• Proses pembentukan gambut dimulai dari cekungan/danau yang dangkal yang ditumbuhi
tanaman air dan vegetasi lahan basah lainnya.
• Tumbuhan air yang mati kemudian melapuk dan membentuk lapisan organik di dasar
cekungan. lapisan demi lapisan terbentuk di atas tanah mineral di dasar danau, lama
kelamaan danau menjadi penuh dan terbentuklah lapisan gambut.
• Terbentuk pada bagian pedalaman dari dataran pantai/sungai yang dipengaruhi oleh limpasan
air pasang/banjir yang banyak mengandung mineral
• Memiliki kedalaman 2-4 m
• Relatif subur dan memiliki tingkat keasaman yang rendah
• Tanah gambut topogen dikenal sebagai gambut eutropik (subur)
GAMBUT OMBROGEN
• Tanah gambut yang tumbuh di atas gambut topogen adalah gambut ombrogen.
• Jenis tanah gambut ini lebih rendah kesuburannya dibanding gambut topogen.
• Pembentukannya lebih ditentukan oleh air hujan yang mempunyai efek pencucian (bleaching)
sehingga miskin mineral.
• Karena letaknya di atas, maka lapisan tanah gambut ombrogen ini tebalnya bisa sampai
melebihi permukaan danau sehingga menyerupai kubah/dome.
• Gambut ombrogen dikenal sebagai tanah gambut oligotrofik (tidak subur) dan mesotrofik
(agak subur).
Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan tanah mineral
yang ada di seluruh dunia. Ketika terganggu atau dikeringkan, karbon yang tersimpan
dalam lahan gambut dapat terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas
rumah kaca.
KARAKTERISTIK ALAMIAH LAHAN RAWA GAMBUT
Tabel 1. Karakterisitk kimia gambut ombrogen dan topogen di Indonesia
LUAS DAN SEBARAN LAHAN GAMBUT DI INDONESIA
LUAS DAN SEBARAN LAHAN GAMBUT DI INDONESIA
Luas lahan gambut di Indonesia belum dapat dipastikan. pada 1992, seorang peneliti pusat penelitian
tanah bogor menemukan bahwa terdapat sekitar 15,4 juta hektar lahan gambut di indonesia.
Pada 2005, wetlands international memperkirakan terdapat sekitar 20,6 juta hektar lahan gambut di
indonesia. sementara pada 2011, balai besar litbang sumberdaya lahan pertanian dan balai penelitian
tanah memperkirakan ada sekitar 14,9 juta hektar lahan gambut di indonesia.
LUAS DAN SEBARAN LAHAN GAMBUT DI INDONESIA
Pada tahun 1992, kusumo nugroho, seorang peneliti pusat penelitian tanah bogor, menarik informasi
dari berbagai peta tanah indonesia dan mengemukakan bahwa terdapat sekitar 15,4 juta hektar lahan
gambut di indonesia.
Pada tahun 2005, wetlands international memperkirakan ada sekitar 20,6 juta hektar lahan gambut
di indonesia, sedangkan balai besar litbang sumberdaya lahan pertanian dan balai penelitian tanah
pada tahun 2011 memperkirakan ada sekitar 14,9 juta hektar lahan gambut. Dari 14,9 juta hektar, 6,4
juta hektar (43%) terletak di pulau Sumatera, 4,8 juta (32%) terletak di pulau Kalimantan, dan 3,7
juta hektar (25%) di pulau Papua.
JENIS-JENIS GAMBUT
Tingkat kedalaman gambut
berpengaruh terhadap jumlah
kandungan karbon dan jenis
tanaman yang dapat hidup di
sekitarnya. Semakin dalam gambut,
semakin banyak karbon yang
terkandung di dalamnya.
Terdapat empat jenis gambut yang
ditentukan berdasarkan
kedalamannya.
Karena lahan gambut dipengaruhi kondisi geografis dan faktor alam di mana mereka berada, karakter
gambut di berbagai tempat pun berbeda. Berikut ini adalah empat jenis gambut berdasarkan
kedalamannya:
1. Lahan gambut dangkal, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 50-100 cm
2. Lahan gambut sedang, dengan ketebalan gambut 100-200 cm
3. Lahan gambut dalam, dengan ketebalan gambut 200-300 cm
4. Lahan gambut sangat dalam, dengan ketebalan gambut lebih dari 300 cm
Tingkat kedalaman gambut menentukan jumlah kandungan karbon dan jenis tanaman yang dapat hidup di
ekosistem tersebut. Semakin dalam gambut, semakin banyak karbon yang terkandung sehingga jika gambut
tersebut dikeringkan, emisi karbon yang dikeluarkan akan semakin banyak.
LUAS LAHAN GAMBUT PER PULAU UTAMA DI INDONESIA
BERDASARKAN KETEBALAN
Luas lahan gambut (termasuk gambut sangat dangkal atau tanah mineral bergambut) pada
masing-masing propinsi di kalimantan, diurutkan dari yang terluas, adalah sebagai berikut:
I) kalteng 3,011 juta ha (52,2 % dari luas total lahan gambut)
Ii) kalbar 1,730 juta ha (30,0 %).
Iii) kaltim 0,697 juta ha (12,1 %).
Iv) kalsel 0,332 juta ha ( 5,7 %).
TANAH GAMBUT DIKATEGORIKAN KE DALAM ORDO HISTOSOL DENGAN KRITERIA: (TAKSONOMI, 2014)
1. Tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60 persen atau lebih ketebalan di antara permukaan tanah
dan kedalaman 60 cm, atau di antara permukaan tanah dan kontak densik, litik, atau paralitik, atau
duripan, apabila lebih dangkal; dan
2. Memiliki bahan tanah organik yang memenuhi satu atau lebih sifat berikut:
a. Terletak di atas bahan-bahan sinderi, fragmental, atau batuapung dan/atau mengisi celah-celah di
antara batu-batuan tersebut, dan langsung di bawah bahan-bahan tersebut terdapat kontak densik,
litik, atau paralitik; atau
b. Apabila ditambahkan dengan bahan-bahan sinderi, fragmental, atau batuapung yang berada di
bawahnya, maka total ketebalannya sebesar 40 cm atau lebih, di antara permukaan tanah dan
kedalaman 50 cm; atau
c. Menyusun dua pertiga atau lebih dari ketebalan total tanah sampai ke kontak densik, litik,
atau paralitik, dan tidak mempunyai horizon mineral atau memiliki horizon mineral
dengan ketebalan total 10 cm atau kurang; atau
d. Jenuh air selama 30 hari atau lebih, tiap tahun pada tahun-tahun normal (atau telah
didrainase), mempunyai batas atas di dalam 40 cm dari permukaan tanah, dan memiliki
ketebalan total salah satu berikut:
3. 60 cm atau lebih apabila tiga perempat bagian volumenya atau lebih terdiri dari serat-
serat lumut,atau apabila berat jenisnya, lembab, sebesar kurang dari 0,1g/cm³;atau
4. 40 cm atau lebih apabila terdiri dari bahan saprik atau hemik, atau bahan fibrik yang
kurang dari tiga perempat (berdasarkan volume) terdiri dari serat-serat lumut dan
berat jenisnya, lembab, sebesar 0.1g/cm³ atau lebih.
BERDASARKAN TINGKAT KEMATANGAN GAMBUT
• SAPRIK = LANJUT
• HEMIK = SEDANG
• FIBRIK = MENTAH
BERDASARKAN ATAS TINGKAT PELAPUKAN (DEKOMPOSISI) TANAH GAMBUT
DIBEDAKAN :
(1) Gambut kasar (fibrist ) yaitu gambut yang memiliki lebih dari 2/3 bahan
organik kasar;
(2) Gambut sedang (hemist) memiliki 1/3-2/3 Bahan organik kasar; dan
(3) Gambut halus (saprist) jika bahan organik kasar kurang dari 1/3.
Cara Menentukan Tingkat Perombakan Gambut
METODE VAN POST
•AMBIL SEGENGGAM BAHAN DAN PEARSLAH DENGAN
TANGAN
•PERHATIKAN CAIRAN YG TERPERAS KELUAR DAN SISA
PERASAN DALAM TANGAN
Cara Menentukan Tingkat Perombakan Gambut
Cairan Terperas Sisa Perasan Taraf Perombakan
METODE VAN POST Jernih Kelabu-kuning, keseluruhan berserat H 1 (Fibrik)
1. PENGATUR HIDROLOGI
Gambut memiliki porositas yang tinggi sehingga mempunyai daya menyerap air yang sangat besar.
Apabila jenuh, gambut saprik, hemik dan fibrik dapat menampung air berturut-turut sebesar 450%,
450 – 850%, dan lebih dari 850% dari bobot keringnya atau hingga 90% dari volumenya.
Karena sifatnya itu, gambut memiliki kemampuan sebagai penambat (reservoir) air tawar yang
cukup besar sehingga dapat menahan banjir saat musim hujan dan sebaliknya melepaskan air
tersebut pada musim kemarau sehingga dapat mencegah intrusi air laut ke darat.
NILAI DAN MANFAAT LAHAN GAMBUT DI INDONESIA
Fungsi gambut sebagai pengatur hidrologi dapat terganggu apabila mengalami kondisi drainase
yang berlebihan karena material ini memiliki sifat kering tak balik, porositas yang tinggi, dan daya
hantar vertikal yang rendah.
Gambut yang telah mengalami kekeringan sampai batas kering tak balik, akan memiliki bobot isi
yang sangat ringan sehingga mudah hanyut terbawa air hujan, strukturnya lepas-lepas seperti
lembaran serasah, mudah terbakar, sulit menyerap air kembali, dan sulit ditanami kembali.
NILAI DAN MANFAAT LAHAN GAMBUT DI INDONESIA
2. SARANA KONSERVASI KEANAKERAGAMAN HAYATI
Gambut hanya terdapat di sebagian kecil permukaan bumi. Lahan gambut di dunia diperkirakan
seluas 400 juta ha atau hanya sekitar 2,5% daratan di permukaan bumi ini. Jumlahnya yang
terbatas dan sifatnya yang unik menyebabkan gambut merupakan habitat unik bagi kehidupan
beraneka macam flora dan fauna. Beberapa macam tumbuhan ternyata hanya dapat hidupdengan
baik di lahan gambut, sehingga apabila lahan ini mengalami kerusakan, dunia akan kehilangan
beraneka macam jenis flora karena tidak mampu tumbuh pada habitat lainnya. Di sumatera, lebih
dari 300 jenis tumbuhan dijumpai di hutan rawa gambut (giesen W, 1991).
Jenis-jenis pohon di lahan gambut (Sumber foto: Iwan Tri Cahyo W./Dok. WI-IP)
NILAI DAN MANFAAT LAHAN GAMBUT DI INDONESIA
3. PENJAGA IKLIM GLOBAL
Perubahan iklim merupakan fenomena global yang ditandai dengan berubahnya suhu dan distribusi
curah hujan. Kontributor terbesar bagi terjadinya perubahan tersebut adalah gas-gas di atmosfer
yang sering disebut gas rumah kaca (GRK) seperti karbondioksida (CO2), methane (CH4), dan nitorus
oksida (N2O) yang konsentrasinya terus mengalami peningkatan (daniel
Murdiyarso dan suryadiputra, 2004). Gas-gas tersebut memiliki kemampuan menyerap radiasi
gelombang panjang yang bersifat panas sehingga suhu bumi akan semakin panas jika jumlah gas-gas
tersebut meningkat di atmosfer.
NILAI DAN MANFAAT LAHAN GAMBUT DI INDONESIA
3. PENJAGA IKLIM GLOBAL
Gambut memiliki kandungan unsur carbon (C) yang sangat besar. Menurut perhitungan Matby dan
Immirizi (1993) dalam Daniel murdiyarso dan Suryadiputra (2004):
Kandungan karbon yang terdapat dalam gambut di dunia sebesar 329-525 GT atau 35% dari total C
dunia.
Gambut di indonesia memiliki cadangan karbon sebesar 46 GT (catatan 1 GT sama dengan 10 ton) atau
8-14% dari karbon yang terdapat dalam gambut di dunia. Apabila gambut tersebut terbakar atau
mengalami kerusakan, materi ini akan mengeluarkan gas terutama CO2, N2O, dan CH4 ke udara dan
siap menjadi perubah iklim dunia.
NILAI DAN MANFAAT LAHAN GAMBUT DI INDONESIA
4. SARANA BUDI DAYA
Pemanfaatan lahan gambut sebagai sarana budidaya tanaman (termasuk perkebunan sawit atau HTI),
peternakan, dan perikanan sudah sejak lama dikenal oleh petani maupun swasta di indonesia. Di
indonesia, budidaya pertanian di lahan gambut secara tradisional sudah dimulai sejak ratusan tahun
lalu oleh suku dayak, bugis, banjar, dan melayu dalam skala kecil.
Mereka memilih lokasi dengan cara yang cermat, memilih komoditas yang telah teruji, dan dalam
skala yang masih terdukung oleh alam.
NILAI DAN MANFAAT LAHAN GAMBUT DI INDONESIA
5. HABITAT IKAN
Gambut ternyata mendukung berbagai jenis ikan air tawar yang memiliki nilai komersial
tinggi (seperti gabus, toman, jelawat, tapah dsb).
Gambut tempat berlindung dan sarang bagi ikan-ikan untuk melakukan pemijahan serta
sebagai sumber makanan bagi ikan-ikan berupa daun tumbuhan, buah-buahan, biji-bijian,
dan larva insekta yang jatuh serta hanyut ke dalam air