Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam hidup sehari-hari manusia tidak terpisah dengan makhluk lainnya baik
hewan tumbuhan maupun benda-benda mikroskopik seperti debu, tungau,
serbuk bunga sampai berbagai makanan yang kita konsumsi sehari-hari seperti
susu, telur, kacang-kacangan dan seafood. Alergi merupakan suatu reaksi
abnormal yang terjadi di tubuh akibat masuknya suatu zat asing. Zat asing
yang dinamakan alergen tersebut masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas
(Inhalan) seperti debu, tungau, serbuk bunga. Alergen juga dapat masuk
melalui saluran pencernaan (Ingestan) seperti susu, telur, kacang-kacangan
dan seafood. Di samping itu juga dikenal alergen kontak yang menempel pada
kulit seperti kosmetik dan perhiasan (penyebab gatal-gatal karena alergi).
Saat alergen masuk ke dalam tubuh sistem imunitas atau kekebalan tubuh
bereaksi secara berlebihan dengan membuat antibodi yang disebut
imunoglobulin E. Imunolobulin E tersebut kemudian menempel pada sel mast
(Mast cell) pada tahap berikutnya. Alergen akan mengikat imunoglobulin E
yang sudah menempel pada sel mast. Ikatan tersebut memicu pelepasan
senyawa histamin dalam darah. Peningkatan histamin yang teramat banyak
juga biSa disebabkan oleh stres dan depresi. Pengobatan gatal-gatal karena
alergi dilakukan dengan jalan pemberian obat antihistamin yang banyak dijual
secara bebas. Efek samping dari pemakaian obat diantaranya linglung, pusing,
sembelit, dan penglihatan kabur. Namun jarang ada penderita mengalami hal
tersebut. Obat antihistamin generasi terbaru yang tidak berefek sedatif
(mengantuk) dan beraksi lebih lama. Namun harganya lebih mahal dan harus
ditebus dengan resep dokter.

1
Angka kejadian di indonesia berdasarkan sumber dari (Growup Clinic)
prevalensi penderita alergen dari salah satu rumah sakit di indonesia berkisar
antara 5-15% dari seluruh pasien yang berobat jalan serta 25% dari penderita
rawat inap, dan 20-30% dari kejadian reaksi alergi obat. Hal ini disebabkan
tingginya angka kejadian alergi obat tampak berhubungan erat dengan
kekerapan pemakaian obat tersebut. Risiko terjadinya reaksi alergi sekitar 1-
3% terhadap sebagian besar jenis obat. Obat-obat antihistamin yang
digunakan di indonesia untuk mengatasi alergi dengan menggunakan
cetirizine yang mencapai 95% dibandingkan 70% dengan loratadine.
Pengguna antihistamin berdasarkan sumber (Galaksimedika) sebanyak 70%
penderita alergen seperti urtikarya. Untuk kemerahan berkurang 90% pada
penerima cetirizine dibandingkan 62% pada penerima loratadine. Sedangkan
pada tahun 2008 di amerika dan kanada menghasilkan penjualan 315.900.000.
Golongan cetirizine obat yang dilaporkan di salah satu rumah sakit.

B. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Pembuatan makalah ini bertujuan agar mahasiswa/I dapat lebih mengerti
tentang antihistamin. Dan dapat mengetahui kegunaan. Kegunaan yang
ada di obat histamin.
b. Tujuan khusus
a. Menjelaskan pengertian dari histamine
b. Farmakologi dasar histamine
c. Penyimpanan dan pelepasan histamine
d. Farmakodinamik dan farmakologi klinik dari histamine
e. Etoksitas dan kontraindikasi dari histamine
f. Antagonis dari histamine
g. Efek dari histamine
h. Penggolongan antihistamin

2
i. Penggolongan obat antihistamin

C. Metode penulisan
Dalam makalah ini, kelompok menggunakan metode :
1. Buku
Metode ini digunakan adalah studi keperpustakaan dengan mencari
beberapa sumber buku yang sesuai topik pembahasan.
2. Internet
Metode ini mencari materi yang bersumber pada artikel pada webside.

D. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari :
BAB I pendahuluan, terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan teoritis, yang terdiri atas definisi, farmakologi dasar,
pelepasan dan penyimpanan, farmakodinamik dan farmakologi klinik,
etoksisitos dan kontraindikasi, antagonis, efek dari histamin, dan
penggolongan antihistamika.
BAB III Penutup , yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Antihistamin
Histamin adalah suatu senyawa amino yang ada didalam tubuh , dibentuk dari
asam amino histidine oleh pengenzim histidine dekarboksilase. Hampir semua
organ dan jaringan tubuh mengandung histamine itu. Zat terdapat terutama
dalam sel sel tertentu, yaitu mast cells, dalam keadaan terikat dan tidak aktif.
Histamin dapat dibebaskan dari ikatannya oleh bermacam-macam factor,
antara lain: Reaksi alergi, luka berat, sinar UV dari matahari, racun ular dan
tawon, enzim protelilik serta beberapa macam obat-obatan (Otubekurarin ,
Klordiazapokrida.
Histamine disintesis pada tahun 1907 dan kemudian diisolisasi dari berbagai
jaringan mamalia. Hipotesis awal tentang kemungkinan peranan fisiologi
histamine jaringan didasarkan pada kesamaan antara kerja histamine dan
gejala syok anafilatik serta perusakan jaringan. Terdapat variasi anatara
spesies yang mencolok , tetapi pada manusia histamine adalah peranan
penting dari reaksi peradangan. Berperan dalam sekresi asam lambung , dan
berfungsi sebagai neurotransmitter dan neuromodulator.

B. Farmakologi Dasar Antihistamin


Rumus kimia histamine adalah 2-(4-imidazoil) etilamin. Terdapat pada
tumbuhan daNjaringanhewan serta merupakan komponen dari bisa (venam)
dan sekresi sengatan. Histmin dibentuk dari dekarboksilasi asam amino L-
histadin , yang pada jaringan hewan dikatalisator oleh enam histadin
dekarboksilase (E.C.4.1.1.22)- Piridoksol fosfat diperlukan sebagai kofaktor.
Segera sesudah terbentuk, Histamine disimpan atau langsung dinonaktifkan.

4
Tahapan inaktivikasi pertama adalah konversi ke metilhistamin dengan
katalisator diamin oksidase. Cara kedua dalam metabolismenya ialah konversi
histamine langsung keasam Imdazolasetat oleh diamin oksidase. Sedikit sekali
histamine yang disekresikan tanpa perubahan. Tumor-tumor tertentu
(Mastositosis sistemik, Urtikaria pigmentosa, Karsimoid gaster,dan kadang-
kadang leukemia mielogenus) Menimbulkan peningkatan jumlah mast cells
atau basophil disertai peningkatan eksresi histamine dan metabolitnya.
Meskipun histamine terdapat terdapat diberbagai jaringan,penyebaran tetapi
tidak merata.histamin jaringan penyebarannya tidak merata. histamine
jaringan umumnya terikat dalam bentuk granul dalam mast cells atau
basophil, kadar histamin dalam jaringan berbanding langsung dengan jumlah
mast cells yang dikandungnya. Bentuk ikatan histamin secara biologic tidak
aktif. tetapi seperti akan dijelaskan kebawah, berbagai rangsangan dapat
merangsang pelepasan histamin mast cells, sehingga antihistamin yang bebas
tersebut dapat bekerja pada jaringan sekitarnya. Mast cells banyak terdapat
disekitar jaringan yang berpotensi mudah mengalami kerusakan, hidung,
mulut, dan kaki. Permukaan dalam alat tubuh:dari pembuluh-pembuluh darah,
terutama pada bagian yang mendapat tekanan atau percabangan. Histamin sel
yang tidak dikandung mast cells terdapat dalam beberapa jaringan otak
dengan fungsi sebagai neurotransmitter.

C. Penyimpanan Dan Pelepasan Antihistamin


Mast cells dan basophil manusia, tepat penyimpanan granul mengandung
kompleks histamin dengan polisakarida sulfat, heparin atau kondroitin sulfat,
dan suatu protein asam. Bentuk ikatan ini dapat dilepaskan dengan berbagai
mekanisme , antara lain:

5
1.
Pelepasan secara Imunologik
Mekanisme patofisiologi pelepasan histamin mast cell dan basophil yang
utama adalah secara imunologik. Sel-sel ini jika disensitisasikan oleh
antibody lgE yang melekat pada membran permukaan akan mengalami
degranulasi setelah berhubungan dengan antigen yang sesuai pelepasan
tersebut memerlukan energi dan kalsium.
Dalam peristiwa degranulasi ini histamin, ATP, dan perantara lain yang
terdapat bersama-sama dalam granul sekretori, dilepaskan secara simultan,
beberapa senyama terutama ATP akan meningkatkan degranulasi mast
cells selanjutnya. Melalui mekanisme parakrin atau autokrin. Dengan
mekanisme kontrol umpan balik negatif yang di perantarai oleh reseptor
H2, histamin dapat mengatur pelepasannya dan perantara-peranta lainnya
dari mast cells. Yang telah tersensitisikan pada beberapa jaringan. Pada
manusia, mast cells yang terdapat pada kulit dan basophil memperlihatkan
mekanisme umpan balik negatif ini. Mast cells paru tidak demikian jadi,
histamin dapat bekerja membatasi reaksi alergi dalam kulit dan darah.
2. Pelepasan secara kimiawi dan mekanik
Histamin tertentu, diantaranya morfin dan tubokurarin dapat menggeser
histamin dari kompleks heparin. Protein dalam sel, pelepasannya dengan
cara ini tidak membutuhkan energi dan tidak ada hubungannya dengan
kerusakan atau degranulasi mast cells, hilangnya granul dari mast cells
juga akan melepaskan histamin, karena ion natrium dari cairan
ekstraseluler akan segera menggantikan amin dari komleks tersebut.
Mekanisme akan menyebabkan degranulasi dan pelepasannya histamin,
senyawa suatu polimer diamin eksperimental, secara khusus melepaskan
histamin dari mast cells jaringan melalui proses degranulasi eksositatik
yang menggunakan energi dari kalsium

6
D. Farmakodinamika Dan Farmakologi Klinik Dari Histamin: Mekanisme
kerja Histamin melakukan kerja biologinya oleh kombinasi dengan reseptor
seluler spesifik yang terdapat pada permukaan membrane. Ketiga reseptor
histamin berbeda sebagai H1,H2, dan H3. Aktivitas reseptor H1 yang terdapat
pada sel endotel dan sel otot polos. Biasanya menimbulkan peningkatan hidrolisis
faspoinositol serta peningkatan kalsium intraseluler. H2 yang terdapat pada
mukosa lambung otot jantung dan sel-sel imun, meningkatkan CAMP intraseluler
dan H3 terdapat pada beberapa daerah susunan saraf pusat.

1. System jaringan dan organ dari pengaruh histamin memberikan efek yang
kuat pada
otot polos dan otot jantung. Pada sel endotel tertentu sensitivitas histamin
berbeda sekali anatara spesies manusia, marmot, anjing, dan kucing sangat
sensitif. Sedangkan mencil dan tikus tidak demikian.
a. System kardiovaskular- pada manusia suntikan atau infus histamin
akan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Serta
meningkatkan curah jantung. peningkatan curah jantung disebabkan
oleh pengaruh langsung rangsangan histamin. Pada jantung dan refleks
takikardia. Vasodilatasi yang disebabkan histamin setidaknya disentail
oleh lepasnya EDRF (endothelium- derived relaxing factor) efek
langsung histamin pada jantung akan meningkat kontraktilitas dan
kecepatan pacu jantung.
b. Otot polos saluran gastrointertinal- histamin menyebabkan kontraksi
otot polos usus dan kontaksi ileum marmuk akibat histamin ini
merupakan biosai untuk histamine.

7
c. Otot polos bronki- baik pada manusia atau marmut, histamin
menyebabkan bronkokonstriksi yang diperantai oleh reseptor H2. Pada
marmut, efek ini menyebabkan kematian, tetapi pada manusia
bronkokonstriksi yang diikuti pemberian histamin dosis biasa tidak
begitu nyata.
d. Otot-otot polos alat-alat lain- pada manusia, umumnya histamin
mempunyai efek kurang penting pada otot polos mata dan saluran
genitourin. Pada wanita hamil dapat mengalami keguguran akibat
kontraksi yang disebabkan histamin.
e. Ujung-ujung syaraf- histamin merupakan perangsang kuat yang saraf
sensori terutama yang memperantai perasaan sakit dan gatal. Efek
yang diperantai H1 reaksi terhadap sengatan insek.
f. Jaringan sekretorik- histamin sudah lama diketahui sebagai perangsang
kuat untuk sekresi asam lambung, pepsin lambung, dan produksi factor
intrinsik. Efek ini disebabkan aktivasi reseptor H2 pada sel pariental
lambung atau sel jaringan yang berdekatan serta dikaitkan dengan
peningkatan aktivitas. Adenilin siklase konsentrasi CAMP dan
konsentrasi Ca3+ dalam sel.

Farmakologi klinik dari histamin


a. Sekresi asam lambung: Dulu histamin digunakan sebagai alat
diagnostic testing kemampuan lambung menyekresikan asam.
Sekarang digunakan untuk penta gastrin dengan efek non-klinik yang
lebih kecil.
b. Diagnosis feaktomositoma: Histamin dapat menyebabkan lepasnya
ketekolamin dari sel-sel mendular adrenal. Meskipun efek tersebut
tidak mencolok pada manusia normal, pelepasan massif dapat terjadi
pada pasien feokromositoma

8
c. Tes fungsi paru: Dalam laboratorium , tes paru aerosol histamin
(sebagai tambahan untuk orang lain) kadang kadang digunakan
sebagai tes hipereaksi bronkus.

E. Etoksisitas Dan Kontraindikasi Dari Histamin

Efek samping setelah pemberian histamin tergantung besarnya dosis histmain.


Janagan diberikan pada orang yang menderita asma (terkecuali sebagai
tindakan hati-hati tes monitor fungsi paru) atau pasies dengan luka lambung
aktif.

F. Antagonis Histamin

Pengaruh histamin yang dihasilkan tubuh dapat dikurangi dengan berbagai


cara. Antagonis fisiologis, terutama epinefrin, mempunyai kerja yang
berlawanan dengan histamin pada otot polos,tetapi bekerja terhadap reseptor
yang berbeda.
Pelepasan inhibator karena pemicuan imunnologik akibat interaksi antigen
IgE menurunkan degenerasi mast cells kromolin dan nedokramiltampaknya
mempunyai efek demikian dan digunakan dalam B2-adre reseptor juga dapat
mengurangi pelepasan histamin.
Antagonis reseptor histamin merupakan pendekatan ketiga untuk mengurangi
respon yang diperantarai histamin. Selama lebih dari 45 tahun, telah
ditemukan senyawa antagonis kompetitif histamin terhadap otot polos.
Namun tidak reseptor antagonis H2 burimamid yang ditemukan 1972 dapat
dibuat suatu antagonis terhadap aktivitas histamin dalam merangsang asam
lambung. Namun suatu antagonis H3 respon yang kuat dan selektif,
tioparamid ditemukan bersaing untuk pengikatan radio label Re-x-
metilhistamin terhadap tempat tersebut pada konsentrasi nanomolar seperti R-
x-metil histamin terhadap tempat tersebut pada konsentrasi nano molar

9
.seperti Re-x metil histamin ,tio-peramid dapat melintasi sawar otak
darah.Keberadaannya agonis dan dan antagonis ini akan menjelaskan peranan
fisiologik reseptor H3.

G. Efek Dari Histamin


Terdapatnya histamin (aktif) berlebihan di dalam tubuh,menimbulkan efek
antara lain:
1. kontraksi otot polos branci ;usus dan uterus
2. vasodilatasi semua pembuluh darah;dengan akibat hipotensi
3. memperbesar permeabilitas kapiler, yang berakibat edema dan
pengembangan mukosa
4. memperkuat sekresi ketengah ludah ,air mata dan asam lambung
5. stimulus ujung syaraf dengan akibat erytema dan gatal –gatal.

Dalam keadaan normal jumlah histamin dalam darah cukup kecil ,hanya kira-
kira 50Mcg sehinggga menimbulkan efek seperti di atas .baru bila mastcell
pecah ,histamin terlepas demikian banyak sehingga efek tersebut menjadi
nyata , kelebihan histamin dalam tubuh di uraikan pada Enzim histaminase
yang juga terdapat di dalam jaringan . Dalam pengobatan , untuk mengatasi
efek histamin digunakan obat antihistaminika.

H. Penggolongan Antihistaminika
Menurut struktur kimianya antihistaminika dapat dibagi dalam beberapa
kelompok

10
R1

R-X-C-C-N

R2

1. Turunan etanotamin (x=n)


Meliputi:difenhidramin, dimenhidrinat ,klorfenoxsamin, karbinoksamin
dan fenolltoloksamin .kelompok ini memiliki daya kerja seperti atropine
(antikolibergik) dan bekerja terhadap (sedatif lemah)
2. Turunan Etilendiamin (x=n)
Diantaranya :antazolin, tripelamin, klemizol, dan meripirin. Kelompok ini
umumnya kelompok ini memiliki daya sedatif lemah.
3. Turunan piperazin
Meliputi: siklizin, meklozin, homoklorsiklizin, sinarizin, flunarizin
umumnya bersifat long acting.
4. Turunan fenotiazin
Meliputi : prometazin, tiazinamidum, oksomemazin, metdilazin. efek anti
histamin dan anti kolinergiknya tidak begitu kuat. berdaya neuroleptik
kuat, sehingga digunakan pada keadaan psikosis. karena juga ber efek
meredakan batuk. Maka sering digunakan dalam obat batuk.
5. Turunan propilamin ( x=c)
Diantaranya: feniramin, klorfeniramin, bromfeniramin dan triprolidin
.kelompok ini memiliki daya antihistaminika kuat.
6. Turunan trisiklik lainnya
Meliputi: siproheptadin, azetadin, pizotifen. Mempunyai daya
antiserotonin kuat dan menstimulir nafsu makan, maka banyak digunakan
untuk stimulus nafsu makan.

11
7. Zat-zat non sedatif
Yaitu:terfenadin dan astemizol memiliki daya antihistaminika tanpa efek
sedatif.
8. Golongan sisa
Yaitu :mebhidrolin , dimetinden , difenilpiralin

I. Penggolongan obat antihistamin

1. Aficitom
Klorfeniramin maleat 4 mg , pengobatan simptomatik berbagai penyakit
alergi seperti urticaria, pruritus, gigitan serangga. Infeksi nafas bawah,
bayi baru lahir atau bayi prematur, glaukoma sudut sempit. Hamil retensi
urin akibat hipertrofi prostat, penderita dengan lesi lokal pada korteks
serebral, hindari mengemudi kendaraan atau mengoperasikan mesin.
Sedasi, ggn sal cerna, efek anti muskarinik, hipotensi, kelemahan otot,
tinnitus, euforia, sakit kepala, ggn hematologi. Dws : 4 mg tiap 4-8 jam
sekali, maks 24 mg/ 24 jam. Anak-anak 2-5 thn : 1 mg (1/4 kapl) tiap 4-6
jam sekali. 6-12 thn: 2 mg (1/2 kapl ) tiap 4-6 jam sekali. Botol 1000
kapl. Dus 12 kapl.

2. Aldisa Sr
Loratadin 5 mg dan pseudoefedrin sulfat 120 mg mengurangi gejala-
gejala hidung tersumbat, bersin, rinorea, pruritus dan lakrimasi karena
rinitis alergi dan selesma atau influenza. Hipersentivitas, penderita yang
mendapat antidepresan MAO, pasien galukoma sudut sempit/tertutup,
retensi urin, hipertensi berat, arteri koroner berat hipertiroidisme,
insomnia mulut kering, sakit kepala, mengantuk Dws dan anak-anak >
12 thn sehari 2x1 kap, Dus, 5x10 kap lepas lambat Rp. 163.750

12
3. Alergi
Deksametason 0,5 mg, deksklorfeniramin maleat 2 mg. Reaksi alergi
yang memerlukan terapi dengan kortikosteroid seperti rinitis alergi,
urtikaria, dermatitis akut atau kronik, hay fever, alergi obat,
konjungtivitis alergi Dws sehari 3-4x 1 tab, maks 8 tab anak 6-12 thn
sehari 3x tab anak 2-6 thn sehari 3x tab. Dus 10x10 tab Rp. 66.000

4. Alermax
Klorfeniramin maleat 4 mg untuk meringankan gejala alergi seperti pada
rhinitis, urtikaria dan hay fever Hipersentivitas mengantuk dan pusing
yang ringan. Anak-anak 2-6 thn sehari 3-4x kapl. Anak-anak 6-12 thn
sehari 3-4x kapl Dws Dus,10x10 kapl

5. Allergen
Klorfeniramin maleat 4 mg. Rinitis urtikaria, hay fever. Hipersensitif
mulut kering, mengantuk, pandangan kabur. Dws dan anak >12thn sehari
3-4x kapl. Dus 20x10 kapl. Botol 1000 kapl.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal yang terjadi ditubuh akibat mauknya
suatu zat asing. Zat asing tersebut dinamakan alergen. Alergen dapat masuk
ke dalam melalui saluran nafas (Inhalan) seperti debu, tungau, serbuk bunga.
Alergen juga dapat masuk melalui saluran pencernaan (Ingestan) seperti susu,
telur, kacang-kacangan dan seafood.Apabila tubuh mengalami reaksi alergi
didalam tubuh akan terbentuk histamin itu sendiri adalah suatu senyawa
amina yang di dalam tubuh dibentuk dari asam amino histidin oleh pengenzim
histidin dekarboksilase.
Histamin bekerja dengan mekanisme biologisnya oleh kombinasi dengan
reseptor selular spesifik yang terdapat pada permukaan membran.Pada saat
pemberian histamin terdapat efek sampingnya tergantung besar dosis
histaminnya. Salah satu efek yang ditimbulkan seperti memperbesar
permeabilitas kapiler yang berakibat udema dan pengembangan mukosa.Ada
beberapa jenis-jenis obat yang mengandung antihistamin antara lain
Difenhidramin, klorfeniramin, prometazin, dimenhidrinat, antazolin,
faniramin, siproheptadin, mebihidrolini napadisilat. Obat-obat tersebut
diberikan kepada penderita alergi sesuai dosisnya.

B. Saran
1. Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mencari literatur-literatur yang
berhubungan dengan materi Antihistamin, untuk menambahkan ilmu
pengetahuan farmakologi.

14
2. Masyarakat dalam pemakaian obat antihistamin harus digunakan dengan
baik. Pengobatan antihistamin hanya menghilangkan gejala alergi dan
menghnindari serangan yang lebih besar. Untuk menghindari kontak
dengan alergen masyarakat harus selalu menjaga kebersihan diri dan
lingkungan dan meningkatkan kekebalan tubuh serta menjauhi stres.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.geogle.com/amp/s/dokterindonesiaonline.com/2013/08/06/daftar-
lengkap-obat-anti-alergi-antihistamin-dan-efek-sampingnya/amp/s

http://www.google.com/amp/s/dokterindonesiaonline.com/2013/08/06/daftar-
lengkap-obat-anti-alergi-antihistamin-dan-efek-sampingnya/amp/

Kasim,fauzi. (2012) informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta : ISFI

Katzung, Bertam G. (1998). Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Buku


Kedokteran: EGC.

Pujilistiyani, yuri. (2005) Farmakologi dan Terapi. Jakarta: EGC

16

Anda mungkin juga menyukai