Anda di halaman 1dari 63

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya dan juga sholawat serta salam atas

junjungan Nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW sehingga kami dari Divisi Penelitian dan Pengembangan Himpunan Mahasiswa Biologi

Universitas Hasanuddin Periode 2015/2016 dapat menyelesaikan Booklet ini. Boolet ini berisi tentang gambaran umum dari Pulau Barrang Lompo

dan biota-biota yang terdapat di Pulau tersebut. Alhamdullilah atas usaha dan kerja keras kami sehingga booklet ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya.

Selesainya booklet ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari Divisi Penelitian dan Pengembangan Himpunan Mahasiswa Biologi

Universitas Hasanuddin Periode 2015/2016. Dengan kerjasama yang baik akhirnya booklet ini selesai sesuai yang diharapkan. Semoga booklet yang

sederhana ini dapat berguna untuk kami serta memberi pengetahuan luas bagi yang membaca. Sebagai manusia kami mungkin mempunyai banyak

kekurangan termasuk dalam membuat booklet ini. Kritik dan saran, kami tunggu untuk lebih sempurnanya booklet ini. Atas perhatian, kami ucapkan

terima kasih

Makassar, Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................................................................................

PULAU BARRANG LOMPO .................................................................................................................................................................................

ECHINODERMATA ...............................................................................................................................................................................................

A. CLASSIS ASTEROIDEA ............................................................................................................................................................................

B. CLASSIS OPHIUROIDEA .........................................................................................................................................................................

C. CLASSIS ECHINOIDEA ............................................................................................................................................................................

D. CLASSIS HOLOTHUROIDEA ..................................................................................................................................................................

E. MANFAAT ECHINODERMATA ..............................................................................................................................................................

LAMUN .....................................................................................................................................................................................................................

MAKROALGAE ......................................................................................................................................................................................................

A. CHLOROPHYTA ........................................................................................................................................................................................

B. PHAEOPHYTA ............................................................................................................................................................................................

C. RHODOPHYTA ...........................................................................................................................................................................................

KARANG ..................................................................................................................................................................................................................
Pulau Barrang Lompo
Pulau Barrang Lompo terletak di sebelah Barat Laut, dengan jarak ± 11,9 Km, dari Kota
Makassar. Secara geografis, pulau ini berada pada posisi 119˚19 48” Bujur Timur dan 05˚02
48” Lintang Selatan. Jarak Pulau Barrang Lompo dari Kota Makassar ± 10 mil laut. Pulau ini
merupakan yang terpadat penduduknya lebih dari 3000 jiwa dengan tingkat kesejahteraan
penduduk lebih disbanding pulau-pulau lainnya.
Pulau barrang lompo termasuk wilayah kecamatan ujung tanah, dan berada di sebelah
utara P. Barrang Caddi. Pulaunya berbentuk bulat, dengan luas 19 ha. Vegetasi yang umum
tumbuh di pulau ini adalah pohon asam, pohon pisang, dan pohon sukun, sedangkan pohon
kelapa hanya dijumpai disisi timur dan barat pulau ini. Konsentrasi pemukiman penduduk
berada pada sisi timur, selatan, dan barat, dengan jumlah penduduk mencapai 3.563 jiwa dari
800 kk. Mayoritas penduduknya bekerja
sebagai nelayan, dilengkapi kurang lebih 50
buah kapal kayu motor dan sekoci. Kondisi ekonomi masyarakat relatif sejahtera.
Fasilitas umum di pulau ini cukup maju dibandingkan pulau lainnya antara lain, tersedia
transportasi reguler dari dan ke Makassar dengan kapal motor, sanitasi yang cukup baik, fasilitas
pendidikan: 1 buah taman kanak-kanak (TK), dan dua buah sekolah dasar (SD). Pulau ini dilengkapi
dengan fasilitas kesehatan berupa 1 buah puskesmas dan sebuah lagi puskesmas pembantu dengan
tenaga medis yang terdiri dari 1 orang dokter, 1 orang perawat, 1 orang mantri, dan 1 orang bidan.
Instalasi listrik dengan 2 generator yang berkapasitas 360 KVA yang beroprasi pada pukul
18.00 – 06.00 WITA. Jalan-jalan utama dibuat dari paving blok. Fasilitas air yang baik dan memiliki
2 buah dermaga (tradisional dan semi permanen), dan di pulau ini terdapat “marine field stasiun
Universitas Hasanuddin”.
Tradisi masyarakat yang masih dijumpai di pulau ini adalah upacara lahir bathin yakni mensucikan
diri sebelum masuk bulan ramadhan, upacara songkabala yakni upacara untuk menolak bala yang
akan datang, upacara pa’rappo yakni upacara ritual yang dilaksanakan oleh para nelayan sebelum
turun ke laut, dan upacara karangan yakni upacara ritual yang dilakukan oleh para nelayan ketika
pulang melaut dengan memperoleh hasil yang berlimpah.
Selain makam-makam tua dari abad ke XIX yang terdapt di pulau ini sebagai objek wisata
budaya yang menarik dikunjungi, juga kos tempat pembuatan cindera mata dari karang laut, berada
tepat didepan dermaga utama. Pada beberapa spot di perairan pulau ini, kehidupan karang dan ikan
karang umunya masih baik, walaupun ada sebagian karangnya sudah ikut hancur akibat eksploitasi
yang tidak ramah lingkungan. Selain karang di pulau ini juga dapat ditemukan adanya ekosistem lamun, echinodermata dan makroalgae.
Filum Echinodermata
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, derma artinya kulit. Secara umum Echinodermata berarti hewan yang berkulit
duri. Hewan ini memiliki kemampuan autotomi serta regenerasi bagian tubuh yang hilang, putus atau rusak. Semua hewan yang termasuk dalam kelas
ini bentuk tubuhnya radial simetris dan kebanyakan mempunyai endoskeleton dari zat kapur dengan memiliki tonjolan berupa duri. Kelompok utama
Echinodermata terdiri dari lima kelas, yaitu kelas Asteroidea (bintang laut) contoh : Archaster typicus, kelas Ophiuroidea (bintang mengular) contoh :
Amphiodia urtica, kelas Echinoidea (landak laut) contoh : Diadema setosum, kelas Crinoidea (lilia laut) contoh : Antedon-rosacea, dan kelas
Holothuroidea (teripang laut) contoh : Holothuria scabra. Nama Echinodermata pertama kali dimunculkan oleh Jacob Klein pada tahun 1734.
Echinodermata merupakan hewan laut yang hidup di pantai, tetapi kebanyakan di dasar laut. Echinodermata merupakan hewan laut yang berada
diantara hewan laut pada umumnya dan distribusinya yang luas, dijumpai di semua laut dari zona intertidal sampai laut yang sangat dalam.
Menurut Kastawi (2003) menjelaskan ciri-ciri secara umum Echinodermata yaitu :
1. Tubuh, umumnya simetri radial, hampir selalu pentamerous. Tubuhnya triploblastis, coelomate dengan permukaan oral dan aboral yang
mudah dibedakan, tanpa kepala dan tidak bersegmen.
2. Ukuran tubuhnya sedang sampai besar tetapi tidak ada yang mikroskopis.
3. Bentuk tubuh bundar sampai silindris atau berbentuk bintang dengan tangan sederhana yang tersebar dari diskus sentral.
4. Permukaan tubuh agak halus, tertutup oleh 5 ruangan secara simetris memancar berupa alur belekuk yang disebut ambulakral diselingi 5 inter-
radii atau inter-ambulakral.
5. Dinding tubuh terdiri atas epidermis di sebelah luar, dermis di tengah dan di sebelah dalam adalah peritonium.
6. Endoskeleton tersusun dari lempengan-lempengan yang membentuk cangkang, biasanya
disebut theca tau test atau mungkin disusun dari ossikula-ossikula kecil yang terpisah. Coelom
dibatasi oleh peritoneum dan ditempati oleh system pencernaan makanan dan system
reproduksi.
7. Memppunyai pembuluh air atau system ambulakral yang merupakan ciri pada umumnya,
terbuat dari tabung-tabung berisi cairan.
8. Saluran makanan biasanya berupa tabung melingkar membentang dari mulut di permukaan oral
sampai dengan anus pada permukaan aboral atau permukaan oral. System sirkulasi atau system
haemal atau system darah lacunar adalah spesifik.
9. Respirasi terjadi melalui struktur bervariasi, misalnya dengan papula pada bintang laut, insang
peristomial pada landak laut, bursa genital pada bintang ular laut, pohon respirasi kloakal pada
mentimun laut.
10. System eksresi tidak ada. System saraf adalah primitive, terdiri atas jaringan seperti jala
terkonsentrasi di dalam tali-tali saraf ganglion secara radial.
11. Organ-organ sensorik kurang berkembang. Seks biasanya terpisah (dioecious) dengan beberapa
perkecualian. Reproduksi biasanya seksual, beberapa berkembang secara aseksual/regenerasi.
Classis Asteroidea
Asteroidean merupakan spesies Echinodermata yang paling banyak jumlahnya, yaitu sekitar 1.600 spesies. Asteroidean juga sering disebut
bintang laut. Bintang laut umunya memiliki lima lengan tetapi kadang-kadang lebih, yang memanjang dari suatu cakram pusat. Permukaan bagian
bawah lengan itu memiliki kaki tabung yang dapat bertindak seperti cakram untuk menyedot. Bintang laut mengkoordinasi kaki tabung tersebut untuk
melekat di batuan dan merangkak secara perlahan-lahan sementara kaki tabung tersebut memanjang, mencengkram, berkontraksi, melemas,
memanjang, kemudian mencengkeram lagi. Bintang laut menggunakan kaki tabungnya untuk menjerat mangsanya seperti remis dan tiram. Lengan
bintang laut mengapit bivalvia yang menutup, kemudian mengeluarkan lambungnya melalui mulut dan memasukkannya ke dalam celah sempit
bivalvia kemudia mensekresikan getah pencernaan dan mencerna bivalvia dai dalam cangkangnya.

Sesuai dengan namanya, maka tubuh berbentuk bintang dengan lima atau
lebih bagian radial. Terdapat duri-duri dengan berbagai ukuran pada permukaan
kulit tubuh baik oral maupun aboral dan pada sekitar dasar duri terdapat bentuk
jepitan pada ujungnya yang disebut pediicellaria. Pada salah satu bagian antara
dua bagian tubuh radial atau lengan terdapat lempeng saringan madreporit sebagai
tempat masuknya air dalam system vascular air atau ambulakral. Anus terdapat di
tengah bagian dorsal sedang mulut di bagian oral. Penyokong tubuh terdiri dari
lembaran kapur atau ossicullus.

Tubuh asteroidea memiliki duri tumpul dan pendek. Duri tersebut ada
yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut yang disebut Pediselaria. Fungsi
Prdiselaria adalah untuk menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh
dari kotoran. Pada bagian tubuh dengan mulut disebut bagian oral, sedangkan
bagian tubuh dengan lubang anus disebut aboral. Pada hewan ini, kaki ambulakral
selain untuk beregerak juga merupakan alat pengisap sehingga dapat melekat kuat
pada suatu dasar.

System ambulakral asteroidean terdiri dari : Madreporit adalah lempengan berpori pada permukaan cakram pusat dibagian dorsal tubuh.
Saluran cincin terdapat di rongga tubuh cakram pusat. Saluran radial merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan. Kaki ambulakral merupakan
juluran saluran radial yang keluar. Juga terdapatpapilla derma yaitu penonjolan rongga tubuh yang berguna untuk pertukaran gas. Asteroidean bersifat
dioecius dengan fertilisasi eksternal. Biasanya terdapat 10 gonad (2 dalam 1 tangan). Perkembangan tubuhnya mengalami dua tahap larva, yaitu
bilpinaria (tahap larva pertama) dan brachiolaria (larva yang menunjukkan perkembangan tangan).
No. :1

Nama Species : Archaster typicus

Jenis Biota : Echinodermata

A. Gambar B. Deskripsi

Archaster typhicus merupakan bintang laut pasir atau


biasa dikenal dengan bintang pasir. habitat pada daerah berpasir
dan biasanya membenamkan diri di dalam pasir. Ciri khas
bintang laut ini yaitu memiliki tepi yang bergerigi di setiap
lengannya serta memiliki warna abu-abu sedang dengan bintik-
bintik gelap.

Spesies ini merupakan bintang laut bertangan lima yang


berasal dari cakram pusat. Tiap lengan atau tangannya memiliki
panjang hingga 5 cm serta memiliki tepi yang bergerigi. Cara
makannya dengan cara menyaring substrat. Bagian dorsal
berwarna abu-abu sedang dengan bintik-bintik gelap. Bagian
ventral berwarna putih kecokelatan serta memiliki Tube kaki
yang transparan.

Archaster typicus banyak dijumpai pada daerah


padang lamun yang memiliki substrat halus dan relatif terbuka.
Pada waktu siang hari Archaster typicus
biasanya membenamkan diri di dalam pasir dan pada waktu
malam hari baru akan terlihat di permukaan sedimen. Pada
dasarnya spesies ini memiliki tubuh yang biasanya ditutupi oleh
pasir halus.
No. :2

Nama Species : Protorester spinosus

Jenis Biota : Echinodermata

A. Gambar B. Deskripsi

Protoreaster spinosus hidup pada habitat karang


dan berpasir. Ciri khas Protoreaster spinosus yaitu pada
kulit di permukaan tubuh bagian atas memiliki duri-duri
yang runcing dan tajam sebagai bentuk pertahanan diri
dari predator.

Morfologi protoreater spinosus adalah warna


tubuh orage dan memiliki ukuran tubuh sekitar 10 cm,
dengan duri-duri besar dan tajam yang berada di bagian
aboralnya pada bagian oral terdapat mulut, kaki tabung
dan anus yang berwarna putih. Nontji (1993),
mempertegas bahwa protoreater spinosus hidup di pantai
berpasir dan berkarang warna orange. Tiap-tiap
lengannya terdapat deretan kerucut-kerucut kecil.

Permukaan oral terdapat mulut yang dilindungi


dan di tutupi duri-duri ambulacral yang tajam, besar dan
berbentuk gepeng. Podia (kaki tabung) tersusun oleh dua
baris dan dilindungi oleh dua baris duri-duri ambulacral
yang dapat bergerak dan menutupi celah.
No. :3

Nama Species : Protorester nodusus

Jenis Biota : Echinodermata

A. Gambar B. Deskripsi

Protoreaster nodusus hidup pada habitat yang sama


dengan Protoreaster spinosus yaitu di daerah karang dan
berpasir. Protoreaster nodusus juga memiliki duri pada kulit
pada permukaan tubuh bagian atas, akan tetapi tumpul
terkadang ada yang meruncing. Duri ini juga berfungsi untuk
perlindungan diri jika terancam bahaya.

Morfologi Protoreater nodususwarna kuning


kecoklatan sampai dengan orage, ukuran tubuh yang besar
dan panjang lengan sampai 15 cm. Bagian aboral terdapat
duri-duri yang besar dan tumpul yang berwarna hitam pada
bagian oral terdapat anus, ambulacral dan pedicellaris sebagi
modifikasi duri. Hal ini juga dijelaskan oleh Rowe (2004),
bahwa Protoreater nodusus mempunyai duri-duri yang
tumpul, benjolan atau tonjolan pada permukaan dorsal
tubuhnya dan bersifat omnivora terhadap invertebrate lainya.
Anus tidak terlihat jelas madreporit terletak pada permukaan
obral di antara dua dari lima lengan dan berukuran besar dan
mamiliki dua baris lempengan marjinal yang mencolok.
No. :4

Nama Species : Linckia laevigata

Jenis Biota : Echinodermata

A. Gambar B. Deskripsi

Linckia laevigata biasa dikenal dengan


sebutan bintang laut biru. habitatnya di daerah
karang serta memiliki ciri khas berupa warna kulit
yang berwarna biru serta tidak memiliki duri-duri
pada kulit.

Morfologi dari Linkia laevigata adalah,


sebagai berikut: Linkia laevigata dengan warna
sangat mencolokdan sangat mirip dengan warna air
laut. Ukuran tubuh besar dan panjang sampai
dengan 15 cm atau lebih. Bagian aboral Linkia
laevigata ditutupi oleh tonjolan-tonjolan atau bintil-
bintil berupa penjepit pedicellaria pada bagian
lengan memiliki madreporit sebagai tempat
masuknya air dalam sistem vascular air.Bagian oral
terdapat lubang anus yang terletak disebelah dorsal
dan di bagian ventral terdapat mulut.
No. :5

Nama Species : Culcita novaeguineae

Jenis Biota : Echinodermata

A. Gambar B. Deskripsi

Bintang laut berbentuk seperti bantal, meninggi, tebal


dan berat, warna sangat beragam, sehingga bintang laut ini
memiliki nama bintang bantal. Apabila bintang laut ini
terjebak air surut maka kandungan air yang terkumpul di
dalam tubuhnya akan dikeluarkan sehingga tubuhnya menjadi
pipih dengan tujuan agar tubuhnya dapat terendam dalam air,
pada saat mengempes inilah Culcita novaeguineae ini agak
terlihat memiliki lengan yang sangat pendek dan gemuk.
Tubuh yang berat menyebabkan Culcita novaeguineae sangat
lamban menghindari jebakan air surut pada siang hari
Classis Ophiuroidea
Ophiuroidea terdiri dari 2.000 spesies, contohnya adalah bintang laut ular
(Ophiothrix). Ophiuroidea (dalam bahasa yunani, ophio = ular) berbentuk seperti
asteriodea, namun lengannya lebih langsing dan fleksibel. Cakram pusatnya kecil dan
pipih dengan permukaan aboral (dorsal) yang halus atau berduri tumpul. Ophiuroidea
tidak memiliki pediselaria. Cakram pusat berbatasan dengan lengan-lengannya. Bintang
ular merupakan Echinodermata yang paling aktif dan paling cepat gerakannya. Jenis
kelamin terpisah, fertilisasi eksternal, mengalami tahap larva yang disebut pluteus. Hewan
ini juga dapat bergenerasi.

Bintang mengular memiliki cakram tengah yang jelas terlihat dari lengannya yang
panjang sehingga memudahkannya bergerak. Kaki tabung (kaki ambulakral) tidak
memiliki alat isap dan bintang mengular bergerak dengan mencambukkan lengannya.
Hidup di perairan dangkal dan dalam, bersembunyi di bawah batuan atau makroalgae,
mengubur diri di pasir, aktif di malam hari.

Bintang laut ular mempunyai tubuh seperti bola cakram kecil dengan lima lengan panjang. Di bagian seperti lateral terdapat duri, sedangkan
bagian dorsal serta ventral tidak terdapat duri. Bagian dalam dari ruas sebagian besar terisi ossicula yang silindris sehingga memungkinkan lengan
dapat dibengkokkan. Pada lengan juga terdapat kaki ambulakral kecil yang sering disebut sebagai teritakel yang terletak secara ventro lateral dengan
lat hisap atau ampullae yang beralat sensoris dan juga membantu pernafasan yang memungkinkan makanan dapat masuk ke mulut. Mulut terletak di
pusat tubuh yang dikelilingi lima kelompok lempeng kapur dan tidak memiliki anus. Madreporit terletak di daerah permukaan dekat mulut. Bersifat
biseksual dan fertilisasi terjadi di luar dengan larva bersilia.

Bintang laut ular yang hidup di daerah tropis pada umumnya hidup pada perairan dengan suhu antara 27-30˚C, namun daya tahan terhadap
suhu ini tergantung kedudukan geografis dan kedalaman.
No. :6

Nama Species : Ophiothrix sp.

Jenis Biota : Echinodermata

A. Gambar B. Deskripsi

Hewan ini jenis tubuhnya memiliki 5


lengan yang panjang-panjang. Kelima tangan ini
juga bisa digerak-gerakkan sehingga menyerupai
ular. Mulut dan madreporitnya terdapat di
permukaan oral. Hewan ini tidak mempunyai
amburakal dan anus, sehingga sisa makanan atau
kotorannya dikeluarkan dengan cara dimuntahkan
melalui mulutnya. Hewan ini hidup di laut yang
dangkal atau dalam. Biasanya bersembunyi di sekitar
batu karang, rumput laut, atau mengubur diri di
lumpur/pasir. Bintang ular sangat aktif di malam
hari. Makanannya adalah udang, kerang atau
serpihan organisme lain (sampah).
Classis Echinoidea
Echinoidea berbentuk bola atau pipih, tanpa lengan. Echinoidea yang berbentuk bola misalnya bulu babi dan landak laut. Hidup pada batuan
atau lumpur di tepi pantai atau dasar perairan. Makanannya adalah rumput laut, hewan yang telah mati, biasanya nocturnal. Permukaan tubuh hewan
ini berduri panjang. Echinoidea memiliki alat pencernaan khas, yaitu tembolok kompleks yang disebut lentera aristoteles. Fungsi dari tembolok
tersebut adalah untuk menggiling makanannya yang berupa ganggang atau sisa-sisa organisme. Durinya berfungsi untuk bergerak, menggali dan
melindungi permukaan tubuhnya. Kaki ambulakral hanya terdapat di sisi oral yang berfungsi untuk mengangkut makanan.

Hewan-hewan yang masuk kelas echinoidea berbentuk bundar, tidak berlengan, tetapi memiliki duri-duri yang dapat digerakkan. Pada
umumnya landak laut memiliki jarohan atau viscera yang tersimpan dalam cangkok. Bulu babi memiliki lima jalur kaki ambulakral yang terselang
oleh daerah interambulakral yang agak lebar tanpa kaki. Beberapa jenis echinoidea memiliki kelenjar racun. Di antara duri-duri terdapat pedicellaria
yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dan untuk menangkapa makanan kecil. Anus terletak di pusat tubuh pada permukaan aboral, sedangkan
mulut yang dilengkapi oleh lima buah gigi terletak di daerah oral dan madreporit terletak di daerah aboral.

Pada landak laut terdapat sebuah pembuluh sirkular, lima buah pembuluh tabung telapak dengan ampula. Terdapat cincin saraf dengan lima
buah cabang dan sebuah pleksus saraf. Jenis kelamin terpisah, fertilisasi terjadi di dalam air. Larva yang terbentuk bersimetri bilateral, berenang bebas
dan disebut larva pluteus. Batas toleransi salinitas kelompok bulu babi penghuni laut sejati antara 30-34%.

Reproduksi echinoidea dengan fertilisasi eksternal dan bersifat hermafrodit. Telur echinoidea yang menetas akan berkembang menjadi larva
yang disebut larva echinoploteus. Melimpahnya jumlah landak laut menandakan kondisi air yang tidak bagus.
No. :7

Nama Species : Echinotrix calamirirs

Jenis Biota : Echinodermata

A. Gambar B. Deskripsi

Echinothrix calamaris dikenal juga dengan


Banded urchin, Echinothrix calamaris memiliki ciri
khas berupa duri-duri, dimana terbagai atas dua duri
yaitu duri halus berwarna hitam kemerahan dan duri
besar atau kasar berwarna dasar putih di mana di balut
warna hitam bermotif berupa cincin, jadi terlihat belang-
belang. Habitat pada daerah karang, serta lamun
berpasir.
No. :8

Nama Species : Diadema setosum

Jenis Biota : Echinodermata

A. Gambar B. Deskripsi

Diadema cetosum merupakan bulu babi yang


memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Diadema cetosum
memilik ciri khas berupa memiliki duri-duri yang panjang,
tajam dan rapuh disekujur tubuhnya, memiliki tubuh bulat,
warna berwarna hitam pekat, memiliki Gonopore sebabnyak
5 buah serta sangat jelas seperti mengkilap atau menyala.
Habitat di karang, alga, pasir dan lamun, dimana mereka
dapat melekatkan kaki ambulakral mereka.
No. :9

Nama Species : Tripneustes gratilla

Jenis Biota : Echinodermata

A. Gambar B. Deskripsi

Tripneustes gratilla (Linneaus 1758) adalah bulu


babi perairan dangkal yang tersebar luas di Indo-Pasifik
tropis (Lawrence & Agatsuma, 2001, Lessios, dkk., 2003).
Hewan ini memiliki ciri khas seperti bentuk bulat denan
duri-duri yang pendek berwarna orange di sekujur tubuh,
diantara lempengan-lempengan duri terdapat lempengan
kaki ambulakral yang tersusun rapi dimana kaki-kaki
ambulakral berukuran lebih besar serta terlihat jelas dengan
warna putih pada daerah ujung, hitam di tengah dan hijau
totska di pada pangkal ambulakral.

Tripneustes gratilla ditemukan pada kedalaman sampai


20 m. Habitat Tripneustes gratilla di padang lamun, alga,
dan karangdengan dasar perairan berpasir, berlumpur atau
substratyang memiliki pecahan karang. Hal ini seperti
temuan beberapa ahli. Radjab (2004) menemukan
Tripneustes gratilla pada habitat berpasir atau pasir
berlumpur yang ditumbuhi lamun pada kedalaman 0,5–20
m. Lawrence & Agatsuma (2007) menemukan Tripneustes
gratilla di perairan sangat dangkal hinggakedalaman 75 m.
Spesies ini mendiami berbagai jenis habitattermasuk
padang lamun (Sammarco, 1987; Sumitro, dkk.,1992; Aziz,
1994; Susetiono, 2004), alga dan mikroalga(Ogden, dkk.,
1989), pasir dengan pecahan karang, danrataan terumbu
(Lawrence & Agatsuma, 2007).
No. : 10

Nama Species : Mespilia globulus

Jenis Biota : Echinodermata

A. Gambar B. Deskripsi

Mespiilia globulus merupakan bulu babi yang biasa di


keala dengan bulu babi globe, hal ini dikarenakan bentuknya
menyerupai globe. Mespilia globulus memiliki sebutan nama
latin yaitu Blue Tuxedo Urchin. Mespilia globulus memiliki
ciri khas berupa tubuh yang lebih kecil dari Tripneustes
geratilla, memiliki 5-10 celah tanpa duri sebanyak 5-10 dengan
warna hitam atau biru tua, memiliki duri berwarna merah
coklat serta di celah-celah duri terdapat kaki-kaki ambulakral.
Pada sisang hari akan bersembunyi di celah-celah bebatuan
atau dibawah tanaman dengan substrat berpasir.
Classis Holothuroidea
Tubuh memanjang seperti mentimun. Kelompok hewan ini biasa disebut teripang. Ada juga yang menyebut ketimun laut karena bentuknya.
Mulut di ujung yang satu dan anus di ujung yang lain. Ada kaki tabung di tiga bagian ventral yang digunakan untuk berjalan dan mempunyai
mangkuk pengisap seperti bintang laut. Kaki tabung juga dadapatkan di dua bagian dorsal, tetapi biasanya digunakan untuk merasa dan pernapasan.
Tak ada pediselaria dan duri, tetapi mempunyai tentakel berbentuk kaki tabung di sekeliling mulut, serupa dengan hewan lain. Tubuh seperti kulit dan
dapat memanjang dan mengerut. Sebagian besar teripang bernapas melalui pohon respirasi, sebuah alt bercabang terdiri dari banyak tabung.

Mentimun laut mempunyai tubuh bulat memanjang denagn garis oral ke aboral sebagai sumbu, tubuh terlipat oleh kulit yang mengandung
ossicula yang mikroskopis. Di bagian anterior mulut terdapat 10-13 tentakel yang dapat di julurkan dan ditarik kembali. Holthuroidea meletakkan diri
dengan bagian dorsal di sebelah atas. Kaki ambulakral dapat berkontraksi dan berfungsi sebagai alat respirasi. Daerah ventral terdapat tiga daerah
kaki ambulakral yang memiliki alat hisap, yang berfungsi untuk bergerak dan tiga baris pada posisi dorsal dipakai untuk bernafas. Madreporit terletak
dalam coelom. Pada hewan ini terdapat suatu cincin saraf dan saraf-saraf radier. Teripang cepat bereaksi terhadap rangsangan. Biasanya jenis kelamin
terpisah namun ada juga yang hermaprodit dengan larva bersimetri bilateral.
No. : 11

Nama Species : Holothuria sp.

Jenis Biota : Echinodermata

A. Gambar B. Deskripsi

Hewan ini tidak berlengan dan anus terdapat pada


kutub yang berlawanan dari tubuhnya. Daerah ambulakral
dan inter-ambulakral tersusun berselang-seling di sepanjang
tubuhnya. Alur ambulakral tertutup, madreporit terdapat di
rongga tubuhnya. Sebagian kaki ambulakral termodifikasi
menjadi tentakel oral. Sistem respirasinya disebut pohon
respirasi, karena sistem tersebut terdiri dari dua saluran
utama yang bercabang pada rongga tubuhnya. Keluar dan
masuknya air melalui anus.

Bentuk badan teripang memanjang mirip mentimun.


Oleh karena itu, hewan ini biasa disebut mentimun laut atau
sea cucumber. Mulut dan anus terdapat di kedua ujung
badannya. Bagian punggungnya berwarna abu-abu dengan
pita putih atau kekuningan memanjang secara horizontal.
Bagian bawah tubuhnya berwarna putih dan berbintik-bintik
hitam/gelap. Di antara ratusan spesies, hanya sekitar 13
spesies yang dapat dimakan atau digunakan sebagai obat.
Mereka memiliki panjang rata-rata dari 2,5 cm sampai 30
cm
Manfaat Echinodermata
Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting dalam ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam
rantai makanan, yaitu pemakan sampah organik dan hewan kecil lainnya,

Jenis-jenis Echinodermata dapat bersifat pemakan seston atau pemakan detritus, sehingga peranannya dalam suatu ekosistem untuk merombak
sisa-sisa bahan organik yang tidak terpakai oleh spesies lain namun dapat dimanfaatkan oleh beberapa jenis Echinodermata. Selain itu Echinodermata
mengandung unsur-unsur kimia yang memiliki nilai tinggi di bidang pangan, obat-obatan dan sering dijadikan barang koleksi hiasan yang indah.

Peranan Echinodermata di perairan laut adalah sebagai pembersih limbah dan sampah. Echinodermata mempunyai nilai ekonomis, beberapa
jenis diantaranya dapat dimakan misalnya teripang dan bulu babi. Selain itu, Echinodermata juga dimanfaatkan sebagai hiasan dinding ataupun hiasan
meja.
No. :1

Nama Species : Enhalus acoroides

Jenis Biota : Lamun Tropika/ Pama

A. Gambar B. Deskripsi

Enhaus acoroides dikenal dengan pama atau lamun

tropika. Tumbuhan ini memiliki rhizoma yang ditumbuhi

oleh rambut-rambut padat dan kaku dengan lebar lebih dari

1,5 cm, memiliki akar yang banyak dengan panjang antara

10 – 20 cm dan lebar 3 – 5 mm. Daun dari tumbuhan ini

dapat mencapai 30 – 150 cm dengan lebar 1,25 – 1,75 cm

(Philips dan Menez 1988 dalamLatuconsina, 2002). Tengah-

tengah daun tumbuhan ini memiliki rongga udara sehingga

daunnya selalu terbenam ke atas. Menurut Thomascik et al

(1997), akar Enhalus acoroides dapat mencapai panjang

lebih dari 50 cm sehingga dapat menancap secara kuat pada

substrat. Bunga jantan putih dan sangat kecil, sedangkan

bunga betina soliter dan besar


No. :2

Nama Species : Thalassia hemprichii

Jenis Biota : Lamun Dugong

A. Gambar B. Deskripsi

Thalasia hemprichii dikenal juga dengan lamun


dugong. Hal ini dikarenakan Thalasia hemprichii merupakan
makan dan sangat disukai oleh mamalia laut dugong.
Thalasia hemprichii merupakan salah satu jenis lamun yang
tumbuh di perairan tropik dan penyebarannya cukup
luas (Thomascik et. al, 1997). Menurut Kiswara (1992)
lamun jenis ini sangat umum dan banyak ditemukan di
daerah rataan terumbu, baik yang tumbuh sendiri-sendiri
(monospesifik) maupun yang tumbuh bersama-sama dengan
lamun jenis lain atau tumbuhan lain (mixed vegetasi). Fortes
(1993 dalam Latuconsina, 2002) mengatakan bahwa
Thalasia hemprichii mempunyai rimpang (rhizoma) yang
berwarna coklat atau hitam dengan ketebalan 1 – 4 mm dan
panjang 3 – 6 cm. Setiap nodus ditumbuhi oleh satu akar
dimana akar dikelilingi oleh rambut kecil yang padat. Setiap
tegakan mempunyai 2 – 5 helaian daun dengan apeks daun
yang membulat, panjang 6 – 30 cm dan lebar 5 – 10 mm.
No. :3

Nama Species : Halodule uninervis

Jenis Biota : Lamun

A. Gambar B. Deskripsi

Halodule univervis Membentuk padang lamun jenis

tunggal pada rataan terumbu karang yang sudah rusak. Ciri –

ciri khas dari tumbuhan ini yaitu ; Tiap nodus hanya terdiri

dari satu tegakan, tiap tangkai daun terdiri dari 1 sampai 2

helai daun, tiap nodus berakar tunggal dan banyak, tidak

bercabang, rimpangnya berbuku – buku, jarak antar nodus + 2

cm, ujung daun merbentuk gelombang menyerupai huruf W

atau trisula(Nontji, 1993). serat memiliki vena sentral.


No. :4

Nama Species : Cymodocea serulata

Jenis Biota : Lamun

A. Gambar B. Deskripsi

Cymodose serrulata sangat mirip dengan lamun

Cymodocea rotundata akan tetapi memiliki perbedaan

sebagai ciri khas. Cymodocea serrulata memiliki ujung

daun bulat akan tetapi memiliki gerigi-gerigi disisi ujung

daun,helaian daun lebar (lebar 5-9 mm), panjang daun 6-

15 cm, dan vena yang yang membujur berjumlah 13-17


No. :5

Nama Species : Cymodocea rotundata

Jenis Biota : Lamun

A. Gambar B. Deskripsi

Cymodocea rotundata dikenal dengan lamun berujung

bulat. Cymodocea rotundata memiliki ciri khas ujung

daunnya bulat, helaian daun smepit (lebar 2-4 mm),

Panjang daun 7-15 cm, vena yang membujur berjumlah

9-15.
No. :6

Nama Species : Syringodium isoetifolium

Jenis Biota : Lamun Jarum

A. Gambar B. Deskripsi

Lamun jenis ini dikenal dengan lamun suntuk di

karenakan daunnya bulat menyerupai jarum suntik.

Lamun ini memiliki ciri khas berupa daun menyerupai

jarum, serta memiliki panjang daun berkisar dari 7-30

cm
No. :7

Nama Species : Halophila ovalis

Jenis Biota : Lamun Sendok

A. Gambar B. Deskripsi

Halophila ovlis dikenal juga dengan nama lamun

sendok dikarenakan bentuknya mirip dengan

sendok.Tumbuhan ini merupakan tumbuhan pionir

serta tumbuh dengan cepat. Hidup di daerah intertidal

hingga kedalaman 25 m. Halophila ovalis memilikiciri

khas disetiap nodus terdiri dari 2 tegakan, mempunyai

akar tunggal di tiap nodus, tulang daun menyirip dan

berjumlah + 12 pasang, jarak antar nodus + 1,5 cm,

panjang helai daun + 10 – 40 mm, panjang tangkai

daun yaitu + 3 cm (Romimohtarto, 2001). Pada

permukaan daun tidak di temukan bulu-bulu halus.


Dari segi morfologinya, makroalga tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini
memiliki morfologi yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Sumich, (1992), menyatakan bahwa tubuh makroalga umumnya disebut “tallus”.
Talus merupakan tubuh vegetatif alga yang belum mengenal diferensiasi akar, batang dan daun sebagaimana yang ditemukan pada tumbuhan
tingkat tinggi. Talus makroalga umunya terdiri atas “blade” yang memiliki bentuk seperti daun, “stipe” (bagian yang menyerupai batang) dan
“holdfast” yang merupakan bagian talus yang serupa dengan akar. Pada beberapa jenis makroalga, “stipe” tidak dijumpai dan “blade” melekat
langsung pada “holdfast”. Menurut Nontji (1993), secara sepintas banyak alga memperlihatkan bentuk luar seperti mempunyai akar, batang, daun,
dan bahkan buah. Alga pada hakikatnya tidak mempunyai akar, batang dan daun seperti terdapat pada tumbuhan yang lazim telah dikenal. Seluruh
wujud alga itu terdiri dari seperti batang yang disebut “talus”, hanya bentuknya yang beraneka ragam. Makroalga memiliki substansi yang
beragam, ada yang lunak, keras mengandung kapur, berserabut dan lain- lain. Bentuk talus makroalga bermacam-macam, antara lain bulat seperti
tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya. Percabangan talus ada yang dichotomous (bercabang dua terus menerus),
pectinate (berderet searah pada satu sisi talus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang talus utama secara berselang seling), ferticillate
(cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama dan adapula yang sederhana dan tidak bercabang (Aslan, 1998).

Gambar 1. Tipe percabangan makroalga, (1). Tidak bercabang, (2). Dichotomous, (3). Pinnate alternate, (4). Pinnate distichous, (5). Tetratichous,
(6). Ferticillate, (7). Polystichous, (8). Pectinate, (9). Monopodial, (10). Sympodial (Aslan, 1998).

Perbedaan bentuk holdfast terjadi akibat proses adaptasi terhadap keadaan substrat dan pengaruh lingkungan seperti gelombang dan arus
yang kuat yang dapat mencabut holdfast tersebut. Holdfast berbentuk cakram pada substrat yang keras dan berbentuk stolon merambat pada
substrat berpasir (Sumich, 1992).
Chlorophyta
Chlorophyta merupakan divisi terbesar dari semua divisi alga, sekitar 6500 jenis anggota divisi ini telah berhasil diidentifikasi. Divisi
Cholorophyta tersebar luas dan menempati beragam substrat seperti tanah yang lembab, batang pohon, batuan basah, danau, laut hingga
batuan bersalju. Sebagian besar (90%) hidup di air tawar dan umumnya merupakan penyusun komunitas plankton. Sebagian kecil hidup
sebagai makro alga di air laut. Divisi Chlorophyta hanya terdiri atas satu kelas yaitu Chlorophyceae yang terbagi menjadi empat ordo yaitu :
Ulvales, Caulerpales, Cladophorales, dan Dasycladales (Verheij, 1993). Sebagai fitobentik tumbuhan ini hidup menancap atau menempel di
substrat dasar perairan laut seperti karang mati, fragment karang, pasir dan pasir-lumpuran. Pertumbuhan bersifat epifitik atau saprofitik, dan
kadang-kadang beasosiasi dengan tumbuhan lamun. Algae kelas Chlorophyceae di sebut juga algae hijau, memiliki chlorophyl warna hijau.
Secara visual perbedaan berbagai jenis alga ini dibedakan pada bagian percabangan thallus dalam kerangka tubuh yang antara lain bersifat sel
banyak atau termasuk multiselluler (Kadi, 1988).

Alga ini mengandung pigmen fotosintetik antara lain chlorophyl ada a dan b, carotene, xanthophyl dan lutein. Dalam dinding selnya
terdapat cellulosa dan pectin dengan produk polisakarida berupa kanji (starch). Pembiakan dengan jalan penyebaran spora dan gamet serta
fragmentasi thalli. Gamet jantan pada alga hijau umumnya mempunyai bulu cambuk untuk gerakan aktif dalam pembuahan (Kadi, 1988).
Sebaran alga hijau utamanya di mintakat litoral bagian atas, khususnya di belahan bawah dari mintakat pasut, dan tepat di daerah bawah pasut
sampai kedalaman 10 meter atau lebih, jadi di habitat yang mendapat penyinaran matahari yang bagus. Alga dari kelas ini melimpah di
perairan hangat (tropik). Di laut kutub utara, alga hijau jarang ditemukan dan bentuknya kerdil. Di Indonesia tercatat sedikitnya 12 marga alga
hijau, yaitu : Caulerpa, Ulva, Valonia, Dictyosphaeria, Halimeda, Chaetomorpha, Codium, Udotea, Tydemania, Bometella, Boergesenia dan
Neomeris (Romimohtarto dan Juwana, 1999).
No. :1

Nama Species : Makroalga (Chlorophyta)

Jenis Biota : Boergesenia forbesii

A. Gambar B. Deskripsi

Thallus membentuk kantong silindris berisi cairan,


permukaan halus, licin warna hijau tua atau hijau muda
kekuning-kuningan. Ukuran panjang thallus mencapai sekitar 5
cm dengan diameter mencapai sekitar 0,5 cm. Thallus tersebut
membentuk rumpun dengan percabangan soliter berpusat ke
bagian pangkal utama dekat holdfast. Alga jenis ini bersifat
mudah menempel (epifit) pada substrat-substrat lainnya di laut
termasuk menempel pada tumbuhan laut lainnya.
No. :2

Nama Species : Caulerpa lentillifera

Jenis Biota : Makroalga (Chlorophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Thallus membentuk akar, stolon dan ramuli. Ramuli


membentuk bulatan-bulatan kecil merapat teratur menutupi
setiap percabangan sepanjang ±3-5 cm. Stolon tidak begitu
besar, sekitar diameter 1-2 mm, warna hijau tua. Tumbuh
dengan akar menancap pada substrat berpasir atau
menempel pada batu, makroalga jenis ini juga tumbuh
dengan akar menancap pada substrat berpasir.
No. :3

Nama Species : Caulerpa racemosa

Jenis Biota : Makroalga (Chlorophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Thallus membentuk stolon tidak begitu besar


dengan perakaran yang agak pendek. Ramuli agak
gepeng dengan mendukung percabangan ramuli bentuk
bulatan bertangkai, alternate dengan interval agak
jarang. Warna hijau tua dan panjang ramuli dapat
mencapai 5 cm. Tumbuh di daerah bersubstrat batu atau
pasir dimana sebarannya tidak begitu luas
` No. :4

Nama Species : Chaetomorpha crassa

Jenis Biota : Makroalga (Chlorophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Thallus silindris menyerupai rambut, membentuk


gumpalan seperti benang kusut dan tumbu menempel pada
alga lain (epifit). Makroalga jenis ini biasanya tumbuh
sebagai bentuk melilit pada makroalga lainnya,
filamentaous talus, warna cerah hijau cerah, filamen
bercabang dengan serangkaian silinder.
No. :5

Nama Species : Ulva reticulata

Jenis Biota : Makroalga (Chlorophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Thallus berupa lembaran kecil (ukuran lebar ≤2


mm) membentuk rumpun menyerupai jaring atau net
dengan berekspansi radial. Warna hijau muda atau hijau
tua dengan tumbuh menempel pada algae lain. Ulva
reticulata ini tumbuh melimpah pada zona pasang surut
bagian atas (supratidal). Membentuk koloni yang tebal
sehingga pantai tampak hijau. Alga ini termasuk dalam
alga tropis yang tersebar kosmpolitan, kadang tersebar
sampai di perairan subtropik. Ciri-ciri umum dari Ulva
reticulata ini adalah thallus berbentuk seperti lembaran,
berwarna hijau yang berlubang-lubang sehingga
menyerupai jalinan pita lebar. Susunan tubuh dari alga ini
berbentuk foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang
pembelahan sel vegetatifnya terjadi lebih dari satu bidang.
Tumbuh membentuk koloni yang tebal, alat pelekatnya
sulit diamati, koloni biasanya terkait pada suatu substrat
padat.

Ulva atau selada laut adalah sejenis rumput laut


yang dapat dimakan, dengan thallus yang berdiferensiasi
menjadi blade yang mirip daun dan holdfast yang mirip
akar yang menjadi jangkar bagi alga itu dalam melawan
gejolak ombak pasang. Thallus tersebut sesungguhnya
multiseluler, terdiri dari sel-sel yang berspesialisasi yang
digabung menjadi jaringan (Campbell, 2003).
No. :6

Nama Species : Enteromorpha sp.

Jenis Biota : Makroalga (Chlorophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Thallus kecil dan berbentuk rumpun, dimana sel


bagian tengah dan ujung berisi satu pirenoid pada
masing-masing sel. Kloroplast sering memiliki bentuk
seperti mangkuk yang tampak di bagian permukaan
dengan ukuran yang berbeda panjangnya pada masing-
masing sel. Bentuk dan susunan sel sama dengan
tumbuhan tingkat tinggi. Habitat makroalga ini
umumnya pada rataan terumbu karang yang selalu
tergenang pada saat air surut terendah.).
No. :7

Nama Species : Halimeda macroloba

Jenis Biota : Makroalga (Chlorophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Pertumbuhan thalli mengandung zat kapur,


pertumbuhan mencapai tinggi 23 cm. Segment tebal
bentuk kipas dengan lebar mencapai 21 mm dan
panjang mencapai 15 mm serta bagian pinggir
bergelombang. Basal segment mencapai lebar 20 mm
dan panjang mencapai 15 mm. Diantara basal segment
dan segment terdapat bantalan segment yang
merupakan tempat pertumbuhan segment.
Percabangan utama dichotomous atau trichotomous
kelompok dalam satu rumpun. Holdfast berbentuk ubi
diameter mencapai 10 mm dan panjang mencapai 20
mm serta tulat atau bongkol sebagai alat pengikat
partikel-partikel pasir atau lumpur. Makroalga jenis
ini tumbuh subur pada substrat pasir dan pasir
lumpuran. Holdfast berbentuk ubi merupakan alat
pengikat terhadap partikel-partikel pasir. Pertumbuhan
di alam dapat berasosiasi bersama pertumbuhan
lamun. Keberadaannya banyak dijumpai di paparan
terumbu karang dengan kedalaman kurang 2 m,
pertumbuhan tahan terhadap kekeringan yang bersifat
sementara waku.
No. :8

Nama Species : Chlorodesmis sp.

Jenis Biota : Makroalga (Chlorophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Tumbuhan berwarna hijau tua, tumbuh dalam


rumpun yang padat, epifit. Ketinggian antara 4-10
mm. Percabangan tidak menentu, kebanyakan
dikotomi. Filamen berbentuk filiform bendek dengan
ujung berbentuk obtus. Sel berbentuk elips dan
berselerak. Thallus tidak licin, berlekuk/berombak.
Phaeophyta
Struktur tubuh alga coklat bervariasi mulai dari yang berbentuk filamen hingga yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi. Banyak di
antara anggota divisi Phaeophyta merupakan jenis alga dengan ukuran thalus terbesar di dunia, contohnya Macrocystis pyrifera yang dapat
tumbuh lebih dari 80 meter di pesisir barat California. Pada umumnya alga coklat dapat hidup di laut tumbuh di dasar perairan dan melekat
pada substrat dengan menggunakan holdfast. Di Indonesia alga coklat yang umum dijumpai berasal dari genera Sargassum, Turbinaria,
Dictyota dan Padina (Sumich, 1992). Kelompok algae coklat memiliki bentuk yang bervariasi tetapi hampir sebagian besar jenis-jenisnya
berwarna coklat atau pirang. Warna tersebut tahan dan tidak berubah walaupun algae ini mati atau kekeringan. Hanya pada beberapa jenis
warnanya misal pada sargassum, warnanya akan sedikit berubah menjadi hijau kebiru-biruan apabila mati kekeringan. Ukuran thalli atau
rumpun beberapa jenisnya sudah lebih tinggi dari jenis-jenis algae merah dan hijau, misal dapat mencapai sampai sekitar tiga meter (Wanda,
1988).
Thallus berbentuk lembaran, bulatan atau batangan yang bersifat lunak atau keras. Mengandung pigmen fotosintetik yaitu carotenes,
fucoxanthin, chlorophyl a dan c dengan warna pirang atau coklat. Dalam dinding sel terdapat cellulosa dan asam alginik. Produk
fermentasinya adalah polosakarida berupa mannitol dan lamminaran. Pembiakan berlangsung dengan jalan sexual dan nonsexual dan sel
reproduktifnya memiliki flagella (Wanda, 1988).
No. :9

Nama Species : Dictyota pinnatifida

Jenis Biota : Makroalga (Phaeophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Tanaman coklat muda dalam warna, hingga


10cm tingginya, terikat oleh cakram cuneate, talus
datar, tak beraturan dikotomus bergantian
bercabang, 2-3 mm yang luas, margin keseluruhan,
malaikat antar cabang sekitar 80º dengan apeks
putaran.
No. : 10

Nama Species : Padina australis

Jenis Biota : Makroalga (Phaeophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Bentuk thalli seperti kipas, membentuk


segment-segment lembaran tipis (lobus) dengan
garis-garis berambut radial dan perkapuran di bagian
permukaan thallus daun. Warna coklat kekuning-
kuningan atau kadang-kadang memutih karena
terdapat perkapuran. Holdfas berbentuk cakram kecil
berserabut. Bagian atas lobus agak melebar dengan
pinggir rata dan pada bagian puncak terdapat
lekukan-lekukan yang pada ujungnya terdiri dari dua
lapisan sel. Tumbuh menempel pada batu di daerah
rataan terumbu baik di tempat-tempat yang terkena
hempasan ombak langsung maupun terlindung.
No. : 11

Nama Species : Turbinaria conoides

Jenis Biota : Makroalga (Phaeophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Bentuk batang silindris, tegak, kasar, terdapat bekas-bekas


percabangan. Holfast berupa cakram kecil dengan terdapat perakaran yang
berekspansi radial. Percabangan berputar sekeliling batang utama. Thallus
daun merupakan kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran thallus
daun yang umumnya berukuran kecil, sekitar diameter satu sentimeter,
membentuk setengah bulatan melengkung seperti ginjal (reniformis),
pinggir daun bergerigi. Gelembung udara terdapat agak menonjol di
pertengahan daun Receptacle, membentuk rangkaian pada tangkai thallus
daun. Warna thalli coklat muda atau coklat tua denga tinggi rumpu dapat
mencapai 75 cm.
Rhodophyta
Algae merah merupakan kelompok algae yang jenis-jenisnya memiliki berbagai bentuk dari variasi warna. Namun demikian sebagain
indikasinya dari segi warna bahwa itu alga merah, adalah antara lain terjadinya perubahan warna dari warna aslinya menjadi ungu pabila algae
tersebut terkena panas sinar matahari secara langsung (Atmadja, 1988).

Thalli dari alga ini bervariasi mengenai bentuk, tekstur dan warnanya, bentuk thalli ada yang silindris, gepeng dan lembaran. Rumpun
yang terbentuk berbagai sitem percabangan, ada yang tampak sederhana dan ada pula berupa percabangan yang kompleks. Warna thalli
beranekaragam, ada yang merah, ungu, pirang, coklat dan hijau. Algae ini mengandung pigment fotosintetik berupa karotin, xanthofil,
fikobilin sama rfikoeretrin penyebab warna merah dan khlorofil a dan d. Dalm dindin terdapat sellulosa dan produk fotosintetik berupa
karaginan, agar dan lembaran. Pembiakannya dengan jalan penyebaran spora dan gamet serta fragmentasi. Spora dan gamet umumnya tidak
memiliki alat gerak seperti halnya pada alga hijau dan alga coklat, kebanyakan dari jenis-jenisnya adalah tumbuh di perairan laut (Atmadja,
1988). Di perairan tropik, alga merah umumnya terdapat di daerah bawah littoral di mana cahaya sangat kurang. Mereka umumnya berukuran
kecil. Sekelompok alga ini adavyang disebut koralin (coralline), yang menyadap kapur dari air laut dan menjadi sangat keras seperti batu.
Mereka terdapat di terumbu karang dan membentuk kerak merah muda pada batu karang dan batu cadas (Nybakken, 1992).
No. : 12

Nama Species : Acanthopora muscoides

Jenis Biota : Makroalga (rhodophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Achantopora muscoides memiliki thallus


silindris, berduri tumpul seperti bulatan lonjong
merapat yang terdapat di hampir seluruh permukaan
thalli. Percabangan tidak teratur, gembal merimbun di
bagian atas rumpun, warna coklat tua. Tinggi rumpun
dapat dapat mencapai sekitar 15 cm. Tumbuh melekat
pada batu di daerah rataan terumbu, biasanya di tempat
yang selalu tergenang air dan sering terkena ombak
langsung.
Menurut (Tjitrosoepomo,1989)Rhodophyceae
berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga
lembayung atau pirang kemerahmerahan. Kromatofor
mengandung klorofil-a dan karotenoid, tetapi warna itu
tertutup oleh zat warna merah yang mengandung
fluoresensi, yaitu fikoeretin. Sebagai hasil asimilasi
terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung
floride, yang juga merupakan hasil polimerisasi glukosa
berbentuk bulat, tidak larut dalam air, seringkali
berlapis-lapis, jika dibubuhi yodium berwarna
kemerahmerahan. Rhodophyceae selalu bersifat
autotrof dan heterotrik, hidup dalam air laut, hidupnya
sebagai bentos, melekat pada suatu substrat dengan
benang-benang pelekat atau cakram peleka
No. : 13

Nama Species : Gracilaria coronopifolia

Jenis Biota : Makroalga (rhodophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Bentuk Thalli berbantuk tegak membentuk


kemerahan rumpun lebat keunguan, percabangan tidak
teratur dan hidup menempel pada substrat berbatu
pada ekosistem terumbu karang. Berdasarkan hasil
pengamatan pada alga spesies Gracillaria
coronipifolia J.Agardh yaitu alga ini di temukan di
pinggiran pantai Kondang Merak yang sedang surut.
Alga ini termasuk kedalam golongan devisi Rhodopyta
karena thalusnya yang terdiri atas holdfast (bagian
yang mirip akar) dan stipe (bagian yang mirip batang)
dengan cabang dikotom berbentuk silindris berwarna
merah muda. Alga jenis ini di duga merupakan salah
satu alga yang dimanfaatkan untuk bahan olah
makanan yang sehat yakni seawed atau rumput laut
karena tekstur thalusnya yang keras.
Gracilaria coronopifolia memilki tekstur solid,
cabang silinder dengan ukuran 1-2 mm, ujung runcing
pendek. Tubuh mungkin timbul dari satu sampai
beberapa cabang yang mengalami percabangan sering
tetapi tidak tipis dari sebelumnya dan membentuk
seperti semak. Alga jenis ini biasanya berwarna merah
tapi lama-kelamaan berwarna merah muda atau bahkan
memutih karena seringnya terkena sinar
matahari. Gracillaria coronopifolia, seperti
Gracillaria yang lainnya dapat di temukan pada rataan
terumbu dan terkikis kapur, pertengahan intertidal
tidepools untuk subtidal dangkal, sampai dengan 4 m
(Odum, 1990).
No. : 14

Nama Species : Amphiroa fragillissima

Jenis Biota : Makroalga (rhodophyta)

A. Gambar B. Deskripsi

Thallus membentuk rumpun rimbun,


percabangan dichotomous bersegmen. Substansi
“calcareous” (berkapur), mudah patah (getas),
warna pirang atau krem. Tumbuh pada batu di
daerah rataan pasir atau menempel pada substrat
dasar dan menyebar di daerah padang lamun
maupun terumbu karang dan pasir.
Pengertian Terumbu Karang
Kata terumbu karang mengacu pada daerah dangkal di laut yang membentuk wilayah berbahaya untuk dilewati kapal laut. Meski hanya
menempati 0,17% dari dasar samudera, terumbu karang merupakan tempat tinggal bagi 25% dari keseluruhan spesies laut. Terumbu karang yang
dibentuk oleh aktivitas organisme dan tersusun oleh ribuan karang batu (stony coral) ini diperkirakan mulai terbentuk sekitar 500 juta tahun yang lalu
sehingga kini menjadi ekosistem yang paling tua (Hardianto et al., 1998).

Terumbu karang meliputi wilayah yang luas (jutaan mil persegi) di daerah tropik. Terumbu karang merupakan keunikan di antara asosiasi atau
komunitas lautan yang seluruhnya dibentuk oleh kegiatan biologis. Terumbu adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat yang
terutama dihasilkan oleh karang dengan sedikit tambahan dari alga barkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat.
Meskipun karang ditemukan di seluruh lautan di dunia, baik di perairan kutub maupun perairan ugahari, seperti yang ada di daerah tropik, tetapi
hanya di daerah tropik terumbu dapat berkembang.

Ada dua kelompok karang, yang satu dinamakan hermatipik dan yang lain adalah ahermatipik. Karang hermatipik dapat menghasilkan
terumbu sedangkan ahermatipik tidak. Karang ahermatipik tersebar di seluruh dunia, tetapi karang hermatipik hanya ditemukan di wilayah tropik.
Perbedaan yang mencolok antara kedua karang ini adalah bahwa di dalam jaringan karang hermatipik terdapat sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis
yang dinamakan zooxantella, sedang ahermatripik tidak (Nybakken, 1992).

Biologi Karang
Karang tersusun dari jaringan yang lunak dan bagian keras yang yang berbentuk kerangka kapur (Suharsono, 1996). Jaringan hidup dari
binatang karang relatif sederhana dan menyerupai anemon. Tubuh seperti anemon itulah yang disebut polip dan umumnya berbentuk tabung silinder
dengan ukuran diameter yang bervariasi mulai dari yang berukuran kurang dari 1 mm hingga beberapa centimeter. Ada yang memanjang atau pipih
sehingga membentuk skeleton yang menyatu.

Mulut polip pada bagian atas silinder dikelilingi oleh banyak tentakel yang dapat dijulurkan dan ditarik masuk. Pada kebanyakan spesies,
tentakelnya dapat dijulurkan keluar dan kadang ditarik masuk secara reguler siang dan malam sebagai respon untuk menangkap makanan secara cepat
atau untuk menstimulus yang lain. Secara internal, struktur pencernaan terdiri dari mulut terus ke stomodeum atau faring yang pendek dan
bersambungan hingga ke dalam rongga gastrovaskular. Rongga tersebut terbagi secara longitudinal oleh bagian-bagian yang radial disebut
mesenterium yang menyimpan gonad dan juga berperan dalam proses pencernaan (Mapstone, 1990).

Skeleton ada yang soliter ada pula yang berkoloni dan disebut koralum, dimana bagian-bagian skeletal dideposit oleh polip tunggal
membentuk sebuah koralit. Masing-masing koralit biasanya terbungkus oleh dinding theca yang terbuka pada bagian atas yang disebut kalis. Bahan
kerangka penghubung antara koralit disebut konestum (Veron, 1986).
Reproduksi Karang
Kebanyakan karang memiliki kemampuan reproduksi aseksual dan seksual. Secara seksual karang bersifat vivipar dan hermaprodit, namun
ada pula yang cosmopolitan reproductive. Untuk reproduksi aseksual, suatu individu polip induk berkembang dan memulai dengan koloni yang baru.
Hal ini terjadi bila polip induk mencapai ukuran tertentu dan membelah. Proses ini berlaku bagi semua organisme untuk membentuk koloni yang
besar. Bila koloni karang bereproduksi secara aseksual, maka diikuti proses fragmentasi yaitu pelepasan polip dari skeleton. Metode reproduksi ini
dibatasi oleh faktor geografi, bentuk koloni dan perkembangannya (Veron, 2000). Karang melakukan reproduksi aseksual dengan cara fragmentasi.
Hal ini dapat terjadi karena perusakan sebagian koloni akibat faktor fisik, misalnya arus dan gelombang, atau karena faktor biologi, misalnya predator
atau binatang penggali karang yang dapat menyebabkan sebagian koloni karang terpisah dari induk koloni (COREMAP II, 2006).

Fragmentasi sering terjadi pada koloni yang mempunyai kecepatan tumbuh tinggi dan cabang-cabang dari koloni mudah patah oleh gangguan
fisik maupun oleh sebab-sebab biologis. Fragmentasi dari jenis-jenis karang dengan kecepatan tumbuh yang tinggi akan menghasilkan dominasi suatu
jenis pada suatu daerah dan jika terjadi kerusakan maka akan cepat pulih kembali (COREMAP II, 2006). Reproduksi seksual karang dimulai dengan
pembentukan calon gamet sampai terbentuknya gamet matang, proses ini disebut sebagai gametogenesis. Selanjutnya, gamet yang masak dilepaskan
dalam bentuk telur atau planula. Masing-masing jenis karang mempunyai variasi dalam mengeluarkan telur atau planulanya. Karang tertentu
melepaskan telur yang telah dibuahi dan pertumbuhan terjadi di luar (broadcaster). Sebaliknya pada karang yang lain pembuahan terjadi di dalam
induknya, dierami untuk beberapa saat, dan dilepaskan sudah dalam bentuk planula (broader). Planula yang telah dilepaskan akan berenang bebas dan
bila planula mendapatkan tempat yang cocok ia akan menetap di dasar dan berkembang menjadi koloni baru (COREMAP II, 2006).

Bentuk-bentuk Pertumbuhan Karang


Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan. Berbagai jenis bentuk pertumbuhan
karang dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, gelombang dan arus, ketersediaan bahan makanan, sedimen, subareal exposure dan faktor
genetik. Berdasarkan bentuk pertumbuhannya, karang batu terbagi atas karang Acropora dan non-Acropora (English et al., 1994). Perbedaan
Acropora dengan non- Acropora terletak pada struktur skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang disebut axial corallite dan radial corallite,
sedangkan non-Acropora hanya memiliki radial corallite.

Bentuk pertumbuhan karang non-Acropora (Gambar 1) terdiri atas :


1. Bentuk bercabang (branching): memiliki cabang lebih panjang daripada diameter yang dimiliki, banyak terdapat di sepanjang tepi terumbu
dan bagian atas lereng, terutama yang terlindungi atau setengah terbuka. Bersifat banyak memberikan tempat perlindungan bagi ikan dan
avertebrata tertentu.
2. Bentuk padat (massive): dengan ukuran bervariasi serta beberapa bentuk seperti bongkahan batu. Permukaan karang ini halus dan padat,
biasanya ditemukan di sepanjang tepi terumbu karang dan bagian atas lereng terumbu.
3. Bentuk kerak (encrusting): tumbuh menyerupai dasar terumbu dengan permukaan yang kasar dan keras serta berlubang-lubang kecil, banyak
terdapat pada lokasi yang terbuka dan berbatu-batu, terutama mendominasi sepanjang tepi lereng terumbu. Bersifat memberikan tempat
berlindung untuk hewan-hewan kecil yang sebagian tubuhnya tertutup cangkang.
4. Bentuk lembaran (foliose): merupakan lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan atau
melingkar, terutama pada lereng terumbu dan daerah-daerah yang terlindung. Bersifat memberikan perlindungan bagi ikan dan hewan lain.
5. Bentuk jamur (mushroom): berbentuk oval dan tampak`seperti jamur, memiliki banyak tonjolan seperti punggung`bukit beralur dari tepi
hingga pusat mulut.
6. Bentuk submasif (submassive): bentuk kokoh dengan tonjolan-tonjolan atau kolom-kolom kecil.
7. Karang api (Millepora): semua jenis karang yang dapat dikenali karena adanya warna kuning di ujung koloni dan rasa panas seperti terbakar
bila disentuh.
8. Karang biru (Heliopora): dapat dikenali dengan adanya warna biru pada rangkanya.

Bentuk pertumbuhan Acropora (Gambar 2) sebagai berikut :

1. Acropora bentuk cabang (branching Acropora): bentuk bercabang seperti ranting pohon.
2. Acropora meja (tabulate Acropora): bentuk bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti meja. Karang ini ditopang dengan batang yang
berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar.
3. Acropora merayap (encrusting Acropora): bentuk merayap, biasanya terjadi pada Acropora yang belum sempurna.
4. Acropora submasif (submassive Acropora): percabangan bentuk gada/lempeng dan kokoh.
5. Acropora berjari (digitate Acropora): bentuk percabangan rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan.

A. Gambar 1 B. Gambar 2
No : 1
Nama Species : Pocilophora sp.
Jenis Biota : Karang

A. Gambar B. Deskripsi

Pocilophora sp. Karang ini mempunyai sel-sel penyengat yang

disebut knidoblast. Merupakan kelompok hewan yang mempunyai

bentuk medusa dan berbentuk seperti jambangan bunga. Merupakan

karang acropora karena mempunyai radial koralit dan axial koralit.

Polipnya bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae sehingga

member warna pada karang-karang dan dapat mendepositkan zat

kapur. Tersusun atas zat kapur (CaCO3) berfungsi untuk melindungi

polip dari mangsanya. Tipe pertumbuhan koralitnya yaitu placoid

(tiap koralit memiliki dinding masing-masing dan dipisahkan oleh

konestium).
No : 2
Nama Species : Pachyseris rugosa
Jenis Biota : Karang

A. Gambar B. Deskripsi

Pachysetis rugosa, Karang ini mempunyai sel-sel


penyengat yang disebut knidoblast. Merupakan kelompok hewan
yang mempunyai bentuk medusa dan berbentuk seperti
jambangan bunga. Merupakan karang non acropora karena hanya
mempunyai radial koralit dan tidak memiliki axial koralit.
Polipnya bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae sehingga
memberi warna pada karang-karang dan dapat mendepositkan zat
kapur. Tersusun atas zat kapur (CaCO3) berfungsi untuk
melindungi polip dari mangsanya. Tipe pertumbuhan koralitnya
yaitu meandroid (koloni) mempunyai koralit yang membentuk
lembah dan koralit disatukan oleh dinding-dinding yang saling
menyatu dan membentuk alur-alur seperti sungai). Tipe
pertumbuhan koloninya yakni foliose (berbentuk lembaran yang
berukuran kecil hingga sedang.
No : 3
Nama Species : Vavia sp.
Jenis Biota : Karang

A. Gambar B. Deskripsi

Vavia sp. Karang ini mempunyai sel-sel penyengat yang


disebut knidoblast. Merupakan kelompok hewan yang mempunyai
bentuk medusa dan berbentuk seperti jambangan bunga. Merupakan
karang non acropora karena hanya mempunyai radial koralit dan tidak
memiliki axial koralit. Polipnya bersimbiosis mutualisme dengan
zooxanthellae sehingga member warna pada karang-karang dan dapat
mendepositkan zat kapur. Tersusun atas zat kapur (CaCO3) berfungsi
untuk melindungi polip dari mangsanya. Tipe pertumbuhan
koralitnya yaitu cerioid (dinding koralitsaling menyatu dan
membentuk permukaan yang datar). Tipe pertumbuhan koloninya
massive (padat dan berbentuk seperti bongkahan batu).
No : 4
Nama Species : Acropora cervicornis
Jenis Biota : Karang

A. Gambar B. Deskripsi

Acropora carvicornis. Karang ini mempunyai sel-sel


penyengat yang disebut knidoblast. Merupakan kelompok
hewan yang mempunyai bentuk medusa dan berbentuk
seperti jambangan bunga. Merupakan karang acropora karena
mempunyai radial koralit dan memiliki axial koralit. Polipnya
bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae sehingga
member warna pada karang-karang dan dapat mendepositkan
zat kapur. Tersusun atas zat kapur (CaCO3) berfungsi untuk
melindungi polip dari mangsanya. Tipe pertumbuhan
koralitnya yaitu placoid (tiap koralit memiliki dinding masing-
masing dan dipisahkan oleh konestium). Tipe pertumbuhan
koloninya yakni branching (berbentuk bercabang seperti
ranting pohon).
No : 5
Nama Species : Fungia danai
Jenis Biota : Karang

A. Gambar B. Deskripsi

Kedalaman Karang ini umumnya dijumpai hidup pada kedalaman 5-


15 meter, Ciri-ciri : Polip sirkular berdiameter sampai 300 mm dan tidak
mengalami pengapuran yang berat, mempunyai lengkungan bagian tengah
yang kuat. Septa lurus, memiliki gigi yang lebar. Kosta
berkembang sederhana. Umumnya berwarna coklat, kadang-kadang
berwarna bintik coklat. Mirip dengan F. horrida, dan F. corona. Tersebar
dari Perairan Indonesia, Madagaskar, Tanzania, Solomon, Philipina, Papua
New Guinea dan Perairan Australia. Karang ini umumnya banyak hidup di
daerah reef slopes dan goba yang dangkal.
No : 6
Nama Species : Lithophyllon undulatum
Jenis Biota : Karang

A. Gambar B. Deskripsi

Family :Fungiidae
Genus :Lithophyllon
Spesies :Lithophyllon undulatum

Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-


15 meter, Ciri-ciri : Koloni memiliki bentuk laminar yang
datar dengan cuping pada bagian tepi. Tidak ada koralit
sentral. Septo-Kosta tipis. Umumnya berwarna coklat dan
biru. Sepintas karang ini mirip dengan L. lobata. Tersebar dari
perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea, Jepang dan
Australia. Karang ini umumnya banyak hidup di perairan
dangkal dan berarus deras.
No : 7
Nama Species : Acropora grandis
Jenis Biota : Karang

A. Gambar B. Deskripsi

Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-


15 meter. Ciri-ciri yaitu Koloni arborescens. Cabang tebal.
Pada perairan dangkal cabangnya pendek, pada perairan yang
lebih dalam cabangnya lebih terbuka. Radial koralit
ukurannya beragam. Berwarna Coklat tua kemerahan, ujung
cabang lebih muda. Warna lain biru, jingga dan hijau. Karang
ini mirip dengan A. formosa, dan A. nobilis. Terdapat pada
Perairan Indonesia, Philipina, Madagaskar, Solomon,
Australia, Jepang dan Papua New Guinea. Habitat : Lereng
karang bagian atas dan lagun.
No : 8
Nama Species : Acropora macrostoma
Jenis Biota : Karang

A. Gambar B. Deskripsi

Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15


meter. Ciri-ciri yaitu koloni korimbosa yang berbentuk plat
ukuranya bisamencapai 1 meter. Cabang runcing panjangnya
sampai 15 milimeter. Aksia koralit berbentuk pipa. Radial koralit
ukurannya beragam.
Warnanya Abu-abu, merah muda atau biru.
karang ini mirip dengan A. microclados dan A. lamarcki. Distribusi
: Perairan Indonesia, Philipina dan Papua New Guinea. Habitat :
Lereng karang bagian atas.
No : 9
Nama Species : Montipora danae
Jenis Biota : Karang

A. Gambar B. Deskripsi

Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora danae

Dijumpai pada kedalaman 3-15 meter. Ciri-ciri yaitu Koloni


berbentuk plat yang menyerupai kubah. Koralit kecil.
berwarna Coklat muda. Polip berwarna terang.
mirip dengan M. verrucosa, M. verruculosus, dan M. palawanensis.
Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Kep.
Ryukyu-Jepang, Madagaskar, Tanzania, Solomon dan Australia.
Habitat : Lereng karang bagian atas dan lagun.
No : 10
Nama Species : Acropora elseyi
Jenis Biota : Karang

A. Gambar B. Deskripsi

Acropora elseyi merupakan karang yang banyak


dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter. Ciri-ciri yaitu
Koloni menyerupai pohon cemara Kemiringan cabang
beradaptasi dengan lingkungan Aksial dan radial koralit sama,
keduanya kecil dengan dikelilingi dinding yang tebal.
berwarna Kuning atau krem dengan warna cabang lebih muda.
Mirip dengan A. Carduus dan A. longicyathus. Distribusi :
Perairan Indonesia, , Australia, Papua New Guinea dan
Philipina. Habitat : Fringing reefs dan Lereng karang yang
dangkal.

Anda mungkin juga menyukai