SKRIPSI
Oleh:
MUKRIZAL
NIM. 3102121017
2014
LEMBAR PERSETUJUAN
4. Dra. 'arifah, M- Pd
Dra. LukitaninesihpM. um
9 198703 NIP. 19640406 199tf03 2
1001 003
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nam
a
: MIJKRÎZAL
Nim : 3102121017
Menyatakan dengan sebenamya bahwa skripsi yang saya tulis ini bener-bonar mrrupakan
I+asil karya sendiri, bukan mcrupakan pengamhilalihan lulisaa atau pikiran orang lain yang saya
akui sebagai hasil lulisan alau pikimn saya.
Apahila dikemudian hari terbukti atau dapat dîhuktıksn sendiri ini fıasil j iplakan, maka
saya bersedia sanksi atas perbuatan tersebut.
MUKRIZAL
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah Tinjauan Historis terhadap Perkembangan agama Islam di
Mandailing Natal dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah perkembangan
agama Islam di Mandailing Natal.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini digunakan
metode penelitian Kepustakaan (Library Research) dan data pembatu yaitu dengan penelitian
lapangan (Field Research) dengan pendekatan deskriptif Kualitatif, dimana data diperoleh
dari kepustakaan dan lapangan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian dan
menganalisis data secara sistematisdan objektif berdasarkan bukti-bukti yang ada, baik
melalui sumber-sumber lain dari Buku, Dokumen, arsip dan literatur lain yang mendukung.
Data juga diperoleh dari hasil wawancara dengan para tokoh yang mengetahui tentang
perkembangan agama Islam di Mandailing Natal, baik masarakat setempat, para ulama-ulama
atau dan sebagainya yang mengetahui tentang islam di Mandailing Natal.
Dari hasil penelitian, peneliti dapat hasil mengenai bagaimana awal masuknya agama
Islam di Mandailing Natal, pola dan sistem penyebar islam menyebarkannya kepada
masyarakat setempat dan masuknya agama Islam, mempengaruhi kehidupan sosial, politik,
ekonomi budaya dan teradisi masyarakat setempat.
Hasil penelitian kepustakaan maupun penelitian di lapangan, menunjukkan bahwa
agama Islam pertama kali diperkenalkan oleh para syekh yang berasal dari Minangkabau,
Sumatera Barat pada masa perang paderi, dan jalur masuknya orang luar ke Mandailing
adalah dari pantai barat Sumatera yaitu di pelabuhan Natal, dari Natallah awal masuknya
Islam di Mandailing Natal dan akhirnya menyebar keseluruh Mandailing Natal. Dengan
masuknya agama Islam di Mandailing Natal maka islam tidak hanya menjadi idetitas formal
etnis, melainkan Islam telah tumbuh dan mengakar kedalam semua aspek kehidupan, baik
dalam kehidupan sosial, budaya, politik, pendidikan dan pemerintahan. Dengan masuknya
dan diterimanya Islam sebagai keyakinan, masyarakat Mandailing menjadi berubah dalam
banyak hal, semisal sistem siosial dan politik serta budaya yang diwarisi secara perlahan
termodifikasi dan mengikut pada perinsip-perinsip dan aturan-aturan Islam.
KATA PENGANTAR
Puji & Syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Perkembangan agama
Islam di Kabupaten Mandailing Natal (1821-1912). Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Pendidikan Sejarah-Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik saran, kritik, dorongan dengan maksud untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik . Maka dalam
kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Bapak Prof.Dr. Ibnu Hajar,M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan
Bapak Drs. H. Restu,M.S, Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta stafnya.
Ibu Dra. Lukitaningsih,M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan
Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan waktu untuk mengarahkan dan
membantu peneliti sehingga penulisan skripsi ini bisa diselesaikan.
Ibu Dra. Hafnita S.D Lubis,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah dan
juga sebagai dosen penguji yang telah banyak membantu dan memberikan saran dan
keritikan terhadab peneliti agar semua berjalan dengan lancar.
Bapak Dr. Ichwan Azhari, M.Si selaku Dosen pembimbing Akademik (PA)
Ibu Dra. Flores Tanjung selaku Dosen Penguji
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed yang selama ini telah
banyak memberikan ilmu pengetahuan dan sangat sabar membingbing penulis selama
perkuliahan.
Umak saya Nurkasiah Nasution yang paling tercinta dan almarhum ayah saya Sah
Minan Lubis yang tidak sempat melihat saya sarjana tapi umak dan ayah telah banyak
mengorbankan segalanya kepada saya dan mengajarkan saya bangaimana caranya
menjalani hidup dan mensukurinya, untuk umak dan ayah I LOVE YOU selamanya.
Terimakasih juga kepada narasumber-narasumber saya yang telah melancarkan dan
memudahkan penelitian saya terutama pada bapak pemimpin pesantren
Mustafawiyah, kepala BAPEDA, kepala Kementerian agama Mandailing Natal,
kepela desa Purbabaru dan semua yang terlibat
Kepada abang Suandi Lubis, dan keluarga, Kakak Usnani Lubis dan keluarga, abang
Pausan Lubis, Abag Madi Lubis, dan Adk ku yang bandel Sah yudi Lubis, saya
sayang kalian semua, terimakasih atas semua dukungan kalian aku tidak akan
melupakan jasa-jasa kalian semua.
Buat sahabat ku siswanto dan halomoan lubis terimakasih telah membantu saya
melaksanakan penelitian.
Sahabat-sahabatku : Dekati zega , Ramces F.sihombing, Rasyid Habibi, Ikhsan
Batubara, Rio agus saputra, Ika sapinri, Ayu irma putri, Julianita Tanjung, Monatia
Sari, Reni Lajira, serta semua teman- teman kelas B Reguler 2010 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini.
Kepada sahabat-sahabat ku Rustam, Herman, Ihsan, Agus salim, Ikhlas Muhardi
potar dan semua yang mendukung saya.
Mukrizal
NIM. 3102121017
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................6
C. Pembatasan Masalah .................................................................................
D. Perumusan Masalah...................................................................................6
E. Tujuan Penelitian.......................................................................................7
F. Manfaat Penelitian......................................................................................7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka konseptual.................................................................................8
B. Kerangka Berfikir......................................................................................13
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian......................................................................................15
B. Lokasi Penelitian.......................................................................................16
C. Sumber Data..............................................................................................16
D. Tekhnik Pengumpulan Data......................................................................18
E. Tekhnik Pengolahan Data..........................................................................19
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.............................................................................................62
B. Saran........................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Aguston Budi,Dkk. 2013. Para Gubernur Sumatera utara kajian Sejarah, Sosial, dan
Budaya, Medan: USU press
Darmawijaya. 2010. Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta timur: Pustaka Al- kautsar
Nurani Cut. 2002. Pemukiman Suku Batak Mandailing, Gajah Mada University Press
Pulungan Abbas. 2000. Islam dan Perkembangannya di Mandailing, Sumatera Utara, ----
Rangkuti Ayyub. 2007. Pengislaman secara masal terhadap penduduk Mandailing Dan
sekitarnya oleh tentara Pandri, Koran Madina Madani.
PENDAHULUAN
Mandailing adalah nama sebuah wilayah terletak di bagian paling selatan dan bagian
barat wilayah propinsi Sumatera Utara, berbatasan sengan propinsi Sumatera Barat.
Mandailing terletak 00 13’30”-01 20’24’’ lintang utara dan 98 50’30’’-99 57’19’’ bujur timur
dengan batas wilayah: sebelah utara barbatasan daerah kabupaten Tapanuli selatan
(kecamatan Batang Angkola, Barumun, Padang sidimpuan Barat, Sosopan, dan Kecamatan
Siais). Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanili selatan (kecamatan Sosa) dan
Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
pasaman Peropisnsi Sumatera Barat dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Batang
Natal dan Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal (Madina). (Pulungan, 2008:41)
wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Berdirinya Kabupaten Mandailing Natal dan terpisah
dari Kabupaten sebelumnya merupakan perjuangan yang panjang dilakukan oleh bangsa (
suku ) Mandailing sejak masa Kolonial Belanda. Perjuangan ini dimulai dari keinginan
adanya suatu pemerintahan tersendiri yang mencerminkan identitas social, budaya, dan
politik serta agama yang di anut oleh suku bangsa Mandailing. Jika dilihat pada latar sejarah,
bahwa sekitar Sembilan abad yang lalu telah muncul nama Mandailing dan telah dikenal oleh
dunia luar. Pada zaman Majapahit, daerah ini telah di kenal sebagai bagian dari Nusantara.
Hal ini terungkap pada syair ke-13 Ztanza pertama di dalam buku Negarakartagama karya
pujangga Majapahit Mpu Prapanca yang terbit tahun 1395 (Harahap, 1997:25).
Islam turun dalam konteks di mana banyak sekali terjadi penindasan eksploisasi atas
manusia. Ketika islam turu suku Quraisy dominana ekonomi dan politik. Karena itu, ketika
islam turun mereka mengaggap Islam sebagai ancaman terhadap posisi mereka yang dominan
tersebut. M. Imdadun Rahmad Setelah Islam turun dan berkembang di Madinah, barulah
Islam menyebar keseluruh dunia termasuk di Nusantara. Sumatera adalah daerah pertama
yang mendapat pengaruh Islam di Nusantara. Kesultanan Perlak dan Kesultanan Samudera
pasai adalah kesultanan Islam yang pertama lahir di Nusantara. Kharisma kesultanan Perlak
dan Kesultanan Samudera Pasai mulai memudar ketika munculnya Kesultanan Malaka di
semenanjung Melayu pada awal abad ke-15 pada masa keemasannya, kesultanan Malaka
langsung dengan pesisir pantai barat Sumatera, di pesisir barat ini terdapat pelabuhan atau
Bandar Natal yang dapat menghubungkan dunia luar. Kontak dengan dunia luar dilakukan
melalui pelabuhan ini sejak berabad – abatd yang lalu. Juga pintu gerbang bagi masuknya
gagasan – gagasan baru dan menjadi pintu masuk nya agama Islam kewilayah pedalaman
Mandailing. Posisi pelabuhan Natal menjadi Strategis untuk pemasaran hasil- hasil bumi
seperti rempah – rempah yang sejak abad ke-7/8 Masehi telah lama dilakukan di bagian –
bagian pantai kepulauan Nusantara, terutama di selat Malaka. Dengan demikian, apabila
dihubungkan dengan letak Bandar/ pelabuhan di bagian pantai barat sumatera melalui dari
Samudera Pasai (Aceh), kemudian Barus, Sibolga, Natal dan Padang Pariaman (Sumatera
Barat), seluruhnya berada di pantai bagian barat Sumatera. Maka teori jalur perdagangan
yang di pakai dalam analisis sejarah masuknya agama Islam di Nusantara, menjadi lebih kuat
bahwa agama Islam juga telah masuk di daerah Natal, kemudian di perkenalkan oleh
(Sumatera Barat) memberikan andil yang besar terhadap peroses Islamisasi di bagian
bagian Utara (Batak toba). Pengembangan islam di wilayah ini selalu di kaitkan dengan
menyebutnya dengan Ugamo Padori atau agama Bonjol karena pengembangan agama Islam
ini dilakukan oleh lasykar perang pandri dari bonjol Minangkabau. Kedatangan lasykar
pandri dari Minagkabau ini oleh sebagian meliatnya sebagai agresi perang untuk menduduki
perluasan pengembangan agama Islam. Prsepsi pertama muncul dari kalangan pemerintahan
tradisional/adat yang telah berjalan selama ini, dan prsepsi yang kedua muncul dari
masyarakat kebanyakan yang menerima agama Islam dengan damai. Pemikiran terhadap
kedatangan lasykar pandri ke Mandailing sebagai agresi perang, karena para pemerintahan
adat di daerah ini merasa ketakutan terjadinya perubahan atau pergeseran kekuasaan dari
Abbas Pulungan. 2008: 42). Begitu juga yg di jelaskan dalam buku yang di tulis oleh
(Bassam Tibi.1999:15) tentang beberapa peneliti agama yang berorientasi pada sosiologi
cenderung kearah reduksionisme yang menolak otonomi persil agama-agama dengan tanpa
ragu menempatkan agama itu sebagai system budaya dalam suatu hubungan kausal dengan
level perkrmbangan dari masyarakat masing-masing. Isi agama yang selalu di samakan
dengan pola-pola budaya, menurut Geertz memiliki aspek ganda : isi agama memberikan
pada berbagai realitas social dan pisikologis bagi para penganut-penganutnya, yang dengan
masih dianggap asing dalam kehidupan mereka. Jika diamati secara mendalam ada 3 alasan
mengapa agama Islam dengan cepat berkembang dan menyatu dengan kehidupan masyarakat
dan yang berakar adalah mazhab Syafiiyah. Pertama islam yang di bawa pandri adalah
pengakuan takluk dari raja-raja adat. Kedua para ulama yang mengemban tugas menyiarkan
agama Islam pada periode berikutnya berasal dari etnis Mandailing atau Tapanuli selatan
yang sudah belajar Islam di Makkah dan daerah timur tengah lainnya. Paham keislaman
mereka adalah syafii dan bersifat moderat terhadap kehidupan sosilal budaya setempat.
Bersamaan dengan itu mendirikan perguruan-perguruan (Madrasah) Islam pada waktu itu
termasuk suatu kebutuhan dalam masyarakat . ketiga, paham keislaman yang berkembang di
masyarakat lebih dulu dipengaruhi oleh sufisme yang mempunyai jaringan-jaringan dengan
luar, dan belakangan paham modern yang dikembangkan oleh Muhammadiyah dari sumatera
Pondok pesatren adalah merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam
dimana didalamnyaterjadi interaksi aktif antara kyai atau ustadz sebagai guru dan para santri
sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid/musolla atau beranda masjid/ musolla,
ruang kelas, atau emper asrama (pondok) untuk mengaji dan membahas buku-buku teks
keagamaan karya ulama masalalu. Maka dari itu pengembangan agama Islam di Mandailing
mandailing. Pesantren ini adalah pesantren terbesar dan tertua, yang didirikan oleh Syekh
Musthafa Husein pada tahun 1915. Dalam perkembangannya pesantren ini telah memberikan
peranan yang besar terhadap pendidikan Islam di Tapanuli selatan. (Pulungan, 2008:120-
121). Dan walaupun setelah Indonesia merdeka telah berkembang jenis-jenis pendidikan
Islam formal dan bentuk madrasah dan pada tingkat tinggi IAIN, namun secara luas sisi
dominan yang dipegang oleh pesantren ini sebagian di sebabkan oleh susksesnya lembaga
tersebut menghasilkan sejumlah besar’ ulama’ yang berkualitas tinggi yang di jiwai oleh
semangat untuk menyebar luaskan untuk memantapkan keimanan orang-orang islam,
pesantren juga mendidik guru-guru madrasah, guru-guru lembaga pengajian, dan para khotib
jum’at. Intinya pesantren bertugas menyebarkan agama Islam kepada masyarakat luas. Hal
inilah yang melatar belakangi penulis tertarik untuk membahas tentang Perkembangan
Agama Islam di Mandailing Natal, ini sangat menarik untuk dibahas dimana agama Islam
adalah agama mayoritas atau agama yang paling banyak di anut oleh masyarakat Mandailing,
maka dari itu yang mau di bahas penulis disini adalah bagaimana proses Sejarah
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat di identifikasi adalah,
C. Rumusan Masalah
2. Bagaimana pola dan sistem penyiaran dan pengembangan yang di lakukan ummat
E. Tujuan Penelitian
Mandailing Natal.
KabupatenMandailing Natal.
F. Manfaat Penelitian
Mandailing Natal.
4. Menjadi penelitian studi selanjutnya bagi peneliti yang ingin mempertajam dan
Medan.
BAB V
A. KESIMPULAN
1. Islam pertama kali diperkenalkan melalui Islam Minangkabau yang lebih dahulu
menganut Islam dibagian pantai barat Sumatera, dimana kedudukan pelabuhan Natal
sebagai jalur perhubungan dagang dengan dunia luar, disamping pelabuhan ini pula
menjadi jalur keluar bagi orang Mandailing pergi merantau kenegara jiran Kedah,
Malaka pada abad ke- 19 masehi. Kemudian, Islamisasi yang terjasi di Mandailing
pertama kali dilakukan oleh Pandri dari Tanah Datar Minangkabau, pada waktu itu
dilakukan oleh lasykar yang dipinpin Tuanku Imam Bonjol dari jalur perbatasan
dari Minangkabau dengan penduduk setempat. Bagi pengembang Islam periode awal,
mereka diberikan marga Mandailing, semisal kalau ditempat/desa itu yang menjad
raja pamusuk (keturunan pembuka kampung pertama) Marga Nasution, maka marga
yang diberikan harus diberikan marga yang lain dan kepadanya diberikan diberikan
perempuan untuk menjadi istri dari marga Nasution. Apabila terjadi perkawinan,
maka posisi pendatang ini adalah sebagai anak boru dari huta/kampung yang
bersangkutan. Demikian sebaliknya, jika marga yang diberikan kepada mereka sama
dengan marga raja huta (penduduk asli), maka posisinya adalah sebagai kahanggi,
yaitu mereka masuk dalam anggota keluarga pendiri huta/kampung. Hal yang
banyak memakai marga Lubis karena yang menjadi raja-raja adat di wilayah ini
adalah keturunan dari marga tersebut. Sedangkan Mandailing jae/godang, para ulama
dan pemuka agama kebanyakannya memakai marga Nasution, karena raja-raja adat di
3. Pada awal terjadi pengenalan agama Islam yang dilakukan Pandri dari Minangkabau
adalah maminta pengakuan takluk dari raja-raja adat setempat. Oleh karena model ini
lebih bersipat penaklukan dalam perluasan tritorial wilayah padri dari Minangkabau,
hanya yang berkaitan denganupacara-upacara adat saja, akhirnya sebagian besar raja-
raja adat mulai memihak kepada masyarakat yang telah memeluk agama Islam
terjalin antara pemuka agama/ ulama dengan kelompok-kelompok adat. Hal ini
terjadi, karena para ulama mengembangkan agama Islam melalui pendekatan sosial
dan secara perlahan kepercayaan dan tradisi yang telah berlaku sebelumnya dapat
Pengembangan dan penanaman ajaran Islam kepada masyarakat luas, dilakukan para
ulama dan pemuka agama melalui kegiatan pendidikan dan pengajian. Hal ini terjadi,
setelah orang Mandailing yang pergi haji dan menetap disan beberapa tahun,
Islamiyah yang dibangun oleh Syekh Musthafa Husein di Tano Bato kayulaut tahun
Purbabaru, kemudian berdiri pula beberapa Madrasah Islamiyah di daerah lain antara
tahun 1927 sampai 1935. Lembaga pendidikan Islam ini cukup besar peranannya
B. Saran
dilakukan ini harus disadari belum menyetuh pada akar yang sesungguhnya atau masih
sangat sederhana, tapi setidaknya ini adalah sebagai batu loncatan awal apabiala ada
orang-orang yang ingin mengkaji lebih lanjut yang ingin menggali lebuh dalam lagi
tentang sejarah dan keberadaan Islam di Mandailing Natal. Masih banyak pertanyaan-
pertanyaan yang belum terjawab tentang penelitian ini misalnya mengapa sulut
ditemukan literatur dan kepustakaan tentang islam di Mandailing Natal, dan untuk
menjawab pertanyaan ini peneliti yang ingin melanjutkan tentang hal ini mungkin harus
saja yang ingin mengkaji tentang ini islam di Mandailing Natal maka yang bersangkutan
atau peneliti harus ikut peduli terhadap masa depan Mandailing Natal itu sendiri
Catatan untuk para masyarakat Mandailing Natal secara kualitas, bahwa orang
dengn daerah lain di Indonesia. Potensi ini masih perlu di dikembangkan pada masa-
masa yang akan datang. Kekuatan suatau bangsa adalah terletak pada kualitas
manusianya. Apabila masa dulu, banyak muncul ulama-ulama besar berasal dari
Mandailing, maka dengan pendekatan sejarah dan logika yang jernih, bahwa ulama-
ulama besar seperti masalalu itu harus diwarisi oleh generasi berikutnya. Insya Allah
masarakat Mandailing masih bisa mendapatkan kejayaan di masa lalu dengan cara
membekali para generasi muda Mandailing dengan ahlak yang baik, dimana dapat kita
liat pada zama sekarang ini bahwa terjadi kerisis ahlak mulia di mana-mana, di mana-
mana terjadi pemerkosaan, perampokan, pencurian, pembunuhan, dal masih banyak lagi
yang tidak mencerminkan ahlak mulia. Maka dari itu ini tugas kita semua pada umumnya
pada masarakat seluruh Indonesia, dan khususnya pada masyarakat mandailing dan para
menanamkan ajaran agama dalam keluarga, masyarakat, dan didalam pendidikan. Kita
pernah mendapat julukan serambi Mekkah dan kenapa sekarang kita tidak mulai lagi,