Disusun oleh :
Nama : Jowinka Medina Rahmadhani
NIM : 19308141003
Kelas : Biologi B
B. Dasar Teori
D. Cara Kerja
Bagian tubuh obyek diamati mulai dari kepala, dada, dan perut
E. Tabel Pengamatan
2 Kepiting
(Scylla Sp.)
3 Kelabang
(Scolopendra
Sp.)
4 Udang
(Palaemon Sp.)
5 Laba – laba
(Supunna Sp.)
6 Kaki Seribu
(Julus Sp.)
7 Belangkas
(Limulus Sp.)
8 Walang sangit
9 Anggang –
anggang
10 Lebah
11 Tawon
12 Lalat
13 Nyamuk
14 Laron
15 Rayap
16 Ampal
17 Kecoa
18 Jangkrik
19 Kepik emas
20 Kumbang koksi
21 Semut merah
22 Semut hitam
23 Semut hitam
besar
24 Belalang daun
25 Belalang
sembah
26 Belalang kayu
27 Undur-undur
28 Capung biasa
29 Capung jarum
30 Kupu – kupu
31 Ngengat
F. Pembahasan
Praktikum yang berjudul “Struktur Tubuh dan Peran Arthropoda”
dilaksanakan dua kali yaitu tepatnya tanggal 9 Maret 2020 melakukan praktikum
Arthropoda non insecta dan tanggal 16 Maret 2020 praktikum Arthropoda Insecta.
Praktikum pada kali ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengenal ciri umum
Arthropoda, dapat mengelompokkan contoh-contoh hewan Arthropoda ke dalam
kelompok – kelompok yang lebih kecil, dan memahami peran Arthropoda dalam
kehidupan manusia.
1. Kalajengking (Pandinus Sp.)
Menurut (Kastawi, 2005) Kelabang atau lipan adalah hewan metamerik yang
memiliki sepasang kaki disetiap ruas tubuhnya. Kelabang memiliki kaki yang
berjumlah banyak dan memiliki dua pasang antena pada bagian kepala dan juga
belakang tubuhnya. Kelabang juga memiliki segmen – segmen yang panjang shingga
menyerupai kaki seribu. Pada bagian depan terdapat sepasang cakar yang berfungsi
untuk melumpuhkan mangsanya dan juga sebagai alat pertahanan diri. Lipan mudah
ditemukan di daerah seperti di bagian daun-daun mati, batu, gua, dan hutan. Hewan
ini termasuk hewan yang aktif pada malam hari.
Klasifikasi :
Belangkas masuk dalam kelas Merostomata. Hidup di laut paling dalam. Dan
makanan utamanya adalah kerang – kerang kecil.
Belangkas adalah hewan nokturnal yang berarti mereka aktif di malam hari,
khususnya bulan purnama. Darah belangkas dapat berfungsi untuk mensterilkan
produk medis dan farmasi karena dalam darahnya mengandung Limulus Amebocyte
Lystae (LAL) yang dapat mendeteksi endotoksin pada darah manusia dan menguji
obat bahwa bebas bakteri patogen sebelum dikonsumsi oleh manusia.
8. Walang Sangit
(Bruno,-)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hemiptera
Berdasarkan gambar literatur dapat terlihat bahwa walang sangit berbentuk
ramping, berukuran panjang, dan berwarna coklat. Morfologi walang sangitjantan dan
betina memiliki perbedaan dimana ujung ekor (abdomen) walang sangit jantan terlihat
agak bulat atau terlihat seperti “kepala ulat” sedangkan walang sangit betina lancip
dan lebih besar daripada walang sangit jantan.
Walang sangit merupakan hama utama dari kelompok kepik (Hemiptera) yang
merusak tanaman padi di Indonesia. Hama ini merusak dengan cara mengisap bulir
padi stadia matang susu sehingga bulir menjadi hampa. Serangan berat dapat
menurunkan produksi hingga tidak dapat dipanen. Hama ini juga memiliki
kemampuan penyebaran yang tinggi, sehingga mampu berpindah ke tanaman padi
lain yang mulai memasuki stadia matang susu, akibatnya sebaran serangan akan
semakin luas. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna,
mengapur dan gabah menjadi hampa. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap
butiran gabah yang sedang mengisi.
9. Anggang – anggang
(Lilies, C. 1991)
Klasifikasi anggang – anggang menurut (Myers dkk, 2020) :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthopoda
Class : Insecta
Order : Hemiptera
Anggang – anggang masuk dalam ordo Hemiptera yaitu hewan yang memiliki
ciri khas utama struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum. Secara fisik seluruh
permukaan tubuh Anggang – anggang dilapisi oleh rambut - rambut halus yang
hidrofobik. Rambut ini berfungsi untuk mencegah percikan atau tetesan air pada
tubuhnya. Tubuh anggang-anggang terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, thorax,
dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat beberapa organ luar seperti sepasang
antena dengan empat segmen pada setiap antenanya. Keempat segmen tersebut
biasanya tidak lebih dari panjang kepala anggang - anggang, sepasang mata majemuk
(mata faset), kadang-kadang ditemukan juga mata tunggal (ocellus), dan mulut.
Bagian Abdomen ada Sebelas segmen, pada bagian perut ini terdapat spirakel, yaitu
lubang pernapasan yang menuju tabung trakea (Voshell, 2002)
10. Lebah
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hymenoptera
Lebah termasuk hewan serangga bersayap. Tubuh lebah beruas – ruas dan ruas
tersebut saling berhubungan yang disebut dengan segmen. Tubuh lebah terdiri dari
tiga bagian utama, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen). Seperti
halnya insekta lebah tidak mempunyai kerangka internal tempat otot bertaut, tetapi
sebagai penggantinya adalah penutup tubuh eksternal yang mengandung Chitin dan
menutupi organ dalam.
Salah satu syarat hidup lebah adalah adanya tanaman. Secara umum lebah bisa
hidup di seluruh belahan bumi, kecuali di daerah kutub. Hal ini disebabkan di daerah
kutub tidak ada tanaman yang menjadi sumber pakan lebah. Di daerah tropis lebah
dapat berkembang biak dengan baik dan produktif sepanjang tahun karena tumbuhan
sebagai sumber pakan tersedia terus. Di daerah sub tropis lebah tidak produktif pada
musim dingin. Lebah hidup dalam suatu keluarga besar yang disebut koloni, yang
berdiam dalam satu sarang lebah.
Komponen utama dari kepala lebah yaitu mata, antena, dan mulut. Mata
dibedakan menjadi dua, yaitu mata majemuk (compound eye) yang terletak di kedua
sisi kepala dan mata sederhana (ocelli) di bagian dahi yang letaknya membentuk
segitiga. Mulut terdiri dari bagian pemotong benda keras (mandibula) proboscis yang
berupa belalai. Fungsi proboscis untuk menghisap bahan cair seperti air, nektar dan
madu. Sepasang atena yang terdapat di kepala berfungsi sebagai alat peraba yang
responsif terhadap rangsangan mekanis dan juga kimiawi. Setiap segmen perut terdiri
dari dua lembaran, yaitu atas dan bawah. Lembaran atas (tergum) lebih besar dari
lembaran bawah (sternum). Setiap bagian tepi ruas atau segmen perut saling menutupi
satu sama lain dan dihubungkan dengan membran tipis yang melipat sehingga dapat
dikembang kempiskan. Setiap perpanjangan sterna menutupi dua ruangan bentuk oval
yang di dalamnya terdapat kelenjar malam (waz glands). Pada bagian atas (tragum),
segmen terakhir terdapat kelenjar bau (sent gland), yaitu nassanov's gland (APIARI,
2003).
11. Tawon
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hymenoptera
Tawon merupakan jenis serangga yang bisa terbang. Tawon memiliki 3 bagian
pada tubuhnya yaitu kepala, thorax, dan abdomen, mempunyai sepasang mata
majemuk, bagian pinggangnya ramping sehingga tubuhnya dapat menekuk dengan
mudah. Tawon mengandung besi gelap dengan tanda warna hitam pada bagian thorax.
Tawon mempunyai sengat di bagian ekornya atau yang disebut ekor penyengat. Dan,
hanya tawon betina sajalah yang mempunyai ekor penyengat sedangkan tawon jantan
tidak. Tawon dapat menyengat berulang kali karena sengatnya tidak bergigi sehingga
pada saat menyengat tawon tidak khawatir jika sengatnya tidak dapat dicabut (Buck,
2008)
Sebagian besar tawon hidup sebagai herbivora yaitu hewan yang memakan
tumbuhan semisal buah dan nektar. Namun, pada saat masih larva dia sebagai
karnivora yaitu pemakan hewan lainnya semisal larva serangga, dan kutu daun.
Tawon berbeda dengan lebah karena ia tidak memberi makan anaknya madu, tetapi
serangga ataupun kutu daun.
12. Lalat
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Lalat mempunyai tiga bagian tubuh, yaitu kepala (Caput), dada (torak), dan
perut (abdomen). Lalat juga mempunyai tiga pasang tungkai yang muncul dari ruas-
ruas toraknya Lalat hanya mempunyai dua buah sayap. Sayap yang berkembang
adalah sayap bagian depan, dan sayap belakang mengecil dan berubah bentuk menjadi
alat keseimbangan yang disebut halter. Kepala (caput) lalat buah berbentuk bulat agak
lonjong, dan merupakan tempat melekat antena dengan tiga ruas. Warna pada ruas-
ruas antena merupakan salah satu ciri khas spesies lalat.
Lalat dapat berperan sebagai vektor penyakit secara mekanis karena memiliki
bulu-bulu halus disekujur tubuhnya dan suka berpindah-pindah dari suatu makanan
(biasanya bahan organik yang membusuk ataupun kotoran) ke makanan lain, untuk
makan dan bertelur (Levine, 1990). Lalat dapat menyebarkan sejumlah penyakit pada
manusia melalui beberapa cara, yaitu melalui kaki, bulu-bulu halus dan bagian mulut
karena mempunyai kebiasaan regurgitasi (memuntahkan) kembali makanan yang
telah dimakan. Dapat disimpulkan bahwa penularan penyakit oleh lalat dapat terjadi
melalui setiap bagian tubuhnya. Lalat menyukai daerah mata dan daerah di sekitarnya
sehingga ia mudah. menularkan trachoma dan konjungtivitis. Lalat juga senang
memasuki rumah-rumah dan hinggap di alat-alat makan. Sebelum makan ia selalu
memuntahkan cairan dari mulutnya dan mengencerkan makanannya, sesudah makan
ia selalu buang air besar. Sifat-sifat lalat tersebut menjadikan artropoda ini sebagai
vektor penular utama penyakit-penyakit infeksi alat pencernaan misalnya penyakit-
penyakit amubiasis, penyakit-penyakit bakteri usus, cacing usus, dan infeksi virus.
13. Nyamuk
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Nyamuk memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki panjang dan
merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada Ordo
Diptera. Nyamuk dewasa berbeda dari Ordo Diptera lainnya karena nyamuk memiliki
proboscis yang panjang dan sisik pada bagian tepi dan vena sayapnya. Tubuh nyamuk
terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Nyamuk jantan berukuran lebih
kecil daripada nyamuk betina (O’connor, 1999).
Ukuran tubuh nyamuk jantan lebih kecil dibandingkan nyamuk betina.
Pada bagian kepala (caput) terdapat proboscis, palpus, dan antena. Proboscis
merupakan bagian mulut yang termodifikasi untuk menusuk. Proboscis pada nyamuk
betina mempunyai bentuk yang lebih panjang dan tajam jika dibandingkan dengan
nyamuk jantan karena berguna untuk
menusuk dan menghisap darah. Nyamuk betina menghisap darah untuk memenuhi
kebutuhan protein untuk pembentukan dan pematangan telurnya. Palpu merupakan
bagian tubuh nyamuk yang terletak di antara antena dan proboscis berfungsi untuk
mendeteksi tingkat kelembaban dan karbondioksida. Sedangkan sepasang antena pada
nyamuk berbentuk filiform panjang dan terdiri atas 15 segmen (Lestari et al., 2010).
Antena pada nyamuk jantan terdapat bulu yang tebal yang disebut plumose sedangkan
pada nyamuk betina yang jumlah bulu lebih sedikit disebut pilose. Pada bagian antena
ini juga bisa digunakan sebagai kunci untuk membedakan jenis kelamin pada nyamuk
dewasa, karena antena nyamuk jantan lebih tebal daripada nyamuk betina (Borror et
al., 1992).
Nyamuk adalah ektoparasit penganggu yang dapat merugikan kesehatan
manusia maupun hewan. Nyamuk berperan sebagai vektor beberapa penyakit
seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Malaria, dan Filariasis.
14. Laron
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Isoptera
Laron termasuk ke dalam order isoptera yang mana memiliki tubuh lunak,
memiliki dua sayap tipis. Toraks berhubungan langsung dengan abdomen yang
ukuran lebih nbesar. Laron merupakan serangga sosial. Mengalami metamorfosis
tidak sempurna. Tipe mulutya pengunyah, dan cara hidupnya membentuk koloni
dengan sistemnnn pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme (Ismantoro,
2005)
15. Rayap
Rayap adalah serangga yang berada dalam ordo isoptera. Ordo ini berasal dari
kata “iso: sama” dan “ptera: sayap” artinya serangga yang memiliki sayap yang sama,
baik dilihat dari ukuran dan bentuk pada kedua pasang sayapnya, yaitu sayap anterior
dan sayap posterior. Tubuh rayap, seperti pada umumnya tubuh serangga, ditutupi
oleh suatu lapisan tipis epitikula yang tersusun dari lilin (parafin). Lapisan ini
berfungsi untuk mencegah rayap dari kekeringan, menjaga kelembaban, dan
mencegah infeksi oleh organisme lain. Tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu kepala,
dada (toraks), dan abdomen. Setiap bagian memiliki ruas yang jelas kecuali pada
bagian kepala. (Krishna, 1969).
16. Ampal
Tubuh ampal terdiri dari bagian kepala, thorax, dan abdomen. Pada bagian
kepala dari hewan ini terdapat mata majemuk, sepasang antena yang mana bertipe
serrata dan juga mulut,
tipemulut dari ampal ini yaitu pengunyah. Sedangkan pada bagian thorax dan bagiana
bdomen terlihat terdapat beberapa segmen yang ada pada bagian abdomennya.Hewan
ini memiliki sepasang sayap yang mana sayap ini terlihat keras pada bagian luarnya. P
ada hewan jantan memilki organ penjepit yang terletak di ujung posterior abdomen
dan organ tersebut menyerupai organ penyengat pada kalajengking.
Ampal ditemukan di pohon - pohon serta hidup bebas. Tubuhnya kokoh, oval
atau memanjang, elytra tidak kasar. Beragam dalam ukuran dan warna, tetapi
umumnya berwarna abu - abu kehitaman.
17. Kecoa
Kecoa memiliki 3 bagian tubuh utama yaitu caput (kepala), thorax (dada) dan
abdomen (perut). Pada segmen thorak terdapat 3 pasang kaki dengan tipe alat kaki
yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama dimana tipe alat kaki seperti ini
digunakan untuk berlari sedangkan tipe mulut kecoa adalah menggigit dan
mengunyah. Kecoa memiliki 3 bagian tubuh utama yang terdiri dari :
1) Caput (Kepala)
Pada bagian kepala terdapat mulut yang digunakan untuk mengunyah, terdapat
sepasang mata majemuk yang dapat membedakan gelap dan terang. Di kepala
terdapat sepasang antena yang panjang alat indra yang dapat mendeteksi bau-bauan
dan vibrasi di udara. Dalam keadaan istirahat kepalanya ditundukkan kebawah
pronotum yang berbentuk seperti perisai.
2) Thorax (Dada)
Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki dan sepasang sayap yang dapat
menyebabkan kecoa bisa terbang dan berlari dengan cepat. Terdapat struktur seperti
lempengan besar yang berfungsi menutupi dasar kepala dan sayap, dibelakang kepala
isebut pronotum
3) Abdomen (Perut)
Badan atau perut kecoa merupakan bangunan dan sistem reproduksi, kecoa
akan mengandung telur-telurnya sampai telur-telurnya siap untuk menetas. Dari ujung
abdomen terdapat sepasang cerci yang berperan sebagai alat indra. Cerci berhubungan
langsung dengan kaki melalui ganglia saraf abdomen (otak sekunder) yang paling
penting dalam adaptasi pertahanan. Apabila kecoa merasakan adanya gangguan pada
cerci maka kakinya akan bergerak lari sebelum otak menerima tanda atau sinyal
(Rokhmah, 2016).
18. Jangkrik
Jangkrik merupakan serangga atau insekta berukuran kecil sampai besar yang
berkerabat dekat dengan belalang dan kecoa karena diklasifikasikan ke dalam ordo
Orthoptera. Jangkrik juga merupakan hewan yang aktif pada malam hari dan berdarah
dingin.
Klasifikasi
Kumbang koksi adalah salah satu serangga dari ordo Coleoptera. Kumbang
koksi mempunyai ciri khas pada sayap berwana merah dengan garis dan bercak hitam
yang bervariasi. Tubuhnya berbentuk bulat dengan sayap keras di punggungnya yang
disebut dengan elitra. Elitra berwarna oranye ditambah dengan pola seperti totol-totol
berwarna hitam yang bervariasi pada tiap individu. Elitra pada kembang koksi terlihat
kusam tidak mengkilat (Trisnadi, 2010). Fungsi elitra adalah sebagai pelindung sayap
belakang. Sayap belakangnya berwarna bening dan dilipat di bawah sayap depan. Saat
terbang, E.admirabilis mengepakkan sayap belakangnya secara cepat, sementara
sayap depan direntangkan untuk menambah daya angkat. Antena pada kumbang koksi
yang membantu bau rasa, dan sekitar area jelajahnya. kembang koksi tidak dapat
melihat hanya bisa mencium bau untuk menemukan makanannya dan merasakan
mangsanya.
Kumbang koksi memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat
membungkuk ke bawah. Posisi kepala seperti ini membantu saat makan hewan-hewan
kecil seperti kutu daun. Pada kakinya terdapat rambut-rambut halus berukuran
mikroskopis yang ujungnya seperti sendok. Rambut ini menghasilkan cairan yang
lengket, sehingga kumbang koksi bisa berjalan dan menempel di tempat-tempat licin
seperti pada kaca atau langit-langit.
Terdapat tiga bagian pada tubuh semut merah, yaitu: kepala, mesosoma
(dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut api (merah) cukup jelas dibandingkan
dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian
perut yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) di
antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang
kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau
dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa
terwujud).
Tubuh semut api memiliki eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan
perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot. Menurut Tarumingkeng
(2001) bahwa, semut api memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama
spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. Pada kepala semut api
terdapat banyak organ sensor. Semut api memiliki mata majemuk yang terdiri dari
kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk mendeteksi gerakan
dengan sangat baik. Mereka juga punya tiga oselus di bagian puncak kepalanya untuk
mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi. Semut api umumnya memiliki
penglihatan yang buruk, bahkan ada yang buta. Pada kepalanya juga terdapat
sepasang antena yang membantu semut api mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena
ini juga digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi feromon yang
dikeluarkan. Selain itu, antena semut api juga berguna sebagai alat peraba untuk
mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian depan kepala juga
terdapat sepasang rahang atau mandibula yang digunakan untuk membawa makanan,
memanipulasi objek, membangun sarang, dan untuk pertahanan.
Di bagian dada semut api terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap
kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak
pada permukaan. Semut disebut dengan serangga sosial karena kehidupannya yang
sangat suka bergotong royong, hidup bersama-sama seperti halnya dalam
bermasyarakat dan saling membantu satu sama lain. Koloni semut akan membantu
semut yang lainnya jika diserang oleh para musuh dengan beramai-ramai untuk
menyerang lawan (Srimawab, 1997).
Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan
metasoma (perut). Tubuh semut, seperti serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau
kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya
otot. Pada kepala semut terdapat banyak organ sensor. Semut, layaknya serangga
lainnya, memiliki mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih
kecil an tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya
tiga oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan
polarisasi.
Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya
terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada
permukaan. Sebagian besar semut jantan dan betina calon ratu memiliki sayap. Semut
disebut dengan serangga sosial karena kehidupannya yang sangat suka bergotong
royong, hidup bersama-sama seperti halnya dalam bermasyarakat dan saling
membantu satu sama lain. Koloni semut akan membantu semut yang lainnya jika
diserang oleh para musuh dengan beramai-ramai untuk menyerang lawan (Srimawab,
1997).
Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya
terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada
permukaan. Sebagian besar semut jantan dan betina calon ratu memiliki sayap. Semut
disebut dengan serangga sosial karena kehidupannya yang sangat suka bergotong
royong, hidup bersama-sama seperti halnya dalam bermasyarakat dan saling
membantu satu sama lain. Koloni semut akan membantu semut yang lainnya jika
diserang oleh para musuh dengan beramai-ramai untuk menyerang lawan (Srimawab,
1997).
Belalang ini disebut juga belalang daun karena bentuk dan warnanya seperti
daun hingga sulit dikenali jika berada diantara daun – daun. Tubuh belalang terdiri
dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga
memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang
panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan
untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat
pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat
sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa
prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara
fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Belalang bernafas dengan trakea
(Pracaya, 2008).
Belalang mempunyai 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang
termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton). Contoh lain hewan
dengan exoskeleton adalah kepiting dan lobster. Belalang betina dewasa berukuran
lebih besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang
jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram.
Sebagian besar belalang daun aktif di malam hari. Tetapi ada juga beberapa
spesies yang sudah jalan-jalan di siang hari. Pejantan menarik perhatian betina dengan
membunyikan suara dan melakukan perkawinan pada malam hari. Betina yang
bertelur akan meletakkan telurnya pada tanah atau tanaman menggunakan ovipositor.
Salah satu keunikan dari belalang sembah ini adalah pandai menyamar.
Penyamaran ini dilakukan untuk menghidari predator atau pada saat mencari mangsa.
Ketika belalang sembah masih muda, belalang sembah bunga akan menyerupai
kumbang pembunuh yang mempunyai gigitan yang sangat sakit. Penyamaran ini akan
menyelamatkan anak-anaknya daripada pemangsa (Sureshan, 2009).
Belalang kayu ini memiliki bentuk tubuh yang terdiri dari 3 bagian utama,
yaitu kepala, dada ( thorak ) dan perut ( abdomen ). Belalang kayu juga memiliki 6
kaki yang bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki bagian belakang panjang yang
digunakan untuk melompat dengan jauh dan tinggi, sedangkan kaki bagian depan
pendek digunakan untuk berjalan.
Belalang kayu juga memiliki 5 mata ( 2 compound eye dan 3 ecelli ). Belalang
kayu ini termasuk hewan serangga yang bernafas menggunakan trakea, dan masuk
kedalam kelompok hewa berkerangka luas ( exoskeleton ). Belalang kayu dewasa
betina memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan belalang jantan dewasa yaitu
berkisar 58-71 mm sedangkan belalang jantan dewasa berkisar 49-63 mm dengan
berat tubuh rata - rata mencapai 2-3 gram.
Capung termasuk dalam kelompok insekta atau serangga yang memiliki ciri-
ciri terdiri atas tiga bagian yaitu: kepala (caput), dada (toraks), dan perut (abdomen).
Kepala capung relatif besar dibanding tubuhnya, bentuknya membulat/memanjang ke
samping dengan bagian belakang berlekuk ke dalam. Bagian yang sangat menyolok
pada kepala adalah sepasang mata majemuk yang besar yang terdiri dari banyak mata
kecil yang disebut ommatidium. Di antara kedua mata majemuk tersebut terdapat
sepasang antena pendek, halus seperti benang (Aswari, 2003).
Mulut capung berkembang sesuai dengan fungsinya sebagai pemangsa, bagian
depan terdapat labrum (bibir depan), di belakang labrum terdapat sepasang mandibula
(rahang) yang kuat untuk merobek badan mangsanya. Di belakang mandibula terdapat
sepasang maksila yang berguna untuk membantu pekerjaan mandibula, dan bagian
mulut yang paling belakang adalah labium yang menjadi bibir belakang.
Bagian dada (toraks) terdiri dari tiga ruas adalah protoraks, mesotoraks, dan
metatoraks, masing-masing mendukung satu pasang kaki. Menurut fungsinya kaki
capung termasuk dalam tipe kaki raptorial yaitu kaki yang dipergunakan untuk berdiri
dan menangkap mangsanya. Abdomen terdiri dari beberapa ruas, ramping dan
memanjang seperti ekor atau agak melebar. Ujungnya dilengkapi tambahan seperti
umbai yang dapat digerakkan dengan variasi bentuk tergantung jenisnya (Watson et
all., 1991)
Capung termasuk dalam kelompok insekta atau serangga yang memiliki ciri-
ciri terdiri atas tiga bagian yaitu: kepala (caput), dada (toraks), dan perut (abdomen).
Kepala capung relatif besar dibanding tubuhnya, bentuknya membulat/memanjang ke
samping dengan bagian belakang berlekuk ke dalam. Bagian yang sangat mencolok
pada kepala adalah sepasang mata majemuk yang besar terdiri dari banyak mata kecil
yang disebut ommatidium. Di antara kedua mata majemuk tersebut terdapat sepasang
antena pendek, halus seperti benang (Patty, 2006:11).
Bagian dada (toraks) terdiri dari tiga ruas adalah protoraks, mesotoraks, dan
metatoraks, masing-masing mendukung satu pasang kaki. Menurut fungsinya kaki
capung termasuk dalam tipe kaki raptorial yaitu kaki yang dipergunakan untuk berdiri
dan menangkap mangsanya. Abdomen terdiri dari beberapa ruas, ramping dan
memanjang seperti ekor atau agak melebar.
Capung juga bergantung pada habitat perairan seperti sawah, sungai, kolam,
dan rawa, karena tempat tersebut dijadikan sebagai tempat berkembang biak dan
memperoleh makanan. Dalam ekosistem pada habitat sawah maupun sungai dan
rawa-rawa, capung juga berfungsi sebagai serangga predator baik dalam bentuk nimfa
maupun dewasa, capung memangsa berbagai jenis serangga serta organisme lain
termasuk serangga lain dan hama tanaman yang bersifat merugikan (Saputri,dkk.
2013:12).
Kupu – kupu memiliki tubuh yang terdiri dari 3 bagian yaitu kepala (cephal),
dada (thorax), dan perut (abdomen). Peran menguntungkan dari kupu – kupu yaitu
sebagai polinatir yang membantu dalam proses penyerbukan, pemakan bahan organik
dan sebagai bahan penelitian. Sedangkan peran merugikan kupu – kupu yaitu ketika
kupu -kupu masih berada dalam fase larva yang cenderung menjadi hama karena
dapat merusak tanaman dengan memakan bagian daunnya (Jurnas, 2000).
31. Ngengat
G. Kesimpulan
H. Diskusi
I. Daftar Pustaka
Agung, M. 2007. Penelusuran Efektivitas Beberapa Bahan Alam Sebagai Kandidat
Antibakteri Dalam Mengatasi Penyakit Vibriosisis Pada Udang Windu. Jatinangor :
Makalah Kajian Kepustakaan UNPAD
APIARI, 2003. Lebah madu, cara beternak & pemanfaatan. Cet 1. Jakarta: Penebar Swadaya.