Anda di halaman 1dari 8

BAB 7

BUDAYA DALAM AGAMA BUDDHA


PENGERTIAN BUDAYA
•Budaya  pola hidup yang menyeluruh
•Budaya  suatu cara hidup berkembang yang dimiliki oleh sebuah
kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi
•Menurut Ki Hajar Dewantara, Budaya adalah hasil perjuangan manusia terhadap
dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup
manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
SIFAT DUALITAS PIKIRAN
Advaya, non-dualitas kebenaran yang lazim dan pokok dalam
Madhyamaka Buddhisme. Dalam Buddhis Madhyamaka, advaya berarti
bahwa tidak ada yang mutlak, yang melampaui realitas di luar realitas kita
sehari-hari, dan ketika sesuatu itu ada, mereka pada akhirnya "kosong"
dari keberadaan apapun pada mereka sendiri. Dalam Yogacara, advaya
mengacu pada gagasan kesadaran nondualisme dan apa yang disadari
PERTEMUAN KEBUDAYAAN JAWA-INDIA
Agama dan kebudayaan Hindu–Buddha lahir dan berkembang di India.
Sejak zaman prasejarah penduduk Indonesia dikenal sebagai pelaut ulung
yang sanggup mengarungi lautan lepas. Pada permulaan pertama tarikh
Masehi, telah terjalin hubungan dagang antara Indonesia dengan India.
Hubungan ini kemudian juga berkembang ke hubungan agama dan budaya.
Hal ini disebabkan para pedagang dari India tidak hanya membawa barang
dagangannya, tetapi juga membawa agama dan kebudayaan mereka sehingga
menimbulkan perubahan kehidupan dalam masyarakat Indonesia, yakni
sebagai berikut.:
• Semula hanya mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme, kemudian
mengenal dan menganut agama Hindu–Buddha.
• Semula belum mengenal aksara/tulisan, menjadi mengenal aksara/tulisan
dan Indonesia memasuki zaman Sejarah.
PENGARUH INDIA TERHADAP INDONESIA
Pengaruh India yang paling besar adalah pengaruh dari bahasa Sansekerta. Pada masa ketika Jawa
mulai mendapat pengaruh yang besar, bahasa Sansekerta sudah tidak digunakan sebagai bahasa
pengantar dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa ini adalah bahasa sastra, dan hanya digunakan
lapisan atas masyarakat, istana, dan dalam acara keagamaan. Sedangkan dalam kehidupan sehari-
hari terdapat beberapa bahasa daerah yang digunakan di tempatnya masing-masing.
Mengingat begitu banyaknya pengaruh, terutama dalam hal kosakata bahasa Sansekerta terhadap
bahasa Jawa Kuno, maka akan terlihat suatu kejanggalan. Yakni dari mana pun pengaruh dari India
datang ke Jawa, pada masa itu tidak seharusnya bahasa Sansekerta digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga tidak seharusnya masyarakat Jawa pada saat itu mengetahui cara pengucapan
kosakata bahasa Sansekerta yang banyak mereka tiru. Walaupun kita juga tidak mengetahui
bagaimana cara pengucapan bahasa Jawa Kuno oleh masyarakat pada saat itu. Kita hanya
mengetahui perihal bahasa Jawa Kuno dari bukti tertulis. Sehingga kita hanya mengetahui bahasa
Jawa Kuno sebagai bahasa sastra. Namun kemungkinan bahwa terdapat bahasa lain atau bentuk lain
bahasa Jawa Kuno yang digunakan untuk percakapan sehari-hari kurang dapat diterima.
Ada hal lain yang menarik perhatian dalam penyerapan bahasa Sansekerta pada bahasa Jawa Kuno.
Kategori kata yang dipinjam dari bahasa Sansekerta hampir semuanya termasuk dalam kategori kata
benda dan kata sifat. Kata-kata itu kemudian diperlakukan tidak sesuai dengan aturan bahasa
asalnya, namun sesuai dengan tata bahasa Jawa Kuna. Misalnya adalah kosakata bahasa Sansekerta
yang dibubuhi afiksasi Jawa Kuna.
PENGETAHUAN AGAMA/AJARAN
BUDDHA/HINDU

Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat indonesia menganut kepercayaan


animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima kepercayaan baru, yaitu
agama Hindu-Budha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Meskipun
demikian, kepercayaan asli tidak hilang akibat tergeser oleh agama Hindhu dan
Buddha. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan keagamaan,
misalnya dalam hal tata cara krama, upacara-upacara pemujaan dan bentuk tempat
peribadatan
BANGUNAN DAN KITAB SEBAGAI PENINGGALAN
SEJARAH
1. Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
2. Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di
perabukan.
3. Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara
diperabukan.
4. Candi Borobudur candi terbesar yang ada di Indonesia
5. Kitab Sutasoma yang dikarang Mpu Tantular

Candi Borobudur
Bentuk-bentuk pikiran baik
5. Bentuk – bentuk pikiran yang baik (cetasika ) atau brahmavihara
Sobhana cetasika 25 : 25 bentuk batin yang bagus atau baik.
A) sobhanasadharana cetasika 19 : 19 macam bentuk batin yang bersekutu hanya kepada kesadaran / pikiran yang baik saja.
     28. Saddha keyakinan
     29. Sati kesadaran atau ingatan
     30. Hiri malu untuk berbuat kejahatan
     31. Ottapa takut akan akibat dari perbuatan jahat
     32. Alobha tidak serakah
     33. Adosa tidak benci
     34. Tatramajjhattata keseimbangan batin
     35. Kayapassaddhi ketenangan dari bentuk batin
     36. Cittapassaddhi ketenangan pikiran
     37. Kayalahuta kegembiraan dari bentuk batin
     38. Cittalahuta kegembiraan pikiran
     39. Kayamuduta sifat menurut dari bentuk batin
     40. Cittamuduta sifat menurut dari bentuk pikiran
     41. Kayakammannata sifat menyesuaikan diri dari bentuk batin
     42. Cittakammannata sifat menyesuaikan diri dari pikiran
     43. Kayapagunnata kemampuan dari bentuk batin
     44. Cittapagunnata kemampuan dari pikiran
     45. Kayujukata ketulusan / kejujuran dari bentuk batin
     46. Cittujukata ketulusan / kejujuran dari pikiran
B) virati cetasika 3 : 3 macam bentuk batin yang terbebas dari kejahatan yang memimpin.
     47. Samma vaca bicara benar
     48. Samma kammanata perbuatan benar
     49. Samma ajiva pencaharian benar
C) appamanna cetasika 2 : 2 macam bentuk batin yang tidak terbatas.
     50. Karuna belas kasihan
     51. Mudita simpati
D) pannindriya cetasika 1 : 1 macam bentuk batin yang bijaksana.
     52. Panna kebijaksanaan.
 
Brahmavihara terdiri dari Metta, Karuna, Muditta, dan Upekkha.

Anda mungkin juga menyukai