OLEH:
KELOMPOK 3
KELAS A
KELOMPOK 3 A
ISLAH AMALIA ADISTI ADIZAH
(C021201030) (C021201038)
3 4 5
ALIRAN BUDAYA IMPLIKASI
ALIRAN FILSAFAT BUDAYA MASYARAKAT Implikasi dari Nilai-nilai
YANG INDIA Filosifis dalam Kehidupan
BERKEMBANG Sehari-hari
HISTOR
Y
Sejarah Filsafat Hindi
History
Hubungan manusia dan alam semesta adalah seperti makro dan mikrokosmos,
tapi belum dalam hubungan yang harmonis. Mulai ditemukan asas pertama alam
semesta adalah Brahman dan pusat hidup manuasia adalah atman. Setelah
kematian manusia akan dilahirkan kembali yang merupakan suatu karunia.
Kitab Upanisad
Di zaman Upanisad ini juga diajarkan Karma atau perbuatan yang berakar pada ajaran
tentang Rta. Karma atau perbuatan juga mempunyai buah perbuatan atau Karma Phala.
Perbuatan baik akan berbuah baik, perbuatan jelek akan berbuah jelek pula. Manusia kalau
demikian merupakan hasil dari perbuatannya sendiri. Karma tidak saja menguasai kehidupan
manusia yang akan datang tapi juga kehidupan manusia yang telah lalu. Hidup manusia yang
sekarang ditentukan oleh kehidupannya yang lalu dan kehidupannya yang sekarang
menentukan kehidupannya yang akan datang
Demikianlah manusia dilahirkan, hidup, mati dan dilahirkan kembali, hidup mati
lagi dan dilahirkan kembali, demikian seterusnya tidak ada awal tidak ada akhir.
Kelahiran yang terus menerus seperti itu disebut Samsara atau Punarbawa atau
reinkarnasi.Jika seseorang mati maka akunya yang halus bersama dengan
perbuatannya masih melekat. Kecenderungan-kecenderungannya yang lalu masih
menyertainya, ia masih ingin untuk melakukannya, ia diikat oleh samsara.
Zaman Epos (600 SM-200 SM)
Meliputi perkembangan antara kesusasteraan Upanisad yang
tertua dan sistem-sistem filsafat (darsana). Kitab Ramayana dan
Kitab Mahabarata menjadi alat untuk menyebarkan cita-cita baru,
yaitu mengenai sifat dan ciri-ciri kepahlawanan dan kedewataan
dalam hubungan insani atau kemanusiaan. Sistem-sistem dari
agama Budha, Jainisme, agama Siwa, agama Wisnu termasuk juga
dalam periode ini. Pada jaman ini juga sudah dimulai timbulnya
sutra-sutra.
Zaman Sutra (Mulai 200 SM)
● Pada zaman ini bahan-bahan pemikiran menjadi sangat banyak sehingga
dirasakan perlu adanya penyederhanaan dan perangkuman. Hal ini terjadi
dalam bentuk Sutra-sutra, yang sebenarnya sudah dimulai pada jaman
sebelumnya (Epos). Pada jaman ini sutra-sutra yang makin lama semakin
banyak itu memerlukan penjelasan lebih lanjut. Sejak itu kemudian
berkembang sikap kritis dalam filsafat India. Zaman tumbuhnya sutra-sutra
ini sukar sekali dipisahkan dari jaman para komentatornya. Sistem-sistem
filsafat yang berkembang pada jaman ini sulit dicari urutannya. Menurut R.
Garbe yang tertua adalah Sankhya, kemudian timbul Yoga, Mimamsa,
Wedanta, Walcesika, dan kemudian Nyaya.
Zaman Scholastik ( mulai 200 SM )
● Zaman scholastic ini sukar sekali dipisahkan dengan zaman sutra-sutra di atas
karena periodenya sama. (S. Radhakrshnan, Vol. II: 1927: 59). Scholastic yang
dimaksud adalah zaman sekolah-sekolah pemikiran yang dalam bahasa Sanskerta
disebut Acharya. Pemikiran Buddha dan perkembangannya juga mendorong
munculnya zaman ini, karena pemikir-pemikir filsafat India yang berdasarkan
Veda mulai menentang dogmatism dan tradisi dengan menafsirkan ulang tradisi-
tradisi mempergunakan akal budhi dan logika berfikir. Munculnya para pemikir
yang mendirikan aliran pemikiran sendiri-sendiri, bahkan antara satu pemikran
yang satu dengan yang lain satu sama yang lainnya ada yang saling bertentangan.
(S. Radhakrshnan, Vol. II: 1927: 17).
Pandangan
TOKOH-TOKOH FILSAFAT HINDI
—Bhiraspati
Brihaspati mendirikan filsafat carvaka dan cirinya materialistis dan hedonistis. Aliran ini tidak
menerima kehidupan setelah kematian, alasannya kehidupan di dunia akhirat tak dapat
diverifikasi apalagi belum ada seorangpun yang menyaksikannya. Jadi, aliran ini hanya mengakui
eksistensi duniawi dan kebakaan jiwa. Menurut aliran ini manusia boleh melakukan apa saja
karena tidak ada hukum yang mengikat, jadi mereka menolak konsep hukum karma yang terdapat
dalam filsafat india lainnya. Aliran ini hanya menerima pengetahuan berdasarkan persepsi
langsung dan mereka menolak deduksi, karena menurut mereka kebenaran telah terkandung
dalam premisnya.
-Sindharta Gautama
Budhisme didirikan oleh Sindharta Gautama. Inti ajarannya ialah bahwa segalanya duka.
Penderitaan karena samsara adalah suatu yang real dan oleh sebab itu manusia harus
berusaha melepaskan diri dari kesengsaraan. Tapi bukan berarti bahwa bhudisme
mengajarkan keputusasaan. Budha mengajarkan empat kebenaran utama yakni :
• Hidup adalah sengsara
• Penderitaan itu muncul karena keinginan
• Penderitaan dapat diisi dan mencapai nirvana dimana segala kehidupan berakhir
-Sankara
Merupakan pengajar aliran Adwaita. Pokok ajarannya adalah
bahwa “Brahman adalah nyata. jiwa perorangan adalah Brahman.
Brahman tidak rangkap. Dunia itu tidak nyata. jiwa tidak berbeda
dengan Brahman.”
-Ramanuja
Menurut aliran ini, hakikat diri atau jiwa adalah kesasaran. Tujuan
tertinggi adalah realisasi kondisi murni, mengembalikan jiwa
kepada hakikatnya, yakni pengetahuan tak terbatas (ananta jnana),
persepsi tidak terbatas (ananta darsana), kekuatan tidak terbatas
(ananta virya), dan kebahagiaan tidak terbatas.
Buddhisme
Inti ajarannya ialah bahwa segalanya duka. Penderitaan karena
samsara adalah suatu yang real dan oleh sebab itu manusia harus
berusaha melepaskan diri dari kesengsaraan. Tapi bukan berarti bahwa
bhudisme mengajarkan keputusasaan. Budha mengajarkan empat
kebenaran utama yakni :
· Hidup adalah sengsara
· Penderitaan itu muncul karena keinginan.
· Penderitaan dapat diakhiri dan dicapai nirvana dimana segala
kehidupan berakhir
Nyaya dan
Vaisesika
Pada budaya India, agama, mitologi, dan literatur klasik merupakan basis bagi
seni pertunjukan. Tarian klasik India, seperti Bharatnatyam, Kathakali, Kathak,
Manipuri, Odissi, dan Kuchipudi mengikuti aturan-aturan natya shastra,
mitologi, dan literatur klasik seperti epik Ramayana dan Mahabharata.
Menurut budaya India, bagi jiwa, musik bagaikan makanan bagi tubuh. Sejak
zaman Veda, musik telah menawan hati dan pikiran setiap orang India. Salah
satu bentuk seni pertunjukan yang membuat India terkenal adalah film. India
memproduksi lebih dari 1.000 film setiap tahun yang bukan hanya populer di
pasar domestik, tetapi juga tersebar di negara-negara lain di Asia dan di Eropa.
NILAI YANG DIANUT DAN
IMPLIKASINYA
Tentang Kenyataan 1 2
Tentang Jiwa
Tertinggi
3 4
Tentang Karma Tentang Kelepasan
5
Tentang Keramah-tamahan
Nilai yang dianut dan Implikasinya
Kenyataan Tertinggi Jiwa
Ajaran tentang jiwa semuanya mengakui adanya
Kenyataan tertinggi itu tidak terlihat oleh
Tuhan dan dapat dikatakan juga bahwa jiwa itu
penginderaan, dengan demikian, realitas
mempunyai sikap meyakini dan perasa terhadap
dihubungkan dengan kenyataan. Sebenarnya
kepercayaan Yang Maha Kuasa
kenyataan itu rasionalitas.
Karma Keramah-tamahan
Mereka akan mendapatkan balasan dari Keramah-tamahan adalah sebuah kebiasaan dan harus
perbuatan mereka. Apabila mereka berbuat baik, selalu dilakukan oleh mereka. Setiap tetangga atau orang
maka balasan yang mereka dapatkan setimpal. baru yang mereka temui dianggap sebagai sebagai
Begitu pula sebaliknya saudara dan mereka senang akan hal tersebut. Ketika
kita berkunjung memenuhi undangan makan dari orang
Kelepasan India misalnya, mereka akan melayani kita dengan
Dengan melepaskan segala kejahatan yang telah sepenuh tenaga.
mereka lakukan dan bertaubat, maka mereka
meraih kebaikan dengan merealisasikan segala
keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik
T H A N K S