Anda di halaman 1dari 143

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING INDIVIDU GUNA

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS IX


DI MADRASAH TSANAWIYAH RIYADLUS SHOLIHIN
REJING TIRIS PROBOLINGGO
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Uijan Akhir Program
Sarjana Strata Satu (S1) Guna Memperoleh Gelar Sarjana Bimbingan Konseling
Islam Pada Fakultas Dakwah
Universitas Islam Internasional Darullughah Wadda’wah
Bangil Pasuruan

Skripsi
Oleh:
Jauharatul Badriya
NIM: 2018.85.32.0026
NIMKO: 2018.4.085.0432.1.000225
Pembimbing:

1. Nuke Ladyna Anggerawati, M. Hum.


2. Savvy Dian faizzati, M. Hi.

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM INTERNASIONAL DARULLUGHAH WAD-
DA’WAH
BANGIL-PASURUAN JAWA TIMUR
2022-2023
MOTTO
Di hidup ini kita hanya bisa menang ketika kita memilih untuk bermain (per-
mainan ego) “Bugmarley”

Kunci kesuksesan bukan tentang menaklukkan dunia, tapi bagaimana


menaklukkan diri sendiri

ii
iii

PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya tulisan ini kepada dzat tercinta dengan segala
puji dan syukur yang hanya pantas dipersembahkan untuknya, yang selalu
membimbing, menghendaki segala kebaikan taufiq dan hidayahnya, memberikan
kesehatan baik fisik maupun psikis, yang menjadikan karya ilmiyah ini selesai
ditulis dan mempermudah prosesnya.

Dan tak lupa sholawat serta salam yang selalu terlimpah curahkan kepada
pimpiman seluruh alam utusan Allah nabi Muhammad SAW. Yang telah menun-
jukkan segala kebaikan yang mengantarkan kepada ma’rifah Rabb-Nya, serta
menjadi lantaran mendapatkan taufiq dan hidayah-Nya.
1. Untuk semua orang terdekat yang telah mendoakan dan mensup-
port selesainya tulisan ini, khususnya orang tua tercinta dan semua
guru-guru yang tak pernah henti-hentinya memanjatkan do’a untuk
anak-anaknya agar sukses dan bermanfaat dunia akhirat, baik un-
tuk diri sendiri, keluarga, lebih-lebih untuk orang lain secara
umum.
2. Semua sahabat terdekat dan seperjuangan yang telah memotivasi
agar tugas akhir ini terselesaikan dan doa-doa mereka yang begitu
berharga Akhwati qism lughah arabiy ma’hadiy, Akhwat Tsaniy
Ali, Hujroh Tasi’ah El-wafa semuanya, Syifaul Ummah khusunya
anak BKI, Semoga setelah menyesaikan tugas persyaratan
mendapatkan gelar yang seperti ini tidak berakhir sampai disini
(melanjutkan pasca sarjana) amin.

iii
iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING


Skripsi dengan judul: “Layanan Bimbingan Konseling individu Guna Meningkat-

kan Kedisiplinan Siswa Kelas Ix Di Madrasah Tsanawiyah

Riyadlus Sholihin Rejing Tiris Probolinggo”

Ini telah diuji dan diperiksa dan disetujui untuk diuji:

Bangil, ......................

Pembimbing I Pembimbing II

Nuke Ladyna Putri, M. Hum. Savvy Dian Faizzati, M. Hi.

Mengetahui
Ketua program studi BKI

Mohamad Syafiq, S. Psi., M. Pdi.

iv
v

NOTA PEMBIMBING
Hal: Persetujuan Munaqasyah Skripsi
Yth.Ketua Program Studi Bimbingan Dan Konseling Islam Di Tempat,
Assalamu’alaikum Wa’alaikumussalam Wabarakatuh
Berdasarkan penelaahan secara cermat, dan telah diadakan perbaikan
penyempurnaan sesuai dengan petunjuk dan pengarahan kami, maka kami ber-
pendapat bahwa skripsi saudari
Nama : Jauharatul Badriya
NIM/NIMKO : 2018.85.32.0026/2018.4.085.0432.1.000225
Fakultas : Dakwah
Program Studi : Bimbingan Konseling Islam
Judul Skripsi : “Layanan Bimbingan Konseling Individu Guna Meningkatkan
Kedisiplinan Siswa Kelas IX Di Madrasah Tsanawiyah Riyadlus
Sholihin Rejing Tiris Probolinggo”.
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam agenda munaqasyah skripsi
fakultas dakwah program bimbingan konseling islam. Maka dari itu kami merek-
omendasikan agar skripsi ini diajukan.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pembimbing I Pembimbing II

Nuke Ladyna Anggerawati, M. Hum. Savvy Dian Faizzati, M. Hi.

Ketua Program Studi BKI

Mohamad Syafiq, S. Psi., M. Pdi.

v
vi

LEMBAR PENGESAHAN
LAYANAN BIMBINGAN KONSELING INDIVIDU GUNA MENING-
KATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWI-
YAH RIYADLUS SHOLIHIN REJING TIRIS PROBOLINGGO
SKRIPSI

Dipertahankan di Dewan Penguji Skripsi Fakultas Dakwah Universitas Islam In-

ternasional Darullughah Wadda’wah Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Bimbingan Konseling Islam

Pada Tanggal: .................................

Mengetahui dan Mengesahkan,

Rektor Universitas Islam Internasional Darullughah Wadda’wah

Dr. Al Habib Segaf Baharun, M.H.I

Ketua Sidang

Savvy Dian Faizzati, M.Hi.

Penguji I Penguji II

Elis Zubaidah, M.Pd. Fifin Naily Rizkiyah, M.Pd.

vi
vii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN


Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : JAUHARATUL BADRIYA

NIM/NIMKO : 2018.85.32.0026/2018.4.085.0432.1.000225

Program Studi : Bimbingan Konseling Islam

Judul Penelitian : “LAYANAN BIMBINGAN KONSELING INDIVIDU

GUNA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA

KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH RIYADLUS

SHOLIHIN REJING TIRIS PROBOLINGGO”

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa hasil penelitian saya ini tid-

ak terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiyah yang

pernah dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip

dalam naskah ini disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila

dikemudian hari ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur-unsur pen-

jiplakan dan ada klaim dari pihak lain, maka saya bersedia untuk diproses sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Demikian surat pernyataan ini saya

buat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan dari siapapun.

Bangil, senin 31 juli 2023


Hormat saya,

penulis

vii
viii

ABSTRAK
JAUHARATUL BADRIYA, NIM 2018.85.32.0026, Layanan Bimbingan
Konseling Individu Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas IX di Mad-
rasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Rejing, Tiris, Probolinggo. Pembimbing 1.)
Nuke Ladyna Anggerawati, M. Hum. 2.) Savvy Dian Faizzati, M.Hi.
Kata Kunci : Layanan Bimbingan Konseling Individu, Kedisiplinan Siswa.
Kedisiplinan merupakan bagian penting dalam pendidikan yang menjadi
kunci awal dari sebuah kesuksesan, dan hal tersebut membutuhkan kesadaran
bahwasanya disiplin akan memberikan dampak yang baik bagi keberhasilan masa
depannya, banyak faktor yang mempengaruhi kurangnya kedisiplinan pada siswa
khususnya di Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Rejing ini diantaranya
kurangnya siswa dalam memahami urgensi pendidikan yang mengharuskan
bersungguh-sungguh didalamnya dengan berdisiplin, maka peneliti merumuskan
beberapa rumusan masalah, 1). Bagaimana gambaran kedisiplinan siswa kelas IX
di MTs. Riyadlus Sholihin Rejing Probolinggo? 2). Bagaimana pelaksanaan
layanan bimbingan siswa kelas IX di MTs. Riyadlus Sholihin Rejing
Probolinggo?.
Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Yaitu penelitian yang menekankan pada pemahaman tentang fenomena
yang dipahami oleh subjek penelitian dan menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari subjek penelitian. Pengumpulan data yang
digunakan dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kemudian
penarikan kesimpulan dan verifikasi, dalam penelitian ini yang menjadi instrumen
adalah peneliti sendiri dan objek penelitiannya adalah guru wali kelas sebagai
konselor dan 3 orang siswa kelas IX.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 1). Gambaran
kedisiplinan kelas ix rendah yang ditandai dengan keabsenan, pulang duluan dan
terlambat kedatangannya ke sekolah 2). pelaksanaan layanan konseling individu
dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas IX di MTs. Riyadlus Sholihin
menggunakan beberapa tahapan yakni tahap awal, tahap tengah (inti) dan tahap
akhir dengan menggunakan metode direktif, dan menurut peneliti layanan
bimbingan konseling ini kurang berhasil dikarenakan tidak adanya perubahan
pada siswa, dan perubahan yang ada hanya diawal setelah dilakukannya kegiatan
bimbingan konseling individu, dan adanya kesenjangan tujuan antara konseli dan
konselor yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: kurangnya pemahaman
orang tua dalam pendidikan dikarenakan rendahnya status pendidikan mereka
sehingga mereka menganggap pendidikan kurang signifikan untuk mereka,
bahkan lebih memilih anak membantu pekerjaan orang tua, sehingga membuat
tujuan antara pihak sekolah dan orang tua bertolak belakang, serta circle
pertemanan yang kurang baik, dan rendahnya ekonomi keluarga.

viii
ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah itulah ungkapan singkat yang patut penulis sampaikan me-

wakili prakata ini. Tanpa anugrah rahmat, pertolongan serta bimbingan dari Allah

SWT, usaha apapun termasuk penulisan skripsi ini dengan judul “Layanan Bimb-

ingan Konseling Guna Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas ix di Madrasah

Tsanawiyah Ritadlus Sholihin Rejing, Tiris, Probolinggo” tidak akan terselesaikan

kecuali tanpa kehendaknya dengan keadaan yang terbaik dan dimudahkan dalam

segala prosesnya.

Sholawat serta salam yang tak akan pernah terpisahkan setelah ucapan

hamdalah ini kepada kekasih Allah nabi Muhammad SAW. Teladan terbaik, pen-

erang dan penenang jiwa bagi yang membutuhkannya, pembimbing profesional

sepanjang zaman.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikannya, untuk itu penulis sampaikan terimakasih dan penghargaan

sebesar-besarnya untuk guru-guru tercinta kami dengan ucapan jazakumullah ah-

sanul jaza’. Khususnya:

1. Al-mukarromah Al-hubabah Al-ustadzah Khodijah binti Al-habib Mu-

hammad Al-hinduan, beserta keluarga besar beliau, selaku pengasuh pon-

dok pesantren Darullughah Wadda’wah serta sebagai teladan yang tak

mampu dikiaskan dengan kata-kata

ix
x

2. Rektor Universitas Islam Internasional Darullughah Wadda’wah, Dr. Al-

habib Segaf hasan baharun, M.H.I dan para wakil rektor atas segala

layanan dan fasilitas yang telah diberikan selama penulis menempuh studi.

3. Ketua Program Studi Bimbingan Konseling Islam Ustadz Syafiq M.Psi

dan dosen koordinator BKI banat Ustadzah Savvy dian faizati, M.Hi atas

motivasi, koreksi, kritik, saran dan kemudahan pelayanan selama studi.

4. Dosen pembimbing I Ustadzah Nuke Ladyna Anggerawati, M. Hum. Dan

pembimbing II Ustadzah Savvy Dian faizzati, M.Hi atas segala bimbingan,

saran dan kritikya dalam penulisan skripsi.

5. Motivator terbesar di pondok pesantren Darullughah wadda’wah ustadzah

ssyarifah Dr.fatimah bintu Al-habib zain Bin syeikh Abu bakar sebagai

cerminan wanita sholehah dengan semangat tinggi tanpa henti.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar di kampus dan pesantren Darullughah

wadda’wah yang tidak bisa disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa

hormat kami yang telah mendidik dan memberi wawasan ilmu yang tak

mampu kami balas dengan apapun dan memberi kemudahan selama dalam

menyelesaikan studi.

7. Teruntuk orang tua yang tak pernah bosan untuk memberi semangat dan

doa dalam menyelesaikan studi ini dan mengamalkannya.

8. Semua orang yang terlibat mendoakan atas terselesaikannya penulisan ini

serta semangat dan dukungannya, khususnya sahabat-sahabatku yang sela-

lu memberikan supportnya.

x
xi

9. Terimakasih untuk diri sendiri yang selalu berusaha walaupun perasaan

jatuh bangun dan berusaha mengobatinya sendiri dan selalu memotivasi,

Dan terima kasih untuk masa lalu yang mengajarkan agar masa depan

lebih baik darinya.

Semoga semua yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan

skripsi ini senantiasa mendapat balasan dari Allah SWT. Akhirnya dengan

segala kerendahan, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pem-

baca pada umumnya khususnya pada penulis.

Bangil, senin 31 Juli 2023


Penulis

Jauharatul Badriya
Nim. 2018.85.32.0026

xi
xii

DAFTAR ISI
MOTTO................................................................................................................... ii
PERSEMBAHAN .................................................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iv
NOTA PEMBIMBING ........................................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ........................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
E. Definisi Istilah .............................................................................................. 8
BAB II ..................................................................................................................... 9
KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................... 9
A. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 9
B. Kajian Teori ............................................................................................... 12
1. Bimbingan Dan Konseling Individu ....................................................... 12
a. Pengertian Konseling Individu............................................................12
b. Tujuan Layanan Bimbingan Konseling..................................... ........14
c. Fungsi Bimbingan Konseling Individu..............................................15
d. Prinsip Bimbingan Konseling Individu..............................................16
e. Metode Layanan Bimbingan Konseling.............................................17
f. Tahapan Konseling Individu................................................................20

2. Kedisiplinan Siswa ................................................................................. 24


a. Pengertian Disiplin............................................................................. .24
b. Tujuan Disiplin......................................................................................25
c. fungsi Disiplin........................................................................................26
d. Ciri-Ciri Disiplin....................................................................................29
e. Cara Membentuk Disiplin....................................................................29

xii
xiii

f. Metode Meningkatkan Disiplin Siswa................................................31


g. Faktor-Faktor Yang Meningkatkan Kedisiplinan Siswa..................31

C. Kerangka berfikir ....................................................................................... 34


BAB III.................................................................................................................. 33
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 33
A. Pendekatan Dan jenis penelitian ................................................................ 33
B. Kehadiran peneliti ...................................................................................... 34
C. Sumber data penelitian ............................................................................... 35
1. Sumber data primer ................................................................................ 35
2. Sumber data sekunder............................................................................. 35
D. Teknik pengumpulan data .......................................................................... 36
1. Pengamatan (Observasi). ........................................................................ 36
2. Wawancara (interview) .......................................................................... 37
3. Dokumentasi ........................................................................................... 37
E. Tehnik analisis data .................................................................................... 38
BAB IV ................................................................................................................. 42
PAPARAN ANALISIS DATA ............................................................................. 42
A. Gambaran Umum ....................................................................................... 42
1. sejarah singkat berdirinya Madrasah Tsaawiyah Riyadlus Sholihin
Rejing ............................................................................................................. 42
2. Letak geografis Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Rejing......... 42
3. Visi Misi dan tujuan Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Rejing 43
4. Kurikulim Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Rejing ................. 44
5. Identitas Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Rejing .................... 44
6. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Rejing .. 45
7. Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Rejing 46
8. Sistem penjadwalan Mata Pelajaran ....................................................... 47
9. Profil Konselor dan konseli .................................................................... 47
B. Paparan Hasil Penelitian ............................................................................ 48
1. Gambaran Rendahnya Kedisiplinan Siswa Kelas IX Madrasah
Tsanawiyah Riyadlus Sholihiin Rejing Tiris Probolinggo ............................ 48

xiii
xiv

2. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling Individu Dalam


Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Riyadlus
Sholihin Rejing Probolinggo. ........................................................................ 59
3. Pembahasan ............................................................................................ 97
BAB V................................................................................................................. 120
PENUTUP ........................................................................................................... 120
A. Kesimpulan .............................................................................................. 120
B. Saran......................................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 122
LAMPIRAN ........................................................................................................ 126

DAFTAR TABEL
Tabel Kerangka Berfikir ....................................................................................... 34
Data Informan ....................................................................................................... 36
Struktur Organisasi Mts. Riyadlus Sholihin.......................................................... 45
Data Sarana dan Prasarana……………………………………………………….46
Profil Konseli…………………………………………………………………….48
Gambaran Rendahnya Kedisiplinan Siswa Kelas IX di Mts. Riyadlus Sholihin Re-
jing Tiris Probolinggo…………………………………………………………97

DAFTAR LAMPIRAN
Draf wawncara konseli atau siswa ........................................................................... .
Dokumentasi wawancara .........................................................................................
Draf wawancara dengan guru dan kepala sekolah…………………………………
Dokumentasi wawancara dengan guru dan kepala sekolah………………………...
Surat izin penelitian………………………………………………………………...
Surat rekomendasi penelitian……………………………………………………….
Dokumentasi siswa…………………………………………………………………
Biodata peneliti……………………………………………………………………..

xiv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kedisiplinan atau disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk

melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban.1 Yang mana kedisiplinan meru-

pakan bagian penting dalam pendidikan, baik dalam konteks pendidikan formal,

nonformal maupun pendidikan informal. Permasalahan mengenai kedisiplinan

merupakan hal yang sudah umum dan sering terjadi, baik di dalam lingkungan

masyarakat maupun di dalam lingkungan sekolah. Hal tersebut cukup

meresahkan, karena kedisiplinan merupakan kunci awal dari sebuah kesuksesan.

Terkait mengenai kepatuhan dan ketaatan, sebagai umat islam yang

beriman hendaknya patuh dan taat terhadap peraturan dalam tujuan yang baik itu

hukumnya wajib, bukan hanya mentaati peraturan dari Allah namun juga patuh

dan mentaati peraturan yang dibuat oleh ulama dan pemerintah, sebagaimana yang

dijelaskan didalam Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 59 yang berbunyi:

‫النساء‬:)95(..‫ياأيهاالذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول واولى االمر منكم‬

Artinya: "wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan rosul (Muham-
mad) dan ulil amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu… (Q.S. an-nisa: 59).

1
Syamsul Kurniawan, pendidikan Karakter, Konsepsi Dan Implementasinya Secara Terpadu Di
lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat. (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,
2013). H. 136.

1
2

Bagi seseorang yang berdisiplin, karena sudah menyatu dalam dirinya,

maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban,

namun sebaliknya, akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat disiplin.

Kesadaran disiplin tersebut antara lain meliputi, apabila seseorang berpril-

aku disiplin maka akan memberikan dampak yang baik bagi keberhasilan dirinya

pada masa depannya, begitu pula sebaliknya. Kesadaran diri berfungsi sebagai

pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan

dirinya, selain kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terbentuknya

disiplin2. Adapun salah satu contoh kedisiplinan yang ada di Madrasah Riyadlus

Sholihin rejing ini adalah keharusan bagi siswa-siswi untuk datang ke sekolah te-

pat pada waktunya dengan mengikuti kegiatan membaca surat Al-Waqi’ah dan

sholat dhuha berjama’ah yang kemudian diiringi apel bersama dengan kepala

sekolah atau guru yang bertugas sebelum memasuki masing-masing kelas, Namun

tak banyak yang melanggar peraturan tersebut.

Banyak faktor yang memengaruhi kurangnya kedisiplinan siswa terhadap

tata tertib yang berlaku di sekolah diantaranya kurangnya siswa menyadari akan

pentingnya sebuah kedisiplinan karena kurangnya dalam memahami betapa ur-

gennya belajar bagi seorang siswa untuk menentukan masa depannya 3, ada be-

berapa dari mereka yang sekolah hanya mengikuti kebiasaan kebanyakan orang

yang ada di daerahnya sehingga kehadiran mereka di sekolah hanya untuk

2
Suci Almunawirun “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakdisiplinan Belajar Di Sekolah
SMPN 4 Jerowaru” Skripsi, (Mataram: Universitas Islam Negeri Mataram, 2022). H. 15.
3
Fitriani “Faktor Penyebab Rendahnya Kedisiplinan Siswa Dan Upaya Penanggulangannya Di
SMK Negeri 1 Sidenreng Rappang”, skripsi, (Makassar: UIN Alauddin makassar, 2010), H. 73.
3

menggugurkan kewajiban sekolah yang mayoritas anak seusianya harus sekolah,

tanpa memperhatikan wajib disiplin yang telah ditetapkan sekolah.

Di samping itu dukungan dan kesadaran orang tua juga penting terhadap

pendidikan anak, sebab keberhasilan pendidikan seorang anak tidak bisa lepas

dari peran orang tua sebagai guru pertama yang memperkenalkan pendidikan di-

tengah-tengah keluarga dalam bentuk pendidikan informal. Peran tersebut men-

jadi pijakan awal bagi mereka untuk menapaki jenjang-jenjang pendidikan beri-

kutnya, sehingga orang tua memiliki peran yang cukup penting dalam

mengarahkan, mendidik, maupun membentuk kepribadian anak agar memiliki

karakter yang baik, agamis, dan juga humanis. Namun tidak sedikit yang me-

mahami tentang ini disebabkan kurangnya bekal pendidikan bagi orang tua, se-

hingga tidak sedikit orang tua yang bertolak belakang dalam mematuhi ketertiban

yang dibuat oleh sekolah, khususnya yang tinggal di pedesaan sebab warganya

belum terlalu menyadari arti penting pendidikan dan pola pikir yang masih seder-

hana dan masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat, misal, pada waktu yang

ditentukan sekolah untuk hadir di sekolah pada jam 07.00 digunakan untuk

mengantar orang tua ke pasar untuk berdagang ataupun berbelanja.

Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan

hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan

lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat dengan tetap berdisiplin
4

dimanapun ia berada4, baik di sekolah maupun di rumah yang berpengaruh ter-

hadap kelanjutan masa depan siswa tersebut, seperti tidak lulus tepat pada wak-

tunya, tidak bisa mencapai masa depannya, sulit menggapai cita-citanya, bahkan

bisa-bisa akan dipecat dari pekerjaanya suatu saat nanti. Adapun faktor penyebab

melemahnya kedisiplinan adalah diri sendiri, keluarga, lingkungan, dan teman.

Datang terlambat memang bukanlah termasuk pelanggaran berat. Namun, apabila

tidak segera diatasi akan berdampak negatif bagi perkembangan dan prestasi

siswa di sekolah bahkan pada masa depannya nanti, karena pada dasarnya sikap

disiplin merupakan awal dari sebuah kesuksesan masa depannya yang harus

dibentuk dan dilatih pada diri siswa agar dirinya berhasil dalam segala aspek.

Maka kasus minimya kedisplinan yang terjadi tidak boleh dibiarkan begitu

saja, karena jika permasalahan ini dibiarkan terjadi, masalah ini akan terus ber-

lanjut dan terulang, sebab adanya pendidikan bertujuan untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka tujuan-

tujuan tersebut tidak akan terlaksana tanpa adanya sebuah kedisiplinan. Sehingga

diperlukan adanya layanan bimbingan dan konseling dalam upaya meningkatkan

kedisiplinan tersebut dengan melakukan bimbingan konseling, karena pada da-

sarnya bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan untuk mewujudkan

perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun individual

4
Faujiah, “Hubungan Antara Disipln Belajar Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganega-
raan Pada Siswa Kelas V SDN Moncobalang II Kec. Barombong, Kab. Gowa” skripsi, (Makassar:
Unevirsitas Muhammadiyah makassar, 2017), H. 10.
5

sesuai dengan hakikat kemanusiaan dengan berbagai potensi dalam segi kejiwaan,

layanan dan bimbingan konseling dilaksanakan oleh konselor atau guru bimb-

ingan dan konseling sesuai tugas pokoknya dalam upaya membantu tercapainya

tujuan pendidikan nasional, dan khususnya membantu peserta didik atau konseli

mencapai perkembangan diri yang optimal, mandiri, sukses, sejahtera, dan baha-

gia dalam kehidupannya.5

Selain itu dengan adanya perkembangan kemajuan siswa yang ada di

perkotaan, mereka juga harus merasakan kemajuan tersebut. Salah satunya dengan

dioptimalkannya kedisiplinan di Madrasah tersebut, sebagaimana yang telah

diketahui dengan adanya permasalahan kurangnya kedisiplinan terhadap tata tertib

yang ada, dikarenakan kurangnya perhatian dari orang tua. Maka hal ini disa-

yangkan mengingat di Madrasah Riyadlus Sholihin Rejing ini termasuk sekolah

yang unggul karena siswanya banyak yang berprestasi dibidang seni maupun

pengetahuan, maka jika siswanya banyak yang disiplin, diharapkan banyak juga

yang berprestasi karena siswa dapat memanejemen waktu dengan baik, me-

maksimalkan potensinya dll. Dan hal inipun dapat menambah rasa bangga

sekolah, karena berhasil mengantarkan siswanya menjadi orang yang berprestasi,

sedangkan untuk siswa bermanfaat bagi masa depannya.

Maka berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti menganggap penting

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa, yang membuat peneliti tertarik untuk un-

tuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudulkan “Layanan

Bimbingan Konseling Individu Guna Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas

5
Ahmadi, A., & Rohani, A., "Bimbingan Dan Konseling Belajar". (Jakarta:Renika Cipta.2000). H.
6

IX Di Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Rejing Tiris Probolinggo”.

Mengingat di kota maupun di desa, masalah kedisiplinan sangat penting untuk

dibahas, sehingga peneliti membuat judul tersebut.

Oleh karena itu penting kiranya penelitian ini diadakan untuk meningkat-

kan kedisiplinan siswa di Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin untuk menjadi

siswa yang berkualitas dari segi moral maupun intelektual. khususnya kelas IX,

karena permasalahan akan ketidakdisiplinan yang terjadi lebih banyak terjadi pada

siswa kelas akhir ditingkat tsanawiyah ini, sehingga peeneliti memilih kelas IX

untuk dijadikan sampel penelitian yang akan diteliti oleh penulis.

B. Rumusan Masalah/Fokus Penelitian

Sebagai penegasan dari apa yang telah dibahas dalam latar belakang masa-

lah, pada bagian ini perlu dikemukakan rumusan-rumusan masalah sebagai beri-

kut:

1. Bagaimana gambaran ketidakdisiplinan siswa kelas IX di Mts.Riyadlus

Sholihin Rejing Probolinggo?

2. Bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam mening-

katkan kedisiplinan siswa kelas IX di Mts. Riyadlus Sholihin Rejing

Probolinggo?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:


7

1. Mengetahui gambaran ketidakdisiplinan siswa kelas IX di Mts. Riyadlus

Sholihin Rejing Probolinggo.

2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling in-

dividu dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas IX di Mts. Riyadlus

Sholihin Rejing Probolinggo.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat khususnya

bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam segala bidang, diantaranya:

1. Secara teoritis

a. Secara teoritis penelitian ini mampu menambah dan memperkaya

wawasan Sebagai rujukan atau referensi serta informasi bagi para

penulis selanjutnya dalam mendalami permasalahan meningkatkan

kedisiplinan siswa kelas IX menggunakan layanan bimbingan kon-

seling.

b. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi peneliti sendiri

untuk dapat mengetahui kegunaan layanan bimbingan konseling

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas IX di Madrasah

Tsanawiyah Riyadlus Sholihin.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan ma-

sukan bagi guru pembimbing, serta menambah pengetahuan

keilmuan untuk mengoptimalkan upaya lembaga dalam mening-

katkan kedisiplinan siswa.


8

E. Definisi Istilah

Sebagaimana judul yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka

terdapat istilah yang perlu dijelaskan pada bagian tersebut. Hal ini sangat diper-

lukan agar dapat terlihat dengan jelas batasan-batasan masalah yang akan dibahas

dan penelitian ini akan menjadi lebih fokus, adapun istilah-istilah tersebut sebagai

berikut:

a. Layanan bimbingan konseling individu

Layanan bimbingan konseling merupakan proses pemberian bantuan,

bimbingan, arahan, dan masukan oleh konselor terhadap konseli (klien

atau siswa) dalam memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi.

Layanan bimbingan konseling di sekolah ini dilakukan oleh guru wali ke-

las atau guru yang bertugas dan bertanggung jawab, sehingga peneliti

memfokuskan layanan bimbingan konseling individu yang diberikan oleh

guru wali kelas atau guru yang bertugas dan bertanggung jawab.

b. Kedisiplinan siswa

Kedisiplinan siswa yaitu suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan,

kesetiaan, keteraturan serta ketertiban terhadap peraturan yang telah

ditetapkan oleh pihak sekolah agar proses kegiatan belajar berjalan sesuai

dengan tujuannya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu atau kajian teoritik sengaja dilakukan unntuk

mendukung penelahan yang lebih komprehensif dengan karya-karya yang

mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti yaitu guna menghindari

adanya kesamaan kajian atau perilaku plagiat yang berujung pada pembekuan

pemikiran dengan meniru karya orang lain.

Adapun teori yang terkait terhadap hal ini dengan melakukan

penelusuran internet, maka akan ditetapkan kata kunci yang sejenis, sebagai usaha

untuk mempertahankan keaslian karya di bawah ini akan diuraikan beberapa

penelitian terdahulu yaitu:

1. Hasil penelitian Yahya Maghfiroh Universitas Islam Negeri raden intan

lampung 2021, dalam skripsinya yang berjudul “layanan konseling indi-

vidu untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik kelas vii di Smp

Negeri 30 bandar lampung tahun ajaran 2020/2021” dalam penelitian

skripsinya menyatakan bahwa berdasarkan studi kasus yang peneliti

temukan dilapangan, sesuai dengan pernyataan guru BK yang merujuk pa-

da teori yang ada dalam bidang layanan bimbingan konseling individu

bahwa dengan adanya konseling individu dapat memberikan pemahaman

9
10

kepada peserta didik arti pentingnya kedisiplinan bagi dirinya dalam ke-

hidupan sosial di lingkungan sekolah dan masyarakat.6

Kesamaan dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneli-

ti lakukan yaitu menggunakan jenis penelitian kualitatif dan yang menjadi

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri, serta program

layanan bimbingan konseling individu, dan perbedaan dalam penelitian

tersebut yaitu objek penelitian, tahun penelitian, dan sampel penelitian.

2. Hasil penelitian Sherly Yunita dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

metro 2020, dalam skripsinya yang berjudul “Peran Guru bimbingan dan

konseling dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MTS. Muhammadi-

yah metro” dalam penelitian yang dilakukan saudari sherly yunita

mempunyai tujuan untuk mengetahui peran guru bimbingan konseling da-

lam meningkatkan meningkatkan kedisiplinan siswa di MTS. Muham-

madiyah metro dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif lapangan,

dengan sumber data primer pada penelitian ini adalah guru bimbingan

konseling dan siswa, mengumpulkan data dengan menggunakan metode

wawancara, observasi, dan dokomentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa peran guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedi-

siplinan siswa di MTs. Muhammadiyah metro yaitu membantu siswanya

dalam menyelesaikan masalah, memberi nasihat serta memberi teguran

kepada siswa yang tidak disiplin, memberikan bimbingan kepada siswa

6
Yahya Maghfiroh “Layanan Konseling Individu untuk Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik
Kelas vii di SMP NEGERI Bandar Lampung Tahun Ajaran 2020/2021”Skripsi, (Lampung: UIN
Raden Intan Lampung, 2021).
11

agar tidak salah dalam mengambil keputusan, dan memberikan teguran

serta nasihat. Dan upaya yang dilakukan guru Bimbingan Konseling dalam

mencegah siswa yang tidak disiplin dengan cara memberikan bimbingan

kelompok.7

Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan sama-sama membahas kedisiplinan dan metode penelitian yaitu

metode kualitatif, perbedaannya penelitian ini dengan yang peneliti

lakukan adalah lokasi penelitian, dan lebih fokus terhadap peran guru BK

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa, sedangkan penulis lebih mem-

fokuskan terhadap kegunaan layanan BK dalam meningkatkan kedisipli-

nan siswa.

3. Hasil penelitian Bayu Aji Dwi Apriatmoko dari universitas islam negeri

raden intan lampung 2019, dalam skripsinya yang berjudul “Upaya guru

bimbingan konseling dalam meningkatkan kedisiplinan sekolah peserta

didik kelas XI di Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Bandar Lampung Ta-

hun Pelajaran 2019/2020”dengan menggunakan Jenis penelitian kualitatif

dan bersifat deskriptif. Tempat penelitian ini dilaksanakan di sekolah Mad-

rasah Aliyah Mathla’ul Anwar Bandar Lampung yang terletak di Jalan Un-

tung Suropati Gang Famili I No. 09 Labuhan Ratu Raya Kota Bandar

Lampung. Sampel sumber data pada penelitian ini menggunakan purpos-

ive sampling. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik

penelitian menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan

7
Sherly Yunita “Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Di MTS.muhammmadiyah Metro”, Skripsi, (lampung: Institut Agama Islam Negeri metro, 2020).
12

hasil bahwasanya upaya guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan

sekolah peserta didik yaitu dengan menggunakan layanan konseling indi-

vidu dengan melalui tiga tahapan, tahap awal, tahap inti dan tahap akhir. 8

Perasamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan ada-

lah meningkatkan kedisipinan di sekolah dengan metode yang dipakai yai-

tu menggunakan metode kualitatif dengan teknik observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Sedangkan perbedaannya adalah lokasi penelitian yang

dilakukan dan metode bimbingan konseling individu yang dipakai penulis

yaitu metode direktif.

Dengan beberapa perbedaan penelitian di atas, maka penelitian ini tetap

relevan untuk dilakukan.

B. kajian Teori

1. Bimbingan Dan Konseling Individu


Pengertian Layanan Bimbingan Konseling Individu
Secara etimologis bimbingan dan konseling terdiri dari dua kata

yaitu “bimbingan” terjemahan dari kata “guidance” yang berasal dari

kata kerja “to guide” yang mempunyai arti menunjukkan, menuntun,

ataupun membantu.9 Dan “konseling” (berasal dari kata counseling)

berasal dari bahasa inggris “to counsel”, yang secara etimologi berarti

8
Bayu Aji Dwi Apriatmoko, “Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Kedisipli-
nan Di Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2019/2020” skripsi
(Lampung : Universitas Islam Negeri Raden Intan,2019).
9
Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jogyakarta: Diva
Press, 2010), h. 31.
13

“to give advice” atau memberi saran dan nasehat.10 Dalam praktik, dan

bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan yang tak bisa

dipisahkan, keduanya merupakan bagian integral.11

Secara istilah bimbingan dan konseling dapat diartikan dengan

bantuan yang diberikan oleh seorang baik laki-laki maupun perempuan

yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada

seorang (individu) dari setiap umur untuk membantunya mengem-

bangkan aktifitas-aktifitas hidupnya sendiri, mengembangkan arah

pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul

bebannya.12

Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat diartikan secara

umum sebagai suatu bantuan atau tuntunan, atau usaha menolong

orang lain atau siswa mengembangkan pandangannya tentang diri

sendiri, orang lain dan masyarakat sekitarnya agar mampu menganali-

sa masalah-masalah atau kesukaran-kesukaran yang dihadapinya itu.13

Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan

melalui wawancara konseling oleh seseorang ahli (konselor) kepada

individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien) yang bermuara

10
Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jogyakarta:
Diva Press, 2010), h. 31.
11
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah. (Jakarta. PT Raja Grafindo Per-
sada, 2013). h. 1.
12
Nur Hidayah, Bimbingan Konseling Dalam Perspektif Islam, Skripsi (Palopo: IAIN Palopo,
2019). h. 24.
13
Hadari Nawawi, Administrasi dan Organisasi Bimbingan dan penyuluhan, (Pontianak, Balai
Aksara, 1982), h. 26
14

pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.14Bimbingan konseling

individual yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan

peserta didik atau konseli mendapatkan layanan langsung (tatap muka)

secara perorangan dengan guru pembimbing dalam rangka pembaha-

san pengentasan masalah pribadi yang diderita konseli.15

Hendrarno menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-

rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang

tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah

lakunya.16

Tujuan Bimbingan Konseling Individu


Menurut Syaiful Akhyar, ada beberapa tujuan dari konseling17, yaitu:

1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan tingkah laku

2. Meningkatkan hubungan antar perorangan dan pembinaan

kesehatan mental.

3. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi masalah.

4. Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan.

5. Meingkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan.

Fungsi Bimbingan Dan Konseling Individu


Adapun fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari segi

kegunaan dan manfaat pelayanannya 18, sebagai berikut:

14
Prayitno & Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
H. 105
15
Hallen, bimbingan dan konseling, (jakarta: Quantum teaching, 2005), H. 84.
16
Hendrarno, Bimbingan & Konseling, (Semarang: Swadaya Manunggal, 2003), H. 24.
17
Henni Syafriana N. & Abdillah, Bimbingan Konseling “Konsep, Teori Dan Aplikasinya” (Me-
dan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), 2019). H. 9.
15

1) Fungsi Pemahaman

Dewa Ketut Sukardi menyatakan bahwa fungsi pemahaman yaitu

fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan menghasilkan pema-

haman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan

keperluan pengembangan siswa yang mencakup pemahaman ten-

tang diri siswa, lingkungan siswa, dan lingkungan yang lebih luas

terutama oleh siswa.

2) Fungsi pencegahan

Fungsi pencegahan, mengupayakan terhindarnya individu atau

klien dari akibat yang tidak menguntungkan, yaitu akibat yang

berasal dari hal-hal yang berpotensi sebagai sumber permasalahan,

sehingga berbagai kondisi yang ada pada klien dan lingkungannya

perlu mendapat perhatian konselor dalam rangka pelaksanaan

fungsi pencegahan itu.

3) Fungsi Pengentasan

Proses pengentasan masalah melalui pelayanan konselor tidak

menggunakan unsur-unsur fisik yang di luar diri klien, tetapi

meggunakan kekuatan-kekuatan yang yang berada di dalam diri

klien sendiri, kekuatan (yang pada dasarnya ada) itu dibangkitkan,

dikembangkan dan digabungkan untuk sebesar-besarnya dipakai

menanggulangi masalah yang ada.

4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan


18
Henni Syafriana N. & Abdillah, Bimbingan Konseling “Konsep, Teori Dan Aplikasinya” (Me-
dan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), 2019). H. 10.
16

Fungsi Pemeliharaan yaitu memelihara segala sesuatu yang baik

yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawan

maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini.

Pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar mempertahankan agar

hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan tetap dalam

keadaannya semula melainkan juga mengusahakan agar hal-hal ter-

sebut bertambah baik dari pada waktu-waktu sebelumnya, sehingga

pemeliharaan yang demikian adalah pemeliharaan yang mem-

bangun yang memperkembangkan. Oleh karena itu fungsi pemeli-

haraan dan fungsi pengembangan tidak dapat dipisahkan.19

Prinsip-Prinsip Layanan Bimbingan Konseling Individu


Prinsip utama dalam sebuah konseling ialah:
1) Manusia mempunyai harga diri, harga diri manusia terletak

pada dirinya sendiri setiap individu mempunyai nilai yang

tersendiri.

2) Manusia itu unik, tidak ada manusia atau individu yang sama,

semua pasti berbeda.

3) Manusia memiliki personality.

4) Manusia cenderung ke arah kesempurnaan sendiri.

5) Manusia berkembang melalui proses sosialisasi.20

19
Prayitno & Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
hal. 215.
20
Miazan Adillah Ahmad Ibrahim dan Halimatn Halaliah Mokhtar, “Koseling Individu Apa Dan
Bagaimana”, (Selangor:Fajar Bakti Sdn. Bhd, 2006), H. 5-8.
17

Metode Layanan Bimbingan Konseling Individu


Metode adalah suatu proses atau cara yang sistematis yang digunakan

untuk mencapai tujuan tertentu dengan efisien. Dalam hal ini konselor

harus menguasai semua teknik dan metode bimbingan konseling agar

memiliki keahlian dalam mengatasi berbagai macam objek yang akan

dihadapi, adapun macam-macam metode bimbingan konseling sebagai

berikut21:

1) Nonderictive Method

Metode ini sebenarnya bersumber pada beberapa keyakinan da-

sar tentang manusia, antara lain bahwa manuasia berhak

menetukan haluan hidupnya sendiri, bahwa manusia memiliki

daya yang kuat untuk mengembangkan diri; manusia pada

hakikatnya bertanggung jawab atas tindakannya sendiri; manu-

sia bertindak berdasarkan pandangan-pandangan subjektif ter-

hadap dirinya sendiri (konsep diri) dan terhadap dunia seki-

tarnya. Orang akan mengalami kesukaran apabila terjadi sesuatu

pertentangan antara pandangan terhadap dirinya sendiri dan tin-

dakannya yang nyata. Selama proses konseling seseorang

meninjau sikap perasaan, dan tingkah lakunya, dengan demikian

dia akan lebih memahami dirinya sendiri dan lebih menyadari

keharusan untuk mengadakan perubahan dalam sikap, perasaan,

dan cara berpikir. Proses perubahan itu biasanya dimulai dengan

21
Samsul Munir Amin, “Bimbingan Dan Konseling Islam”, (jakarta: Amazah, 2010). H. 75-79.
18

mengungkapkan segala apa yang dirasakan dan dipikirkan

kemudian ditinjau kembali dengan mendapat bantuan dari kon-

selor terutama terdiri atas menciptakan suatu situasi interaksi

atau komunikasi yang mempermudah pengungkapan dari

perasaan dan pikiran konseli serta refleksi diri dari konseli.

2) Directive Method

Metode ini adalah metode dimana konselor membantu konseli

dalam mengatasi masalahnya dengan menggali daya berpikir

mereka, tingkah laku yang barangkali terlalu berdasarkan

perasaan dan dorongan impulsif harus diganti dengan tingkah

laku yang lebih rasional. Konselor menyumbangkan pengala-

man dan keahliannya dalam ilmu psikologi dan penggunaan be-

berapa tes selama proses konseling, agar supaya konseli sampai

pada suatu pemecahan yang dapat dipertangggungjawabkan

secara rasional. Konselor tetap bersifat menghormati konseli se-

bagai orang yang berhak mengatur kehidupannya sendiri dan

berusaha memahami perasaan dan pikiran konseli. Namun, pada

derictive method, konselor mengambil peranan yang lebih jelas

dari pada nonderictive. Konselor dalam mengarahkan arus

pikiran konseli, misalnya dengan pertanyaan yang bertujuan

memperjelas inti masalah, menolong mengumpulkan informasi

yang ternyata dibutuhkan, memperjelas akibat dari suatu kepu-

tusan, atau dengan memberikan suatu sugesti atau dorongan.


19

Seorang konseli mungkin belum sedemikian mengerti akan

motif yang sebenarnya mendasari tingkah lakunya atau belum

memahami bakat dan minatnya yang sesungguhnya. Oleh kare-

na itu, konselor yang pada suatu ketika mengerti motif konseli

yang sebenarnya akan menjelaskan hal tersebut, pada lain waktu

konselor dapat mengusulkan agar konseli mengikuti suatu tes

bakat dan akan menjelaskan arti dari hasil testing tersebut. Sejak

awal tahapan dalam wawancara konseling, konselor harus be-

rusaha menciptakan dan tetap membina suasana hubungan baik

dengan konseli yang ditandai atau disertai empati serta perhatian

terhadap kepentingan konseli “a warm and friendly human rela-

tionship”.

3) Metode eklektif

Metode eklektif yaitu metode yang sedikit banyak merupakan

penggabungan unsur-unsur dari derictive method dan non-

directive method. Konselor di sekolah pada umumnya menga-

dakan penggabungan dengan cara: pada permulaan proses kon-

seling lebih cenderung ke nonderictive method dengan

menekankan keleluasaan bagi konseli untuk mengungkapkan

perasaan dan pikirannya, dan setelah itu mengambil peranan

lebih aktif dalam menyalurkan arus pemikiran konseli.

Penggunaan metode ini menuntut fleksibilitas pada konselor un-

tuk menyesuaikan diri dengan masing-masing konseli, terhadap


20

konseli yang lain ia lebih direktif. Oleh karena itu, penggunaan

metode ini menuntut keahlian yang tinggi dalam bidang layanan

konseling dan pengalaman yang banyak.

Tahapan Layanan Bimbingan Konseling Individu


Sedangkan proses konseling terlaksana karena hubungan konseling

berjalan dengan baik, sebagaimana menurut brammer proses konseling

adalah peristiwa yang telah berlangsung dan memberi makna bagi pe-

serta konseling tersebut (konselor dan klien)22.

Setiap tahapan proses konseling individu membutuhkan keterampi-

lan-keterampilan, namun itu bukanlah yang utama jika hubungan kon-

seling individu tidak mencapai rapport, dengan demikian proses kon-

seling individu ini oleh peserta konseling (konselor & konseli)

dirasakan sebagai bukan hal yang menjemukan akan tetapi dirasakan

sangat bermakna dan berguna dari awal hingga akhir, menurut Tohirin

proses konseling secara umum terbagi atas tiga tahap yaitu: pertama,

tahap awal (tahap identivikasi masalah). Kedua, tahap pertengahan

(tahap kerja dengan masalah tertentu). Ketiga, tahap akhir (action). 23

Berikut penjelasannya:24

1) Tahap awal konseling

Tahap awal konseling atau disebut dengan tahap identifikasi

masalah. Dalam tahap ini ada sejumlah keterampilan yang bisa

22
Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta, 2007). H.
50.
23
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta: Raja Wali pers, 2013),
24
Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta, 2007). H.
51.
21

diterapkan oleh konselor yaitu: Attending, Mendengarkan, Em-

pati, Refleksi, Eksplorasi, Bertanya, Mengungkapkan ppesan

utama, Mendorong dan dorongan minimal. Tahap ini terjadi

setelah klien menemui konselor hingga berjalan proses konsel-

ing sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah

klien atas dasar isu, kepedulian, atau masalah klien. Proses kon-

seling tahapan awal sebagai berikut:

1) Membangun hubungan konseling

Hubungan konseling bermakna ialah jika klien terlibat

berdiskusi dengan konselor. Hubungan tersebut di-

namakan a working relationship, yakni hubungan yang

berfungs, bermakna, dan berguna. Keberhasilan proses

konseling individu amat ditentukan oleh keberhasilan

pada tahap awal ini. Kunci keberhasilan terletak pada:

a) Keterbukaan konselor

b) Keterbukaan klien artinya dia dengan jujur

mengungkapkan isi hati, perasaan, harapan, dan

sebagainya, namun keterbukaan ditentukan oleh

faktor konselor yakni dapat dipercayai klien ka-

rena dia tidak berpura-pura akan tetapi jujur, asli,

mengerti, dan menghargai.

c) Konselor mampu melibatkan klien terus menerus

dalam proses konseling. Karena dengan


22

demikian, maka proses konselingindividu akan

lancar dan segera dapat mencapai tujuan konsel-

ing individu.

2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah

Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik di-

mana klien telah melibatkan diri, berarti kerjasama anta-

ra konselor dengan klien akan dapat mengangkat isu,

kepedulian, atau masalah yang ada pada klien. Sering

klien tidak begitu mudah menjelaskan masalahnya, wa-

laupun mungkin dia hanya mengetahui gejala-gejala

yang dialaminya. Karena itu amatlah penting peran kon-

selor untuk membantu memperjelas masalah klien.

Demikian pula klien tidak memahami potensi apa yang

dimilikinya. Maka tugas konselorlah untuk membantu

mengembangkan potensi, memperjelas masalah, dan

membantu mendefinisikan masalahnya bersama-sama.

3) Membuat penafsiran dan penjajakan

4) Menegosiasikan kontrak

Kontrak artinya perjanjian antara konselor dengan klien.

Hal itu berisi:

a) Kontrak waktu, artinya berapa lama diinginkan

waktu pertemuan oleh klien dan apakah konselor

tidak keberatan.
23

b) Kontrak tugas, artinya tugas konselor apa dan tu-

gas konseli apa.

c) Kontrak kerjasama dalam proses konseling.

Kontrak menggariskan kegiatan konseling, termasuk

kegiatan klien dan konselor. Artinya mengandung makna

bahwa konseling adalah urusan yang saling ditunjak, dan

bukan pekerjaan konselor sebagai ahli. Disamping itu ju-

ga mengandung makna tanggung jawab klien, dan ajakan

untuk kerjasama dalam proses konseling.

2) Tahap pertengahan (tahap kerja)

Berangkat dari definisi masalah klien yang disepakati pada

tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada:

a) Penjelajahan masalah klien

b) Bantuan apa yang diberikan berdasarkan penilaian kem-

bali apa-apa yang telah dijelajahi tentang masalah klien.

3) Tahap akhir

Pada tahap akhir konseling ditandai beberapa hal yaitu:

a) Adanya perubahan prilaku klien kearah yang lebih posi-

tif, sehat, dan dinamis

b) Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan

program yang jelas

Terjadinya perubahan sikap positif, yaitu mulai dapat mengoreksi diri

dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti


24

orang tua, guru, teman, keadaan tidak menguntungkan dan sebagainya,

jadi klien sudah berfikir realistik dan percaya diri.

2. Kedisiplinan Siswa
Pengertian Disiplin
Secara etimologis “disiplin” berasal dari bahasa latin yakni, “desclipi-

na” yang menunjukkan kepada kegiatan belajar mengajar. Sedangkan da-

lam bahasa inggris kata disiplin disebut “discipline”, yang berarti:1) tertib,

taat, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri. 2)

Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai

kemampuan mental atau karakter moral, 3) Hukuman yang di berikan un-

tuk melatih atau memperbaiki, 4) Kumpulan atau sistem-sistem peraturan-

peraturan bagi tingkah laku.25

Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau ting-

kah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau

ketaatan (obedience) terhadap peraturan-peraturan dan ketentuan yang ber-

laku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu.26

Asyari Mas’ud juga mengatakan dalam bukunya yang dikutip oleh

Sugeng Haryono disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu

pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang

berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapa pun.27

25
Sofan Amri, “Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013”, (Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya, 2013), hal. 161.
26
Muchdarsyah Sinungan,”Produktivitas Apa Dan Bagaimana”, (Jakarta : PT. Bumi Aksara,
2014), h. 146.
27
Sugeng Haryono, “Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Bealajar Terhadap Prestasi
Bealajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi, Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan”. Vol.3, No.
3, 2016, h. 264.
25

Disiplin pada hakekatnya adalah suatu ketatan yang sungguh-sungguh

yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta

perilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan atau tata kelakuan

yang seharusnya berlaku di dalam suatu lingkaran tertentu.

Dari uraian diatas maka disiplin dapat diartikan sebagai tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan pera-

turan baik di madrasah maupun di rumah. Sikap disiplin tersebut muncul

dari kesadaran atas tanggung jawab yang ada pada dirinya dan dengan

menjalankannya tanpa ada paksaan dari orang lain, sehingga apapun yang

dilakukannya itu murni atas kesadarannya sendiri dalam mengharapkan

apa yang ingin dicapainya. Oleh karena itu apapun yang terkait dengan si-

kap disiplin itu tujuannya untuk mengarahkan siswa agar dalam dirinya

tersebut memiliki sikap dan tindakan yang baik.

Tujuan Disiplin
Tujuan disiplin ialah membentuk prilaku sedemikian rupa hingga

seseorang mempunyai prilaku yang sesuai dengan peran-peran yang

ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan.

Keinginan-keinginan untuk mempunyai sikap disiplin dalam diri anak ber-

beda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lain. Ada yang tingkat

kedisiplinannya tinggi dan sebaliknya. Keadaan seperti itu perlu disadari

disiplin bagi anak maupun peserta didik adalah proses perkembangan yang
26

dipengaruhi oleh beberapa faktor baik datang dari luar (eksternal) maupun

dari dalam siswa itu sendiri (internal).28

Disiplin sangatlah perlu ditanamkan dalam kehidupan siswa, karena be-

gitu banyak tujuan disiplin. Berikut ini beberapa hal tujuan disiplin yaitu:

1) Memberi dukungan bagi terciptanya prilaku yang tidak menyimpang.

2) Mendorong siswa untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar.

3) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan

lingkungannya serta menjauhi hal-hal yang dilarang sekolah.

4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan ber-

manfaat baginya serta lingkungannya.

Fungsi Disiplin
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin men-

jadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan

berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan

kelak ketika kerja. Adapun fungsi disiplin secara umum adalah sebagai

berikut: 29

1) Bagi diri sendiri. hidup lebih terarah dan tertundanya dari perbuatan

yang bertentangan dengan norma agama, norma sopan santun, norma

kesusilaan, maupun tingkah laku yang dapat menjerumuskan ke dalam

kenistaan

2) Bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat akan dapat menikmati ke-

tentraman dalam kehidupan bersama.


28
Elizabeth B.Harlock, “perkembangan anak”, Jilid2 (Jakarta : Erlangga,1993), h. 82.
29
Fitriani, “Faktor Penyebab Rendahnya Kedisiplinan Siswa Dan Upaya Penanggulangannya Di
SMK Negeri 1 Sidenreng Rappang”, (Makassar : UIN Alauddin Makkassar,2010). h. 29.
27

3) Bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, akan tercipta bangsa yang

mengerti tentang hak dan kewajiban, ketahanan nasional semakin

tangguh dan pembangunan akan berjalan lancar sesuai dengan yang

direncanakan.

4) Menata kehidupan bersama. Fungsi disiplin adalah mengatur tata ke-

hidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat.

Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan yang lain men-

jadi baik dan lancar.

5) Membangun Kepribadian. Lingkungan yang berdisiplin baik, sangat

berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa

yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang

tertib, teratur, tenang, tenteram, sangat berperan dalam membangun

kepribadian yang baik.

6) Melatih Kepribadian. Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik

dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat. Na-

mun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu pan-

jang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dil-

akukan melalui latihan.

7) Pemaksaan. Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri.

Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan

melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat

bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya, disiplin dapat pula ter-

jadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar.


28

8) Hukuman. Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-ha1 positif yang ha-

rus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi

yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi atau hukuman

sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi

siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman atau

sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Motivasi

untuk hidup mengikuti aturan yang berlaku menjadi lemah.

9) Menciptakan lingkungan yang kondusif. Disiplin sekolah berfungsi

mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar ber-

jalan lancar. Ha1 itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah

yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-

peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan

secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi

lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan tera-

tur. Lingkungan seperti ini adalah lingkungan yang kondusif bagi

pendidikan.

Ciri-Ciri Disiplin
Disiplin sangat perlu di miliki oleh setiap individu termasuk siswa di

sekolah. Banyak manfaat yang akan kita rasakan apabila kita memiliki si-

fat disiplin. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri siswa yang dikatakan

disiplin, yaitu: 1) Kehadiran yang baik. 2) Pemberitahuan bila tidak hadir


29

yang dibenarkan. 3) Ketepatan waktu, 4) Tegas dan tanggung jawab. 5)

Sopan, santun dan kesusilaan.30

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa segala bentuk pril-

aku yang muncul akibat disiplin adalah prilaku yang baik. Dalam pelaksa-

naannya disiplin tidak ada unsur paksaan dari siapapun. Segala aturan dan

tata tertib yang telah ditetapkan disekolah dilaksanakan oleh siswa tanpa

adanya unsur penyimpangan. Disiplin itu muncul dari cerminan hati

dengan niat yang tulus oleh siswa dalam melaksanakannya.

Cara membentuk disiplin


Sekolah yang tertib, aman dan teratur merupakan persyaratan agar

siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini bisa terjadi jika

disiplin di sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan peserta didik dapat

ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukkan kedisiplinan. Siswa baru

akan segera menyesuaikan diri dengan situasi di sekolah. Jika situasi se-

kolah disiplin, siswa akan ikut disiplin.31

Disiplin tidaklah terbentuk begitu saja, ada beberapa cara dalam mem-

bentuk kedisiplinan diantaranya:

1) Mendisiplinkan dengan Otoriter

Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang

diinginkan menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Tekniknya men-

cakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar dan

30
Otong Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
1983), h.111.
31
Eka Prihatin, Menejemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 93-97.
30

sedikit, atau sama sekali tidak adanya persetujuan, pujian atau tanda-

tanda penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan.

2) Mendisiplinkan dengan Permisif.

Disiplin permisif memiliki arti sedikit disiplin atau tidak disiplin. Biasa-

nya disiplin permisif tidak membimbing ke dalam perilaku yang disetujui

secara sosial dan tidak menggunakan hukuman dalam hal ini tidak diberi

batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan, mereka

diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak

mereka sendiri.

3) Mendisiplinkan dengan Demokratis.

Metode mendisiplinkan melalui metode demokratis yaitu melalui proses

penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti men-

gapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek

edukatif pada siswa. Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan

penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya berbentuk

hukuman badan.32

Metode Meningkatkan Kedisiplinan Siswa


Sehubungan dengan tuntutan untuk bertingkah laku disiplin bagi setiap

siswa. Seringkali kita jumpai terjadi pelanggaran-pelanggaran disiplin.

Pelanggaran disiplin yang dilakukan siswa, menurut pendapat Crow and

Crow yang disadur oleh Siti Meichati ialah “pelanggaran tertentu adalah

terlambat, melalaikan tugas, membolos, berisik dalam kelas, berkirim su-

32
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011). h. 73.
31

rat, membatah perintah, ribut, ceroboh dalam tindakan, marah, merusak

benda-benda, nakal (bergaul) dan bersikap tidak susila”. 33

Agar siswa bertindak disiplin, hendaknya guru memberi contoh atau

teladan kepada siswa tentang kedisiplinan dalam melakukan tugas, dan

bentuk perilaku yang disimak secara langsung oleh siswa dalam kegiatan

belajar mengajar, yaitu kerajinan, tepatnya datangnya ke sekolah dan te-

pat pada waktu mulai pelajaran. Disamping itu juga secepatnya men-

gontrol atau mengoreksi dan memberi hasil pekerjaan ulangan dan se-

terusnya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplina Siswa


Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks, ka-

rena menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya. Sikap

disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama siswa berbeda-beda. Ada

siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada siswa yang

mempunyai kedisiplinan rendah. Tinggi rendahnya kedisiplinan seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Kedisiplinan secara garis besar dapat digolongkan menjadi 2 faktor,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam individu itu

sendiri, faktor anak itu sendiri mempengaruhi kedisiplinan anak yang

bersangkutan. Disiplin diri merupakan kunci bagi kedisiplinan pada

33
Siti Meichati (Penyadur) Crow And Crow,” Ilmu Pendidikan”, (Yogyakarta : FIP IKIP,1982), h.
30.
32

lingkungan yang lebih luas lagi. Oleh karena itu, dalam menanamkan

kedisiplinan faktor anak harus diperhatikan, mengingat anak memiliki

potensi dan kepribadian yang berbeda antara yang satu dan yang lain.

Pemahaman terhadap individu anak secara cermat dan tepat akan ber-

pengaruh terhadap keberhasilan penanaman kedisiplinan.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar individu, meli-

puti:

a) Keluarga

Untuk mencapai kedisiplinan di lingkungan keluarga maka harus

dibuat suatu peraturan di lingkungan keluarga, dibuat oleh seluruh

anggota keluarga dan dipatuhi oleh seluruh anggota keluarga. Jika

ada satu dari anggota keluarga yang melanggar aturan tersebut

maka anggota keluarga harus dihukum dan hukumannya juga be-

rasal dari keluarga itu sendiri.

b) Sikap pendidik

Sikap pendidik juga mempengaruhi kedisiplinan anak. Sikap pen-

didik yang bersikap baik, penuh kasih sayang, memungkinkan

keberhasilan penanaman kedisplinan pada anak. Hal ini dimung-

kinkan karena pada hakikatnya anak cenderung lebih patuh kepada

pendidik yang bersikap baik. Sebaliknya, sikap pendidik yang

kasar, keras, tidak peduli, dan kurang wibawa akan berdampak ter-

hadap kegagalan penanaman kedisiplinan di sekolah.


33

c) Lingkungan

Lingkungan adalah merupakan peranan yang sangat mempengaruhi

terhadap kedisplinan setiap orang. Karena sifat kedisiplinan setiap

orang selain dapat dipengaruhi dari faktor genetik juga dapat

dipengaruhi dari faktor lingkungan, karena jika lingkungan ber-

kondisikan baik, maka pengaruh yang diambil seseorang terse-

but juga baik dan sebaliknya. Apabila lingkungan kondisinya bu-

ruk maka buruk pula yang diperolehnya. Situasi lingkungan akan

mempengaruhi proses dan hasil pendidikan, situasi lingkungan ini

meliputi lingkungan fisis, lingkungan teknis, dan lingkungan so-

siokultural. Lingkungan fisis berupa lingkungan sekolah, keluarga

dan masyarakat. Lingkungan teknis berupa fasilitas atau sarana

prasarana yang bersifat kebendaan; dan lingkungan sosiokultural

berupa lingkungan antar individu yang mengacu kepada budaya so-

sial masyarakat tertentu. Ketiga lingkungan tersebut juga

mempengaruhi kedisiplinan seseorang, khususnya siswa.

d) Tujuan

Tujuan yang dimaksud adalah tujuan yang berkaitan dengan pena-

naman kedisiplinan. Agar penanaman kedisiplinan kepada siswa

dapat berhasil, maka tujuan tersebut harus ditetapkan dengan jelas,

termasuk penentuan kriteria pencapaian tujuan penanaman kedi-

siplinan di sekolah. Untuk menanamkan disiplin pada setiap anak

tidaklah mudah, karena banyak faktor-faktor yang dapat


34

mempengaruhi sehingga siswa tidak mampu bersikap disiplin atau

dapat pula dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki kualitas

disiplin yang rendah.

C. Kerangka berfikir

Tabel 1.1

Bimbingan Konseling Guna Tingkat kedisiplinan siswa


Meningkatkan Kedisiplinan kelas ix di Madrasah Tsana-
Siswa kelas ix Di Madrasah wiyah Riyadlus Sholihin Re-
- Tsanawiyah Riyadlus Sholihin jing probolinggo yang rendah
Rejing Tiris Probolinggo

Kedisiplinan siswa kelas


ix di Madrasah Tsanawi-
yah Riyadlus Sholihin
meningkat
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan jenis penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai metode penelitian. Penelitian

kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang

berupa kata-kata tertulis, gambar dan bukan angka, yang mana data ini didapatkan

dari pengamatan perilaku yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi, maka analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode kuali-

tatif.

Pendapat lain mengatakan, pengertian penelitian kualitatif adalah jenis

penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai

dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif. Penelitian

kualitatif dapat menunjukkan kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,

fungsionalisme organisasi, pergerakan sosial, dan hubungan kekerabatan. 34

Denzim dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menggunakan latar belakang alamiah, dengan maksud menafsir-

kan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai

metode yang ada dalam penelitian kualitatif. Metode yang biasanya adalah wa-

wancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.35

34
Anwar mujahidin, (ed). Metode Penelitian Kualitatif Dibidang Pendidikan, (Ponorogo: CV.
Nata Karya, 2019). H. 3.
35
Lexy j moleong. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 5.

33
34

Metode kualitatif digunakan sebagai metode dalam penelitian ini karena

yang menjadi fokus penelitian adalah bimbingan konseling guna meningkatkan

kedisiplinan yang dilaksanakan masih terlaksana dan berindikasi dapat

meningkatkan kedisiplinan siswa kelas IX di Madrasah Tsanawiyah Riyadlus

Sholihin Rejing Probolinggo, maka peneliti ingin mengetahui pelaksanaan di

lapangan, dan disajikan oleh peneliti dalam pemaparan yang sistematis.

B. Kehadiran peneliti

Kegiatan peneliti dilapangan merupakan suatu keharusan yang mutlak, ka-

rena peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian sekaligus pengumpul data.

Kedudukan peneliti dalam metode kualitatif adalah peran utama. Peneliti berperan

sebagai perencana, analisis, pelaksana pengumpul dan penafsir data pada akhirnya

peneliti yang sebagai pelapor hasilnya. Dalam penelitian kualitatif peneliti harus

berinteraksi dengan lingkungan baik manusia maupun non manusia yang ada da-

lam kancah penelitian. Kehadirannya dilapangan peneliti harus dijelaskan, apakah

kehadirannya diketahui atau tidak diketahui oleh subjek penelitian. Ini berkaitan

dengan keterlibatan penelitian dalam kegiatan penelitian, apakah terlibat aktif atau

pasif.36

Dalam pelaksanaan ini peneliti akan hadir di lapangan sejak diizinkannya

melaksanakan penelitian, yaitu dengan cara mendatangi lokasi penelitian pada

waktu-waktu yang telah ditentukan, baik yang terjadwal maupun tidak, sesuai

dengan kesepakatan bersama. Berhubungan dengan penelitian tersebut, dalam

36
Wahidmurni, Pemaparan metode penelitian kualitatif, (Malang: UIN Malang, 2017), h. 5.
35

pengumpulan data hendaknya peneliti berusaha menciptakan hubungan yang baik

dengan informan yang menjadi sumber data supaya data-data yang diperoleh

benar-benar valid.

C. Sumber data penelitian

Sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah sumber data dari

kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah data tambahan seperti dari dokumen

dan lain sebagainya. Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek

dari mana data dapat diperoleh. Terdapat dua jenis sumber data yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber data primer


Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya

dapat melalui wawancara, jajak pendarat dan lain-lain. Sumber data penelitian

yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara,

jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi

dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda).

Tabel 2.2

No. Nama (Inisial) Umur Kelas Jenis kelamin


1 RM 15 ix Laki-laki
2 RR 16 ix Laki-laki
3 MS 15 ix Laki-laki

2. Sumber data sekunder


Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pihak kedua biasanya

diperoleh melalui instansi yang bergerak dibidang pengumpulan data seperti Ba-
36

dan Pusat Statistik dan lain-lain. Sumber data penelitian yang diperoleh melalui

media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang

telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan

secara umum.

D. Teknik pengumpulan data

1. Pengamatan (Observasi).
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengamati secara langsung keadaan atau situasi dari subjek penelitian. Data hasil

observasi bukan hanya dilihat dari sikap subjek peneliti saja, tetapi ada banyak

faktor yang harus diperhatikan. Bisa dikatakan observasi ini merupakan teknik

penelitian yang sangat kompleks, karena tidak hanya terpaku pada satu fenomena

saja. Teknik observasi lebih cocok apabila digunakan untuk penelitian terkait

gejala-gejala alam, perilaku manusia, dan lainnya. Teknik ini juga sangat cocok

untuk mencari data-data yang subjek penelitiannya tidak terlalu besar, jadi subjek

penelitiannya speseifik. Observasi dilakukan dengan tujuan menemukan data dan

informasi tentang gejala atau fenomena secara sistematis dan didasarkan pada

tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan.37

Dalam kegiatan pengamatan ini, kegiatan observasi akan dilakukan secara

langsung ke Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Rejing Probolinggo,

pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan bimbingan konseling yang sedang ber-

langsung, namun akan dilakukan oleh guru wali kelas atau yang bersangkutan.

37
Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2015). H. 329.
37

Peneliti akan mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan observasi

seperi lembar observasi, instrument yang digunakan dalam observasi dan alat tulis

terlampir.

2. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau informan terkait topik penelitian

secara langsung. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wa-

wancara yang jelas. Jadi sebelum mengadakan wawancara peneliti akan membuat

draf pertanyaan serinci mungkin untuk ditanyakan kepada subjek wawancara. In-

formasi apa yang dibutuhkan, sudah ditulis lengkap dalam draf pertanyaan yang

dibuat. Jadi peneliti tidak akan kebingungan mencari pertanyaan yang akan di-

ajukan kepada subjek penelitian.

Wawancara dengan jenis seperti ini akan memudahkan proses wawancara,

terutama jika peneliti belum begitu ahli dalam melakukan penelitian, disarankan

untuk menggunakan teknik wawancara terstruktur, agar data yang didapatkan

lengkap. Sehingga akan memudahkan peneliti ketika melakukan analisis data.

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik dalam pengumpulan data yang tidak langsung di-

tunjukkan kepada subyek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen merupa-

kan catatan tertulis yang isinya adalah sebuah pernyataan tertulis yang disusun

oleh seorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa dan berguna
38

bagi sumber data, informasi, bukti suatu fakta yang tidak mudah untuk di-

peroleh.38

Dokumentasi ini diperlukan guna dalam pengumpulan data dalam penelitian

untuk memperoleh data-data yang berbentuk catatan, transkip, buku, dan lain se-

bagainya yang akan peneliti dapatkan secara langsung dari pihak madrasah,

dokumentasi akan mengambil berbagai data yang ada di Madrasah Tsanawiyah

Riyadlus Sholihin Rejing Probolinggo yang berkaitan dengan kegiatan bimbingan

konseling dalam sudut pandang islam dalam meningkatkan kedisiplinan siswa

khususnya kelas IX yang sedang diselenggarakan oleh guru yang terkait dan juga

gambar-gambar yang dibutuhkan.

Tehnik pengumpulan data diatas sekaligus merupakan metode penelitian se-

bagaimana lazimnya yang terdapat dalam penelitian kualitatif. Walaupun secara

ideal metode pengumpulan data diatas dilakukan secara hirarkis, akan tetapi prak-

tik dilapangan membuktikan bahwa tidak harus secara berurutan. Metode

penelitian tersebut juga dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

E. Tehnik analisis data

Setelah berbagai data terkumpul, maka untuk menganalisisnya digunakan

teknik analis deskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembali data-

data yang terkumpul. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, dokumen pribadi,

dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. 39 Hal ini diupayakan agar peneliti

38
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 183.
39
Anwar mujahidin, (ed). Metode Penelitian Kualitatif Dibidang Pendidikan, (Ponorogo: CV.
Nata Karya, 2019). H. 39.
39

dapat menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut untuk kemudian

disajikan kepada orang lain dengan lebih jelas tentang hasil yang didapatkan dari

lapangan.

1) Reduksi data, berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokus-

kan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. 40

2) Penyajian data, merupakan penyajian sekumpulan informasi tersusun yang

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pen-

yajian data dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam

suatu bentuk yang padu dan mudah difahami. Dengan penyajian data, maka

akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahaminya tersebut. Reduksi akan

diorganisasikan secara garis besar dalam bentuk sketsa, sinopsis, matriks atau

dalam bentuk lainnya, sehingga bentuknya terlihat utuh yang diperlukan da-

lam memudahkan upaya menjelaskan dan penegasan kesimpulan. Bentuk

penyajian data dalam penelitian ini yaitu teks yang bersifat naratif.

3) Kesimpulan, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin saja tidak. Hal

ini karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat

sementara dan akan berkembang setelah penelitian dilapangan. Kesimpulan

merupakan temuan yang baru yang sebelumnya belum pernah ada atau

40
Anwar mujahidin, (ed). Metode Penelitian Kualitatif Dibidang Pendidikan. (Ponorogo: CV.
Nata Karya,2019). H. 43.
40

penambah khasanah keilmuan dalam bentuk deskripsi atau gambaran objek

dalam bentuk hubungan interaktif atau teori kesimpulan-kesimpulan diver-

tivikasi dengan menguji kebenaran, kekuatan, dan kecocokan makna-makna

yang muncul dari data untuk menguji validitas makna tersebut. Apabila pen-

yajian data yang sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya telah didukung

oleh data yang tepat, maka dapat dijadikan sebagai kesimpulan yang kredibel.
BAB IV

PAPARAN ANALISIS DATA


A. Gambaran Umum

1. sejarah singkat berdirinya Madrasah Riyadlus Sholihin Rejing


Madrasah Riyadlus Sholihin Rejing Probolinggo Adalah salah satu

lembaga yang didirikan pada tahun 1994 dari beberapa lembaga yang

dimiliki KH. Moh. Anwar yang terletak di desa rejing jln.sumur bor,

dusun gembor 2 kab. Probolinggo, madrasah ini didirikan atas dasar

memenuhi kebutuhan dan desakan dari masyarakat sekitar serta

dorongan dari mereka, agar anak-anak mereka dapat meneruskan pen-

didikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga beliaupun mendirikan

madrasah Tsanawiyah ini dengan sukarela tanpa memungut biaya sedi-

kitpun agar memudahkan peserta didik yang tidak mampu, maka Mad-

rasah ini merupakan suatu bentuk kepercayaan yang diberikan

masyarakat sekitar kepada lembaga Riyadlus Sholihin Rejing ini. Selain

itu Madrasah ini didirikan atas dasar dukungan dari guru beliau yang

memiliki lembaga pondok pesantren Riyadlus Sholihin ketapang kade-

mangan kota Probolinggo, sehingga madrasah ini diberi nama Riyadlus

Sholihin.

2. Letak geografis Madrasah Riyadlus Sholihin Rejing


Madrasah Riyadlus Sholihin rejing terletak didesa rejing Jl.Sumur Bor

Dusun Gembor 2 kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo.

42
43

3. Visi Misi dan tujuan Madrasah Riyadlus Sholihin Rejing


Berikut adalah pemaparan visi, misi dan tujuan Madrasah Riyadlus Sholihin

Rejing :

a. Visi Madrasah

Menjadi sekolah yang mampu menghasilkan generasi muslim yang

ber-AKSI (ber-agama, ber-kreatif, ber-sosial, dan ber-ilmu).

b. Misi Madrasah

1) Menanamkan keimanan, ketaqwaan dan akhlak berdasarkan

Ahlussunnah Waljama’ah An-Nahdliyah.

2) Menumbuhkan semangat dan daya saing yang sehat baik dalam

prestasi akademik maupun non akademik.

3) Menanamkan jiwa kepedulian sosial dalam hubungan bermasyara-

kat, berbangsa dan bernegara.

4) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehing-

ga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan

potensi yang dimiliki.

c. Tujuan Madrasah

1) Mengoptimalkan proses KBM dengan melalui pembelajaran aktif,

kreatif, efektif, menyenangkan (PAKEM) dan pendekatan CTL

(contextual teaching and learning).

2) Menghasilkan pencapaian standart kelulusan rata-rata reguler 65

dan akselerasi 80 untuk semua mata Pelajaran termasuk mulok


44

3) Peningkatan prestasi akademik dibuktikan dengan kenaikan rata-

rata nilai raport.

4) Peningkatan kemampuan dalam bidang komputer dan internet.

5) Mengoptimalisai layanan bimbingan konseling (BK).

6) Terwujudnya lingkungan madrasah yang indah, bersih, asri, nya-

man dan kondusif untuk KBM.

7) Terwujudnya hubungan yang harmonis dan dinamis antarwarga

madrasah dan masyarakat (Stake Holder).

4. Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Rejing


Struktur kurikulum Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Rejing terdiri

atas 2 kelompok, yakni:

a) mata pelajaran kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang

kontennya di kembangkan oleh pusat atau mata pelajaran umum yang

meliputi: Pendidikan Agama Islam; Pendidikan Pancasila dan Kewar-

ganegaraan; Bahasa Indonesia; Bahasa Arab; Matematika; Ilmu Penge-

tahuan Alam; Ilmu Pengetahuan Sosial; Bahasa Inggris. Sedangkan

b) Mata pelajaran kelompok B adalah mata pelajaran yang terdiri atas

mata pelajaran seni budaya; prakarya atau informatika; serta pendidi-

kan jasmani, olahraga dan kesehatan dan bahasa daerah. Yang

kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lo-

kal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.

5. Identitas Madrasah Riyadlus Sholihin Rejing


a. Nama madrasah :Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin

b. Status madrasah :Swasta


45

c. Alamat madrasah

Jalan/Dusun : Jl. Sumur Bor Dusun Gembor 2

Desa : Rejing

Kecamatan : Tiris

Kabupaten : Probolinggo

Propinsi : Jawa timur

d. Alamat E-mail :mts.riyadlussholihinrejing@gmail.com

e. No. telp. madrasah :08283984605/082336592263

f. Nama yayasan :Yayasan Riyadlus Sholihin

g. Jenjang akreditasi :Terakreditasi B

h. Tahun berdiri :08 Mei 1994

i. Kepemilikan tanah :Tanah wakaf

j. Kepala sekolah :Kusnadi M.Pdi

6. Struktur Organisasi Madrasah Riyadlus Sholihin Rejing


Tabel 3.1
Struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin

Biro Kependidikan
MUHLIS S.Pd

Kepala Madrasah Ketua Komite


KUSNADI M.Pdi IMRON HAMZAH

PKM. Kurikulum PKM.Kemahasiswaan PKM. Humas

Zainal Abidin S.Pdi M.Anto S.Pd M.Astro


46

Pkm.sarana prasarana Ka.Perpustakaan Ka. Tata Usaha

Norba’i S.Pd Muniri S.Pd Sholehuddin

Bendahara Bag. Umum Bag. Komputer


Munawwaro S.Pd ABD.Rohim Sholehuddin S.Pd

Wali Kelas Guru Dan BK


Muhlis S.Pd

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

ULUMUDDIN S.Pd SITI MUSYRIFATUL HS.S.Pdi MOH. ANTO S.Pd

7. Sarana dan Prasarana Madrasah Riyadlus Sholihin Rejing


Untuk melaksanakan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dan pengel-

olaan sekolah yang lainnya, infrastruktur sekolah yaitu beberapa ruangan

juga memiliki peranan penting yang dapat digunakan sesuai dengan

fungsinya masing-masing, berikut pemaparan dari hasil dokumentasi

peneliti:

Tabel 3.2
Data sarana dan prasarana

No. Jenis sapras Jumlah


sarpras
1 Ruang Kelas 6

2 Lab komputer 1

3 Perpustakaan 1
47

4 Musholla/Masjid 2

5 Kamar mandi/WC Guru 1

6 Kamar mandi/WC Siswa 6

7 Ruang Guru 1

8 Ruang Kepala Madrasah 1

9 Ruang Tata Usaha 1

10 Ruang Tamu 1

11 Ruang UKS 1

12 Ruang BP/BK 1

13 Ruang OSIS 1

8. Sistem penjadwalan Mata Pelajaran


Seluruh staf pengajar atau guru berada di bawah pengawasan langsung

wakil kepala sekolah bidang kurikulum, tugas Waka kurikulum memiliki ke-

tentuan dalam menentukan:

a. jam pelajaran untuk siswa dengan ketentuan 1 jam pelajaran sela-

ma 40 menit, 49 jam pembelajaran dalam sepekan,

b. Mata pelajaran yang akan diberikan pada siswa sesuai dengan ku-

rikulum 2013.

c. Jumlah kelas yang disediakan ada 6 kelas

9. Profil Konselor dan konseli


Profil wali kelas ix sebagai konselor
Nama : Mohammad Anto
48

Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Jabatan : Wali kelas (Konselor), Wakil Kepala Sekolah.
Tabel 3.3 Profil Konseli
Nama TTL Umur Kelas Alamat
MS Probolinggo, 11 maret 2008 15 ix Liprak kidul
RM Probolinggo, 28 maret 2008 15 ix Rejing kulon
RR Probolinggo, 13 Agustus 16 ix Liprak kidul
2007

B. Paparan Hasil Penelitian

1. Gambaran Rendahnya Kedisiplinan Siswa Kelas IX Madrasah Tsan-


awiyah Riyadlus Sholihiin Rejing Tiris Probolinggo
a. Informan MS

Ms anak pertama dari dua bersaudara, berumur 14 tahun, yang lahir

pada tanggal 11 maret 2008 diprobolinggo, terlahir dari keluarga yang

sederhana, salah satu siswa yang bermasalah dalam kedisiplinannya di

sekolah sering terlambat dan membolos, ia mengaku sering membantu

orang tuanya berjualan bakso keliling.

“saya sring tidak masuk sekolah, bisa dihitung dalam sepekan hanya
3 kali masuk sekolah, kadang saya berjualan bakso kalo waktunya
memang mengharuskan untuk berjualan, misalkan ketika ada orang
hajatan, jadi kesempatan juga mumpung ada orang hajatan, otomatis
pengunjungnya juga rame”

Ms mengungkapkan bahwasanya, kadang ia juga diminta orang

tuanya untuk mengantar ibunya kepasar untuk berbelanja memenuhi

kebutuhan jualannya,

“iya kemaren yang pas saya gak masuk itu disuruh emak saya nganter
ke pasar, belanja barang-barang jualan, emak minta anternya pagi-
49

pagi biar dapet semua barang ingin dibeli, ya karna emak yang minta
saya mau aja”

Dan ketika ditanya tanggapan guru atas sikapnya MS mengungkapkan

bahwasanya pihak sekolah langsung menindaklanjuti ketika

mengetahui hal itu, mencari informasi kebenarannya dengan

menanyakannya langsung kepada MS, dengan dilakukannya

pemanggilan MS ke ruang BK untuk melakukan kegiatan konseling,

“waktu pak guru tau tentang itu, kan pertamanya saya lama gak
masuk, akhirnya dipanggil ke ruang bk, ditanyain kenapa gak masuk,
ya saya ngasi tau ke pak guru kalo disuruh nganter emak ke pasar
buat belanja,”.

Namun setelah ia mendapatkan layanan bimbingan konseling, ms

kembali mengulangi perbuatan membolosnya dengan berjualan bakso

yang kebetulan didapati pihak sekolah berjualan bakso keliling yang

sedang menuju ke lokasi jualan di desa tegal watu.

“iya sempat kemaren saya papasan sama pak guru waktu mau jualan,
soalnya ada parloannya orang di tegalwatu itu, jadinya saya jualan
enggak masuk sekolah, gara-gara itu pak guru kerumah nanyain ke
orang tua saya, kenapa saya gak masuk sekolah, tapi jualan bakso”.

Sehingga atas perbutan tersebut, pihak sekolah melakukan kunjungan

wali murid, untuk mengkonfirmasikan permasalahan tersebut,

sebagaimana yang disampaikan MS diatas. Ada waktu dimana ms

telat datang ke sekolah selain membolos, sehingga membuatnya diberi

hukuman dengan berdiri di depan kelas sambil mengaji,

“saya sempat juga kemaren terlambat dateng, jadinya sama pak guru
disuruh berdiri sambil ngaji di depan kelas, harusnya datengnya itu
sebelum sholat dhuha, pas anak-anak lagi ngaji, tapi saya datengnya
setelah apel, jadinya saya kena hukuman”
50

Tapi peristiwa tersebut tidak cukup terjadi sekali bahkan terulagi

kembali, sehingga pihak sekolah memberikan hukuman dilarang untuk

memasuki kelas, namun hal tersebut tidak membuat MS jera, sehingga

pihak sekolah memastikan keadaannya dengan mengunjungi MS di

rumahnya.

“iya kemaren saya gak sekolah 3 hari habis dilarang masuk kelas,
disuruh pulang sama pak guru, gara-gara telat dateng, terus
besoknya saya enggak masuk lagi, soalnya saya ngira hari libur,
makanya saya enggak masuk”.

Dengan permasalahan yang MS lakukan tersebut, MS diberikanlah

bimbingan konseling, untuk memperbaiki sikapnya tersebut, namun

MS merasa bahwa keadaannya biasa-biasa saja, yang menjadikan

sikapnya sulit berubah, karna MS tidak pernah merasakan ada yang

salah pada dirinya.

b. Informan RM

RM adalah salah satu siswa kelas IX, ia anak pertama dari 2 ber-

saudara, yang berumur 15 tahun dari kelahiran 12 oktober 2007,

diasuh oleh kedua orang tuanya bertempat tinggal di desa rejing

darungan, kec. Tiris, kab. Probolinggo. RM salah satu dari beberapa

siswa yang kurang disiplin terhadap kedatangannya ke sekolah

dikarenakan beberapa alasan, ia mengaku bahwa ia sering kesiangan.

“soalnya saya sering kesiangan bangun, gara-gara malamya saya


begadang mainan hp, saya juga gak dibangunin sama nenek saya, pas
waktu itu saya lagi dirumah nenek, tapi kata nenek saya sudah
dibangunin untuk sholat, ya saya enggak nngerasa, tapi nenek gak
bangunin lagi habis itu”.
51

RM mengaku kalau dia lebih suka di rumah neneknya karena, ia

merasa sumpek dan bosan dengan omelan ibunya, sehingga dia lebih

memilih untuk menginap dirumah ibunya,

“saya lebih sering nginep di rumah nenek, soalnya kalo sama nenek,
enggak terlalu banyak ngomel, kalo di rumah saya sumpek, ibu tuh
ngomelnya diulang-ulang, terus kalo di rumah saya gak bisa kemana-
mana, saya enggak boleh keluar rumah atau main gitu, mangkanya
saya di kasih hp, biar gak kemana-mana”.

Ketika ditanya tanggapan guru atas prilakunya, ia mengaku dan

menerima atas hukuman yang diberikan oleh pihak sekolah, karena

sering datang dengan keadaan terlambat ke sekolah.

“iya pak guru ngasih hukuman gara-gara sering telat, sama pernah
bolos juga, terus dipanggil ke ruang bk dan ditanyain kenapa
ngelanggar tata tertib dan alasannya juga”.

RM menjelaskan kalau ia ditindak lanjuti atas perbuatannnya, dan di

beri hukuman berdiri di depan kelas sambil mengaji karena

kedatangannya terlambat ke sekolah setelah mendapatkan bimbingan

konseling individu di ruang BK dan di beri surat perjanjian untuk

tidak mengulangi lagi. Namun baru jika pelanggarannya terulang dan

pemanggilan orang tua jika perbuatannya melampaui dari hal tersebut.

RM juga mengaku kalau ia merasa malu jika diberdirikan di depan

kelas, bahkan lebih malu lagi jika ada siswi yang melihatnya.

“iya pernah karena telat dateng, dihukum di depan kelas berdiri


sambil ngaji, malu sih, apalagi kalo diliat sama putri hehe..”.

Walaupun RM pernah melakukan ketiidakdisiplinan di sekolah bukan

berarti ia tidak pernah melakukan kedisiplinan di rumahnya, ia selalu


52

melakukan pekerjaan yang diminta oleh orang tuanya semisal pergi ke

warung untuk membeli kebutuhan dapur.

“iya itu, kalo saya gak boleh keluar rumah, saya gak keluar rumah,
sama kalo disuruh-suruh ke toko beli-beli sembako gitu, apapun yang
disuruh ibuk sama nenek saya kerjain “.

Namun disisi lain ia merasa kalau ia terlalu dikekang oleh orang

tuanya karena dilarang untuk keluar rumah, kalau ia melakukannya

orang tuanya akan mengomel bahkan meneriakinya dari rumah yang

membuat para tetangganya mendengar omelan orang tuanya, sehingga

ia merasa bebas melakukan apapun di sekolah sekalipun hal tersebut

larangan di sekolah, misal berkelahi yang pernah ia lakukan

dikarenakan diejek temannya kalau RM adalah anak mama yang

selalu dipingit.

”iya saya pernah berkelahi sama temen, gara-gara dianya juga yang
ngolok-ngolokin saya anak mama, ya saya malu, terus saya tantangin
aja dia kalau emang dia berani, biar dia juga bisa diem, tapi disitu
yang disalahin juga saya, tapi ada faedahnya saya berkelahi sama
temen saya itu, soalnya saya dipanggil keruang bk, terus dikasih
saran sama pak guru biar saya bisa keluar rumah, dan orang tua saya
mempercayai saya”.

RM mengungkapkan bahwasanya layanan bimbingan yang diberikan

guru pembimbing sebagai konselornya sedikit membantu kesulitan

yang sedang ia rasakan.

c. Informan RR

RR merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara yang diasuh oleh kedua

orang tuanya, ayahnya yang berprofesi sebagai kuli bangunan di luar

kota, dan ibunya sebagai petani, RR termasuk dari beberapa siswa


53

yang melakukan tindakan ketidakdisiplinan, sering pulang belum pada

waktunya, ia mengaku kalau sebelumnya ia semangat belajar, namun

setelah naik kelas, semangatnya mulai sedikit berkurang, dikarenakan

pergaulannya yang salah, RR melakukan ketidakdisiplinan tersebut

dikarenakan terbatasnya alat transportasi, sehingga ia terpaksa

melakukan tindakan tersebut, sebagaimana penuturannya :

“iya, saya sering pulang duluan soalnya saya enggak punya sepeda
sendiri, kalau saya tidak ikut pulang, nanti saya pulangnya jalan ka-
ki”.

RR mengaku kalau rumahnya lumayan jauh dari lokasi sekolah,

“jarak rumah ke sekolah ya jauh sekali kalo jalan kaki, soalnya ru-
mah saya diliprak, sini kan rejing”

RR mengaku bahwa ia takut untuk jujur ketika diwawancara pertama

kali mengenai ketidakdisiplinan yang ia lakukan, sehingga RR mem-

ilih untuk berbohong, karena jika ia jujur bisa jadi ia tidak akan di-

tumpangi temennya untuk menebengnya lagi ketika pulang dan pergi

ke sekolah,

“awalnya pak guru selalu nanyain kenapa kok saya sering pulang du-
luan, tapi kan saya taku tkalo jujur, nanti teman saya juga dipanggil
ke ruang bk, dan nantinya saya gak bakal boleh lagi nonot sama dia,
soalnya saya gak punya sepeda sendiri, pernah dulu saya punya
sepeda tapi sekarang udah dijual, soalnya waktu itu keluarga saya
lagi butuh uang, bapak saya ada dibali, kerja bangunan disana dan
enggak pulang kecuali lebaran, itupun kalo pulang, ya kalo biayanya
gak cukup bapak gak biasa pulang”

RR mengaku kalau ia juga pernah diberi sanksi hukuman sebab pril-

akunya tersebut dengan diberikannya surat perjanjian untuk tidak

mengulanginya lagi, tetapi RR tetap mengulang permasalahannya ter-


54

sebut, yang membuat pihak sekolah mengunjungi orang tuanya untuk

memastikan bahwa ia benar-benar pulang, namun ketika ia pulang

sebelum waktunya ia tidak pulang ke rumahnya sendiri melainkan pu-

lang ke rumah temennya, untuk menghindari sepengetahuan orang

tuanya.

“ya kalo saya pulang duluan saya pulangnya ke rumah temen biar
gak dimarahin sama emak, tapi waktu itu pak guru ke rumah, jadinya
emak tau sendiri kalo saya pulang bukan pada waktunya”

Perbuatannya membuatnya dipanggil ke ruang bk yang ke dua kali-

nya, yang akhirnya membuatnya jera mengulangi hal tersebut.

“gara-gara itulah akhirnya saya dipanggil lagi ke ruang bk sama pak


guru, tapi sama pak guru cuma dinasehatin aja, terus dikasih pen-
cerahan, ya sebenarnya saya itu dulunya enggak kayak gini, ya gara-
gara temen saya kayak gini, keikut temen siih, tapi saya gak mau ngu-
langin lagi, saya juga masih punya cita-cita dan masa depan, saya
ingin menjadi orang berilmu, biar saya enggak kayak bapak yang ker-
janya jauh dari keluarga”.

Sedangkan kedisiplinan menurut guru dan kepala sekolah merupakan

suatu sikap atau perilaku seseorang yang tercermin dalam perbuatan

atau tingkah laku yang berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap

peraturan-peraturan yang telah ditetapkan pihak sekolah baik itu

peraturan yang tertulis ataupun tidak tertulis.

Kelancaran dan kesuksesan dalam kegiatan belajar dapat dilihat

dari kedisiplinan siswa terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh

pihak sekolah dengan tujuan-tujuan tertentu yang kemanfaatannya

kembali kepada diri siswa masing-masing, yang mana jika diterapkan

dengan konsisten dan konsekuen akan berdampak positif terhadap


55

kehidupan peserta didik dan perilakunya di masa depannya, namun

tak banyak siswa yang memahami hal tersebut dengan kurangnya

mematuhi kedisiplinan yang telah ditetapkan tersebut. Sebagaimana

yang dikatakan bapak Anto selaku wali kelas ix di Mts. Riyadlus

Sholihin Rejing Tiris Probolinggo:

“Ya, memang ada beberapa siswa yang memang kurang disiplin di


Mts. Riyash Rejing ini, yang harusnya kedatangan mereka ini mengi-
kuti ngaji surat Al-waqi’ah, sholat dhuha berjama’ah dan apel ber-
sama, tapi tidak datang pada waktu tersebut, bahkan ketika kita dari
pihak sekolah mengunjungi orang tua peserta didik untuk memastikan
keadaan siswa yang sering terlambat masuk sekolah ini, jawaban dari
orang tuanya anaknya selalu masuk sekolah, tapi nyatanya anaknya
gak ada di sekolah”.41

Maka dari pernyataan tersebut diketahui bahwa pihak sekolah sudah

menetapkan sebuah kedisiplinan dalam usaha mengoptimalkan

kegiatan belajar peserta didik dan sebagai usaha untuk memelihara

perilaku siswa agar tidak menyimpang dengan diberikan didikan

secara rohani dengan memberikan mau’idoh hasanah yang pendek

ketika apel bersama sebelum memasuki kelas.

Dan selain itu diadakan pelaksanaan sholat dhuha berjama’ah untuk

membina jiwa mereka, karena jika hanya dengan mendidik mereka

secara jasmani tidaklah cukup, karena mungkin saja peringatan yang

disampaikan hanya didengarkan oleh siswa tanpa mengimplementasi-

kan dalam perilaku nyatanya. Sebagaimana yang dituturkan beliau

bapak kusnadi selaku kepala sekolah Riyadlus sholihin rejing:

41
Wawancara dengan bapak anto selaku wali kelas ix melalui via telephon, sabtu 11 februari 2023
15.00.
56

“Kami membimbing siswa dari segi jiwanya dengan melaksanakan


sholat dhuha berjama’ah yang insyaallah dengan itu siswa mudah
menerima nasihat yang diberikan dan benar-benar menerapkan da-
lam prilakunya sehari-hari sebagai bentuk ketaatannya, harapannya
sih begitu”.42

Berdasarkan penuturan dari beliau sholat dhuha dilaksanakan dengan

harapan jiwa rohaniah mereka ikut serta terbimbing, sehingga siswa

akan mudah menerima nasihat yang disampaikan oleh guru

pembimbing.

Namun tidak semua siswa yang ada berprilaku kurang disiplin ter-

hadap peraturan yang ditetapkan, namun hanya beberapa diantara

mereka salah satunya adalah siswa yang duduk di kelas IX. Se-

bagaimana yang disampaikan bapak Kusnadi selaku kepala sekolah

Mts. Riyadlus Sholihin Rejing:

“Dari beberapa siswa yang ada, diantara kelas vii, viii dan ix dalam
hal ketidakdisiplinan ini banyak terjadi pada anak kelas akhir, yaitu
kelas ix karena, sebagaimana yang terjadi diantara siswa yang paling
berpeluang dalam hal rendahnya kedisiplinan adalah kelas akhir (ke-
las ix) karena mereka merasa bahwasanya ‘oh..saya ini sudah senior
diantara adek-adek kelas’”.

Maka diketahui dari pernyataan beliau bahwasanya diantara be-

berapa kelas yang ada, kelas sembilanlah yang berpeluang besar

bahkan rata-rata dari tahun ketahun yang berprilaku kurang disiplin

adalah kelas akhir (kelas IX) dikarenakan mereka beranggapan bah-

wasanya mereka adalah kelas senior yang akan segera lulus.

42
Wawancara dengan bapak kepala sekolah melalui via telepon, sabtu 11 februari 2023 jam
20:10.
57

Dan diantara rendahnya kedisiplinan yang sedang terjadi adalah ku-

rangnya disiplin terhadap kedatangan siswa tepat pada waktunya ka-

rena beberapa faktor yang ada sebagaimana yang telah disampaikan

oleh guru pembimbing dan konseling:

“ya,..itu tadi, pusat ketidakdisiplinan siswa ada pada kurangya


disiplin terhadap kedatangannya ke sekolah dengan faktor kurangnya
kesadaran dari orang tua, sehingga anak (siswa) ini sekolah seenak-
nya saja, dengan artian kurangnya mereka menghormati pada pera-
turan yang ditetapkan. Nah, mereka (wali murid) ini seperti ini karena
mereka juga tidak berpendidikan sehingga tak memahami betul-betul
tujuan anak itu untuk apa disekolahkan”.43

Jadi, dalam pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa kurangnya ke-

disiplinan terhadap kedatangan siswa tepat pada waktunya, dikare-

nakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi, khususnya kurangnya

dorongan dari orang tua dan kesadaran mereka terhadap pentingnya

sebuah pendidikan yang juga disebabkan minimnya pengetahuan

mereka tentang hal ini dan rendahnya ekonomi keluarga yang mem-

buat orang tua peserta didik lebih memilih memprioritaskan pekerjaan

untuk menyambung kelangsungan hidup mereka yang sebenarnya jika

orang tua memperhatikan pendidikan anaknya akan meminimalisir

rendahnya ekonomi untuk kedepannya. Sebagaimana penjelasan dari

bapak kepala sekolah:

“Orang tua peserta didik itu merasa atau beranggapan bahwa seben-
tar lagi anak saya akan lulus, sehinga kurang memperhatikan anak
khususnya dari segi psikologisnya”44

43
Wawancara dengan bapak anto selaku wali kelas ix melalui via telephon, sabtu 11 februari 2023
14:15.
44
Wawancara dengan bapak kepala sekolah melalui via telepon, sabtu 11 februari 2023 jam
20:23.
58

Bahkan dari sangat kurangnya perhatian orang tua peserta didik pada

anak-anaknya, mereka tidak mengetahui di kelas berapa anak mereka

belajar hal ini diketahui dari apa yang disampaikan wali murid kepada

wali kelas ketika penerimaan rapot di ujian semester.45

Maka atas dasar hal ini pihak sekolah memberikan tindakan agar

siswa tidak dapat mengulangi kejadian yang serupa dan masalah

rendahnya kedisiplinan dapat teratasi dengan memberikan bimbingan

dan konseling pada waktu-waktu kosong terhadap siswa yang

bersangkutan yang dilakukan oleh guru pembimbing yang

bertanggung jawab sekaligus mendapatkan poin yang tertulis dibuku

poin pelanggaran siswa, namun jika setelah diberikan bimbingan

siswa masih tetap melanggar untuk kesekian kalinya maka siswa akan

diberikan hukuman sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah

ditentukan. Sebagaimana yang disampaikan bapak Rohim selaku guru

TU :

“siswa yang melanggar akan mendapatkan poin pelanggaran


sekaligus dipanggil ke ruang Bimbingan dan Konseling untuk
mendapat bimbingan dan prahukuman, tapi, kalau misalkan anaknya
sudah dibimbing dan dikonseling dan tidak ada perubahan, artinya
anak itu masih saja melanggar, misal, datang terlambat dari waktu
yang sudah ditentukan. Maka, siswa tersebut akan ditindaklanjuti
dengan diberi hukuman dengan tidak diperkenankan memasuki kelas.
Alasannya, agar masalah pendidikan ini tidak dipermainkan dan
menganggap serius dalam hal ini ..”46

45
Wawancara dengan bapak anto selaku wali kelas ix melalui via telephon, sabtu 11 februari 2023
14:15.
46
Wawancara dengan bapak kepala sekolah melalui via telepon, ahad 12 februari 2023 jam
13:35.
59

Maka dapat diketahui dari apa yang disampaikan beliau bahwasanya

anak yang melanggar atau kurang disiplin ditangani secara langsung

dan ditindaklanjuti dengan diberikannya hukuman yang tujuannya

mendisiplinkan siswa secara otoriter setelah didisiplinkan secara dem-

okratis dengan diberikannya bimbingan dan konseling secara islami

oleh guru yang bertanggung jawab atau guru yang bertugas agar siswa

memahami bahwasanya tindakan yang dilakukannya merupakan ma-

salah serius yang harus diatasi dan tidak boleh terulang kembali. Pem-

berian bimbingan diberikan oleh bapak Anto selaku wali kelas IX.

2. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling Individu Dalam Mening-


katkan Kedisiplinan Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Riyadlus
Sholihin Rejing Probolinggo.
Bimbingan dan konseling adalah bimbingan yang diberikan kepada

siswa yang membutuhkannya, dalam artian siswa ini membutuhkan

bimbingan baik dalam membantu menyelesaikan atau memecahkan

permasalahan yang dialaminnya, agar siswa mampu, mandiri dan

berkembang, dan khususnya tujuan diadakannya bimbingan konseling ini

untuk mengurangi permasalahan yang terjadi, misal rendahnya

kedisiplinan siswa. Maka MTs. Riyadlus Sholihin Rejing ini mengadakan

atau memberikan layanan bimbingan konseling secara islam guna

mengurangi bahkan berkembangnya suatu permasalahan yang ada pada

siswa, berdasarkan hasil observasi peneliti nampak berjalan dengan baik,

yang mana bimbingan yang diberikan oleh semua guru yang mengajar di

MTs. Riyadlus Sholihin ini terutama bagi masing-masing guru wali kelas
60

yang ditekankan untuk selalu membimbing anak asuhannya. Ibu

Munawwaro mengatakan bahwa:

“Bimbingan dan arahan selalu diberikan wali kelas kepada anak didik
masing-masing sekaligus evaluasi terhadap perkembangan anak didik
baik itu terhadap sikap maupun pembelajarannya, khususnya ketika wak-
tu-waktu kosong atau ketika guru yang berjadwal sedang ada ha-
langan”47

pelaksanaan bimbingan dan konseling ini diberikan oleh guru pembimb-

ing yang bertanggung jawab dalam memberikan pemahaman kepada

mereka tujuan adanya peraturan dan ketertiban-ketertiban yang harus

mereka patuhi, hal ini sesuai dengan penyampaian bapak Kusnadi selaku

kepala sekolah :

“Anak didik itu memerlukan bimbingan, jadi dalam membimbing agar


bisa berdisiplin dengan baik di sekolah tidak cukup dengan hanya dididik
secara otoriter ataupun dari eksternal peserta didik, tapi mereka juga per-
lu diberikan pemahaman-pemahaman dan tujuan mereka itu dididik
secara seperti itu, nah..maka dari itu diadakannyalah bimbingan konsel-
ing secara islam ini oleh guru yang bertanggung jawab (wali kelas) da-
lam hal tersebut”.

Dari pernyataan tersebut dapat kita pahami bahwasanya bimbingan kon-

seling secara islam di Madrasah Tsanawiyah tersebut dilaksanakan dalam

beberapa tujuan, selain dari agar anak didik itu dapat mengembangkan

kepribadiannya adalah agar mereka dapat memahami betul kenapa harus

berdisiplin sehingga untuk selanjutnya, mereka bersikap disiplin atas dasar

kemauan mereka sendiri, sehinggga bekuranglah permasalahan rendahnya

kedisiplinan yang terjadi.

47
Wawancara dengan wali kelas viii melalui via telepon, ahad 12 februari 2023 jam 20:40.
61

Sebelum melaksanakan proses layanan bimbingan dan konseling kepada

peserta didik yang bersangkutan, langkah yang perlu dilakukan yaitu

dengan pemanggilan siswa ke ruang bimbingan dan konseling setelah

adanya tindakan ketidakdisiplinan di sekolah.

“Dalam pemberian bimbingan khususnya siswa yang tercatat dalam


pelanggaran ketidakdisiplinan semisal datang terlambat, membolos, pu-
lang belum pada waktunya, tidak mengikuti sholat duha berjama’ah dan
lain sebagainya, lain lagi halnya jika permasalahannya bersifat kriminal,
maka kami langsung mengembalikan kepada orang tuanya kembali”.

Maka pemberian layanan bimbingan dan konseling ini, dengan persyara-

tan masalah yang dialami bukanlah hal yang serius yang berhubungan

dengan tindakan kriminal, jika memang permasalahan tersebut benar-

benar berhubungan dengan tindakan kriminal maka pihak sekolah

mengembalikan tanggung jawab yang diberikan kepada orang tua peserta

didik kembali. Kemudian setelah melihat permasalahan peserta didik ter-

sebut, guru pembimbing membuat komitmen antara guru pembimbing

dengan peserta didik tersebut supaya bekerja sama guna mengentaskan si-

kap tidak disiplinnya tersebut. Sebagaimana yang dituturkan bapak anto

selaku wali kelas IX :

“kalau masalah komitmen sepertinya memang harus ya.., karena jika tid-
ak ada komitmen anak-anak hanya merasa pemanggilan siswa ke ruang
bk hanyalah pemanggilan biasa, dan tidak merasa bahwa mereka benar-
benar dalam keadaan salah” .

Mengenai menentukan komitmen, guru pembimbing dan konseling tidak

membuat keputusan sebelah pihak, dalam artian bermusayawarah secara

adil dengan peserta didik agar peserta didik tidak merasa terlalu terkekang

dan juga bertangung jawab atas komiten yang telah disepakati besama. Ju-
62

ga keputusan ini diketahui orang tua peserta didik, untuk mencegah adan-

ya kesalahpahaman antara pihak sekolah dan pihak wali murid.

“jadi adanya peraturan dan konsekuensi yang diterima peserta didik su-
dah kami sosialisasikan kepada para orang tua agar peraturan ini
diketahui kedua belah pihak yakni pihak sekolah dan orang tua peserta
didik”48

Berkaitan mengenai program yang sudah dibuat, untuk dapat

mewujudkan mengenai tujuan layanan bimbingan dan konseling,

khususnya bagi peserta didik yang tidak disiplin di sekolah, guru

pembimbing dan konseling bekerja sama dengan wali kelas dan guru mata

pelajaran, yang mana guru tersebut akan melaporkan tindak

ketidakdisiplinan kepada guru pembimbing atau juga membantu

memberikan bimbingan di kelas guna meminimalisir dan memelihara

siswa dari prilaku menyimpang.

“jadi, agar tujuan ini benar-benar optimal kita mengadakan kerja sama
dengan guru-guru yang lain, juga orang tua dalam pemberian layanan
bimbingan, agar perubahan siswa benar-benar terpantau dan orang tua
juga diharapkan lebih memperhatikan terhadap prilaku anak ketika
berada dirumah agar peraturan yang diterapkan di madrasah sinkron
ketika berada dirumah, maka dengan itu kita mengunjungi rumah orang
tua peserta didik sekali dalam sebulan sekaligus bersilaturrahmi”.

Selain itu pihak sekolah berusaha bekerja sama dengan orang tua peserta

didik dalam hal ini, agar pembimbingan siswa terjadi secara sinkron dan

intens, namun hal itu tidaklah mudah bahkan kadang merekapun tak

memahami tujuan dari pihak sekolah, seperti diadakannya pemanggilan

orang tua peserta didik atas tindakan yang dilakukan oleh peserta didik,

48
Wawancara dengan kepala sekolah melalui via telepon, ahad 12 februari 2023, 20:40 .
63

namun pihak orang tua peserta didik melakukan hal yang bertolak

belakang.

“kita berusaha sebisa mungkin dalam membimbing peserta didik ini agar
benar-benar memahami tujuan pihak sekolah dalam mendidik dan
membimbing, namun orang tua ini tidak paham maksuddan tujuan kita,
kita menetapkan beberapa kedisiplinan disekolah, namun ketika anak
berada dirumah, malah menyalahi kedisiplinan yang ada disekolah,
seperti keharusan bagi siswa masuk sekolah tepat waktu, tapi orang tua
malah menyuruhnya pergi kepasar. ketika ada pemanggilan orang tua ke
sekolah, orang tua tidak mendatangi sekolah, bahkan pihak sekolah yang
mendatangi orag tua peserta didik jadi ..mau berusaha sekuat apapun
kita dalam membimbing siswa di sekolah, tapi kalau sudah dirumah
keadaannya malah bertolak belakang, ya tetep gak bisa..”.49

a. Layanan Konseling Individu Dengan Siswa MS

MS adalah anak pertama dari 2 bersaudara yangg terlahir dari

keluarga yang sederhana, MS adalah salah satu siswa yang bermasalah

dengan kedisiplinannya, jarang masuk sekolah dan keterlambatan datang

ke sekolah dikarenakan membantu orang tuanya berjualan dan mengantar-

kan ibunya kepasar, ia tinggal dengan ibu dan ayah dari suami ibunya dan

ayahnya yang berprofesi penjual bakso keliling, sebagai anak pertama

membuat ia tertuntut untuk meringankan beban orang tuanya yang

membuat saudara MS sering absen di sekolah, maka dengan keabsenannya

di sekolah membuat pihak sekolah untuk mengunjungi kediaman MS ini

untuk memastikan keadaannya, ketika pihak sekolah menemuinya dijalan

dengan keadaan sedang berjualan bakso dengan bersepeda. Kemudian dari

laporan yang diketahui yang disampaikan wali kelasnya sebagai

49
Wawancara dengan bapak kusnadi selaku kepala sekolah melalui via telepon, ahad 12 februari
2023, 20.20.
64

pembimbing bahwa MS memang sengaja melakukan ketidakdisiplinan

dengan tidak masuk sekolah dengan tanpa alasan yang dapat diterima.

Maka dari hal tersebut diketahui bahwa saudara MS ini memang

kurang bahkan tidak memprioritaskan terhadap pendidikan untuk masa

depannya yang bisa dilihat dari sikap ketidakdisiplinannya yang lebih

mementingkan berjualan dari pada sekolah bahkan keadaan saudara MS di

sekolahpun baik-baik saja. Bahkan MS tidak masuk sekolah dari 3-4 hari

dalam sepekan, Ketika ditanyai mengenai hal tersebut, saudara MS

mengaku bahwa ia tidak masuk, karena memang tidak ada kemauan dan

tuntutan dalam diri MS untuk memasuki sekolah, dan juga tidak merasa

bahwa hal itu adalah sebagai tanggung jawabnya sebagai seorang siswa.

“saya memang malas untuk masuk sekolah, belajarpun saya juga


kurang senang, lebih baik saya berjualan dari pada belajar, saya sudah
tidak memiliki semangat lagi untuk belajar”
Menurut wali kelas MS penyebab anak didik begitu dikarenakan

kurangnya orang tua dalam perhatian dan mementingkan terhadap

pendidikan anak-anaknya yang membuat siswa kurang memprioitaskan

terhadap pendidikannya, sehingga keputusan antara orang tua dan pihak

sekolah bertolak belakang. Sekalipun pihak sekolah memberinya bimbingan

dan hukuman atas prilakunya tersebut, hal itu tidak memberikan pengaruh

apapun terhadapnya, bahkan ketika kedatangannya terlambat ke sekolah, ia

mendapat hukuman dilarang untuk memasuki kelas, dan hukuman tersebut

malah membuatnya tidak masuk hingga berhari-hari. Sudah berbagai usaha

dan upaya yang dilakukan untuk menangani dan membimbing MS namun


65

tidak berpengaruh sedikitpun, karena kurangnya sinkronisasi antara

peraturan di sekolah dengan orang tuanya, yang menyebabkan masalah ini

tidak teratasi.

Pelaksanaan layanan bimbingan konseling guna meningkatkan

kedisiplinan pada saudara MS dengan melakukan tiga tahapan adalah

sebagai berikut :

1) Pertemuan Pertama Dengan MS Pada Hari Ahad, 24 desember

2022

a) Tahap pembukaan (awal)

Tahap ini merupakan tahap pertama dalam kegiatan konseling

individu, pada tahap ini konselor atau guru pembimbing membangun

hubungan baik dengan saudara MS, kegiatan yang dilakukan pada tahap

ini antara lain adalah : menyambut kedatangan MS, mengajak

berbicang untuk membangun rapport dengan menanyakan kabarnya dan

keluarganya, dan setelah pembimbing merasa MS merasa siap untuk

menyampaikan permasalahannya, barulah guru pembimbing

menanyakan permasalahan yang dialami MS agar dapat bercerita

tentang masalahnya.

b) Tahap pertengahan (tahap kerja)

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan kegiatan konseling. Tahap

inti ini terbagi dalam beberapa kegiatan antara lain : mendefinisikan


66

masalah MS, mengembangkan solusi alternatif penyelesaian masalah,

meminta MS untuk menyusun rencana atas solusi yang telah diambil.

Setelah melakukan tahap pertama yaitu rapport maka akan

berlanjut pada inti permasalahnnya pada tahap ini yang pertama kali

konselor lakukan adalah mencoba mengkonfirmasikan permasalahan

yang ia dapatkan dengan kenyataannya, jika dianggap sudah bersedia

maka guru pembimbing mulai menanyai alasan MS melakukan

ketidakdisiplinan yang ia lakukan. yang mana hal itu ia lakukan atas

perintah dari orang tuanya untuk membantu mengantarkan ibunya ber-

belanja ke pasar, sebagaimana pengakuan MS :

“soalnya saya kemaren diminta ibuk untuk nganter ke pasar buat


beli perlengkapan bahan jualan bakso pak, mau gak mau saya yang
harus ngantar pak, soalnya anak cowoknya saya sendiri pak”.
Terlihat dari penjelasannya bahwa orang tua juga kurang mengerti

dalam masalah pendidikan sehingga tidak begitu memahami hal mana

yang harus diprioritaskan seorang anak semasa usianya, dengan pen-

jelasannya tersebut konselor atau guru pembimbing tidak serta merta

menyalahkan MS, namun juga mengkonfirmasikan permasalahan terse-

but kepada wali murid. Sehingga konselor atau guru pembimbing hanya

menasehatinya dan melakukan perjanjian untuk tidak mengulangi hal

tersebut dan akan mengkonfirmasikan masalah ketidakdisiplinan yang

ia lakukan atas kevalidannya kepada orang tua MS

“jadi ms lain kali kalau misalkan diminta untuk mengantarkan ibuk


di waktu sekolah, bilang ‘buk hari ini masuk sekolah, kalo bisa ngan-
67

tar ke pasarnya sepulang sekolah atau kalo enggak waktu libur’ gitu
ya ms”
MS mengiyakan hal tersebut dan menyetujui perjanjian yang dibuat

konselor dan konseli dan konselor juga tidak pernah bosan

memberitahukan untuk lebih memprioritaskan sekolah untuk

kepentingan dan kesuksesan masa depannya.

c) Tahap akhir konseling (tahap tindakan)

Pada tahap ini klien menyatakan pemantapannya atas keputusan

yang diambil sedangkan konselor atau guru pembimbing mengakhiri

hubungan pribadi dengan klien. Kegiatan yang dilakukan dengan kon-

selor pada tahap ini antara lain : memberikan jalan ringkasnya pem-

bicaraan, menegaskan kembali keputusan yang diambil klien dan me-

nutup kegiatan konseling, sebelum menutup kegiatan konseling

individu konselor mengadakan pertemuan selanjutnya apabila masih

tidak ada perubahan yang dilakukan MS.

2) Pertemuan Kedua Dengan MS Pada Hari Selasa, 3 Januari 2023

Sesuai dengan perjanjian sebelumnya MS akan menjalani konseling

susulan jika belum ada perubahan atas sikap dan prilaku pada MS, maka

diadakanlah pertmuan yang kedua ini.

a) Tahap pembukaan (awal)

Tahap ini merupakan tahap pertama dalam kegiatan konseling

individu, pada tahap ini konselor atau guru pembimbng membangun

hubungan baik dengan saudara MS, kegiatan yang dilakukan pada


68

tahap ini antara lain adalah : menyambut kedatangan MS, mengajak

berbicang untuk membangun rapport dengan menanyakan kabarnya

dan keluarganya, dan setelah pembimbing merasa MS merasa siap

untuk menyampaikan permasalahannya, barulah guru pembimbing

menanyakan permasalahan yang dialami MS agar dapat bercerita

tentang masalahnya.

b) Tahap pertengahan (tahap kerja)

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan kegiatan konseling. Tahap

inti ini terbagi dalam beberapa kegiatan antara lain: mendefinisikan

masalah ms, mengembangkan solusi alternatif penyelesaian maslah,

meminta ms untuk menyusun rencana atas solusi yang telah diambil.

Setelah melakukan tahap pertama yaitu rapport maka akan

berlanjut pada inti permasalahnnya pada tahap ini yang pertama kali

konselor lakukan adalah mencoba mengkonfirmasikan laporan

permasalahan yang didapatkan dari guru yang kebetulan bertemu

dengan MS dijalan yang sedang membawa rombong jualannya, maka

jika dianggap sudah bersedia maka guru pembimbing mulai menanyai

alasan MS tidak masuk sekolah sebab berjualan bakso keliling milik

orang tuanya, dikarenakan waktunya bertepatan dengan acara hajatan

desa tetangganya sehingga secara otomatis banyak pengunjung yang

datang dan akan banyak pelanggan untuk jualannya, sebagaimana

pengakuannya:
69

“mengapa saudara ms sering bolos sekolah bahkan berhari-hari?”


Ms : “iya pak, karena kemaren saya itu jualan bakso yang kebetulan
hari itu bertepatan ada hajatan di tegalwatu, jadi eman kalo
pelanggannya di sia-siakan pak kan lumayan juga pak”.
Dengan jawabannya yang tanpa merasa bersalah sedikitpun

menandakan bahwa saudara ms benar-benar tidak memiliki rasa

tanggung jawab sedikitpun tentang pendidikannya. Dan setelah

menjalani dua kali bimbingan ms belum ada perubahan dengan

sebelumnya bahkan masih tetap membolos sekalipun konselor atau

guru pembimbing memberikan peringatan perihal itu, untuk tetap

memprioritaskan pendidikan dalam masa seusianya untuk masa

depannya nanti yang lebih baik, sehingga dapat memperbaiki ekonomi

keluarganya mendatang.

Guru pembimbing juga menasehati bahwa pendidikan sangat

pentig bahkan banyak orang di perkotaan sana yang menginginkan

masuk pendidikan namun terbatasi oleh ekonomi, sedangkan sekolah

disini gratis tanpa adanya bayaran spp sekolah, yang penting hanyalah

semangat sekolah dan belajar. Setelah selesai dari itu guru

memintanya untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut dan

menjanjikan hukuman yang ia dapat jika hal tersebut terulang kembali

dan ms menerima dan menyetujui perjanjian tersebut.

Namun ada waktu dimana MS berjualan atas kehendak sendiri

tanpa diperintah oleh orang tuanya ketika ditanya oleh guru

pembimbing tanpa merasa bersalah pada seperti sebelumnya. MS


70

mengaku bahwa kurangnya dukungan dari orang tua atas

pendidikannya, kurang memperhatikan dalam hal tersebut sehingga

membuatnya merasa pendidikan bukanlah hal yang perlu

diprioritaskan dalam kehidupannya. Sehingga ia lebih memilih

berjualan dari pada masuk sekolah.

“sebenarnya saya ini, mau benar-benar ketika sekolahpun orang tua


saya tidak terlalu memperdulikan pak, mau saya sekolah gak sekolah,
mau saya jualan bakso atau enggak ya sama aja pak jadi ya udah ya
gitu sudah pak”.
Namun pihak sekolah tetap berusaha agar MS benar-benar

memahami tujuan sekolah sebenarnya untuk kebakan hidupnya kelak

nanti. Bahkan kejadian seperti bisa dibilang sudah untuk kesekian

kalinya yang dilakukan oleh MS, tindakan yang diberikan pihak

sekolah tidak mempengaruhinya sedikitpun, karena memang kondisi

MS di rumah dan di sekolah yang tidak sinkron menyebabkannya

tetap melakukan ketidakdisiplinan di sekolah. Tapi pihak sekolah

lebih tepatnya guru pembimbing tetap berusaha bagaimana sekiranya

MS bisa berubah.

c) Tahap akhir konseling (tahap tindakan)

Pada tahap ini klien menyatakan pemantapannya atas keputusan

yang diambil sedangkan konselor atau guru pembimbing

mengakhiri hubungan pribadi dengan klien. Kegiatan yang dil-

akukan dengan konselor pada tahap ini antara lain : memberikan

jalan ringkasnya pembicaraan, menegaskan kembali keputusan


71

yang diambil klien dan menutup kegiatan konseling, sebelum me-

nutup kegiatan konseling individu konselor mengadakan pertemuan

selanjutnya apabila masih tidak ada perubahan yang dilakukan MS.

Setelah melakukan kegiatan konseling pendek tersebut

pihak sekolah memutuskan untuk melakukan pemanggilan orang

tua, karena permaslahan ms bersangkut paut dengan orang tuanya,

untuk memastikan bahwa keabsenannya di sekolah digunakan

untuk mengantar orang tua ke pasar, namun surat tersebut tidak

mendapat respon dari orang tua MS, sehingga pihak sekolah

memutuskan untuk melakukan kunjungan ke rumah MS dan

membuat kerjasama atas kebaikan dan kesuksesan pendidikan ms

untuk kedepannya untuk tidak meminta MS mengantar orang tua di

hari-hari masuk sekolah.

3) Pada Pertemuan Ketiga Dengan MS Dilakukan Pada Hari Sabtu,

28 januari 2023

a) pada Tahap awal

Pada pertemuan ini dilakukan dengan beberapa tahapan seperti

sebelumnya, tahapan awal, tengah dan akhir. Pada tahap awal ini

tidak berbeda jauh dari sebelumnya, dengan membangun hubungan

baik dengan klien dan seterusnya.

b) Tahap tengah (tahap kerja)

Setelah melakukan tahap awal seperti sebelumnya, dilanjut dengan

tahap tengah yaitu tahap kerja mendefinisikan masalah klien,


72

mengembangkan solusi alternatif penyelesaian masalah, meminta

klien untuk menyusun rencana atas solusi yang telah diambil.

Dalam tahap ini konselor mencoba mengkonfirmasikan

permasalahan atas laporan yang ada dari beberapa guru, jika diang-

gap benar maka konselor atau guru pembimbing mulai menanyakan

alasan tindakan tersebut. MS melakukan ketidakdisiplinan untuk

kesekian kalinya namun yang ia lakukan berbeda dengan sebe-

lumnya, jika sebelumnya MS melakukan tindakan membolos sebab

berjualan bakso maka kali MS melakukan tindakan membolos

sebab ia mendapat hukuman dilarang memasuki kelas sebab ked-

atangannya yang terlambat, yang membuatnya tidak masuk sekolah

hingga berhari-hari, ketika ditanya tentang hal tersebut ia tidak

memberikan alasan atas hal itu, ia mengaku hanya malas untuk ma-

suk sekolah

Sebagaimana pengakuannya ketika ditanyai mengenai hal itu:

“iya maaf pak, saya tidak masuk sekolah untuk sebelumnya, saya
memang memilih untuk tidak masuk sekolah, soalnya saya males
pak, dari pada saya masuk sekolah tapi kayak kurang fokus, buat
apa saya sekolah pak, mending gak usah sekalian”

Mengingat pernyataannya sebelumnya, bahwa ms memang sangat

krisis dukungan dari orang tua untuk menjalani pendidikannya,

yang membuatnya bertindak demikian, ketika ditanya kembali

alasan yang ia pilih, ia mengaku sudah lebih nyaman berjualan dari

pada sekolah :
73

“ iya tidak apa-apa pak, enak aja jualan itung-itung bantu orang
tua juga, saya males sekolah bukan karena tidak suka sama guru
atau pelajarannya, iya memang males aja pak”
Dengan keadaan tersebut konselor tetap berusaha dan

memberikan pengertian bahwa sekolah tetap yang utama dan

diprioritaskan dari segalanya dalam masa seusianya, dan konselor

memberikan gambaran bahwa walaupun dia akan bekerja suatu saat

nanti tidak akan bisa sukses tanpa mengetahui ilmu-ilmunya atau

metodenya, juga konselor menjelaskan bahwasanya orang yang

tidak berpendidikan mudah ditipu orang dan mudah direndahkan

orang lain, melihat keadaan berkembangnya teknologi yang sangat

canggih dapat memudahkannya untuk bekerja di masa depannya

nanti, dan tidak hanya sebatas jual bakso keliling yang

dilakukannya saat ini, juga konselor memberikan gambaran bahwa

kehidupan sangat keras yang harus ditempuh susah payah tanpa

adanya pendidikan dalam dirinya. MS terdiam terlihat memikirkan

apa yang disampaikan konselor sebagai guru pembimbingnya. Dan

konselor memberikan waktu untuk MS untuk berubah dan

memikirkan masa depannya agar lebih baik, agar lebih semangat

dalam meniti ilmu, MS tampak mengiyakan apa yang disampaikan

konselor.

c) Tahap akhir konseling (tahap tindakan)

Pada tahap ini klien menyatakan pemantapannya atas keputusan

yang diambil sedangkan konselor atau guru pembimbing


74

mengakhiri hubungan pribadi dengan klien. Kegiatan yang dil-

akukan dengan konselor pada tahap ini antara lain : memberikan

jalan ringkasnya pembicaraan, menegaskan kembali keputusan

yang diambil klien dan menutup kegiatan konseling, sebelum me-

nutup kegiatan konseling individu konselor mengadakan pertemuan

selanjutnya apabila masih tidak ada perubahan yang dilakukan MS.

Setelah dilakukannya kegiatan konseling yang ke tiga kali,

konselor dan pihak sekolah memilih untuk pemanggilan orang tua

MS, melihat MS semakin hari tidak ada perubahan bahkan tidak

masuk berhari-hari

4) Pertemuan Ke Empat Dengan MS Pada Hari Ahad, 12 februari

2023

Pertemuan kegiatan konseling ini dilakukan karena adanya permasala-

han baru yang terjadi pada ms, berbeda dengan sebelumnya perbuatan

ketidakdisiplinan yang ia lakukan dikarenakan membolos, berbeda

dengan permasalahan kali ini, yang sebenarnya permaslahan ini adalah

tindakan kriminal dan sekolah sudah membuat kepuutusan untuk tidak

ikut campur mengenai hal tersebut. Namun atas permintaan dari ketua

yayasan untuk tetap membantu agar kejadian yang seperti ini tidak teru-

lang kembali.

a) Tahap awal

Pada pertemuan ini dilakukan dengan beberapa tahapan seperti

sebelumnya, tahapan awal, tengah dan akhir. Pada tahap awal ini
75

tidak berbeda jauh dari sebelumnya, dengan membangun hubungan

baik dengan klien dan seterusnya.

b) Tahap tengah (tahap kerja)

Setelah melakukan tahap awal seperti sebelumnya, dilanjut dengan

tahap tengah yaitu tahap kerja mendefinisikan masalah klien,

mengembangkan solusi alternatif penyelesaian masalah, meminta

klien untuk menyusun rencana atas solusi yang telah diambil.

Dalam tahap ini konselor mencoba mengkonfirmasikan permasala-

han yang terjadi pada MS atas tindakan krimina yang dilakukannya

di luar lokasi sekolah, jika dianggap benar maka konselor atau guru

pembimbing mulai menanyakan alasan tindakan tersebut. MS

mengaku bahwa ia diajak oleh temannya untuk ikut dalam per-

temuan perkumpulan sesama teman-temannya, dan tanpa sepenge-

tahuannya bahwa ia akan diajak untuk minum minuman yang dapat

memabukkan, sebagaimana pernyataannya :

“kemaren saya itu pergi ikut teman main-main pak, terus saya
enggak enak untuk menolak permintaannya untuk ikut minum
dengan mereka, tapi saya minumnya hanya sedikit pak, tidak
banyak, mungkin untuk hal ini saya tidak akan mengulanginya lagi
pak, karena orang tua saya juga melarangnya, dan saya bisa
dipukuli jika mereka tau”50
Dengan pernyataanya, bisa terlihat ada sedikit perubahan dan

kunjungan kita ke rumah saudara MS bisa dikatakan berhasil,

karena orang tua MS mulai sedikit memperhatikan prilaku MS, dan

guru pembimbing menasehati MS, bahwa yang dilakukannya


50
Wawancara dengan bapak anto selaku wali kelas ix, pada hari selasa, 2 mei 2023, 08:14
76

termasuk dari dosa besar, bahkan dapat mencoreng nama baik

orang tua dan sekolah, mengingat keberadaannya di desa yang

berbeda dengan keadaan di kota yang mana masyarakat tak terbiasa

dengan prilaku tersebut bahkan bisa di bilang jarang untuk keadaan

tersebut terjadi, juga membuat perjanjian dengan MS untuk tidak

mengulanginya lagi.

“ms tau tidak ?, mabuk itu hukumnya apa, mabuk dalam islam
termasuk dosa diantara dosa-dosa besar, selain itu juga tidak
bagus untuk kesehatan, kamu ini masih muda yang mempunyai
perjalanan panjang untuk sukses yang harus kamu raih, dan tidak
hanya sebatas berjualan bakso keliling, kamu harus bisa lebih baik
dari orang tua yang sudah menyekolahkanmu, apalagi dengan
kamu mabuk seperti ini bisa membuat jelek nama baik keluargamu
dan sekolah, jangan kamu meniru orang di luar sana di perkotaan
yang anak mudanya mabuk-mabukan sana sini, karena tempatnya
memang beda, adatnya juga beda, yang ada kamu akan jadi bahan
omongan orang, akhirnya orang berdosa karna membicarakanmu,
sudahlah, benar-benar dalam mencari ilmu sampai kamu sukses,
dan yang terpenting jangan mengulangi kembali perbuatan ini,
kamu harus berjanji ya nak?!”.
Seperti biasa ms hanya mengiyakan apa yang disampaikan

konselor , MS tidak pernah menyampaikan permaslahannya secara

detail dan tidak benar-benar merubah sikapnya.

c) Tahap akhir

Pada tahap ini klien menyatakan pemantapannya atas keputusan

yang diambil sedangkan konselor atau guru pembimbing

mengakhiri hubungan pribadi dengan klien. Kegiatan yang dil-

akukan dengan konselor pada tahap ini antara lain : memberikan

jalan ringkasnya pembicaraan, menegaskan kembali keputusan


77

yang diambil klien dan menutup kegiatan konseling, sebelum me-

nutup kegiatan konseling individu konselor mengadakan pertemuan

selanjutnya apabila masih tidak ada perubahan yang dilakukan MS.

Setelah dilakukannya kegiatan konseling individu dengan ms, juga

sesudah mengkonfirmasikan kepada orang tua MS akan keadaann-

ya, mulai tampak perubahan atas sikap MS yang dapat dilihat dari

kehadirannya di sekolah yaitu dengan mulai berkurang keabsen-

annya.

b. Layanan Bimbingan Konseling Individu Dengan Siswa (RM)

RM adalah salah satu siswa kelas ix, ia anak pertama dari 2

bersaudara, RM termasuk salah satu siswa yang kurang disiplin dalam

kedatangannya ke sekolah disebabkan perhatian dari orang tua yang

kurang baik dan tepat, didikan orang tuanya yang tidak konsisten

kadang terlalu otoriter dan dilain waktu terlalu permisif, misal

membiarkan RM menggunakan gadjet tanpa menentukan waktu yang

menyebabkan RM bermain hingga larut malam dan bangun kesiangan

hingga terlambat untuk datang ke sekolah, namun rm di larang untuk

keluar rumah sama sekali, sehingga dengan aturan yang ditetapkan

tersebut membuat RM berani berbohong agar ia bisa keluar rumah

bagaimanapun caranya. Sehingga hal tersebut membuat ia untuk

bertindak sesukanya ketika di sekolah, Karena ia merasa ketika berada

di sekolah tidak akan ada orang yang akan melarang atas tindakan yang

ia lakukan. Sebagaimana yang di sampaikan guru pembimbing :


78

“Saudara rm melakukan tindakan ketidakdisiplinan di sekolah , karena


ia merasa bebas dari aturan dan larangan-larangan bahkan omelan
dari orang tuanya di rumah, sehingga membuat ia merasa lebih leluasa
untuk bertindak apa saja yang ia inginkan dan ia merasa nyaman
melakukan itu dengan teman-temannya karena ia merasa dilindungi
oleh temannya”51

Memang keadaan seorang anak tidak serta merta hanya di sebabkan

pergaulan yang kurang baik namun juga harus di dominasi dengan

perhatian dan didikan dari orang tua yang baik sebagaimana yang di

sampaikan guru pembimbingnya di atas.

Dan juga saudara RM ini sebenarnya orangnya mampu dalam

mengembangkan prestasinya dengan baik di kelas dan di sekolah

anaknya juga cukup berbakat, hanya saja ia tidak terlalu memperhatikan

dan selalu berpikir lebih asik bermain dengan kawan-kawannya, juga

dilain waktu dia berbuat onar berkelahi dengan temannya, karena

merasa ia rendahkan diejek teman-temannya sebagai anak mama

sebagaimana yang disampaikan guru pembimbing :

“dia juga berbakat dalam seni tarik suara, orangnya juga cerdas tapi
hanya saja dia orangnya pemalas, dan kadang berbuat onar dengan
kawannnya karna ia diejek temannya sebagai anak mama”52

Sebelumnya ia pernah bermukim di pesantren yang disediakan di

sekitar sekolah untuk memudahkan siswa dan siswi menjangkau lokasi

sekolah, sehingga tidak ada alasan lagi untuk datang dengan keadaan

terlambat. Namun tidak bertahan lama untuk RM, ia lebih memilih

untuk berhenti dari pesantren dan berangkat dari rumah ke sekolah

51
Wawancara dengan bapak anto selaku wali kelas ix, pada hari selasa, 2 mei 2023, 08:18.
52
Wawancara dengan bapak anto selaku wali kelas ix, pada hari selasa, 2 mei 2023, 08:19
79

beralasan kurang nyaman dan suka dengan konsumsi di pesantren

membuatnya memilih untuk sekolah dari rumah, yang mana hal

tersebut bertujuan untuk mendidik siswa agar siap menghadapi

kehidupan selanjutnya dengan keadaan apapun.

Dengan pernyataan rm:

“he .. saya kurang suka dipondok pak, soalnya makanannya kurang


enak, gak kayak di rumah, meskipun di rumah saya serba salah, tapi
tetap lebih enak di rumah”

Terlihat dari pernyataannya bahwasanya keadaan rm kurang terbimbing

jiwa dan prilakunya dari orang tua yang membuat RM berprilaku

sekehendaknya, tanpa memikirkan konsekuensi yang akan ia hadapi

selanjutnya.

Sebagaimana pengakuan yang ia sampaikan:

“saya keseringan terlambat soalnya saya keseringan begadang main


hape pak, terus paginya kesiangan juga gak dibangunin, kadang saya
juga tidur dirumah nenek saya pak, nenek sama orang tua saya sama
sih, gak ada yang terlalu mengekang ataupun menuntut, jadinya saya
biasa aja pak”.

Dengan hasil observasi peneliti bahwasanya orang tua tidak mam-

pu menyampaikan kasih sayangnya dengan benar, dengan beranggapan

bahwa segala yang diminta oleh anak diberikan begitu saja tanpa

memikirkan sebab akibat yang akan terjadi dikemudian hari, seperti

dengan membelikan anak hand phone, orang tua berasumsi bahwa

dengan begitu akan menyamakan nasib anak dengan teman-temannya,

yang padahal jika itu dibiarkan, akan membuat anak tidak fokus belajar,

bahkan membuat anak kurang memperhatikan dalam pendidikannya,


80

yang mana hal tersebut terjadi pada beberapa siswa di Mts. Riyadlus

Sholihin Rejing ini, sehingga membuat siswa meremehkan kedisiplinan

yang harusnya ia patuhi dalam melancarkan proses kegiatan belajarnya,

sehingga dengan itu sering terjadi kedatangan siswa terlambat pada

waktu yang ditentukan. Sebagaimana yang terjadi pada RM ini, yang

kedatangannya keseringan terlambat disebabkan kesiangan ketika

bangun tidur yang menyebabkan ia terlambat.

Maka dengan permasalahan tersebut saudara RM dipanggil guru

pembimbing ke ruang BK untuk menerima konseling dengan beberapa

tahapan :

1) Pertemuan pertama dengan RM pada hari rabu, 14 desember 2023

a) Tahap pembukaan (awal)

Tahap ini merupakan tahapan yang pertama dalam konseling, pada

tahapan ini guru pembimbing sebagai konselor membangun hubungan

baik dengan klien, kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini antara lain:

menyambut kedatangannya dan menanyakan kabar dan keadaannya dan

keluarganya hingga sampai pada waktu dimana RM mengemukakan

permasalahannya.

Dan sebelumnya guru pembimbing sebagai konselor memanggil

rm ke ruang BK untuk menerima konseling, yang tidak lama guru

pembimbing langsung menanyakan akar permasalahan RM setelah

dianggap RM siap untuk menerima pertanyaan dari konselor, dan

kembali memperjelas permasalahan yang ia alami setelahnya.


81

b) Tahap pertengahan (tahap inti)

Pada tahapan ini merupakan pelaksanaan kegiatan konseling yang

terbagi dalam beberapa kegiatan, yaitu mendefinnisikan masalah klien,

mengembangkan solusi alternatif penyelesaian masalah,, meminta klien

untuk menyusun rencana atas solusi yang telah dia ambil.

Setelah dilakukannya tahap pertama, maka akan berlanjut pada inti

permasalahannya pada tahapan ini, pada tahapan ini guru pembimbing

sebagai konselor mencoba mengkonfirmasikan permasalahan konseli

yang atas laporan yang disampaikan guru yang lain, jika sudah di

anggap benar, maka guru pembimbing langsung menanyai alasan

saudara rm melakukan ketidakdisiplinan di sekolah, dengan jawaban

RM berikut :

“saya terlambat soalnya saya susah bangun pak, gara-gara kalo


malem saya jarang tidur, begadang main hp pak, ya meskipun kadang
orang tua saya marah-marah karena itu dan saya juga sering dipukuli
oleh ibu saya atas itu”

Kemudian bapak Anto kembali menimpali:

“berarti kalau kamu sering kesiangan bangun kamu memang gak


pernah sholat subuh nak ?”

Jawaban RM:”iya soalnya gak pernah di bangunkan untuk sholat


shubuh pak.”

Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa sebenarnya orang tua

berusaha memberikan peringatan terhadap anak, namun hal itu tidak

dihiraukan, karena yang membuat anak seperti itu adalah orang tua

sendiri. Dengan memberikan gadget hingga membuat rm bergadang

yang menyebabkannya bangun kesiangan, selain itu ia mengaku bahwa


82

ia dilarang untuk bermain dengan teman-temannya sehingga orang

tuanya membelikannya handphone dan cukup di rumah saja.

“saya dilarang tua keluar rumah pak, saya tuh bosan cuma boleh main
hape saja, kalo saya ketahuan main ke luar rumah atau main sama
temen saya bakal diomelin meskipun didepan tetengga-tetangga saya
dan pasti juga di pukuli, saya itu gak suka di gituin, sebenarnya enggak
apa-apa kalo saya mau di marahin tapi yang penting jangan sampe di
depan tetangga-tetangga yang bikin saya malu pak“.

Dan ia mengaku bahwa meskipun ia ingin memberikan alasan kepada

orang tuanya atas perbuatannya, ia tak didengarkan dan selalu

terpandang salah dimata orang tuanya, sehingga ia tak pernah

mendengarkan omelan orang tuanya yang menganggap bahwa itu

adalah nasehat untuknya.

“males saya pak di rumah, soalnya saya selalu di omeli orang tua saya,
jadi saya lebih memilih bermalam di rumah nenek, soalnya gak bakal
ada yang memarahi ataupun mengomeli saya, makanya kalo di rumah
nenek saya sering kesiangan, soalnya nenek saya mikirnya gak tega
kalo bangunin saya pak”

Mendengar penjelasannya, guru pembimbing memberikan pengertian

bahwa jika dia tidak bermalam di rumahnya untuk mencari ketenangan

dan kenyamanan, setidaknya bisa lebih baik dengan lebih

memenejemen waktu dengan keberadaan rm di rumah neneknya, dan

membuktikan kepada orang tuanya bahwa dia bisa lebih baik sehingga

orang tuanya tidak sering mengomel, dan berusaha berbicara baik-baik

dengan orang tuanya kenapa alasan mereka tidak memperbolehkan rm

untuk keluar rumah, dan jika memang di suatu waktu nanti ia diizinkan

untuk keluar rumah hendaknya tetap menjaga kepercayaan yang sudah

diberikan orang tuanya agar rm tetap selalu bisa bersosialisasi dengan


83

sekitarnya. Dengan penyampaian yang disampaikan guru pembimbing

tadi RM memutuskan untuk mencoba menjalankan saran yang

disampaikan agar ia tidak selalu diomeli dan berusaha memenejemen

waktu agar tidak bangun kesiangan lagi, dan tidak terlambat datang ke

sekolah.

“iya pak insyaallah saya akan mencoba memperbaiki diri dan berusaha
mengatur waktu saya di rumah pak”.

Dengan pernyataan persetujuan rm atas keputusan yang dibuat, maka

guru pembimbing mengakhiri kegiatan konseling tersebut.

c) Tahap akhir (tahap tindakan)

Pada tahap ini klien atau konseli menyatakan pemantapannya atas

keputusan yang diambil dan konselor mengakhiri hubungan dengan

konseli atau klien. Kegiatan yang dilakukan dengan konselor pada

tahap ini antara lain : memberikan jalan ringkasnya pembicaraan dan

menegaskan kembali keputusan yang diambil klien atau konseli serta

mengakhiri kegiatan konseling dan sebelum menutup kegiatan

konseling individu, konselor akan mengadakan pertemuan selanjutnya

jika tidak ada perubahan pada rm.

2) Pertemuan ke dua dengan RM pada hari sabtu, 27 desember 2023

Pertemuan ke dua dilakukan karna rm kembali melakukan keonaran

dengan temannya, berkelahi di kelas, diberitakan bahwa RM

melakukannya sebab diejek teman-temannya kalau dia adalah anak

mama, sehingga di panggillah RM ke ruang BK untu dipastikan

kebenarannya.
84

a) Tahap pembukaan (awal)

Tahap ini merupakan tahapan yang pertama dalam konseling, pada

tahapan ini guru pembimbing sebagai konselor membangun

hubungan baik dengan klien, kegiatan yang dilakukan pada tahapan

ini antara lain: menyambut kedatangannya dan menanyakan kabar

dan keadaannya dan keluarganya hingga sampai pada waktu dimana

RM mengemukakan permasalahannya.

Dan sebelumnya guru pembimbing sebagai konselor memanggil

rm ke ruang bk untuk menerima konseling, yang tidak lama guru

pembimbing langsung menanyakan akar permasalahan rm setelah

dianggap rm siap untuk menerima pertanyaan dari konselor, dan

kembali memperjelas permasalahan yang ia alami setelahnya.

b) Tahap pertengahan (tahap inti)

Pada tahapan ini merupakan pelaksanaan kegiatan konseling yang

terbagi dalam beberapa kegiatan, yaitu mendefinnisikan masalah

klien, mengembangkan solusi alternatif penyelesaian masalah,,

meminta klien untuk menyusun rencana atas solusi yang telah dia

ambil.

Setelah dilakukannya tahap pertama, maka akan berlanjut pada inti

permasalahannya pada tahapan ini, pada tahapan ini guru

pembimbing sebagai konselor mencoba mengkonfirmasikan

permasalahan konseli yang atas laporan yang disampaikan guru yang

lain, jika sudah di anggap benar, maka guru pembimbing langsung


85

menanyai alasan saudara rm melakukan ketidakdisiplinan di sekolah,

dengan melakukan keonaran yang mengganggu ketenangan siswa,

RM menjawab:

“teman-teman saya rumahnya dekat dengan rumah saya, jadinya


mereka tau kalau ibu saya sering ngelarang saya untuk main ama
temen-temen di luar rumah, terus ibu saya ngelarangnya pake
teriak-teriak yang bikin orang-orang tau,mangkanya mereka
menganggap saya anak mama yang selalu bergantung, ya.. saya gak
terima diejekin, saya tantang dia lah, kalo emang berani”

Dengan pernyataannya tersebut konselor berusaha menenangkan rm,

memberikan pengertian bahwa sebenarnya orang tua RM hanya

menyampaikan rasa kasih sayangnya, hanya saja caranya yang

berbeda, dan mereka tidak menginginkan sesuatu terjadi pada RM,

sehingga melarang RM untuk keluar rumah, dan bisa jadi mereka

lebih paham bahwasanya jika mereka membiarkan rm keluar dan

berkumpul dengan orang-orang ang tidak baik, RM bisa terpengaruh.

RM berusaha mencerna dan memahami penjelasan yang diberikan,

dan sembari meminta pendapat hal yang terbaik yang harus ia

lakukan untuk meyakinkan orang tuanya agar bisa memahami

bahwasanya dia juga butuh berinteraksi dengan orang lain.

“terus saya harus gimana pak, biar ibu saya itu ngerti kalo saya
juga pengen maen sama temen-temen, saya gak pernah malah
dengerin kalo orang tua saya nasehatin saya, soalnya ibu saya juga
gak mau dengerin penjelasan saya”

Konselor memberikan solusi agar rm tetap berusaha menyampaikan

pendapatnya tapi dalam keadaan yang tepat, diwaktu-waktu ibunya


86

sedang bersantai atau keadaannya sedang tidak marah, agar ibunya

bisa menerima dengan baik dan mau mendengarkan apa yang ia

sampaikan.

Rm menyetujui solusi yang diberikan konselor, disamping itu

konselor juga mengingatkan bahwa tidak semua keadaan harus

dihadapi dengan emosinya sedang marah yang hanya akan dikuasai

hawa nafsu yang mengakibatkannya melakukan ketidakbenaran

khususnya ketidakdisiplinan di sekolah dan umumnya dimanapun ia

berada. Rm meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulanginya

lagi disekolah

“hm.. maafkan saya pak, mungkin saya tidak akan mengulanginya


lagi, tapi saya tidak bisa berjanji untuk itu, soalnya saya tidak bisa
mengontrol emosi saya pak, kayaknya saya harus belajar
membiasakan mengontrol emosi saya dulu”

Rm mengakui keadaannya yang membutuhkan waktu untuk merubah

sikapnya yang tidak bisa ia terkontrol. Sehingga dengan

pengakuannya dan kejelasan permaslahan yang dihadapi, maka

kegiatan konseling dianggap cukup, dan konselor memilih untuk

menngakhiri kegiatan konselingnya.

c) Tahap akhir (tahap tindakan)

Pada tahap ini klien atau konseli menyatakan pemantapannya atas

keputusan yang diambil dan konselor mengakhiri hubungan dengan

konseli atau klien. Kegiatan yang dilakukan dengan konselor pada

tahap ini antara lain : memberikan jalan ringkasnya pembicaraan dan


87

menegaskan kembali keputusan yang diambil klien atau konseli serta

mengakhiri kegiatan konseling dan sebelum menutup kegiatan

konseling individu, dan konselor akan mengadakan pertemuan

selanjutnya jika tidak ada perubahan pada RM.

Setelah diadakannya kegiatan konseling dengan RM sebanyak 2

kali, sudak tampak perubahan pada RM untuk selama ini, dan konselor

berharap perubahan tersebut tidak akan kembali seperti semula, namun

bukan berarti dengan berakhirnya kegiatan konseling konselor juga

meninggalkan perkembangan RM sepenuhnya, namun juga tetap

memantau perkembangannya ke depan, agar sikap positif yang rm

ushakan tetap terjaga.

Sebagaimana penyampaian konselor :

“alhamdulillah RM sudah mulai ada perubahan walaupun


perubahannya perlahan namun tetap signifikan, juga sudah mulai
berkurang keterlambatan masuk sekolah, ya sebagaimana yang rm
sampaikan dia cuma butuh waktu saja”. 53

Begitulah keadaan rm setelah dilaksanakannya beberaapa kali kegiatan

bimbingan konseling, atas perubahannya.

c. Layanan bimbingan konseling individu dengan siswa (RR)

RR adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara yang di asuh oleh kedua orang

tuanya, ayahnya yang berprofesi sebagai kuli bangunan dan ibunya

sebagai petani, ia salah satu siswa dari beberapa siswa yang bermasalah

di kelas ix dengan kedisiplinannya sering pulang bukan pada waktunya,

53
Wawancara dengan bapak anto sebagai konselor pada hari selasa, 2 mei 2023, 08:19.
88

namun RR ini sebelumnya adalah siswa yang aktif, bahkan termasuk dari

siswa yang aktif dalam pelajarannya yang akhirnya menurun,

dikarenakan pergaulan yang salah, sebagaimana yang dikatakan bapak

Anto:

“dulu rr ini orangnya rajin, bahkan nilainya juga baik, dari kelas 1
sampe kelas 2, tapi ya itu.. akhir-akhir ini dia berubah gara-gara ikut-
ikutan temennya”

Merendahnya sikap kedisiplinan RR ini disebabkan pergaulannya

yang kurang baik, mengikuti temannya melanggar ketertiban sekolah

dengan pulang bukan pada waktunya, dikarenakan keterbatasan fasilitas

yang dimilikinya untuk menjangkau perjalanan dari rumah ke sekolah

dan sebaliknya sehingga menyebabkan RR terpaksa untuk pulang dijam-

jam pelajaran.

“Sebenarnya saya pulang duluan bukan karena saya tidak menyukai


pelajarannya atau yang mengajar pak, tapi karena saya berangkat
kesininya cuma nonot pak, makanya secara otomatis kalo orang yang
saya nonoti pulang, saya juga harus pulang, soalnya kalo enggak ikut
pulang nanti saya pulangnya harus jalan kaki pak”.

Awalnya ketika RR ditanya oleh guru pembimbingnya alasannya adalah

karena malas, namun ketika ditanya untuk kesekian kalinya ia mengaku

bahwa ia tidak mempunyai kendaraan dalam menjangkau lokasi sekolah.

Atas tindakan yang RR lakukan ia langsung ditindak lanjuti oleh guru

terkait, dengan hukuman diberdirikan di depan kelas serta mengaji al-

qur’an sesuai waktu yang ditentukan. Namun, adanya hukuman yang te-

lah diterima oleh RR tidak membuatnya jera untuk mengulangi pelang-

garan tersebut. Bahkan berulang kali, sehingga pihak sekolah memutus-


89

kan untuk melakukan kunjungan ke rumah RR unntuk memastikan

keadaannya, namun orang tua rr berpendapat bahwa RR selalu masuk

sekolah, dan tidak ada di rumah.

1) Pertemuan pertama dengan rr pada tanggal 22 desember 2022

a) Tahap awal

Pada tahapan ini merupakan tahapan awal dalam pelaksaan

kegiatan konseling individu dengan RR di ruang BK yang dilalui

dengan beberapa kegiatan yaitu : membangun rapport atau

keakraban dengan konseli dengan menyanyakan kabar RR dan

keluarganya, anak keberapa dan apa profesi orang tuanya, tidak

terlalu formal agar bisa lebih terbuka dan nyaman, setelah RR

merasa nyaman dan siap untuk menerima pertanyaan maka di

mulailah tahap selanjutnya yaitu :

b) Tahap pertengahan (inti)

Pada tahap ini merupakan tahapan inti dalam kegiatan konseling

yang terbagi menjadi beberapa kegiatan yaitu : mendefinisikan dan

mengkonfirmasikan masalah kilen atau konseli setelah ditelaah

kembali, lalu mengembangkan solusi alternatif penyelesaian

masalah serta menyusun rencana atas solusi yang telah diambil

tadi. Maka setelah melakukan tahapan sebelumnya yaitu tahapan

awal, konselor melakukan tahap inti dengan mengkonfirmasikan

atas permasalahan yang ia lakukan di sekolah atas laporan dari guru

yang lain, dan konselor mulai memberikan pertanyaan-pertanyaan


90

setelah dianggap RR siap, setelah ditanya alasan mengapa ia

melakukan ketidakdisiplinan dengan selalu pulang terlebih dahulu

sebelum pada jam-jam pulang, ia mengaku bahwa ia malas, dan

selalu ingin cepat-cepat pulang.

“iya pak saya malas di sekolah jadi saya pengen cepet-cepet


pulang,”

Konselor berusaha mencari inti permasalahannya dengan

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, namun RR tetap dengan

jawaban yang pertama, ia hanya mengaku kalau malas sekolah

yang mendorongnya melakukan ketidakdisiplinan tersebut.

“iya pak saya males kalo disekolah, enggak tau kenapa jadinya
saya lebih memilih untuk pulang saja, karna saya pikir juga
enggak ada gunanya kalo saya lagi males”

Maka dengan jawabannya tersebut, konselor kembali menanyai

tentang masa depannya jika dilihat dari keadaannya sekarang yang

malas-malasan untuk belajar di sekolah, namun ia mengaku bahwa

masih tetap punya harapan untuk menjadi orang sukses,

“hm, saya ingin jadi orang berilmu pak”.

Konselor memperjelas tujuannya, dan memintanya untuk

memperbaiki sikap ketidakdisiplinannya jika RR memang benar-

benar ingin menjadi orang yang berilmu, sehingga tujuannya benar-

benar tercapai, tidak hanya sebatas angan-angan saja. Dan konselor

kembali menanyakan alasannya kenapa rr pulang bukan pada

waktunya, ataukah RR tidak menyukai pelajaran atau tidak

menyukai guru yang mengajar pada hari tersebut, dan seperti


91

sebelumnya RR mengaku bahwa ia hanya malas saja di sekolah dan

tidak ada hal yang mendorongnya untuk pulang.

“sebenarnya saya suka pelajarannya dan tidak ada pelajaran


tertentu yang saya tidak sukai pak, gurunyna juga tidak ada yang
saya benci, sangkingn aja saya cuma males pak, pengen cepet
pulang kerumah aja”

Mendengar jawaban yang sama dari awal, konselor menganggap

cukup kegiatan konseling yang dilaksanakan dan memintanya

untuk tidak mengulangi hal tersebut, dan meminta untuk

melaksanakan hukuman untuk mempertanggung jawabkan

perbuatannya tersebut. RR menyetujui permintaan dan perjanjian

yang konselor buat dengannya.

“baik pak, saya siap mengerjakan hukuman yang diberikan dan


saya tidak akan mengulanginya lagi”

c) Tahap akhir

Pada tahapan ini klien menyatakan pemantapan keputusan yang

dipilih dan konselor mengakhiri hubungan pribadi dengan klien

atau konseli, dalam tahap ini ada beberapa kegiatan yakni

mengkonfirmasikan inti pembicaraan dan menegaskan kembali

keputusan yang diambil konseli serta mengadakan pertemuan

selanjutnya jika masih tidak ada perubahan pada RR.

2) Pertemuan kedua dengan rr pada hari

Pertemuan ke dua dilakukan karna RR kembali melakukan tindakan

ketidakdisiplinan dengan mengulangi perbuatan sebelumnya, pulang

bukan pada waktunya, berdasarkan laporan dari guru kelas yang sedang
92

memilki jam pelajaran di kelas RR, sehingga di panggillah RR ke ruang

BK untuk dipastikan kebenarannya. Dengan adanya permasalahan

tersebut maka dipanggillah RR ke ruang bk untuk menerima konseling

individu dengan guru pembimbing atau guru wali kelas IX sebagai

konselor dengan melalui beberapa tahapan berikut :

a) Tahap awal

Pada tahapan ini merupakan tahapan awal dalam pelaksaan

kegiatan konseling individu dengan RR di ruang bk yang dilalui

dengan beberapa kegiatan yaitu : membangun rapport atau

keakraban dengan konseli dengan menyanyakan kabar RR dan

keluarganya, anak keberapa dan apa profesi orang tuanya, tidak

terlalu formal agar bisa lebih terbuka dan nyaman, setelah RR

merasa nyaman dan siap untuk menerima pertanyaan maka di

mulailah tahap selanjutnya yaitu :

b) Tahap pertengahan (tahap kerja)

Pada tahap ini merupakan tahapan inti dalam kegiatan konseling

yang terbagi menjadi beberapa kegiatan yaitu : mendefinisikan

dan mengkonfirmasikan masalah kilen atau konseli setelah

ditelaah kembali, lalu mengembangkan solusi alternatif

penyelesaian masalah serta menyusun rencana atas solusi yang

telah di ambil tadi.

Maka setelah melakukan tahapan sebelumnya yaitu tahapan

awal, konselor melakukan tahap inti dengan mengkonfirmasikan


93

atas permasalahan yang ia lakukan di sekolah atas laporan dari

guru yang lain, dan konselor mulai memberikan pertanyaan-

pertanyaan setelah di anggap RR siap, setelah ditanya alasan

mengapa ia mengulangi melakukan ketidakdisiplinan dengan

selalu pulang terlebih dahulu sebelum pada jam-jam pulang, yang

mana sebelumnya ia mengaku bahwa ia malas, dan selalu ingin

cepat-cepat pulang, jawaban ini merupakan jawaban pertamakali

saat ditanya mengapa alasan RR selalu pulang terlebih dahulu

sebelum jam-jam pulang, namun ketika ditanya untuk sekian

kalinya ia mengaku bahwa jika ia tidak pulang waktu itu, ia bisa

pulang dengan berjalan kaki, karena ia tidak memiliki alat

transportasi pribadi untuk menjangkau lokasi sekolah, sehingga ia

harus menebeng temannya yang memiliki sepeda motor pribadi,

namun permasalahannya adalah temannya ini yang selalu pulang

terlebih dahulu dan RR terpaksa untuk mengikutinya,

sebagaimana ungkapannya :

“sebenarnya alasan saya selalu pulang duluan soalnya nonot


temen pak, kalo saya gak ikut pulang waktu itu nanti saya harus
jalan kaki pak pulangnya, rumah saya lumayan jauh pak dari
sini”

Guru pembimbing :”lalu kenapa kemaren bilangnya kamu malas


ketika di tanya?”

RR : “iya pak, soalnya kalo saya jujur nanti saya gak bisa ikut
nonot lagi, takutnya dia juga dipanggil keruangan bk gara-gara
saya pak”
94

Dan RR mengatakan bahwa dia tidak mempunyai kendaraan

sendiri karena sepedanya dijual untuk kebutuhan yang lain,

bapaknya yang bekerja sebagai kuli bangunan di luar kota tidak

cukup untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga yang

terpaksa menjual kendaraannya, :

“bapak saya kerja di bali sebagai kuli bangunan, tapi itupun


tidak mencukupi biaya hidup kami, masih tetap hutang sana sini,
kadang uang yang dikirimi bapak di buat untuk bayar utang, tapi
masih harus hutang lagi”

Lalu guru pembimbing sebagai konselor menanyakan tentang

perasaannya ketika melihat keadaan sebenarnya yang terjadi

dengan keluarganya, dan ia mengaku bahwa sebenarnya ia juga

memikirkan hal itu namun dilain keadaan dia juga terpaksa

melakukan tersebut, dan ia juga menyatakan bahwa ia ingin

menjadi lebih baik lagi hal serupa tidak terulang kembali

sebagaimana yang ia rasakan saat ini, sebagaimana keinginannya

sebelumnya ia ingin menjadi orang yang berilmu, tidak seperti

orang tuanya yang hanya sebatas seorang kuli bangunan dan

meninggalkan keluarganya.

“saya ingin lebih baik lagi pak, saya sebenarnya ingin menjadi
orang berilmu dan sukses, dan saya ingin berjanji untuk tidak
mengulanginya kembali perbuatan saya pulang duluan pak, saya
juga kasian sama orang tua saya, yang kerjanya jauh dan harus
meninggalkan rumah”

Konselor berusaha memahami keadaan RR yang ekonomi

keluarganya sedang tidak baik-baik saja, namun Konselor juga

kembali memperjelas tujuannya dan maksudnya, juga


95

menasehatinya bahwa, seseorang yang menuntut ilmu mengalami

suatu kelelahan dan kepenatan merupakan suatu keharusan dan

syarat untuk mendapatkannya, karna ilmu memiliki derajat

tertinggi setelah derajat kenabian disisi Allah, sehingga wajar jika

seorang penuntut ilmu mengalami suatu kesulitan, baik

kesulitannya segi fisik maupun psikis. RR mengangguk

menandakan mengerti dan memahami penjelasan dan nasehat

yang disampaikan guru pembimbing atau konselor, dan konselor

kembali memastikan jika RR harus benar-benar berubah agar,

usaha orang tuanya bekerja memiliki hasil dengan kesungguhan

anak-anaknya belajar yang akan lebih sukses dari orang tuanya.

Konselor tidak memberikan hukuman kepada RR, namun

akan dilihat kedepannya, jika RR tetap mengulangi kejadian

sebelumnya ynag pernah terjadi RR akan diberikan hukuman dan

melakukan kunjungan kerumah untuk mengkonfirmasikan

langsung kepada orang tua RR. Dan RR menyetujui kesepakan

yang diberikan.

“iya pak saya janji untuk tidak mengulanginya kembali, saya


janji pak saya tidak akan mengulanginya kembali, tapi pak guru
jangan kerumah, biar ibuk tidak kepikiran sama bapak, saya
ingin lebih baik lagi dan tidak mau telat-telat lagi untuk pulang
duluan dari sekolah biar saya lebih baik dari orang tua saya,
juga malu kalo pak guru kerumah ngasih tau bapak sama ibu
kalo saya itu enggak bener di sekolah”

Mendengar pernyataannya, konselor melihat kesungguhannya

untuk berubah, sehingga konselor mengakhiri kegiatan konseling.


96

c) Tahap akhir

Pada tahapan ini klien menyatakan pemantapan keputusan

yang dipilih dan konselor mengakhiri hubungan pribadi dengan

klien atau konseli, dalam tahap ini ada beberapa kegiatan yakni

mengkonfirmasikan inti pembicaraan dan menegaskan kembali

keputusan yang diambil konseli serta mengadakan pertemuan

selanjutnya jika masih tidak ada perubahan pada RR.

Setelah menjalani kegiatan konseling tersebut, terlihat perubahan

dari RR yang tidak pernah pulang sebelum waktunya, dan tidak pernah

lagi melakukan ketidakdisiplinan di sekolah berdasarkan laporan dari

beberapa guru.

“RR sudah mulai berubah, tidak pernah pulang duluan lagi, alhamdulillah
bahkan dia terlihat berusaha untuk lebih baik lagi dari sebelumnya”.
Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan, dapat disimpilkan bahwa bimbingan

konseling individual kurang efektif untuk MS dan RM, dikarenakan beberapa

hambatan yang kurang mendukung, yaitu :

1. Kurangnya dukungan orang tua dalam perubahan siswa disebabkan

oleh rendahnya tingkat pendidikan orang tua, sehingga orang tua

kurang memahami akan pentingnya pendidikan untuk anak-

anaknya.

2. Tidak adanya kemauan pada diri siswa, sehingga menimbulkan

kesenjangan tujuan antara siswa dan pihak sekolah.


97

3. Pembahasan
Uraian berikut akan menjelaskan tentang pembahasan hasil penelitian se-

bagaimana yang telah dijelaskan pada bagian pendahuluan dalam

penelitian ini Berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti ber-

dasarkan judul “Layanan Bimbingan Konseling Guna Meningkatkan Ke-

disiplinan Siswa Kelas IX di Madrasah Tsanawiyah Riyadlus Sholihin Re-

jiing Tiris Probolinggo”.

Gambaran Rendahnya Kedisiplinan Siswa Kelas IX Di Madrasah


Riyadlus Sholihin Rejing Tiris Probolinggo.
Nama Bentuk KetidakDisiplinan Penyebab/faktor
MS 1. Terlambat datang Kurangnya perhatian orang tua
(inisial) kesekolah terhadap pendidikan anak yang
2. Tidak masuk disebabkan oleh rendahnya
sekolah berhari-hari pendidikan orang tua, dengan
dengan tanpa alasan meminta anak untuk mengantar
orang tua ke pasar untuk berbelanja
waktu masa masuk sekolah,
RM Sering terlambat. 1. Rendahnya perhatian orang
(inisial) tua
2. Pola asuh yang kurang
sehat, tidak membatasi
penggunaan Handphone
yang menyebabkan RM
bangun kesiangan dan
terlambat datang ke
sekolah.
RR Pulang bukan pada 1. Rendahnya ekonomi,
(inisial) waktunya. sehingga tidak memiliki
alat transportasi untuk
menjangkau lokasi sekolah,
2. Relasi pertemanan yang
kurang baik.

Rendahnya kedisiplinan siswa merupakan permasalahan yang menjadi

sorotan perhatian pihak sekolah, khususnya kelas IX Mts. Riyadlus

Sholihin. Berbagai usaha dan upaya yang dilakukan pihak sekolah agar
98

supaya masalah ini teratasi dianntaranya dengan memberikan layanan

bimbingan konseling individu dengan beberapa tujuannya yang sesuai

dengan pendapat Syaiful Akhyar bahwasanya bimbingan konseling

memiliki beberapa tujuan dan diantaranya meningkatkan keterampilan

untuk mengahadapi masalah dan berfungsi untuk mengentaskan

permasalahan yang diderita atau dialami siswa.

Selain itu ketidakdisiplinan yang mereka lakukan bukan pure dari diri

siswa sendiri melainkan adanya beberpa faktor yang menyebabkan

melakukan hal tersebut, diantaranya :

1. kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak yang

disebabkan oleh rendahnya pendidikan orang tua.

Pendidikan dan perhatian merupakan salah satu penunjang dalam

kedisiplinan siswa di sekolah. Karena semakin orang tua mengerti

akan sebuah pendidikan, maka ia juga akan mengerti bagaimana pola

asuh yang baik untuk anak-anaknya.

2. Kondisi ekonomi rendah.

Ekonomi yang rendah termasuk salah satu faktor dalam

ketidakdisiplinan siswa, karena orang yang dikategorikan mampu

menyekolahkan anaknya atau tingakat ekonominya di atas standart

tidak menutup kemungkinan lebih termotivasi untuk menyekolahkan

anaknya kejenjang yang lebih tinggi dari pendidikan orang tuanya

agar keadaan anaknya dimasa depannya lebih baik dari orang tuanya.

Sehingga orang tua yang ekonominya dibawah standart merasa


99

kesulitan dalam menyekolahkan anaknya sehingga lebih memilih

untuk memutuskan pendidikan anaknya di tengah jalan, lebih-lebih

jika anaknya terputus sekolah untuk membantu orang tua untuk

meringankan beban ekonomi dan memenuhi kebutuhan hidup.

3. Relasi pertemanan yang kurang baik.

Interaksi seseorang sangat mempengaruhi prilaku seseorang, bahkan

seorang anak atau siswa akan lebih memilih untuk bergabung dengan

orang yang memiliki kesamaan pikiran maupun hobi, dan diantara

teman yang memiliki kesamaan tujuan ataupun keinginan akan

mengadakan interaksi sehingga terjadi keterlibatan individu di

dalamnya yang akhirnya akan terjadi dorongan dan dukungan yang

dapat mempengaruhi dan memotivasi seseorang untuk berminat

terhadap sesuatu.

Namun pihak sekolah juga berusaha memahami keadaan wali murid

yang mereka alami, sehingga pihak sekolah tidak serta merta menyalahkan

mereka namun juga mengadakan sosialisasi mengenai permasalahan yang

dilakukan peserta didik dan meminta bekerja sama dalam tujuan ini.

Namun walaupun begitu mereka tetap tidak memperhatikan hal tersebut

seolah tidak ingin tau menau keadaan anak-anak mereka yang membuat

tujuan-tujuan pihak sekolah atas kesuksesan peserta didik tidak

tersampaikan.
100

Layanan Bimbingan Konseling Individu Kelas ix di Madrasah


Tsanawiyah Riyadlus Sholiihin Rejing Tiris Probolinggo
Masa pendidikan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan,

yang dipengaruhi lingkungan eksternal dan internal baik itu positif atau-

pun negatif, yang mana belum mampu membedakan mana yang baik dan

kurang baik, sehingga diperlukan adanya bimbingan sebagai sarana untuk

membantu siswa yang dalam masa perkembangan agar tidak salah langkah

dalam menyikapinya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan

penelliti, bahwa adanya ketidakdisiplinan siswa dalam menjalani keterti-

ban disekolah disebabkan beberapa faktor yang mendasarinya, sehingga

perlu kiranya disini siswa-siswa yang kurang disiplin mendapatkan bimb-

ingan dan konseling agar meningkatkan kedisiplinannya tersebut, dan

mampu merealisasikan keputusan yang dipilih dalam masa perbaikan si-

kapnya. Yang mana dengan adanya bimbingan dan konseling memberikan

perbedaan atau perubahan perilaku konseli atau klien (siswa) setelah

beberapa kali pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling individu di MTS.

Riyadlus Sholihin Rejing Tiris Probolinggo dapat meningkatkan

kedisiplinan siswa kelas IX, yang mana bimbingan dan konseling

dilakukan oleh guru wali kelas sebagai konselor, dikarenakan belum

benar-benar ada guru konselor lulusan BK yang ahli dalam menanganinya,

sehingga wewenang ini dipercayakan dan diberikan kepada wali kelas

yang lebih mengetahui keadaan anak didiknya, bimbingan konseling

individu yang diberikan dengan menggunakan metode direktif, yaitu


101

metode dimana konselor lebih memegang kendali, dalam artian konselor

lebih mengarahkan tingkah laku konseli yang berdasarkan perasaan dan

dorongan impulsif, serta menggantinya dengan tingkah laku yang lebih

rasional. Kegiatan bimbingan konseling individu yang dilakukan di MTs.

Riyadlus Sholihin Rejing, Tiris, Probolinggo melalui beberapa tahapan

sebagaimana sesuai menurut Tohirin sebagai berikut:

1) Tahapan awal konseling, dalam tahap ini konselor melakukan hubungan

yang melibatkan konseli, memperjelas dan mendefinisikan masalah,

membuat penafsiran dan menegosiasikan kontrak, dan dalam tahap ini

ada sejumlah keterampilan yang diterapkan oleh konselor yaitu:

Attending, mendengarkan, empati, refleksi, eksplorasi, bertanya,

mengungkapkan pesan, mendorong dan dorongan memberikan minimal

2) Tahap tengah (inti), pada tahapan ini konselor memfokuskan

penjelajahan masalah klien dan memberikan bantuan berdasarkan

penilaian yang telah dijalani tentang masalah klien.

3) Tahap akhir, pada tahap ini menegaskan kembali keputusan yang klien

pilih.

Pemberian bimbingan konseling individu ini berbeda antara satu

dengan yang lainnya dikarenakan berbedanya kebutuhan penyelesaian

permasalahannya, ada yang pertemuannya dilakukan 3-4 kali, dan ada

yang hanya dengan 2 kali pertemuan konseli mulai ada perubahan. dengan

nasehat yang diberikan guru pembimbing sebagai konselor memberikan

perubahan dan perbaikan setelah beberapa kali pelaksanaan kegiatan


102

bimbingan konseling, namun tidak semua konseli memiliki perubahan

sebagaimana yang diharapkan dikarenakan adanya beberapa hambatan,

baik secara internal maupun eksternal diantaranya yakni :

1) Kesenjangan tujuan antara pihak sekolah dan orang tua peserta didik,

dikarenakan kurang dan rendahnya pemahaman orang tua tentang

pendidikan, dan kebanyakan dari orang tua peserta didik hanya

lulusan SD, bahkan tidak sempat lulus sekolah, sehingga benar-benar

tidak mengerti tujuan pendidikan yang sebenarnya.

2) Kurangnya kemauan dari diri peserta didik untuk berubah.

Berdasarkan pengamatan dan observasi dan wawancara yang

dilakukan oleh peneliti kepada siswa yang tidak disiplin dan guru

pembimbing menunjukkan bahwa ada siswa yang kurang disiplin

mengalami perubahan yang lebih positif setelah menjalani beberapa kali

kegiatan konseling individu, baik itu perubahan siswa yang cepat ataupun

lambat karena mereka mengaku membutuhkan waktu untuk hal tersebut,

perubahan tersebut dapat dilihat melalui berkuranganya pelanggaran dalam

keterlambatan kehadiran dan keabsenan siswa di sekolah

Sedangkan layanan konseling individu yang dilakukan pada konseli

MS tidak efektif dikarenakan kurangnya adanya kemauan untuk merubah

prilaku atau memperbaiki sikapnya khususnya ketidakdisiplinan yang ia

lakukan dikarenakan kurangnya dukungan orang tua dalam proses

perubahannya, yang mana orang tua kurang memperhatikan dan


103

memprioritaskan masa pendidikan MS, dengan meminta MS membantu

pekerjaannya ketika masa masuk sekolah.


BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis tuliskan di atas maka ada beberapa kes-

impulan dalam penelitian ini yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Gambaran kedisiplinan siswa kelas IX di Madrasah Tsanawiyah Riyadlus

Sholihin rejing Tiris Probolinggo rendah, dengan adanya beberapa faktor

internal dan eksternal, khususnya faktor eksternal yaitu kurangnya

dukungan orang tua peserta didik terhadap pendidikan anak, karena status

pendidikan orang tua yang rendah, ekonomi yang kurang mendukung se-

hingga menghambat belajar siswa, serta pengaruh circle perteman yang

kurang baik dan faktor internalnya adalah tidak adanya kemauan dalam

diri siswa untuk berubah.

2. Pelaksanaan layanan bimbingan konseling individu yang dilakukan oleh

guru pembimbing sebagai konselor kurang berhasil, sebab tidak adanya

perubahan pada siswa, dan adanya kesenjangan tujuan antara pihak

sekolah dan orang tua peserta didik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka penulis mengajukan beberapa saran,

diantaranya :

120
121

1. Hendaknya pihak sekolah lebih memahami lagi tentang layanan bimbingan

konseling, serta lebih berusaha memberikan wawasan dengan mengadakan

seminar ataupun lebih mengapresiasi siswa-siswa yang disiplin.

2. Dalam memperhatikan siswa, tidak hanya guru yang bertanggung jawab

atas satu kelas tersebut, agar siswa lebih terpantau dan merasa benar-benar

diperhatikan, dan memiliki tauladan untuk menjadi siswa yang berdisiplin

dalam setiap keadaan.

3. Bagi orang tua hendaknya berusaha memahami dengan penuh kesadaran

akan eksistensi pendidikan untuk anak-anaknya demi kebaikan dan masa

depan mereka sehingga dapat lebih baik dari orang tuanya sekaligus

memperbaiki status ekonomi melalui pendidikan yang mereka enyam di

masa sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A., & Rohani, A., Bimbingan Dan Konseling Belajar. (Jakarta: Renika
Cipta.2000).

Aji Dwi Apriatmoko Bayu, Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam


Meningkatkan Kedisiplinan Di Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2019/2020, Skripsi, (Lampung: Universitas Is-
lam Negri Raden Intan, 2019)

Amri Sofan, Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013”,


(Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2013).

Alam, F. A. Pengaruh Tingkayt Pendidikan Dan Perhatian Orang Tua Terhadap


Kedisiplinan Belajar Siswa Di Smp Negeri 3 Baru, Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 2020, Vol 7, No. 1.

Almunawirun Suci “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakdisiplinan Belajar


Di Sekolah SMPN 4 Jerowaru” Skripsi, (Mataram: Universitas Islam
Negeri Mataram, 2022).

B.Hurlock Elizabeth, perkembangan anak, Jilid2 (Jakarta : Erlangga,1993).

Bakar M. Luddin Abu, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling dan konseling


Islam (Binjai: Difa Niaga, 2009).

Danim Sudarwan, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung: Tarsito, 1992).

Eryanto Henry & Rika Darma, pengaruh modal budaya, tingkat pendidikan orang
tua dan pendapatan orang tua terhadap prestasi akademik pada
mahasiswa fakultas ekonomi, jurnal pendidikan ekonomi dan bisnis,
(jakarta:universitas Negeri Jakarta, 2013).

Fitriani, Faktor Penyebab Rendahnya Kedisiplinan Siswa Dan Upaya


Penanggulangannya Di SMK Negeri 1 Sidenreng Rappang, (Makassar
:UIN Alauddin Makkassar, 2010).

Faujiah, “Hubungan Antara Disipln Belajar Dengan Prestasi Belajar Pendidikan


Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas V SDN Moncobalang II Kec.
Barombong, Kab. Gowa” skripsi, (Makassar: Unevirsitas Muhammadiyah
makassar, 2017).

Febriani, A. D. Pengaruh Persepsi Tentang Pendidikan, Lingkungan Teman


Sebaya, Jeenis Sekolah, Dn Status Sekolah Terhadap Minat Melanjutkan
Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Jenjang pendidikan Menengah Yang
Bertempat Tinggal Di Desa Adiwerna Kecamatan Adiwerna Kabupaten
Tegal, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2015).

Haryono Sugeng, Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Bealajar


Terhadap Prestasi Bealajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi, Faktor
Jurnal Ilmiah Kependidikan”.

Hellen, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005).

Hendrarno, Bimbingan & Konseling, (Semarang:Swadaya Manunggal, 2003).

Hidayah Nur, Bimbingan Konseling Dalam Perspektif Islam, Skripsi (Palopo:


IAIN Palopo, 2019).

Imron Ali, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi


Aksara, 2011).

j. moleong Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdaka


ya, 2013).

Ketut sukardi Desak Dewa, P.E. Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta,2008).

Ma’mur Asmani Jamal, Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah,


(Jogyakarta: Diva Press, 2010).

Mujahidin Anwar, (ed). Metode Penelitian Kualitatif Dibidang Pendidikan. (P


norogo: CV. Nata Karya, 2019).

Maghfiroh Yahya, Layanan Konseling Individu untuk Meningkatkan Kedisiplinan


Peserta Didik Kelas vii di SMP NEGERI Bandar Lampung Tahun Ajaran
2020/2021, Skripsi, (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2021).

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011).


Meichati Siti. tg5` 1Qa`1Qa3wz (Penyadur) Crow And Crow, Ilmu Pendidikan,
(Yogyakarta : FIP IKIP, 1982).

Nawawi Hadari, Administrasi dan Organisasi Bimbingan dan penyuluhan,


(Pontianak: Balai Aksara, 1982).

Prayitno & Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013).

Prihatin Eka, Menejemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011).

Rezkia, Sri. Herlina. & Zulnuraini. (2014). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang
Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SDN Inpres 1 Birobuli. Jurnal
Pendidikan Dasar. Vol 2, No 2.

Rowi, M. Ppengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Dan Teman Sebaya


Terhadap Minat Melanjutkan Pendidikan Ke Tingkat SLTA Di Mts se
Kecamatan Kwanyar. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 2019, Vol. 7,
No. 1.
Rahayu, W. Analisis Intensitas Pendidikan Oleh Orang Tua terhadap Motifasi
belajar Dan prestasi Belajar Siswa, jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
(JPP), 2011, Vol. 18, No. 1.

Sinungan Muchdarsyah, Produktivitas Apa Dan Bagaimana, ( Jakarta : PT.Bumi


Aksara, 2014).

Sugiyono, Metode Penelitian,

Syafriana Nasution Henni & Abdillah “Bimbingan Konseling Konsep, Teori Dan
Aplikasinya”(Medan :Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia (LPPPI) ,2019).

Sutisna Otong, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis, (Bandung: PT.Remaja


Rosdakarya, 1983).

Syafriana N. Henni & Abdillah, Bimbingan Konseling Konsep, Teori Dan


Aplikasinya, (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia (LPPPI), 2019).

Tohirin.. Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah. (Jakarta. PT


Raja Grafindo Persada, 2013).

Tri Hariastuti Retno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: Unesa


University Press, 2008).

Wahidmurni, Pemaparan metode penelitian kualitatif, (Malang: UIN Malang,


2017).

Willis S. Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung:


CV.Alfabeta, 2007).

Yunita Sherly. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Meningkatkan


Kedisiplinan Siswa Di MTS.muhammmadiyah Metro, Skripsi, (lampung:
Institut Agama Islam Negeri metro, 2020).
LAMPIRAN
Draf wawancara konseli (siswa)

1. Prilaku tidak disiplin apa yang sering adik lakukan di sekolah ?


2. Faktor apa yang membuat adik tidak berprilaku disiplin di sekolah ?
3. Bagaimanakah tanggapan guru apabila kamu sering terlambat di sekolah ?
4. Pernahkah adik mendapat hukuman karen aprilaku tidak disiplin tersebut
?
5. Hukuman apa yang di berikan oleh guru ?
6. Bagaimanakah perasaan kamu saat menerima hukuman itu ?
7. Apakah adik pernah mendapatkan layanan bimbingan dan konseling ter-
sebut ?
8. Bagaimanakah bentuk layanan / kegiatan tersebut ?
9. Apakah ada dampak yang adik rasakan setelah mendapatkan bimbingan
konseling tersebut ?
10. Biasanya kalau di rumah adik berprilaku disiplin atau tidak ?
11. Apakah menurut adik layanan bimbingan konseling di sekolah sudah efek-
tif selama ini ? apakah ada masukan lain ?
Dokumentasi wawancara
Nama :MS

Kelas :IX

Domisili :Liprak Kidul

Umur :15

TTL :Prob, 13 Agustus 2008

1. Prilaku tidak disiplin apa yang ser- saya sering terlambat dan tidak masuk
ing adik lakukan di sekolah ? sekolah, bisa dihitung dalam sepekan
hanya 3 kali masuk sekolah
2. faktor apa yang membuat adik tidak iya soalnya, kemaren saya berjualan
berprilaku disiplin di sekolah ? bakso yang kebetulan hari itu
bertepatan ada hajatan di tegalwatu,
yang mengaharuskan saya untuk ber-
jualan, jadinya eman kalo pelanggannya
disia-siakan.

3. Bagaimanakah tanggapan guru apa- iya pak guru langsung ngasi hukuman
bila kamu sering terlambat di kalo telat lagi, gak boleh masuk kelas,
sekolah ? tapi ya udah, sekalian aja dari pada saya
harus bolak balik lagi kalo telat
mending gak usah sekolah aja.
4. pernahkah adik mendapat hukuman iya pernah, waktu itu saya telat terus
karena prilaku tidak disiplin tersebut dikasih hukuman berdiri di depan kelas
? sambil ngaji, terus kedua kalinya saya
dilarang untuk memasuki kelas gara-
gara telat, jadi saya pulang.
5. lalu apa yang dilakukan dirumah saya berjualan membantu orang tua dan
ketika tidak sekolah berhari-hari kadang memang kemauan saya sendiri,
tersebut? bukan karena disuruh orang tua atau
juga bukan karena saya tidak dibiayai
orang tua. ya lumayan juga buat
tambah-tambahan
6. hukuman apa yang pernah diberikan saya pernah diberdirikan didepan kelas
di berikan oleh guru? sambil ngaji karena telat dateng ke
sekolah
7. bagaimanakah perasaan kamu saat ya enggak gimana-gimana, dikerjain aja
menerima hukuman itu ? apa yang diperintah
8. apakah adik pernah mendapatkan iya, pernah ketika saya membuat
layanan bimbingan dan konseling masalah disekolah, seperti bolos kayak
tersebut? kemaren
9. bagaimanakah bentuk layanan / kadang layanannya dikelas, kalo lagi
kegiatan tersebut? gak ada gurunya, buat ngisi jam kosong
gitu, dan diruang bk, kalo itu saya
berbuat kesalahan di sekolah
10. apa dampak yang adik rasakan ya, setelah mendapatkan bimbingan
setelah mendapat bimbingan ? terus dari pak guru saya sadar bahwa,
sekolah itu penting untuk kita sendiri,
pak guru itu cuma mengemani kita, tapi
kitanya aja yang kurang ngerti
11. biasanya kalau di rumah adik saya berusaha membantu orang tua saya
berprilaku disiplin atau tidak dalam berjualan, apa yang disuruh
emak saya lakuin, soalnya saya anak
sulung, kalo bukan saya ya siapa.
12. Apakah menurut adik layanan ya mungkin bisa dikatakan begitu
bimbingan konseling di sekolah su- soalnya, guru-guru disini selalu mem-
dah efektif selama ini perhatikan prilaku anak muridnya,
meskipun itu berada diluar sekolah,
bahkan juga sering kerumah-rumah
siswa untuk mengecek keadaan siswa
pada orang tua kita,
Nama :RM

Kelas :IX

Domisili :Rejing Kulon

Umur :15

TTL :Prob, 28 Maret 2008

1. Prilaku tidak disiplin apa yang saya sering terlambat masuk sekolah,
sering adik lakukan di sekolah ? pernah saya bernatem sama temen
soalnya saya, diejekin yang membuat
emosi saya menantangnya untuk
berkelahi.
2. faktor apa yang membuat adik saya keseringan terlambat soalnya saya
tidak berprilaku disiplin di keseringan begadang main hape, abis
sekolah ? itu paginya kesiangan juga gak
dibangunin, kadang saya juga tidur
dirumah nenek saya, nenek sama orang
tua saya sama sih, gak ada yang terlalu
mengekang ataupun menuntut tentang
prilaku saya di rumah asalkan sayay
tidak kemana-mana, jadinya saya juga
biasa aja, tapi sebenarnya mereka juga
tetap berusaha membangunkan saya
kalo subuh,gak tau saya enggak ngerasa
dibangunkan, jadinya saya tetap
kesiangan.
3. Bagaimanakah tanggapan guru iya pak guru ngasih hukuman sama
apabila kamu sering terlambat dipanggil keruang bk juga dinasehatin,
di sekolah baru kalo sering ngulangin pelanggaran
disamperin kerumah dilaporin ke orang
tua.
4. pernahkah adik mendapat iya pernah, karna telat dateng, dihukum
hukuman karena prilaku tidak ngaji sambil berdiri didepan kelas, ya
disiplin tersebut ? dan hukuman malu sih, apalagi kalo keliatan sama
apa yang di berikan oleh guru ? santri putri hehe
bagaimanakah perasaan kamu
saat menerima hukuman itu ?
5. apakah adik pernah mendapat- iya pernah gara-gara sering terlambat
kan layanan bimbingan dan itulah, mangkanya di panggil ke ruang
konseling tersebut ? bk, sama ditanyain kenapa saya
melakukan pelanggaran, tapi enak juga
masuk ke ruang bk, soalnya di kasih
pengarahan dan bisa menyelesaikan
permasalahan saya, yang saya bingung
harus bagaimana, tapi juga gak mau
sering-sering masuk kesana, kesannya
saya sering buat pelanggaran di
sekolah, meskipun emang benar saya
berbuat kesalahan.
6. bagaimanakah bentuk layanan / masuk keruangan, terus ditanya-tanya,
kegiatan tersebut ? kayak disidang gitu, Cuma berdua
diruangan itu, ya kiita nnyebutnya
disidang pak guru, gitu.
7. apakah ada dampak yang adik iya, saya ngerasa saya mendapatkan
rasakan setelah mendapatkan jawaban yang saya butuhkan, yang
bimbingan konseling tersebut ? penting kita mau jujur sama pak guru,
pak guru juga gak bakalan marah sama
kita, ya pokoknya saya bisa mengerti
kebutuhan dan apa yang harus saya
lakukan setelah mendapatkan
bimbingan konseling dari pak guru.
8. biasanya kalau di rumah adik iya itu, kalo saya gak boleh keluar
berprilaku disiplin atau tidak ? rumah, saya gak keluar rumah, sama
kalo disuruh-suruh ke toko beli-beli
sembako gitu, apapun yang disuruh
ibuk sama nenek saya lakukan.
9. apakah menurut adik layanan kurang tau yah, pokoknya kalo
bimbingan konseling di sekolah ngelanggar di sekolah nanti dapat
sudah efektif selama ini ? hukuman dari pak guru, yang paling
apakah ada masukan lain ? takut kalo udah ketemu sama pak
kepala sudah, serem, soalnya nanti
bakal dimarahin.
Nama :RR

Kelas :IX

Umur :16

Domisili :Liprak Kidul

TTL :Prob, 13 Agustus 2007

1. Prilaku tidak disiplin apa yang pulang duluan, sebelum pada waktunya
sering adik lakukan di sekolah?
2. faktor apa yang membuat adik soalnya sya nunut ke temen, karena
tidak berprilaku disiplin di orang yang saya nunuti pulang jadi mau
sekolah ? gak mau saya ikut pulang kalo enggak
gitu nanti saya pulangnya jalan kaki
3. Bagaimanakah tanggapan guru iya saya dipanggil keruang bk, ditan-
apabila kamu sering terlambat yain sama dikasih nasehat biar gak ngu-
di sekolah langin lagi
4. Bagaimanakah tanggapan guru pak guru langsung kerumah terus nan-
apabila kamu sering terlambat yain sebenarnya keadaan kita ke orang
di sekolah ? tua kita
5. pernahkah adik mendapat iya pernah,
hukuman karena prilaku tidak diberdiriin didepan kelas sambil ngaji,
disiplin tersebut ? hukuman apa sebelumnya dipanggil keruang bk
yang di berikan oleh guru ?
6. bagaimanakah perasaan kamu iya takut sama malu, takut dimarahi
saat menerima hukuman itu ?
kenapa ?
7. apakah adik pernah mendapat- iya pernah dikelas sama kalo membuat
kan layanan bimbingan dan kesalahan mangkanya dipanggil keru-
konseling tersebut ? ang itu, terus ditanyain alasannya
kenapa kok ngelanggar
8. bagaimanakah bentuk layanan / ya dikelas kalo lagi gak ada gurunya ,
kegiatan tersebut ? kayak diceramahin tapi kayak diwa-
wancara juga, soalnya nanti bakal
ditanya-tanya
9. apakah ada dampak yang adik iya awalnya saya tu gak suka dipanggil
rasakan setelah mendapatkan keruanga bk jadi kalo ditanya pasti ja-
bimbingan konseling tersebut ? wabnya ya males aja, tapi saya juga
takut yang mau jujur sama pak guru
nanti pak guru juga marahin orang yang
saya nunuti, trus saya gak bisa nunut
lagi kalo berangkat sekolah sama pu-
langnya, tapi udah enggak soalnya gak
enak kalo bohong terus, jadi saya jujur
juga akhirnya tentang keadaan saya.
10. biasanya kalau di rumah adik iya bangun pagi, bantuin orang tua
berprilaku disiplin atau tidak ?
11. apakah menurut adik layanan iya, kayaknnya aktif, pokoknya yang
bimbingan konseling di sekolah ngurusin hal begituan pak anto, yang
sudah efektif selama ini ? jadi wali kelas kita, beda kelas yang
apakah ada masukan lain ? ngurusin kan beda guru.
Draf wawancara dengan guru dan kepala sekolah

1. Permasalahan apa yang sedang terjadi di Madrasah ini ?


2. Apakah madrasah ini mengadakan layanan bimbingan konseling ?
3. Apakah ada guru bk di madrasah ini?
4. Apakah guru memberikan bimbingan kepada siswa ? dan siapa yang
diberikan mandat dalam bertanggung jawab membimbing siswa ?
5. Dari beberapa kelas yang ada, kelas berapakah yang berpeluang untuk
melakukan ketidakdisiplinan di sekolah?
6. Ketika ada siswa yang kurang disiplin, tindakan apa yang dilakukan pihak
sekolah?
7. Apa penyebab mereka kurang disiplin?
8. Tindakan apa saja yang perah dilakukan pihak sekolah dalam mengatasi
kurangnya kedisiplinan siswa?
9. Ketika siswa masih tetap melakukan ketidakdisiplinan, apa yang pihak
sekolah lakukan?
Dokumentasi wawancara dengan guru dan kepala sekolah

1. Permasalahan apa yang sedang Ya, permasalahan yang ada untuk saat
terjadi di Madrasah ini ? ini adalah ada beberapa siswa yang ku-
rang disiplin di Mts. Riyadlus Sholihin
ini, yang harusnya kedatangan mereka
ini mengikuti kegiatan mengaji surat al-
waqiah, sholat dhuha berjama’ah apel
bersama, tapi mereka tidak datang pada
waktu tersebut, bahkan ketika kita dari
pihak sekolah mengunjungi orang tua
peserta didikuntuk memastikan keadaan
siswa yang sering terlambat masuk
sekolah, jawaban dari mereka anaknya
selalu masuk sekolah, tapi kenyataann-
ya anaknya tidak ada di sekolah
2. Apakah madrasah ini mengada- Iya , kami mengadakan layanan bimb-
kan layanan bimbingan konsel- ingan konseling walaupun yang
ing ? melakukannya bukan benr-benar konse-
lor
3. Apakah ada guru bk di madras- Kalau guru Bk sendiri ada tapi bukan
ah ini? yang linier, karena masih belum ada
yang benar-benarlulusan strata satu
yang jurusan bk
4. Apakah guru memberikan bimb- Ya, kami memberikan bimbingan kepa-
ingan kepada siswa ? dan siapa da siswa, khusunya yang bermasalah
yang diberikan mandat dalam dalam hal kedisiplinan, kami
bertanggung jawab membimb- membimbing siswa dari segi jiwanya
ing siswa ? dengan melaksanakan sholat dhuha ber-
jamaah yang insyaallah dengan itu
siswa mudah menerima nasihat yang
diberikan dan benar-benar men-
gaplikasikan dalam prilakunya sehari-
hari ebagai bentuk ketaatannya, hara-
pannya sih begitu,, dan kami mem-
berikan mandat dalam hal ini kepada
guru yang bertanggung jawab dan lebih
tepatnya guru wali kelas.
5. Dari beberapa kelas yang ada, Dari beberpa kelas yang ada, diantara
kelas berapakah yang berpelu- kelas vii, viii dan ix dalam hal ini ban-
ang untuk melakukan ketidakdi- yak terjadi pada kelas akhir, yaitu kelas
siplinan di sekolah? ix karena mereka merasa bahwa mereka
adalah yang paling senior diantara ke-
las-kelas yang lain, merasa lebih leluasa
untuk berkehendak semaunya
6. Ketika ada siswa yang kurang Siswa yang melangggar akan
disiplin, tindakan apa yang dil- mendapatkan poin pelanggaran
akukan pihak sekolah? sekaligus dipanggil ke ruang bk untuk
mendapatkan bimbingan dan pra
hukuman, tapi kalau misalkan anaknya
sudah dibimbing dan dikonseling dan
tidak ada perubahan, artinya anak itu
masih saja melanggar, misal datang ter-
lambat dari waktu yang sudah diten-
tukan, maka siswa tersebut akan ditin-
daklanjuti dengan diberi hukuman
dengan tidak diperkenankan memasuki
kelas, alasannya agar masalah pendidi-
kan ini tidak dipermainkan dan
menganggap serius dalam hal ini.
7. Apa penyebab mereka kurang Ya... itu tadi, pusat ketidak disiplinan
disiplin? siswa ada pada kurangnya disiplin ter-
hadap kedatangannya kesekolah dengan
faktor kurangnya kesadaran dari orang
tua, sehingga anak (siswa) ini di
sekolah seenaknya saja, dengan artian
kurangnya mereka menghormati pada
peraturan yang ditetapkan, nah.., mere-
ka (wali murid) ini seperti itu karena
mereka juga tidak berpendidikan se-
hingga tak memahami betul-betul
tujuan anak itu untuk apa di
sekolahkan.
8. Tindakan apa saja yang pernah Ketika kita sebagai pihak sekolah
dilakukan pihak sekolah dalam mengetahiu bahwa, hal yang membuat
mengatasi kurangnya kedisipli- mereka melakukan ketidakdisiplinan ini
nan siswa? adalah dikarenakan kurangnya per-
hatian dari orang tua dan kurangnya
mereka memahami urgensi pendidikan
yang harusnya didapatkan oleh peserta
didik di masa depannya. Bahkan, ketika
kita memanggil orang tua peserta didik
ke sekolah dari saking pasrahnya wali
murid itu, sampai bilang begini “ya wes
lah pak, mau digimanain aja wes anak
saya terserah bapak, buat gimana-
gimananya, saya serahkan ke bapak
yang lebih tau mengenai kelakuan anak
saya di sekolah.
Bahkan kita melakukan kunjungan ke
rumah peserta didik sekaligus bersila-
turrahmi dalam memastikan keadaan
peserta didik yang sebenarnya terjadi.
9. Ketika siswa masih tetap Ketika masih tetap melakukan tindakan
melakukan ketidakdisiplinan, kurang disiplin, maka kami menye-
apa yang pihak sekolah rahkan keputusannya kepada kepala
lakukan? sekolah.
BIODATA PENELITI
Identitas Diri
Nama Lengkap : Jauharatul Badriya
Tempat, Tanggal Lahir : Probolinggo, 27 Januari 2000
Alamat : Dusun Gembor 2, Desa Rejing, Kec. Tiris, Kab.
Probolinggo
E-mail : jauharatulbadriya@gmail.com

Pendidikan Formal
2005-2006 : TK. Rudlatul Atfal Rejing gembor 2, Tiris, Probolinggo.
2006-2012 : MI. Riyadlus Sholihin Rejing, Tiris, Probolinggo.
2012-2015 : Mts. Riyadlus Sholihin Rejing, Tiris, Probolinggo.
2015-2018 : MA. Riyadlus Sholihin ketapang Kademangan, Kota Probolinggo

Pendidikan pesantren
2011-2015 :PP. Riyadlus Sholihin Rejing, Tiris, Probolinggo.
2015-2018 :PP. Riyadlus Sholihin Ketapang, Kademangan, Kota Probolinggo.
2018-2023 :PP. Darullugah Wadda’wah, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai