Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filsafat sejarah lahir dari rasa ingin tahu dan kesedaran untuk mencari apa yang dimiliki manusia. Keingintahuan manusia tentang peristiwa yang telah terjadi, tergerak pada bangsa, masyarakat atau individual tertentu, bermuara pada pemahaman, dan pengkajian peristiwa itu secara filsafat.Istilah filsafat sejarah sebenarnya bukan berarti pengalihan dari penggabungan dua makna secara etimologis, yaitu kata filsafat dan sejarah, tetapi lebih dari itu, sebagai pembahasan satu disiplin.Ia memiliki wawasan pembahasan, metode, paradigma atau

perspektifnya tersendiri. Secara garis besar perkembangan filsafat di dunia dibagi menjadi 2 kubu, yakni filsafat yang mengacu ke timur (Asia) dan filsafat yang mengacu pada barat (Eropa). Dari kedua kubu filsafat tersebut, yang pertama berkembang adalah filsafat yang berasal dari timur. Filsafat timur sendiri sebenarnya terdiri dari tiga cabang yang didasarkan pada periodeisasi dan wilayahnya, yaitu filsafat India, filsafat Cina, dan filsafat Arab. Filsafat India mengarah pada Hinduisme dan Budhaisme, filsafat Cina mengarah kepada Taoisme dan Confusianisme, sedangkan filsafat Arab, tentu saja mengarah kepada Islam. Mengacu pada periodeisasi filsafat timur, filsafat yang berkembang pertama kalinya adalah aliran filsafat India yang mengarah kepada Hinduisme dan Budhaisme.

B. Rumusan Masalah Dalam penulisan makalahn ini rumusan masalah secara umum merupakan pandangan global seorang filsafat yang terkemuka yaitu hinduisme Hinduisme dan Budhaisme tentang suatu pemikiran yang dituangkan dalam sebuah pengertian filsafat. Dengan sub masalah sebagai berikut : 1. 2. Apa pengertian Filsafat menurut para ahli ? Apa pengertian Filsafat menurut pandangan Filsafat Hinduisme dan

Budhaisme ? 3. Bagaimana penjelasan Filsafat menurut Hindusime dan Budhaisme tersebut ?

C. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyempurnakan tugas terstruktur Mata kuliah Filsafat Sejarah yang dibimbing oleh Bapak Eka Jaya Putra Utama M,Pd. Serta dengan penulisan ini dapat memberikan suatu penjelasan terkait dengan Filsafat Sejarah dan dapat menjadi acuan pemikiran kita kedepannya agar lebih baik.

BAB II PEMBAHASAN Pandangan Filsafat Menurut Hinduisme dan Budhaisme A. Definsi Filsafat Menurut Para Ahli Filsafat merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni Philosophia, yang terdiri dari kata philos, yang berarti cinta atau suka, dan shopia yang berarti bijaksana. Dengan demikian,secara etimologis, filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan (Praja, S, 2003:1-2). Filsafat menurut Sri Aurobindo didasarkan pada konsep "realitas dan kesadaran Menjadi 'di tengah-tengah alam semesta besar di mana kita hidup (konsep evolusi ke dalam Vedanta berpikir). ( Wikipedia, ensiklopedia bebas Geogle terjemahan.Biografi Aurobindo ) Dasar- dasar filsafat ini di bangun oleh saint simon dan di kembangkan oleh Auguste Comte. Ia menyatakan bahwa pengetahuan manusia berkembang secara evolusi dalam tiga tahap yang di sebut Hukum Tiga tahap Auguste Comte. ( Wikipedia, ensiklopedia bebas Geogle terjemahan Auguste Comte ) Menurut Ibnu Khaldun, manusia hidup dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan di alam rohani. Kehidupan manusia dari lahir hingga akhir hidupnya adalah untuk mencari bekal bagi kebahagiaan rohani di kehidupannya kelak. Tugas dan perbuatan manusia di muka bumi ini sejalan dengan amanah Allah SWT. bahwa manusia hidup di muka bumi ini adalah sebagai khalifah yang di tugasi untuk mengurus dan mengolah alam semesta ini berdasarkan pertimbangan akal manusia dan aturan yang telah di gariskan oleh Allah SWT. Dalam menjalankan tugasnya tersebut, maka manusia secara otomatis menjadi pelaku dari sejarah.( Sri

Ramadhan,Suradi,M.Hd.2009.Filsafat sejarah Ibn Khaldun. www.dpdimmriau.co. cc /2009/03/filsafat-sejarah-ibn-khaldun.html ) Secara garis besar perkembangan filsafat di dunia dibagi menjadi 2 kubu, yakni filsafat yang mengacu ke timur (Asia) dan filsafat yang mengacu pada barat (Eropa). Dari kedua kubu filsafat tersebut, yang pertama berkembang adalah filsafat yang berasal dari timur. Filsafat timur sendiri sebenarnya terdiri dari tiga cabang yang didasarkan pada periodeisasi dan wilayahnya, yaitu filsafat India, filsafat Cina, dan filsafat Arab. Filsafat India mengarah pada Hinduisme dan Budhaisme, filsafat Cina mengarah kepada Taoisme dan Confusianisme, sedangkan filsafat Arab, tentu saja mengarah kepada Islam. B. Pandangan Timur Terhadap Filsafat Sejarah. Mengacu pada periodeisasi filsafat timur, filsafat yang berkembang pertama kalinya adalah aliran filsafat India yang mengarah kepada Hinduisme dan Budhaisme. Perkembangan filsafat India sendiri dapat dibagi menjadi 4 zaman yakni: 1. 2. a. b. c. 3. 4. Zaman Prasejarah Zaman Weda Zaman Weda Purba Zaman Brahmana Zaman Upanisad Zaman Budha Zaman Purana

Pada zaman Weda, filsafat India mengalami awal perkembangan yang sangat pesat. Pada masa ini, muncullah weda, yang bisa dibagi menjadi 4 bagian (samhita), yakni: 1. 2. 3. 4. Rg Weda (nyanyian pujaan-pujaan) Sama Weda (mantra yadnya) Yajur Weda (rumusan upacara-upacara korban) Atharwa Weda (mantra-mantra mistik) Pada masa ini pula dilahirkan 3 kitab suci yang pada nantinya berperan penting dalam agama Hindu. Kitab itu antara lain, Brahmana, kitab yang berisi tentang spekulasi tentang kurban dan kedudukan pendeta-pendeta. Aranyaka, kitab yang lebih menekankan pada naskah-naskah esoteris yang merupakan hasil refleksi dari kaum wanaprastha, kitab ini lebih menekankan pada arti batiniah dan simbolis dari kurban. Upanishad merupakan kelanjutan dari Aranyaka. Seringkali Upanishad dikatakan penutup dari Weda, baik secara terminologis maupun kronologis. Itu sebabnya Upanishad seringkali disebut dengan Wedanta. Metode dalam Upanishad adalah introspektif, dengan titik tolak pengalaman berpikir manusia dan fakta kesadaran manusia. Tema pokok Upanishad adalah hakekat keakuan dan hubungannya dengan kesadaran. Tuhan, dalam Upanishad dilukiskan sebagai penguasa batin yang tak dapat mati atau sebagai benang yang melewati segala benda dan mengikat mereka bersama. Dialah kebenaran sentral dari eksistensi bernyawa dan tidak bernyawa, dan karenannya dia tidak hanya transenden tapi juga imanen. Daialah pencipta dunia, tetapi ia memunculkan dunia itu dari dirinya sendiri sebagai laba-laba yang membuat jaringan sarangnya

(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_filsafat/Bab_2.pdf).

Pada masa Upanishad ini, akhirnya filsafat India dapat dibagi menjadi 2, yaitu kelompok nastika, kelompok yang tidak mengakui otoritas Weda sebagai sumber tertinggi, dan kelompok astika, yang memiliki 6 ajaran filsafat yang disebut dengan Sad Dharsana. Ajaran Sad Dharsana inilah yang kemudian menjadi inti perkembangan filsafat India pada zaman Weda. Secara etimologis, kata Dharsana berasal dari akar kata dr yang bermakna "melihat", menjadi kata dharana yang berarti "penglihatan" atau "pandangan". Dalam ajaran filsafat hindu, Dharana berarti pandangan tentang kebenaran. Jadi Sad Dharana berarti Enam pandangan tentang kebenaran, yang mana merupakan dasar dari Filsafat Hindu (http://id.wikipedia.org/wiki/adwaita wedanta) Pokok-pokok ajaran Sad Dharana, terdiri dari: 1. Sakhya Ajaran ini dibangun oleh Maharsi Kpila, beliau yang menulis Sakhyastra. Di dalam sastra Bhagavatapurna disebutkan nama Maharsi Kpila, putra Devahuti sebagai pembangun ajaran Sakhya yang bersifat theistic. Karya sastra mengenai Sakhya yang kini dapat diwarisi adalah Sakhyakarika yang di tulis oleh varaka. Ajaran Sakhya ini sudah sangat tua umurnya, dibuktikan dengan termuatanya ajaran Sakhya dalam sastrasastra ruti, Smrti, Itihasa dan Purana. Kata Sakhya berarti: pemantulan, yaitu pemantulan filsafati. Ajaran Sakhya bersifat realistis karena didalamnya mengakui realitas dunia ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis karena terdapat dua realitas yang saling bertentangan tetapi bisa berpadu, yaitu purusa dan prakrti

2.

Yoga Ajaran Yoga dibangun oleh Maharsi Patanjali, dan merupakan ajaran yang sangat

populer di kalangan umat Hindu. Ajaran yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari ajaran Weda. Yoga berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu bertemunya roh individu (atman/purusa) dengan roh universal (Paramatman/Mahapurusa). Maharsi Patanjali mengartikan yoga sebagai Cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran. Kitab Yogasutra, yang terbagi atas empat bagian dan secara keseluruhan mengandung 194 sutra. Bagian pertama disebut: Samadhipada, sedangkan bagian kedua disebut: Sadhanapada, bagian ketiga disebut: Vibhutipada, dan yang terakhir disebut: Kailvalyapada. 3. Mimamsa

Ajaran Mimamsa didirikan oleh Maharsi Jaimini, disebut juga dengan nama lain Purwa Mimamsa. Kata Mimamsa berarti penyelidikan. Penyelidikan sistematis terhadap Weda. Mimamsa secara khusus melakukan pengkajian pada bagian Weda: Brahmana dan Kalpasutra. Sumber ajaran ini tertuang dalam Jaiminiyasutra. Kitab ini terdiri atas 12 Adhyaya (bab) yang terbagi kedalam 60 pada atau bagian, yang isinya adalah aturan tata upacara menurut Weda. 4. Nyaya Ajaran Nyaya bersumber pada Nyayasutraditulis oleh Maharsi Aksapada Gautama, yang juga dikenal dengan nama Aksapada dan dirghatapas, pada abad 4 s.m. nyanya darsana secara umum juga dikenal sebagai tarka vada atau diskusi dan perdebatan tentang suatu darsana atau pandangan filsafat; karena nyanya mengandung tarka-vidya (ilmu perdebatan) dan vada-vidya (ilmu diskusi). Objek utama dalam nyanya adalah perdebatan bahwa

parameswara merupakan pencipta alam semesta. Nyanya menegakkan keberadaan isvara

dengan cara penyimpulan, sehingga dikatakan bahwa nyanya darsana merupakan sebuah sastra yang merupakan alat utama untuk meyakini sesuatu objek dengan penyimpulan yang tidak dapat dihindari. Dalam penyimpulan kebenaran itu, nyanya darsana mendiskusikan melalui bantuan 4 cara pengamatan, yakni: 1. 2. 3. 4. 5. Pratyaksa pramana atau pengamatan langsung Anumana pramanan atau melalui penyimpulan Upamana pramana atau melalui perbandingan Sabda pramana atau melalui penyaksian Vaisesika Sistem filsafat vaisesika mengambil nama dari kata visesa yang artinya kekhususan, yang merupakan cirri pembeda dari benda-benda. Ajaran Vaisesika dipelopori oleh Maharsi Kanada, yang menyusun Vaisesika-sutra. Inti dari ajaran ini adalah padartha. Padartha secara harfiah berarti arti dari sebuah kata, tetapi disini padartha adalah suatu permasalahan benda dalam filsafat. Padartha merupakan suatu objek yang dapat dipikirkan (artha) dan diberi nama (pada). Semua hal yang ada, dapat dinamai dan di amati, yaitu semua objek pengalaman adalah padartha. Benda-benda majemuk saling tergantung, sedangkan benda-benda sederhana sifatnya abadi dan bebas. Dalam vaisesika sutra, terdapat 6 buah padartha.: a. Dravya, yakni benda-benda atau substansi yang berjumlah 9 substansi, yaitu tanah (prthivi), air (apah), api (teja), udara (vayu), ether (akasa), waktu (kala), ruang (dis), roh (jiva), dan pikiran (manas.)

b. Guna atau sifat-sifat jumlahnya 24, yaitu rupa atau warna, rasa, gandha (bau), sparsa (sentuhan), samkhya (jumlah), parimana (ukuran), prthaktva (keanekaragaman), samyoga (persekutuan), vibhaga (keterpisahan), paratva (keterpencilan), aparatva (kedekatan), gurutva (bobot), dravatva (keenceran), sneha (kekentalan), sabda (suara), buddhi (pemahaman/pengetahuan), sukha (kesenangan), dukha (penderitaan), iccha (kehendak), dvesa (kebencian), prayatna (usaha), dharma (kebajikan), adharma (kekurangan), samskara (sifat pembiakan sendiri.)

c. Karma atau kegiatan yang terkandung dalam gerakan jenisnya ada 5 buah, utksepana (gerakan ke atas), avaksepana (gerakan ke bawah), a-kuncana (gerakan

membengkok), prasarana (gerakan mengembang), gamana (gerakan menjauh atau mendekat).

d. Samaya bersifat umum menyangkut 2 permasalahan, yaitu sifat umum lebih tinggi dan lebih rendah; jenis kelamin dan spesies.

e. Visesa atau kekhususan yang merupakan milik 9 substansi abadi dari dravya, yang kesemuanya memiliki perbedaan akhir yang kekal, yang membedakan yang satu dengan yang lainnya. Inilah yang menyebutkan system darsana ini disebut dengan vaisesika darsana.

f. Samavaya, keterpaduan satu jenis, yakni keterpaduan antara substansi dengan sifatnya, antara jenis kelamin atau spesies dengan pribadinya, antara sesuatu objek dengan pemikiran umum yang berhubungan dengannnya dan yang dipikirkan menjadi satu kesatuan nyata.

10

Meskipun

sebagai

sistem

filsafat

pada

awalnya

berdiri

sendiri,

namun

dalam

perkembangannya ajaran ini menjadi satu dengan Nyaya. 6. Wedanta Ajaran Vedanta, sering juga disebut dengan Uttara Mimamsa yaitu penyelidikan yang kedua, karena ajaran ini mengkaji bagian Weda, yaitu Upanishad. Kata Vedanta berakar kata dari Vedasya dan Antah yang berarti akhir dari Weda. Sumber ajaran ini adalah kitab Vedantasutra atau dikenal juga dengan nama Brahmasutra. Pelopor ajaran ini adalah Maharsi Vyasa, atau dikenal juga dengan nama Badarayana atau Krishna Dwipayana.

(http://id.wikipedia.org/wiki/adwaita wedanta) Ada banyak system yang berkembang dalam Wedanta, yang bersifat realis, pluralis, monoistis dan idealis. Kesemua system itu menerima Brahman sebagai realitas tertinggi. Adapun beberapa bagian dari Wedanta: a. Sankara, adalah system nondualistis, menurut Sankara, Atman sama dengan Brahman, yakni esensi subjektivitas yang bersatu dengan esensi dunia. Dunia seluruhnya tergantung pada Brahman, tetapi Brahman tidak tergantung pada dunia. Brahman adalah dasar seluruh pengalaman, ia tidak sama dengan dunia, tidak berbeda dengan dunia, tidak empiris, tidak objektif, bukan tidak ada, sangat berbeda dari yang lain. Moksa atau pembebasan diri dicapai dengan praktek devosi dan mewudjudkan nilainilai etis. Ini dicapai selama orang hidup.

b. Ramanuja, menekankan perbedaan dalam non dualisme Sankara. Dunia Diri, Brahman itu riil, tapi dunia dan diri tergantung pada Brahman. Diri memiliki eksistemsi abadi, dunia atau materi diri dan Brahman membentuk satu kesatuan, tetapi diri dan dunia hanya sebagai tubuh Brahman. Diluar Brahman tidak ada apa-apa. Itu

11

sebabnya Ramanuja disebut nondualisme dengan perbedaan yakni Brahman memiliki dua bentuk, diri dan materi.setinggi apaun manusia merealisasikan diri, Brahman masih lebih tinggi. Manusia harus selalu menghormati Brahman, itulah sebabnya Ramanuja menekankan aspek kebaktian pada Brahman.

c. Madhava, aliran yang mengajarkan bahwa dunia dan diri adalah realitas yang independen. Brahman merupakan eksistensi yang abadi, tapi dunia dan diri bergantung pada Brahman.

d. Pasupata, Sakti dan Pancarata, ketiganya merupakan sekte yang berlawanan dengan Weda. Dalam sistem pancarata, Wisnu sama dengan Brahman, tapi atribut-atributnya tak dapat menampakakan diri tanpa sakti yang dinamakan laksmi. Sakti ini memiliki aspek yaitu aktivitas dan menjadi (activity and becoming). Bila sakti itu aktif, keenam atribut Wisnu memanifestasikan diri dalam pengetahuan, keTuhanan, kemampuan, kekuatan, keperkasaan, dan kemuliaan. Dalam sistem Pasupata (siwa). Siwa, sama dengan Brahman dalam Upanishad. Hakekatnya adalah aku murni, tanpa atribut, tanpa keterangan, kesadaran murni

(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_filsafat/Bab_2.pdf).

12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan materi di atas dapat kami simpulkan bahwa : Filsafat merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni Philosophia, yang terdiri dari kata philos, yang berarti cinta atau suka, dan shopia yang berarti bijaksana. Dengan demikian,secara etimologis, filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan (Praja, S, 2003:1-2). Secara garis besar perkembangan filsafat di dunia dibagi menjadi 2 kubu, yakni filsafat yang mengacu ke timur (Asia) dan filsafat yang mengacu pada barat (Eropa).Dari kedua kubu filsafat tersebut, yang pertama berkembang adalah filsafat yang berasal dari timur. Filsafat timur sendiri sebenarnya terdiri dari tiga cabang yang didasarkan pada periodeisasi dan wilayahnya, yaitu filsafat India, filsafat Cina, dan filsafat Arab. Filsafat India mengarah pada Hinduisme dan Budhaisme, Mengacu pada periodeisasi filsafat timur, filsafat yang berkembang pertama kalinya adalah aliran filsafat India yang mengarah kepada Hinduisme dan Budhaisme. Perkembangan filsafat India sendiri dapat dibagi menjadi 4 zaman yakni: 1. 2. 3. 4. Zaman Prasejarah Zaman Weda Zaman Budha Zaman Purana

13

Pada hakikatnya filsafat dan sejarah dalam kata lainnya, mengandung penelitian dan usaha mencari kebenaran, penjelasan yang halus tentang sebab dan asal benda, pengertian dan pengetahuan tentang substansi, esensi dan pengetahuan tentang bagaimana dan sebab terjadinya peristiwa-peristiwa. Dengan demikian, sejarah benar-benar berakar dengan filsafat. B. Saran Demikianlah penjelasan dari kelompok kami tentang Filsafat Hinduisme dan Budhaisme,semoga dari makalah ini kita dapat mengambil pelajaran dan pemahaman lebih lanjut tentang filsafat yang merupakan cara / alat untuk kita bijak dalam menghadapi kehidupan.

14

DAFTAR PUSTAKA Http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_filsafat/Bab_2.pdf.Di unduh tanggal 25 Mei 2012 Praja, S, 2003:1-2,Filsafat Sejarah, Di unduh tanggal 25 Mei 2012 Ramadhan,Suradi,M.Hd.2009.Filsafat sejarah Ibn Khaldun. www.dpdimmriau.co. cc /2009/03/filsafat-sejarah-ibn-khaldun.html. Di unduh tanggal 25 Mei 2012 Wikipedia, ensiklopedia bebas Geogle terjemahan.Biografi Sri Aurobindo. Di unduh tanggal 25 Mei 2012 Wikipedia, ensiklopedia bebas Geogle terjemahan Auguste Comte. Di unduh tanggal 25 Mei 2012

Anda mungkin juga menyukai