Masyarakat adalah sebuah kelompok atau komunitas yang interdependen
atau individu yang saling bergantung antara yang satu dengan lainnya.
Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok
individu yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. 4 SIKAP HARMONIS DALAM BERMASYARAKAT Beberapa sikap yang dapat kita lakukan untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat, antara lain: • Adanya kesadaran mengenai perbedaan sikap, watak, dan sifat. • Menghargai berbagai macam karakteristik masyarakat. • Bersikap ramah dengan orang lain • Selalu berfikir positif. KONSEP DHARMAWIJAYA Kerajaan Kalinga ditaklukkan oleh Raja Asoka sendiri setelah pertempuran berdarah pada tahun 262 SM. Setelah menyaksikan penghancuran kehidupan serta penderitaan yang tak tertahankan dalam perang Kalinga pada tahun ke-8 pemerintahannya, Raja Asoka mendapat pengaruh yang baik dari Sangha dan menjadi orang yang sama sekali berbeda. Beliau menggantungkan pedangnya yang tidak pernah dicabutnya kembali dan memberitakan perhatian yang penuh pada kehidupan yang berdasarkan moral dan spiritual yang disebut Dharma Wijaya. KONSEP KARANIYA METTA Karaniya Metta Sutta merupakan Sutta yang menggambarkan cinta kasih dan belas kasihan kepada semua makhluk. Sutta ini pertama sekali di ucapkan langsung oleh Sang Buddha kepada lima ratus orang murid-Nya yang diganggu oleh makhluk yang menyeramkan sewaktu mereka diperintahkan oleh Sang Buddha untuk melatih diri di hutan. Untuk membantu para siswa-Nya, Sang Buddha kemudian mengucapkan syair yang kemudian kita kenal dengan Karaniya Metta Sutta. Dengan bekal Karaniya Metta Sutta ini, siswa Sang Buddha kemudian kembali ke hutan yang menjadi tempat melatih diri mereka. Sejak itu, mereka tidak lagi dilihati / diganggu makhluk yang menyeramkan. ISI SYAIR KARANIYA METTA ” Inilah yang harus dilaksanakan oleh mereka yang tekun dalam kebaikan dan telah mencapai ketenangan bathin. Ia harus pandai, jujur, sangat jujur, rendah hati, lemah lembut, tiada sombong, merasa puas, mudah dirawat tiada sibuk, sederhana hidupnya, tenang indrianya, selalu waspada, tahu malu, tidak melekat pada keluarga, tak berbuat kesalahan walaupun kecil yang dapat dicela oleh para bijaksana. Hendaklah ia selalu berpikir: “Semoga semua makhluk sejahtera dan damai, semoga semua makhluk berbahagia”. Makhluk apapun juga baik yang lemah atau yang kuat tanpa kecuali. Yang panjang atau yang besar yang sedang, pendek, kurus atau gemuk. Yang terlihat atau tidak terlihat. Yang jauh maupun yang deka.t Yang telah terlahir atau yang akan dilahirkan. Semoga semuanya berbahagia. Jangan menipu orang lain atau menghina siapa saja. Janganlah karena marah dan benci mengharapkan orang lain mendapat celaka. Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi anaknya yang tunggal. Demikianlah terhadap semua makhluk. Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas. Hendaknya pikiran kasih sayang dipancarkannya ke seluruh penjuru alam, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling tanpa rintangan, tanpa benci, atau permusuhan. Sewaktu berdiri, berjalan, atau duduk atau berbaring sesaat sebelum tidur Ia tekun mengembangkan kesadaran ini yang dinamakan “Kediaman Brahma”. Tidak berpegang pada pandangan yang salah, tekun dalam sila dan memiliki kebijaksanaan, hingga bathinnya bersih dari segala nafsu indria, maka ia tak akan lahir lagi dalam rahim manapun juga.” SUSUNAN MASYARAKAT DALAM PANDANGAN BUDDHIS: 1. Masyarakat awam dan viharawan 2. Kemoralan masyarakat awam dan masyarakat vihara 3. Hubungan umat awam dan umat viharawan 4. Masalah otoritas tertinggi dalam Agama Buddha MASYARAKAT AWAM DAN VIHARAWAN Upāsaka dan upāsika adalah umat Buddha laki-laki dan perempuan yang menjalankan kehidupan keduniawian.
Syarat menjadi Upasaka-Upasika;
1. Visudhi secara formal Seseorang yang ingin menjadi Upasaka-Upasika haruslah datang ke vihara mempelajari ajaran Buddha. Setelah mengerti Dhamma lalu mendaftarkan diri untuk di visudhi oleh bhikkhu/pandita. Pada hari yang disepakati calon Upasaka-Upasika datang ke vihara untuk menerima Tisarana (Tiga Perlindungan). Bhikkhu/Pandita memberikan tekad 5 sila untuk di jalankan agar mendapatkan kebahagiaan duniawi dan kebahagiaan sejati. Setelah itu Bhikkhu/Pandita memberikan pemberkahan serta nama buddhis. Sejak saat itu Upasaka dan Upasika baru mulai mempraktikkan 5-8 sila setiap harinya. 2. Visudhi secara alamiah Sesungguhnya apabila seseorang laki-laki maupun wanita mengerti dengan benar tentang Tiratana dan mereka mempraktikkan 5-8 sila. Ia sebenarnya telah menjadi Upasaka-Upasika. KEMORALAN MASYARAKAT AWAM DAN MASYARAKAT VIHARA Sila bagi para umat awam, yaitu Panca Sila atau Atthanga Sila (pada waktu- waktu tertentu). Panca Sila terdiri dari 5 Sila dan Atthanga Sila terdiri dari 8 Sila yang dilakukan setiap hari atau pada hari-hari tertentu. Sila bagi para samanera dan samaneri, yaitu Dasa Sila yang terdiri dari 10 Sila. Semua tata tertib yang ditetapkan oleh Sang Buddha kepada para bhikkhu. Bhikkhu Sila ada 227, yaitu Patimokkha Sila. Para bhikkhu mempraktikkan Patimokkha setiap harinya, yaitu: Parajika 4, Sanghadisesa 13, Aniyata 2, Nissagiya Pacittiya 30, Suddhika Paccittiya 92, Patidesaniya 4, Sekhiyavatta 75, Adhikarana Samatha 7. Semua tata tertib yang ditetapkan oleh Sang Buddha kepada para bhikkhuni. Bikkhuni Sila ada 311, yaitu Patimokkha Sila untuk Bhikkhuni. HUBUNGAN UMAT AWAM DAN UMAT VIHARA Hubungan antara Bhikkhu dengan umat awam merupakan hubungan yang bersifat moral religius semata-mata dan bersifat timbal balik sebagaimana dijelaskan Sang Buddha Gautama dalam Sigalovada Sutta : "Umat awam hendaknya menghormati Bhikkhu dengan : membantu dan memperlakukan mereka dengan perbuatan baik , kata-kata dan pikiran baik, membiarkan pintu terbuka bagi mereka dan memberikan makanan serta keperluan yang sesuai dengan mereka. Sebaliknya para Bhikkhu yang mendapat penghormatan demikian mempunyai kewajiban terhadap umat awam , yaitu : melindungi dan mencegah seseorang dari perbuatan jahat, memberi petunjuk untuk melakukan perbuatan baik, mencintai mereka dengan hati yang tulus, menerangkan ajaran yang belum didengar atau diketahui, menjelaskan apa yang belum dimengerti, dan menunjukkan Jalan untuk menuju pembebasan". Dengan demikian, para Bhikkhu yang benar-benar menjalankan Dhamma Vinaya adalah sahabat yang baik (Kalyana Mitta), yang sepatutnya mendapat pelayanan dan penghormatan yang layak dari umat awam. MASALAH OTORITAS TERTINGGI DALAM AGAMA BUDDHA
• Dalam kerangka ajaran Sang Buddha Gautama, sejauh berhubungan
dengan pembebasan dari derita, tidak dikenal adanya "lembaga pemegang otoritas tertinggi". • Hal ini dapat dibuktikan dalam sabda Sang Buddha Gautama yang terdapat dalam Kalama Sutta dan Maha Parinibbana Sutta. • Hubungan yang wajar dan sepatutnya antara umat awam dengan para Bhikkhu telah digariskan dengan jelas oleh Sang Buddha Gautama dalam Sigalovada Sutta. ISI SIGALOVADA SUTTA "Jangan engkau menerima segala sesuatu hanya karena itu berdasarkan atas laporan, tradisi, kabar angin, tertulis di dalam kitab-kitab suci ... atau hanya karena hormat terhadap guru (pandita). Akan tetapi, bilamana engkau ketahui sendiri... Hal-hal ini tidak baik, tercela, tidak dibenarkan oleh para bijaksana, tidak sesuai untuk dilaksanakan, menimbulkan kerugian dan penderitaan, maka engkau harus meninggalkannya ... bilamana engkau ketahui sendiri ... Hal-hal ini baik, tidak tercela, dipuji oleh para bijaksana, sesuai untuk dilaksanakan, membawa pada kesejahteraan dan kebahagiaan, maka terimalah hal-hal itu dan laksanakanlah dalam hidupmu".