Anda di halaman 1dari 12

BAB 6

MASYARAKAT
PENGERTIAN MASYARAKAT

Masyarakat adalah sebuah kelompok atau komunitas yang interdependen


atau individu yang saling bergantung antara yang satu dengan lainnya.

Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok


individu yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
4 SIKAP HARMONIS DALAM
BERMASYARAKAT
Beberapa sikap yang dapat kita lakukan untuk menjaga keharmonisan
dalam masyarakat, antara lain:
• Adanya kesadaran mengenai perbedaan sikap, watak, dan sifat.
• Menghargai berbagai macam karakteristik masyarakat.
• Bersikap ramah dengan orang lain
• Selalu berfikir positif.
KONSEP DHARMAWIJAYA
Kerajaan Kalinga ditaklukkan oleh Raja Asoka sendiri setelah
pertempuran berdarah pada tahun 262 SM. Setelah menyaksikan
penghancuran kehidupan serta penderitaan yang tak tertahankan
dalam perang Kalinga pada tahun ke-8 pemerintahannya, Raja Asoka
mendapat pengaruh yang baik dari Sangha dan menjadi orang yang
sama sekali berbeda. Beliau menggantungkan pedangnya yang tidak
pernah dicabutnya kembali dan memberitakan perhatian yang penuh
pada kehidupan yang berdasarkan moral dan spiritual yang disebut
Dharma Wijaya.
KONSEP KARANIYA METTA
Karaniya Metta Sutta merupakan Sutta yang menggambarkan cinta kasih
dan belas kasihan kepada semua makhluk. Sutta ini pertama sekali di
ucapkan langsung oleh Sang Buddha kepada lima ratus orang murid-Nya
yang diganggu oleh makhluk yang menyeramkan sewaktu mereka
diperintahkan oleh Sang Buddha untuk melatih diri di hutan. Untuk
membantu para siswa-Nya, Sang Buddha kemudian mengucapkan syair
yang kemudian kita kenal dengan Karaniya Metta Sutta. Dengan bekal
Karaniya Metta Sutta ini, siswa Sang Buddha kemudian kembali ke hutan
yang menjadi tempat melatih diri mereka. Sejak itu, mereka tidak lagi
dilihati / diganggu makhluk yang menyeramkan.
ISI SYAIR KARANIYA METTA
” Inilah yang harus dilaksanakan oleh mereka yang tekun dalam kebaikan dan telah mencapai
ketenangan bathin. Ia harus pandai, jujur, sangat jujur, rendah hati, lemah lembut, tiada sombong,
merasa puas, mudah dirawat tiada sibuk, sederhana hidupnya, tenang indrianya, selalu waspada,
tahu malu, tidak melekat pada keluarga, tak berbuat kesalahan walaupun kecil yang dapat dicela
oleh para bijaksana. Hendaklah ia selalu berpikir: “Semoga semua makhluk sejahtera dan damai,
semoga semua makhluk berbahagia”. Makhluk apapun juga baik yang lemah atau yang kuat tanpa
kecuali. Yang panjang atau yang besar yang sedang, pendek, kurus atau gemuk. Yang terlihat atau
tidak terlihat. Yang jauh maupun yang deka.t Yang telah terlahir atau yang akan dilahirkan. Semoga
semuanya berbahagia. Jangan menipu orang lain atau menghina siapa saja. Janganlah karena
marah dan benci mengharapkan orang lain mendapat celaka. Bagaikan seorang ibu
mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi anaknya yang tunggal. Demikianlah terhadap semua
makhluk. Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas. Hendaknya pikiran kasih sayang
dipancarkannya ke seluruh penjuru alam, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling tanpa rintangan,
tanpa benci, atau permusuhan. Sewaktu berdiri, berjalan, atau duduk atau berbaring sesaat
sebelum tidur Ia tekun mengembangkan kesadaran ini yang dinamakan “Kediaman Brahma”. Tidak
berpegang pada pandangan yang salah, tekun dalam sila dan memiliki kebijaksanaan, hingga
bathinnya bersih dari segala nafsu indria, maka ia tak akan lahir lagi dalam rahim manapun juga.”
SUSUNAN MASYARAKAT DALAM
PANDANGAN BUDDHIS:
1. Masyarakat awam dan viharawan
2. Kemoralan masyarakat awam dan masyarakat vihara
3. Hubungan umat awam dan umat viharawan
4. Masalah otoritas tertinggi dalam Agama Buddha
MASYARAKAT AWAM DAN VIHARAWAN
Upāsaka dan upāsika adalah umat Buddha laki-laki dan perempuan yang menjalankan kehidupan
keduniawian.

Syarat menjadi Upasaka-Upasika;


1. Visudhi secara formal
Seseorang yang ingin menjadi Upasaka-Upasika haruslah datang ke vihara mempelajari ajaran Buddha.
Setelah mengerti Dhamma lalu mendaftarkan diri untuk di visudhi oleh bhikkhu/pandita. Pada hari yang
disepakati calon Upasaka-Upasika datang ke vihara untuk menerima Tisarana (Tiga Perlindungan).
Bhikkhu/Pandita memberikan tekad 5 sila untuk di jalankan agar mendapatkan kebahagiaan duniawi dan
kebahagiaan sejati. Setelah itu Bhikkhu/Pandita memberikan pemberkahan serta nama buddhis. Sejak saat
itu Upasaka dan Upasika baru mulai mempraktikkan 5-8 sila setiap harinya.
2. Visudhi secara alamiah
Sesungguhnya apabila seseorang laki-laki maupun wanita mengerti dengan benar tentang Tiratana dan
mereka mempraktikkan 5-8 sila. Ia sebenarnya telah menjadi Upasaka-Upasika.
KEMORALAN MASYARAKAT AWAM
DAN MASYARAKAT VIHARA
Sila bagi para umat awam, yaitu Panca Sila atau Atthanga Sila (pada waktu-
waktu tertentu). Panca Sila terdiri dari 5 Sila dan Atthanga Sila terdiri dari 8
Sila yang dilakukan setiap hari atau pada hari-hari tertentu. Sila bagi para
samanera dan samaneri, yaitu Dasa Sila yang terdiri dari 10 Sila. Semua tata
tertib yang ditetapkan oleh Sang Buddha kepada para bhikkhu. Bhikkhu Sila
ada 227, yaitu Patimokkha Sila. Para bhikkhu mempraktikkan Patimokkha
setiap harinya, yaitu: Parajika 4, Sanghadisesa 13, Aniyata 2, Nissagiya
Pacittiya 30, Suddhika Paccittiya 92, Patidesaniya 4, Sekhiyavatta 75,
Adhikarana Samatha 7. Semua tata tertib yang ditetapkan oleh Sang
Buddha kepada para bhikkhuni. Bikkhuni Sila ada 311, yaitu Patimokkha Sila
untuk Bhikkhuni.
HUBUNGAN UMAT AWAM DAN
UMAT VIHARA
Hubungan antara Bhikkhu dengan umat awam merupakan hubungan yang bersifat moral religius
semata-mata dan bersifat timbal balik sebagaimana dijelaskan Sang Buddha Gautama dalam
Sigalovada Sutta :
"Umat awam hendaknya menghormati Bhikkhu dengan : membantu dan memperlakukan mereka
dengan perbuatan baik , kata-kata dan pikiran baik, membiarkan pintu terbuka bagi mereka dan
memberikan makanan serta keperluan yang sesuai dengan mereka.
Sebaliknya para Bhikkhu yang mendapat penghormatan demikian mempunyai kewajiban terhadap
umat awam , yaitu : melindungi dan mencegah seseorang dari perbuatan jahat, memberi petunjuk
untuk melakukan perbuatan baik, mencintai mereka dengan hati yang tulus, menerangkan ajaran
yang belum didengar atau diketahui, menjelaskan apa yang belum dimengerti, dan menunjukkan Jalan
untuk menuju pembebasan".
Dengan demikian, para Bhikkhu yang benar-benar menjalankan Dhamma Vinaya adalah sahabat
yang baik (Kalyana Mitta), yang sepatutnya mendapat pelayanan dan penghormatan yang layak dari
umat awam.
MASALAH OTORITAS TERTINGGI
DALAM AGAMA BUDDHA

• Dalam kerangka ajaran Sang Buddha Gautama, sejauh berhubungan


dengan pembebasan dari derita, tidak dikenal adanya "lembaga
pemegang otoritas tertinggi".
• Hal ini dapat dibuktikan dalam sabda Sang Buddha Gautama yang
terdapat dalam Kalama Sutta dan Maha Parinibbana Sutta.
• Hubungan yang wajar dan sepatutnya antara umat awam dengan
para Bhikkhu telah digariskan dengan jelas oleh Sang Buddha
Gautama dalam Sigalovada Sutta.
ISI SIGALOVADA SUTTA
"Jangan engkau menerima segala sesuatu hanya karena itu berdasarkan atas
laporan, tradisi, kabar angin, tertulis di dalam kitab-kitab suci ... atau hanya
karena hormat terhadap guru (pandita). Akan tetapi, bilamana engkau
ketahui sendiri... Hal-hal ini tidak baik, tercela, tidak dibenarkan oleh para
bijaksana, tidak sesuai untuk dilaksanakan, menimbulkan kerugian dan
penderitaan, maka engkau harus meninggalkannya ... bilamana engkau
ketahui sendiri ... Hal-hal ini baik, tidak tercela, dipuji oleh para bijaksana,
sesuai untuk dilaksanakan, membawa pada kesejahteraan dan kebahagiaan,
maka terimalah hal-hal itu dan laksanakanlah dalam hidupmu".

Anguttara Nikaya I, 189.

Anda mungkin juga menyukai