Anda di halaman 1dari 96

IMPLEMENTASI

BINA DIRI MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK


PADA SISWA TUNAGRAHITA SMPLB
DI SLB NEGERI KROYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto


untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
WAVA ULFAH
NIM. 1423101046

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2019

1
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Wava Ulfah

NIM : 1423101046

Jenjang : S-1

Fakultas : Dakwah

Prodi : Bimbingan dan Konseling Islam

Judul : Implementasi Bina Diri melalui Bimbingan Kelompok pada siswa

tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya

Menyatakan bahwa naskah skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil

penelitian atau karya ilmiah sendiri kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk

sumbernya.

ii
iii
NOTA DINAS PEMBIMBING

Kepada

Yth. Dekan Fakultas


Dakwah IAIN
Purwokerto

Di Purwokerto

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan, dan koreksi terhadap


penulisan skripsi dariWava Ulfah, NIM: 1423101046 yang berjudul :

Implementasi Bina Diri Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa


Tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya

Saya berpendapat bahwa skripsi tersebut di atas sudah dapat diajukan


kepada Dekan Fakultas Dakwah dan Bimbingan Konseling Islam IAIN
Purwokerto untuk diujikan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.
Sos)

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Purwokerto, 23 Januari
2019

Dosen Pembimbing

Nurma Ali Ridlwan, M. Ag


NIP.198101172008 01 2010

iv
Implementasi Bina Diri Melalui Bimbingan Kelompok pada Siswa
Tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya
Wava Ulfah
NIM. 1423101046
Wafa_ulfah@yahoo.com
Jurusan S1 Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto

ABSTRAK
Bina Diri merupakan suatu usaha dalam memberikan pendidikan bagi
anak tunagrahita untuk melatih kemandirian anak, sehingga mampu beradaptasi
dari lingkungannya dan mampu merawat diri sendiri, dengan tujuan
ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitasnya. Anak
tunagrahita ringan dan sedang memiliki kecerdasan antara 50-75, namun mereka
memiliki kemampuan sosialisasi dan motorik yang baik. Sehingga mereka masih
mampu melakukan program Khusus Bina Diri melalui kegiatan Bimbingan
Kelompok. Bimbingan Kelompok yakni suatu layanan baik topik tugas maupun
topik bebas untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi oleh peserta
didik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi
Bina diri melalui Bimbingan Kelompok pada siswa tunagrahita SMPLB di SLB
Negeri Kroya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan
metodenya adalah deskriptif. Dalam teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Bedasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa program Bina Diri
melalui Bimbingan kelompok di SLB Negeri Kroya yaitu: menggunakan topik
tugas, guru kelas/ pembimbing dalam kelompok memberikan pengarahan dan
menyampaikan materi Bina Diri meliputi: 1) merawat diri : gosok gigi, menyisir
rambut, memotong kuku. 2) mengurus diri : makan dan minum, berpakaian. 3)
menolong diri : memasak, menyapu, mencuci pakaian. 4) berkomunikasi dimana
siswa tunagrahita mampu menjawab pertanyaan tentang diri sendiri dan mampu
memahami apa yang disampaikan temannya. 5) sosialisasi/ adaptasi:
keterampilan bermain, berpartisipasi dalam kelompok, berekspresi,
mengendalikan emosi, bergaul dengan temannya. 6) keterampilan hidup. 7)
mengisi waktu luang. Hal ini dilakukan secara bertahap/ continue, karena tidak
cukup sekali dua kali untuk siswa bisa mandiri. Hambatan dalam pelaksanaan
yaitu ketika mood peserta didik yang tidak stabil. Kemandirian tidak
menentukan siswa dalam kenaikan kelas atau kelulusannya. Akan tetapi program
ini hanya untuk membantu memudahkan dan meminimalisasi ketergantungan
siswa khususnya tunagrahita. Sehingga siswa mampu menerapkannya ketika di
sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat.

Kata kunci: Bina Diri, Bimbingan Kelompok, Tunagrahita.

v
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Alkhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

menganugerahkan rahmat, serta hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan semua pengikut-

Nya. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

pada Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, Judul

yang penulis ajukan adalah “Bina Diri Melalui Bimbingan Kelompok untuk

Meningkatkan Kemandirian Siswa Tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya”.

Terselesaikannya skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari

bantuan,bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Dr. H. A. Luthfi Hamidi, M.Ag., Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Purwokerto

2. Drs. Zaenal Abidin, M.Pd., Dekan Fakultas Dakwah Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Purwokerto

3. Dr. H. M. Najib, M. Hum., Wakil Dekan I dan Wakil Dekan III Fakultas

Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto

vi
4. Dr. Hj. Khusnul Khotimah, M.Ag., Wakil Dekan II Fakultas Dakwah Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto

5. Nurma Ali Ridlwan, M.Ag., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam

Institut Agama Islam Negeri Purwokerto dan sekaligus sebagai Dosen

Pembimbing Skripsi, yang dengan perhatian, kesabaran, pengarahan,

bimbingan serta masukan-masukan dalam penulisan skripsi sehingga penulis

dapet menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

6. Nur Azizah, M.Si., Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Konnseling Islam

Institut Agama Islam Negeri Purwokerto dan sebagai Pembimbing

Akademik.

7. Segenap Dosen dan Staff administrasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Purwokerto.Semua pihak yang telah berkenan membantu dalam penyusunan

laporan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

8. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan.

9. Kepala sekolah, Guru-guru beserta staff SLB Negeri Kroya yang telah

memberi izin riset dan membantu terkait informasi siswa dan sekolah.

10. Siswa dan wali murid SLB Negeri Kroya atas ketersediannya menjadi

Subyek Penelitian.

11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 Prodi Bimbingan Konseling

Islam yang telah memberikan semangat dan dukungannya.

12. Serta seluruh pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi.

Penulis berdoa, semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada

penulis mendapat imbalan yang lebih baik dari Alloh SWT. Tidak ada kata yang

vii
pantas penulis ucapkan selain ucapan terimakasih. Penulis sangat menyadari

bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan

yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang ada

dalam diri penulis. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun ssangat penulis

harapkan demi kebaikan penulis di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya. Amiin.

viii
MOTTO

‫َو ََل تَ ِهىُ ْىا َو ََل تَحْ َزوُ ْىا َوأَ ْوتُ ُم ْاْلَ ْعلَ ْى َن أِ ْن ُك ْىتُ ْم ُم ْؤ ِمىِي َْه‬
“Wahai kaum mukmin, janganlah kalian merasa hina, dan jangan bersedih.
Derajat kalian lebih tinggi daripada orang-orang kafir, jika kalian benar-benar
beriman kepada Muhammad.” (Q.S Al Imron: 139)1

1
Al-Ustadz Muhammad Thalib, Al-Qur’an Tarjamah Tafsiriyah Q.S: An-Nuur (24):
61, (Yogyakarta: Ma’had An-Nabawy, 2012), hlm. 80

ix
PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih

sayangmu telah memberiku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta

memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia dan kemudahan yang engkau

berikan akhirya skripsi ini dapat terselesaikan. Kupersembahkan skripsi ini

kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

1. Ibu Bapak Tercinta, sebagai rasa bakti, hormat dan rasa sayang yang

tiada terhingga kupersembahkan skripsi ini kepada Ibu dan Bapak yang

telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan perjuangan yang

tidak mungkin semua itu dapat kubalas hanya dengan ucapan

terimakasih. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan

Bapak bahagia karena aku sadar selama ini belum bisa berbuat yang

lebih untuk Ibu dan Bapak.

2. Dosen Pembimbing Skripsi Nurma Ali Ridwan, M.Ag., Terimakasih atas

bimbingan dan pengarahannya selama ini, dalam bimbingan skripsi,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Dosen Pembimbing Akademik Nur Azizah, M.Si., Terimakasih atas

bimbingan akademik selama perkuliahan, sehingga selama perkuliahan

dapat berjalan dengan lancar.

4. Teman-teman terdekat, terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini.

Tertawa, gembira, sedih, duka, kita lalui bersama. Semoga tali

sillaturahmi kita tetap terjaga. Skripsi ini kupersembahkan untuk kalian.

x
5. Teman-teman semua khususnya teman-teman BKI A angkatan 2014

yang selalu mendukung dan mendoakan selama proses kuliah sampai

selesainya penyusunan skripsi, terimakasih.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
MOTO ........................................................................................................... ix
PERSEMBAHAN ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Definisi Operasional dan Konseptual.......................................... 7
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 12
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 12
E. Kajian Pustaka ............................................................................. 13
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 15
BAB II BINA DIRI, BIMBINGAN KELOMPOK DAN
TUNAGRAHITA
A. Bina Diri ..................................................................................... 17
1. Pengertian Bina Diri ............................................................. 17
2. Tujuan Bina Diri ................................................................. 18
3. Ruang Lingkup Bina Diri ..................................................... 18
4. Metode Pembelajaran Bina Diri ........................................... 22
B. Bimbingan Kelompok ................................................................ 24
1. Pengertian Bimbingan Kelompok ........................................ 24
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Kelompok ........................... 25
3. Isi layanan Bimbingan Kelompok ........................................ 26
4. Metode Bimbingan Kelompok ............................................. 27
5. Materi Layanan Bimbingan Kelompok ................................ 28

xii
C. Tunagrahita.................................................................................. 29
1. Pengertian Tunagrahita ........................................................ 29
2. Klasifikasi Tunagrahita ........................................................ 30
3. Penanganan Anak Tunagrahita ............................................ 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 33
B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 35
C. Subyek dan Obyek Penelitian ..................................................... 35
D. Sumber Data ................................................................................ 36
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 37
F. Metode Analisis Data .................................................................. 40
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SLB NegerI Kroya ......................................... 43
1. Letak Goegrafi ..................................................................... 43
2. Sejarah Singkat SLB Yakut Purwokerto .............................. 43
3. Visi dan Misi SLB C dan C1 Yakut Purwokerto ................. 44
4. Tujuan Sekolah (SLB Negeri Kroya) .................................. 45
5. Struktur Organisasi............................................................... 47
6. Profil SLBNegeri Kroya ...................................................... 51
7. Gambaran Umum Subyek .................................................... 54
B. Implementasi Bina Diri Melalui Bimbingan Kelompok pada
Siswa Tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya...................... 60
1. Metode Bimbingan Kelompok pada pembelajaran Bina Diri 61
2. Hasil implementasi Bina Diri melalui Bimbingan Kelompok 66
3. Materi Program Khusus Bina Diri ....................................... 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 80
B. Saran-saran ................................................................................... 82
C. Kata Penutup ................................................................................ 83

xiii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005

tentang pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus pasal 32 ayat 1:

“pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,

emosional, mental, sosial, dan/ atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa.” Pada pasal 5 ayat 1 dan ayat 2: “setiap warga negara mempunyai

hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, dan warga negara

yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/ atau sosial

berhak memperoleh pendidikan khusus.”2

Islam melihat manusia secara keseluruhan tidak memisah-misahkannya

dan tidak membeda-bedakan bentuk rupa dan keturunan. Seringkali kita jumpai

bahwa disekitar kita banyak sekali anak-anak yang memiliki kelainan dan

mereka juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak

normal lainnya. Allah SWT dzat yang Maha Penyayang, telah menyeru kepada

makhlukNya untuk tidak membeda-bedakan antara yang sehat dan yang cacat

dalam bergaul. Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat An-Nuur ayat 61:

‫ج َح َر ٌج َوَلَ َعلَى‬ ِ ‫ْس َعلَى ْاْلَ ْع َمى َح َر ٌج َو ََل َعل َى ْاْلَ ْع َر‬ َ ‫لَي‬
ِ ‫ْض َح َر ٌج َو ََل َعلَى اَ ْوفُ ِس ُك ْم أَ ْن تَأْ ُكلُ ْىا ِم ْه بُي ُْىتِ ُك ْم اَ ْو بُي ُْى‬
‫ت َءابَائِ ُك ْم‬ ِ ‫ْال َمرْ ي‬
‫ت أَ ْع َما ِم ُك ْم‬ِ ‫ت أَ َخ َىاتِ ُك ْم اَ ْو بُي ُْى‬
ِ ‫ت إِ ْخ َىاوِ ُك ْم اَ ْو بُي ُْى‬ ِ ‫ت اُ َّمهَاتِ ُك ْم أَ ْو بُي ُْى‬ِ ‫اَ ْو بُي ُْى‬
2
M. Rauf, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: BP. Dharma Bhakti, 2005), hlm. 107, 95.

1
2

‫ت َخ َاَلتِك ُم ْ أَ ْو َما َملَ ْكتُ ْم‬ِ ‫ت أَ ْخ َىالِ ُك ْم أَ ْو بُي ُْى‬


ِ ‫ت َع َّماتِ ُك ْم أَ ْو بُي ُْى‬ِ ‫أَ ْو بُي ُْى‬
‫ فَئ ِ َذا‬.‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجىَا ٌح أَ ْن تَأْ ُكلُ ْىا َج ِم ْيعًا أَ ْو أَ ْشتَاتًا‬ َ ‫َّمفَاتِ َحهُ أَ ْو‬
َ ‫ لَي‬. ‫ص ِد ْيقِ ُك ْم‬
‫ك‬َ ِ‫ َك َرل‬. ً‫َد َخ ْلتُ ْم بُي ُْىتًافَ َسلِّ ُم ْىا َعلَى أَ ْوف ُ ِس ُك ْم تَ ِحيَّةً ِّم ْه ِع ْى ِدهللاِ ُمبَ َر َكةً طَيِّبَة‬
)16( ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُ ْى َن‬ ِ ‫يُبَي ُِّه هللاُ لَ ُك ْم ْاْلَيَا‬
“Wahai kaum mukmin, orang-orang buta, orang-orang pincang, dan
orang-orang sakit, bila makan bersama kalian, tidaklah salah sekalipun
mereka melakukannya dengan cara-cara yang tidak seperti kalian
lakukan di rumah-rumah kalian, atau di rumah bapak-bapak kalian, ibu-
ibu kalian, saudara-saudara laki-laki kalian, saudara-saudara perempuan
kalian, bibi atau paman kalian dari pihak ayah, bibi atau paman kalian
dari pihak ibu, atau di rumah budak-budak kalian, atau di rumah orang
lain yang dikuasakan kepada kalian atau di rumah sahabat-sahabat
kalian. Kalian semua boleh makan di rumah-rumah itu bersama-sama
atau sendiri-sendiri. Jika kalian masuk ke rumah-rumah itu, ucapkanlah
salam kepada saudara yaitu salam yang membawa berkah dan kebaikan.
Begitulah Allah menjelaskan hukum-hukum_Nya kepada kalian supaya
kalian mau memahami dan melaksanakannya.” (QS. An-Nuur: 61)3

Pada ayat tersebut terkandung makna bahwa semua makhluk baik sehat

maupun cacat, hendaknya diperlakukan dengan cara yang sama serta dipenuhi

hak-haknya. Anak berkelainan yang biasa disebut dengan anak berkebutuhan

khusus, dilahirkan sama dengan manusia lainnya.

Anak tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang memiliki taraf

kecerdasan yang sangat rendah sehingga untuk meniti tugas perkembangannya

anak sangat membutuhkan bimbingan secara khusus. 4 Retardasi mental adalah

terutama kekurangan intelegensi sehingga daya guna sosial dan dalam pekerjaan

seseorang menjadi terganggu. Retardasi mental merupakan suatu keadaan

dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak

3
Al-Ustadz Muhammad Thalib, Al-Qur’an Tarjamah Tafsiriyah Q.S: An-Nuur (24):
61, (Yogyakarta: Ma’had An-Nabawy, 2012), hlm. 438.
4
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedogogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hlm.110.
3

lahir atau masa anak). retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang

atau sedikit dan fen = jiwa) atau tuna mental.5

Anak tunagrahita pada dasarnya dapat diberikan pendidikan,

keterampilan dan latihan sebagaimana anak normal pada umumnya. Akan tetapi

yang membedakannya adalah mereka memiliki kekurangan dalam kekuatan,

kecepatan dan koordinasi serta sering memiliki masalah kesehatan. Dalam

pengertian lain, anak tunagrahita cenderung lamban dalam memepelajari hal-hal

yang baru, kesulitan dalam mengenaralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru,

kemampuan bicaranya sangat kurang bagi penyandang tunagrahita berat, cacat

fisik dan perkembangan gerak, kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri,

bertingkah laku dan interaksi yang tidak lazim, serta tingkah laku kurang wajar

terus menerus.6

Karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk

mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu

anak tunagrahita membutuhkan layanan secara khusus yakni disesuaikan dengan

kemampuan anak tersebut.7 Disamping itu diberikan kepada anak tunagrahita

materi khusus yaitu pendidikan Prosus (Program Khusus) Bina diri. Kemampuan

merawat diri berarti kecakapan atau keterampilan yang perlu oleh anak agar

5
Willy F. Maramis dan Albert A. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2,
(Jakarta :Airlangga University Press, 2009), hlm. 137, 386.
6
Safrudin Aziz, Pendidikan Seks Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Penerbit
Gava Media, 2002), hlm. 89-90.
7
Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT Refika Aditama,
2006), hlm. 103.
4

dapat mengurus dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari tanpa bantuan orang

lain.8

Mengurus atau merawat diri merupakan hal yang sangat penting dikuasai

oleh anak. karena dalam kehidupannya, anak tidak mungkin selamanya harus

dibantu oleh orang lain. Dengan demikian, pendidikan anak berkebutuhan

khusus salah satunya diarahkan agar anak mampu mengurus diri sendiri dan

hidup mandiri di masyarakat. Untuk melatih anak tunagrahita pada sekolah luar

biasa adalah termasuk mata pelajaran bina diri. Melalui pembelajaran Bina diri,

diberikan pendidikan dan bimbingan khusus untuk mengembangkan kemampuan

yang masih meraka miliki, sehingga ketergantungan anak tunagrahita pada orang

lain bisa dikurangi atau dihilangkan. Pembelajaran Bina diri ditujukan untuk

membina atau membantu diri anak didik dalam kehidupan sehari-hari.9

Program khusus untuk pendidikan anak tunagrahita ringan dan sedang,

dimana menurut kurikulum 1994 dan KBK ditetapkan sebagai mata pelajaran

Kemampuan Merawat Diri (KMD), sedangkan saat ini diperluas menjadi mata

pelajaran Bina Diri. Secara konsep Bina Diri memberikan makna lebih luas dari

Kemampuan merawat diri (KMD), karena secara langsung KMD menjadi bagian

dari pembelajaran Bina Diri. Program pendidikan Bina Diri secara prinsif

dikembangkan, untuk membantu anak tunagrahita agar dapat hidup lebih wajar

dan mandiri. Untuk membantu anak tunagrahita dapat hidup mandiri diperlukan

8
Lita Susanti, Meningkatkan Kemampuan Memakai Seragam Sekolah Melalui Media
Model Bagi Anak Tunagrahita Ringan, (Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, Mei 2013) No.2,
Vol.1, http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu, hlm. 93.
9
Saptunar, Meningkatkan Keterampilan Menyetrika Pakaian Anak Tunagrahita
Sedang, (jurnal ilmiah pendidikan khusus, januari 2012) No.1, Vol.1,
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu, hlm. 102-103.
5

program yang mampu membantu anak belajar dan bisa melakukan dengan wajar

dan baik.10

Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya semua

peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan

pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya. Apa yang

dibicarakan itu kesemuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan

sendiri dan untuk semua peserta lainnya. Bimbingan kelompok terlaksana

apabila topik yang dibicarakan dalam kelompok itu adalah topik-topik umum.

Secara khusus dinamika kelompok dapat dimanfaatkan untuk pemecahan

masalah pribadi para anggota kelompok, yaitu apabila interaksi dalam kelompok

itu difokuskan pada pemecahan masalah pribadi yang dimaksudkan. Dalam

suasana seperti itu, melalui dinamika kelompok yang berkembang masing-

masing anggota kelompok akan menyumbang baik langsung maupun tidak

langsung dalam pemecahan masalah pribadi tersebut.11

Salah satu lembaga pendidikan di kroya yang diberikan oleh pemerintah

untuk melayani anak berkebutuhan khusus adalah SLB Negeri Kroya. Disekolah

ini diberlakukan program khusus Bina diri bagi peserta didik yang memiliki

kebutuhan khusus, khususnya tunagrahita ringan (mampu didik). Pembelajaran

yang diberikan mulai dari mengajarkan tentang merawat diri, mengurus diri,

menolong diri, berkomunikasi, dan beradaptasi dengan lingkungan. Kegitan

pembelajaran bina diri ini dilakukan 2 jam pelajaran per minggu (1 jam= 35
10
Atang Setiawan, Program Kebutuhan Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita Ringan dan
Sedang,(Cipanas: Diklat Bina diri, 2010), hlm. 1, 4.
11
Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok.............., hlm. 178, 23, 24.
6

menit / 70 menit per minggu) untuk siswa SMP. Jumlah siswa di SMPLB sekitar

43 siswa, khusus tunagrahita ringan mencapai kurang lebih 19-21 siswa.12

Keberhasilan pembelajaran Bina diri pada anak tunagrahita dapat dilihat

dan diamati melalui kemampuan anak tunagrahita melaksanakan kegiatan Bina

diri secara optimal sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Hal ini akan

tergantung pada kegiatan bimbingan yang teratur dan terus menerus serta

penggunaan metode yang tepat. Untuk meningkatkan kemandirian pada siswa

khususnya di SLB Negeri kroya bagi anak tunagrahita dapat berhasil dengan

baik dan maksimal bila didukung dengan pembelajaran Bina diri yang efektif.

Pembelajaran Bina diri di SLB Negeri Kroya menggunakan metode bimbingan

kelompok. Hal ini akan memudahkan siswa khususnya tunagrahita untuk

menangkap pembelajaran bina diri yang disampaikan oleh guru pembimbing.

Pembelajaran Bina diri melalui bimbingan kelompok ini memiliki pengaruh

yang besar terhadap siswa tunagrahita dari teman sebayanya untuk melakukan

kesehariannya dalam melakukan akivitasnya khususnya di sekolah. Dengan

begitu mereka saling berinteraksi, berkomunikasi dan mampu beradaptasi

dengan lingkungannya.

Masalah yang dihadapi rata-rata siswa tunagrahita di SLB Negeri Kroya

kurang mandiri dalam artian untuk melakukan aktivitasnya masih memerlukan

bantuan orang lain. Dalam hal tersebut penanganannya melalui pendidikan

program khusus yaitu Bina diri yang merupakan suatu pemberian bantuan

terhadap siswa agar mampu melakukan aktivitasnya sendiri tanpa bantuan orang

12
Hasil wawancara dengan bapak Suharto sebagai Kepala Sekolah pada hari Senin,
tanggal 13 Agustus 2018, pukul 09:15 WIB, di kantor SLB Negeri Kroya.
7

lain. Perlunya penanaman kemandirian agar anak tunagrahita dalam

kehidupannya mendatang tidak membebani lingkungan sekitar dan mengurangi

ketergantungannya pada orang lain.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita dapat

diberikan pendidikan secara tepat sesuai dengan tingkat klasifikasinya yang

diberikan melalui tahapan tertentu dan lebih bersifat pengulangan. Begitu

pentingnya bina diri melalui bimbingan kelompok untuk meningkatkan

kemandirian pada anak Sekolah Luar Biasa (SLB). Berdasarkan hal tersebut,

penulis ingin mengetahui lebih luas dan mendalam mengenai implementasi bina

diri melalui bimbingan kelompok bagi penyandang tunagrahita. Sehingga

penyusun mencoba mencari tahu dengan secara langsung kelapangan. Melihat

fenomena tersebut, maka penyusun tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Implementasi Bina Diri Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa

Tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya.

B. Definisi Operasional

Untuk memudahkan memahami tulisan ini serta menghindarkan dari

kesalahpahaman terhadap tafsiran, maka penulis akan memberikan batasan pada

beberapa istilah:

1) Implementasi

Implementasi berasal dari bahas inggris yaitu implementation yang

artinya pelaksanaan.13 Implementasi menurut para ahli adalah suatu

tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun dengan cermat dan

13
Jhon Hasan, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: ramedia, 1989), hlm. 313.
8

rinci. Implementasi tidak hanya aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang

direncanakan dan dilaksanakan dengan serius dengan mengacu pada norma-

norma tertentu mencapai tujuan kegiatan.14

2) Bina diri

Ditinjau dari arti kata, Bina Diri berarti “membangun/proses

penyempurnaan agar lebih baik, maka Bina Diri adalah usaha membangun

diri individu baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui

pendidikan di keluarganya, di sekolah, dan di masyarakat sehingga

terwujudnya kemandirian dengan keterlibatannya dalam kehidupan sehari-

hari”. Bila ditinjau lebih jauh istilah Bina Diri lebih luas dari istilah

mengurus diri, menolong diri, dan merawat diri. Karena kemampuan Bina

Diri akan mengantarkan anak berkebutuhan khusus dapat menyesuaikan diri

dan mencapai kemandirian.15

Bina diri adalah sebagai usaha bantuan yang diberikan kepada

seseorang agar mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari dan mengurus

dirinya sendiri tanpa bantuan atau ketergantungan pada orang lain dengan

mengoptimalkan kemampuannya. 16

Dapat disimpulkan bahwa Bina Diri merupakan usaha dalam

memberikan pendidikan bagi anak tunagrahita untuk melatih kemandirian

anak terutama dalam kehidupannya, sehingga mampu beradaptasi dari

14
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Bandung: CV. Sinar
Baru, 2002), hlm. 70.
15
Mamad Widya, Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: UPI Press,
2008), hlm. 1-2.
16
Samsu Hadi, Pengantar Ke arah Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Mental,
(Sragen: RPPCM Raharjo, 1998), hlm. 32.
9

lingkungannya dan mampu merawat diri sendiri, dengan tujuan

meminimalisasi dan menghilangkan ketergantungan terhadap orang lain

dalam melakukan aktivitasnya.

3) Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan

bantuan atau bimbingan kepada individu atau siswa melalui kegiatan

kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika

kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna

bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu atau siswa yang

menjadi peserta layanan. Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas

topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok.

Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam layanan bimbingan

kelompok, dibahas melalui suasana dinamika kelompok secara intens dan

konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok dibawah bimbingan

pemimpin kelompok (pembimbing/ guru BK). 17

Bimbingan kelompok adalah bukan suatu himpunan individu-

individu yang karena satu atau lain alasan tergabung bersama, melainkan

suatu unit orang yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai bersama,

berinteraksi dan berkomunikasi secara intensif satu sama lain pada waktu

berkumpul, saling tergantung pada proses bekerja sama, dan mendapat

17
Sri Narti, Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam untuk Meningkatkan
Konsep Diri Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 17.
10

kepuasan pribadi dari interaksi psikologis dengan seluruh anggota yang

tergabung dalam satuan itu.18

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan

kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan yang

diberikan oleh seseorang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok individu

dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai tujuan tertentu

serta mencapai perkembangan yang optimal.

4) Tunagrahita

Tunagrahita dengan kata lain disebut retardasi mental (mental

retardation) secara bahasa berasal kata tuna berarti merugi dan grahita

berarti pikiran. Retardasi mental (mental retardation/ mentally retarded)

berarti keterbelakangan mental. Sehingga istilah tunagrahita dapat dipahami

sebagai bentuk keterbatasan substansial dalam memfungsikan diri.

Keterbatasan ini ditandai dengan kemampuan fungsi mental yang terletak

dibawah rata-rata (IQ 70 atau kurang) dan ditandai dengan terbatasnya

kemampuan tingkah laku adaptif.19

Dengan demikian yang dimaksud anak tunagrahita adalah anak yang

memiliki taraf kecerdasan sangat rendah atau dibawah rata-rata (IQ 70 atau

kurang) dan ditandai dengan terbatasnya kemampuan tingkah laku adaptif,

sehingga membutuhkan pendidikan dan bimbingan khusus.

18
W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media
Abadi, 2004)), hlm. 548.
19
Safrudin Aziz, Pendidikan Seks Anak Berkebutuhan Khusus, .............., hlm. 86-87.
11

5) SLB Negeri Kroya

SLB Negeri Kroya terletak di di Jl. Jendral Sudirman, RT/RW 3/7,

Dsn. Banjar, Desa Kroya, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap. Dengan

SK Pendirian Sekolah : 421.5/361/33/tahun 2008. Bangunan gedung

sekolah berdiri diatas tanah seluas 3.276 . Sejak september 2016 lau

sekolah yang semula berstatus SDLB, diubah menjadi SLB Negeri Kroya

yang terdiri dari SDLB, SMPLB, dan SMALB dengan masing-masing

penyandang kebutuhan khusus antara lain: Tunanetra, Tunarungu,

Tunagrahita, Dan Tunadaksa.

Bermula hanya 38 siswa dan saat ini jumlah siswa 190 siswa yang

terdiri dari 8 siswa SMALB, 43 siswa SMPLB, dan 139 siswa SDLB.

Dengan meningkatnya jumlah siswa menunjukan kesadaran masyarakat

terhadap anak berkebutuhan khusus meningkat. Selain memiliki bekal ilmu

juga anak diajarkan tentang ketrampilan sesuai dengan kondisinya masing-

masing. Mata pelajaran yang diajarkan sama seperti sekolah pada umumnya,

hanya saja metode dan peralatan yang dibutuhkan agak berbeda sesuai

kebutuhan. Keberadaan sekolah ini sangat didambakan oleh masyarakat

khususnya mereka yang mempunyai anak berkebutuhan khusus atau

penyandang kelainan yang membutuhkan layanan khusus. 20

Dari definisi operasional tersebut, penulis tegaskan bahwa penelitian

ini ditunjukan pada bina diri melalui bimbingan kelompok dalam

20
Hasil wawancara dengan bapak Suharto sebagai Kepala Sekolah pada hari Senin,
tanggal 13 Agustus 2018, pukul 09:15 WIB, di kantor SLB Negeri Kroya.
12

meningkatkan kemandirian untuk siswa tunagrahita SMPLB di SLB Negeri

Kroya.

C. Rumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi bina diri melalui bimbingan pada siswa

tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya?

2. Bagaimana hasil setelah dilakukannya implementasi bina diri melalui

bimbingan kelompok pada siswa tunagrahita SMPLB di SLB Negri Kroya?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Mengetahui implementasi bina diri melalui bimbingan kelompok pada siswa

tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya.

2. Mengetahui hasil setelah dilakukannya implementasi bina diri melalui

bimbingan kelompok pada siswa tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya.

Adapun manfaat-manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Dapat bermanfaat bagi implementasi bina diri melalui bimbingan kelompok

pada siswa tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya.

2. Dapat menguraikan implementasi bina diri melalui bimbingan kelompok.


13

3. Sebagai bahan informasi bagi peserta didik tentang bina diri melalui

bimbingan kelompok.

4. Menambah wawasan pengetahuan yang berharga bagi penulis khususnya

dan bagi pembaca pada umumnya.

E. Kajian Pustaka

Sebagai bahan tinjauan dalam skripsi ini, penulis mempelajari beberapa

skripsi yang pernah diangkat oleh beberapa penulis sebelumnya, diantaranya

adalah:

1. Estria Solihatun Nurjannah dengan skripsinya tahun 2017, dengan judul

“Implementasi Program Bina Diri dalam Penanaman Nilai Agama Islam

untuk Siswa Penyadang Tunagrahita di SLB ABCD Kuncupmas

Banyumas”. Skripsi tersebut mengkaji secara teoritik keilmuan yang terkait

dan melakukan analisis untuk mengukur kesesuaian antara teori dan

keadaan pembelajaran dilapangan. hasil dari penelitian tersebut menunjukan

bahwa program Bina diri di SLB ABCD Kuncupmas sudah sangat baik

dengan kurikulum yang terprogram dan menggunakan buku pedoman yang

memadai. Dengan menyisipkan nilai-nilai agama islam dalam pelaksanaan

pembelajaran Bina diri menjadikan siswa dapat hidup mandiri dalam

melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan koridor keislaman. Dan

implementasinya dalam penanaman nilai agama islam sangat bermanfaat


14

bagi siswa tunagraghita untuk dapat lebih layak, dan berperilaku islami

dalam segala aktivitasnya.21

2. Penelitian yang ditulis oleh Singgih Ardiyanto, dengan judul

“Meningkatkan kemampuan bina diri melalui analisis tugas pada anak

tunagrahita sedang kelas 1 di SLB Limas Padang”. Skripsi ini membahas

tentang kemampuan bina diri melalui analisis tugas. Hipotesis dalam

penelitian tersebut adalah analisis tugas dapat meningkatkan kemampuan

Bina diri anak tunagrahita sedang di SLB Limas Padang. Penelitian

pertama pada sesi baseline ( A ) yang dilakukan sebanyak 5 kali

pengamatan. Kedua, sesi intervensi ( B ) dengan menggunakan metode

analisis tugas dilakukan sebanyak sepuluh kali. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut, analisis data dalam kondisi dan antar kondisi memiliki estimasi

kecenderungan arah, kecenderungan kestabilitas, jejak data dan perubahan

level yang menunjukkan peningkatan kemampuan makan secara positif, dan

overlap data pada analisis antar kondisi sangat kecil yaitu 0%, semakin kecil

presentase overlape maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap

perubahan target bahvior. Berdasarkan analisis data tersebut, menunjukkan

bahwa analisis tugas mampu meningkatkan kemampuan makan bagi anak

tunagrahita sedang kelas I di SLB Limas Padang. 22

3. Penelitian oleh Sri Handayani, skripsi tahun 2009, dengan judul:

“Meningkatkan kemandirian melalui pembelajaran bina diri siswa

21
Estria Solihatun Nurjannah, Implementasi Program Bina Diri dalam Penanaman
Nilai Agama Islam untuk Siswa Penyandang Tunagrahita di SLB ABCD Kuncup Mas Banyumas,
(Skripsi, Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2017).
22
Singgih Ardiyanto, Meningkatkan kemampuan bina diri melalui analisis tugas pada
anak tunagrahita sedang kelas 1 di SLB Limas Padang. (Skripsi, Padang, April 2014)
15

tunagrahita kelas IV semester II di SLB C/ YPALB karangannyar”.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian melalui

pembelajaran bina diri siswa tuna grahita. Dari hasil penelitian

membuktikan bahwa melalui pembelajaran bina diri dapat meningkatkan

kemandirian siswa tuna grahita kelas IV semester II di di SLB/C YPALB

Karanganyar. Kemandirian siswa dalam pembelajaran bina diri dari siklus

ke siklus mengalami peningkatan, pada siklus I menuju siklus ke II aktivitas

siswa meningkat mencapai batas tuntas yaitu di atas 80%.23

Dari beberapa contoh penelitian yang dilakukan diatas, terdapat titik

singgung yang sama, yaitu mengenai ketrampilan bina diri. Akan tetapi

fokus dan lokasi penelitian serta media yang digunakan berbeda dengan apa

yang dikaji oleh penulis. Penulis akan mengkaji skripsi dnegan judul “bina

diri melalui bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemandirian pada

siswa tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya”. Tetapi setidaknya hasil-

hasil penelitian tersebut akan penulis jadikan bahan belajar dan bahan

bandingan untuk memperkaya dan memperdalam penelitian ini.

F. Sistematika Pembahasan

Guna mempermudah pembahasan skripsi ini, penulis membagi menjadi 5

(lima) yang terdiri dari beberapa sub bab yaitu:

23
Sri Handayani, Meningkatkan kemandirian melalui pembelajaran bina diri siswa
tunagrahita kelas IV semester II di SLB C/ YPALB karangannya, (Skripsi, Surakarta: Universitas
Sebelas Maret, 2009)
16

Bab I adalah pendahuluan. Pada bab ini pembahasan tentang latar

belakang masalah, definisi operasional, rumusan maslah, tujuan dan manfaat

penelitian, kajian pustaka, dan sistematika pembahasan.

Bab II landasan teori tentang dari penelitian yang dilakukan, pada sub

bab pertama meliputi: pengertian program Bina Diri, tujuan Bina Diri, ruang

lingkup program Bina Diri dan metode pembelajaran Bina Diri. Pada sub bab

kedua berisi tentang Bimbingan Kelompok yang meliputi tentang pengertian

Bimbingan Kelompok, tujuan dan manfaat Bimbingan Kelompok, isi layanan

Bimbingan Kelompok, dan materi layanan Bimbingan Kelompok. Dan pada sub

bab ke empat berisi tentang pengertian tunagrahita, klasifikasi tunagrahita dan

penanganan tunagrahita.

Bab III ini berisi tentang metode penelitian yang membahas tentang jenis

penelitan, sumber data, teknik pengumpulan data, dan mtode analisis data.

Dalam Bab IV berisi pembahasan tentang gambaran umum lokasi

penelitian. Serta membahas mengenai hasil penelusuran tentang implementasi

bina diri melalui bimbingan kelompok pada siswa tunagrahita meliputi penyajian

data dan analisis data dari hasil penelitian.

Bab V adalah penutup, dalam bab ini yang terdiri dari kesimpulan dan

saran-saran yang merupakan rangkuman dari keseluruhan hasil penelitian secara

singkat. Sedangkan pada bagian akhir meliputi daftar pustaka, lampiran-

lampiran yang berisi dokumen-dokumen hasil wawancara, dokumentasi dan

observaasi, serta surat-surat yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.


BAB II

BINA DIRI , BIMBINGAN KELOMPOK, DAN TUNAGRAHITA

A. Bina Diri

1. Pengertian Bina Diri

Dalam Kamus Ilmiah Populer, kata Bina adalah bangun sesuatu

(negara, orang, dsb) supaya lebih baik. Sedangkan mandiri yaitu

memperoleh kemajuan dalam kehidupan berkat tenaga dan usaha sendiri.


24
Program Bina Diri dalam kurikulum SLB disebut program khusus,

karena program ini diperuntukan bagi anak berkebutuhan khusus dan

program ini tidak tercantum pada kurikulum sekolah umum. Dengan

demikian program khusus merupakan subtansi yang menjadi ciri khas

dalam pendidikan khusus. Artinya pembelajaran Bina Diri sangat

dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus terutama bagi anak yang

mengalami ketunanetraan, ketunagrahitaan, ketunadaksaan, dan autis. Bina

Diri merupakan roh dari pelayanan yang diberikan pada anak

berkebutuhan khusus tersebut. dengan kata lain, tanpa pelayanan

pendidikan Bina Diri maka layanan khusus kehilangan maknanya.25

Beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan pengertian bina diri

adalah usaha yang di lakukan guna meningkatkan keterampilan merawat

diri sendiri agar anak mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari dengan

mandiri tanpa memerlukan bantuan dari orang lain.

24
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 93.
25
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus, (Jakarta: PT. Luxima Metro Media, 2013), hlm. 2-3.

17
18

2. Tujuan Bina Diri

Adanya program Bina Diri diberikan kepada anak berkebutuhan

khusus agar mereka mampu dan tidak bergantung pada orang lain, serta

dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan mampu bersosialisasi dengan

lingkungannya serta menjadi bekal dalam kehidupannya dimasa yang akan

datang.26

Maksud diberinya program Bina Diri pada Anak Berkebutuhan

Khusus dengan harapan dapat meminimalkan atau menghilangkan

ketergantungan terhadap orang lain dalam kegiatan sehari-hari.

3. Ruang Lingkup Bina Diri

Ruang lingkup program Bina Diri tidak dapat terlepas dari program

pembelajaran yang lainnya pada satu satuan pendidikan, dalam pengertian

pembelajaran Bina Diri dapat saling berkontribusi dengan pembelajaran

yang lain, misalnya kebutuhan komunikasi dan adaptasi sangat erat

kaitannya dengan program pembelajaran kelompok.

Materi Bina Diri yang harus dikuasai oleh anak tunagrahita sedang

dan ringan, sehingga setiap anak dapat hidup wajar sesuai dengan fungsi-

fungsi kemandirian:27

26
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus, .............. hlm. 57
27
Atang Setiawan, Program Kebutuhan Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita Ringan dan
Sedang, (Cipanas: Diklat Bina Diri, 2010), hlm. 2-4.
19

1. Kebutuhan merawat diri

Secara umum program merawat diri bagi anak tunagrahita

sangat terkait langsung dengan aktivitas kehidupan sehari-hari anak

tunagrahita. Materi kemampuan merawat diri meliputi:

 Kemampuan pemeliharaan tubuh seperti mandi, gosok gigi,

merawat rambut, kebersihan kuku.

 Memelikara kesehatan dan keselamatan diri seperti: melindungi

dari bahaya sekitar.

 Mengatasi luka yang berkaitan dengan kesehatan

2. Kebutuhan mengurus diri

Kebutuhan mengurus diri adalah kebutuhan anak tunagrahita

untuk mengurus dirinya sendiri, baik yang bersifat rutin maupun

insidentil, sebagai bentuk penampilan pribadi, diantarnya:

 Memelihara diri secara praktis

 Megurus kebutuhan yang bersifat pribadi, seperti makan, minum,

menyuap dan tata cara makan sesuai dengan norma dan kondisi,

misalnya makan di rumah, rumah makan atau dalam kegiatan

resepsi.

 Berpakaian, yang meliputi mengenakan bermacam-macam

pakaian sesuai dengan kebutuhan

 Pergi ke WC

 Berpatut diri

 Merawat kesehatan diri


20

3. Kebutuhan Menolong diri

Kebutuhan menolong diri, diperlukan oleh anak tunagrahita

untuk mengatasi berbagai masalah yang sangat mungkin dihadapi oleh

anak dalam aktivitas kehidupannya sehari-hari, materi kemampuan

menolong diri sendiri, melliputi :

 Memasak sederhana

 Mencuci pakaian

 Melakukan aktivitas rumah, seperti menyapu, membersihkan

lantai dll.

4. Kebutuhan Komunikasi

Setiap orang untuk melakukan aktifitas senantiasa ditunjang

dengan kemampuan komunikasi, begitu juga dengan anak tunagrahita

komunikasi merupakan sarana penting yang menunjang langsung pada

aktivitas kegiatan sehari-harinya. Kebutuhan komunikasi pada anak

tungrahita meliputi kebutuhan :

 komunikasi ekspresif seperti menjawab pertanyaan tentang

identitas diri sendiri dan keluarga, mampu mengungkapkan

keinginan

 Komunikasi reseftif, seperti mampu memahami apa yang

disampaikan oleh teman atau orang lain, mau mendengarkan

percakapan orang lain, memahami simbol-simbol yang ada di

lingkungan sekitar seperti tanda kamar kecil untuk pria dan

wanita, tulisan sederhana di tempat umum.


21

5. Kebutuhan Sosialisasi/adaptasi

Kebutuhan sosialisasi atau adaptasi dibutuhkan untuk

menunjang berbagai aktifitas dalam kehidupan, seperti :

 Keterampilan bermain

 Keterampilan berinteraksi

 Berpartisipasi dalam kelompok

 Bersikap ramah dalam bergaul

 Mampu menghargai orang lain (teman, anggota keluarga,

orangtua)

 Memiliki tanggung jawab pada diri sendiri

 Mampu berekspresi dan mengendalikan emosi

6. Kebutuhan Keterampilan hidup

Kebutuhan keterampilan hidup yang dibutuhkan anak

tunagrahita sangat luas, pada kebutuhan Bina Diri meliputi

keterampilan berbelanja, menggunakan uang, berbelanja di toko atau

pasar, cara mengatur pembelanjaan. Disamping keterampilan praktis

keterampilan hidup juga harus ditunjang dengan keterampilan

vokasional, seperti kebiasaan bekerja, prilaku sosial dalam bekerja,

menjaga keselamatan kerja, mampu menempatkan diri dalam

lingkungan kerja.

7. Kebutuhan mengisi waktu luang

Seseorang yang tidak dapat mengisi waktu luang dengan baik

akan mengalami kejenuhan, kemampuan mengisi waktu luang


22

dibutuhkan pada anak tunagrahita untuk terus melakukan aktivitas

sehingga kemampuannya dapat terus berkembang karena diisi dengan

kegiatan positif. Kegiatan mengisi waktu luang bagi anak tunagrahita

dapat dilakukan melalui media atau kegiatan olahraga, kesenian,

keterampilan sederhana seperti memelihara ternak atau tanaman.

4. Metode Pembelajaran Bina Diri

Dalam pelaksanaan pembelajaran Bina Diri tentu dibutuhkan metode

dan pendekatan khusus agar pesan dapat tersampaikan dengan baik

sehingga tujuan dari program Bina Diri dapat tercapai. Beberapa metode

pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bina Diri

tersebut adalah sebagai berikut: 28

a. Metode ceramah

Metode ceramah sebagai cara penyampaian pembelajaran

dengan melalui penuturan dan disesuaikan dengan kemampuan anak

dalam menerima informasi tersebut.

b. Metode simulasi

Metode ini sangat disukai oleh peserta didik sebab mereka

senang menirukan, gunanya adalah untuk memberikan pemahaman

suatu konsep dan bagaimana cara pemecahannya. Metode ini

dilakukan oleh anak maupun guru untuk memecahkan masalah,

misalnya simulasi cara memakai baju, sepatu dll.

28
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus,.............. hlm. 96-98.
23

c. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajan

melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik.

Dengan metode ini dapat dikembangkan keteramplan mengamati,

menginterpretasi, mengklarifikasikan, membuat kesimpulan,

menerapkan dan mengkomnikasikan. Kelebihan metod ini lebih

mengaktifkan peserta didik, anak akan lebih cepat mengerti,

mengetahui perbedaan antara satu anak dengan yang lainnya, dan

pertanyaan dapat memusatkan perhatian anak.

d. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan suatu

proses cara kerja suatu benda, misalnya bagaimana cara

menghidupkan TV, radio, kompor, bel listrik, penggunaan gunting dan

sebagainya. Disini yang lebih aktif adalah guru dan anak agar lebih

aktif dibimbing untuk mengikuti apa yang didemonstrasikan oleh

guru.

e. Metode karyawisata

Metode karyawisata adalah dengan cara peserta didik dibawa

langsung ke lapangan pada obyek yang terdapat diluar kelas atau

lingkungan kehidupannya nyata, agar mereka dapat mengamati atau

mengalami secara langsung. Kelebihan metode ini dapat merangsang

kreativitas anak.
24

f. Metode latihan

Metode latihan atau metode training yaitu untuk menanamkan

kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara

kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu metode ini dapat digunakan

untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan

keterampilan. Kelebihan metode ini yaitu dapat memperoleh

kecakapan motoris seperti menulis, melafalkan huruf dan lainnya.

B. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang

memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh

berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/

konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik

individu maupun sebagai pelajar, anggota kelompok dan masyarakat serta

untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.29

Istilah bimbingan kelompok mengacu kepada akivitas-aktivitas

kelompok yang berfokus kepada penyediaan informasi atau pengalaman

lewat aktivitas kelompok yang terencana dan terorganisasi. Contoh

aktivitas bimbingan kelompok adalah kelompok orientasi, kelompok

penelusuran kariir, hari kunjungan kampus, dan bimbingan kelas.

Bimbingan kelompok bisa juga diorganisasikan dengan meliputi informasi

29
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 48.
25

pendidikan, pekerjaan, pribadi atau sosial, bertujuan menyediakan bagi

anggota-anggota kelompok informasi akurat yang dapat membantu mereka

membuat perencanaan dan keputusan hiduo lebih tepat.30

Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan

bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok.

Dalam layanan bmbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika harus

diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi

pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi

peserta layanan. Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik

umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok. Masalah

yang menjadi dibahas melalui suasana dinamika kelompok secara intens

dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok dibawah bimbingan

pemimpin kelompok (pembimbing atau konselor). 31

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Kelompok

Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk

pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan

berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara lebih khusus, layanana

bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan

perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang

perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan

30
Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 275.
31
Tohirin, Bimbingan dan Koonseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 170.
26

kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para siswa.32

Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan peserta

didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dan narasumber

terutama konselor yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik

sebagai individu, pelajar maupun sebagai anggota masyarakat. Fungsi

utama bimbingan yang didukung oleh layanan bimbingan kelompok ialah

fungsi pemahaman dan pengembangan.33 Layanan bimbingan kelompok

mempunyai 3 fungsi, yaitu: 1. Fungsi informatif, 2. Fungsi pengembangan,

3. Fungsi preventif dan kreatif.34

3. Isi Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan Bimbingan kelompok membahas materi atau topik-topik

umum baik topik tugas maupun topik bebas. Yang dimaksud topik tugas

adalah topik atau pokok bahasan yang diberikan oleh pembimbing

(pempinan kelompok) kepada kelompok untuk dibahas. Sedangkan topik

bebas adalah suatu topik atau pok bahasan yang dikemukakan secara bebas

oleh anggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok

mengemukakan topik secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan

dibahas terlebih dahulu dan seterusnya.

Topik-topik yang dibahas dalam layanan bimbingan kelompok

baik topik bebas maupun topik tugas dapat mencakup bidang-bidang

pengembangan kepribadian, hubungan sosial, penndidikan, karier,

32
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah,,.............. hlm. 172.
33
Giyono, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Media Akademi, 2015), hlm. 222.
34
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Progran Bimbingan dan
Konseling,.............., hlm. 48.
27

kehidupan berkeluarga, kehidupan beragama, dan lain sebagainya. Topik

pembahasan bidang-bidang di atas dapat diperluas ke dalam sub-sub

bidang yang relevan. Misalnya pengembangan bidang pendidikan dapat

mencakup masalah cara belajar, kesulitan belajar, gagal ujian, dan lain

sebagainya.35

4. Metode Bimbingan Kelompok

Cara ini dilakuakan untuk membantu siswa (klien) memecahkan

masalah melalui kegiatan kelompok. Masalah yang dipecahkan bisa

bersifat kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok (beberapa

orang siawa) atau bersifat individual atau perorangan, yaitu masalah yang

dirasakan oleh individu (seorang siswa) sebagai anggota kelompok.

Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk

membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu

yang mengahadapi masalah dengan mendapatkannya dalam suatu

kehidupan kelompok.

Dalam pelaksanaannya bimbingan kelompok perlu membentuk

kelompok. Kelompok yang terlalu kecil (misalnya hanya 2-3 orang saja)

tidak efektif untuk layanan bimbingan kelompok karena kedalaman dan

variasi pembahasan menjadi berkurang dan dampak layanan juga menjadai

terbatas. Sebaliknya kelompok yang terlalu besar pun tidak efektif karena

akan mengurangi tingkat partisipasi aktif individual dalam kelompok.

35
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah ............, hlm. 172-173.
28

Kelompok juga kurang efektif apabila jumlah anggotanya melebihi 10

orang. Kelompok yang ideal jumlah anggotanya antara 8-10 orang.

Beberapa jenis metode bimbingan kelompok adalah: (1) program

home room, (2) karyawisata, (3) diskusi kelompok, (4) kegiatan kelompok,

(5) organisasi siswa, (6) sosiodrama, (7) psikodrama, (8) pengajaran

remedial.36

5. Materi layanan bimbingan kelompok

Melalui kegiatan bimbingan kelompok akan muncul dinamika

kelompok yang positif, sehingga melalui sarana ini dapat dibahas berbagai

ragam pembahasan topik yang berguna bagi individu dalam kelompok

tersebut. Topik bahasan bisa jadi menyangkut bidang-bidang bimbingan

pribadi, sosial, belajar, dan karir. Topik bahasan dalam kelompok tersebut

dapat terkait dengan:37

a. Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagamaan dan hidup

sehat.

b. Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana

adanya.

c. Pemahaman tentang emosi, konflik, serta pengendalian atau

pemecahannya.

d. Pemanfaatan waktu luang secara efektif.

e. Pemahaman tentang berbagai alternatif pengambilan keputusan dan

konsekuesinya.
36
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah,............, hlm. 176, 289, 290.
37
Zaenal Abidin dan Alief Budiyono, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,
(Purwokerto: Stain Press Purwokerto, 2010), hlm. 63-64.
29

f. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman terhadap

hasil belajar, munculnya kegagalan belajar, dan cara-cara

penanggulangannya.

g. Pengembangan hubungan sosial yang efektif dan produktif.

h. Pemahaman tentang karir akademik mauoun dunia kerja dan

perencanaan masa depan.

i. Pemahaman tentang pilihan-pilihan dan persiapan memasuki dunia

kerja, program studi lanjut.

C. Tunagrahita

1. Pengertian Tunagrahita

Istilah tunagrahita berasal dari kata tuna berarti merugi dan grahita

berarti pikiran. Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya

dibawah rata-rata disertai dengan adanya hambatan dalam perilaku

adaptif.38 Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak

yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Dalam

kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation,

menyally retarded, mental deficiensy, mental defective, dan lain-lain. Anak

Tunagrahita merupakan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah

rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegenasi dan ketidakcakapan

dalam interaksi sosial atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental

karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk

38
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus, .............. hlm. 17-19.
30

mengikuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal, oleh karena

itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara

khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.39

2. Klasifikasi Tunagrahita

Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf

intelegensinya, yang terdiri dari keterbelakangan ringan, sedang, berat.

a. Tunagrahita Ringan

Kelompok tunagrahita ringan ini memiliki IQ antara 68-52

menurut binet, sedangkan menurut skala weschker WISC) memiliki

IQ 69-55. Mereka nasih dapat belajar membaca, menulis, dan

berhitung sederhana. Pada umumnya anak tunagrahita ringa tidak

mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik tampak seperti anak

normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan

secara fisik antara tunagrahita ringan dengan anak normal.

b. Tunagrahita Sedang

Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada skala Binet dan 53-40

menurut skala Weschler (WISC). Anak tunagrahita sedang sangat sulit

bahkan tidak dapat belajar akademik seperti belajar menulis membaca,

dan berhitung. Akan tetapi Mereka masih dapat dididik mengurus diri,

seperti mandi, berpakaian, makan, minum, mengerjakan pekerjaan

rumahtangga sederhana seperti menyapu, membersihkan perabotan

rumah tangga, dan sebagainya. Melindungi diri sendiri dari bahaya

39
Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm.
103.
31

seperti menghindari kebakaran, berjalan dijalan raya, berlindung dari

hujan, dan sebagainya. Dalam kehiidupan sehari-hari, anak

tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan yang terus-menerus.

c. Tunagrahita Berat

Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot.

Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat dan

sangat berat. Tunagrahita berat memiliki IQ antara 32-20 menurut

skala binet dan antara 39-25 menurut skala weschler (WISC). Anak

tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam

hal berpakaian, mandi, dan lain-lain. Bahkan mereka memerlukan

perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya. 40

3. Penanganan Anak Tunagrahita

Penanganan anak tunagrahita dapat dilakukan melalui

pendidikannya, yakni menggunakan metode readiness skill ringan dan

pendidikan berat. Readiness skill ringan merupakan sebuah metode

pendidikan yang mengajarkan anak agar dapat membedakan vusial-audio,

mengikuti perintah, mengembangkan bahasa, motorik kasar-halus,

mengebangkan kemampuan bantu diri, serta mengembankan ketrampilan

preakademik dan memfasilitasi interksi dengan kelompok.

Adapun metode pendidikan berat adalah penggunaan metode

pengajaran melalui materi dan kurikulum yang tepat, funcional activities

praktis, terapi terintegrasi yang terdiri atas fisioterapi, terapi wicara, terapi

40
Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa,............., hlm. 106-107.
32

okupasi, keterlibatan keluarga, lebih pada lingkungan terdekat, latihan

keterampilan gerak, kemampuan mengenal warna, kemampuan bunyi, juga

kemampuan bantu diri anak tersebut.41

41
Tri Gunadi. Mereka Pun Bisa Sukses. (Jakarta: Penebar Plus. 2011). hlm 144-145.
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Setiap penelitian

mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga

macam yaitu yang bersifat Penemuan, Pembuktian dan Pengembangan. Melalui

penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang

diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan

mengatisipasi masalah.42

Untuk memberikan penjelasan tentang bagaimana cara penulis melakukan

penelitian maka akan dipaparkan bagaimana penulis dalam melakukan penelitian,

diantaranya adalah sebagai berikut:

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2000) “penelitian

kualitatif’ adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Sedangkan Krik dan Miller dalam Moloeng (2000) menyatakan

bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pengamatan

42
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 3, 5.

33
34

manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang

tersebut dalam bahasanya peristilahannya. 43

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah yaitu peneliti

bermaksud meneliti tentang Bina Diri Melalui Bimbingan Kelompok

Untuk Meningkatkan Kemandirian Pada Siswa Tunagrahita SMPLB Di

SLB Negeri Kroya.

2. Jenis Penelitian

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitataif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku orang-orang yang diamati.

Dari sisi definisi lainnya penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaahdan memahami sikap,

pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. 44

Jadi penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan yang bersifat

deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan

pelaksanaan bina diri melalui bimbingan kelompok untuk meningkatkan

kemandirian pada siswa tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya.

43
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta:Teras, 2009), hlm 100
44
Lexy Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2014), hlm. 4-5.
35

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Negeri yang

terletak di Jl. Jendral Sudirman, RT/RW 3/7, Dsn. Banjar, Desa Kroya,

Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap. Lokasi ini dipilih dengan

pertimbangan sebagai berikut:

a. Bahwa di SLB Negeri Kroya terdapat praktek bina diri melalui bimbingan

kelompok.

b. Penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan bina diri melalui bimbingan

kelompok yang dilaksanakan bagi siswa tunagrahita, sehingga diharapkan

penelitian ini bermanfaat bagi SLB Negeri Kroya dan SLB lain pada

umumnya.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

a. Subyek Penelitian

Penentuan subjek menggunakan teknik porposive sampling yaitu

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertenti ini, misalnya orang yang dianggap paling tahu

tentang apa yang diharapkan penulis atau mungkin sebagai penguasa

sehingga akan memudahkan penulis menjelajahi objek atau situsai sosial

yang diteliti. 45

Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah:

45
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ............... hlm. 300.
36

1. Pengelola SMPLB di SLB Negeri Kroya dalam hal ini yaitu:

a. Ibu Eva Sutina, S.Pd. sebagai Guru BK sekaligus Guru

pembimbing kelas tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya,

informasi yang digali adalah berkaitan tentang pelaksanaan

program khusus Bina Diri melalui Bimbingan Kelompok dan

bagaimana perkembangan kemandirian pada siswa tunagrahita di

SLB Negeri Kroya.

b. Bapak Suharto, S.Pd. sebagai Kepala Sekolah sebelum pensiun dan

Bapak Umar Sanusi, S.Pd. sebagai waka sarana dan prasarana di

SLB Negeri Kroya sebagai sumber informasi data secara umum

dan menyeluruh mengenai keadaan dan situasi sekolah.

2. Orang tua atau Wali murid, adalah sebagai subyek pendukung atau

tambahan, yang perlu digali mengenai perkembangan kemandirian

anak setelah pelaksanaan bina diri melalui bimbingan kelompok di

sekolah.

3. Siswa tunagrahita yang mendapatkan bimbingan bina diri melalui

bimbingan kelompok, informasi yang digali sebagai pendukung

mengenai bagaimana perkembangan mengenai kemandirian anak

secara langsung setelah mendapatkan bimbingan.

b. Obyek Penelitian

Objek Penelitian merupakan permasalahan yang menjadi titik

sentral perhatian dan penelitian.46 Objek penelitian ini adalah bina diri

46
Koentjaningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1977), hlm. 167.
37

melalui bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemandirian pada

siswa tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya.

D. Sumber Data

Data yang penulis peroleh dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang didapat dari sumber

pertama baik dai individu ataupun perorangan seperti hasil wawancara

atau hasil pengisian kuisioner yang dilakukan oleh peneliti. 47 Dalam

penelitian ini data primer berasal dari informasi yang penulis peroleh

melalui wawancara serta observasi terhadap subyek yaitu Bapak Umar

Sanusi, Guru Mapel di SLB Negeri Kroya.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan data tambahan yang berbentuk surat-

surat, daftar hadir, dan statistik, ataupun segala bentuk dokumentasi yang

berhubungan dengan fokus penelitian.48

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian

kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang


47
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rieneka Cipta. 2000), hlm
209
48
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian,.............. hlm. 58
38

alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak

pada observasi berperanserta (participan observation), wawancara mendalam

(in depth interview) dan dokumentasi.49

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Metode Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melaui pengamatan dan penginderaan.

Adapun jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipan yakni

ikut ambil bagian atau berada dalam keadaan objek yang diteliti. 50 Melalui

observasi penulis memperoleh data melaui Guru di SLB Negeri Kroya.

Sehingga dalam penelitian ini penggunaan metode observasi penulis

jadikan sumber metode sekunder atau pelengkao, yaitu untuk melengkapi

data-data yang diperoleh dari hasil interview dan untuk memperkuat serta

menguji kebenaran yang diperoleh dari hasil interview.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana

praktek pelaksanaan bina diri melalui bimbingan klompok yang

disampaikan oleh guru BK terhadap kemandirian pada siswa tunagrahita

SMPLB di SLB Negeri Kroya.

b. Metode Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara

lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. pewawancara

49
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ............... hlm. 308-309.
50
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif,(Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm. 115.
39

(intervieuwer) sedangkan orang yang diwawancarai disebut

(interviewee).51

Metode wawancara dipergunakan seseorang untuk tujuan tugas

tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari

seorang responden. Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan

mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu

masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu, merupakan pembantu

utama dari metode observasi.52

Metode ini bertujuan untuk memperoleh data tentang bagaimana

proses pelaksanaan dan hasil bimbingan, faktor pendukung dan

penghambat proses pelaksanaan bina diri melalui bimbingan melalui

bimbingan kelompok terhadap kemandirian pada siswa Tunagrahita di

SLB Negeri Kroya.

c. Metode Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan

data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.53 Metode dokumentasi

diperlukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dan digunakan untuk

melengkapi data yang belum diperoleh melalui metode observasi dan

wawancara. Sedangkan dalam metode dokumentasi penelitian ini akan

memberikan hal yang relevan dengan penelitian yang diperoleh berupa:

51
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), hlm.
57-58
52
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, ..............hlm. 129.
53
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, .............., hlm. 73.
40

foto-foto arsip dan data-data yang berhubungan dan menunjang penelitian

ini.

F. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipaham oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun dalam

penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan

bersamaan dengan pengumpulan data.

Dalam proses analisis data , peneliti menggunakan model analisis Miles

dan Hubeman, yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data

yaitu:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Mereduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
41

perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk penyajian

data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

difahami tersebut.

c. Verification/ Conclution Drawing

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and

Huberman adalah penarikan kesimpuan dna verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan adalah bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel. Dengan

demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
42

karena seperti telah dikemukakan bahwa maslah dan rumusan masalah

dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang

setelah penelitian berada dilapangan. 54

54
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ..............., hlm. 335, 336, 337, 338, 339, 341,
345.
BAB IV

IMPLEMENTASI BINA DIRI MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

PADA SISWA TUNAGRAHITA SMPLB DI SLB NEGERI KROYA

A. Gambaran Umum Lokasi

1. Letak Geografi

Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kroya terletak di wilayah Kelurahan

Kroya adalah sekolah yang secara geografis terletak di Jl. Jend Sudirman, Rt/RW

3/7, Dusun. Banjar, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap. Provinsi Jawa

Tengah, Kode Pos 53282. Dengan lokasinya yang mudah dijangkau karena

terletak di tepi jalan raya, dan tidak begitu jauh dari alun-alun atau biasa disebut

Lapangan Tugu (Laptu).

2. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Negeri Kroya

Dalam rangka menyukseskan wajib belajar Pendidikan Dasar 12 tahun

sebagaimana dicanangkan Kabupaten Cilacap melalui Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Cilacap tentang Tuntas pada tahun 2008 tidak terkecuali

Tuntas wajar bagi anak berkebutuhan khusus ( ABK ) atau anak berkelainan /

penyandang cacat.

Hal ini sebagaimana diamanatkan tujuan nasional dalam Pembukaan

Undang-undang Dasar 1945 alinea IV tentang mencerdaskan kehidupan bangsa,

diperkuat dengan pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa “Setiap warga negara

wajib mengikuti Pendidikan Dasar dan Pemerintah wajib membiayainya“ dan

ditegaskan pula dalam Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem

Pendidikan Nasional yang menyatakan bahawa “Setiap warga Negara“ termasuk

43
44

warga negara berkelainan/cacat mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan.

Hak masing-masing warga negara untuk memperoleh pendidikan dapat

diartikan sebagai hak memperoleh pengetahuan kemampuan, dan keterampilan

yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan tamatan pendidikan. Tentu saja kelainan/kecacatan yang disandang

oleh peserta didik yang bersangkutan menuntut penyelenggaraan pendidikan

sekolah yang lain dari pada penyelenggaraan sekolah biasanya dan juga menuntut

pengelolaan, penanganan dan pelayanan khusus dengan sarana dan prasarana

khusus disesuaikan dengan tingkat dan jenis kelainannya serta keamanan dan

kesempurnaan dari lingkungan tempat belajarnya.

Dasar pendirian SDLB Negeri filial kroya adalah SK Kepala Dinas

Pendidikan dan Kebudyaan Cilacap nomor 420/1941/02/30. SK Penegerian

Nomor : 421.5/135/133 tahun 2008 tanggal 21 Mei 2008 oleh Bupati Cilacap, SK

Operasional adalah SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 420/82 TAHUN 2016

tentang Izin Perubahan dan Operasional Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Luar

Biasa ( SDLB ) Negeri Kroya Cilacap menjadi Sekolah Luar Biasa ( SLB )

Negeri Kroya Cilacap.

3. Visi dan Misi SLB Negeri Kroya

Visi : “Santun dalam budaya, unggul dalam imtaq dan kemandirian”

Misi-misi SLB Negeri Kroya adalah :

1) Meningkatkan pembelajaran yang efektif dan efisien.

2) Membimbing siswa untuk mandiri.

3) Meningkatkan kualitas dan bimbigan inividual sehingga seiap siswa dapat

berkembang sesuai dengan karakteristik masing-masing.


45

4) Menumbuh kembangkan potensi siswa melalui kecerdasan emosional, dan

spiritual.

5) Mengimplementasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari di sekolah,

di rumah, dan lingkungan masyarakat.

6) Menumbuhkan nilai-nilai sosial budaya melalui pendidikan budi pekerti.

4. Tujuan Sekolah (SLB Negeri Kroya)

Mengingat Visi merupakan jangka panjang maka tujuan yang akan

dicapai selama empat tahun mendatang adalah:

1) Standar SKL

a. Tercapai rata-rata nilai ujian nasional minimal 5,00.

b. Teraih 2 kejuaraan bidang akademis dan 3 kejuaraan bidang non

akademis tingkat provinsi.

c. Terbekalinya siswa dalam pengembangan bakat dan minat.

2) Standar isi

a. Terwujud kurikulum yang bermuatan keterampilan dan peduli

lingkungan.

b. Terwujud pengembangan silabus untuk semua mapel.

c. Terwujud pengembangan RPP yang inovatif dan kolaboratif untuk semua

mapel.

3) Standar proses

a. Terlaksana proses pembelajaran bermuatan keterampilan.

b. Terlaksana proses pembelajaran dengan media yang inovatif.

c. Terlaksana program bimbingan dan konseling secara optimal.

d. Terlaksana kegiatan ekstrakulikuler sesuai bakat dan minat peserta didik.

4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan


46

Kepala sekolah, Guru, Pelatih-pelatih, tenaga laborat, pustakawan,

dan lain-lain.

5) Standar sarana prasarana

a. Pengadaan 2 ruang kelas baru.

b. Pengadaan kbutuhan mck/kamar mandi sesuai standar.

c. Penambahan daya listrik.

d. Penambahan pagar keliling sekolah.

e. Pengadaan alat olahraga.

f. Perbaikan sarana prasarana sesuai jadwal.

6) Standar pengelolaan

a. Terpenuhi standar pengeolaan / manajemen yang transparan

b. Terpenuhi standar pengelolaan yang berakreditasi.

7) Standar pembiayaan

a. Terwujud peningkatan sumber dana.

b. Terlaksana penggunaan dana yang proporsional dan transparan.

c. Terwujud pelaporan penggunaan dana yang akuntable.

8) Standar penilaian

a. Terlaksana penilaian autentik secara berkesinambungan.

b. Terlaksana penilaian sesuai KKM.

c. Terlaksana program perbaiakn dan pengayaan secara optimal.

9) Sandar budaya dan lingkungan sekolah

a. Terwujud lingkungan belajar yang kondusif.

b. Terwujudnya nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.

c. Terwujudnya budaya membaca bagi warga sekolah.

d. Terwujudnya budaya cinta lingkungan.


47

5. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan faktor atau komponen yang sangat

diperlukan adanya, terutama dalam rangka mencapai tujuan yang bersifat

bersama-sama dalam sebuah kelompok ataupun lembaga. Sehigga tidak akan

terjadi tumpang tindih kebijakan secara struktural yang akan berimplikasi

terhadap pelaksanaan proses pendidikan yang biasanya hal seperti ini terjadi

pada kebanyakan lembaga pendidikan, terlebih lagi bila lembaga pendidikan

dibawah naungan suatu yayasan.

Adapun untuk susunan kepengurusan SLB Negeri Kroya adalah sebagai

berikut:

STRUKTUR ORGANISASI KOMITE SEKOLAH


SLBN KROYA - CILACAP
MASA BAKTI 2016 - 2021

SEKOLAH KETUA

SLB N KROYA Suprianto

SEKRETARIS BENDAHARA

Ir. Djaka Pratomo Basuki Lukman A.B.

ANGGOTA

Trimawati Arjo Sarimin H. Wiwi Umar Sanusi, Nuryati,


Suyono S. Kurniasih S.Pd S.Pd

MASYARAKAT /
ORANGTUA WALI
48

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH

Plt. Kepala Sekolah : Suyatmo, S.Pd

Waka Kurikulum : B. Daru Sucipto, BTN, S. Pd

Waka Kesiswaan : Istinganah

Waka Sarana dan Prasarana : Umar Sanusi, S.Pd

Waka Humas : Mashud

Koordinator SDLB : Nuryati, S.Pd

Koordinator SMPLB : Oktaviani M.R, S.Pd

Koordinator SMALB : Utuh Setyasih, S.Pd

Bendahara : Resha Kurniati, S.Pd

Kesenian : Sumarsih, S.Pd

Eva Sutiana, S.Pd

Mella Anisa Rizqia, S.Pd

Perpustakaan : Istinganah

Utuh Setyasih, S.Pd

UKS : Dwi Cahyati, S.Pd

Fitri Sumarni, S.Pd

Machus Ali, S.Pd.I

Pramuka : Resha Kurniati, S.Pd

Andi Wahyudi, S.Pd

Oktaviani M.R, S.Pd

Fenty Feristu, S.Pd

Sumiarti, S.Pd

Vita Nur Setyawati, S.Pd

Terapis : Za’ima F. M, Amd. TW


49

Tata Usaha : Nur Wahyogi

Witri Ardiyanto

Penjaga Sekolah : Agus Muchrofin

a) Data Pendidik

NAMA PANGKAT PENDIDIKAN MENGAJAR


No. JENIS KELAMIN JABATAN
NIP GOL/RUANG TERAKHIR DI KELAS
Suyatmo, S.Pd Plt. Kepala Plt. Kepala
1 L IV a S1
NIP. 19591123 198304 1 002 Sekolah Sekolah
Umar Sanusi, S.Pd
2 NIP. 196220124 1984031 L Guru Kelas IV a S1 II C SDLB
002
Istinganah
3 P Guru Kelas IV a SGPLB I-VI D SDLB
NIP. 19590910 198403 2 005
Nuryati, S.Pd
4 P Guru Kelas IV a S1 III C SDLB
NIP. 19610702 198403 2 003
Resha Kurniati, S.Pd
5 P Guru Kelas III b S1 I C SDLB
NIP. 19850825 201101 2 007
Mashud
6 L Guru Kelas III a SGPLB VI C SDLB
NIP. 19640307 200701 1 014
Bonifasius Daru Sucipto B.
VII – IX B
7 TN, S. Pd L Guru Kelas III a S1
SMPLB
NIP. 19670705 200801 1 012
D II
8 Diana Eka Sari P Guru PAI - I – VI SDLB

IV – VI B
9 Sumarsih, S.Pd P Guru Kelas - S1
SDLB
10 Eva Sutiana, S.Pd P Guru Kelas - S1 VII C SMPLB
11 Dwi Cahyati, S.Pd P Guru Kelas - S1 IV C SDLB
12 Fitri Sumarni, S.Pd P Guru Kelas - S1 I–XA
13 Sri Pujiati, S.Pd P Guru Kelas - S1 I –III B SDLB
14 Fenty Feristu P Guru Kelas - S1 I C SDLB
Oktaviani M. Rahmayanti, VIII – IX C
15 P Guru Kelas - S1
S.Pd SMPLB
SMPLB dan
16 Machrus Ali, S.Pd.I L Guru PAI - S1
SMALB
SDLB, SMPLB
17 Andi Wahyudin, S.Pd L Guru Penjaskes - S1
dan SMALB
18 Vita Nur Setyawati, S.Pd P Guru Kelas - S1 III C SDLB
19 Sumiarti, S.Pd P Guru Kelas - S1 II C SDLB
20 Mella Anisa Rizqia, S.Pd P Guru Kelas - S1 V C SDLB
21 Utuh Setyasih, S.Pd P Guru Kelas - S1 X-XI SMALB
50

b) Tenaga Kependidikan

NAMA JENIS PANGKAT PENDIDIKAN MENGAJAR


No. JABATAN
NIP KELAMIN GOL/RUANG TERAKHIR DI KELAS
Tenaga
Administrasi /
1 Nur Wahyogi L - SMA -
Staf Tata
Usaha
D III Terapis SDLB, SMPLB
2 Za’ima Fadiah Masturina, P Terapis -
Wicara dan SMALB
Tenaga
Administrasi /
3 Witri Ardiyanto L - SMA -
Staf Tata
Usaha
4 Agus Muchrofin L Pramu Kantor - SMA -

6. Profil SLB Negeri Kroya

Sekolah Luar Biasa Negeri ( SLBN ) Kroya merupakan sekolah

pengembangan dari SDLB Negeri Cilacap yang berstatus filial, namun mulai

bulan Mei tahun 2008 telah berubah status menjadi SDLB Negeri Kroya dengan

SK penegerian no 421.5 / 361 / 33 TAHUN 2008. Pada tanggal 30 September

2016 SDLB Negeri Kroya berganti menjadi SLB Negeri Kroya dengan SK

Gubernur Jawa Tengah Nomor 420 / 82 TAHUN 2016 tentang Izin Perubahan

dan Operasional Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB) Negeri Kroya Cilacap menjadi Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri

Kroya Cilacap. SLB Negeri kroya letaknya di Ibukota Kecamatan Kroya

berdekatan dengan perkantoran, puskesmas, pusat pendidikan, masjid serta

lapangan olah raga tepatnya di jalan Jenderal Sudirman Kroya kabupaten Cilacap,

telepon (0282) 494534.

Disamping kanan, kiri, serta belakang terdapat rumah penduduk,

bangunan gedung sekolah berdiri diatas tanah seluas 3.276 m 2 dengan nomor

sertifikat 11301405400017 tanggal 7 Maret 2007, hak pakai nomor 00017 yang

terdiri dari :
51

1. Ruang kelas 8 lokal

2. Ruang kepala sekolah dan ruang guru menggunakan ruang kelas di sekat

menjadi dua ruang.

3. Ruang kegiatan 1 lokal.

4. Ruang Kemampuan Merawat Diri ( KMD ) 1 lokal.

5. Kamar mandi dan WC 1 unit.

6. Ruang Keterampilan

7. Mushola

Keberadaan sekolah ini sangat didambakan oleh masyarakat khususnya

mereka yang mempunyai anak berkebutuhan khusus atau penyandang kelainan

yang membutuhkan layanan khusus, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya

peserta didik yang bersekolah di sekolah ini.

Keadaan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah ini berjumlah 16

orang yang tediri dari satu orang kepala sekolah, tiga belas orang guru dan dua

orang Tenaga Kependidikan. Dari jumlah tersebut sembilan diantaranya status

kepegawaiannya masih wiyata bhakti.

Keadaan siswa pada tahun pelajaran 2016 / 2017 berjumlah 125 orang

berasal dari daerah kecamatan Kroya, Binangun, Nusawungu, dan Adipala karena

jarak dari sekolah ke rumah siswa cukup jauh maka siswa tersebut kebanyakan

diantar oleh orang tuanya.

A. Identitas Sekolah

a. Nama Sekolah : SLB Negeri Kroya

b. Nomor Pokok Sekolah Nasional: 20341065

c. Dasar Pendidikan/Penegrian : SK Bupati Cilacap

No. 421/301/33/TAHUN 2008


52

d. Dasar Operasional : SK Gubernur Jawa Tengah

No. 420/82 TAHUN 2016

e. Alamat Sekolah : Jalan Jenderal Sudirman Kroya,

Kecamatan: Kroya, Kabupaten: Cilacap,

Provinsi: Jawa Tengah

Telp: ( 0282 ) 494534

B. Keadaan Guru

Ijazah Guru Guru Wiyata


No Keterangan
Tertinggi Tetap Bantu Bakti
Strata 1 (S1)
1. 5 - 7
PLB
2. S1 BK - - 1
S1 BAHASA
3. - - 1
INGGRIS
S1 PEND
4. - - 1
GEOGRAFI
S1
5. - - 1
OLAHRAGA
6. S1 AGAMA - - 1
S1 PEND
7. - - 1
FISIKA
8. DII / SGPLB 2 -
9. DII / IAIG - - 1
DIII /
10. - - 1
TERAPIS
11. SMK - - 1
12. SMA - - 2
JUMLAH 7 18 25

C. Keadaan Siswa

Tahun Jumlah
No Keterangan
Pelajaran Siswa
2007 / Lulus 3 meninggal 1,
1. 71
2008 mutasi 3
2008 / Lulus 3
2. 65
2009
3. 2009 81 Lulus 4
53

/2010
4. 2010/2011 85 Lulus 9
5. 2011/2012 88 Lulus 3
6. 2012/2013 89 Lulus 10
7. 2013/2014 97 Lulus 14

8. 2014/2015 105 Lulus 7


9. 2015/2016 105 Lulus 12

10. 2016/2017 125 Lulus 10

11. 2017/2018 157 Lulus 24

12. 2018/2019 190

7. Gambaran Umum Subyek

a. Kepala Sekolah

Subyek pertama yang menjadi data Primer adalah Suharto, S.Pd

merupakan kepala sekolah SLB Negeri Kroya yang memiliki usia sekitar 60

tahun (pensiun pada bulan September 2018). Karena di SLB Negeri Kroya

kekurangan guru maka kepala sekolah dibebani mengajar 6 jam dalam

seminggu.

Dalam pelaksanaannya sebagai kepala sekolah Bapak Suharto

menjalankan kewajibannya sebagai kepala sekolah, dan menyetujui program

yang dibuat oleh guru pembimbing atau guru kelas, melakukan evaluasi

setiap semester terhadap terhadap program-program bimbingan yang telah

disetujui, dan setiap sebulan sekali mengadakan rapat komite. 55

Namun dikarenakan Bapak Suharto hendak pensiun sehingga Bapak

Suharto memberikan amanah kepada Bapak Umar Sanusi, S.Pd sebagai

waka sarana dan prasarana untuk memberikan informasi terkait SLB Negeri

55
Hasil wawancara praobservasi dengan kepala sekolah hari Senin 13 Agustus 2018,
pukul 09:15 WIB di ruang kantor kepala SLB Negeri Kroya.
54

Kroya. Bapak Umar Sanusi merupakan guru kelas 2 Tunagrahita, yang

memiliki beban mengajar selama 32 jam selama seminggu. Beliau mengajar

siswa SD kelas 2 dengan jumlah siswa 9 siswa (6 siswa laki-laki dan 3 siswa

perempuan).

“Siswa SLB Negeri Kroya secara keseluruhan sekitar 139 Siswa


SDLB, 43 siswa SMPLB dan 18 siswa SMALB, beliau mengatakan
bahwa SMALB baru berjalan 2 tahun sehingga siswanya masih
sedikit. Awalnya hanya SDLB sebelum menjadi SLB Negeri Kroya.
Masing-masing siswa terdiri dari Tunagrahita, Tungarungu wicara,
Tunadaksa, dan Autis. Akan tetapi pembagian kelas yang kurang
kondusif karena siswa yang tidak begitu banyak sehingga masih
dicampur adukan (belum dikelompokan berdasarkan penyandang
khusus). Dalam mengatasi siswa tunagrahita yang cenderung kurang
mandiri menggunakan program khusus Bina diri untuk siswa
Tunagrahita. Dan metode Bimbingan Kelompok sebagai metode
yang mempermudah penyampaian program Bina Diri.” 56

Alasan penulis memilih bapak Suharto dan subyek bantu Bapak

Umar Sanusi merupakan orang yang mengetahui dan menyetujui program-

program yang ada di SLB Negeri Kroya. Dari latar belakang tersebut,

penulis ingin mengetahui tentang informasi terkait program khusus Bina Diri

melalui bimbingan kelompok dan informasi terkait SLB Negeri Kroya.

b. Guru Pembimbing/Guru BK

Subjek primer ke 2 adalah ibu Eva Sutiana, S.Pd yang merupakan

guru kelas sekaligus guru BK di SLB Negeri Kroya. Ibu Eva merupakan

guru kelas VII C (Tunagrahita Ringan) dengan jumlah siswa sekitar 11 siswa

(6 siswa laki-laki, 5 siswa perempuan). Beliau mengajar Mata pelajaran IPS

(Ilmu Pengetahuan Sosial) dan Program Khusus Bina Diri atau Kemampuan

Merawat Diri (KMD). Beliau memiliki beban mengajar selama 40 jam

56
Wawancara dengan Bapak Umar pada hari Rabu, tanggal 10 September 2018 pukul
10:11 WIB di kantor SLB Negeri Kroya.
55

dalam seminggu. Untuk Pembelajaran KMD/ Program Khusus Bina Diri

berlangsung selama 2-3 jam pelajaran (2 x 35 menit) dalam seminggu.

Dalam pelakasanaannya menjadi guru kelas dan guru Bimbingan

Konseling, Ibu Eva mengajarkan materi sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki oleh siswanya. Dalam penerapannya menyampaikan materi program

khusus Bina Diri, beliau menggunakan metode Bimbingan Kelompok. Sebab

siswa tunagrahita memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda dan

memiliki mood yang gampang berubah (siswa mau melakakukan pengarahan

dari guru tergantung mood siswa) maka dalam kegiatan belajar ibu Eva tidak

memaksakan siswa untuk harus mengikuti perintahnya. Akan tetapi Ibu Eva

yang menyesuaikan mengikuti apa kehendak siswa. Terkadang siswa

menginginkan praktek membuat keset, makan, ataupun jalan-jalan.

Alasan peneliti memilih Ibu Eva sebagai subyek karena Ibu Eva

merupakan guru kelas/ pembimbing (mengajar Bina Diri) sekaligus guru BK

di SLB Negeri Kroya. Ibu Eva mengajarkan Prosus (Program Khusus) Bina

Diri dengan metode Bimbingan Kelompok. Sehingga dapat memudahkan

peneliti dalam memperoleh informasi. Dari deskripsi diatas penulis ingin

mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Khusus Bina Diri melalui

Bimbingan Kelompok yang diberikan kepada siswa tunagrahita dan

bagaimana hasil/evaluasi setelah Program Bina Diri dilaksanakan.

c. Siswa Tunagrahita

a. Subjek 1

Nama : Asri Erna Wijayanti

(anak ke 4 dari 4 bersaudara)

TTL : CILACAP, 2016 Maret 2002


56

Alamat : Panawareng Ayamalas, Kec. Kroya 53282

CILACAP

Agama : Islam

Kelas : 7 C Tunagrahita Ringan

Orang tua /Wali:

Nama ayah : Arjo Suwandi Ranto

Tahun lahir : 1965

Pendidikan terakhir : SD / sederajat

Pekerjaan : Petani

Nama ibu : Lasiwen

Tahun lahir : 1968

Pendidikan terakhir : SD / sederajat

Pekerjaan : Petani

b. Subjek 2

Nama : Martina Laela Nur Khasanah

(anak ke 2 dari 2 bersaudara )

TTL : Banjarnegara, 03 Maret 2005

Alamat : Jl. Madkarya RT/RW: 1/3 Nusajati Kec. Sampang

53273

Agama : Islam

Kelas : 7 C Tuna grahita ringan

Orang Tua/ Wali :

Nama ayah : Udiono

Tahun lahir : 1973

Pendidikan terakhir : SMP / sederajat


57

Pekerjaan : Petani

Nama ibu : Supinah

Tahun lahir : 1971

Pendidikan terakhir : SD / sederajat

Pekerjaan : Tidak bekerja

Asri (subyek 1) salah satu siswa yang memiliki usia 16 tahun

merupakan siswa tunagrahita ringan yang memiliki sedikit masalah dalam

akademik, sebab sampai sekarang asri tidak dapat membaca, menulis juga

masih perlu dituntun. Asri juga termasuk siswa yang pendiam, kurang

percaya diri, kurang aktif dalam kelas, manja dan moodnya seringkali tidak

baik. Tetapi ketika dirumah asri diajarkan semuanya untuk melakuakan

kegiatan sehari-hari secara mandiri. Mulai dari makan dan minum asri tidak

disuapi, mandi dan menyapu sendiri. Hingga dilatih mandiri untuk mencuci

pakaiannya sendiri terutama dari pakaian dalam. 57

Dalam hal pelaksanaannya sebagai siswa asri kurang bisa mengikuti

pelajaran yang disampaikan, karena asri seringkali melamun, dan memiliki

kendala dalam hal belajar. Asri termasuk siswa yang pendiam dan tidak

banyak berkomunkasi dengan guru atau teman sekelasnya.

Martina (subyek 2) siswa yang memiliki usia sekitar 13 tahun

merupakan siswa tunagrahita ringan yang memiliki masalah kecerdasan

yang kurang. Karena sampai sekarang martina belum begitu lancar dalam

membaca (perlu dieja). Akan tetapi martina hafal huruf alfabet dari A-Z.

Akan tetapi Martina merupakan siswa yang giat, percaya diri dan

berkomunikasi dengan baik. Ketika dirumah martina juga dilatih mandiri

57
Hasil wawancara dengan Asri dan ibu/Orangtua Asri, hari Kamis tanggal 3 Januari
2019 pukul 10:35 WIB di serambi depan Mushola SLB Negeri Kroya.
58

mulai dari hal-hal kecil, seperti makan dan minum sendiri, mandi sendiri,

hingga mencuci dan memakai pakaian dilatih untuk melakukannya sendiri. 58

Martina cukup baik dalam mengikuti pembelajaran dikelas, selain

percaya diri, martina mampu beradaptasi dengan lingkungan, mudah bergaul

dn tidak pemalu. Martina cukup giat dan rajin, ketika pembelajaran

berlangsung martina memperhatikan dengan baik, dan mau melaksanakan

apa yang diperintahkan guru.

Alasan peneliti memilih subyek Asri dan Martina adalah karena

mereka merupakan siswa tunagrahita ringan sehingga lebih mudah untuk

diajak berkomunikasi dibandingkan dengan siswa yang lain. Dari deskripsi

diatas penulis ingin mengetahui tentang kebiasaan apa saja yang masih

membutuhkan bantuan orang lain. Dan perbedaan ketika di sekolah dan

dirumah.

B. Implementasi Bina Diri Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Tunagrahita

SMPLB di SLB Negeri Kroya

Dari hasil pengumpulan data yang peneliti lakukan dengan metode

wawancara, observasi, dan dokumentasi yang peneliti lakukan kepada kepala sekolah,

guru pembimbing, orang tua siswa serta siswa Tunagrahita ringan, peneliti dapat

menyajikan data dalam bentuk deskripstif yang menggambarkan pembelajaran Bina

Diri melalui Bimbingan Kelompok di SLB Negeri Kroya. Dari hasil pengumpulan

data yang peneliti lakukan dapat diperoleh sebagai berikut:

1. Metode Bimbingan Kelompok pada pembelajaran Bina diri

58
Hasil wawancara dengan Martina dan Ibu/Orangtua Martina, hari Kamis tanggal 3
Januari 2019, pukul 10:35 WIB di serambi depan mushola SLB Negeri Kroya.
59

Upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar peserta didik anak

dalam pembelajaran Bina Diri diantaranya dapat dilakukan melalui perbaikan

proses pembelajaran. Dalam perbaikan proses pembelajaran ini peran guru sangat

penting, yaitu menetapkan metode yang tepat. Sesungguhnya mengajar

hendaknya dilakukan dengan metode pembelajaran atau cara yang efektif agar

diperoleh hasil yang lebih baik.59

“Disini itu penerapan Bina Diri melalui Bimbingan Kelompok karena


tujuan awal Bina Diri adalah memecahkan permasalahan kemandirian
siswa khususnya tunagrahita, sedangkan tujuan Bimbingan Kelompok
merupakan membantu peserta didik memecahkan permasalahan yang ada
dan yang sedang dihadapi oleh siswa khususnya tunagrahita. Jadi metode
layanan Bimbingan Kelompok kami terapkan dalam program khusus
Bina Diri dengan harapan untuk memudahkan penyampaian, dan agar
program berjalan dengan efektif dan efisien.”60

Di SLB Negeri Kroya penerapan program khusus Bina Diri dibutuhkan

metode dan pendekatan khusus sehingga pesan dan tujuan program Bina Diri

dapat tercapai dengan baik. Penerapannya yakni melalui Bimbingan Kelompok

hal ini diharapkan untuk memudahkan dalam penyampaian dan sekaligus

memantau siswa yang mengalami kesulitan dalam lingkup Bina Diri.

Sebagaimana tujuan Bimbingan Kelompok adalah memecahkan permasalahan

yang dialami oleh peserta didik.

Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bina Diri

seperti metode ceramah, metode simulasi, metode tanya jawab, metode

demonstrasi, meode karyawisata, dan metode latihan. 61

“Pada prosus Bina Diri itu kan berbagai macam metode, seperti
karyawisata, diskusi, simulasi dan lainya. Tapi pada penerapan Bina Diri
di sekolah ini kami terapkan dengan metode layanan Bimbingan
Kelompok. Bimbingan kelompok itu kan suatu layanan untuk

59
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus, (Jakarta: PT. Luxima Metro Media, 2013), hlm. 84.
60
Wawancara dengan bapak Umar pada hari rabu tanggal 5 September 2018, pukul
09:45 WIB di ruang kelas SLB Negeri Kroya.
61
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri, ............, hlm.96, 97, 98.
60

memecahkan permasalahan individu secara kelompok. Fungsinya hampir


sama dengan simulasi, dan simulasi itu suatu usaha pemecahan masalah.
Ada juga metode karya wisata dan ceramah dilakukan hanya ketika siswa
bosan dengan pelajaran yang monoton, karena pada dasarnya mood siswa
sering kali berubah-ubah. Sedangkan metode diskusi, metode latihan,
metode simulasi, dan metode demonstrasi ini ada kaitannya termasuk
dalam Bimbingan Kelompok. Jadi hal ini cukup memudahkan dan
diharapkan menjadikan pembelajaran menjadi efektif dan efisien.”62

Penggunaan metode Bimbingan Kelompok diharapkan memudahkan

pembelajaran Bina Diri yang dalam penyampaiannya berkaitan dengan metode

simulasi, metode diskusi, metode demonstrasi, dan metode latihan.

Topik-topik yang dibahas dalam layanan bimbingan kelompok baik topik

bebas maupun topik tugas dapat mencakup bidang-bidang pengembangan

kepribadian, hubungan sosial, penndidikan, karier, kehidupan berkeluarga,

kehidupan beragama, dan lain sebagainya. Topik pembahasan bidang-bidang di

atas dapat diperluas ke dalam sub-sub bidang yang relevan. Misalnya

pengembangan bidang pendidikan dapat mencakup masalah cara belajar,

kesulitan belajar, gagal ujian, dan lain sebagainya. 63

Penggunaan metode Bimbingan Kelompok merupakan salah satu cara

untuk memudahkan guru dalam menyampaikan pesan kepada peserta didik.

Topik Bimbingan Kelompok yang digunakan merupakan topik tugas. Dimana

guru memberi tugas kepada salah satu siswa untuk mempraktekan meteri Bina

Diri yang diminta. Kemudian yang lain bisa saling memberi pendapat dan

melihat sehingga mampu mengikuti sebagaimana yang dilakukan oleh temannya.

Resume Program Khusus Bina Diri

Bentuk layanan : Bimbingan Kelompok

62
Wawancara dengan ibu Eva pada hari jum’at tanggal 16 November 2018, pukul 08:30-
pukul 11:00 WIB di ruang kelas SLB Negeri Kroya.
63
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 172-173.
61

Guru Pendaping : Eva Sutina, S.Pd.

Sasaran (Anggota) : Siswa Tunagrahita kelas 2 SMPLB SLB Negeri Kroya

(sekitar 7 siswa Tunagrahita Ringan dan Sedang)

Lingkup pembicaraan:

Sifat topik : Topik tugas

Topik yang dibahas : “Upaya kemandirian siswa dalam Prosus Bina Diri

Isi Bahasan : Pemberian materi Bina Diri dan prakteknya

Masalah yang muncul:

a. Tunagrahita ringan :

1. As merasa kesulitan mengenakan pakaian dan perlu bantuan

Kuku AS panjang (tidak menginginkan dipotong)

Pendiam (kurang aktif) suka melamun.

2. Mt dalam mengenakan pakaian berkancing masih kurang rapih

(mengenakan kancing tidak sejajar)

Pelupa, sehingga hari ini bisa besok kembali kurang paham.

b. Tunagrahita sedang

1. Nd suka menyendiri (sulit berkelompok)

Perlu pengulangan untuk memberikan contoh.

2. Rk menggunakan tangan kiri ketika makan.

3. Ind menggunakan pisau dengan tangan kiri

(kendala yang dialami Siswa yang lain dan pada umumnya yaitu mood)

Setelah masing-masing anggota /siswa dimintai mempraktekan

mengenakan baju, guru meminta penilaian anggota yang lain “apakah ini sudah
62

benar atau belum?” serentak ada yang menjawab “belum bu” kemudian guru

memintai dia untuk memberikan contoh yang benar, dan memintai kembali

diulang kepada peserta yg pertama. “kalau begini apakah sudah betul?” diantara

mereka menjawab “iya bu begitu”. “pintar kalian, tapi ini dirapihkan ya”.

Diantara mereka saling memberi tahu kesalahan dari yang dipraktekan

oleh temannya. Dari hal tersebut maka terlihat bahwa perlu adanya pengulangan

dalam memberi pembelajaran. Dan perlu adanya contoh yang benar agar bisa

mengikutinya. Karena tidak semuanya mudah memahami dengan satu kali

pemberian materi. Dan tidak semuanya mampu mandiri jika tanpa bantuan orang

lain, beberapa diantara mereka masih perlu bimbingan dan bantuan dari orang

sekitar.

Masalah pertama yang dihadapi As, guru mengatasinya dengan:

 Membantu memakaikannya, kemudian Memintakan temannya untuk

memberikan contoh yang benar. Dan meminta kembali mengulang memakai

baju sendiri.

 selalu mengajaknya berbicara agar tidak diam dan melamun.

 ketika kukunya yang panjang tidak mau dipotong, guru mencoba meminta

bantuan teman As untuk memotongkan kukunya. Memberi nasihat agar

kukunya mau dipotong.

Masalah ke 2 yang dhadapi Mt, soluisiuntuk mengatasinya:

 Meminta teman yang lain agar jangan menertawakan ketika temannya salah,

akan tetapi tunjukan yang benar.

 Dalam memakai baju yang masih salah dalam memakaikan kancing baju

sehingga memintanya untuk dilepas kembali dan diulang sampai benar.

Mengatasi masalah ke 3 yang dihadapi Nd:


63

 Jangan paksakan jika siswa tidak menghendakinya, meminta teman-

temannya yang lain untuk berkelompok di tempat Nd.

 Contohkan berulang-ulang dan memintanya mmpraktekan sendiri hingga

paham.

Mengatasi masalah Rk dan Ind:

 Memintanya melihat temannya yang benar dalam menggunakan sendok dan

makan yang benar.

 Mempraktekan sendiri setelah melihat temannya

 Diminta berhati-hati ketika dirinya tidak mau diajarkan dengan tangan

kanan.

 Melihat teman yang lain menggunakan pisau dengan tangan kanan.

(mood siswa memang tidak bisa dipaksakan tapi untuk mengatasi hal demikian

guru tidak memaksakan siswa untuk melakukannya. Tp dengan melihat temannya

akan timbul ketertarikan sehingga mau melakukannya)

Dari pembelajaran Bina Diri melalui bimbingan kelompok tersebut

memiliki segi positif yang dapat dipetik yaitu, contoh yang benar dari teman bisa

ditiru oleh teman yang belum bisa, dan pendapat teman yang lain dapat

membenarkan atau meluruskan kesalahan.

2. Hasil Implementasi Bina Diri melalui Bimbingan Kelompok

Kemampuan anak tunanetra, tunagrahita, tunadaksa, dan autis berbeda

satu dengan yang lainnya bergantung tingakt kelainan masing-masing dari anak

tersebut. Inilah yang menjadi acuan bagaimana pemberian layanan Bina Diri,
64

artinya layanan pendidikan Bina Diri pada setiap individu akan berbeda, baik

kedalaman materi yang dibutuhkan maupun metode dalam pelaksanaanya. 64

“Kemampuan anak dalam menerima dan mengaplikasikan apa yang telah


dipelajarinya berbeda-beda, selain klasifikasinya yang beraneka macam
dan kecerdasannya yang kurang, mood yang berubah-ubah juga
seringkali menjadi pengaruh dalam kemampuan anak. Akan tetapi
program ini tidak mempengaruhi bagi kelulusan atau kenaikan siswa.
Program ini hanya untuk memudahkan dan membantu siswa
mendapatkan pedoman agar mampu dalam melakukan sendiri
aktivitasnya ketika disekolah, dirumah atau dimasyarakat.” 65

Klasifikasi siswa tunagrahita berbeda-beda seperti tunagrahita ringan,

tunagrahita sedang dan tunagrahita berat. Akan tetapi di SLB Negeri Kroya hanya

melayani siswa tunagrahita ringan dan sedang. Karena pada dasarnya tunagrahita

berat sulit ketika harus di satukan dengan tunagrahita ringan dan sedang. Setiap

siswa kecerdasan dan kemampuan menangkap pembelajaran yang baru

dipelajaripun bermacam-macam. Bertambah lagi ketika mood yang sering kali

berubah-ubah kadang menyulitkan anak dalam mengikuti pembelajaran.

Dalam penyampaian program khusus Bina Diri ibu eva menggunakan

metode bimbingan kelompok, bimbingan kelompok sering diartikan sebagai

upaya untuk membimbing kelompok-kelompok siswa agar kelompok tersebut

menjadi besar, kuat dan mandiri. 66 Bimbingan kelompok yang dilakukan ibu eva

adalah dengan cara membuat kelompok-kelompok kecil yang dibagi sesuai

dengan tingkat kemampuan peserta didiknya. Tujuannya agar guru bisa lebih

mudah memberikan materi kepada anak tunagrahita.

Anak tunagrahita seringkali mengalami kesulitan dalam “Adaptive

Behavior” atau penyesuaian perilaku yang berarti anak tunagrahita tidak dapat

64
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri, ............, hlm. 3.
65
Wawancara dengan ibu Eva pada hari jum’at tanggal 16 November 2018, pukul 08:30-
pukul 11:00 WIB di ruang kelas SLB Negeri Kroya.
66
Prayitno. Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok(Dasar dan Profil). (Jakarta:
Ghalia Indonesia. 1995). Hlm. 61
65

mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard) kemandirian dan

tanggung jawab sosial, selain itu juga mengalami masalah dalam keteramilan

akademik dan partisipasi dengan kelompok usia sebaya. 67

Dari hasil pengamatan implementasi bina diri melalui bimbingan

kelompok dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam

perkembanagan kemadiriannya, dan tidak dapat mencapai kemandirian yang

sesuai dengan ukuran (standard).

Hasil yang dicapai dari permasalahan yang muncul:

a. Masalah As, Mt, Nd, Rk, dan Ind

Dalam implementasi bina diri melalui bimbingan kelompok siswa

dapat mengetahui benar dan salah yang dilakukannya. Sehingga siswa

mampu membenarkan atas kesalahannya. Pada dasarnya mereka mampu

menunjukan kemandiriannya, tetapi jika dibantu telebih dahulu, dituntun dan

ditunjukan yang benar. Karena diantara mereka banyak yang masih kurang

percaya diri. Sebenarnya mereka bisa melakukannya akan tetapi karena

kurang percaya diri, menjadikan dirinya ragu-ragu dalam melakukannya.

Takut salah sehingga perlu dibimbing terus menerus. Melalui bimbingan

kelompok mereka juga saling berinteraki sehingga mereka mampu

mengeluarkan pendapatnya.

b. Tindak lanjut

Perlu adanya pembelajaran yang continue dan dilakukan secara rutin

hal ini dikarenakan agar siswa mampu memulihkan ingatan kemarin

sehingga dapat mengatasi permasalahan bagi siswa yang pelupa. Perlu

adanya pengulangan hingga siswa mampu melakukannya sendiri tanpa

67
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri, .............., hlm. 76.
66

bantuan orang lain khususnya hal yang seharusnya dilakukan sendiri. Baik

disekolah dirumah maupun dilingkungan masyarakat. Karena pada dasarnya

tujuan awal pembelajaran bina diri adalah diharapkan siswa bisa mandiri

dalam melakukan aktivitas kesehariannya tanpa ketergantungan dengan

orang lain.

Untuk memperkuat hasil pengamatan berikut rincian hasil pengamatan:

Dikelas As adalah orang yang pendiam (sedikit berbicara) kurang aktif

dikelas, sehingga As masih kurang dalam perkembangan kemandiriannya. Ketika

pembelajaran Bina Diri berlangsung As mau berkelompok dan mendengarkan

guru dan teman-temannya, tetapi As cenderung berdiam dan melamun. setiap kali

guru memerintah untuk melakukan tugas yang tidak diinginkan, akan

menolaknya misalnya: As menolak untuk memotong kuku. Mood As yang sering

tidak baik membuat kemandirian As masih bergantung pada orang lain. Selain

disekolah As jika dirumah juga didukung dan dilatih untuk melakukan aktivitas

kesehariannya sendiri.

“ketika dirumah As ya pendiam tetapi saya selalu mengajaknya berbicara


agar dia tidak melamun. Seringkali saya ajarkan mencuci terutama
pakaian dalam, biar kedepannya asri tidak ketergantungan, dan saya ingin
As bisa sukses walaupun keterbatasannya, tidak dengan kecerdasannya
mungkin bisa melalui bakatnya. As pernah bercerita cita-cita As sebagai
seorang perawat, dia ingin membahagiakan saya, karena faktor cacian
dari orang-orang yang merendahkannya.”68
Mt merupakan seorang yang memiliki kepercayaan diri yang baik dia

mampu bersosialisasi dengan teman-teman disekitarnya. Mampu bergaul,

beradaptasi, dan berkomunikasi dengan baik. Akan tetapi dalam segi kemandirian

Mt masih butuh bantuan belum sepenuhnya melakukan sendiri. Dalam

pembelajaran Bina diri Mt memperhatikan apa yang disampaikan guru dan

68
Hasil wawancara dengan Orang tua Asri pada hari Kamis, tanggal 3 Januari 2019, di
halaman mushola SLB Negeri Kroya.
67

memahami apa yang dicontohkan oleh temannya. Mt cukup baik dalam

mengikuti kegiatan belajar, mau ditunjuk untuk memberikan contoh kepada

teman-temannya. Misalnya diperintah untuk mencontohkan cara mengancing

baju, kemudian menyapu merapihkan tempat tidur.

“Mt kalau dirumah ya cukup mandiri, tapi Mt orangnya pelupa. Apa yang
dipelajari hari ini sampai rumah lupa. Mt bisa dibilang rajin anaknya dia
mau melakukan aktivitas sehari-hari dari makan mandi sendiri, menyapu
kalau disuruh terkadang ya mau melakukannya sendiri. Selain itu juga
terkadang mencuci baju sendiri terutama pakaian dalam.”69

Dapat disimpulkan bahwa tunagrahita ringan terlihat seperti orang

normal pada umumnya. Tunagrahita ringan masih mau dan mampu untuk

berkelompok, akan tetapi mood yang seringkali mempengaruhi aktivitas

belajarnya. Sedangkan tunagrahita sedang lebih sulit dalam bersosial, dan

berkelompok. Aspek kemandiriannya tergantung pada pribadi individu.

Kemandirian dalam kemampuan merawat diri, mengurus diri, menolong diri

tidak cukup dilakukan satu kali, dalam artian perlu adanya pengulangan dalam

pembelajaran, yang dilakukan secara rutin.

“Jangka waktu yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian siswa


tidak diukur dengan waktu, akan tetapi pelatihan yang terus menerus,
dan bertahap. Kemandirian siswa juga tidak mempengaruhi kenaikan dan
kelulusan siswa. Hal ini hanya sebagai tolak ukur perkembangan
mengenai kemandirian siswa dalam program khusus Bina Diri bukan juga
ketidak berhasilan metode yang diterapkan akan tetapi ini hanya sebagai
pedoman siswa agar kelak siswa mampu mandiri sesuai perkembangan
waktu, dan metode Bimbingan Kelompok memudahkan saya dalam
mengajar. Yang akan dievaluasi setiap setelah UAS atau UTS, dengan
penggabungan nilai-niali tugas”70

Disamping itu ada beberapa prinsip pembelajaran Bina Diri dalam

metode pembelajaran diantaranya: Kesesuaian metode pembelajaran dengan: 1)

69
Hasil wawancara dengan Orang tua Martina, hari Kamis, tanggal 3 Januari 2019, di
halaman mushola SLB Negeri Kroya.
70
Wawancara dengan ibu Eva pada hari jum’at tanggal 16 November 2018, pukul 08:30-
pukul 11:00 WIB di ruang kelas SLB Negeri Kroya.
68

tujuan pembelajaran, 2) materi pembelajaran, 3) kemampuan guru, 4) kondisi

siswa, 5) kesesuaian dengan sumber dan fasilitas yang tersedia, 6) situasi kondisi

pembelajaran, 7) dan waktu yang tersedia. 71 Mengenai kesesuaian hasil yang

didapat dari observasi sebagai berikut:

a. Kesesuaian metode yang digunakan dengan tujuan pembelajaran

Permasalahan yang terlihat adalah tentang kemandirian dalam

melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan demikian diberi program

khusus Bina Diri untuk mengatasinya. Dan menggunakan metode

Bimbingan Kelompok yang digunakan bertujuan untuk memecahkan

permaslahan individu secara kelompok yang didalamnya mencakup metode

yang sesuai dengan Bina Diri meliputi metode simulasi, metode latihan,

metode diskusi, dan metode demonstrasi. Pembelajaran yang dilakukan

sesuai dengan tujuan dan metode yang dipilih. Sehingga pembelajaran Bina

Diri yang dilakukan dapat berjalan efektif.

b. Kesesuaian metode dengan materi pembelajaran

Materi Bina Diri seperti merawat diri, mengurus diri, menolong diri,

berkomunikasi, bersosialisasi/adaptasi, keterampilan hidup, dan mengisi

waktu luang. hal tersebut membutuhkan lingkup kelompok semua. Sehingga

sesuai jika dilakukan dengan metode Bimbingan Kelompok.

c. Kesesuaian metode dengan kemampuan guru

Guru yang berkualitas harus mampu menjadi demonstrator, artinya

guru menguasai bahan atau materi pembelajaran yang akan disampaikan

serta selalu mengembangkan dan meningkatkan dalam hal ilmu yang

dimilikinya, karena hal ini akan menentukan hasil prestasi yang dicapai oleh

71
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri, ............, hlm. 95-96.
69

siswa. Di SLB Negeri Kroya guru mampu menyesuaikan kondisi siswa, dan

mampu memahami karakter siswa, dan tidak memaksakan kehendak siswa,

pengembangan dan peningkatan dalam hal ilmu yang akan disampaikan

dilakukan setelah evaluasi.

d. Kesesuaian metode dengan kondisi siswa

Di SLB Negeri Kroya hanya melayani siswa tunagrahita ringan dan

sedang, atau tunagrahita mampu latih dan mampu didik. Sehingga ini

memungkinkan guru menyampaikan metode yang dipilih dalam

penyampaiannya pada pembelajaran Bina Diri. Pada dasarnya siswa tersebut

masih mampu melakukan perintah dan mampu memahami apa yang

disampaikan guru meski terkendala oleh keterbatasan kecerdasannya, dan

mood siswa.

e. Kesesuaian metode dengan fasilitas yang tersedia

Ketersediaan fasilitas yang disediakan oleh sekolah masih kurang

memadai membuat siswa kesulitan dalam mempraktekan langsung dalam

mengikuti pembelajaran Bina Diri khususnya. Seperti halnya siswa sering

lupa membawa alat pribadi ketika diperintah guru pada hari sebelumnya

misalnya: pasta gigi dan sikat gigi. Peralatan pendukung bina diri yang

disediakan meliputi: baju, selimut, sprei, sapu lantai, sapu lidi, pel, sabun

cuci piring, kompor, air, pisau, korek api. Dll.

f. Kesesuaian metode dengan situasi kondisi pembelajaran

Situasi Pembelajaran di SLB Negeri Kroya kurang kondusif yang

disebabkan pengelompokan yang masih dicampur antara kelas tunagrahita

ringan dan kelas tunagrahita sedang. Yang pada dasarnya siswa tunagrahita

sedang sulit jika untuk berkelompok. Kemudian kendala lain yaitu siswa
70

yang tidak selalunya setiap hari berangkat sekolah. Hal ini menyulitkan guru

dalam mengembangkan kemandirian siswa. Adapun faktor yang lain yaitu

ketika mood siswa berubah, terkadang siswa enggan mengikuti pembelajaran

dna menginginkan bermain dengan teman-temannya.

g. Kesesuaian metode dengan ketersediaan waktu

Di SLB Negeri Kroya waktu aktif sekolah hanya 5 hari, dari hari senin

hingga jum’at. Pembelajaran berlangsung dari jam 07:30 hingga jam 12:00/

jam 13:00 dan jam 11:00 jika hari jum’at. Waktu yang disediakan

pembelajaran Bina Diri berlangsung 2jam (2x 35 menit) dalam seminggu.

Waktu yang digunakan untuk metode ini dalam penyampaiannya tidak perlu

lama-lama dalam mengajar siswa tunagrahita, yang terpenting adalah sering

dan berjalan secara continue agar siswa tidak mudah bosan dan paham apa

yang disampaikan guru. Dan baisanya diadakan evaluasi setelah UAS atau

UTS, untuk mengetahui tingkatan hasil prestasi siswa dalam kemempuan

kemandiriannya.

3. Materi Program khusus Bina Diri

Adanya program Bina Diri diberikan kepada anak berkebutuhan khusus

agar mereka mampu dan tidak bergantung pada orang lain, serta dapat

menumbuhkan rasa percaya diri dan mampu bersosialisasi dengan lingkungannya

serta menjadi bekal dalam kehidupannya dimasa yang akan datang. Program Bina

Diri mencakup beberapa hal yang berhubungan dengan kepentingan anak dalam

kehidupan sehari-hari seperti: kebutuhan merawat diri, kebutuhan mengurus diri,

kbutuhan menolong diri, kebutuhan komunikasi, kebutuhan sosialisasi,

kebutuhan keterampilan hidup, kebutuhan mengisi waktu luang. 72

72
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri, ............, hlm. 57, 2.
71

a. Merawat diri

Mengurus atau merawat diri merupakan hal yang sangat penting

dikuasai oleh anak. karena dalam kehidupannya, anak tidak mungkin

selamanya harus dibantu oleh orang lain. Dengan demikian, pendidikan anak

berkebutuhan khusus salah satunya diarahkan agar anak mampu mengurus

diri sendiri dan hidup mandiri di masyarakat. Untuk melatih anak tunagrahita

pada sekolah luar biasa adalah termasuk mata pelajaran bina diri. Melalui

pembelajaran Bina diri, diberikan pendidikan dan bimbingan khusus untuk

mengembangkan kemampuan yang masih meraka miliki, sehingga

ketergantungan anak tunagrahita pada orang lain bisa dikurangi atau

dihilangkan. Pembelajaran Bina diri ditujukan untuk membina atau

membantu diri anak didik dalam kehidupan sehari-hari.73 Merawat diri yang

diajarkan oleh guru (ibu eva) di SLB Negeri Kroya seperti :

“Merawat diri itu keterampilan menggunakan alat-alat dan fungsinya


seperti alat makan dan minum dan bagaimana penggunaanya serta
bagaimana makan dan minum yang baik. Kebersihan diri seperti
keterampilan menggunakan alat mandi, gosok gigi, menyisir rambut,
memotong kuku”74

Untuk memepermudah pemahaman siswa dari keterampilan yang

diberikan oleh guru pembimbing “Ibu Eva” kegiatan Bina Diri dapat

dipraktekan langsung dari bagaimana cara makan yang baik, menggosok

gigi, menyisir rambut, dan memotong kuku serta bagaimana cara

menggunakan alat tersebut. Terkecuali mandi tidak dipraktekan secara

langsung.

b. Mengurus diri

73
Saptunar, Meningkatkan Keterampilan Menyetrika Pakaian Anak Tunagrahita Sedang,
(jurnal ilmiah pendidikan khusus, januari 2012) No.1, Vol.1,
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu, hlm. 102-103.
74
Wawancara dengan ibu Eva pada hari jum’at tanggal 16 November 2018, pukul 08:30-
pukul 11:00 WIB di ruang kelas SLB Negeri Kroya.
72

Kebutuhan mengurus diri adalah kebutuhan anak tunagrahita untuk

mengurus dirinya sendiri, baik yang bersifat rutin maupun insidentil,

sebagai bentuk penampilan pribadi. 75 Materi mengurus diri yang di

sampaikan oleh Bu Eva seperti:

“Kalau mengurus diri itu ya keterampilan mengunakan alat dan


fungsinya seperti peralatan berhias. Misalnya cara berpakaian, cara
mengancing baju dan melipat baju, ada juga yang suka berhias
dengan mengenakan jilbab yang dimodel-model meniru orang lain.”
76

Dalam memakai pakaian ada bermacam-macam pakaian misal kaos

terkadang siswa terbalik antara yang depan dan belakang, dan pakaian

berkancing terkadang menyusun kancing yang keliru. Dalam hal berhias

juga bermacam-macam ada yang suka bermake up, ada yang suka berjilbab

dengan meniru model orang, mengenakan ciput (daleman jilbab).

c. Menolong diri

Kebutuhan menolong diri diperlukan oleh anak tunagrahita untuk

mengatasi berbagai masalah yang sangat mungkin dihadapi oleh anak dalam

aktivitas kehidupannya sehari-hari.77 Materi menolong diri yang

disampaikan oleh Ibu Eva seperti:

“Sedangkan menolong diri itu termasuk kemampuan dalam


menghindari dan mengendalikan diri dari bahaya, misalnya
keterampilan menggunakan pisau dalam memotong atau mngupas
buah, memasak bagaimana menyalakan dan menghindari diri dari
api. Adapun melakukan kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan
dirumah keterampilan menggunakan alat tidur dan alat kebersihan
seperti: memasang sprei, mencuci baju, mencuci piring, melipat

75
Atang setiawan, Program Kebutuhan Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita Ringan dan
Sedang, (Cipanas: Diklat Bina Diri, 2010), hlm. 3.
76
Wawancara dengan ibu Eva pada hari jum’at tanggal 16 November 2018, pukul 08:30-
pukul 11:00 WIB di ruang kelas SLB Negeri Kroya.
77
Atang setiawan, Program Kebutuhan Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita Ringan dan
Sedang,............., hlm. 4.
73

selimut, merapihkan tempat tidur, untuk keterampilan alat


kebersihan seperti menyapu dan ngepel.” 78

Keterampilan menolong diri seperti keterampilan dalam

menghindari diri dari benda tajam yang dipraktekan adalah mengupas ubi,

memasak pisang krispi. Kemudian melipat baju yang masih belum rapih ada

juga yang hanya menggulungnya, menggantungkan baju, kesadaran akan

kebersihan yang kurang meskipun menyapu hal yang sepele mereka

terkadang malas, apalagi jika hampir jam pulang.

d. Kebutuhan berkomunikasi

Manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari dituntut kemampuan

komunikasi tidak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus karena

komunikasi merupakan sarana yang paling penting dalam mengungkapkan

keinginan dan memahami apa yang disampaikan orang lain. 79 Seperti

pendapat ibu Eva mengenai komunikasi:

“Komunikasi itu kemampuan mengungkapkan keinginannya,


memahami apa yang disampaikan guru, temannya dan orang lain,
mau mendengarkan percakapan orang lain, serta memahami simbol-
simbol yang ada dilingkungan sekitar seperti tanda lau lintas, tanda
toilet pria wanita.”80

Sebagaimana keterampilan komunikasi ini merupakan keterampilan

yang penting agar siswa mampu memahami dan mau menyampaikan

keinginannya, mau mendengarkan dan mempu memahami pendapat atau

nasehat orang lain dan memahami simbol-simbol lingkungan sekitar.

e. Kebutuhan bersosialisasi dan Adaptasi

78
Wawancara dengan ibu Eva pada hari jum’at tanggal 16 November 2018, pukul 08:30-
pukul 11:00 WIB di ruang kelas SLB Negeri Kroya.
79
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri, ............, hlm. 64.
80
Wawancara dengan ibu Eva pada hari jum’at tanggal 16 November 2018, pukul 08:30-
pukul 11:00 WIB di ruang kelas SLB Negeri Kroya.
74

Kemammpuan bersosialisasi dan adaptasi merupakan interaksi

dengan lingkungan sekitar. 81 Seperti yang dikatakan oleh ibu Eva:

“Bersosialisasai dan adaptasi kemampuan berinteraksi dengan


lingkungan sekitar sepreti bermain dengan teman, melakukan kerja
sama, menolong, menghargai pendapat orang lain.” 82

Kemampuan bersosialisasi ini secara tidak langsung merupakan

kegiatan berkelompok seperti metode yang digunakan dalam penerapan

program Bina Diri, hal ini memudahkan siswa sambil belajar Bina diri

menerapkan dan menerapkan keterampilan bersosialisasi.

f. Keterampilan hidup

Keterampilan hidup adalah kemampuan dalam mengatur dan

menggunakan uang, belanja dan mengatur hasil pembelanjaan, selain itu

harus didukung dengan kemampuan mendapatkan penghasilan. 83

“keterampilan hidup itu keterampilan mengelola keuangan, dimana


saya ajarkan sesuai dengan program bina diri sperti keterampilan
membuat keset, keterampilan menari hal ini bisa dijadikan sebagai
pedoman dalam bakat minat seseorang, sehingga kelak siswa
mempunyai masa depan melalui bakatnya.” 84

Jenis keterampilan tersebut meliputi kerajinan tangan, pertukangan

sederhana, menjahit, pertanian, perbengkelan, dan tata boga. Namun hal

tersebut disesuaikan dengan kondisi siswa.

g. Kebutuhan mengisi waktu luang

Keterampilan megisi waktu luang adalah waktu sisa setelah

menyelesaikan kegiatan sehari-hari.

“Memanfaatkan waktu luang itu seperti adanya senam pagi setiap


hari jum’at jam 07:00-08:30”

81
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri, ............, hlm. 65.
82
Wawancara dengan ibu Eva pada hari jum’at tanggal 16 November 2018, pukul 08:30-
pukul 11:00 WIB di ruang kelas SLB Negeri Kroya.
83
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri, ............, hlm. 66
84
Wawancara dengan ibu Eva pada hari jum’at tanggal 16 November 2018, pukul 08:30-
pukul 11:00 WIB di ruang kelas SLB Negeri Kroya
75

Senam yang dilakuakan rutin setiap hari jum’at pagi akan membuat

siswa rileks dan mengisi kekosongan waktu.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada subyek dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Implementasi Bina Diri melalui Bimbingan Kelompok pada siswa

Tunagrahita di SMPLB Negeri Kroya Topik yang digunakan merupakan

topik jenis tugas meliputi materi Bina Diri tentang: mengurus diri,

merawat diri, menolong diri, kebutuhan komunikasi, sosialisasi dan

adaptasi dengan lingkungan, keterampilan hidup, dan kebutuhan mengisi

waktu luang. Bina Diri melalui Bimbingan Kelompok tersebut dipimpin

oleh pembimbing atau Guru BK, hal ini dikarenakan guru pembimbing

lebih memahami karakter siswa, kesulitan dan hambatan siswa dalam

menerima program khusus Bina Diri yang diberikan. Permasalahan yang

muncul yaitu terkait kemandirian, kepercayaann diri, ingatan lemah dan

mood. Harapannya dengan bimbingan ini dapat memecahkan

permasalahan yang ada dan mereka mampu melakukan kegiatan yang

harus dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain, seperti makan minum,

mandi, mengenakan baju, dan sebagainya, baik di sekolah, di rumah,

maupun dilingkungan masyarakat.

2. Hasil implementasi bina diri melelui bimbingan kelompok meliputi: a)

Kemandirian siswa tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Kroya setelah

dilakukan Bina Diri melalui Bimbingan Kelompok yaitu tidak sekaligus

76
77

siswa dapat mandiri setelah mendapatkan satu kali program khusus Bina

Diri, akan tetapi pembelajaran Bina Diri perlu dilakukan secara bertahap,

membutuhkan waktu yang berulang-ulang (Continue) dan perlu adanya

pengawasan. Dan tidak akan mempengaruhi prestasi siswa, kenaikan kelas

atau kelulusan siswa, apabila siswa belum mandiri. Hal ini dilakukan

secara Continue sehingga siswa lebih paham dan memulihkan ingatan

kembali pembelajaran yang telah dipraktekan. b) Melalui bimbingan

kelompok dapat memecahkan permasalahan diri mereka dengan dapat

mengetahui benar dan salah yang dilakukannya. Siswa yang belum

mandiri dalam hal berpakaian bisa dicontohkan oleh temannya yang sudah

bisa, sehingga siswa mampu membenarkan atas kesalahannya. Pada

dasarnya mereka mampu menunjukan kemandiriannya, tetapi jika dibantu

telebih dahulu, dituntun dan ditunjukan yang benar. Karena diantara

mereka banyak yang masih kurang percaya diri. Sebenarnya mereka bisa

melakukannya akan tetapi karena kurang percaya diri, menjadikan dirinya

ragu-ragu dalam melakukannya. Takut salah sehingga perlu dibimbing

terus menerus. c) Melalui bimbingan kelompok juga saling berinteraksi,

sehingga mereka mampu bertukar pendapat. Dimana ini adalah tujuan agar

siswa beradaptasi dengan lingkungannya.


78

B. Saran

1. SLB Negeri Kroya

Mengingat pentingnya Bina Diri melalui Bimbingan Kelompok bagi

setiap individu untuk meningkatkan kemandirian individu, maka Program

khusus Bina Diri melalui bimbingan kelompok dapat dimaksimalkan.

Kesulitan yang dihadapi penyandang tunagrahita sedang adalah sulit

berkumpul maka sebaiknya penyandang tunagrahita ringan diarahkan

untuk mengikuti berkumpul bersama penyandang tunagrahita sedang agar

bina diri melalui bimbingan kelompok dapat berjalan dengan efektif dan

efisien.

2. Peserta didik/ siswa SLB Negeri Koya

Khususnya penyandang tunagrahita baik ringan maupun sedang

alangkah baiknya jika selalu mengikuti program khusus Bina Diri melalui

bimbingan kelompok secara rutin dan berkala sebab program khusus Bina

Diri hanya dilakukan seminggu sekali 2jam pelajaran (2x45 menit).

Sehingga dapat mengoptimalkan kemandirian dan mengurangi

ketergantungan terhadap orang lain. Memanfaatkan waktu yang ada untuk

selalu berusaha belajar. Harus lebih bisa mengendalikan moodboster, agar

belajar tidak harus mengikuti mood.

3. Program studi Bimbingan dan Konseling Islam

Dari pihak program studi Bimbingan dan Konseling Islam

diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang luas terhadap

mahasiswanya mengenai Bimbingan Kelompok di sekolah-sekolah,


79

khususnya Sekolah Luar Biasa dan penanganannya. Agar mahasiswa

lebih memiliki pengetahuan tentang bmbingan kelompok yang ada di

SLB. Dan memahami karakter serta hambatan/ kesulitan siswa, sehingga

mahasiswa mampu menangani dengan tepat terhadap siswa/ kliennya.

4. Untuk Penelitian Selanjutnya

Mengenai penelitian yang berkaitan dengan skripsi ini, penelitian

selanjutnya diharapkan bisa melakukan penelitian tentang peran orangtua

dalam penanganan proses belajar di SLB Ngeri Kroya atau penelitian

tentang penerimaan diri orang tua terhadap anak penyandang Luar Biasa

di SLB Negeri Kroya.

C. Kata Penutup

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala rahmat dan

karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Dalam

penyusunan skripsi ini, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, sesuai

dengan kemampuan yang penulis miliki. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang

membangun sangat diharapkan, demi perbaikan dan penyempurnaan tulisan

ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal dan Alief Budiyono. 2010. Dasar-dasar Bimbingan dan


Konseling. Purwokerto: Stain Press Purwokerto.

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan


Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ardiyanto, Singgih. April 2014. Meningkatkan kemampuan bina diri melalui


analisis tugas pada anak tunagrahita sedang kelas 1 di SLB Limas
Padang. Skripsi. Padang.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rieneka Cipta.

Aziz, Safrudin. 2002. Pendidikan Seks Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:


Penerbit Gava Media.

Badudu, J.S dan Sultan Moh Zain. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Sinar Harapan.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedogogik Anak Berkelainan. Jakarta:


Bumi Aksara.

El Rais, Heppy. 2015. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Giyono. 2015. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Media Akademi.

Gunadi, Tri. 2011. Mereka Pun Bisa Sukses. Jakarta: Penebar Plus.

Hadi, Samsu. 1998. Pengantar Ke arah Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat


Mental. Sragen: RPPCM Raharjo.

Handayani, Sri. 2009. Meningkatkan kemandirian melalui pembelajaran bina diri


siswa tunagrahita kelas IV semester II di SLB C/ YPALB karangannya.
Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Koentjaningrat. 1977. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

L. Gibson, Robert dan Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

M. Rauf. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: BP. Dharma Bhakti.
Maramis, Willy F. dan Albert A. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa
edisi 2. Jakarta :Airlangga University Press.

Moloeng, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Narti, Sri. 2014. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam untuk
Meningkatkan Konsep Diri Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurhayati, Eti. 2011. Bimbingan Konseling & Psikoterapi Inovatif. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Nurjannah, Estri Solihatun. 2017. Implementasi Program Bina Diri dalam


Penanaman Nilai Agama Islam untuk Siswa Penyandang Tunagrahita di
SLB ABCD Kuncup Mas Banyumas. Skripsi, Purwokerto: IAIN
Purwokerto.

Poerwodarminto, W.J.S. 2011. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).
Jakarta: Ghalia Indonesia. Cet 1.

Saptunar. Januari 2012. Meningkatkan Keterampilan Menyetrika Pakaian Anak


Tunagrahita Sedang. jurnal ilmiah pendidikan khusus. No.1, Vol.1,
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu.

Setiawan, Atang. 2010. Program Kebutuhan Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita
Ringan dan Sedang. Cipanas: Diklat Bina diri.

Setiawan, Atang. 2010. Program Kebutuhan Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita
Ringan dan Sedang. Cipanas: Diklat Bina Diri.

Soemantri, Sutjihati. 2005. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika


Aditama.

Somantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sudrajat, Dodo dan Lilis Rosida. 2013. Pendidikan Bina Diri Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus. Jakarta: PT. Luxima Metro Media.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan


Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Susanti, Lita. Mei 2013. Meningkatkan Kemampuan Memakai Seragam Sekolah
Melalui Media Model Bagi Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus. No.2, Vol.1,
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu.

Tanzeh, Ahmad. 2009. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras.

Thalib, Al-Ustadz Muhammad. 2012. Al-Qur’an Tarjamah Tafsiriyah Q.S: An-


Nuur (24): 61. Yogyakarta: Ma’had An-Nabawy.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Koonseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis


Integrasi). Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Usman, Husaini. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Widya, Mamad. 2008. Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI
Press.

Winkel, W.S. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.


Yogyakarta: Media Abadi.

Anda mungkin juga menyukai