Anda di halaman 1dari 7

BAB 5

KERUKUNAN
ANTAR
UMAT
BERAGAMA
1. DEFINISI DAN HAKIKAT
AGAMA
 Pendidikan Agama adalah salah satu mata pelajaran yang wajib
dipelajari di sekolah formal yang bertujuan agar membuat peserta didik
selain berkembang ilmu pengetahuannya sekaligus berkembang pula
spiritualnya. Konsep pendidikan dalam Agama Buddha meliputi tiga
tahap, ketiga tahapan tersebut adalah:
 Pariyatti, yaitu proses belajar siswa yang menghasilkan
pengertian
 Patipati, yaitu praktek yang dilakukan setelah siswa memperoleh
pengertian dari belajar
 Pativedha, yaitu tujuan atau hasil akhir yang dicapai setelah
siswa memiliki pengertian dan melaksanakan praktek dari ajaran
itu sendiri.
2. PELAKSANAAN SILA DEMI
TERWUJUDNYA
KERUKUNAN KEHIDUPAN
BERAGAMA
 Merupakan suatu kondisi sosial dimana semua golongan agama bisa
hidup bersama-sama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk
melaksanakan kewajiban agamanya. Dimana masing-masing dapat
hidup sebagai pemeluk agama yang baik dalam keadaan rukun dan
damai.
 Secara pasif makna kerukunan adalah menjaga agar hidup rukun,
sedangkan secara aktif berarti melakukan praktik atau usaha yang dapat
mengakibatkan timbulnya kerukunan. Makna secara aktif ini dapat
dilakukan dengan kegiatan yang bersifat sosial kemanusiaan, diskusi,
dan musyawarah.
3. BRAHMA VIHARA
 Brahma vihara adalah sifat batin yang luhur atau mulia atau
tempat berdiamnya makhluk Brahma (makhluk dewa yang
telah mencapai kesucian batin). Sifat ini terdapat dalam diri
manusia baik yang jahat maupun yang baik.

Sifat baik Sifat buruk


Metta (cinta kasih) Dosa (kebencian)
Karuna (belas kasihan) Lobha (keserakahan)
Mudita (simpati) Moha (kebodohan)
Upekkha (keseimbangan batin) Irsia (iri hati)
4. PRASASTI ASOKA
 “Janganlah kita hanya menghormati agama sendiri dan mencela agama
orang lain tanpa suatu dasar yang kuat. Sebaliknya agama orang lain
pun hendaknya dihormati atas dasar-dasar tertentu.
Dengan berbuat demikian kita telah membantu agama kita sendiri,
untuk berkembang di samping menguntungkan pula agama orang lain.
Dengan berbuat sebaliknya kita telah merugikan agama kita sendiri, di
samping merugikan agama orang lain.
Oleh karena itu, barang siapa menghormati agamanya sendiri dan
mencela agama orang lain, semata-mata karena didorong oleh rasa bakti
pada agamanya sendiri dengan berpikir; bagaimana aku dapat
memuliakan agamaku sendiri. Dengan berbuat demikian ia malah amat
merugikan agamanya sendiri. Oleh karena itu, kerukunanlah yang
dianjurkan dengan pengertian bahwa semua orang hendaknya
mendengarkan dan bersedia mendengar ajaran orang lain”.
5. SARANIYADHAMMA SUTTA
 Saraniyadhamma adalah khotbah sang Buddha tentang 6 (enam) dhamma yang dapat
menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.

 Hal-hal (lima hal) yang menunjang kerukunan, persatuan, dan kesatuan, yang merupakan
tujuan dari 6 (enam) dhamma, yaitu:
a)      saling mengingat (saraniya)
b)      saling mencintai (piyakarana)
c)      saling menghormati (garukarana)
d)     saling menolong (sanghaya)
e)      saling menghindari percekcokan (avivadaya)

 Enam dhamma tersebut terdiri dari :


a)     cinta kasih dalam perbuatan
b)     cinta kasih dalam ucapan
c)     cinta kasih dalam pikiran
d)     dana makanan yang telah diperoleh dengan benar, diterima sebagai milik
bersama.
e)     melaksanakan sila dengan baik
f )     mempunyai pandangan yang sama
6. TOLERANSI
 Proses kehidupan bertoleransi dapat dilihat dari adanya partisipasi
seluruh umat beragama, karena toleransi menjunjung tinggi kebebasan
dan kesamaan yang menyeluruh, yaitu tidak ada diskriminasi. Toleransi
sebagai pandangan hidup manusia menuntut manusia untuk menerapkan
perilaku hormat menghormati pada setiap tindakan dan aktivitasnya,
sehingga akan tercipta suatu masyarakat yang memiliki kultur toleransi.
Masyarakat yang penuh dengan sikap toleransi adalah masyarakat yang
mempunyai perilaku hidup, baik dalam keseharian dan tindakan yang
dilandasi oleh unsur-unsur hidup bertoleransi. Penerapan sikap dan
unsur-unsur toleransi pada setiap tindakan sehari-hari meliputi:
menghargai dan memahami keanekaragaman, menghormati kebebasan,
pelaksanaan musyawarah, dan mengakui persamaan.

Anda mungkin juga menyukai