
84

dalam bentuk kualitatif terhadap obyek yang didasarkan pada kenyataan dan

fakta-fakta yang tampak pada obyek tersebut.

Fenomena-fenomena yang terjadi dan berkaitan dengan Menumbuhkan

Rasa Cinta Terhadap Al-Qur’an telah peneliti dapatkan mengenai, konsep

Pembelajaran Al-Qur’an, rasa cinta dalam membaca Al-Qur’an, serta faktor

pendukung dan penghambatnya. Sesuai data yang peneliti dapatkan maka

peneliti dapat membuat pembahasan terhadap fenomena yang barkaitan

dengan pembelajaran Al-Qur’an dalam menumbuhkan rasa cinta membaca

Al-Qur’an.

1. Konsep Pembelajaran Al-Qur’an dalam Menumbuhkan Rasa


Cinta Terhadap Al-Qur’an bagi siswa di MTs Al-Khairaat kota
Gorontalo
Konsep Pembelajaran Al-Qur’an pada pembiasaannya dinilai sangat

efektif jika dalam penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang

masih anak-anak karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi

kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah teratur dengan

kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari.151

Untuk kegiatan pembiasaan siswa membaca Al-Qur’an dilaksanakan

setiap 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Kegiatan pembiasaan dalam

membaca Al-Qur’an dibimbing oleh guru pada jam pertama untuk masing-

masing kelas, dan ketika guru tidak bisa hadir maka guru piket yang

menggantikan. Pembiasaan membaca Al-Qur’an dapat berjalan dengan

lancar dengan bimbingan guru.

151
Indah Komsiyah, BelajardanPembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Hlm. 60.
85

Kebiasaan membaca Al-Qur’an adalah suatu potensi yang dimiliki

oleh seseorang dengan menitik beratkan pada membaca Al-Qur’an dengan

baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Membaca Al-

Qur’an adalah perbuatan yang sangat dimuliakan oleh Allah SWT.

Walaupun tidak mengetahui arti danmaksudnya, tetapi tetap mendapatkan

pahala seperti yang membacanya.

Setiap orang memiliki rasa cinta yang berbeda, sehingga kemampuan

membaca Al-Qur’an para siswa beragam, ada yang sudah fashih sesuai

dengan ilmu tajwid, namun ada juga yang masih membutuhkan

bimbingan. Meskipun demikian, pihak madrasah memberikan bimbingan

khusus kepada siswa yang belum lancar dalam membaca Al-Qur’an

dengan ilmu tajwid.

Dalam Kemampuan membaca Al-Qur'an merupakan keterampilan

dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang yang beragama Islam, karena

akan berfungsi sebagai alat untuk mengetahui, memahami, menghafal, dan

mempelajari agama Islam baik yang bersumber dari Al-Qur'an maupun

Hadits. Karena itu, belajar membaca Al-Qur'an perlu diselenggarakan secara

khusus, sehingga diharapkan seluruhpeserta didik yang lulus dari sekolah

memiliki kompetensi membaca danmenulis Al-Qur'an.

Dan kebiasaan membaca serta tumbuh rasa cinta terhadap Al-Qur’an

siswa kelas VII memiliki prosentase yang beragam. Hal ini dapat dilihat dari

praktek membaca Al-Qur’an yang dilaksanakan setiap pertemuan, dan di


86

awal pertemuan ada hafalan beberapa materi yang terdapatdi kitab tajwid

praktis bagi pemula.

Sehingga begitu pentingnya membaca Al-Qur’an yang harus

dilakukan oleh umat Islam danperbuatan tersebut sangat dimuliakan oleh

Allah. Allah SWT menurunkan wahyu pertama-Nya dengan perintah

membaca. Seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5:

‫۝اِ ْق َرْأ َو‬۲ ‫۝ َخلَ َق اِإْل نْ َس َن ِم ْن َعلَ ٍق‬١‫ك الَّ ِذى َخلَ َق‬ ِ
َ ِّ‫ا ْقَرْأ بِا ْس ِم َرب‬
‫۝‬٥‫۝ َعلَّ َم اِإْل نْ َس َن َما مَلْ َي ْعلَ ْم‬٤‫۝اَلَّ ِذى َعلَّ َم بِا لْ َقلَ ِم‬۳‫ك اَأْل ْكَر ُم‬
َ ُّ‫َرب‬
Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.152

2. Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an dan Bentuk Kecintaan


Siswa pada Al-Qur’an dalam Menumbuhkan Rasa Cinta
Terhadap Al-Qur’an bagi siswa di MTs Al-Khairaat kota
Gorontalo
Pendidikan anak adalah perkara yang sangat penting dalam Islam. Di

dalam Al-Qur’an kita dapati bagaimana Allah menceritakan petuah-petuah

Luqman yang merupakan bentuk pendidikan bagi anak-anaknya. Begitu

pula dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, kita temui banyak juga bentuk-

bentuk pendidikan terhadap anak, baik dari perintah maupun perbuatan

beliau mendidik anak secara langsung. Seorang pendidik, baik orangtua

maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggungjawab

152
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Penerbit J.Art. Anggota
Ikapi, t.t.), hlm. 598.
87

mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri

Islam. Tentang perkara ini, Allah azza wa jalla berfirman:

‫َّاس َواحْلِ َج َار ِة َعلَْي َها‬ ِ ِ ِ َّ


ُ ‫يََأيُّ َها الذيْ َن َآمُن ْوا ُق ْوا َأْن ُفس ُك ْم َو َْأهلْي ُك ْم نَ ًارا َو ُق ْو ُد َها الن‬
ِ ِ ِ
‫۝‬٦‫ن‬
َ ‫يْؤ مر ْو‬ ُ ‫َملَى َكة غاَل ٌظ ش َد ٌاد اَّل َي ْع‬
ُ َ ُ ‫ص ْو َن اهللَ مآ ََأمَر ُه ْم َو َي ْف َعلُ ْو َن َما‬
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
(Q.S At-Tahrim:6). 153

Karena begitu berat tugas orang tua maupun guru, maka pihak

madrasah ingin menginternalisasikan pembelajaran agama ke dalam

pembelajaran muatan lokal Tajwid dengan tujuan menjadikan peserta didik

sebagai muslimah yang fashih dalam membaca Al-Qur’an sesuaidengan

ilmu tajwid. Muatan lokal Tajwid sendiri menggunakan kitab tajwid praktis

bagi pemula sebagai media pembelajaran, kitab tersebut dipilihkarena sesuai

dengan kemampuan siswa MTs yang penting untuk dipelajari.

Sebaiknya pembelajaran membaca Al-Qur’an tidak hanya di ruang

lingkup sekolah saja, tapi orang tua juga harus berperan aktif dalam

meningkatkan pembelajaran membaca Al-Qur’an anaknya agar anak dapat

mahir membaca Al-Qur’an dengan benar dan fashih.

Dalam pembelajaran ada hal-hal penting yang menjadi tujuan utama

dalam pembelajaran. Hal ini ada agar tercipta pembelajaran yang efektif dan

sesuai dengan standar tesebut. Prinsip dan komponen pembelajaran sudah


153
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Penerbit J.Art. Anggota
Ikapi, t.t.), hlm. 560.
88

masuk dalam kegiatan belajar mengajar, termasuk dalam muatan lokal

Tajwid.

Memang dilihat dari segi kuantitas waktu pembelajaran muatan lokal

Tajwid itu dianggap kurang, tetapibila pertemuan yang sesingkat itu

dimanfaatkan secara optimal mungkinakan tercipta suasana religius yang

berkualitas dan bersifat kontinyu. Dalam pertemuan sehari-hari, maka akan

lebih berkesan dan melekatpada diri peserta didik agar lebih mudah dalam

mengembangkan kebiasaannya dalam membaca Al-Qur’an. Pihak madrasah

jugaberupaya seoptimal mungkin agar tercipta kader muslimah yang mampu

membaca Al-Qur’an dengn tartil dan dapat mengembangkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Singkatnya waktu pembelajaran membaca Al-Qur’an di Madrasah,

menjadikan ada beberapa orang tua para siswa ikut berperan aktif dalam

pembelajaran di rumah. Oleh karena itu, sebaiknya pembelajaran membaca

Al-Qur’an dapat diterapkan di keluarga masing-masing siswa. Hal ini

dikarenakan pendidikan yang pertama dan utama itu dimulai dari keluarga.

Dari sini jelas, bahwa orang tua tidak hanya mempercayakan anaknya.

Karena sebenarnya orang tua memberikan peranan yang signifikan dalam

perkembangan anak selanjutnya, pengaruh yang sangat besar tersebut adalah

pada aspek psikis atau emosi. Aspek emosi anak dapat berkembang normal

jika anak mendapat arahan, bimbingan, dan didikan orang tuanya. Sehingga,
89

jiwa dan kepribadian anak nantinya mampu berinteraksi dengan masyarakat

sesuai dengan nilai-nilai Islam.154

Penerapan membaca Al-Qur’an adalah program kegiatan pendidikan,

telah dilaksanakan sejak lama sebelum adanya peraturan dari Departemen

Agama. Kemudian program kegiatan ini dibentuk khusus untuk siswa, agar

menjadi sebuah pembiasaan yang baik diaktivitas sehari-hari dalam ranah

keagamaan yang mengarah kepada pendekatan terhadap kitab Al-Qur’an.

Dari penerapan membaca Al-Qur’an dapat membentuk karakter

siswa, yang lebih cinta terhadap Al-Qur’an serta menjadikannya tradisi

dalam keagamaan. Dalam menerapkan kegiatan ini dianggap sangat baik,

karena dapat diambil kemanfaatannya serta pahalanya yang melimpah.

Pada kehidupan di masa mendatang atau pada hari kiamat.

Hasil data kualitatif menyatakan bahwa siswa-siswi Mts Alkhairaat

mencintai Al-Qur’an melalui program sekolah yaitu program Tahfidz

Qur’an dan itu sudah berjalan sejak 2019. Nampak peneliti melakukan

Observasi adalah siswa kelas VII MTs. Alkhairaat telah lancar membaca

Al-Qur’an, tajin menghafal serta menghormati Al-Qur’an. Kecintaan

anak-anak terhadap Al-Qur’an itu tercermin dari sikap siswa saat

membawa Al-Qur’an didadanya, ada yang dibawa di tas sekolah, bahkan

ada yang hsnys membawa juz Amma saja, dan itu peneliti lihat saat ada

beberapa anak yang kurang mampu dan terpaksa dia harus belajar tatap

muka denga syarat tinggal diasrama.

154
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: PT RemajaRosdakarya Offset, 2011), Cet.ke-7, Hlm. 16.
90

Hasil temuan peneliti sejalan dengan teorinya Saad Riyadh uang

menyatakan rasa cinta terhadap Al-Qur’an akan tampak dalam berbagai

aspek, yaitu: selalu berusaha untuk menghormati kitab suci Al-Qur’an,

sering membaca dan menghafal Al-Qur’an dengan sendirinya tanpa

diperintah atau dipaksa, meletakkan Al-Qur’an di tempat-tempat yang baik

dan lebih tinggi dari buku-buku yang lain.155

3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam


Pembelajaran Al-Qur’an
Setiap aktivitas dalam upaya mengembangkan dibidang keilmuan

senantiasa dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat baik yang

bercorak intrinsik maupun ekstrinsik. Demikian juga halnya dalam

menumbuhkan kebiasaan membaca Al-Qur’an pada siswa, ada beberapa

faktor pendukung yang dialami oleh guru Al-Qur’an Hadits.

a) Faktor pendukung pada pembalajaran Al-Qur’an dan Faktor yang


Mempengaruhi Kecintaan Siswa pada Al-Qur’an
a. Tersedianya sarana prasarana.

Yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasilitas

yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak

maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat

berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien.156

Sekolah menyediakan sarana yang dapat menunjang proses belajar

anak didik terutama dalam pembelajaran Al-Qur’an, seperti jilid, juz

amma dan Al-Qur’an di perpustakaan.

155
Saad Riyadh, Ingin Anak Anda Cinta Al-Qur’an? .., hlm.38
156
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi danKejuruan,(Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 81.
91

b. Adanya minat dari siswa.

Minat siswa merupakan hal utama untuk memicu semangat untuk

lebih tekun walaupun tidak semua siswa memilikinya, minat timbul

tidak secara tiba-tiba/spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi,

pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.

Jadi sudah jelas bahwa soal minat akan selalu terkait dengan soal

kebutuhan atau keinginan oleh karena itu yang penting bagi seorang

guru untuk selalu berupaya bagaimana menciptakan kondisi tertentu

agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus menumbuhkan kebisaan

membaca Al-Qur’an.

c. Adanya media pembelajaran.

Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat

dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku,

koran,majalah, dan sebagainya.157Dengan adanya laptop dan LCD ini

cukup menjadi pendorong guru Al-Qur’an Hadits dalam menumbuhkan

kebiasaan membaca Al-Qur’an siswa.

Faktor yang mempengaruhi kecintaan siswa pada Al-Qur’an

dipengaruhi oleh faktor eksternal misalnya dorongan yang dilalukan oleh

guru dan pendidikan di lingkungan keluarga. Guru yang sabar mendidik

siswanya melalui tahfidz Al-Qur’an dengan sifat gemar membaca Al-

Qur’an, suka dan raji mengahafalkan Al-Qur’an, Menghormati Al-Qur’an.

Orang tua merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh kuat


157
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,2009), hlm.
204.
92

sekali terhadap an al-Qur’an di rumah dengan suara merdu dan syahdu,


tidak memperdengarkan dengan suara keras agar tidak mengganggu
pendengaran anak. Memperlihatkan pada anak kecintaan kita pada Al-
Qur’an, misalnya dengan cara rutin membacanya.158

Selanjutnya faktor lain yang mempengaruhi kecintaan siswa pada

al- Qur’an adalah guru di sekolah. Hal ini sejalan dengan teori yang

disampaikan oleh Samsul Nizar yang mengatakan bahwa pendidik/ guru

memiliki tanggungjawab yang besar dalam upaya mengantarkan peserta

didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

Seorang guru juga tidak boleh puas dengan ilmu yang telah

dimilikinya, guru harus menggali potensi yang ada pada dirinya untuk

belajar dan selalu berinovasi dalam menumbuhkan perasaan cinta al-

Qur’an pada siswa. Setelah guru mengetahui ilmunya maka guru tersebut

harus bisa melaksanakan dalam keseharian. Karena guru adalah panutan

bagi siswa, maka harus bisa menjadi tauladan yang baik.

b) Faktor penghambat pada pembelajaran Al-Qur’an


a. Kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya belajar membaca Al-

Qur’an.

Tidak semua murid di MTs mengetahui pahala membaca Al-

Qur’an untuk anak yang mengetahui hal itu dia akan selalu senang

dalam mengikuti kegiatan pembiasaan membaca Al-Qur’an yang

diprogramkan sekolah, sebaliknya untuk anak yang acuh dia akan biasa

158
Sa’ad Riyadh, Ingin Anak Anda Cinta...hlm.1
93

saja bahkan akan berusaha membolos untuk tidak mengkuti

pembiasaan.

b. Alokasi waktu bimbingan yang kurang.

Di MTs waktu yang digunakan untuk bimbingan membaca Al-

Qur’an hanya 15menit itupun dilaksanakan pada saat waktu pembiasaan

berlangsung dan ini sangat kurang padahal belajar untuk membaca Al-

Qur’an memerlukan waktu yang sangat banyak.

c. Keadaan lingkungan keluarga.

Banyak siswa di MTs orang tuanya tidak memperhatikan anaknya

secara maksimal, ini disebabkan karena orang tua mereka disibukkan

mencari nafkah sehingga kurang begitu mengontrol dan memberi

arahan kepada anaknya.

Orang tua merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap

kemajuan belajar anak. Orang tua yang dapat mendidik anak-anaknya

dengan cara memberikan pendidikan yang baik tentu akan sukses dalam

belajarnya. Sebaliknya orang tua yang tidak mengindahkan pendidikan

anak-anaknya, acuh tak acuh, bahkan tidak memperhatikan sama sekali

tentu tidak akan berhasil dalam belajarnya.159Dan perlu diketahui bahwa

keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.

Selain orang tua, sebagai seorang guru Agama khususnya guru Al-

Qur’an Hadits harus bisa menjadi teladan yang baik dan terus menerus

mensuport siswanya untuk semangat belajar, dan memotivasi dalam

159
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 287-289.
94

membaca Al-Qur’an walaupun terdapat beberapa hambatan, dan

hendaknya hambatan itu tidak dijadikan sebagai beban.


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsep pembelajaran Al-Qur’an di MTs Al-Khairaat kota Gorontalo

sudah meningkat, karena selain memang telah lama dijalankan. Konsep

pembelajaran penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang masih

anak-anak, karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kepribadian

yang belum matang, sehingga mereka mudah di atur. Untuk kegiatan siswa

membaca Al-Qur’an dilaksanakan setiap 15 menit sebelum jam pelajaran

dimulai. Kegiatan membaca Al-Qur’an dibimbing oleh guru pada jam

pertama untuk masing-masing kelas, dan ketika guru tidak bisa hadir maka

guru piket yang menggantikan. Pembiasaan membaca Al-Qur’an dapat

berjalan dengan lancar dengan bimbingan guru. Untuk itu penerapan ini

dapat menjadi kegiatan ekstrakulikuler.

2. Implementasi dalam Rasa Cinta membaca Al-Qur’an di MTs Al-Khairaat

kota Gorontalo, adalah salah satu bentuk penerapan kegiatan keagamaan

yang bersifat rutin atau dilaksanakan setiap pagi, agar siswa dapat terbiasa

dalam membaca Al-Qur’an. Dan Dari penerapan pembiasaan membaca

Al-Qur’an dapat membentuk karakter siswa, yang lebih cinta terhadap Al-

Qur’an serta menjadikannya tradisi dalam keagamaan. Dalam menerapkan

94
95

kegiatan ini dapat diambil kemanfaatannya serta pahalanya yang

melimpah.

3. Faktor-faktor pendukung seperti tersedianya sarana prasarana, Adanya

minat dari siswa, Adanya media pembelajaran, guru yang membidangi,

suasana Madrasah yang religius. Faktor penghambat, seperti Kurangnya

kesadaran siswa akan pentingnya belajar membaca Al-Qur’an, Alokasi

waktu bimbingan yang kurang, Keadaan lingkungan keluarga, kurangnya

tenaga pengajar.

B. SARAN
Di dalam bab pembahasan telah disimpulkan seperti yang dibahas di atas,

untuk itu dapat diajukan beberapa saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada kepala sekolah, agar dapat menambah tenaga pengajar yang

memang berkompetensi dalam bidang agama Islam. Seperti yang telah ada,

sehingga guru-guru yang ada dapat terbantukan dalam menjalankan

program keagamaan di Madrasah, dan juga guru yang ada, tidak terlalu sulit

dalam menghadapi banyaknya siswa. Selanjutnya untuk sarana dan

prasarana, dapat lebih dimaksimalkan.

Kepada para guru ataupun kepada pembina-pembina, hendaknya menambah

jam pembelajaran, khususnya untuk mengaji, karena pelaksanaan konsep

pembelajaran membaca Al-Qur’an, belum bisa membuat seluruh siswa

merasakan untuk menjadi pemandu atau yang membaca Al-Qur’an melalui

pengeras suara, sehingga belum dapat dilihat secara keseluruhan akan

kemampuan membaca Al-Qur’an siswa.


96

2. Kepada seluruh siswa MTs Al-Khairaat kota Gorontalo, hendaknya selalu

meningkatkan kemampuan dalam mempelajari Al-Qur’an, baik di sekolah

maupun di luar jam belajar di sekolah. Agar kecintaan terhadap kitab Al-

Qur’an dapat lebih terasa, sehingga benar-benar menjadi pedoman dalam

kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Khon, Abdul Majid. Praktikum Qiraat (Keanehan bacaan Al-Qur’an Qiraat

Ashim dari Hafash).

Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002)

Al- Maraghi, Mustafa Ahmad. Terj. Tafsir Al- Maraghi, (Semarang: PT. Karya

Toha Putra, 1989)

Arikunto, Suharsimi. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993).

Arikunto, Suharsimi. prosedur penelitian suatu pendekata praktek, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2002).

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian.

Ash Shidieqy, Teungku Habsyi. Pedoman Dzikir dan Do’a, (Jakarta: Bulan

bintang, 1990).

Daradjat, Zakiyah. Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001).

Darajat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990).

Darajat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama.

Depag RI, (Jakarta: 1971).

Depag RI, Al-Quran Dan Tarjamahnya, (Jakarta: 1971).

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Penerbit

J.ART. Anggota IKAPI, t.t.).

97
98

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Penerbit

J.ART. Anggota IKAPI, t.t.).

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Penerbit

J.ART. Anggota IKAPI, t.t.).

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya.

Fathurrohman, Muhammad; dan Sulistyorini. Belajar dan Pembelajaran,

(Yogyakarta: Teras, 2012).

Furchan, Arif. Metode Penelitian Kualitatif, ( Surabaya:Usaha Nasional,1992).

Herimanto, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Bumi Aksar, 2010).

Ibrahim T. Darsono, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis untuk kelas VII Madrasah

Tsanawiyah (Solo: PT Tiga serangkai Pustaka Mandiri, 2014).

Ibrahim T. Darsono, Pemahaman Al-Qur’an.

Ibrahim T. Darsono, Pemahaman Al-Qur’an.

Ibrahim T. Darsono, Pemahaman Al-Qur’an.

Ichwan Nur Muhammad. Belajar Al-Qur’an, (Semarang: Rasail, 2005).

Indah, Komsiyah. BelajardanPembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001).

Kementrian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Jilid III Juz 7- 8- 9, (Jakarta:

Lentera Abadi, 2010).

Kementrian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Jilid IX Juz 25, 26-27, (Jakarta:

Lentera Abadi, 2010).

Kementrian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Jilid VII Juz 1516-17, (Jakarta:

Lentera Abadi, 2010).


99

Kementrian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Jilid X Juz 28-29.

Kementrian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Jilid X Juz 28-2930, (Jakarta:

Lentera Abadi, 2010).

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid IV Juz 10-1112, (Jakarta:

Lentera Abadi, 2010).

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid IX Juz 25-2627, (Jakarta:

Lentera Abadi, 2010).

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid IX Juz 25-2627, (Jakarta:

Lentera Abadi, 2010).

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid X Juz 28-2930, (Jakarta:

Lentera Abadi, 2010).

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid X Juz 28-2930, (Jakarta:

Lentera Abadi, 2010).

Khon, Abdul Majid.

Khon, Abdul Majid.

Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi

Guru, (Bandung: PT RemajaRosdakarya Offset, 2011).

Margono, S. Metodologi Penelitian pendidikan, (Jakarta Rineka Cipta, 2003).

Marimba D. Ahmad. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Ma’arif,

1989).

Marzuki, Pendidikan Karakter Islam (Jakarta: Amzah, 2015).

Moleong Lexy .J, Metode penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT. Remaja Rodya

Karya, 2013).
100

Muhaimin, Arah baru pengembangan pendidikan Islam: pemberdayaan,

pengembangan kurikulum, hingga redevisi islamisasi pengetahuan,

(Bandung: Penerbit Nuansa, 2003).

Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini, Agar Anak cinta Al-Qur’an.

Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini, Agar Anak cinta Al-Qur’an.

Nashirudin Muhammad, Shahih Sunan at-Tirmidzi, (Jakarta: Pustaka Azzam

Anggota IKAPI DKI, 2007).

Nasution, Metode Penelitian Naturalistk-Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988).

Nasution, Metode Penelitian Naturalistk-Kualitatif.

Nizar Samsul, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan

Praktis (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).

Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2007).

Q.S. Ali-Imran (3):31

Riyadh Saad, Ingin Anak Anda Cinta Al-Qur'an.

Sa’ad Riyadh, Ingin Anak Anda Cinta.

Saad Riyadh, Ingin Anak Anda Cinta Al-Qur’an?

Sanjaya Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,

2009).

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2003).

Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfa beta, 2005).

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif.


101

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif.

Suryabrata Sumadi, Metodologi Penelitian, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada,

1998).

Suwaid Hafidz Abdul Nur Muhammad, Mendidik Anak Bersama Nabi, terj,

Salafuddin Abu Sayyid (Solo: Pustaka Arafah, 2003).

Syah Muhibbin, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2006).

Syarbini Amirulloh, Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2016).

Syarifuddin Ahmad, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-

Qur'an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004).

Syarifuddin Ahmad, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-

Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2010).

Syihabudin, Irsyadu As-Sari, (Bairut: Darul Kutub Ilmiyyah, 1996).

Tanzeh, Ahmad. Pengantar Metode Penelitian, (yogyakarta: teras, 2009).

Team Tadarrus AMM, Kumpulan Seratus Hadits, (Yoqyakarta: Penerbit Team

Tadarrus AMM, 1994).

Thobroni, Muhammad; dan Mustofa, Arif. Belajar dan Pembelajaran,

(Jogjakarta: ARRUZZ MEDIA, 2013).

Thobroni, Muhammad; dan Mustofa, Arif. Belajar dan Pembelajaran.

Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur‟an, (Surabaya. PT.Bina Ilmu 1993)


102

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Karmita Bano berkelahiran Gorontalo, 09 Desember 1999. Anak ke tiga dari

pasangan Yahya Bano dan Salma Pakaya.

Pendidikan Dasar penulis ditempuh di Tk Al-Istighar selama 2 Tahun.

Kemudian melanjutkan di MIN 01 Dembe II hingga selesai pada Tahun 2011,

sehingga melanjutkan di Pondok Pesantren Al-Khairaat selama Study MTs hingga

selesai pada Tahun 2013 dan MA selesai pada Tahun 2017. Kemudian pada tahun

2017 memutuskan untuk merantau sekaligus kuliah di IAI Dalwa mengambil

Program Studi Pendidikan Islam


103
104
105

Anda mungkin juga menyukai