Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya dan juga sholawat serta salam atas
junjungan Nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW sehingga kami dari Divisi Penelitian dan Pengembangan Himpunan Mahasiswa Biologi
Universitas Hasanuddin Periode 2015/2016 dapat menyelesaikan Booklet ini. Boolet ini berisi tentang gambaran umum dari Pulau Barrang Lompo
dan biota-biota yang terdapat di Pulau tersebut. Alhamdullilah atas usaha dan kerja keras kami sehingga booklet ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Selesainya booklet ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari Divisi Penelitian dan Pengembangan Himpunan Mahasiswa Biologi
Universitas Hasanuddin Periode 2015/2016. Dengan kerjasama yang baik akhirnya booklet ini selesai sesuai yang diharapkan. Semoga booklet yang
sederhana ini dapat berguna untuk kami serta memberi pengetahuan luas bagi yang membaca. Sebagai manusia kami mungkin mempunyai banyak
kekurangan termasuk dalam membuat booklet ini. Kritik dan saran, kami tunggu untuk lebih sempurnanya booklet ini. Atas perhatian, kami ucapkan
terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
ECHINODERMATA ...............................................................................................................................................................................................
LAMUN .....................................................................................................................................................................................................................
MAKROALGAE ......................................................................................................................................................................................................
A. CHLOROPHYTA ........................................................................................................................................................................................
B. PHAEOPHYTA ............................................................................................................................................................................................
C. RHODOPHYTA ...........................................................................................................................................................................................
KARANG ..................................................................................................................................................................................................................
Pulau Barrang Lompo
Pulau Barrang Lompo terletak di sebelah Barat Laut, dengan jarak ± 11,9 Km, dari Kota
Makassar. Secara geografis, pulau ini berada pada posisi 119˚19 48” Bujur Timur dan 05˚02
48” Lintang Selatan. Jarak Pulau Barrang Lompo dari Kota Makassar ± 10 mil laut. Pulau ini
merupakan yang terpadat penduduknya lebih dari 3000 jiwa dengan tingkat kesejahteraan
penduduk lebih disbanding pulau-pulau lainnya.
Pulau barrang lompo termasuk wilayah kecamatan ujung tanah, dan berada di sebelah
utara P. Barrang Caddi. Pulaunya berbentuk bulat, dengan luas 19 ha. Vegetasi yang umum
tumbuh di pulau ini adalah pohon asam, pohon pisang, dan pohon sukun, sedangkan pohon
kelapa hanya dijumpai disisi timur dan barat pulau ini. Konsentrasi pemukiman penduduk
berada pada sisi timur, selatan, dan barat, dengan jumlah penduduk mencapai 3.563 jiwa dari
800 kk. Mayoritas penduduknya bekerja
sebagai nelayan, dilengkapi kurang lebih 50
buah kapal kayu motor dan sekoci. Kondisi ekonomi masyarakat relatif sejahtera.
Fasilitas umum di pulau ini cukup maju dibandingkan pulau lainnya antara lain, tersedia
transportasi reguler dari dan ke Makassar dengan kapal motor, sanitasi yang cukup baik, fasilitas
pendidikan: 1 buah taman kanak-kanak (TK), dan dua buah sekolah dasar (SD). Pulau ini dilengkapi
dengan fasilitas kesehatan berupa 1 buah puskesmas dan sebuah lagi puskesmas pembantu dengan
tenaga medis yang terdiri dari 1 orang dokter, 1 orang perawat, 1 orang mantri, dan 1 orang bidan.
Instalasi listrik dengan 2 generator yang berkapasitas 360 KVA yang beroprasi pada pukul
18.00 – 06.00 WITA. Jalan-jalan utama dibuat dari paving blok. Fasilitas air yang baik dan memiliki
2 buah dermaga (tradisional dan semi permanen), dan di pulau ini terdapat “marine field stasiun
Universitas Hasanuddin”.
Tradisi masyarakat yang masih dijumpai di pulau ini adalah upacara lahir bathin yakni mensucikan
diri sebelum masuk bulan ramadhan, upacara songkabala yakni upacara untuk menolak bala yang
akan datang, upacara pa’rappo yakni upacara ritual yang dilaksanakan oleh para nelayan sebelum
turun ke laut, dan upacara karangan yakni upacara ritual yang dilakukan oleh para nelayan ketika
pulang melaut dengan memperoleh hasil yang berlimpah.
Selain makam-makam tua dari abad ke XIX yang terdapt di pulau ini sebagai objek wisata
budaya yang menarik dikunjungi, juga kos tempat pembuatan cindera mata dari karang laut, berada
tepat didepan dermaga utama. Pada beberapa spot di perairan pulau ini, kehidupan karang dan ikan
karang umunya masih baik, walaupun ada sebagian karangnya sudah ikut hancur akibat eksploitasi
yang tidak ramah lingkungan. Selain karang di pulau ini juga dapat ditemukan adanya ekosistem lamun, echinodermata dan makroalgae.
Filum Echinodermata
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, derma artinya kulit. Secara umum Echinodermata berarti hewan yang berkulit
duri. Hewan ini memiliki kemampuan autotomi serta regenerasi bagian tubuh yang hilang, putus atau rusak. Semua hewan yang termasuk dalam kelas
ini bentuk tubuhnya radial simetris dan kebanyakan mempunyai endoskeleton dari zat kapur dengan memiliki tonjolan berupa duri. Kelompok utama
Echinodermata terdiri dari lima kelas, yaitu kelas Asteroidea (bintang laut) contoh : Archaster typicus, kelas Ophiuroidea (bintang mengular) contoh :
Amphiodia urtica, kelas Echinoidea (landak laut) contoh : Diadema setosum, kelas Crinoidea (lilia laut) contoh : Antedon-rosacea, dan kelas
Holothuroidea (teripang laut) contoh : Holothuria scabra. Nama Echinodermata pertama kali dimunculkan oleh Jacob Klein pada tahun 1734.
Echinodermata merupakan hewan laut yang hidup di pantai, tetapi kebanyakan di dasar laut. Echinodermata merupakan hewan laut yang berada
diantara hewan laut pada umumnya dan distribusinya yang luas, dijumpai di semua laut dari zona intertidal sampai laut yang sangat dalam.
Menurut Kastawi (2003) menjelaskan ciri-ciri secara umum Echinodermata yaitu :
1. Tubuh, umumnya simetri radial, hampir selalu pentamerous. Tubuhnya triploblastis, coelomate dengan permukaan oral dan aboral yang
mudah dibedakan, tanpa kepala dan tidak bersegmen.
2. Ukuran tubuhnya sedang sampai besar tetapi tidak ada yang mikroskopis.
3. Bentuk tubuh bundar sampai silindris atau berbentuk bintang dengan tangan sederhana yang tersebar dari diskus sentral.
4. Permukaan tubuh agak halus, tertutup oleh 5 ruangan secara simetris memancar berupa alur belekuk yang disebut ambulakral diselingi 5 inter-
radii atau inter-ambulakral.
5. Dinding tubuh terdiri atas epidermis di sebelah luar, dermis di tengah dan di sebelah dalam adalah peritonium.
6. Endoskeleton tersusun dari lempengan-lempengan yang membentuk cangkang, biasanya
disebut theca tau test atau mungkin disusun dari ossikula-ossikula kecil yang terpisah. Coelom
dibatasi oleh peritoneum dan ditempati oleh system pencernaan makanan dan system
reproduksi.
7. Memppunyai pembuluh air atau system ambulakral yang merupakan ciri pada umumnya,
terbuat dari tabung-tabung berisi cairan.
8. Saluran makanan biasanya berupa tabung melingkar membentang dari mulut di permukaan oral
sampai dengan anus pada permukaan aboral atau permukaan oral. System sirkulasi atau system
haemal atau system darah lacunar adalah spesifik.
9. Respirasi terjadi melalui struktur bervariasi, misalnya dengan papula pada bintang laut, insang
peristomial pada landak laut, bursa genital pada bintang ular laut, pohon respirasi kloakal pada
mentimun laut.
10. System eksresi tidak ada. System saraf adalah primitive, terdiri atas jaringan seperti jala
terkonsentrasi di dalam tali-tali saraf ganglion secara radial.
11. Organ-organ sensorik kurang berkembang. Seks biasanya terpisah (dioecious) dengan beberapa
perkecualian. Reproduksi biasanya seksual, beberapa berkembang secara aseksual/regenerasi.
Classis Asteroidea
Asteroidean merupakan spesies Echinodermata yang paling banyak jumlahnya, yaitu sekitar 1.600 spesies. Asteroidean juga sering disebut
bintang laut. Bintang laut umunya memiliki lima lengan tetapi kadang-kadang lebih, yang memanjang dari suatu cakram pusat. Permukaan bagian
bawah lengan itu memiliki kaki tabung yang dapat bertindak seperti cakram untuk menyedot. Bintang laut mengkoordinasi kaki tabung tersebut untuk
melekat di batuan dan merangkak secara perlahan-lahan sementara kaki tabung tersebut memanjang, mencengkram, berkontraksi, melemas,
memanjang, kemudian mencengkeram lagi. Bintang laut menggunakan kaki tabungnya untuk menjerat mangsanya seperti remis dan tiram. Lengan
bintang laut mengapit bivalvia yang menutup, kemudian mengeluarkan lambungnya melalui mulut dan memasukkannya ke dalam celah sempit
bivalvia kemudia mensekresikan getah pencernaan dan mencerna bivalvia dai dalam cangkangnya.
Sesuai dengan namanya, maka tubuh berbentuk bintang dengan lima atau
lebih bagian radial. Terdapat duri-duri dengan berbagai ukuran pada permukaan
kulit tubuh baik oral maupun aboral dan pada sekitar dasar duri terdapat bentuk
jepitan pada ujungnya yang disebut pediicellaria. Pada salah satu bagian antara
dua bagian tubuh radial atau lengan terdapat lempeng saringan madreporit sebagai
tempat masuknya air dalam system vascular air atau ambulakral. Anus terdapat di
tengah bagian dorsal sedang mulut di bagian oral. Penyokong tubuh terdiri dari
lembaran kapur atau ossicullus.
Tubuh asteroidea memiliki duri tumpul dan pendek. Duri tersebut ada
yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut yang disebut Pediselaria. Fungsi
Prdiselaria adalah untuk menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh
dari kotoran. Pada bagian tubuh dengan mulut disebut bagian oral, sedangkan
bagian tubuh dengan lubang anus disebut aboral. Pada hewan ini, kaki ambulakral
selain untuk beregerak juga merupakan alat pengisap sehingga dapat melekat kuat
pada suatu dasar.
System ambulakral asteroidean terdiri dari : Madreporit adalah lempengan berpori pada permukaan cakram pusat dibagian dorsal tubuh.
Saluran cincin terdapat di rongga tubuh cakram pusat. Saluran radial merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan. Kaki ambulakral merupakan
juluran saluran radial yang keluar. Juga terdapatpapilla derma yaitu penonjolan rongga tubuh yang berguna untuk pertukaran gas. Asteroidean bersifat
dioecius dengan fertilisasi eksternal. Biasanya terdapat 10 gonad (2 dalam 1 tangan). Perkembangan tubuhnya mengalami dua tahap larva, yaitu
bilpinaria (tahap larva pertama) dan brachiolaria (larva yang menunjukkan perkembangan tangan).
No. :1
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
Bintang mengular memiliki cakram tengah yang jelas terlihat dari lengannya yang
panjang sehingga memudahkannya bergerak. Kaki tabung (kaki ambulakral) tidak
memiliki alat isap dan bintang mengular bergerak dengan mencambukkan lengannya.
Hidup di perairan dangkal dan dalam, bersembunyi di bawah batuan atau makroalgae,
mengubur diri di pasir, aktif di malam hari.
Bintang laut ular mempunyai tubuh seperti bola cakram kecil dengan lima lengan panjang. Di bagian seperti lateral terdapat duri, sedangkan
bagian dorsal serta ventral tidak terdapat duri. Bagian dalam dari ruas sebagian besar terisi ossicula yang silindris sehingga memungkinkan lengan
dapat dibengkokkan. Pada lengan juga terdapat kaki ambulakral kecil yang sering disebut sebagai teritakel yang terletak secara ventro lateral dengan
lat hisap atau ampullae yang beralat sensoris dan juga membantu pernafasan yang memungkinkan makanan dapat masuk ke mulut. Mulut terletak di
pusat tubuh yang dikelilingi lima kelompok lempeng kapur dan tidak memiliki anus. Madreporit terletak di daerah permukaan dekat mulut. Bersifat
biseksual dan fertilisasi terjadi di luar dengan larva bersilia.
Bintang laut ular yang hidup di daerah tropis pada umumnya hidup pada perairan dengan suhu antara 27-30˚C, namun daya tahan terhadap
suhu ini tergantung kedudukan geografis dan kedalaman.
No. :6
A. Gambar B. Deskripsi
Hewan-hewan yang masuk kelas echinoidea berbentuk bundar, tidak berlengan, tetapi memiliki duri-duri yang dapat digerakkan. Pada
umumnya landak laut memiliki jarohan atau viscera yang tersimpan dalam cangkok. Bulu babi memiliki lima jalur kaki ambulakral yang terselang
oleh daerah interambulakral yang agak lebar tanpa kaki. Beberapa jenis echinoidea memiliki kelenjar racun. Di antara duri-duri terdapat pedicellaria
yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dan untuk menangkapa makanan kecil. Anus terletak di pusat tubuh pada permukaan aboral, sedangkan
mulut yang dilengkapi oleh lima buah gigi terletak di daerah oral dan madreporit terletak di daerah aboral.
Pada landak laut terdapat sebuah pembuluh sirkular, lima buah pembuluh tabung telapak dengan ampula. Terdapat cincin saraf dengan lima
buah cabang dan sebuah pleksus saraf. Jenis kelamin terpisah, fertilisasi terjadi di dalam air. Larva yang terbentuk bersimetri bilateral, berenang bebas
dan disebut larva pluteus. Batas toleransi salinitas kelompok bulu babi penghuni laut sejati antara 30-34%.
Reproduksi echinoidea dengan fertilisasi eksternal dan bersifat hermafrodit. Telur echinoidea yang menetas akan berkembang menjadi larva
yang disebut larva echinoploteus. Melimpahnya jumlah landak laut menandakan kondisi air yang tidak bagus.
No. :7
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
Mentimun laut mempunyai tubuh bulat memanjang denagn garis oral ke aboral sebagai sumbu, tubuh terlipat oleh kulit yang mengandung
ossicula yang mikroskopis. Di bagian anterior mulut terdapat 10-13 tentakel yang dapat di julurkan dan ditarik kembali. Holthuroidea meletakkan diri
dengan bagian dorsal di sebelah atas. Kaki ambulakral dapat berkontraksi dan berfungsi sebagai alat respirasi. Daerah ventral terdapat tiga daerah
kaki ambulakral yang memiliki alat hisap, yang berfungsi untuk bergerak dan tiga baris pada posisi dorsal dipakai untuk bernafas. Madreporit terletak
dalam coelom. Pada hewan ini terdapat suatu cincin saraf dan saraf-saraf radier. Teripang cepat bereaksi terhadap rangsangan. Biasanya jenis kelamin
terpisah namun ada juga yang hermaprodit dengan larva bersimetri bilateral.
No. : 11
A. Gambar B. Deskripsi
Jenis-jenis Echinodermata dapat bersifat pemakan seston atau pemakan detritus, sehingga peranannya dalam suatu ekosistem untuk merombak
sisa-sisa bahan organik yang tidak terpakai oleh spesies lain namun dapat dimanfaatkan oleh beberapa jenis Echinodermata. Selain itu Echinodermata
mengandung unsur-unsur kimia yang memiliki nilai tinggi di bidang pangan, obat-obatan dan sering dijadikan barang koleksi hiasan yang indah.
Peranan Echinodermata di perairan laut adalah sebagai pembersih limbah dan sampah. Echinodermata mempunyai nilai ekonomis, beberapa
jenis diantaranya dapat dimakan misalnya teripang dan bulu babi. Selain itu, Echinodermata juga dimanfaatkan sebagai hiasan dinding ataupun hiasan
meja.
No. :1
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
ciri khas dari tumbuhan ini yaitu ; Tiap nodus hanya terdiri
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
9-15.
No. :6
A. Gambar B. Deskripsi
cm
No. :7
A. Gambar B. Deskripsi
Gambar 1. Tipe percabangan makroalga, (1). Tidak bercabang, (2). Dichotomous, (3). Pinnate alternate, (4). Pinnate distichous, (5). Tetratichous,
(6). Ferticillate, (7). Polystichous, (8). Pectinate, (9). Monopodial, (10). Sympodial (Aslan, 1998).
Perbedaan bentuk holdfast terjadi akibat proses adaptasi terhadap keadaan substrat dan pengaruh lingkungan seperti gelombang dan arus
yang kuat yang dapat mencabut holdfast tersebut. Holdfast berbentuk cakram pada substrat yang keras dan berbentuk stolon merambat pada
substrat berpasir (Sumich, 1992).
Chlorophyta
Chlorophyta merupakan divisi terbesar dari semua divisi alga, sekitar 6500 jenis anggota divisi ini telah berhasil diidentifikasi. Divisi
Cholorophyta tersebar luas dan menempati beragam substrat seperti tanah yang lembab, batang pohon, batuan basah, danau, laut hingga
batuan bersalju. Sebagian besar (90%) hidup di air tawar dan umumnya merupakan penyusun komunitas plankton. Sebagian kecil hidup
sebagai makro alga di air laut. Divisi Chlorophyta hanya terdiri atas satu kelas yaitu Chlorophyceae yang terbagi menjadi empat ordo yaitu :
Ulvales, Caulerpales, Cladophorales, dan Dasycladales (Verheij, 1993). Sebagai fitobentik tumbuhan ini hidup menancap atau menempel di
substrat dasar perairan laut seperti karang mati, fragment karang, pasir dan pasir-lumpuran. Pertumbuhan bersifat epifitik atau saprofitik, dan
kadang-kadang beasosiasi dengan tumbuhan lamun. Algae kelas Chlorophyceae di sebut juga algae hijau, memiliki chlorophyl warna hijau.
Secara visual perbedaan berbagai jenis alga ini dibedakan pada bagian percabangan thallus dalam kerangka tubuh yang antara lain bersifat sel
banyak atau termasuk multiselluler (Kadi, 1988).
Alga ini mengandung pigmen fotosintetik antara lain chlorophyl ada a dan b, carotene, xanthophyl dan lutein. Dalam dinding selnya
terdapat cellulosa dan pectin dengan produk polisakarida berupa kanji (starch). Pembiakan dengan jalan penyebaran spora dan gamet serta
fragmentasi thalli. Gamet jantan pada alga hijau umumnya mempunyai bulu cambuk untuk gerakan aktif dalam pembuahan (Kadi, 1988).
Sebaran alga hijau utamanya di mintakat litoral bagian atas, khususnya di belahan bawah dari mintakat pasut, dan tepat di daerah bawah pasut
sampai kedalaman 10 meter atau lebih, jadi di habitat yang mendapat penyinaran matahari yang bagus. Alga dari kelas ini melimpah di
perairan hangat (tropik). Di laut kutub utara, alga hijau jarang ditemukan dan bentuknya kerdil. Di Indonesia tercatat sedikitnya 12 marga alga
hijau, yaitu : Caulerpa, Ulva, Valonia, Dictyosphaeria, Halimeda, Chaetomorpha, Codium, Udotea, Tydemania, Bometella, Boergesenia dan
Neomeris (Romimohtarto dan Juwana, 1999).
No. :1
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
Thalli dari alga ini bervariasi mengenai bentuk, tekstur dan warnanya, bentuk thalli ada yang silindris, gepeng dan lembaran. Rumpun
yang terbentuk berbagai sitem percabangan, ada yang tampak sederhana dan ada pula berupa percabangan yang kompleks. Warna thalli
beranekaragam, ada yang merah, ungu, pirang, coklat dan hijau. Algae ini mengandung pigment fotosintetik berupa karotin, xanthofil,
fikobilin sama rfikoeretrin penyebab warna merah dan khlorofil a dan d. Dalm dindin terdapat sellulosa dan produk fotosintetik berupa
karaginan, agar dan lembaran. Pembiakannya dengan jalan penyebaran spora dan gamet serta fragmentasi. Spora dan gamet umumnya tidak
memiliki alat gerak seperti halnya pada alga hijau dan alga coklat, kebanyakan dari jenis-jenisnya adalah tumbuh di perairan laut (Atmadja,
1988). Di perairan tropik, alga merah umumnya terdapat di daerah bawah littoral di mana cahaya sangat kurang. Mereka umumnya berukuran
kecil. Sekelompok alga ini adavyang disebut koralin (coralline), yang menyadap kapur dari air laut dan menjadi sangat keras seperti batu.
Mereka terdapat di terumbu karang dan membentuk kerak merah muda pada batu karang dan batu cadas (Nybakken, 1992).
No. : 12
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
Terumbu karang meliputi wilayah yang luas (jutaan mil persegi) di daerah tropik. Terumbu karang merupakan keunikan di antara asosiasi atau
komunitas lautan yang seluruhnya dibentuk oleh kegiatan biologis. Terumbu adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat yang
terutama dihasilkan oleh karang dengan sedikit tambahan dari alga barkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat.
Meskipun karang ditemukan di seluruh lautan di dunia, baik di perairan kutub maupun perairan ugahari, seperti yang ada di daerah tropik, tetapi
hanya di daerah tropik terumbu dapat berkembang.
Ada dua kelompok karang, yang satu dinamakan hermatipik dan yang lain adalah ahermatipik. Karang hermatipik dapat menghasilkan
terumbu sedangkan ahermatipik tidak. Karang ahermatipik tersebar di seluruh dunia, tetapi karang hermatipik hanya ditemukan di wilayah tropik.
Perbedaan yang mencolok antara kedua karang ini adalah bahwa di dalam jaringan karang hermatipik terdapat sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis
yang dinamakan zooxantella, sedang ahermatripik tidak (Nybakken, 1992).
Biologi Karang
Karang tersusun dari jaringan yang lunak dan bagian keras yang yang berbentuk kerangka kapur (Suharsono, 1996). Jaringan hidup dari
binatang karang relatif sederhana dan menyerupai anemon. Tubuh seperti anemon itulah yang disebut polip dan umumnya berbentuk tabung silinder
dengan ukuran diameter yang bervariasi mulai dari yang berukuran kurang dari 1 mm hingga beberapa centimeter. Ada yang memanjang atau pipih
sehingga membentuk skeleton yang menyatu.
Mulut polip pada bagian atas silinder dikelilingi oleh banyak tentakel yang dapat dijulurkan dan ditarik masuk. Pada kebanyakan spesies,
tentakelnya dapat dijulurkan keluar dan kadang ditarik masuk secara reguler siang dan malam sebagai respon untuk menangkap makanan secara cepat
atau untuk menstimulus yang lain. Secara internal, struktur pencernaan terdiri dari mulut terus ke stomodeum atau faring yang pendek dan
bersambungan hingga ke dalam rongga gastrovaskular. Rongga tersebut terbagi secara longitudinal oleh bagian-bagian yang radial disebut
mesenterium yang menyimpan gonad dan juga berperan dalam proses pencernaan (Mapstone, 1990).
Skeleton ada yang soliter ada pula yang berkoloni dan disebut koralum, dimana bagian-bagian skeletal dideposit oleh polip tunggal
membentuk sebuah koralit. Masing-masing koralit biasanya terbungkus oleh dinding theca yang terbuka pada bagian atas yang disebut kalis. Bahan
kerangka penghubung antara koralit disebut konestum (Veron, 1986).
Reproduksi Karang
Kebanyakan karang memiliki kemampuan reproduksi aseksual dan seksual. Secara seksual karang bersifat vivipar dan hermaprodit, namun
ada pula yang cosmopolitan reproductive. Untuk reproduksi aseksual, suatu individu polip induk berkembang dan memulai dengan koloni yang baru.
Hal ini terjadi bila polip induk mencapai ukuran tertentu dan membelah. Proses ini berlaku bagi semua organisme untuk membentuk koloni yang
besar. Bila koloni karang bereproduksi secara aseksual, maka diikuti proses fragmentasi yaitu pelepasan polip dari skeleton. Metode reproduksi ini
dibatasi oleh faktor geografi, bentuk koloni dan perkembangannya (Veron, 2000). Karang melakukan reproduksi aseksual dengan cara fragmentasi.
Hal ini dapat terjadi karena perusakan sebagian koloni akibat faktor fisik, misalnya arus dan gelombang, atau karena faktor biologi, misalnya predator
atau binatang penggali karang yang dapat menyebabkan sebagian koloni karang terpisah dari induk koloni (COREMAP II, 2006).
Fragmentasi sering terjadi pada koloni yang mempunyai kecepatan tumbuh tinggi dan cabang-cabang dari koloni mudah patah oleh gangguan
fisik maupun oleh sebab-sebab biologis. Fragmentasi dari jenis-jenis karang dengan kecepatan tumbuh yang tinggi akan menghasilkan dominasi suatu
jenis pada suatu daerah dan jika terjadi kerusakan maka akan cepat pulih kembali (COREMAP II, 2006). Reproduksi seksual karang dimulai dengan
pembentukan calon gamet sampai terbentuknya gamet matang, proses ini disebut sebagai gametogenesis. Selanjutnya, gamet yang masak dilepaskan
dalam bentuk telur atau planula. Masing-masing jenis karang mempunyai variasi dalam mengeluarkan telur atau planulanya. Karang tertentu
melepaskan telur yang telah dibuahi dan pertumbuhan terjadi di luar (broadcaster). Sebaliknya pada karang yang lain pembuahan terjadi di dalam
induknya, dierami untuk beberapa saat, dan dilepaskan sudah dalam bentuk planula (broader). Planula yang telah dilepaskan akan berenang bebas dan
bila planula mendapatkan tempat yang cocok ia akan menetap di dasar dan berkembang menjadi koloni baru (COREMAP II, 2006).
1. Acropora bentuk cabang (branching Acropora): bentuk bercabang seperti ranting pohon.
2. Acropora meja (tabulate Acropora): bentuk bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti meja. Karang ini ditopang dengan batang yang
berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar.
3. Acropora merayap (encrusting Acropora): bentuk merayap, biasanya terjadi pada Acropora yang belum sempurna.
4. Acropora submasif (submassive Acropora): percabangan bentuk gada/lempeng dan kokoh.
5. Acropora berjari (digitate Acropora): bentuk percabangan rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan.
A. Gambar 1 B. Gambar 2
No : 1
Nama Species : Pocilophora sp.
Jenis Biota : Karang
A. Gambar B. Deskripsi
konestium).
No : 2
Nama Species : Pachyseris rugosa
Jenis Biota : Karang
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
Family :Fungiidae
Genus :Lithophyllon
Spesies :Lithophyllon undulatum
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
A. Gambar B. Deskripsi
Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora danae
A. Gambar B. Deskripsi