Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT TIMUR

(Filsafat India dan Filsafat China)

Disusun oleh:

Munika : 20.00020
Tedy Setiadi : 20.00023
Windari : 20.00034
Yulisa Melsy : 20.00003
PENDAHULUAN
Latar belakang
Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia,
khususnya di India, Tiongkok, dan daerah-daerah lain yang pernah
mempengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas filsafat timur tentang hubungan
filsafat dengan agama. Pemikiran filsafat timur sering dianggap sebagai
pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis, dan tidak kritis. Hal ini
disebabkan pemikiran timur lebih dianggap agama dibanding filsafat. pemikiran
timur tidak menampilkan sistematika seperti dalam filsafat barat.
Rumusan Masalah
1. Apa itu filsafat India?
2. Apa itu filsafat China?
PEMBAHASAN
Filsafat India
Filsafat India pada dasarnya dapat dikategorikan pada tahapan besar, yaitu:
a. Periode Weda, manusia dipandang sebagai bagian kecil dari alam, dimana sifat manusia
identik dengan sifat alam.
b. Periode klasik, berkembang dalam ranah kesatuan substansi rohani yang digambarkan
sebagai bagian terintegral dengan jiwa individual.
c. Periode post-klasik, dan
d. Filsafat India baru (modern), sebagian besar bersifat mistis dan intuitif.
Menurut Radhakrishnan dan Moore, ada tujuh ciri umum yang mewarnai sistem filsafat India,
yaitu sebagai berikut:
1. Ciri pertama adalah motif spiritual. Motif ini mewarnai usaha filsafat India dalam konteks hidup pada
umumnya, kecuali aliran materialisme hedonistis seperti Carvaka.
2. Ciri kedua ialah filsafat India ditandai dengan sikap dan pendekatan introspektif terhadap realitas. Filsafat
dipahami sebagai Atmavidya, yakni pengetahuan akan diri.
3. Ciri ketiga adalah adanya hubungan erat antara hidup dan filsafat.
4. Ciri keempat bersifat idealis. Dalam ciri ini, dualisme atau pluralisme diresapi oleh ciri monistik yang kuat.
5. Ciri ke lima adalah hanya intuisi yang diakui mampu menyingkapi kebenaran. Dalam hal ini, pemikiran dan
pengetahuan intelektual dianggap tidak mencukupi.
6. Ciri keenam adalah penerimaan terhadap otoritas. Barata mengartikan sruti sebagai pengetahuan yang
diturunkan dari tanda-tanda, simbol atau kata.
7. Ciri ketujuh adalah adanya tendensi untuk mendekati aspek pengalaman dan realitas dengan pendekatan
sintetis.
Filsafat China
Pada awal abad ke-8 sampai abad ke-5 sebelum masehi, kerangka dominan yang
dicetuskan masyarakat Cina, yakni berpusat pada lima anasir alam yang digambarkan saling
berintegrasi, serta sebagai jawaban terhadap fenomena kehidupan yang sesungguhnya, yaitu:
1. Api,
2. Kayu,
3. Air,
4. Logam, dan
5. Bumi.

Jika filsafat India dilandaskan pada Weda, maka ilsafat Cina dilandaskan pada
Konfusius dan Lao Tse yang berkembang dari abad ke-5 hingga ke-3 sebelum Masehi.
Fung Yu Lan mencatat bahwa di Cina terdapat tiga agama besar, yaitu:
a. Konfusianisme
Konfusianisme sebenarnya bukan agama, karena di dalam Kitab nan Empat (ajaran Konfusius)
tidak
terdapat cerita tentang penciptaan dan tidak disebut mengenai surga atau neraka.
b. Taoismedan
Taoismedan, dapat diartikan sebagai filsafat atau sebagai agama. Keduanya sangat berbeda,
bahkan bertentangan. Taoisme sebagai filsafat (Tao chia) mengajarkan agar manusia mengikuti
alam,
sedangkan Taoisme (Tao chiao) sebagai agama, mengajarkan agar manusia menentang alam.
c. Buddhisme
Dalam hal Buddhisme, terdapat pemilahan antara Buddhisme sebagai filsafat, yang disebut Fo
hsueh
(ajaran Buddha), dengan Buddhisme sebagai agama, yang dinamakan Fo Chiao (agama Buddha).
Hamersma menyebutkan tiga pokok pikiran yang penting sepanjang sejarah filsafat Cina, yaitu:
a. Harmoni. Yakni harmoni antara sesama manusia, manusia dan alam, serta manusia dan surga.
b. Toleransi. Terdapat keterbukaan untuk pendapat yang berbeda dengan pendapat pribadi
(termasuk dalam hal beragama).
c. Perikemanusiaan. Merupakan pokok penting karena manusialah yang merupakan pusat filsafat
Cina.
Oleh karena itu, penjabaran hakikat manusia dapat ditemukan dalam konsep
keseimbangan “Yin” dan “Yang”. Yin bermakna sebagai sesuatu yang tertutup dan tak di
ketahui, sedangkan Yang sesuatu yang terbuka dan diketahui.
Yin dan Yang selalu berpasang-pasangan dalam menciptakan keseimbangan. Jika Yang
digambarkan sebagai bentuk simbolik langit, siang, matahari, jantan, api, aksi, kuat, gembira
dan lain-lain, maka Yin pasti digambarkan sebagai Bumi, malam, bulan, betina, air, pasif,
lemah, susah dan lain sebagainya.
Dengan demikian, keseimbangan yang digambarkan sebagai bentuk Yin dan Yang
merupakan bentuk releksi keseimbangan manusia dengan alam, jika direnungkan lebih
mendalam dapat bermakna filsafat hidup manusia.
Dalam hal ini, Yin disimbolkan dengan bagian hitam, sementara Yang disimbolkan
dengan bagian putih. Kedua warna tersebut saling bersinergikan dalam suatu lingkaran bulat
dengan garis lengkung yang indah. Hakikat Yin melengkapi Yang, sehingga menurut Lao-Tse
tiada ciptaan tanpa adanya kedua prinsip ini. Kedua prinsip ini pulalah yang selalu menjadi
“ikon” bagi masyarakat Cina hingga saat ini.
PENUTUP
Kesimpulan
Pemikiran-pemikiran filsafat juga berkembang di dunia bagian timur (filsafat
India dan Filsafat Cina). Filsafat telah berkembang pesat dan berubah fungsi dari induk
ilmu pengetahuan, menjadi pendekatan dan perekat berbagai ilmu pengetahuan dan
terpisah satu dengan lainnya, s e r t a sebagai alat analisis dalam memecahkan
permasalahan filosofis dari dunia ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
(philosophical analysis). Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, bahwa adanya
tokoh-tokoh yang membuat filsafat itu menjadi ada dan berkembang hingga saat ini
bahkan di jadikan sebagai mata pelajaran.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai