KELAS B
Dosen Pengampu:
Nurriyadin, M. Fil. I.
Disusun oleh:
Achmad Umar Zein (A02218005)
Latifatun Najach Aini (A02219023)
Assalamualaikum wr.wb.
Alhamdulilah segala puji dihaturkan pada Allah SWT yang telah memberikan
tambahan nikmat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kita. serta sholawat salam
semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita nabi Muhammad SAW,yang telah
menuntun kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Filsafat Sejarah, Bapak
Nurriyadin, M. Fil. I yang telah membimbing dari awal sehingga kita bisa
menyelesaikan makalah ini, dan juga kepada teman teman sekalian yang telah
mendukung dan membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Dengan diselesaikannya makalah Filsafat Sejarah ini, penulis berharap agar makalah
ini bisa dijadikan sebagai tambahan bagi pembaca. Kami menyadari akan keterbatasan
dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
A. Pengertian Filsafat Sejarah Barat ........................................................................ 3
B. Pemikiran Karl Marx .......................................................................................... 4
C. Pemikiran Gimbasttita Vico ................................................................................ 5
PENUTUP ...................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat diambil dari kata dari bahasa Arab, sedangkan falsah merupakan berasal dari
bahasa Yunani yang berarti Philosophia, keduanya memang tidak sama dalam hal
penyebutan, tetapi untuk makna keduanya sama yakni sama-sama menuju manusia yang
bijaksana. Dengan demikian bahwa bisa dikatakan filsafat merupakan suatu usaha yang
dilakukan oleh manusia yang sedang mencari kebijaksanaan, dengan demikian maka
filsafat juga merupakan usaha yang dilakukan oleh manusia melalui akalnya untuk
memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang membuat hati sejuk serta tentram.
Filsafat lahir karena kemenangan akal terhadap dongeng-dongeng yang memberitakan
tentang asal mula dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keduniaan atau kemanusiaan,
pada intinya filsafat sendiri ditulis oleh akal para pemenang.1
Sedangkan Filsafat Sejarah sendiri menjalaskan tentang perbedaan pokok antara ilmu
sejarah dan filsafat sejarah serta filsafat sejarah spekulatif. Tentang filsafat sejarah barat
secara sederhana dapat diartikan tentang meneladani pemikiran-pemikiran yang sudah
digaungkan oleh para filsuf-filsuf barat secara mendalam. Sebenarnya tokoh-tokoh yang
memprakasai terhadap aliran filsafat sejarah barat ada banyak, namun pada pembahasan
ini hanya di jelaskan beberapa tokoh yang berpengaruh akan hadirnya filsafat sejarah.
Tokoh tersebut adalah Karl Marx dan Gimbasttita Vico, diantara keduanya meski ada
persamaan mengenai adanya filsafat sejarah, namun apa yang dijelaskan atau teori yang
sudah mereka gaungkan memiliki ciri khas tersendiri, yang Marx terkenal dengan
materialismenya serta Vico yang terkenal dengan daur kulturalnya.
B. Rumusan Masalah
1
Saptono, Sejarah Filsafat Barat, (Denpasar), 2011, 1.
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Syafei, A. F. (2018). Sejarah Pemikiran Modern. Padang: Berkah Prima, 4-15.
3
Gimbasttita Vico.3
3
Azhar, M. (1996). Filsafat Politik: Perbandingan Antara Islam dan Barat. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 36.
4
Supriyadi, M. H. (2012). Filsafat Sejarah. Bandung: Pustaka Setia, 130-134.
5
Farihah, I. (n.d.). Filsafat Materialisme Karl Marx (Epistimologi Dialectical and HistoricalMaterialism).
Jurnal Fikrah, 3(2), 435
4
ditentukan oleh pikiran dari manusia namun melalui bagaimana manusia tersebut
melakukan suatu perubahan dalam produksi. Dengan adanya hal tersebut, maka dicetuslah
teori materialism historis yang merupakan pandangan ekonomi terhadap sejarah. Kata
historis dimaksudkan oleh Karl Marx sebagai bentuk perkembangan ekonomi dari
masyarakat yang terjadi sepanjang zaman, sedangkan materialism merupakan suatu
kebutuhan yang dinilai sebagai kebutuhan pokok terhadap manusia.6
Ide terhadap kemajuan terhadap filsafat Karl Marx jika dilihat dari sudut pandang
filsafat sejarahnya tentang tahapan sejarah terhadap perkembangan yang dilakukan oleh
manusia. Dalam hal ini, Marx membedakan tiga fase terhadap perkembangan yang
dilakukan oleh manusia. Fase pertama, merupakan fase masyarakat purba yang pada
masa tersebut belum ada pembagian terhadap pekerjaan. Fase kedua, merupakan fase
yang telah berlangsung atau dalam pengertian fase pembagian kerja sekaligus menjadikan
hak milik pribadi serta keterasingan. Fase ketiga, merupakan fase kebebasan yang dimana
jika hak milik pribadi sudah dihapuskan. Hal ini didasarkan karena sebuah kenyataan
bahwa menentukan masyarakat dan perkembangan dalam sejarah adalah kelas-kelas
sosial. Adanya kelas-kelas tersebut bukan sesuatu bentuk kebetulan semata, melainkan
upaya manusia untuk memperbaiki kehidupannya dengan mengadakan pembagian dalam
berkerja.7
6
Farihah, I. (n.d.). Filsafat Materialisme Karl Marx (Epistimologi Dialectical and HistoricalMaterialism).
Jurnal Fikrah, 3(2), 442.
7
Munir, M. (2014). Filsafat Sejarah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 12.
5
terhadap suatu gagasan baru tentang sebuah konsep serta paraktik pendidikan, dalam hal
ini Vico dapat mengkomunikasikan keduanya secara baik.8
Teori daur kultural adalah salah satu teori para penggagas filsafat kontemplatif
sejarah, dimana konsepsi mereka tentang gerak sejarah bisanya tidak terlepas dengan
adanya upaya untuk menyingkapi pola dan watak ritmenya. Di samping kelompok-
kelompok yang menganut ide gerak sejarah yang maju ke depan datau mundur ke
belakang merupakan pernyataan dari kelompok yang menyatakan bahwa sejarah
merupakan hal seperti daur kultural yang mengulangi kembali dirinya sendiri dalam satu
bentuk lainya. Beberapa tokoh yang dipandang sebagai pendahulu terhadap teori ini,
meskipun dari mereka semua tidak seiring dengan pendapat mengenai rinci-rinci teori
ini terhadap dimensi-dimensi sosial, historis dan filosofisnya. Beberapa tokoh dari
penggagas teori ini antara lain seperti Ibnu Khaldun, Vico, Spengler dan Toynbee.9
Vico sendiri berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat telah melalui sebuah
bentuk proses berbagai lingkaran kultural, dimana masyarakat-masyarakat tersebut
beralih dari kehidupan barbar ke kehidupan berbudaya atas tuntunan ilahi yang
memelihara wujud. Namun, ciri yang mewarnai teori Vico tentang sejarah adalah
keyakinanya bahwa aspek kebudayaan pada suatu masyarakat dalam fase manapun dari
bentuk sejarahnya tekah membentuk pola-pola yang sama dan saling berkaitan antara
satu dengan yang lainya secara substansial dan esensial. Jadi, apabila dalam suatu
masyarakat berkembang terhadap suatu aliran seni atau keagamaan tertentu, maka
perkembangannya akan bersamanya dengan pola-pola tertentu terhadap sistem-sistem
politik, ekonomi, hukum, pikiran dan lain sebagainya.10
Faktor perulangan terhadap sejarah itu tidak selalu berarti bahwa sejarah telah
mengulang dirinya sendiri. Sebab perjalanan dari sejarah bukanlah seperti roda yang
berputar mengelilingi dirinya sendiri, sehingga bukan tidak mungkin seorang filsuf bisa
untuk meramalkan terjadniya hal yang sama terhadap masa depan. Sedangkan menurut
Vico, sejarah berputar dalam gerakan spiral yang mendaki dan selalu memperbarui diri,
seperti gerakan dari seorang pendaki gunung yang mendakinya dengan melalui jalan
8
Maliullari, M. T. (1994). Giambattista Vico. The Quarterly Riview Of Comparative Education, 24(4), 731-
734.
9
Ankersmit, F. R. (1987). Refleksi Tentang Sejarah: Pendapat-pendapat Modern Tentang Filsafat Sejarah.
Jakarta: Gramedia. 189.
10
Al-Sharqawi, E. (2013). Artikel Gerak Sejarah. Sumedang: Universitas Padjajaran.
6
melingkar ke atas dimana setiap lingkaran selanjutnya akan lebih tinnggi dari lingkaran
sebelumnya. Mungkin dari pembaharuan terus-menerus dari gerak sejarah inilah yang
menjadikan suatu ciri dari teori yang digaungkan oleh Vico, yang membedakan dengan
teori daur kultural sejarah pada masa sebelumnya.11 Vico telah membagi sejarah
kemanusiaan menjadi tiga fase yang berkesinambungan, yaitu fase teologis, fase herois
dan fase humanis.
Fase pertama, fase pertama merupakan fase ketuhanan karena pada masa ini
bermula pada suatu bangsa yang mulai meninggalkan secara bertahap pada kehidupan
primitive di masa sebelumnya, untuk masuk pada fase ketuhanan. Dalam fase ini
diwarnai dengan berkembangnya bergai khurafat dan rasa takut terhadap fenomena-
fenomena alam yang dianggap sebagai teofani atas kehendak ilahi, yang telah
menunjukan kemarahannya dan keridhaan nya. Kehidupan masyarakat pada fase ini
merupakan pembangkitan rasa takut akan amarah atas Tuhan yang terefleksikan dalam
kemarahan alam merupakan sarana satu-satunya untuk mengendalikan dan
melaksanakan hukum alam.
Fase kedua, fase ini bermula pada waktu masyarakat dalam masa ketuhanan bersatu
dan masuk dalam satu kesatuan yang lebih besar guna untuk menghadapi bahaya dari
luar atau disintegrasi internal. Pada fase ini sendiri, manusia didominasi akan cinta
kepada sosok kepahlawanan dan pemujaan kekuatan, agama, sastra dan filsafat, yang
telah mengambil corak mitologi khusus. Pada fase ini sendiri, kekuasaan telah beralih
dari tangan tokoh agama ke tangan panglima perang dan ksatria, kondisi terebut erat
kaitannya dengan sistem aristokratis yang didasarkan pada pemisahan penuh antara hak
tuan dan hak budak.
Fase ketiga, merupakan fase humanis yang diwarnai dengan datangnya demokrasi,
pengauan kesamaan manusia dan keruntuhan terhadap sistem otoriter. Pada fase ini
merupakan fase rasional yang mempercayai manusia dan berupaya untuk menguasai
alam di mana fenomena-fenomena yang berkaitan kini lagi dipandang akan erat
kaitannya dengan amarah dan keridhaan Tuhan.12
11
Ankersmit, F. R. (1987). Refleksi Tentang Sejarah: Pendapat-pendapat Modern Tentang Filsafat
Sejarah. Jakarta: Gramedia. 191
12
Solomon, R. C. (2002). Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. 441.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat diambil dari kata dari bahasa Arab, sedangkan falsah merupakan berasal dari
bahasa Yunani yang berarti Philosophia, keduanya memang tidak sama dalam hal
penyebutan, tetapi untuk makna keduanya sama yakni sama-sama menuju manusia yang
bijaksana. Dengan demikian bahwa bisa dikatakan filsafat merupakan suatu usaha yang
dilakukan oleh manusia yang sedang mencari kebijaksanaan. Dalam perkembangannya
filsafat barat sempat mengalami kemajuan namun pada akhirnya juga mengalami
kemunduran sebelum bangkit kembali sebagai pelopor dari ilmu pengetahuan
khususnya terhadap bidang pemikiran filsafat.
Karl Heinrich Marx lahir di kota Trier di distri Moselle, Prussian Rhineland, Jerman,
pada tanggal 5 Mei 1818. Menurut Karl Marx sendiri, faktor yang menentukan adanya
sebuah peristiwa sejarah adalah materi. Keadaan material manusia adalah sebuah
kebutuhan akan manusia itu sendiri, untuk memahami sejarah dan perubahannya ialah
melalui bagaimana manusia tersebut bekerja dan berproduksi, secara ringkasnya
peristiwa sejarah sendiri tidak ditentukan oleh pikiran dari manusia namun melalui
bagaimana manusia tersebut melakukan suatu perubahan dalam produksi.
Vico lahir pada tanggal 23 Juni 1668 di sebuah kota bernama Naples, Italia. Ayah
Vico bernama Antonio Vico merupakan seseorang penjual buku di kawasan Naples,
karena ayah Vico merupakan seseorang penjual buku tersebut menjadikannya memiliki
beberapa ilmu pengetahuan sebelum ia memasuki dunia sekolah. Pada corak konsep
pemikiran dari Vico sendiri terpengaruh oleh tulisan Hegel, namun pemikian Vico
berbeda dengan apa yang sudah di gaungkan Hegel. Vico sendiri berpendapat bahwa
masyarakat-masyarakat telah melalui sebuah bentuk proses berbagai lingkaran kultural,
dimana masyarakat-masyarakat tersebut beralih dari kehidupan barbar ke kehidupan
berbudaya atas tuntunan ilahi yang memelihara wujud.
8
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, M. (1996). Filsafat Politik: Perbandingan Antara Islam dan Barat. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.