Anda di halaman 1dari 34

Budidaya Tanaman Cabai Merah Keriting

LAPORAN
PRAKTEK KERJA INDUSTRI
BUDIDAYA TANAMAN CABE MERAH (Capsicum annum)
Dipusat Pelatihan Pertanian Dan Pedesaan Swadaya
Karangsari,Cibeureum,Sukamantri,Ciamis

Diajukan untk memenuhi salah satu syarat


Mengikuti Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2014/2015
Disusun Oleh :
Nama : Dewi Amelia
NIS : 131410047

PROGRAM KEAHLIAN
AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIPAKU
Jl.Raya Ciamis-Kawali km.7 Ds.Muktisari
Kec.Cipaku-Ciamis 46252 Telp./ (0265) 2798124
2015
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Laporan : Budidaya Cabai Merah (Capsicum annum)


Nama Siswa : Dewi Amelia
NIS : 131410047
Program Keahlian : Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
Lokasi Prakerin : Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S)
Karangsari

Pembimbing

Adang S,ST
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Budidaya Cabai Merah (Capsicum annum)


Nama Siswa : Dewi Amelia
NIS : 131410047
Program Keahlian : Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
Lokasi Prakerin : Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S)
Karangsari

Laporan ini telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Mengetahui :

Kepala SMK N 1 Cipaku

Drs.H.Cacah Cahyana,M.Pd
NIP.19570918 198403 1 002

RINGKASAN
JUDUL :BUDIDAYA TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum)
Kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dilaksanakan di Pusat Pelatihan
Pertanian dan Swadaya (P4S) Dusun Karangsari,Desa Cibeureum,Kecamatan
Sukamantri,Kabupaten Ciamis,Jawa Barat. Selama 3 bulan sejak 22 Desember 2014
sampai dengan 20 Maret 2015. Tujuan dari PRAKERIN ini adalah mempelajari dan
melatih keterampilan teknik budidaya tanaman cabai merah.
Hasil Praktek Kerja Industri ini adalah :
Persiapan lahan meliputi pembukaan lahan atau pembabadan, pengelolaan
tanah, pengapuran, pemupukan dasar, pemasangan MPHP dan pembuatan lubang
tanam. Pembabadan dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma-gulma agar
tanaman dapat tumbuh maksimal dan memudahkan dalam pembuatan bedengan.
Pengolahan tanah pertama bertujuan untuk memberantas gulma sisa pembabadan
dengan cara dicangkul sedalam 30 cm dan pengolahan tanah kedua dengan
menggemburkan tanah hasil pencangkulan lalu dibuat bedengan dengan ukuran
lebar 120 cm, tinggi 30 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan dan jarak
antar bedengan 30-40. Jarak yang digunakan adalah 50 x 60 cm dengan kedalaman
lubang tanam 10 cm dan diameter 8 cm, pada tiap bedengan terdapat dua baris
tanaman. Pengapuran bisa dilakukan bersama pemupukan dasar dengan 286 kg/
100 bata. Pemupukan awal untuk luas lahan 100 bata dilakukan dengan
memberikan pupuk kandang 500 kg, organik 20 karung, subur ijo 3 karung, selain
itu diberikan pupuk kimia seperti phonska 150 kg, urea 30 kg, ditambah furadan 250
gram. Kebutuhan MPHP untuk luas lahan 100 bata dengan jarak tanam 50 x 60 cm
sekitar 1 rol dengan ukuran lebar 120 cm.
Penyemaian dilakukan pada baki semai dengan ukuran 1x5 m yang ditutup
menggunakan sungkup setinggi 1 meter dengan perbandingan 1:1 tanah dan pupuk
kandang yang dimasukkan kedalam koker yang berukuran 6x8 cm. Pemeliharaan
pada saat penyemaian diantaranya penyiraman, penyiangan, pengendalian OPT.
Bibit siap dipindahkan kelapangan setelah berumur 3-4 minggu atau sudah
mencapai 4-5 helai daun. Penanaman dilakukan pada lahan seluas 100 bata dengan
jumlah populasi 2500 tanaman.
Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 5 HST dengan
pupuk NPK 16-16-16. Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan tangan
atau parang. Hama yang paling banyak menyerang tanaman cabai adalah Thrips
(Thrips sp). Sedangkan penyakit yang paling ditakuti oleh para petani adalah busuk
buah atau Antraknosa. Intensitas serangan penyakit pada lahan mulsa lebih kecil
dibandingkan dengan lahan tanpa mulsa.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya,sehingga penyusun dapat meyelesaikan
penyusunan laporan kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dengan komoditas
yang dibudidayakan yaitu Cabai Merah (Capsicum annum).
Penyusun laporan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2015/2016 di
SMK NEGERI 1 CIPAKU.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Drs.H.Cacah Cahyana M.Pd, selaku kepala SMK NEGERI 1 CIPAKU.
2. Bapak Pipin Arif Apilin, selaku ketua kelompok tani P4S Karangsari.
3. Bapak Ir.H.Asep Eruswandi, selaku petanu partner.
4. Bapak Ujang Mumuh, selaku pembimbing lapangan PRAKERIN.
5. Ibu Adji Damayanti S.Pd, selaku wali kelas
6. Bapak Adang, selaku pembimbing pembuatan laporan.
7. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan serta do’a restunya.
8. Rekan-rekan yang telah membantu menyusun dalam memberikan saran serta
pendapatnya.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tentu masih banyak
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua yang membaca laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan pembaca
pada umumnya. Terima kasih.

Ciamis, Maret 2015

Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAAN...........................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
RINGKASAN..............................................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
DAFTAR ISI..............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................vi
DAFTAR TABEL.........................................................................................vii
DAFTAR BAGAN........................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...........................................................................1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Industri.....................................................1
1.3 Manfaat Praktek Kerja Industri....................................................2
1.4 Rumusan Masalah......................................................................2
1.5 Pemecahan Masalah...................................................................3
1.6 Teknik Pengumpulan Data..........................................................3
1.7 Kerangka Laporan ....................................................................3
BAB II RUANG LINGKUP OBJEK
2.1 Keadaan Umum Objek......................................................................5
2.1.1. Keadaan Fisik Daerah Objek......................................................5
2.1.2. Tata Guna Tanah .....................................................................6
2.1.3. Keadaan Sosial Ekonomi............................................................7
2.1.3.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk..................................7
2.1.3.2. Keadaan Petani............................................................7
2.2 Sejarah Berdirinya Perusahaan.........................................................8
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan.........................................................9
2.3.1. Kepegawaian............................................................................
2.3.1.1. Pendidikan Karyawan....................................................9
2.3.1.2. Sistem Penggajian.........................................................10
2.3.1.3. Astek............................................................................10
2.3.1.4. Disiplin Kerja Karyawan..................................................10
2.4 Peralatan Pendukung Perusahaan......................................................10
2.5 Penanggulangan Limbah..................................................................11
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Budidaya.........................................................................................12
3.1.1. Pengertian Tanaman Cabai.......................................................12
3.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai................................................13
3.1.3. Jenis-jenis Tanaman Cabai.......................................................13
3.1.4. Tahapan Budidaya....................................................................13
3.2 Pasca Panen...................................................................................19
3.3 Rantai Tata Niaga...........................................................................21
3.4 Jenis-jenis Komoditas.....................................................................22
3.5 Peluang Usaha...............................................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Langkah-langkah Pelaksanaan..........................................................24
4.1.1. Tahapan Pengolahan Tanah......................................................24
4.1.2. Tahapan Persiapan Benih..........................................................26
4.1.3. Tahapan Persiapan Bibit...........................................................26
4.1.4. Tahapan Penanaman................................................................27
4.1.5. Tahapan Pemeliharaan.............................................................27
4.1.5.1. Pemasangan Ajir.........................................................
4.1.5.2. Penyulaman................................................................
4.1.5.3. Perempelan.................................................................
4.1.5.4. Pengikatan Batang.......................................................
4.1.5.5. Penyiangan.................................................................
4.1.5.6. Pembendingan.............................................................
4.1.5.7. Pemeriksaan Tanaman.................................................
4.1.5.8. Penyiraman.................................................................
4.1.5.9. Pengecoran.................................................................
4.1.5.10. Pengendalian OPT......................................................
4.1.6. Tahapan Panen........................................................................
4.1.7. Tahapan Pasca Panen................................................................
4.2 Pembahasan Masalah.......................................................................
4.2.1. Analisis Biaya Pelaksanaan........................................................
4.2.2. Penerimaan Usaha...................................................................
4.2.3. Pendapatan Usaha...................................................................
4.3 IPM................................................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan.......................................................................................43
5.2 Saran............................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Daun yang terserang hama Trips.........................................................
Gambar 2. Daun yang terserang Ulat Grayak........................................................
Gambar 3. Daun yang terserang Hama Tungau.....................................................
Gambar 4. Penyakit Layu Bakteri.........................................................................
Gambar 5. Penyakit Layu Fusarium.....................................................................
Gambar 6. Penyakit Bercak Daun........................................................................
Gambar 7. Cabai yang terken penyakit Antraknosa...............................................
Gambar 8. Penyakit Kering Daun.........................................................................
Gambar 9. Penyakit Virus Kuning.........................................................................
Gambar 10.Penyakit Busuk Batang......................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Wilayah Desa Cibeureum.......................................................................... 5
Tabel 2. Ketinggian Desa Cibeureum.............................................................................. 6
Tabel 3. Penggunaan Lahan Desa Cibeureum................................................................. 6
Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Cibeureum Tahun 2015............................................... 7
Tabel 5. Pendidikan Karyawan........................................................................................ 10
Tabel 6. Biaya Tenaga Kerja............................................................................................ 40

DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Struktur Organisasi Perusahaan P4S Karangsari............................................... 9
Bagan 2. Proses Panen dan Pasca Panen......................................................................... 21
Bagan 3. Rantai Tata Niaga.............................................................................................. 21

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan misi ekolah Menengah Kejuruan (SMK), bahwa SMK
dilahirkan untuk membentuk manusia pembangunan yang mampu berperan sebagai
tenaga terampil tingkat menengah yang layak kerja mandiri dalam berbagai
kemampuan. Sebagai realisasinya diterapkan metode pendidikan dengan sistem
ganda dengan keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 080/4/1993
tentang kurikulum SMK edisi 99.
Dasar hukum pelaksanaan PRAKERIN adalah :
1. UU No.33 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.41 tahun 2007 tentang Standar proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dalam pelaksanaan praktek ini,penyusun mengambil judul Budidaya Cabai
Merah (Capsicum annum) dengan alasan :
1. Cabai merah merupakan komoditas yang dibutuhkan masyarakat
2. Cabai marah dapat dibudidayakan di berbagai wilayah di Indonesia baik dataran
tinggi ataupun dataran rendah.
3. Membandingkan teori yang di dapat di ruangan kelas dengan praktek langsung di
lapangan khususnya Budidaya Tanaman Cabai Merah.
Maka penyusun memilih judul “Budidaya Tanaman Cabai Merah
(Capsicum annum)” karena ingin memantapkan teori yang didapatkan di sekolah
dengan cara turun langsung ke lapangan.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan


Tujuan PRAKERIN ditiap SMK pastinya berbeda-beda, itu sesuai dengan
kejuruannya. Berikut ini beberapa tujuan yang ingin di dapat setelah pelaksanaan
PRAKERIN diantaranya :
1. Pemenuhan Kompetensi sesuai tuntunan Kurikulum.
Penguasaan Kompetensi dengan pembelajaran di sekolah sangat
ditentukan oleh fasilitas. Jika terbatas, sekolah perlu merancang pembelajaran
Kompetensi di luar sekolah (Dunia Kerja Mitra). Keterlaksanaan pembelajaran
Kompetensi tersebut bukan sepenuhnya diserahkan ke dunia kerja,tetapi sekoah
perlu memberi arahan tentang apa yang seharusnya diajarkan kepada pesrta didik.
2. Impolementasi Kompetensi kedalam Dunia Kerja
Kemampuan yang sudah dimiiki oleh peserta didik melalui lahan dan
praktek di sekolah perlu diimplementasikan secara nyata. Sehingga tumbuh
kesadaran bahwa apa yang sudah dimilikinya berguna bagi dirinya dan orang lain.
Dengan begitu peserta didik akan lebih percaya diri karena orang lain dapat
memahami apa yang dipahaminya dan pengetahuannya diterima oleh masyarakat.
3. Penumbuhan Etos Kerja/Pengalaman Kerja
Sekolah Menengah Kejuruan lembaga pendidikan diharapkan dapat
ngantarkan lulusannya kedalam dunia kerja, dimana sbelumnya perlu
memperkenalkan terlebih dahulu lingkungan sosial yang berlaku di dunia kerja dan
keterlibatan langsung peserta didik, diharapkan dapat membangun sikap kerja dan
kepribadian yang utuh sebagai peserta.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Industri
Dalam pelaksanaan PRAKERIN ini, banyak manfaat dan hikmah yang
didapatkan untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Manfaat Praktek Kerja Industri ini
adalah sebagai berikut :
1. Mendapat pengalaman,pengetahuan, dan keterampilan untuk berwirausaha di
bidang pertanian sesuai dengan kompetensi keahliannya secara langsung.
2. Menambah wawasan dalam wirausaha khususnya di bidang pertanian dan umumnya
bagaimana cara hidup bermasyarakat yang sebenarnya.
3. Dapat membina kerja sama antara masyarakat khususnya petani dengan lembaga
sekolah.

1.4 Rumusan Masalah


Sebelum dilaksanakan PRAKERIN penyusun belum tau banyak tentang
cara Budidaya Tanaman Cabai Merah. Dari itu penyusun sebelum dilaksanakannya
PRAKERIN telah merumuskan masalah yang diantaranya :
1. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan Budidaya Cabai Merah ?
2. Bagaimana analisis biaya pelaksanaan Budidaya Cabai Merah ?
3. Bagaimana cara menghitung penerimaan usaha Budidaya Cabai Merah ?
4. Bagaimana cara menghitung pendapatan usaha Budidaya Cabai Merah ?

1.5 Pemecahan Masalah


Sesudah dilaksanakannya PRAKERIN penyusun dapat mengetahui
tentang Budidaya Cabai Merah, sedikit jawaban dari masalah yang telah dirumuskan
diantaranya :
1. Langkah-langkah pelaksanaan Budidaya Cabai Merah meliputi : persiapan lahan,
persiapan benih, persiapan bibit, pemeliharaan, panen dan pasca panen.
2. Analisis biaya pelaksanaan meliputi : perhitungan biaya tetap, perhitungan biaya
variable, penerimaan usaha, pendapatan usaha, BEV dan O/I RATIO.
3. Penerimaan usaha Budidaya Cabai Merah dihitung dari, harga jual dikali hasil panen
dan menghasilan penerimaan usaha.
4. Pendapatan usaha Budidaya Cabai Merah dihitung dari, total penjualan dikurangi
total pengeluaran maka menghasilkan pendapatan usaha.

1.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan
PRAKERIN ini adalah dengan cara :
1. Wawancara kepada petani.
2. Pengumpulan bahan-bahan referensi yang akan menunjang proses praktek.
3. Membaca buku tentang Budidaya Tanaman Cabai Merah dan
4. Dari praktek di lapangan.

1.7 Kerangka Laporan /Sistematika Laporan


Dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Industri ini dibagi dalam
beberapa BAB agar didapatkan kemudahan dalam pembahasan. Tiap-tiap BAB
mewakili sub topic yang berbeda dan tiap-tiap BAB tadi akhirnya membentuk suatu
rangkaian yang utuh, antara lain :
BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB in akan dibahas tentang latar belakang, tujuan dan manfaat
PRAKERIN, rumusan masalah, pemecahan masalah, teknik pengumpulan data dan
relevansinya.
BAB II RUANG LINGKUP OBJEK
Pada BAB ini akan dijelaskan tentang keadaan umum objek yang meliputi
: keadaan umum fisik daerah objek, tata guna tanah, keadaan sosial ekonomi,
sejarah berdirinya perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan yakni tentang
kepegawaian.
BAB III LANDASAN TEORI
Pada BAB ini akan dibahas mengenai budidaya, pasca panen, rantai tata
niaga, jenis-jenis komoditas, dan peluang usaha dalam budidaya tanaman cabai
merah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada BAB ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah pelaksanaan
budidaya cabai merah yang dilakukan di perusahaan P4S Karangsari, pembahasan
masalah (analisis biaya pelaksanaan, penerimaan usaha, pendapatan usaha yang
diterima di perusahaan P4S Karangsari), serta IPM.
BAB V PENUTUP
Pada BAB ini akan dibahas kesimpulan yang merupakan garis besar dari
kegiatan Praktek Kerja Industri, yang penyusun lakukan. Serta memberikan saran
untuk pelaksanaan PRAKERIN selanjutnya.

BAB II
RUANG LINGKUP OBJEK
2.1 KEADAAN UMUM OBJEK
2.1.1. Keadaan Fisik Daerah Objek
Kondisi Geografis
Secara geografis Desa Cibeureum terletak di sebelah Timur Kecamatan
Sukamantri terletak pada jarak 2 km dari Ibu Kota Kecamatan dan 45 km dari Ibu
Kota Kabupaten, dengan luas wilayah keseluruhan 1448,69 Ha.
Secara administrasi Desa Cibeureum terdiri dari 9 Dusun yang meliputi 17 RW dan
51 RT dengan bahasan-bahasan wilayah sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kabupaten Majalengka
 Sebelah Barat : Desa Sukamantri dan Desa Bahara
 Sebelah Timur : Desa Sindanglaya
 Sebelah Selatan : Desa Maparah Kecamatan Panjalu
Untuk lebih jelasnya mengenai luas wilayah Desa Cibeureum serta jumlah RT dan
RW di masing-masing Dusun, data dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :
No Nama Dusun Luas Wilayah Jumlah RW Jumlah RT
(Ha)
1. Karangsari 112,89 2 4
2. Mekarsari 120,74 1 3
3. Kertasrana 189,55 2 4
4. Cibeureum 240,67 3 10
5. Cileteng 81,44 2 7
6. Nusasireum 87,37 2 6
7. Caringin 156,06 2 6
8. Bojongsari 236,63 2 6
9. Cimara 323,34 1 5
Jumlah 1448,69 17 51
Sumber : Buku Profil Desa Cibeureum,2015.
Kondisi Topografi
Wiayah Desa Cibeureum memiliki ketinggian berkisar antara 400-800 meter diatas
permukaan laut (dpl). Adapun temperature normal/suhu rata-rata 20 ̊C sampai
dengan 24 ̊C. Curah hujan rata-rata 2800 mm/tahun. Sedangkan keadaan tanah
perbukitan 30%, berombak 30% dan datar 40%.
Wilayah Desa Cibeureum menurut ketinggian dari permukaan laut (dpl) dapat
dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel.2 Ketinggian Desa Cibeureum dari permukaa laut.
No Nama Dusun Ketinggian dpl (m)
1. Karangsari 400-410
2. Mekarsari 400-500
3. Kertasrana 400-600
4. Cibeureum 400-615
5. Cileteng 400-425
6. Nusasireum 400-450
7. Caringin 400-450
8. Bojongsari 400-750
9. Cimara 400-800
Sumber : Buku Profil Desa Cibeureum, 2015.
2.1.2. Tata Guna Tanah
Secara garis besar penggunaan lahan di wilayah Desa Cibeureum meliputi sawah,
pekarangan, tegalan/kebun, lading/huma, padang rumput, hutan, perkebunan,
kolam/empang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 aasebagai berikut :
Tabel.3 Penggunaan Lahan di Desa Cibeureum.
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1. Tanah Sawah 40,45
Tanah Sawah -
Tanah Sawah setengah teknis 225,31
Tanah Sawah tadah hujan 10,23
2. Tanah Pemukiman 10
3. Tanah Bangunan 0,200
Perkantorn 0,300
Sekolah -
Pertokoan 0,900
Pasar -
Terminal -
Mesjid 0,700
Empang 9,67
Kuburan 5,0
4 Jalan 1,200
Lain-lain 2,200
Rekreasi dan Olahraga 0,20
Lapangan Sepak Bola 1,0
Lapangan Bola Voli 0,01
Sumber : Buku Profil Desa Cibeureum, 2015.
2.1.3. Keadaan Sosial Ekonomi
2.1.3.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Mengenai jumlah penduduk Desa Cibeureum berdasarkan pendapatan penduduk
tahun 2015, dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut :
Tabel.4 Jumlah Penduduk Desa Cibeureum data tahun 2015.
No Nama Dusun Laki-laki Perempuan KK
1. Karangsari 308 338 175
2. Mekarsari 273 252 148
3. Kertasrana 272 284 157
4. Cibeureum 689 755 418
5. Cileteng 459 456 261
6. Nusasireum 451 435 223
7. Caringin 491 409 247
8. Bojongsari 478 467 231
9. Cimara 341 344 179
Jumlah 3798 3740 2039
Sumber : Buku Profil Desa Cibeureum, 2015.
2.1.3.2. Keadaan Petani / Objek
Data kegiatan PRAKERIN ini penyusun dibimbing oleh petani partner dengan
identitas sebagai berikut :
Nama : Ir.H.Asep Eruswandi
Tempat Tanggal Lahir : Ciamis, 20 Maret 19
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dsn.Karangsari, Ds.Cibeureum, Kec.Sukamantri.
Pendidikan : S2
Status : Menikah
Pengalaman Berusaha Tani:
Istri : Nonok Nurlina
Anak : 2 Orang
Nama Anak : 1.Jihad Sabilli
: 2.Kemal Nursalim
2.2 SEJARAH BERDIRINYA PERUSAHAAN
Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Karangsari
didirikan berdasarkan sebuah gagasan yang terlahir di Kelompok Tni Karangsari di
Desa Cibeureum bekerjasama dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA)
Kec.Sukamantri Kab.Ciamis, berdiri pada tahun 2002 dan mendapatkan pengakuan
secara legal dari Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis.
Secara umum P4S Karangsari merupakan bentuk solidaritas dari para
aggota-anggota kelompok tani yang menjadi kesatuan yang saling mendukung satu
sama lain. P4S berada di ketinggian tempat sekitar 825 meter dpl, dengan jarak dari
pusat Kota Ciamis sekitar 45 km kearah bagian utara.
Dalam kegiatannya P4S Karangsari bergerak dalam bidang usaha tani
hortikultura, dimana menjadi tempat latihan (magang para petani, pelajar atau
mahasiswa, gladi karya mahasiswa, penelitian dan penyusunan skripsi mahasiswa
serta menjadi objek kunjungan studi banding para petani dan dinas instansi terkait).

2.3 STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN


Untuk struktur organisasi perusahaan P4S Karangsari dapat dilihat pada
bagan 1 sebagai berikut :
Ir Asep E.Ruswandi
Anip
PEMASARAN
Teddy.D
Aceng suryani
BUDIDAYA
Enen Nendi
Yuyu
HUMAS
Aa Mulyana, S.E
Nendi
PERMODALAN
Rony A.Ma.Pt
Yoyon
PRASARANA
Iyan Cahyara
PASCA PANEN
Rahmat Ansori
Ajat sudrajat
DIKLAT
M Yusuf
AKOMODASI
Ny Rini
Pipin Arip Apilin

Yana Mulyana
Gun-gun Gunawan
Yoyon

Sumber : Data Kantor P4S Karangsari


Bagan 1. Struktur Organisasi Perusahan P4S Karangsari,Cibeureum.
2.3.1. Kepegawaian
2.3.1.1. Pendidikan Karyawan
Dalam kepegawaian, pendidikan karyawan di perusahaan P4S Karangsari
dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut :
Tabel.5 Pendidikan Karyawan
No Nama Karyawan Pendidikan
1. Ujang Mumuh SLTA
2. Engkam SD
3. Yati SLTP
4. Ooh SD
Sumber : Data Kantor P4S Karangsari, 2015.
2.3.1.2. Sistem Penggajian
Sistem penggajian yang diterapkan di P4S Karangsari antara lain, sebagai
berikut :
Penggajian menggunakan sistem harian , untuk HKP sebesar Rp.30.000,00,- (selama
7 jam/hari), sedangkan HKW sebesar Rp.20.000,00,- (selama 7 jam/hari).
2.3.1.3. Aspek Teknologi
Penggunaan teknologi pada perusahaan P4S Karangsari masih kurang
memadai, teknologi yang ada masih terbatas hanya ada beberapa teknologi yang
digunakan dalam pengelolaan budidaya tanaman, antara lain :
1. Motor Sprayer
2. MPHP
3. Handsprayer
4. Mesin rumput
2.3.1.4. Disiplin Kerja Karyawan
Adapun jam kerja karyawan P4S Karangsari ini mulai dari pukul 07.00-1300
untuk HKP dan HKW.

2.4 PERALATAN PENDUKUNG PERUSAHAAN


Sarana yang dimiliki P4S Karangsari :
 Saat ini pemondokan mengandalkan rumah tinggal anggota kelompok tani.
 Ruang belajar memanfaatkan balai pertemuan dan saung meeting prasarana yang
dimiliki P4S Karangsari.
 Lahan usaha tani dan usaha praktek
 Peralatan usaha tani (Motor Sprayer, Mesin semprot, Handsprayer, dan peralatan
tradisional lainnya).
 Peralatan kantor (telefon, komputer) dan buku browsur dan liflek tentang petanian.

2.5 PENANGGULANGAN LIMBAH


Dalam penanggulangan limbah yang dilakukan oleh perusahaan P4S
Karangsari adalah sebagai berikut :
 Limbah Organik
Limbah organik berupa tangkai buah dan lain-lain yang berasal dari sisa-
sisa tanaman, buah atau sayuran diolah untuk dijadikan kompos atau pupuk organik.
 Limbah An-Organik
Limbah An-Organik berupa botol atau plastik bekas pupuk kimia, dan
mulsa plastik dikumpulkan dan dibakar atau dijual ke rongsok.

BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 BUDIDAYA
3.1.1. Pengaertian Tanaman Cabai
Cabai yang juga dikenal dengan nama papper mempunyai nama ilmiah
Capsicum annum (Rukman,1994). Buah Cabai merupakan bahan konsumsi sebagian
masyarakat, yang digunakan sebagai bahan penyedap berbagai macam masakan
(Setiadi,1994) dan penghangat badan (Sunaryono, 1994) disamping itu buah Cabai
banyak juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan. Jadi, penghasil
minyak atsiri serta bahan ramuan obat tradisional (Cahyono 1996).
Buah Cabai juga mengandung Vit A, Vit C, Protein dan gula fruktosa
(Balai Imformasi Pertanian Bengkulu, 1989). Hal ini menyebabkan Cabai bernilai
ekonomis tinggi sehingga para petani sangat tertarik untuk mengembangkan
Budidaya Cabai Merah tersebut.
Berbagai faktor yang menyebabkan turunnya produksi Cabai diantaranya
karena gangguan hama dan penyakit. Salah satu rendahnya produksi Cabai, baik
kualitas maupun kuantitas adalah penyakit Antraknosa(Sugiharso dan Suseno,
1989), yang disebabkan oleh jamur Calltotrichum Capsici dan Colletotricchum
gloesporioides (Semangun 1989, Moen 1993).
Dalam tata ilmiah, tanaman Cabai termasuk dalam Genus Capsicum
dengan klasifikasi lengkap sebagai berikut :
Tata Ilmiah Cabai
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Solanales (Tubiflora)
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum (Cabai besar, Cabai lonceng)
: Capsicum frustescens (Cabai kecil, Cabai rawit).
Cabai merupakan tanaman perdu dari terong-terongan yang memiiki
nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari Benua Amerika tepatnya dari daerah
Peru dan menyebar ke Negara-negara Benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk
Indonesia (M.Hanafi, 2009).
Cabai merupakan herba tegak, 1 tahun atau bahkan menahun batang
kuat dan bercabang lebar, tinggi 1-2,5 m, bagian batang yang muda berambut halus
daun tersebar atau 2-3 bersama-sama dan kemudian berbeda dalam besarnya
tangkai 0,5-2,5 cm panjangnya. Helaian daun bulat telur memanjang atau elips
bentuk lanset, dengan pangkal meruncing dan ujung runcing, gundul, 1,5-12 kali 1,5
cm. Bunga mengangguk tangkai 10-18 mm, tabung kelopak berusuk bentuk
lonceng,gundul, dengan tinggi 2-3 mm (Anonimus 2009).
3.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Pada umumnya tanaman cabai dapat ditanam pada dataran rendah
sampai ketinggian 2000 m dpl, cabai beradaptasi dengan baik pada temperature 24 ̊
-27 ̊ C. Dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi, tanaman cabai dapat ditanam
pada tanah sawah maupun tegalan. Syarat tumbuh tanaman cabai antara lain tanah
harus subur dan kaya akan bahan organik, berstruktur gembur (Setiadi, 2000).
Derajat keasaman pH 5,5 – 6,8 dengan pH optimum 6,0 – 6,5.
Permukaan tanah yang ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan
0 ̊ - 10 ̊ serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi.
Faktor iklim yang paling penting dalam Budidaya Cabai Merah adalah
angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban. Kelembaban yang
diperlukan 80% dan sirkulasi udara yang lancar. Curah hujan yang aik unuk
pertumbuhan tanaman cabai adalah 600 – 1200 mm/tahun (Ma’mum dkk,2009).
3.1.3. Jenis-jenis Tanaman Cabai
Diantara Spesies yang umum dibudidayakan secara komersial di
Indonesia Cabai Merah dibagi menjadi dua golongan yaitu Cabai Merah Besar
(Capsicum annum) dan Cabai Merah Kecil (Capicum frustescen).
3.1.4. Tahapan Budidaya
3.1.4.1. Tahap Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan adalah kegiatan mempersiapkan lahan yang
sesuai untuk pertumbuhan tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara maksimal.
Persiapan lahan ini dimaksudkan untuk memperbaiki struktur dan aerasi
tanah(Ma’mum dkk, 2009). Tahapan persiapan lahan diantaranya :
A. Pembabadan
Pembabadan adalah kegiatan membersihkan gulma dan sampah,
dengan menggunakan parang,golok,ataupun bisa juga dengan menggunakan mesin
babad. Tujuan bembabadan yaitu untuk mempermudah proses pencangkulan.
B. Pencangkulan
Berikut cara mencangkul yang baik diantaranya :
 Penggemburan lahan dilakukan dengan cara mencangkul sampai kedalaman 30-40
cm, kemudian lahan dibiarkan terkena sinar maahari selama dua minggu.
 Pembuatan bedengan dengan lebar 110 cm, tinggi 30 cm, dengan jarak antar
badengan 40 cm dan panjang bedengan disesuaikan dengan panjang lahan yang
dikehendaki.
 Pembuatan garitan dan lubang-lubang tanam dengan jarak 50-60 cm x 50-70 cm
pada tiap bedengan terdapat dua baris lubang tanam.
C. Pengapuran
Pengapuran sangatlah penting, karena untuk menetralkan tanah.
Pengapuran ini sangat berpengaruh tehadap pertumbuhan tanaman. Cabai
mempunyai teleransi yang sedang terhadap kemasaman tanah, dapat tumbuh baik
pada kisaran pH tanah antara 5,5 - 6,8.
Dengan pH < 5,5 berarti tanah tersebut masam,dan perlu dilakukan
pengapuran dengan kapur pertanian atau dolomite sebanyak 1 -2 ton/ha. Dan
dilakukan 3 – 4 minggu sebelum tanam dengan cara kapur disebarkan rata pada
permukaan tanah kemudian diaduk dengan tanah.
D. Pemupukan
Pemupukan dasar terdiri dari pupuk kandang ayam (15-20 ton/ha) atau pupuk
kandang kambing sebanyak (20-30 ton/ha), pupuk SP36 (300-400 kg) dilakukan
atau minggu sebelum tanam.
Untuk pupuk susulan biasanya terdiri dari pupuk urea (200-300 kg/ha), ZA
(400-500 kg/ha) dan KCL (250-300 kg/ha), diberikan pada umur 3,6,9 minggu
setelah tanam dan masing-masing 1/3 dosis dengan cara disebar disekitar lubang
tanam kemudian ditutup dengan tanah.
E. Pemasangan Mulsa
Pemasangan mulsa pada Budidaya Tanaman Cabai merupakan salah satu
usaha untuk memberikan kondisi lingkungan pertumbuhan yang baik.
Tujuan pemasangan mulsa yaitu agar struktur tanah tetap gembur,
memelihara kelembaban dan suhu tanah, mengurangi pencucian hara, menekan
gulma dan mengurangi erosi tanah.
Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) dapat digunakan untuk penanaman cabai
dan di pasang sebelum cabai ditanam. Pemasangan MPHP dilakukan pada saat
matahari sedang panas terik agar mulsa memuai, sehingga memudahkan untuk
ditarik menutup rapat bedengan. Mulsa yang digunakan adalah plastic hitam perak
dengan lebar 100 – 125 cm bagian bawah berwarna hitam dan atas berwarna perak.
Pemasangan mulsa dilakukan oleh dua orang dengan memegang kedua ujung mulsa
di masing-masing ujung bedengan dan dua orng menarik mulsa kearah bawah
sampai mulsa plastic mengembang. Gunakan pasak penjepit dari bambu untuk
menyatukan sisi mulsa dengan bedengan agar mulsa tidak mudah lepas.
Pemasangan mulsa bertahap dari ujung bedengan hingga ujung.
F. Pembuatan Lubang Tanam
Setelah mulsa terpasang dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam pada
mulsa menggunakan alat penglubang mulsa berdiameter 10 cm dengan arang yang
baru dipanaskan lalu dimasukan kedalam alat penglubang yang telah disediakan.
Lubang tanam dibut menurut sistem zig-zag (segitiga) atau du baris berhadapan,
lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yaitu (50 cm x 60 cm) dan ditugal
sedalam 8 – 10 cm.
3.1.4.2. Tahapan Persemaian
Media tanam yang digunakan adalah campuran dari tanah dengan pupuk kandang
dengan perbandingan 1:1 dan steril media dimasukkan ke dalam kokeran/polybag
semai satu minggu sebelum penyemaian. Lebar bedengan persemaian 1-1,2 dan
panjang disesuaikan, dengan lahan bedengan diberi naungan atau plastik transparan
yang menghadap ke timur. Biji cabai langsung dimasukan kedalam koker lalu ditutup
dengan lapisan tanah halus, kemudian ditutup lagi dengan daun pisang.
Pemeliharaan dalam kegiatan persemaian diantaranya penyiraman, penyiangan,
serta pengendalian OPT. Benih yang siap dipindahkan ke lapangan setelah berumur
3-4 minggu sejak di bumbun, atau sudah mempunyai 4-5 helai daun.
3.1.4.2. Tahapan Penanaman
Penanaman benih dilahan dilakukan pagi atau sore hari pada bedengan yang
sehari sebelumnya benih tersebut telah disiram,dengan cara merpbek kantong semai
dan diusahakan media tidak pecah dan lngsung dimasukkan pada lubang tanam.
Pemeliharaan waktu tanam yang tepat sangat penting, terutama berhubungan
ketersediaan air, curah hujan, temperature dan gangguan hama/penyakit, sebaiknya
cabai ditanam pada bulan agak kering tetapi air tanah masih cukup tersedia, waktu
tanam yang baik juga tergantung pada jenis lahan bibit cabai dipersemaian yang
telah memiliki 4-5 helai daun siap pindah tanam pada lahan. Agar tanaman bisa
tahan terhadap hama dan penyakit 1-3 hari sebelum dipindahkan kelapangan bisa
disemprot dengan jenis fungisida dan insektisida terlebih dahulu untuk mencegah
serangan penyakit karena jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam.
3.1.4.3. Tahapan Pemeliharaan
Tahapan pmeliharaan pada tanaman cabai ini sangatlah diperlukan, karena
tanaman cabai akan menghasilkan produk yang cukup baik jika pemeliharaannya
dapat dilaksanakan secara maksimal. Beberapa macam pemeliharaan yang dapat
dilakukan untuk tanaman cabai, agar tanaman cabai tersebut dapat tumbuh secara
maksimal diantaranya :
 Pemasangan Ajir.
Pemasangan ajir, merupakan kegiatan memasang ajir (terbuat dari
bambu) dekat pertanaman cabai merah dibedengan pertanaman. Tujuannya yaitu
membantu tanaman agar tumbuh tegak, mengurangi kerusakan fisik karena tiupan
angin, memperbaiki pertumbuhan daun dan tunas, dan mempermudah dalam proses
pemeliharaan. Pemasangan ajir sebaiknya dilakukan 7 HST. Ajir dibuat dari bambu
dengan ukuran 4x100cm yang ditancapkan pada tanah sedalam 20-30cm dengan
posisi miring keluar atau tegak lurus. Tanaman diikat pada ajir dengan tali rafia 30-
40 HST.
 Penyulaman (pergantian tanaman)
Penyulaman dilakukan karena adanya tanaman yang mati akibat serangan hama
atau penyakit, atau tumbuhan yang kurang baik, dan diganti denga bibit yang sehat.
 Pengikatan Tanaman
Pengikatan tanaman dengan menggunakan tali rafia atau tali karung
yang diikatkan ke ajir dengan cara pengikatannya disilangkan jadi angka delapan.
Tujuannya agar tanaman/pohon cabai tetap berdiri tegak seperti ajir yang sudah
ditancapkan di dekat tanaman cabai tersebut.
 Perempelan
Perempelan merupakan kegiatan membuang tunas air, daun tua,
bunga dan bagian tanaman yang lain yang rusak karena terkena serangan OPT.
Perempelan bertujuan untuk membuat tajuk tanaman yang ideal sehingga terjadi
partisi sinar matahari yang efektif untuk proses fotosintesis waktu perempelan tunas
sebaiknya pada pagi hari dan dilakukan 2-4 kali (sesuai dengan kebutuhan).
Perempelan tunas disetiap daun biasanya dimulai umur 10-12 HST jika ditanam di
dataran rendah dan 15-20 HST di dataran tinggi. Perempelan bunga dilakukan pada
bunga cabang utama untuk menunda pembentukan bunga dan buah. Perempelan
daun pada cabang utama dilakukan pada saat tajuk tanaman telah optimal,
perempelan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 75-80 HST.
 Pengairan.
Tanaman cabai juga termasuk tanaman yang tidak tahan kekeringan, tetapi juga
tidak tahan terhadap genangan air. Kelembaban tanah yang ideal 60-80% kapasitas
lapang. Masa kritis yaitu masa pertumbuhan vegetative cepat, pembuangan, dan
pembuahan. Pengairan sistem leb dengan cara digenang selama 15-30 menit,
kemudian airnya dikeluarkan dari petakan.
 Pengendalian Gulma (Penyiangan)
Penyiangan dilakukan apabila gulma sudah menghalangi pertumbuhan tanaman
atau pada umur 30-60 HST. Bisa dikendalikan dengan mencabut gulma-gulma
tersebut atau membabadnya dengan menggunakan parang. Secara kimia bisa
dikendalikan dengan cara penyemprotn herbisida.
 Pengendalian OPT.
Pengendalian OPT dapat dilakukan secara kimia, biologis, atau fisik. Hama dan
penyakit yang sering menyerang tanaman cabai diantaranya :
HAMA :
1.Ulat Grayak (spedoptera litura)
Hama ini menyerang daun dan buah cabai. Pengendalian secara kimia dengan
menggunakan insektisida yang efektif (Asep E.Ruswandi 2010) misalnya
menggunakan buldok.
2.Tungau (Polyphagotarsonemus latus bank)
Hama ini mengakibatkan bawah daun berwarna coklat mengkilap dan bagian atas
daun terdapat bercak berwarna kuning,daun melengkung ke bawah,pucuk daun
seperti terbakar,dan tepi daun kering (Anonimus 2004).
3.Lalat Buah (Dacus ferrugineus coquillet)
Hama ini mengakibatkan buah cabai menjadi busuk dan rontok, pengendaliannya
menggunakan perangkap methyl eugenol, jumlah perangkat yang dibutuhkan
sebanyak 40 buah/ha (Asep E.Ruswandi dkk.2010).
4.Ulat Buah (Agrotis sp)
Hama ini menyerng dengn cara memotong batang muda. Pengendaliannya
menggunakan insektisida dicampur dengan dedak halus disimpan disekitar lubang
tanam (Asep E.Ruswandi, 2010).
5.Lalat putih/kutu kebul (Bemisia tabaci)
Hama ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman embun madu yang
dikeluarkannya dapat menimbulkan serangan jamur gejala yang berwarna hitam
(Asep E.Ruswandi dkk, 2010) daun yang diserang menjadi keriting, klorose, dan
mengecil. Pengendalian secara kimiawinya bisa memberikan insektisida efektif
seperti pegassus 500 sc.
6.Trips (Tharips Varpinus)
Hama ini ditandai dengan daun menjadi keriting dan berwarna keperakan.
Pengendalian dengan cara kultur teknis, penggunaan MPHP, membakar sisa jerami
atau mulsa, dan sanitasi bagian tanaman yang terserang. Secara kimia
menggunakan pestisida yang efektif (Asep E.Ruswandi dkk,2010).
7.Penggorok daun (Liriomyza spp)
Gejala serangan pada hama ini tampak pada daun ukur ukiran seperti batik ini
terjadi karena larva penggorok jaringan di dalam daun. Pengendalian secara
kimianya dengan cara memberikan insektisida efektif seperti supermec 18cc.
PENYAKIT :
 Penyakit yang disebakan bakteri
1.Layu bakteri atau penyakit lender ( psedomonas solanacearum)
Gejala: layu pada batang dan daun tanaman, mulai dari bagian pucuk, kemudian
menjalar keseluruhan bagian tanaman. Daun menguningdan akhirnya mengering
serta rontok dan akhirnya mata paling oeka menyerang tanaman muda atau
menjelang fase berbunga maupun berbuah. Untuk pengendaliannya bisa dilakukan
dengan cara :
-Perbaikan Drainase tanah disekitar kebun, agar tidak becek
-Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular
-Penggunaan bakterisida AGRIMYCIN atau AGREPT dengan cara diemprotkan atau
dikocor disekitar batang tanaman cabai. (Ujang Mumuh, dkk 2015)
 Penyakit yang disebabkan cendawan
1.Layu Fusarium (fusarium oxysporum), disebabkan oleh organisme cendawan
bersifat tular tanah. Penyakit ini biasanya muncul pada tanah yang ber pH rendah
(masam).
Pengendalin :
-Pengapuran tanah sebelum tanam dengan dolomit sesuai dengan angka pH tanah
agar mendekati netral.
-Pencabutan tanaman sakir agar tidak menular
-Pengapuran drainase pada bedengan yang tinggi
-penyiraman larutan fungisida sistemik disekitar batang tanaman dapat juga
diberikan BAKTERISIDA jenis PSEUDOMONAS FLUORESCENS (Ujang Mumuh, dkk
2015)
2.Busuk batang dan busuk daun, pucuk daun berubah warna dari hijau muda
menjadi warna coklat, lalu hitam dan akhirnya membusuk, busuk ini merata menuju
bagian bawah tanaman dan menyerang kuncup bunga yang lain, sehingga bagian
atas tanamn atas terlukai. Pengendaian dilakukan dengan anitasi.
3.Bercak daun (ercospora capsici), gejala ditandai dengan munculnya bercak pada
daun.
4.Antraknosa, penyebab cendawan (colletotrum capsici)
-Serangan ditandai adanya bercak kecoklatan kehitaman pada permukaan buah
kemudian busuk lunak dan serangan berat menyebabkan buah keriput dan
mengering.
5.Penyakit yang disebabkan virus
-Penyakit virus kuning, disebabkan oleh kelompok Geminivirus yaitu TYLCV (Tomat
Yelow Leaf Curl Virus)

3.2 Pasca panen


Setelah penanaman cabai merah selesai dilakukan, hal yang perlu
dilakukan adalah perlakuan pasca panen. Perlakuan pasca panen merupakan kegiata
penanganan buah setelah panen sehingga didistribusikan ke konsumen. Perlakuan
ini bertujuan untuk memisahkan antara produk yang layak dikonsumsi dan dijual
dengan berbagai grade dengan produkyang tdak layak dijual dan dikonsumsi.
Perlakuan pasca panen ini meliputi : sortasi dan grading, curing, penyimpanan dan
pengemasan.
 Sortasi dan Grading
Kegiatan sortasi dilakukan dengan pemilihan cabai yang utuh dan sehat, caba
yang utuh tetapi abnormal, cabai yang rusak sewaktu pemanenan dan terserang
hama atau penyakit. Sortasi ini bertujuan supaya produk yang rusak tidak menyebar
ke produk lainnya yang utuh dan sehat.
Sedangkan Grding adalah penggolongan kualitas cabai berdasarkan kualitas
dan ukuran panjang. Penggolongan yang dilakukan berbeda tergantung dari pasar
yang akan dimasuki. Grading pada cabai merah belum ada karena standar mutu
cabai segar nasional belum dilakukan secara memasyarakat. Namun demikian,
dewasa ini ternyata beberapa kelompok knsumen seperti hotel, restoran dan
swalayan telah melakukan perbedaan harga kelas mutu lokal cabai merah.
 Curing
Curing pada kegiatan penyimpanan cabai merah segar adalah kegiatan yang
dilakukan dengan maksud untuk membuang panas lapang dan meringankan beban
refriggerator. Sedangkan curing pada kegiatan penanganan pengeringan cabai
dimaksudkan untuk memaksimLKn pembentukan dan kestabilan warna.
Salah satu bentuk curing yang sering dilakukan petani Indonesi adalah dengan
menggelar cabai hasil panen didalam rumah atau ditempat teduh, hal tersebut
dimaksudkan petani untuk mencegah kebusukan cabai merah sebelum dijual.
 Penyimpanan
Setelah dipanen cabai merah secara fisiologi masih nelakukan proses- proses
yang mendukung kelangsungan hidupnya. Proses kehidupan seperti respirasi dan
transpirasi ini perlu dipertahankan, tetapi sebaiknya proses ini tidak dibiarkan
berlangsung cepat. Hal ini karena dapat menyebabkan cabai busuk. Oleh karena itu
untuk menaikan daya simpan perlu diperhatikan bagaimana cara penyimpanannya.
Salah satu cara yang dilakukan untuk memperlambat lajunya respirasi adalah
dengan pendnginan, dan transpirasi adalah dengan menaikan kelembaban udara,
mengurangi suhu, mengurangi gerakan udara dengan mengguanakan kemasan.
 Pengemasan / Pengepakan
Pengemasan adalah suatu perlakuan sebelum dilakukan pemasaran
danbertujuan untuk mencegah kerusakan produk. Pengemasan yang baik dapat
mencegah kehilangan hasil. Pemelihara mutu dan memegang peranan penting
dalam pengawetan bahan. Kemasan yang ideal adalah mudah diangkat, aman,
ekonomis, mudah untuh menghitung jumlah barang yang dikemas dan dapat
menjamin keberhasilan.
Pengemasan dilakukan dengan menggunakan kardus berukuran (35x40x45)cm
yang berkapasitas 40kg/kardus, keenam sisinya berluban dengan diameter 1cm,
jarak antara titik pusat lubang 10cm, kemasan kardus ini khusus untuk produk cabai
merah atau juga bisa menggunakan karung.
Pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan produk dari
produsen ke konsumen.
Proses panen dan pacsa panen bisa dlihat pada bagan 2 berikut :

PANEN
Grade = Merah 1
Merah 2
Hijau
Busuk Merah

SORTIR

PENGEPAKAN

PENIMBANGAN

PELABELAN

(Sumber : SOP Budidaya Cabai Merah : 2009)


Bagan 2 : Proses Panen dan Pasca Panen.

3.3 Rantai Tata Niaga


Berikut ini adalah bagan tentang rantai tata niaga pemasaran. Bagan
tentang rantai tata niaga dapat dilihat di bagan 3 berikut :
Kebun Produksi Petani
TPS Sayuran
Pengepakan
Pasar Lokal
Pasar Induk
Pengecer
STA
Industri
(Sumber : Data Kantor P4S Karangsari, 2015)
Bagan 3 : Rantai Tata Niaga.

3.4 Jenis-jenis Komoditas


Komoditas yang dikembangkan di P4S Karangsari diantaranya :
1. Komoditas unggulan
- Cabai merah
2. Komoditas pendukung
- Tomat
- Kubis
- Bawang dan sayuran lain.
(Sumber : Profil P4S Karangsari, 2015).

3.5 Peluang Usaha


Cabai merah merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai
ekonomis tinggi, cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berbuga bagi
kesehatan, caba meruakan salahsatu komoditas sayuran yang banyak digunakan
oleh para petani Indonesia karena memiliki harga jual tinggi dan beberapa manfaat
kesehatan yang salahsatnya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam
pengendalian penyakit kanker. Budidaya tanaman cabai diperbanyak melalui biji
yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit. Cabai
merupakan tanaman yang mudah ditanam di daratan rendah sampai dataran tinggi
(Hilman Firmansyah).
Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabai juga dapat
digunakan untuk keperluan industri diantaranya: bumbu masakan, industri makanan
dan industri obat-obatan atau jamu. Buah cabai ini selain dijadikan sayuran atau
bumbu masak juga, mempunyai kapasitas menaikan petani, disamping itu tanaman
caba juga berfungsi sebagai bahan baku industri yang memiliki peluang ekspor
membuka kesempatan kerja (M.Hanafi, 2011).
Negara-negara pengekspor canai yang utama adalah India, Pakistan,
Bangladesh dan China. Hal ini menunjukan bahwa cabai mempunya potensi
pemasran yang baik untuk tujuan domestik maupun tujuan ekspor.
Di Indonesia cabai terdapat di dserah-daerah seperti : Berebes, Tegal dan
Rembang. Dipulau Jawa produksi cabai terkonsentrasi sekitar 65%, serta produksi
perbulan sekitar 70.000 ton lebih, dan bila menjelang hari raya biasanya mengalami
peningkatan karena permintaan yang naik lebih dari 10% (Anonimus, 2010).
Dengan meningkatnya kebutuhan cabai, maka peluang pengembangan
usaha agribisnis cabai sangat terbuka luas, hal itu akan meningkatkan pendapatan
petani dengan melakukannya dari tahap persiapan lahan sampai penanganan pasca
panen yang baik dan benar. Salah satu langkah terpenting dalam perbaikan teknik
budidaya adalah pemilhan varietas cabai yang akan dibudidayakan.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Langkah-langkah pelaksanaan


4.1.1 Tahap Pengolahan Tanah
1.Pembukaan Lahan atau Pembabadan
Lahan yang digunakan adalah lahan kering seluas 100 bata. Pembabadan
dilakukan dengan membersihkan gulma dan sampah dengan menggunakan parang
dan golok. Pembabadan bertujuan untuk mempermudah proses pencangkulan.

2.Pencangkulan dua kali


Pencangkulan pertama untuk menggemburkan tanah, mengangkat sisa-sisa
tanaman atau batu-batuan yang ada didalm tanah, hingga tanah bagian bawah
terangkat keatas dengan cara dicangkul sampai kedalaman 30cm dan masih berupa
bongkahan-bongkahan.
Pencangkulan kedua dilakukan dengan cara menghancurkan
/mencangkulkan bongkahan-bongkahan tanah hasil pencangkulan pertama. Dengan
cara ini tanah akan lebih gembur.
3.Pembuatan bedengan
Pembuatan bedengan dibuat dengan ukuran lebar 120cm, tinggi 30cm
dengan panjang bedengan disesuaikan dengan lahan dan parit selebar 30-40cm.

4.Pengapuran
Pengapuran dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar yaitu
dengan memberikan kapur pertanian sebanyak 286kg dengan luas lahan 100 bata.
5.Pemupukan dasar
Pemupukan dasar dilakukan 3 minggu sebelum tanam dengan
menggunakan ppuk kandang yaitu kotoran ayam matang sebanyak 500kg, organik
20 karung, subur ijo 3 karung. Selain itu diberikan pupuk kimia seperti ponska
150kg, urea 30kg dan furadan 250 gram untuk luas lahan 100 bata. macam jenis
pupuk tersebut dicampur atau diaduk rata dengan tanah dan disiram dengan air
secukupnya lalu ditutup mulsa.
6.Pemasangan MPHP
Pemasangan MPHP dilaksanakan pada saat matahari bersinar terik, mulsa
yang digunakan adalah Mulsa Plastik Hitam Perak dengan lebar 120 cm. Cara
pemasangan mulsa :
 Bagian mulsa yang bagian perak menghaap keatas dan bagian mulsa yang berwarna
hitam menghadap kebawah.
 Dua orang memegang kedua ujung mulsa dimasing-masing ujung bedengan. Dua
orang lainnya saling berhadapan di masing-masing sisi bedengan pinggir, pinggir
mulsa ditarik ke arah bawah samai mulsa mengembang.
 Selanjutnya pemasangan pasek penjepit dari bambu berukuran 40cm (ujungnya
dibuat runcing), lebar 1,5cm dan tebal 0,4cm. Pasek penjeit dibentuk huruf “U”
untuk mengaitkan sisi mulsa dengan bedengan agar mulsa tidak mudah lepas.
 Mulsa plastik dipotong sedikit lebih pendek (20%) dari panjang bedengan agar mulsa
plastik mengencang ketika ditarik oleh masing-masing orang yang berada di masing-
masing ujung bedengan.
 Pemasangan mulsa bertahap dari ujung satu ke ujung berikutnya.

7. Pembuatan lubang tanam


Lubang tanam dibuat dengan pola jigjag dengan jarak tanam 50cmx60cm
dengan menggunakan alat penglubangan mulsa berdiameter 8cm yang sudah
dipanaskan.
4.1.2 Tahapan Persiapan Benih
Benih menggunakan benih yang dikelarkan oleh salah satu perusahaan
pembenihan Indonesia yang dijual dipasaran. Pada ersiapan benih tidak dilakukan
perlakuan benih tapi langsung disemai.
4.1.3 Tahapan persiapan bibit (penyemaian)
Penyemaian adalah kegiatan ditanamnya biji tanaman didalam kokeran, hingga
nantinya jika sudah berumur 3-4 minggu akan jadi benih siap tanam kelapangan.
 Media tanam adalah campuran dari tanah halus dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1 ditambah furadan secukupnya, yang dimasukan kedalam koker 1
minggu sebelum penyemaian dan disimpan pada bedengan semai benih cabai
ditanam pada media yang telah disiapkan lalu diutup denga serbuk gergaji, siram
lalu ditutup dengan karung.
 Selama penyemaian dialakukan penyiraman, penyiangan serta pengendalian OPT.
 Benih siap dipindahkan kelapangan setelah berumur 3-4 minggu sejak dibumbun atau
sudah memiliki 4-5 helai daun.

4.1.4 Tahapan Penanaman


Pada tahap penanaman sangan berpengaruh besar bagi kelangsungan hidup
tanaman. Berikut adalah syarat penanaman tanaman cabai, diantaranya :
 Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari.
 Bibit yang ditanam harus bibit yang bagus, sehat dan normal.
 Tanah yang ada pada kokeran dibasahi, lalu dipadatkan dan ditarik kebawah
sehingga bibit terlepas dari kokeran. Sebelum dimasukkan ke lubang tanam
sebaiknya akar bibit dicelupkan dulu pada fungisida sistemik.
 Pada saat pindah tanam kondisi bedengan harus dalam keadaan baik atau sudah
cukup lembab.
 Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan pada bedengan yang telah
diberi mulsa. Caranya memasukan bibit atau benih kelubag tanam lalu ditutupi
dengan tanah sampai melebihi leher akr supaya jika terjadi hujan ataupun angin
leher akan tetap tertutup tanah.

4.1.4 Tahapan Pemeliharaan


Pada tahap pemeliharaan tanaman cabai harus dilakukan dengan maksimal
karena berpengaruh besar terhadap hasil produksi yang didapatkan.
Berikut macam-macam pemeliharaan tanaman cabai diantaranya :
1. Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir dilakukan 7 HST, ajir dibuat dari bambu dengan ukuran tinggi
180cm yang ditancapkan 5-8cm dari tanaman, posisi tegak urus terhadap bedengan.
2. Penyulaman
Penyulaman yaitu mengganti tanaman yang mati, yang bisa disebabkan oleh
terserang hama dan penyakit atau pertumbuhannya kurang baik. Penyulaman
diambil dari bibit cadangan yang telah disiapkan waktu tanaman yang disulam. Hal
ini agar tanaman yang disulamkan dapat sama dengan tanaman yang tidak disulam.
Waktu yang cocok untuk penyulaman yaitu pagi atau sore hari.
3. Perempelan
Bagi tanaman yang dirempel antara lain tunas air dan bunga yang pertama
muncul dilakukan pada pagi hari, dilakukan 3-4 kali. Perempelan tunas diketiak daun
biasanya dilakukan sekitar 15 HST. Sedangkan perempelan daun dibawah cabang
utama maksimal 60 HST harus sudah selesai.
4. Pengikatan Batang
Pengikatan batang dilakukan pada umur 25 HST, dengan menggunakan tali rafia
yang diikatkan pada ajir dengan simpul angka delapan.
5. Penyiangan
Penyiangan dilakukan jika gulma sudah mulai menghalangi atau menghambat
pertumbuhan tanaman. Penyiangan ini bisa dilakukan dengan mencabut gulmanya
menggunakan tangan ataupun bisa juga menggunakan alat seperti parang.
Penyiangan sebaiknya dilakukan secara rutin (tiap gulma sudah tumbuh
menghalangi tanaman), dengan salah satu tujuan agar nantinya tanaman bisa
tumbuh secara maksimal.
6. Pembendingan
Pembendingan dilakukan pada umur 2-3 HST. Pembendingan ini yaitu kegiatan
merapikan tanaman yang condong keparit tanaman dengan cara mendorong
tanaman cabai tersebut hingga berdiri keatas lalu sebagai penahannya agar
tanaman cabai tersebut tidak condong lagi, bisa dilakukan dengan pengikatan dari
ajir ke ajir, dengan menggunakan tali rafia lakukan dari awal bedengan sampai
ujung bedengan, hingga bedengan seterusnya. Tujuannya agar tanaman terlihat
rapi dan mudah pada waktu pemanenan.

7. Pemeriksaan Tanaman
Pemeriksaan tanaman dilakukan jika telah terjadi hujan dan angin kencang.
Tanaman deperiksa untuk memastikan tidak ada tanaman yang harus diberi
tindakan dan tanaman yang roboh.
8. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2x sehari yaitu pagi dan sore hari jika di musim
kemarau, caranya dengan menyiram tanaman kelubang tanaman. Jika musim hujan,
tidak perlu adanya kegiatan penyiraman.
9. Pengecoran ( Pemupukan susulan )
Pengecoran dilakukan dengan cara memberikan N.P.K 16-16-16 yang dicampur
dengan kotoran kelinci dilarutkan dalam air dengan menggunakan drum. Kemudian
disiramkan pada lubang tanam dengan dosis 20 ml /tanaman konsentrasinya satu
ember kecil NPK 16-16-16 /200 litter air, dilakukan 7-10 hari sekali dimulai pada
umur 3 MST. Pemberian pupuk daun dan ZPT juga dilakukan dengan menggunakan
supergro dan kalsium nutrisi.
10. Pengendalian OPT
Jenis-jenis hama dan penyakit :
 Hama
1.Thrips ( Thips sp )
Gejala : Daun mengkriting keatas
Pengendalian : Penyemprotan dengan menggunakan pestisida yang
berbahan aktif Asetat, Dimetoat, Endosulpat, Formothion.

Gambar 1. Daun yang terserang hama thrips.


2.Kutu daun (myzus persicae)
Gejala : Daun menguning, kriting keatas dan mengecil
Pengensalin : Penyemprotan dengan menggunakan pestisida
berbahan aktif Asetat, Dimetoat, dan Metomil.
3.Kutu kebul (Bemisia tabaci)
Gejala : Daun menjadi klorose, kering serta mengecil
Pemgendalian : Penyemprotan menggunakan pegassus 500sc.
4.Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala : Ulat menggerogoti daun dan buah
Pengendalian : Penyemprotan dengan pestida yangberbahan aktif
Bacilus Fhuringiensis.

Gambar 2.Daun yang terserang ulat grayak.


5.Tungau (Polyphagotarsonemus latus banks)
Gejala : Daun melengkung atau mengkriting kebawah
Pengendalain : Penyemprotan dengan menggnakan pestisida yang
berbahan aktif Samite (insektisida)

Gambar 3. Cabai yang terserang hama tungau.


6.Lalat buah (Dacus ferugineus)
Gejala : Buah cabai busuk
Pengendlian : Penyemprotan dengan menggunakan pestisida yang
berbahan aktif metil eugenol.

 Penyakit
1.Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum)
Gejala : Daun menguning lalu rontok
Pengendalian : -perbaikan drainase agr tidak becek.
-pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular.
-penggunaan bakterisida agrimycin dengan cara disemprotkan atau
dikocor disekitar batang tanaman.
-pengapuran tanah dan pergiliran tanaman.

Gambar 4.Penyakit layu bakteri.


2.Layu Fusarium (Fusarium oxsy sporum)
Gejala : Daun melengkuk ke bawah (layu) dan batang
cabai agak mengering.
Pengendalian : -pengapuran tanah sebelum tanam hingga tanah
Netral.
-pencabutan tanman yang sakit agar tidak menular.
-pengaturan drainase.
-penyiraman larutan fungisida sisemik disekitar batang tanaman dapat juga
diberikan Bakterisida dan pseudomonas fliorescens.

Gambar 5.Penyakit layu fusarium.


3.Bercak Daun
Gejala : Terdapat bercak pada daun berwarna putih kecoklatan.
Pengendalian : Penyemprotan menggunakan Score 250 ec.

Gambar 6.Penyakit bercak daun


4.Antraknosa
Gejala : Permukaan buah busuk dan keriput berwarna coklat.
Pengendalian : Penyemprotan menggunakan Bion-M atau pestisida
yang berbahan aktif Mankozeb dan Asibensolar, s-metil.

Gambar 7.Cabai yang terkena penyakit Antraknosa


5. Penyakit Keriting Daun atau Mosaik
Asal serangan penyakit mosaik adalah virus Cucumber Mosaic Virus (CMV).
Gejalanya, pertumbuhan menjadi kerdil, warna daun belang-belang hijau tua dan
hijau muda, ukuran daun lebih kecil, tulang daun akan berubah menguning.Penyakit
ini bisa menyebar dan menular ke tanaman lain oleh aktivitas serangga.
Penyemprotan kimia bertujuan untuk menghilangkan serangga bukan penyakitnya.
Untuk mengurangi penyakit, musnahkan tanaman cabe yang kondisinya telah parah
terserang.
Pemilhan benih tahan virus membantu menghindari resiko serangan penyakit
ini. Hal lain yang bisa membantu mengurangi resiko serangan adalah pemupukan
yang baik dan tepat dengan menggunakan SOT dan PHEFOC.
Gambar 8.Penyakit Kriting daun
5. Penyakit Virus Kuning
a. Pola Serangan dan Penyebaran
Penyakit ini disebabkan oleh Gemini virus Tanaman cabe yang terserang
virus kuning, daun dan batangnya akan terlihat menguning (sesuai dengan
namanya). Penyakit ini disebut juga penyakit bule atau bulai. Penyakit ini bisa
dibawa dari benih atau biji dan ditularkan oleh kutu. Sumbernya bisa dari
gulma, atau tanaman sakit lainnya (cabai, tomat)
b. Pengendalian
Penyakit yang disebabkan virus tidak akan mempan dengan penyemprotan
racun-racun kimia. Pengendalian harus dilakukan sejak dini, dengan memilih benih
unggul dan tahan serangan virus. Selain itu bisa juga dengan membasmi hama yang
menjadi vektornya, seperti kutu.
Untuk menaikkan daya tahan tanaman cabe terhadap serangan virus kuning,
bisa dengan treatment benih memakai PHEFOC dan mengintensifkan pemupukan,
yaitu dengan penggunaan pupuk organik cair SOT HCS yang mengandung zat hara
makro dan mikro lengkap. Tujuannya agar tanaman cabe tumbuh subur sehingga
lebih tahan terhadap patogen.
Gambar 9.Penyakit virus kuning
6. Penyakit Busuk Batang, Akar dan Buah
a. Pola Serangan
Terdapat dua macam penyakit busuk yang biasa menyerang tanaman cabe,
yakni busuk batang dan busuk kuncup. Busuk batang pada tanaman cabe
disebabkan oleh Phytophthora capsici. Menyerang saat musim hujan dan
penyebarannya sangat cepat.
Busuk kuncup disebabkan oleh cendawan Choanosearum sp. Penyakit ini
masih jarang dijumpai di Indonesia. Gejalanya, kuncup tanaman berwarna hitam
dan lama kelamaan mati.
Pemicu perkembangan penyakit ini dapat berupa :

 drainase yang kurang baik


 penggunaan pupuk N (Urea) yang terlalu tinggi
 pupuk kandang tidak matang (makanya sebaiknya pakai pupuk bokashi)
 banyak nematoda
 sebelumnya lahan ditanam cabe atau mentimun

Penyakit ini bisa dikendalikan dengan mengurangi dosis pemupukan Nitrogen


seperti urea dan ZA. Penggunaan pupuk organik seperti SOT HCS. Kemudian
mengatur jarak tanam agar sirkulasi udara berjalan lancar. Tanaman yang sudah
terinfeksi sebaiknya dicabut dan dibakar. Penyemprotan bisa dilakukan dengan
fungisida PHEFOC.
Gambar 10.Penyakit Busuk batang,akar dan buah
Dari berbagai macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman
Cabai diatas bisa disimpulkan pengendaliannya yaitu dengan cara
Penyemprotan.

5.1.1 Tahapan Panen


Cabai mulai dipanen pada umur 120 HST, karakteristik cabai siap panen antara
lain : berwarna merah merata,kekerasan buah sedang, buah halus dan mengkilap,
cabai dipanen dengan tangkainya dengan cara dipetik langsung dengan
menggunakan tangan dan cara memetiknya agar tangkai kecil yang
menyambungkan buah dengan batang agar tidak patah, memetiknya bisa dengan
cara didorong keatas.
Panen dilakukan dengan interval 3-7 hari. Dibawah ini dapat kita lihat tabel 6
data hasil panen.
No Panen Hasil Panen No Panen Hasil Panen
1. Ke – 1 7 kg 11. Ke – 11 160 kg
2. Ke – 2 18 kg 12. Ke – 12 120 kg
3. Ke – 3 25 kg 13. Ke – 13 95 kg
4. Ke – 4 60 kg 14. Ke – 14 70 kg
5. Ke – 5 86 kg 15. Ke – 15 70 kg
6. Ke – 6 90 kg 16. Ke – 16 50 kg
7. ke – 7 110 kg 17. Ke – 17 65 kg
8. Ke – 8 160 kg 18. Ke – 18 35 kg
9. Ke – 9 165 kg 19. Ke – 19 30 kg
10 Ke – 10 105 kg 20. Ke – 20 30 kg
(Sumber : Catatan Hasil Panen, 2015)
Tabel 6. Data Hasi Panen.

5.1.2 Tahapan Pasca Panen


1.Sortasi dan Grading
Kegiatan sortasi dilakukan dengan pemilihan antara cabai yang utuh dan
sehat, cabai yang utuh tetapi abnormal, cabai yang rusak sewaktu pemanenan dan
cabai yang terserang hama atau penyakit. Sortasi ini bertujuan supaya produk yang
rusak tidak menyebar ke produk yang sehat.
Grading adalah penggolongan kualitas buah cabai berdasarkan kualitas
dan ukuran panjang.
2.Curing
Curing adalah kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk membuang
panas lapang dan meringankan beban refriggerator. Sedangkan curing pada
kegiatan penanganan pra pengeringan cabai dimaksudkan untuk memaksimalkan
pembentukan dan kestabilan warna.
3.Pemotesan
Pemotesan dilakukan dengan cara melepaskan tangkai buah dari buah
cabai. Pemotesan dilakukan sebelum dikirim ke PT.ABC.
4.Penyimpanan
Peyimpanan harus ditempat yang kering dengan sirkulasi udara cukup.
5.Pengemasan
Pengemasan adalah suatu perlakuan sebelum dilakukan pemasaran dan
bertujuan untuk mencegah kerusakan produk. Pengemasan yang baik dapat
mencegah kehilangan hasil. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan kards
berukuran (35x40x45)cm yang berkapasitas 40kg/kardus. Keenam sisinya berubang
dengan diameter 1cm, jarak antara titik pusat lubang 10cm, kemasan kardus ini
khuus untuk produk cabai merah atau bisa juga menggunakan karung.
Pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan produk
dari produsen kepada konsumen.

5.2 Pembahasan Masalah


5.2.1 Analisis Biaya Pelaksanaa
Komoditas : Cabai Merah
Varietas : Hybrid TM 99
Luas Lahan : 100 bata
Populasi : 2500 tanaman
Jarak Tanam : 50 cm x 60 cm
Biaya pelaksanaan untuk satu musim
 Biaya Tetap
Sewa lahan @ Rp. 3.000.000,00 x 6 tahun = Rp.1.500.00,00
12
Penyusutan :
1. Power Sprayer @ Rp.4.500.000,00 x 1 = Rp.4.500.000,00 JUE 10 tahun
4.500.000,00-450.000,00 x 6 = Rp.202.500,00
10 12
2. Drum @ Rp.250.000,00 x 10 buah = Rp. 250.000,00 JUE 5 tahun
250.000,00-25.000,00 x 6 = Rp. 22.500,00
5 12
3. Selang Semprot @ Rp.10.000,00 x 10 m = Rp. 100.000,00 JUE 5
tahun
100.000,00-10.000,00 x 6 = Rp. 9.000,00
5 12
4. Selang Plastik @ Rp. 2.000,00 x 50 m = Rp. 100.000,00 JUE 5 tahun
100.000,00-10.000,00 x 6 = Rp. 9000,00
5 12
5. Cangkul @ Rp. 60.000,00 x 2 buah = Rp. 120.000,00 JUE 5 tahun
120.000,00-12.000,00 x 6 = Rp. 10.800,00
5 12
6. Parang @ Rp. 25.000,00 x 2 buah = Rp. 50.000,00 JUE 5 tahun
50.000,00-5.000,00 x 6 = Rp. 4.500,00
5 12
7. Golok @ Rp.50.000,00 x 1 buah = Rp. 50.000,00 JUE 5 tahun
50.000,00-5.000,00 x 6 = Rp. 4.500,00
5 12
8. Gacok @ Rp. 50.000,00 x 1 buah = Rp. 50.000,00 JUE 5 tahun

50.000,00-5.000,00 x 6 = Rp. 4.500,00


5 12
9. Ember @ Rp.12.000,00 x 2 buah = Rp. 24.000,00 JUE 5 tahun
24.000,00-2.400,00 x 6 = Rp. 2.160,00
5 12
10.Ajir @ Rp. 300,00 x 2500 pohon = Rp. 750.000,00 JUE 1 tahun
750.000,00-75000,00 x 6 = Rp.337.500,00
1 12
11.MPHP @ Rp.450.000,00 x 1 rol = Rp. 450.000,00 JUE 1 tahun
450.000,00-45.000,00 x 6 = Rp.202.500,00
1 12
12.Polybag @ Rp.23.000,00 x 1 kg = Rp. 23.000,00 JUE 1 tahun
23.000,00-2.300,00 x 6 = Rp. 1.050,00
1 12
13.Embrat @ Rp.35.000,00 x 1 buah = Rp. 35.000,00 JUE 1 tahun
35.000,00-3.500,00 x 6 = Rp. 15.750,00
1 12
14.Plastik @ Rp.4.000,00 x 4 m = Rp. 16.000,00 JUE 1
tahun
16.000,00-1.600,00 x 6 = Rp. 7.200,00
1 12
15.Bambu @ Rp.5.000,00 x 3 batang = Rp. 15.000,00 JUE 1 tahun
15.000,00-1.500,00 x 6 = Rp. 6.750,00
1 12
16.Hansprayer @ Rp.350.000,00 x 1 buah = Rp. 350.000,00 JUE 5 tahun

350.000,00-35.000,00 x 6 = Rp. 31.500,00


5 12
17.Container @ Rp.40.000,00 x 2 buah =Rp. 80.000,00 JUE 10 tahun
80.000,00-8.000,00 x 6 = Rp. 3.600,00
10 12
Total Biaya Tetap = Rp. 2.384.610,00

 Biaya Variable

1. Biaya Tenaga Kerja (BTK)


No URAIAN SAT VOLUME SAT BIAYA JUMLAH
VOLUME
1. Pembabadan HKP 3 30.000 90.000
HKW 5 20.000 100.000
2. Pencangkulan HKP 21 30.000 630.000
3. Pembuatan bedengan HKP 7 30.000 210.000
kasar
4. Pengapuran HKW 2 20.000 40.000
5. Pemupukan dasar HKP 5 30.000 150.000
6. Penyemaian HKW 5 20.000 100.000
7. Pembentukan HKP 5 30.000 150.000
bedengan HKW 3 20.000 60.000
8. Pemasangan mulsa HKP 3 30.000 90.000
HKW 2 20.000 40.000
9. Pelubangan mulsa HKP 2 30.000 60.000
10. Penanaman HKW 4 20.000 80.000
11. Penyiangan HKW 2 20.000 100.000
12. Pemasangan ajir HKW 5 20.000 40.000
13. Pengikatan tanaman HKW 3 20.000 60.000
14. Perempelan HKW 4 20.000 80.000
15. Pemupukan susulan HKW 6 20.000 120.000
16. Penyemprotan HKP 2 30.000 60.000
17. Panen HKW 6 20.000 120.000
JUMLAH TOTAL HKP 48 30.000 1.440.000
HKW 47 20.000 940.000
Rp. 2.380.000
Tabel 6. Biaya Tenaga Kerja.
2.Sarana Produksi (Saprodi)
 Benih 2 pack x @ Rp.110.000,00 = Rp. 220.000,00
 Kapur pertanian 286 kg x @ Rp.300.000,00 = Rp. 85.800,00
 Pupuk kandang 3000 kg x @ Rp. 300,00 = Rp. 900.000,00
 Furadan 3 kg x @ Rp. 7.500,00 = Rp. 22.500,00
 Pupuk kimia
- Pupuk dasar 150 kg x @ Rp. 3.000,00 = Rp. 450.000,00
- Pupuk susulan x @ Rp. 3.000,00 = Rp. 300.000,00
 Fungisida 10 kg x @ Rp. 80.000,00 = Rp. 800.000,00
 Insektisida 6 kg x @ Rp.180.000,00 = Rp.1.080.000,00
 PPC 6 litter x @ Rp. 20.000,00 = Rp. 120.000,00
 Rapia 3 buah x @ Rp. 15.000,00 = Rp. 45.000,00
 Bakterisida 1 kg x @ Rp. 80.000,00 = Rp. 80.000,00

Total Biaya Saprodi = Rp.4.103.300,00


Total Biaya Variable = Total BTK + Total Saprodi
= Rp.2.380.000,00 + Rp.4.103.300,00
= Rp.6.483.300,00
 Pengeluaran
Pengeluaran = Biaya Tetap + Biaya Variable
= Rp.2.384.610,00 + Rp.6.483.300,00
= Rp.8.867.910,00
Bunga Modal 12% = 12 x Pengeluaran
100
= 6 x Rp.8.867.910,00 = Rp.532.074,6
100
Total Pengeluaran = Biaya Tetap + Biaya Variable +
Bunga Modal
= Rp.2.384.610,00+Rp.6.483.300,00+532.074,6
= Rp.9.399.984,6
5.2.2 Penerimaan Usaha
Penerimaan
Harga Jual = Rp. 10.000/kg
Hasil Panen = 2.500 kg

Hasil Penjualan Kotor = 2500 kg x Rp.10.000,00


= Rp. 25.000.000,00
5.2.3 Pendapatan Usaha
 Pendapatan = Total Penjualan ‒ Total Pengeluaran
= Rp.25.000.000,00 ‒ Rp. 9.399.984,00
= Rp.15.600.000,00
 Perhitungan Break Even Poin (BEP) dan O/I ratio
1.BEP untuk volume produksi
= Pengeluaran x 1 kg = Rp. 9.399.980 x 1 kg = 939,99 kg
Harga Jual 10.000
2.BEP untuk harga
= Pengeluaran x Rp. 1 = Rp. 9.399.980 x Rp. 1 =Rp. 3.759,99
Produksi 2.500
3.Output/Input ratio (O/I ratio)
= Penerimaan = Rp. 25.000.000,00 = 2,6
Pengeluaran Rp. 9.399.980,00
Jadi O/I = 2,6 berarti setiap penambahan modal biaya Rp. 1 akan diperoleh
penerimaan/kembali sebesar Rp. 2,6 suatu usaha dinilai menguntungkan jika O/I ˃
0.
5.3 Integrasi Partisipasi Masyarakat (IPM)
Dalam kegiatan PRAKERIN penyusun juga ikut berpartisipasi dalam lingkungan
masyarakat di sekitar P4S Karangsari. Untuk kegiatan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 1.

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Hasil selama mengikuti PRAKERIN yang berlangsung dari tanggal 22
Desember 2014 sampai dengan 20 maret 2015 yang bertempat di P4S Karangsari,
penyusun dapat mendapatkan pengalaman-pengalaman dan pelajaran yang
didapatkan. Penyusun menyadari bahwa begitu banyak manfaat PRAKERIN ini dan
begitu banyak berbagai pengarahan yang didapat ditempat PRAKERIN. Penyusun
bersyukur karena dapat menyelesaikan laporan PRAKERIN ini walaupun masih jauh
dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Berdasarkan seluruh pembahasan yang tidak diuraikan sebelumnya,
penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
 Cabai merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai
rempah-rempah dan lain sebagainya.
 Cara pembudidayaan yang diterapkan di P4S Karangsari meliputi :
Tekhnik budidaya (persiapan lahan, pencangkulan, pembuatan bedengan,
pengapuran, pemupukan dasar, pemasangan mulsa, dan pembuatan lubang tanam),
tahapan persiapan benih, tahapan persiapan bibit, tekhnik penanaman,
pemeliharaan (pemasangan ajir, penyulaman, perempelan, pengikatan batang,
penyiangan, pembendingan, pemeriksaan tanaman, penyiraman, pengecoran/
pemupukan susulan dan pengendalian OPT),teknik panen dan pasca panen.
 Pembudidayaan cabai merah disetiap daerah berbeda-beda.
5.2 Saran
Dalam kesempatan ini penyusun ingin memberikan saran yang mudah-
mudahan bisa diterapkan di masa yang akan datang :
 Sebaiknya pelaksanaan PRAKERIN disana dilakukan dari mulai teknik pengolahan
lahan sampai ke pasca panen, agar nantinya kita bisa menerapkannya di daerah
masing – masing.

DAFTAR PUSTAKA

Muhrizal Sarwan (2008), Teknologi Budidaya Cabai Merah, Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.
Buku Profil Desa Cibeureum, 2013 (Tidak Dipublikasikan).
Ruswandi E.Asep (2013), SOP Budidaya Cabai Merah, Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan
Swadaya, Karangsari.
Saragih Ibrahim, Agar Petani Cabai Tetap Untung, Peluang Usaha, Sinar Tani.
Ma’mum dkk (2009), SOP Budidaya Cabai Merah, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Ciamis.
Anonimus (2010), Bertanam 30 Jenis Sayuran, Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai