Anda di halaman 1dari 390

BIOSISTEMATIKA HEWAN

BOOK OF AVES
Disusun Oleh
Pendidikan Biologi B
2018
TERIMA KASIH

Biofera
Pendidikan Biologi B 2018

Semangat Ujiannya!!!
-BIOSISTEMATIKA HEWAN-
HANDBOOK

AVES

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biosistematika Hewan

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Fransisca Sudargo, M.Pd.

Prof. Dr. Yayan Sajaya, M.Si.

Dr. Hernawati, S.Pt., M.Si.

Disusun Oleh:

Pendidikan Biologi B 2018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2020

BIOSISTEMATIKA HEWAN 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
ORDO STRUTHIONIFORMES .................................................................................. 3
ORDO RHEIFORMES ................................................................................................. 9
ORDO CASUARIFORMES ......................................................................................... 17
ORDO APTERYGIFORMES ...................................................................................... 39
ORDO GALIFORMES ................................................................................................. 52
ORDO GRUIFORMES ................................................................................................ 64
ORDO GAVIIFORMES ............................................................................................... 90
ORDO PODICIPEDIFORMES ................................................................................... 109
ORDO CHARADRIIFORMES .................................................................................... 131
ORDO CICONIFORMES ............................................................................................ 152
ORDO ANSERIFORMES ............................................................................................ 172
ORDO PRICELARIFORMES ..................................................................................... 198
ORDO PELECANIFORMES ....................................................................................... 214
ORDO SPHENICIFORMES ........................................................................................ 225
ORDO FALCONIFORMES ......................................................................................... 232
ORDO ACCIPITRIFORMES ...................................................................................... 242
ORDO STRIGIFORMES ............................................................................................. 254
ORDO COLUMBIFORMES ........................................................................................ 266
ORDO PSITTACIFORMES ........................................................................................ 276
ORDO CUCULIFORMES ........................................................................................... 283
ORDO COLIIFORMES ............................................................................................... 289
ORDO CORACIIFORMES ......................................................................................... 294
ORDO TROGONIFORMES ........................................................................................ 303
ORDO PICIFORMES .................................................................................................. 309
ORDO APODIFORMES .............................................................................................. 314
ORDO CAPRIMULGIFORMES ................................................................................. 320
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... 325
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 364

BIOSISTEMATIKA HEWAN 2
1. ORDO STRUTHIONIFORMES

Deskripsi Umum Ordo Struthioniformes


Saat ini burung unta hanya ditemukan secara alami di alam liar di Afrika, di
mana mereka terjadi di berbagai habitat kering dan semi-kering seperti sabana dan
Sahel, baik utara dan selatan zona hutan khatulistiwa. Burung unta Somalia terjadi
di Tanduk Afrika, setelah berevolusi terisolasi dari burung unta biasa oleh
penghalang geografis Rift Afrika Timur.
Di beberapa daerah, subspesies Masai burung unta biasa terjadi di samping
burung unta Somalia, tetapi mereka dijauhkan dari kawin silang oleh perbedaan
perilaku dan ekologi. Burung unta Arab di Asia Kecil dan Arab diburu hingga
punah pada pertengahan abad ke-20, dan di Israel upaya untuk memperkenalkan
burung unta Afrika Utara untuk mengisi peran ekologisnya telah gagal. Burung
unta yang lolos di Australia telah membentuk populasi liar.

Deskripsi Khusus Ordo struthioniformes


1. Sayap cukup berkemang dan memiliki 12 primaries
2. Kaki terdiri terdiri 2 jari dan memiliki kuku.
3. Memiliki ekor
4. Banyak tersebar di afrika dan hewan ini pelari yang sangat handal.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 3
Contoh Spesies
Struthio camelus
Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Struthioniformes
Familia : Struthionidae
Genus : Struthio
Spesies : Struthio camelus

Gambar 1.1 Struthio camelus


(dkfindout, 2020)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 4
Deskripsi Umum
Burung unta (Struthio camelus), adalah spesies burung besar yang tidak dapat
terbang, yang berasal dari daerah besar tertentu di Afrika. Ini adalah salah satu dari
dua spesies burung unta yang masih ada, satu-satunya anggota genus Struthio yang
hidup dalam urutan burung. Yang lainnya adalah burung unta Somalia (Struthio
molybdophanes), yang diakui sebagai spesies berbeda oleh BirdLife International
pada tahun 2014 yang sebelumnya dianggap sebagai subspesies burung unta yang
sangat khas.
Burung unta biasanya memiliki berat 63 hingga 145 kilogram (139–320 lb), atau
sebanyak dua manusia dewasa.
Burung unta Masai dari Afrika Timur (S. c. Massicus) rata-rata 115 kg (254 lb)
pada pria dan 100 kg (220 lb) pada wanita, sedangkan subspesies yang dicalonkan,
burung unta Afrika Utara (S. c. Camelus), adalah ditemukan rata-rata 111 kg (245
lb) pada orang dewasa yang tidak diekseksi. Burung unta jantan luar biasa (dalam
subspesies yang dinominasikan) dapat memiliki berat hingga 156,8 kg (346 lb).
Pada saat kematangan seksual (dua hingga empat tahun), burung unta jantan dapat
mencapai tinggi 2,1 hingga 2,8 m (6 kaki 11 hingga 9 kaki 2), sementara burung
unta biasa betina berkisar antara 1,7 hingga 2,0 m (5 kaki 7 hingga setinggi 6 kaki
7 in. Anak baru berwarna coklat kekuningan, dengan bintik-bintik cokelat gelap.
Selama tahun pertama kehidupan, anak ayam tumbuh sekitar 25 cm (9,8 in) per
bulan. Pada usia satu tahun, burung unta biasa memiliki berat sekitar 45 kilogram
(99 lb). Umur mereka hingga 40-45 tahun.
Deskripsi Khusus
Memiliki ekor walau tidak terlalu jelas.
Habitat
burung unta biasa hidup di wilayah padang savanna di benua bagian Africa.
Persebaran
Burung unta biasa dulunya menduduki Afrika di utara dan selatan Sahara,
Afrika Timur, Afrika di selatan sabuk hutan hujan, dan sebagian besar Asia Kecil.
Saat ini burung unta biasa lebih menyukai tanah terbuka dan merupakan tanaman
asli dari sabana dan Sahel Afrika, baik utara maupun selatan zona hutan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 5
khatulistiwa. Di Afrika barat daya mereka menghuni semi-gurun atau gurun sejati.
Burung unta biasa yang diternakkan di Australia telah membentuk populasi liar.

Gambar 1.2 Struthio camelus


(Britannica.tanpa tahun)
Makanan
Mereka terutama memakan biji, semak, rumput, buah dan bunga; kadang-
kadang mereka juga memakan serangga seperti belalang. Karena tidak memiliki
gigi, mereka menelan kerikil yang bertindak sebagai gastrolit untuk menggiling
makanan di dalam ampela. Saat makan, mereka akan mengisi kerongkongan
mereka dengan makanan, yang pada gilirannya diturunkan ke kerongkongan
mereka dalam bentuk bola yang disebut bolus. Bolus mungkin sebanyak 210 ml
(7,1 US fl oz). Setelah melewati leher (tidak ada tanaman) makanan memasuki
ampela dan dikerjakan oleh kerikil yang disebutkan di atas. Gizzard dapat
menampung sebanyak 1.300 g (46 oz), yang hingga 45% mungkin berupa pasir dan
kerikil.
Tingkat Kepunahan
Menurut IUCN, terdaftar bahwa status burung ini masih least concern atau
masih bisa sering di jumpai di alam liar.(least concern). Dan masih tersebar di
beberapa negara seperti Algeria; Angola; Botswana; Burkina Faso; Cameroon;
Central African Republic; Chad; Djibouti; Egypt; Eritrea; Ethiopia; Kenya; Mali;
Mauritania; Mozambique; Namibia; Niger; Nigeria; Senegal; South Africa; South
Sudan; Sudan; Tanzania, United Republic of; Uganda; Zambia; Zimbabwe dan
sudah punah di wilayah Libya.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 6
Struthio molybdophanes
Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Struthioniformes
Familia : Struthionidae
Genus : Struthio
Spesies : Struthio molybdophanes

Gambar 1.3 Struthio molybdophanes


(Wikipedia, 2016)
Deskripsi umum
Burung Unta Somalia, hingga 2014, sebelumnya dianggap sebagai subspesies
Burung Unta Biasa, Stuthio camelus , yang menyimpang dari semua spesies burung
lainnya 72,8 juta tahun yang lalu, selama periode Kapur. Spesies ini adalah
burung besar yang tidak bisa terbang, dengan jantan mencapai 275cm! Hal ini
membuat spesies ini menjadi bagian dari salah satu genera paling awal yang
menyimpang dari kelas Aves (burung), yang menyimpang dari semua spesies
hewan lainnya 113 juta tahun yang lalu. Bukti molekuler menunjukkan bahwa Rift
Afrika Timur telah menjadi penghalang untuk mengisolasi takson dari burung unta
biasa, membuat mereka berbeda secara genetik. DNA mitokondria dari genus ini
menunjukkan bahwa burung unta Somalia secara filogenetis adalah yang paling
berbeda dari semua spesies burung unta. Penurunan nyata pada spesies ini
disebabkan oleh perburuan telur, yang digunakan sebagai ornamen, wadah air,
simbol atau alat pelindung di gereja. Burung juga ditembak untuk makanan dan
kulit dan juga dikejar sampai mati oleh pengemudi. Kehilangan dan degradasi

BIOSISTEMATIKA HEWAN 7
habitat juga merupakan ancaman lebih lanjut. Tidak ada tindakan konservasi dan
saat ini ada.
Deskripsi khusus
Meskipun umumnya mirip dengan burung unta lainnya, kulit leher dan paha
burung unta Somalia berwarna biru (bukan merah muda), menjadi biru cerah pada
jantan selama musim kawin. Leher tidak memiliki cincin putih luas khas, dan bulu
ekor berwarna putih. Betina sedikit lebih besar dari jantan dan lebih coklat di bulu
daripada burung unta betina lainnya.
Habitat
Spesies ini sering ditemukan sendirian atau berpasangan di berbagai habitat
termasuk padang rumput semi-kering dan kering, semak berduri lebat dan hutan.
Mereka sebagian besar memberi makan dengan menjelajah.
Persebaran
Spesies ini ditemukan di Afrika timur laut, dengan jangkauannya yang tumpang
tindih antara Ethiopia, Somalia, Djibouti dan Kenya.
Makanan
Terutama herbivora, mengambil rumput, biji dan daun; tanaman sekulen
sangat penting di daerah kering, dan juga makan hewan serangga.
Tingkat kepunahan
Sebuah laporan kepada IUCN pada tahun 2006 menunjukkan bahwa burung
unta Somalia adalah hal biasa di wilayah tengah dan selatan Somalia pada tahun
1970-an dan 1980-an. Namun, setelah disintegrasi politik negara itu dan kurangnya
konservasi satwa liar yang efektif, jumlah dan jumlahnya di sana telah menyusut
sebagai akibat perburuan yang tidak terkendali untuk daging, produk obat-obatan
dan telur , dengan burung yang menghadapi pemberantasan di Tanduk Afrika. Di
Kenya diternakkan untuk daging, bulu, dan telur.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 8
2. ORDO RHEIFORMES

Deskripsi Umum Ordo Rheiformes


Ordo Rheiformes adalah salah satu ordo dari kelas Aves. Jenis burung pada ordo
ini meupakan burung yang hidup di tanah yang umumya bersifat omnivora,
mengambil makanan di tanah. Mempunyai kaki yang kuat untuk mencakar-cakar
tanah atau menyimpan makanan. Burung-burung ini biasanya membuat sarang di
tanah seadanya dan menggunakan sedikit bahan-bahan yang ada di tanah.
Umumnya terdapat sexual dimorfisma dan induk betina berkamuflase untuk
mengerami telur. Induk jantan sedikit sekali peranannya dalam pengeraman telur
dan mengasuh anak-anaknya. Kondisi ini menyebabkan pada umumnya hewan
jantan bersifat poligami. Anak-anak precocial, bulu-bulunya segera mengering
setelah menetas dan dapat Segera meninggalkan sarang untuk mencari makan,
sehingga pengasuhan induk sangat minimal.
Ordo Rheiformes terbagi menjadi 2 Familia yaitu Opisthodactylidae dan
Rheidae. Namun, yang masih bertahan hidup sampai saat ini hanyalah dari Familia
Rheidae.
Familia Opisthodactylidae terdiri dari:
1. Genus Diogenorsis, contoh spesiesnya Diogenorsis fragilis
2. Genus Opisthodactylus, contoh spesiesnya Opisthodactylus patagonicus
dan Opisthodactylus horacioperezi

1. Genus Heterorhea, contoh spesiesnya Heterorhea dabbenei


2. Genus Hinasuri, contoh spesiesnya Hinasuri nehuensis
3. Genus Rhea, contoh spesiesnya Rhea americana, Rhea fossilis, Rhea
mesopotamica, Rhea subpampeana, Rhea pennata, Rhea nobilis, dan
lainnya.
Deskripsi Khusus Ordo Rheiformes
5. Sayap cukup berkemang dan memiliki 12 primaries
6. Kaki kuat dan mempunyai 4 jari depan yang agak pendek dan masing-
masing mempunyai cakar
7. Ekor tidak ada. Tidak ada retrices. Tidak ada symphisis pubis, tetapi
tulang ischia melengkung ke dalam membentuk symphisis ishiatic

BIOSISTEMATIKA HEWAN 9
8. Anggotanya tersebat di padang rumput Amerika, terdiri atas dua spesies dari
genera yang berbeda dengan tinggi masing-masing 1,5 dan 1 meter.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 10
Contoh Spesies
Rhea americana
Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Rheiformes
Familia : Rheidae
Genus : Rhea
Spesies : Rhea americana

Bulu bagian
bawah berwarna
putih

Gambar 2.1 Rhea americana


(Wikimedia, 2010)
Deskripsi Umum
Rhea americana adalah burung yang tidak bisa terbang. Mereka adalah burung
ratite, bersama dengan emus (Dromaius novaehollandiae) dan burung unta (Struthio
camelus). Bentuk tubuh mereka berbentuk bulat telur dengan leher panjang menonjol.
Kepala, leher, dan posterior ditutupi oleh bulu berwarna abu-abu kecoklatan,
sedangkan pangkal leher, anterior, dan bulu dorsal berwarna hitam, dan bulu perutnya
berwarna putih. Meskipun tidak mampu terbang, burung-burung ini memiliki sayap
yang relatif besar dan kuat. Rhea americana yang lebih besar menggunakan sayap
mereka seperti layar untuk ledakan kecepatan selama berlari

BIOSISTEMATIKA HEWAN 11
dan bantuan dalam berbelok. Mereka juga membuat tampilan untuk calon pasangan
atau pesaing.
Meskipun jantan dan betina dewasa tidak jauh berbeda dalam tinggi atau berat
badan, betina cenderung tumbuh dan berkembang pada tingkat yang lebih cepat.
Jantan dewasa cenderung memiliki tinggi 1,34 hingga 1,70 meter dan berat 26
hingga 36 kilogram. Betina rata-rata tingginya 1,35 meter dan berat sekitar 32
kilogram. Bentang sayap mereka belum dilaporkan.
Deskripsi Khusus
Ekor tidak ada. Tidak ada retrices. Pada bagian bawah bulunya berwarna putih.
Habitat
Rhea americana hidup di tanah dan biasa ditemukan di padang rumput.
Persebaran
Rhea americana ditemukan di wilayah Neotropical. Jangkauan umum mereka
adalah wilayah tenggara Amerika Selatan. Mereka berkisar sejauh utara sebagai
wilayah selatan-tengah Brasil dan sejauh selatan ke titik selatan Argentina.
Jangkauan mereka mencapai garis pantai timur Amerika Selatan dan sejauh barat
hingga perbatasan barat Argentina.
Makanan
Rhea americana yang lebih besar adalah omnivora. Mereka terutama memakan
tanaman liar dan budidaya. Mereka memakan rumput, tanaman polongan, dan biji-
bijian pertanian. Tumbuhan dan biji-bijian ini merupakan 99% dari makanan mereka.
Rhea juga akan mengkonsumsi vertebrata kecil seperti burung kecil, ikan, dan ular, dan
terkadang juga memakan serangga. Hewan-hewan ini merupakan sisa satu persen dari
makanan mereka. Rhea juga bersifat coprophagous dan kadang-kadang mengonsumsi
feses segar dari rhea lainnya. Rhea juga menelan batu-batu kecil untuk membantu
ampela mereka menggiling makanan mereka. Pada musim semi, ketika ketersediaan
vegetasi tinggi, burung-burung menunjukkan ketertarikan terutama pada kacang-
kacangan. Di musim dingin, ketika ketersediaan rendah, mereka akan makan rumput,
gandum, dan semua jenis tanaman berbunga.
Tingkat Kepunahan
Menurut IUCN, Rhea americana termasuk hewan yang hampir
terancam (near threatened)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 12
Rhea pennata
Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Rheiformes
Familia : Rheidae
Genus : Rhea
Spesies : Rhea pennata

Ujung bulunya
berwarna putih

Gambar 2.2 Rhea pennata


(Flickr, 2014)
Deskripsi Umum
Rhea pennata memiliki tinggi 92,5 hingga 100 cm. Itu menyerupai burung
unta, meskipun jauh lebih kecil, dan karena itu kadang-kadang disebut burung unta
Amerika Selatan. Sayapnya secara proporsional lebih besar daripada sayap ratite
lainnya, meskipun juga tidak bisa terbang. Ia mampu bermanuver dengan cukup
baik ketika berlari karena sayapnya. Ia memiliki tiga jari, dan cakar yang kuat di
ujung setiap sayap yang sering digunakan secara efektif sebagai senjata. Bulunya
halus dan lembut, dan menutupi pahanya dan bagian atas tarsi. Ia memiliki bulu
coklat dengan bintik-bintik putih di seluruh, meskipun betina lebih kusam dan
memiliki bintik-bintik putih lebih sedikit di belakang. Remaja berwarna coklat,
tanpa bercak putih. Bulu-bulu orang dewasa umumnya diperoleh secara bertahap
pada tahun ketiga atau keempat.
Deskripsi Khusus
Ekor tidak ada. Tidak ada retrices. Ujung bulunya berwarna putih.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 13
Habitat
Rhea pennata hidup di tanah dan biasa ditemukan di padang rumput atau
semak belukar yang terbuka.
Persebaran
Rhea pennata hidup secara eksklusif di dataran terbuka Amerika Selatan, di
daerah semak belukar terbuka, seperti di puna di dataran Andes, dan juga di daerah
padang rumput yang membentang di lereng timur Andes dan ke dataran rendah
Patagonia. Rhea pennata lebih suka berada di dekat danau, sungai, atau rawa untuk
berkembang biak, meskipun habitatnya cukup gersang.
Makanan
Makanan Rhea pennata terdiri dari berbagai jenis bahan nabati, termasuk akar,
buah, biji, dan daun. Sejumlah kecil bahan hewani juga dikonsumsi, termasuk
serangga dan vertebrata kecil. Minum sedikit air, karena sebagian besar kebutuhan
cairan dipenuhi oleh tanaman. Itu juga menelan kerikil. Itu tidak harus banyak
bergerak untuk makanan, karena kelimpahan vegetasi di habitatnya berarti ia
umumnya memiliki sumber daya yang cukup sepanjang tahun.
Tingkat Kepunahan
Rhea pennata banyak diburu untuk bulunya, daging, telur dan bagian tubuh
lainnya. Habitatnya dihancurkan oleh pertanian. Menurut IUCN, hewan ini
termasuk hampir punah (near threatened).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 14
Rhea tarapacencis
Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Rheiformes
Familia : Rheidae
Genus : Rhea
Spesies : Rhea tarapacencis

Sebagian besar
bulu berwarna
coklat atau
lebih gelap

Gambar 2.3 Rhea tarapacencis


(hbw.com, 2018)
Deskripsi Umum
Rhea tarapacencis memiliki tinggi 100 cm dengan bobot mencapai 15-20
kilogram. Sayapnya secara proporsional lebih besar daripada sayap ratite lainnya,
meskipun juga tidak bisa terbang. Bulunya halus dan lembut, dan menutupi pahanya
dan bagian atas tarsi. Ia memiliki bulu yang dominan berwarna coklat.
Deskripsi Khusus
Bulu yang dominan berwarna coklat.
Habitat
Rhea tarapacencis ditemukan di wilayah-wilayah di Negara Amerika Selatan.
Persebaran
Rhea tarapacencis memakan tanaman liar, rumput, tanaman polongan, dan biji-
bijian pertanian. Tumbuhan dan biji-bijian ini merupakan 99% dari makanan
mereka. Rhea juga bersifat coprophagous dan kadang-kadang mengonsumsi feses

BIOSISTEMATIKA HEWAN 15
segar dari rheas lainnya. Rheas juga menelan batu-batu kecil untuk membantu
ampela mereka menggiling makanan mereka.
Tingkat Kepunahan
Menurut IUCN, hewan ini termasuk hampir punah (near threatened).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 16
3. ORDO CASUARIIFORMES

Deskripsi Umum Ordo Casuariiformes


Casuariiformes adalah ordo burung besar yang tidak bisa terbang. Ordo ini
hanya memiliki empat spesies yang bertahan hidup, tiga diantaranya kasuari dan
sisanya emu. Sebelumnya, casuariiformes dimasukkan kedalam kelompok kiwi
(Apterygiformes) dan burung unta (Struthioniformes), tetapi sekarang
diklasifikasikan kedalam order yang terpisah berdasarkan ciri unik yang
dimilikinya. Casuariiformes hanya memiliki 1 family yaitu Casuariidae, atau dapat
juga dibagi menjadi 2 dengan emu yang dipisahkan kedalam familynya tersendiri
yaitu Dromaiidae.
Keberadaan burung kasuari ditandai dengan adanya gemuruh suara yang
beresonansi di udara. Suara tersebut dibentuk dalam rongga dada yang
menyebabkan suara semacam ‘drum’ yang dapat terdengar dari kejauhan walaupun
berada di hutan hujan yang lebat.
Semua spesies yang masih hidup merupakan spesies asli Australia-New
Guinea (Clements, 2007), tapi beberapa taksa yang telah punah memungkinkan
hidup di bagian daratan lain.
Casuariiformes memiliki 2 family dan 4 genus, 2 diantaranya telah punah.
Menurut klasifikasi Sclater (1880) dan Forbes (1884) dalam buku Haaramo (2007),
klasifikasi ilmiah order Casuariiformes yaitu sebagai berikut: Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Casuariiformes
Family Casuariidariidae terbagi menjadi 3 genus, yaitu:
1. †Hypselornis
Spesies:
†Hypselornis sivalensis
2. †Emuarius
Spesies:
a. †Emuarius gidju
b. †Emuarius guljaruba

BIOSISTEMATIKA HEWAN 17
3. Casuarius
Spesies:
a. †Casuarius lydekkeri
b. Casuarius casuarius
c. Casuarius unappendiculatus
d. Casuarius bennetti

1) Casuarius bennetti westernmanni


2) Casuarius bennetti bennetti
Family Dromaiidae terbagi menjadi genus (ada yang menyebutkan bahwa kedua
genus ini masih termasuk kedalam Casuariidae), yaitu:
1. Dromaiu
s Spesies:
a. †Dromaius ocypus
b. Dromaius novaehollandiae
Subspesies:
1) †Dromaius novaehollandiae minor
2) †Dromaius novaehollandiae baudiniaus
3) †Dromaius novaehollandiae diemenensis
4) Dromaius novaehollandiae novaehollandiae
Deskripsi Khusus Ordo Casuariiformes
Beberapa karakteristik order Casuariiformes antara lain:
1. Burung-burung dalam order ini besar dan berat. Sebagai contoh, emu dapat
mencapai panjang 1.8 meter dengan berat 55 kg;
2. Bulu burung order Casuariiformes umumnya coklat, dimana bagian kepala
dan leher yang tidak ditutupi bulu berwarna biru atau oranye/merah;

BIOSISTEMATIKA HEWAN 18
Bulu berwarna
coklat

Kaki panjang

Gambar 3.1 Emu di alam liar


(Sheba_Also, 2007)

Leher biru /
oranye

Gambar 3.2 Casuarius casuarius


(Daiju Azuma, 2006)
3. Semua burung dalam order ini memiliki kaki yang panjang dan kuat dengan
leher panjang dengan kepala yang kecil;
4. Casuariiformes memiliki bulu mirip rambut yang kekurangan cabang
keduanya. Bulu ini disebut barbule;

Gambar 3.3 Bulu burung Casuariiformes


(Jeffrey dan T. Parker, 1900)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 19
5. Ekor dan bulu ekor pada Casuariiformes tidak dapat dibedakan;

Ekor tidak dapat


dibedakan dari badan

Gambar 3.4 Perbandingan ekor dan badan kasuari dari


daerah selatan (Cassowary cassowary) di Etty Bay,
Queensland Utara, Australia (Summerdrought, 2016)
6. Casuariiformes hanya memiliki 3 jari kaki, jari tengah pada kedua kaki
memiliki perpanjangan cakar serupa belati;
7. Beberapa tulang rangka tereduksi pada semua spesies dalam order
Casuariiformes;
8. Order ini tidak memiliki keel (carina), sebagaimana tulang sayap. Hanya
tulang selangka yang tersisa dan humerus yang pendek secara signifikan;
9. Sayap burung Casuariiformes termodifikasi menjadi duri berongga;
10. Semua burung dalam order Casuariiformes merupakan spesies monogami;
11. Burung Casuariiformes tidak membuat sarang, telur-telur disembunyikan di
dalam rumput;
12. Betina menghasilkan telur dan pejantan bertanggung jawab dalam inkubasi
juga mengurus anak-anak yang baru menetas;

Gambar 3.5 Telur Casuariiformes


(Christian Ziegler, tanpa tahun)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 20
13. Burung-burung muda mencapai kedewasaan dalam waktu 2 tahun;
14. Burung Casuariiformes merupakan herbivor: kasuari memakan buah-buahan
dan emu memakan biji-bijian atau rumput-rumputan;
15. Baik kasuari maupun emu digunakan sebagai bahan makanan primer bagi
suku Aborigin di Australia dan New Zealand;
16. Bagi para pendatang, emu kadang dianggap sebagai hama karena sering
memakan tanaman pangan.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 21
Contoh Spesies
Casuarius casuarius

Gambar 3.6 Casuarius casuarius


(Michael Schmid, 2009)
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Casuariiformes
Family : Casuariidae
Genus : Casuarius
Species : Casuarius casuarius
(Linnaeus, 1758)
Deskripsi Umum

BIOSISTEMATIKA HEWAN 22
Casque

Leher berwarna biru

Pial sepasang
berwarna merah

Bulu berwarna hitam

Gambar 3.7 Morfologi kasuari selatan (Casuarius casuarius)


(Writhedhornbill, 2017)
Kasuari selatan juga disebut sebagai kasuari Australia (Davies, 2003) adalah
burung hitam besar yang tidak dapat terbang. Casuarius casuarius merupakan salah
satu dari tiga spesies yang masih bertahan hidup hingga sekarang selain kasuari
kerdil dan kasuari utara. Kasuari jenis ini memiliki relasi dengan emu, burung unta,
rhea, dan kiwi.
Kasuari selatan memiliki bulu berwarna hitam kaku dan berduri, bagian kepala
berwarna biru dan leher yang panjang, merah pada ujung kepalanya dan dua pial
berwarna merah yang berukuran panjang sekitar 17.8 cm (7.0 inch) yang
menggantung di daerah kerongkongannya. Casque serupa tanduk berwarna coklat
yang berukuran kurang lebih 13 hingga 16.9 cm (5.1 hingga 6.7 inch), terletak di
bagian atas kepalanya. Paruh burung dapat tumbuh hingga kisaran 9.8 hingga 19
cm (3.9 hingga 7.5 cm). Kasuari selatan ini memiliki kaki berjari tiga yang tebal
dan kuat, dilengkapi dengan cakar seperti belati yang mematikan yang dapat
berukuran sampai 12 cm (4.7 inch) pada jari kaki bagian dalam. Bulunya
menunjukkan monomorfik seksual, tetapi betina lebih dominan, berukuran lebih
besar dengan penutup kepala yang lebih panjang, paruh yang lebih panjang dan
berwarna lebih terang pada bagian yang tidak tertutupi oleh bulu. Anakan kasuari
selatan memiliki bulu panjang bergaris yang berwarna coklat.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 23
Tempurung kepala kasuari berpori, bagian tengah lembut dengan bagian luar
yang relative keras ditutupi oleh material berkeratin. Tempurung kepala dapat
tumbuh berkelanjutan, terkadang berbentuk melengkung seiring bertambahnya usia
burung. Sebagai contoh tempurung kepala dapat digunakan untuk mengidentifikasi
burung secara individual.
Kasuari dapat hidup hingga berusia 40 tahun di alam liar. Pada beberapa burung
yang ditangkap dapat hidup lebih lama hingga 60 tahun.
Spesies ini mungkin merupakan yang anggota yang terbesar diantara anggota
family Casuariidae lainnya can memiliki hubungan dengan burung terberat kedua
di bumi. Pada ukuran maksimumnya dapat mencapai berat 85 kg dan tinggi sekitar
190 cm. Normalnya spesies ini memiliki tinggi 127-170 cm (Davies, 2003). Tinggi
normal pada betina sekitar 150-180 cm dengan berat sekitar 58.5 kg, sedangkan
jantan rata-rata memiliki berat 29-34 kg.

Gambar 3.8 Anakan kasuari selatan (Casuarius casuarius)


(Magdalena_b, 2011)
Kebanyakan burung kasuari selatan dewasa memiliki berat 17-70 kg (Burnie
dan Wilson, 2005). Anakan kasuari mengeluarkan suara siulan tinggi untuk
memanggil ‘ayahnya’.
Deskripsi Khusus
Menurut Davies (2003) dan dilansir dari laman “Southern Cassowary Species
Account”, kasuari utara memiliki ukuran tubuh yang relatif sama pada kedua jenis
kelamin yang dapat disimpulkan bahwa kasuari utara memiliki dimorfisme seksual
yang lebih rendah dibandingkan kasuari utara. Betina sebagai penghasil telur dan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 24
jantan membuat sarang di tanah, mengerami, dan menjaga anak-anak yang baru
menetas (Davies, 2003).
Spesies ini dapat mencerna buah yang beracun bagi hewan lain. Kasuari tidak
memiliki lidah sehingga mereka perlu memanipulasi makanan dalam paruhnya
dengan cara mendorong makanan ke kerongkongan.
Habitat dan Persebaran

Gambar 3.9 Map distribusi dari spesies Casuarius casuarius


(Netzach, 2015)
Kasuari selatan terdistribusi di Indonesia, New Guinea, dan Timur
Laut Australia (Clements, 2007). Habitat utamanya adalah hutan hujan
tropis tapi memungkinkan untuk tinggal disekitar hutan savanna atau hutan
bakau
Makanan
Kasuari selatan memilih memakan buah-buahan yang terjatuh, tetapi juga dapat
memakan vertebrata kecil, invertebrate, fungi, bangkai, dan tumbuh-tumbuhan. Lebih
dari 238 spesies tumbuhan tercatat merupakan makanan kasuari selatan.
Kasuari selatan memainkan peran penting dalam menjaga keanekaragaman
hutan hujan tropis. Kasuari merupan satu-satunya dari sedikut frugivore (pemakan
buah-buahan) yang dapat memakan buah-buahan hutan hujan tropis secara umum,
dan merupakan satu-satunya spesies yang dapat membawa buah besar berbiji dalam
jarak yang jauh.
Spesies ini menelan keseluruhan buah, mencerna bulir dan
mengeluarkan kotoran berupa biji-bijian yang tidak tercerna dan menyebarkannya
di area hutan hujan yang luas. Beberapa biji-bijian hutan hujan kadang perlu

BIOSISTEMATIKA HEWAN 25
diproses terlebih dahulu dalam system pencernaan kasuari selatan untuk membantu
proses perkecambahannya. Kotoran kasuari selatan berukuran besar dan sering
mengandung ratusan bahkan ribuan biji-bijian. Berperan sebagai fertilizer, kotoran
membantu banyak spesies biji-bijian untuk tumbuh. Tikus ekor putih, tikus semak,
melomys, dan kangguru tikus musky terkadang memakan biji-bijian yang dikeluarkan
burung kasuari selatan, membantu penyebaran biji yang lebih jauh.
Tingkat Kepunahan

Gambar 3.10 Tingkat kepunahan spesies Casuarius casuarius


(BirdLife International, 2020)
Tingkat kepunahan Casuarius casuarius tidak memerlukan evaluasi
sebagai spesies yang difokuskan dalam konservasi.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 26
Casuarius unappendiculatus

Gambar 3.11 Casuarius unappendiculatus


(Iing Iryantoro, 2014)
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Casuariiformes
Family : Casuariidae
Genus : Casuarius
Species : Casuarius unappendiculatus
(Blyth, 1860)
Deskripsi Umum

BIOSISTEMATIKA HEWAN 27
Casque

Paruh / bill / beak

1 pial berwarna
kuning terang

Bulu berwarna hitam

Gambar 3.12 Morfologi burung kasuari utara (Casuarius


unappendiculatus)
(writhedhornbill, 2017)
Casuarius unappendiculatus juga dikenal sebagai kasuari berleher emas atau
kasuari utara (Davies, 2003). Spesies ini besar, tidak dapat terbang , dan berasal
dari New Guinea Utara. Kasuari utara merupakan satu dari tiga spesies kasuari
sselai kasuari kerdil dan kasuari selatan yang masih hidup hingga saat ini.
Kasuari utara memiliki bulu berwarna hitam yang kaku, daerah wajah yang
berwarna biru, dan casque berada dibagian atas kepalanya. Kasuari utara memiliki
leher atau pial berwarna merah terang atau kuning. Kaki kasuari utara besar dan
kuat dengan cakar serupa belati pada jari bagian dalam. Ukuran tubuh pada kedua
jenis kelamin relatif sama. Jantan memiliki berat sekitar 30-37 kg dan lebih kecil
dibandingkan betina. Betina memiliki berat rata-rata 58 kg. Hal ini membuat spesies
Casuarius unappendiculatus menjadi spesies terberat ketiga diantara buurung yang
masih hidup setelah burung unta, burung unta Somalia, dan memiliki ukuran yang
mirip dengan Kasuari Selatan. Burung ini berukuran panjang sekitar 149 cm dan
tinggi sekitar 150-180 cm (Davies, 2003).
Dibandingkan dengan kasuari selatan, kasuari utara memiliki paruh yang lebih
pendek berkisar antara 12-13.7 cm, tetapi memiliki tulang tarsal yang lebih panjang
berkisar antara 28-33.2 cm (Davies, 2003).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 28
Bulu kasuari utara muda berwarna coklat dan berubah hitam seiring
bertambahnya usia, ketika mencapai usia 3 tahun. Kasuari ini hanya memiliki 1
pial.
Deskripsi Khusus
Hanya memiliki 1 pial. Kasuari muda memakan feses ‘ayahnya’
untuk bertahan hidup.
Habitat dan Persebaran

Gambar 3.13 Peta persebaran dari spesies Casuarius unappendiculatus


(Netzach, 2015)
Habitat kasuari utara disekitar hutan hujan tropis dan hutan berawa, kebanyakan
menempati dataran rendah sekitar ketinggian 490 m (Davies, 2003), tapi dapat
ditemukan hingga 700 m. Kasuari utara terdistribusi dan merupakan endemik
pesisir rawa dan hutan hujan dataran rendah bagian utara New Guinea dan
kepulauan Yapen (Clements, 2007), Batanta, dan Salawati.
Makanan
Kasuari utara merupakan frugivorous (pemakan buah). Di alam liar, kasuari utara
dewasa memakan ratusan beri dan buah-buahan dalam sehari. Meskipun makanan
utamanya adalah buah-buahan, spesies ini juga memakan hewan-hewan kecil seperti
tikus, kodok, ular, kadal, burung lain yang lebih kecil, beberapa macam serangga kecil,
dan siput. Kasuari utara juga memakan bangkai. Kasuari utara muda diketahui
memakan feses ‘ayahnya’ ketika masih dijaga oleh para pejantan. Burung dewasa akan
memakan kembali fesesnya ketika masih terdapat buah-buahan yang belum tercerna.
Kasuari utara yang ditangkap (budidaya secara exsitu) diberi makan berupa campuran
buah-buahan dan sumber protein berupa makanan monyet

BIOSISTEMATIKA HEWAN 29
atau anjing. Kasuari utara memakan hampir 19 liter buah-buahan dan sekitar 1
liter sumber protein dalam sehari (Judson, 2013; Romagnano, 2012).
Tingkat Kepunahan

Gambar 3.14 Tingkat kepunahan spesies Casuarius casuarius


(BirdLife International, 2020)
Tingkat kepunahan Casuarius casuarius tidak memerlukan evaluasi sebagai
spesies yang difokuskan dalam konservasi.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 30
Casuarius bennetti

Gambar 3.15 Casuarius bennetti


(Eerika Schulz, 2014)
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Casuariiformes
Family : Casuariidae
Genus : Casuarius
Species : Casuarius bennetti
(Gould, 1857)
Deskripsi Umum

Casque

Paruh / bill / beak

Leher berwarna biru


tanpa pial
Bulu berwarna hitam

3.16 Morfologi burung kasuari kerdil (Casuarius bennetticus)


(plant.nerd, 2006)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 31
Casuarius bennetti sering disebut sebagai kasuari kerdil, kasuari Bennett,
kasuari kecil, kasuari gunung (Davies, 2003). Kasuari kerdil merupakan spesies
paling kecil dama order Casuariidae. Tinggi kasuari kerdil hanya sekitar 99-135 cm
jika diukur dari ujung kepalanya dan berat sekitar 18 kg. Bulu kasuari kerdil
berwarna hitam dan kasar, penampakannya serupa bristle yang terkulai. Kasuari
kerdil memiliki sayap yang tereduksi sehingga tidak memungkinkan untuk terbang.
Kepala dan leher tidak tertutupi bulu, berwarna biru dan merah. Bagian atas
kepalanya nampak suatu bagian serupa tanduk yang disebut casque, yang mirip
seperti helm tulang. Kasuari kerdil, tidak seperti saudara-saudaranya yang lain,
tidak memiliki pial berwarna yang tersusun dari daging yang menjutai di bagian
lehernya. Kaki kasuari kerdil tidak tertutupi oleh bulu, tersusun padat dan kuat.
Kasuari kerdil memiliki 3 jari kaki dan pada jadi bagian dalamnya terdapat
perbesaran cakar yang ukurannya dapat mencapai panjang 10 cm. Betina lebih
besar dibandingkan jantan.
Deskripsi Khusus
Kasuari kerdil berbeda dibandingkan kerabat kasuari lainnya dalam family
Casuariidae yakni tidak memiliki pial dan bertubuh paling kecil.
Habitat dan Persebaran

Gambar 3.17 Peta persebaran Casuarius bennetti


(Netzach, 2015)
Kasuari kerdil terdistribusi diantara hutan pegunungan di New Guinea, New
Britain, dan Pulau Yapen pada ketinggian 3300 m. Pada area tanpa spesies lain dari

BIOSISTEMATIKA HEWAN 32
kasuari, kasuari kerdil juga tinggal di dataran rendah (Davies, 2003). Rentang luas
daerah yang ditempati oleh populasi mencapai 258.000 km2.
Makanan
Kasuari kerdil pada umumnya memakan buah-buahan yang terjatuh atau buah-
buahan yang dipetik dari semak-semak. Kasuari kerdil juga menggunakan
tempurung yang ada di kepalanya untuk menyingkirkan sampah daun-daunan dan
mendapatkan sumber makanan yang ada seperti jamur, serangga, jaringan
tumbuhan, dan vertebrata kecil termasuk kadal dan kodok.
Tingkat Kepunahan

Gambar 3.18 Tingkat kepunahan spesies Casuarius casuarius


(BirdLife International, 2020)
Tingkat kepunahan Casuarius casuarius tidak memerlukan evaluasi sebagai
spesies yang difokuskan dalam konservasi.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 33
Dromaius novaehollandiae

Gambar 3.19 Dromaius novaehollandiae


(Nieminski, 2018)
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Casuariiformes
Family : Dromaiidae
Genus : Dromaius
Species : Dromaius novaehollandiae
(Latham, 1790)
Deskripsi Umum

BIOSISTEMATIKA HEWAN 34
Gambar 3.20 Paruh, kepala, dan leher emu (Dromaius novaehollandiae)
(William Warby, 2012)
Dromaius novaehollandiae atau Emu merupakan burung hidup terbesar kedua
setelah burung unta (Frank dan James, 2009). Burung ini merupakan endemic
Australia dimana di sana merupaka burung asli terbesar dan merupakan anggota
genus Dromaius yang masih ada hingga sekarang. Emu memiliki bulu berwarna
coklat dan lembut, tidak dapat terbang dengan leher dan kaki yang panjang, dan
tingginya dapat mencapai 1.9 m. Emu dapat berpergian dalam jarak yang cukup
jauh dan jika diperlukan, emu dapat berlari 50 km/jam.

Gambar 3.21 Bulu emu (Dromaius novaehollandiae) yang berwarna coklat


lembut
(Hobern, 2018)
Emu dewasa memiliki berat antara 18-60 kg dan rata-rata sekitar 31.5-37 kg pada
jantan dan betina (Davies, 2002). Betina biasanya lebih besar dari jantan dan secara
subtansial memiliki daerah bokong yang lebih lebar (Eastman, tanpa tahun).
Meskipun tidak dapat terbang, emu memiliki sayap vestigial, pengukuran
anatomi pada sayapnya berkisar antara 20 cm dan pada setiap sayapnya memiliki
cakar kecil dibagian ujung (Davies, 2002). Emu mengepakkan sayapnya ketika
berlari, mungkn bertujuan untuk menstabilkan dirinya ketika bergerak cepat. Emu
memiliki leher dan kaki yang panjang (Eastman, tanpa tahun).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 35
Gambar 3.22 Jari kaki emu (Dromaius novaehollandiae)
(FunkMonk, 2007)
Kaki emu hanya memiliki 3 jari dan beberapa tulang tereduksi yang berasosiasi
denga otot-otot. Otot panggul emu berkontribusi dalam total proporsi tital massa
tubuh sebagaimana burung otot sayap pada burung yang dapat terbang (Baldwin
dan Patak, 1998). Ketika berjalan, emu dapat melangkah sejauh 100 cm, tetapi jika
dalam kekuatan penuh 1 langkah emu dapat mencapai 275 cm. Kakinya tidak
berbulu dan kaki bagian bawahnya tebal dan memiliki bantalan. Seperti kasuari,
emu memiliki cakar tajam pada jari-jarinya yang berfungsi sebagai alat pertahanan
dan digunakan untuk berkelahi untuk membuat luka pada musuhnya melalui
tendangan. Total ukuran panjang jari dan cakar adalah 15 cm (Eastman, tanpa
tahun). Paruh emu cukup pendek, berukuran sekitar 5.6-6.7 cm dan bertekstur
lembut, berfungsi untuk merumput (Davies, 2002). Emu memiliki penglihatan dan
pendengaran yang baik, yang memudahkan untuk mendeteksi ancaman dari jarak
yang jauh.
Deskripsi Khusus
Emu memiliki bulu berwarna coklat yang relative lebih lembut, berbeda dengan
spesies kasuari yang lain. Emu merupakan burung yang unik karena memiliki otot
gastrocnemius di bagian belakang kaki bagian bawah dan memiliki 4 perut yang
mana biasanya hanya memiliki 3.
Habitat dan Persebaran

BIOSISTEMATIKA HEWAN 36
Gambar 3.24 Peta persebaran spesies Dromaius novaehollandiae. Warna merah
gelap adalah daerah yang diketahui terdapat populasi spesies tersebut. (Semhur,
2007)
Keberadaan emu tercatat pada pantai timur Australia, tapi sekarang emu sudah
jarang keberadaannya di sana. perkembangan agrikultur dan ketentuan mengenai
stok air di kontinen meningkatkan ruang lingkup emu pada tempat yang kering.
Emu menempati berbagai macam habitat di Australia baik di pedalaman maupun
dekat pantai. Emu umum ditemukan di area hutan kayu savanna dan hutan sklerofil,
dan paling tidak umum terdapat populasi besar di distrik dan area kering dengan
presipitasi musiman kurang dari 600 milimeter (Bruce, 1999; Davies, 2002). Emu
lebih sering berpergian secara berpasangan, dan emu dapat membentuk kawanan
besar. Hal ini merupakan perilaku sosial yang tidak biasa yang umum untuk
mencari sumber makanan yang baru (Davies, 2002). Emu tercatat sudah berpergian
pada jarak yang jauh hingga mencapai area dengan sumber makanan yang
melimpah. Di Australia bagian barat, pergerakan emu mengikuti pola perbedaan
musim – utara musim panas dan selatan musim dingin, Pada pantai timur, emu
tampak berkelana dengan pola yang lebih random dan tidak menunjukkan
mengikuti suatu pola yang pasti (Davies, 1976).
Makanan
Makanan umum emu adalah buah-buahan, biji-bijian, serangga, dan hewan-
hewan kecil. Emu juga akan memakan feses hewan lain, dan tidak akan memakan
daun-daunan dan rumput kering. Emu tidak memiliki crop untuk menyimpan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 37
makanan yang telah dicerna, tetapi memiliki esophagus termodifikasi yang dapat
menyimpan makanan hingga 30 menit sebelum masuk ke lambung. Karena emu
mungkin mengalami kelaparan selama berminggu-minggu, emu dapat menyimpan
makanan berupa lemak dalam jumlah yang besar untuk persediaan. Emu dapat
kehilangan setengah massa tubuhnya dalam keadaan kelaparan yang
berkepanjangan. Hal ini merupakan adaptasi yang memungkinkan emu jantan
untuk mengerami tanpa butuh makanan.
Tingkat Kepunahan

Gambar 3.25 Tingkat kepunahan spesies Casuarius casuarius


(BirdLife International, 2020)
Tingkat kepunahan Casuarius casuarius tidak memerlukan evaluasi sebagai
spesies yang difokuskan dalam konservasi.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 38
4. ORDO APTERYGIFORMES
Order Apterygiformes terdiri dari burung yang tidak bisa terbang yang hidup di
tanah dengan sayap vestigial, paruh yang panjang, dan mata kecil. Perwakilan paling
terkenal dari ordo ini adalah spesies endemik Selandia Baru (Burung Kiwi). Sebagian
besar jenis burung dalam ordo ini adalah burung yang terkait dengan kepunahan di
Australia dan Selandia Baru.
Kiwi memiliki tubuh kecil, dan berbentuk seperti buah pir. Salah satu fitur
menonjol mereka adalah keberadaan lengan dan kaki yang kuat. Sebagian besar sayap
dari spesies dari ordo ini telah tereduksi sekitar 4-5 cm. Sayap kiwi memiliki struktur
yang unik, setiap sayap memiliki cakar yang tersembunyi di bulu. Ciri khas lain dari
kiwi Selandia Baru adalah paruh panjang dan fleksibel dengan lekukan ke bawah di
ujungnya. Burung-burung dari ordo ini memiliki berbagai warna bulu : merah muda,
coklat, dan abu-abu.
Famili dan Genus yang ada pada Ordo Apterygiformes
Ordo Apterygiformes terdiri dari 1 Famili, yaitu Apterygidae. Hanya genus
Apteryx yang terapat pada Ordo ini. Species dari genus Apteryx ada 5, yaitu Apteryx
rowi, Apteryx mantelli, Apteryx haastii, Apteryx australis dan Apteryx owenii
1. Species Apterygiformes : Apteryx mantelli (North Island Brown Kiwi)

Gambar 4.1. Apteryx mantelli


(Rudloff, Klaus. 2001)

Deskripsi Umum
Kingdom : Animalia Burung besar ini berwarna cokelat atau keabu-
Phylum : Chordata abuan dengan bulu-bulu seperti rambut dan
Class : Aves paruh panjang.
Order : Apterygiiformes

BIOSISTEMATIKA HEWAN 39
Family : Apterygidae Kiwi jantan berbobot 2,0 kg hingga 2,2kg,
Genus : Apteryx sedangkan Kiwi betina berboot 2,7 kg hingga
Species : Apteryx mantelli 3 kg.
(Bartlett, 1851) Kiwi jantan mengeluarkan suara serak "kiwi"
yang berulang 15-25 kali, sementara pada kiwi
betina hanya terjadi pengulangan 10-20 kali.

Deskripsi Khusus :
Hewan ini termasuk ke dalam kelompok hewan nocturnal dan biasanya
menghabiskan hari di liang, rongga pohon atau di bawah vegetasi yang lebat.
Burung Kiwi ini meletakkan 1 hingga 2 telur di liang atau di bawah pohon dan
diinkubasi selama lebih dari dua bulan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa 95% kiwi coklat Pulau Utara muda
tidak akan bertahan hingga dewasa tanpa adanya pengendalian hama hewan.
Dampak hama terhadap kiwi tidak begitu jelas, tetapi mereka dianggap memiliki
dampak yang signifikan, terutama di dataran yang lebih rendah
Persebaran
Populasi kiwi coklat Pulau Utara diperkirakan mencapai 25.000 burung
pada tahun 2008; sekitar 1.000 di Semenanjung Coromandel, dan sisanya terbagi
rata antara bentuk Northland, Eastern, dan Western
Makanan
Cacing, serangga, laba-laba, krustasea, beri (dan akan meninggalkan bekas lubang
yang dalam di tanah)
Habitat
Kiwi coklat Pulau Utara (A. mantelli) adalah jenis kiwi yang paling
umum, hanya ditemukan di Pulau Utara Selandia Baru. Apteryx australis
mencakup populasi di Pulau Stewart (A. lawryi) dan Pulau Selatan (A. australis),
termasuk populasi dalam kisaran Haast dan dataran tinggi. Populasi dalam kisaran
Haast (Haast tokoekas) dapat mewakili spesies yang berbeda juga. (Baker, et al.,
1995)
Tingkat Kepunahan (Rentan)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 40
Dikategorikan oleh International Union for Conservation of Nature
sebagai kemungkinan terancam punah kecuali keadaan yang mengancam
kelangsungan hidup dan reproduksinya meningkat. (IUCN Red List of Threatened
Species)
2. Species Apterygiformes : Apteryx australis

Gambar 4.2. Stewart Island Apteryx australis


(Rees, 2015)
Deskripsi Umum

Apteryx australis (South Island Brown


Kingdom : Animalia
Kiwi) yang memiliki nama lokal tokoeka
Phylum : Chordata
ini termasuk ke dalam golongan burung
Class : Aves
yang tidak bisa terbang. Morfologi
Order : Apterygiformes
bulunya menyerupai rambut, termasuk
Family : Apterygidae
ke dalam makhluk nokturnal serta
Genus : Apteryx
memiliki paruh yang kecil dan panjang
Species : Apteryx australis
dengan nostril yang sensitif diujungnya
(Shaw, 1813)
(Moorfield, 2020).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 41
Deskripsi Khusus

Gambar 4.3. Apteryx australis dengan bentuk


otot dan rangka sayap
(Erxleben, 1879)
Seperti kebanyakan jenis kiwi, spesies ini memiliki dua ovarium yang
berfungsi, tetapi hanya oviduct sebelah kiri yang berfungsi. Spesies ini termasuk
kelompok monogami yang jika telah berpasangan akan menjaga wilayahnya
dengan menggunakan panggilan peringatan. Ukuran wilayahnya berkisar antara
4,9 sampai 43 hektar. Sarangnya berada di galian atau terlindung dibawah
vegetasi yang lebat. Betinanya mampu bertelur satu hingga dua telur, umumnya
satu telur. Telur kemudian akan dierami oleh burung jantan selama 90 hari.
Setelah beberapa hari menetas, anakan akan keluar dari sarang dan mencari makan
sendiri, meskipun akan tetap berada di sekitar induk selama setahun. Ketika tidak
mengerami telur, burung ini akan mencari makan di sekitar sarang (Davies, 2003).
Musim bertelur dimulai dari Juni hingga Desember. Pengeraman dilakukan
bergantian, meskipun jantan biasanya lebih sering. Pergantian waktu pengeraman
dilakukan saat malam hari (Colbourne, 2002).
Apteryx australis yang berada di Pulau Stewart merupakan burung kiwi
terbesar. Bulunya berwarna coklat hingga coklat gelap dengan gores hitam atau
coklat serta kaki pendek berwarna coklat. Jenis jantannya memiliki suara yang
melengking dengan siulan yang bisa diulang 15-25 kali, sedangkan jenis
betinanya memiliki suara yang lebih pelan, rendah, dan serak dengan ulangan 10-
20 kali. Panggilan dilakukan tiap malam untuk menunjukkan wilayah dan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 42
komunikasi dengan pasangan. Pasangan seringkali berduet, saling bersaut-sautan
setelah beberapa detik dari siulan pertama (Robertson, 2013).
Persebaran
Burung ini tersebar di pulau selatan (South Island) dan Pulau Stewart, Selandia
Baru. Di South Island, mereka tersebar di Fiordland dan Westland. Pada tahun
1996, ada 27.000 spesies yang tersebar di wilayah seluas 9.800 km2.
Persebarannya di South Island terancam dengan adanya pemangsa telur seperti
Trichosurus vulpecula dan Mustela erminea yang memangsa Apteryx australis
muda. Spesies dewasanya juga terancam oleh predator seperti anjing, ferret
(Mustela), dan possum ekor sikat (Trichosurus vulpecula). Sedangkan di Pulau
Stewart lebih stabil karena minim pemangsa (Bird Life International, 2016).
Makanan
Apteryx australis termasuk hewan karnivora dengan mengonsumsi berbagai jenis
invertebrata, seperti cacing tanah, larva kumbang, siput, laba-laba, kaki seribu,
dan serangga kelompok orthoptera. Bentuk paruhnya yang kecil dan memiliki
nostril yang sensitif terhadap bau-bauan membantu spesies ini untuk mencari
makanan yang berada di tanah. Bisa dibilang indra pembaunya lebih sensitif
dibandingkan indra penglihatan dan pendengarannya. Lambungnya cukup lemah,
ini dikarenakan tidak terspesialisasi untuk mencerna bagian tubuh tumbuhan yang
kaya serat. Tetapi, usus buntunya cukup panjang dan ramping untuk membantu
pencernaannya (Davies, 2003).
Habitat
Apteryx australis hanya bisa ditemukan di Selandia baru. Mereka tersebar di
wilayah yang dengan iklim sedang, hutan subtropis, padang rumput, dan sabana.
Spesies ini menyukai habitat dengan vegetasi yang lebat untuk membuat sarang
(Davies, 2003). Penyebaran spesies ini di Pulau Stewart juga teramati di gurun
pasir (Bird Life International, 2016).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 43
Gambar 4.4. Peta Persebaran Apteryx australis
(Wills, 2012)
Tingkat Kepunahan
Pada tahun 2000, IUCN mengumumkan spesies ini sebagai spesies yang terancam
punah. Kini populasinya hanya ada 19.900 individu. Spesies ini juga tercatat tidak
terlibat dalam hewan peliharaan/pajangan/budidaya baik secara lokal, nasional,
maupun internasional (Bird Life International, 2013).

3. Species Apterygiformes : Apteryx haastii

Gambar 4.5. Apteryx haastii dewasa


(Roy, 2005)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 44
Deskripsi Umum

Apteryx haastii merupakan spesies endemik


Kingdom : Animalia
dari South Island, Selandia Baru. Sama seperti
Phylum : Chordata
bangsa Apterygidae lainnya, spesies ini tidak
Class : Aves
bisa terbang. Dalam bahasa lokal disebut
Order : Apterygiformes
roroa, sedangkan dalam bahasa inggris disebut
Family : Apterygidae
Great Spotted Kiwi karena menunjukkan pola
Genus : Apteryx
garis tebal pendek berwarna lebih gelap
Species : Apteryx haastii
daripada warna bulu lainnya (Davies, 2003)
(Potts, 1872)

Deskripsi Khusus
Spesies ini merupakan spesies kiwi terbesar. Jantannya bisa memiliki
tinggi 45 cm sedangkan betinanya setinggi 50 cm. Panjang paruhnya bisa
sepanjang 9-12 cm. Sedangkan beratnya berkisar antara 1,2 hingga 2,6 kg untu
jantan, sedangkan betinanya bisa memiliki berat 1,5 hingga 3,3 kg (Davies, 2003).
Tubuhnya berbentuk serupa pir. Berbeda dengan spesies lainnya yang memiliki
nostril di ujung paruh, spesies ini memiliki nostril di ujung paruh yang masih
menempel dengan kepala (Reiland, 2008).
Matanya kecil dan kemampuan melihatnya sangat rendah tetapi memiliki
kemampuan membau yang efektif. Kakinya pendek dan hanya memiliki 3 jari di
setiap kakinya. Warna bulunya berkisar antara abu arang hingga coklat muda
(Reiland, 2008). Spesies ini memiliki ‘kumis’ atau vibrissae di sekitar paruhnya
dan tidak memiliki ekor serta hanya memiliki tulang pygostyle yang kecil (Davies,
2003).
Spesies ini tergolong monogami dengan pasangan yang bertahan hingga
20 tahun. Sarangnya berada dalam galian. Waktu bertelur dimulai dari Juli hingga
Desember. Pengeraman dilakukan bergantian dan jantan biasanya seringkali
menjaga sarang terlama serta pergantian pengeraman dilakukan saat malam hari.
Masa kawin dimulai dari Juli hingga Februari (Robertson, 2013).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 45
Persebaran

Gambar 4.6. Peta Persebaran Apteryx haastii


(VC-s, 2007)
Pada awalnya, spesies ini bisa ditemukan di beberapa tempat di Selandia baru,
namun akibat adanya spesies invasif yang memangsa spesies ini, sekarang spesies
ini hanya bisa ditemukan di 3 wilayah. Kiwi spesies ini menempati dataran tinggi,
seperti di Pegunungan Paparoa, wilayah di sebelah barat laut Nelson hingga ke
sungai Buller, dan dari sungai Hurunui hingga ke Arthur’s Past di South Island,
Selandia Baru (BirdLife Internasional, 2012).
Makanan
Aktivitas melanja spesies ini dimulai 30 menit setelah matahari terbenam, karena
itu hewan ini dikategorikan sebagai spesies nokturnal. Selain mengonsumsi
cacing tanah, kumbang, cicada, lalat, laba-laba, larva serangga, siput, dan slug
(Crawls, 2008). Selain itu, spesies ini juga mengonsumsi buah dan daun-daun
kecil yang ada di tanah (Robertson, 2013). Sama seperti burung lainnya, Apteryx
haastii juga menelan batu-batuan kecil untuk membantu pencernaannya (Reiland,
2008).
Habitat
Dalam satu teritori, bisa ditemukan hingga 50 sarang. Spesies ini berpindah sarang
setiap harinya, kemungkinan untuk menghindari pemangsa (Crawls, 2008).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 46
Padang rumpul, savannah, hutan, dan daratan terrestrial (BirdLife International,
2016).
Tingkat Kepunahan
IUCN menyatakan bahwa spesies ini termasuk ke dalam kelompok terancam.
Sebanyak 14,500 individu menempati 8,500 km2. Pemangsa biasanya dari bangsa
anjing, babi, possum berekor sikat, kucing domestikasi, dan mamalia karnivora
lainnya. (BirdLife International, 2016). Hal lainnya yang mengancam keberadaan
spesies ini adalah kegiatan manusia yang merusak habitat dan membuka lahan
untuk pertambangan (Reiland, 2008)

4. Species Apterygiformes : Apteryx rowi

Gambar 4.7. Okarito Brown Kiwi


(Berard, 2017)
Deskripsi Umum
Apteryx rowi merupakan spesies monotipik
Kingdom : Animalia
karena hingga saat ini belum ditemukan
Phylum : Chordata
adanya subspesies. Berdasarkan tes DNA,
Class : Aves
saudara terdekat spesies ini adalah Apteryx
Order : Apterygiformes
mantelii. Tulang sternumnya tidak memiliki
Family : Apterygidae
taju, sayapnya tidak berkembang (hingga
Genus : Apteryx
tereduksi), serta tidak memiliki kelenjar
Species : Apteryx rowi
minyak atau uropygial di sekitar anus. Bulu
(Tennyson, 2003)
dari genus ini tidak memiliki barbula. Tidak
ditemukan adanya ekor (Davies, 2003).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 47
Deskripsi Khusus
Betina spesies ini bisa bertelur hingga 3 telur di 3 sarang yang berbeda.
Pengeraman telur dilakukan bergantian antara betina dan jantan, pergantian di
malam hari. Berat telur bisa sebesar 20% berat betina seperti kiwi lainnya. Spesies
ini juga bersifat monogami (New Zealand Department of Conservation (DOC),
2013).
Apteryx rowi bertelur dari Juli hingga Januari. Sarangnya bisa berupa galian, lubang
di dasar pohon, atau di lubang pohon yang telah tumbang. Telurnya berwarna hijau
pucat. Spesies jantan bisa mengeluarkan siulan bernada tinggi dengan ulangan 15-25,
sedangkan spesies betina bisa mengeluarkan siulan dengan nada yang lebih rendah,
pelan, dan serak dengan ulangan siulan 10-20 kali. Masa kawin spesies ini dimulai
dari Juli hingga April. Masa inkubasi telur berisar antara 70-80 hari. Spesies ini bisa
hidup hingga 34-48 tahun.(Robertson, 2013).
Persebaran

Gambar 4.8. Peta Persebaran Apteryx rowi


(Grutness, 2019)
Persebaran spesies ini hanya bisa ditemukan di hutan Okarito di Pantai Barat dari
South Island, Selandia Baru (Clements, 2007). Pada 2010, sebanyak 3 pasang
indukan yang dilepas liarkan di Pulai Blumine sebagai program konservasi ex situ
(The Marlborough Express, 2010).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 48
Makanan
Spesies ini mengonsumsi invertebrata, terutama cacing dan larva kumbang,
cicada, ngengat, laba-laba, jangkrik, dan crayfish air tawar. Buah dan daun kecil
yang ada di tanah juga dikonsumsi. Sama seperti kiwi lainnya, spesies ini juga
memiliki lambung yang lemah. Spesies ini bisa berpindah hingga radius 5 km
(Robertson, 2013).
Habitat
Spesies ini bisa ditemukan di hutan dataran rendah di Okarito, namun kini bisa
ditemukan juga di Mana, Pulau Blumine sebagai program konservasi ex-situ
(Robertson, 2013).
Tingkat Kepunahan
IUCN mengumumkan bahwa spesies ini tergolong ke spesies terancam karena
habitat yang berkurang luasnya dan adanya spesies invasif yang menjadi predator,
stoat (mamalia karnivora) (BirdLife International, 2017). Kini, telah ada program
konservasi dengan mengamankan telur dan menetaskannya di tempat konservasi
untuk melindungi telur dan anak burung dari preadi stoat (New Zealand
Department of Conservation (DOC), 2013).
5. Species Apterygiformes : Apteryx owenii

Gambar 4.9. Apteryx owenii dewasa


(Miller, 2018)
Deskripsi Umum
Spesies ini merupakan spesies terkecil diantara
Kingdom : Animalia
lima spesies lainnya. Bulunya berwarna abu
Phylum : Chordata
kecoklatan yang terang dengan garis-garis
Class : Aves
horizontal putih. Paruhnya berwarna puca,

BIOSISTEMATIKA HEWAN 49
Order : Apterygiformes memiliki kaki dan jari kaki yang juga berwarna
Family : Apterygidae pucat (Robertson, 2013).
Genus : Apteryx
Species : Apteryx owenii
(Gould, 1847)

Deskripsi Khusus
Jantan dari spesies ini bisa membuat siulan, sedangkan betinanya bersiul dengan
vokal yang lebih pelan, rendah, dan ulangan siulan jantan-betina sebanyak 25-35
kali per sekuens. Masa kawin dimulai dari Juli hingga Februari. Sarangnya
berbentuk galian, pohon yang sudah tumbang, atau di vegetasi yang lebat.
Betinanya bisa bertelur hingga 2 telur dengan warna telur putih polos. Masa
bertelur dimulai dari Juli hingga Januari. Hal yang unik dari spesies ini adalah
pengeraman dilakukan sepenuhnya oleh jantan. Spesies ini bisa hidup hingga 33
tahun. Jarak yang bisa ditempuh spesies ini seluas 3,5 km. Jantan dan betina yang
berpasangan akan melakukan panggilan yang bersaut-sautan untuk menandai
wilayah. Kegiatan menjaga wilayah bisa berakhir saling serang antar spesies
dengan cakar mereka yang tajam. (Robertson, 2013).
Tinggi spesies ini berkisar antara 35 hingga 45 cm dengan jantan seberat 0,88
hingga 1,36 kg dan betina seberat 1 hingga 1,95 kg (Folch, 2018). Di dekat paruh
ada vibrissae untuk mendeteksi mangsa.
Persebaran

Gambar 4.10. Peta Persebaran Apteryx owenii


(Grutness, 2012)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 50
Pada awalnya, spesies ini tersebar di hutan dan dataran di sebelah utara South
Island. Setelah munculnya pemukiman Eropa di sebelah utara pulau South Island,
spesies ini perlahan menghilang, hingga hanya ditemukan di D’Urville Island
(Robertson, 2013).
Makanan
Spesies ini mengonsumsi invertebrata kecil seperti cacing tanah, larva serangga,
kumbang dewasa, laba-laba, ngengat dan lalat, serta buah kecil dan daun yang ada
di tanah (Robertson, 2013).
Habitat
Spesies ini hidup di ekologi dengan kontur dataran rendah bervegetasi lebat,
hutan, dan padang rumput.
Tingkat Kepunahan
Spesies ini dilaporkan IUCN mendekati terancam dengan jumlah individu dewasa
sebanyak 1400 individu dan tren populasi yang meningkat (BirdLife
International, 2016)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 51
5. ORDO GALLIFORMES
Galliformes adalah kelompok besar dan beragam yang terdiri dari sekitar 70
genera dan lebih dari 250 spesies. Taxa dalam Galliformes biasanya disebut sebagai
'burung gallinaceous' (artinya seperti ayam) atau burung buruan (karena banyak
spesies diburu). Ada banyak diskusi yang sedang berlangsung tentang jumlah
keluarga yang diakui dalam Galliformes. Daftar Lengkap Burung-Burung Dunia
Howard dan Moore (2003) : Megapodiidae (scrub fowl, kalkun kalkun, unggas
mallee), Cracidae (guans, chachalacas, curassows), Numididae (Guineafowl),
Odontophoridae (Quails Dunia Baru) dan Phasianidae (belibis, kalkun, burung dan
ayam hutan).
Burung Gallinaceous terlihat seperti ayam, dengan tubuh kecil hingga besar dan
sayap tumpul. Pewarnaan bulu berkisar dari samar hingga gelap hingga berwarna
cerah. Beberapa burung gallinaceous memiliki ornamen kepala dan leher yang rumit
termasuk pial dan casques. Beberapa terutama arboreal dan yang lainnya terestrial.
Kelompok sosial dapat berkisar dari penghuni tunggal hingga pasangan yang
dikawinkan hingga kawanan yang suka berteman. Sistem kawin berkisar dari
monogami hingga poligini hingga poliginandri. Megapode, juga dikenal sebagai
pembangun gundukan, mengubur telurnya, yang diinkubasi oleh panas dari vegetasi
yang membusuk, pasir yang dihangatkan oleh sinar matahari, atau sumber panas
bumi. Cracid dapat memainkan peran penting dalam ekosistem hutan sebagai
pemangsa dan penyebar benih. Beberapa fasianoid galliform telah didomestikasi dan
disimpan sebagai tanaman hias atau dibiakkan dan dibesarkan untuk konsumsi
manusia. (Campbell dan Lack, 1985; Dickinson, 2003; Dyke, et al., 2003; Johnsgard,
1999; Madge dan McGowan, 2002; Sibley dan Ahlquist, 1990)
Familia dan Genus Pada Ordo Galliformes
Fosil yang ditemukan sebagai pendahulu atau ancestor dari Galliformes ini
ditemukan melalui fosil dari masa Eocene, pada 50 sampai 60 juta tahun yang lalu.
Pengklasifikasian Galliformes ini bermacam, ada yang mengklasifikasikannya
menjadi 2. Craci yang meliputi Megapodes, guans, curassows dan chachalas. Ada
pula Phaisani yang termasuk didalamnya ada Kalkun, New World quails, grouse,
pheasants, patridges dan guinea fowl. Kedua grup dikategorikan dari hallux (Grzimet
et al. 2004).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 52
Ada pula pengklasifikasian yang diketahui, menurut Myers et al. (2006) dan
Grzimek et.al (2004) dapat diketahui 5 famili dari Ordo Galliformes :
1. Family Numididae (guineafowl)
2. Family Odontophoridae (New World quails)
3. Family Phasianidae (turkeys, grouse, pheasants, and partridges)
4. Family Cracidae (chachalacas, curassows, and guans)
5. Family Megapodiidae (megapodes)
Ada juga pembagian family dari ordo Galliformes menjadi 8 Family
diantaranya:
1. Family: Numididae (guineafowl)
2. Family: Odontophoridae (New World quails)
3. Family: Phasianidae (junglefowl, including the wild form of the domestic
chicken, as well as partridges, pheasants, quail, and allies.)
4. Family: Cracidae (chachalacas, curassows, and guans)
5. Family: Megapodiidae (megapodes—mound-builders)
6. Family: Tetraonidae (grouse)
7. Family: Meleagrididae (turkeys)
8. Family: Mesitornithidae
Pada familia Numididae diketahui terdapat 4 Genus dan 6 Spesies (Myers, 2020)
genus dari familia ini diantaranya :
1. Arcyllium
2. Agelastes
3. Guttera
4. Numida
Contoh spesies dari pada Genus Acryllium adalah Acryllium vulturinum

BIOSISTEMATIKA HEWAN 53
Gambar 5.1 Bagian atas tubuh Acryllium
vulturinum (Werner, 2008)
Contoh spesies pada genus Agelastes adalah Agelastes niger.

Gambar 5.2 Agelastes niger


(Jabruson, 2007)
Contoh spesies pada genus Guttera adalah Guttera pucherani.

Gambar. 5.3 Guttera pucherani


(Garvie, 2007)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 54
Yang terakhir adalah genus Numida contoh spesies dari genus ini adalah
Numida Meleagris

Gamabar 5.4 Numida meleagris


(New Jersey Birds, 2011)
Familia selanjutnya yakni Odonthophoridae, pada familia ini terdapat 9 genus
diantaranya Rhynchortyx, Philortyx, Oreortyx, Odontophorus, Dendrortyx,
Dactylortyx, Cyrtonys, Colinus, Callipela. Pada familia Phasianidae ada beberapa
sub-familia diantranya Meleagridinae, Perdicinae, Phasianinae, Tetraoninae pada
Familia Cracidae terdapat juga sub-Familia yakni Cracinae dan Penelopinae.
Yang terakhir ada familia Megapodiidae pada familia terdapat beberapa genus
diantaranya Aepypodius, Alectura, Eulipoa, Leipoa, Macrocephalon,
Megapodius, Talegalla (Myers, 2020).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 55
1. SPESIES GALLIFORMES: Gallus gallus

Gambar 5.5. Gallus gallus Gambar 5.6. Gallus gallus


(Kinard, 2012) (Kinard, 2012)

Deskripsi Umum
Dikenal juga sebagai ayam hutan merah,
Kingdom : Animalia yang memiliki bulu berwarna emas,
Phylum : Chordata merah, coklat, merah gelap, oranye,
Class : Aves dengan sedikit hijau metalik dan abu-
Order : Galliformes abu. Spesies ini dapat dibedakan dengan
Family : Phasianidae burung lainnya karena jarak terbangnya
Genus : Gallus yang pendek, memiliki bercak putih
Species : Gallus gallus seperti telinga di kedua sisi kepalanya
(Linnaeus, 1758) dan kakinya yang berwarna keabu-
abuan.

Deskripsi Khusus
Gallus gallus adalah burung berukuran sedang yang mampu terbang dengan jarak
pendek. Spesies ini panjangnya bisa mencapai 70 cm, dengan panjang ekor
mencapai 28 cm. Gallus gallus menunjukkan perbedaan morfologi di antara
kedua tipe kelamin (dimorfisme seksual). Ayam jantan lebih atraktif, berukuran
lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu ekornya
panjang. Ayam betina relatif lebih kecil, jalu pendek atau nyaris tidak terlihat,
berjengger kecil, dan bulu ekor pendek.
Selama bulan Juni hingga Oktober, G. gallus berganti bulu menjadi eclipse
plumage/bulu gerhana. Bulu gerhana, pada jantan, merupakan bulu panjang hitam

BIOSISTEMATIKA HEWAN 56
di bagian tengah punggungnya dan bulu merah jingga ramping di seluruh
tubuhnya. Bagi betina, bulu gerhana tidak dapat dibedakan, tetapi mereka juga
berganti bulu.
Makanan
Gallus gallus termasuk ke dalam kelompok herbivora dan insektivora. Ayam hutan
merah ini memakan jagung, kedelai, cacing, rumput, dan berbagai jenis biji-bijian
yang ditemukan di tanah. Mereka tidak bisa mendeteksi rasa manis. Mereka dapat
mendeteksi garam, tetapi sebagian dari mereka tidak menyukainya.
Habitat
Gallus gallus hidup di hutan sekunder yang lebat atau belukar yang subur. Di pagi
atau sore hari, ayam itu dapat ditemukan di area terbuka, tempat di mana ayam
hutan merah mencari makanan. Terkadang G. gallus dapat dilihat di perkebunan
kelapa sawit.
Tingkat Kepunahan
Ayam hutan merah sebagian besar telah dikawinkan secara genetik dengan ayam
domestik dan liar, seperti yang ditunjukkan oleh survei terhadap 745 spesimen
museum. Tanda genotip liar murni untuk G. gallus adalah, pada jantan, eclipse
plumage. Bulu ini hanya terlihat pada populasi di bagian barat dan tengah rentang
geografis. Dipercaya bahwa G. gallus telah menghilang dari Asia Tenggara dan
Filipina. Studi ini didukung oleh koleksi ilmiah yang dibuat pada tahun 1860.
Pada 1960-an, penelitian di India timur laut mengungkapkan populasi ayam hutan
merah yang memperlihatkan bulu gerhana. Kemurnian spesies ini dalam bahaya
karena populasi manusia yang padat di wilayah itu, yang ayam peliharaannya
dapat terus mengganggu G. gallus secara genetik.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 57
2. SPESIES GALLIFORMES: Numida meleagris

Gambar 5.7. Numida meleagris Gambar 5.8. Numida meleagris


(Chandra, 2016) (Wayne, 2019)

Deskripsi Umum
Numida meleagris termasuk burung
Kingdom : Animalia
yang berukuran besar, tubuh membulat
Phylum : Chordata
atau hampir oval, dan kepala yang kecil.
Class : Aves
Bulunya berwarna abu-abu – hitam
Order : Galliformes
dengan bintik putih. Spesies ini memiliki
Family : Numididae
kepala tanpa bulu. Ciri khas spesies ini
Genus : Numida
adalah dihiasi dengan kenop bertulang
Species : Numida meleagris
kuning atau kemerahan, dan kulit dengan
(Linnaeus, 1758)
warna merah, biru, atau hitam.
Deskripsi Khusus
Numida meleagris memiliki tubuh membulat dengan panjang 53-58 cm dan berat
sekitar 1,3 kg. Burung jantan dan burung betina memiliki kesamaan, dengan bulu
keseluruhan hitam atau abu-abu dan banyak pola bintik putih. Pada sayapnya yang
pendek, terdapat juga bintik-bintik yang memanjang. Numida meleagris memiliki
leher panjang berwarna hitam keabu-abuan dan kepala dengan kulit berwarna biru
dengan pial merah terang di dasar paruh. Mahkota atasnya dengan "helm"
berwarna kecoklatan atau oranye-coklat dengan bentuk tanduk segitiga. Spesies
ini memiliki kaki tebal dan berwarna abu-abu.
Persebaran
Jangkauan asli Numida meleagris mencakup semua habitat di Afrika sub-Sahara,
tetapi mereka telah berhasil diperkenalkan di banyak wilayah di seluruh dunia,

BIOSISTEMATIKA HEWAN 58
termasuk Yaman barat, Prancis selatan, Australia, Karibia, dan Madagaskar.
Burung yang melarikan diri dari kawanan ternak yang dijinakkan atau eksotik
dapat dilihat hampir di mana saja dan dapat membentuk populasi liar kecil.
Makanan
Numida meleagris termasuk hewan omnivora di antaranya memakan biji,
serangga, akar, siput, reptil, biji-bijian, buah, dan bunga. Karena makanannya
yang sangat bervariasi, hal ini membantu burung-burung tinggal dalam kisaran
yang sama sepanjang tahun dan beradaptasi dengan habitat yang berbeda di mana
makanan yang tersedia berbeda.
Habitat
Numida meleagris lebih suka padang rumput kering dan habitat sabana dengan
pohon-pohon yang tersebar atau tutupan semak belukar, dan mereka juga sering
ditemukan di daerah pertanian serta taman atau kebun di pinggiran kota. Numida
meleagris biasanya menghindari habitat padat seperti hutan lebat atau rawa-rawa,
dan mereka juga absen dari gurun paling sederhana.
Tingkat Kepunahan
Numida meleagris tidak terancam atau tidak hampir punah, dan pada
kenyataannya jumlah dan jumlah populasi mereka meningkat secara keseluruhan
seiring dengan berkembangnya area pertanian dan menyediakan habitat yang
lebih cocok. Namun, spesies ini rentan diburu untuk dimakan atau diserang oleh
anjing dan kucing, dan mereka kadang-kadang diburu oleh petani yang
menganggap mereka sebagai pemakan tanaman biji-bijian.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 59
3. SPESIES GALLIFORMES: Colinus virginianus

Gambar 5.9. Colinus virginianus Gambar 1.10. Colinus virginianus


(Barnett, 2016) (Penney, 2018)

Deskripsi Umum

Kingdom : Animalia Colinus virginianus, dikenal juga dengan


Phylum : Chordata nama Northern Bobwhite atau ‘Puyuh
Class : Aves Bobwhite’, merupakan burung
Order : Galliformes berukuran sedang-kecil dan satu-satunya
Family : Odontophoridae spesies Galliformes asli Amerika.
Genus : Colinus Colinus virginianus memiliki bentuk
Species : Colinus virginianus tubuh yang bulat, paruhnya pendek,
(Linnaeus, 1758) melengkung dan berwarna coklat-hitam.

Deskripsi Khusus
Colinus virginianus adalah burung Galliformes yang kecil (140-170 gram) dengan
sayap membulat dan ekor persegi. Panjangnya berkisar antara 20,3-24,7 cm
dengan lebar sayap mulai dari 9-12 cm.
Sama seperti pada spesies Gallus gallus, Colinus virginianus juga menunjukkan
perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin (dimorfisme seksual) berkenaan
dengan warna wajah dan tenggorokan, penutup sayap, dan warna paruh. Jantan
dewasa dibedakan dengan garis-garis putih pada kepala dan tenggorokan, berbeda
dengan warna pada betina dan muda. Sayap jantan memiliki tanda hitam yang sangat
kontras pada bulu, sedangkan sayap betina tidak memiliki perbedaan warna bulu.
Pangkal mandibula berwarna hitam pada jantan dan kuning pada betina.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 60
Persebaran
Colinus virginianus dapat ditemukan dari Ontario tenggara ke Amerika Tengah.
Kepadatan populasi tertinggi terdapat di Amerika Serikat bagian timur dan
Meksiko. Colinus virginianus juga dapat ditemukan di seluruh Kuba. Populasi
terpisahkan ada di Washington, Oregon, Idaho, dan barat laut Meksiko.
Makanan
Pada dasarnya makanan Colinus virginianus tidak hanya mengandung biji-bijian,
tetapi termasuk juga daun, buah, dan invertebrata. Sekitar 85% dari makanannya
adalah dedaunan atau biji-bijian, dan 15% lainnya adalah hewani. Namun
terkadang jumlah relatifnya musiman.
Habitat
Hewan ini dapat ditemukan di lahan pertanian, padang rumput, daerah hutan
terbuka, bahkan jalanan. Habitat Colinus virginianus harus mengandung
keanekaragaman invertebrata, benih, dan tanaman herba. Selain itu, penting pula
tempat yang tersedia penutupnya sehingga memberikan perlindungan dari
pemangsa, cuaca, dan juga menyediakan bahan bersarang.
Tingkat Kepunahan
Populasi Colinus virginianus menurun. Hilangnya habitat, terutama karena
peningkatan pertanian skala besar dan pengurangan baris pagar dan plot habitat
yang cocok dianggap sebagai faktor utama dalam penurunan. Satu subspesies,
Colinus virginianus ridgwayi, dianggap terancam punah. Colinus virginianus
terdaftar sebagai hampir terancam oleh IUCN.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 61
4. SPESIES GALLIFORMES: Alectura lathami

Gambar 5.11. Alectura lathami Gambar 5.12. Alectura lathami


(Ebroh, 2017) (Gamboias, 2019)

Deskripsi Umum
Kingdom : Animalia
Alectura lathami dikenal juga dengan
Phylum : Chordata
nama Australian brushturkey. Spesies ini
Class : Aves
memiliki ekor yang menonjol dan indah
Order : Galliformes
seperti kipas, bulu-bulu yang sebagian
Family : Megapodiidae
besar berwarna hitam, dan dengan
Genus : Alectura
kepala merah, serta pial berwarna kuning
Species : Alectura lathami
di tenggorokan.
(J. E. Gray, 1831)

Deskripsi Khusus
Alectura lathami memiliki panjang total sekitar 60-75 cm (23,5-29,5 in) dan lebar
sayap sekitar 85 cm (33 in). Hewan ini memiliki bulu yang sebagian besar berwarna
hitap, kepala merah, dan pial berwarna kuning di tenggorokan. Pada jantan, pial
akan menjadi lebih besar selama masa kawin. Selain itu, kepala dan pial juga akan
tampak lebih terang selama musim kawin dan bersarang. Bagian bawah tubuh,
terdapat bulu berwarna putih, dan akan lebih jelas ketika sudah tua.
Alectura lathami tidak dapat terbang jauh sehingga disebut ‘clumsy flier’ atau
penerbang kikuk. Mereka hanya dapat terbang hanya terbang ketika terancam oleh
predator atau untuk bertengger di pohon.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 62
Seperti pada reptil, suhu inkubasi pada saat pengeraman Alectura lathami pun
memengaruhi rasio jenis kelamin. Rasio jenis kelamin adalah sama yaitu pada suhu
inkubasi 34°C, tetapi menghasilkan lebih banyak jantan ketika lebih dingin, dan
lebih banyak betina ketika lebih hangat
Persebaran
Penyebaran Alectura lathami ini terbatas hanya di Australi, tepatnya di Australia
Timur.
Makanan
Australian brushturkey ini memakan serangga, biji-bijian, dan buah-buahan yang
jatuh ke tanah, yang terpapar dengan serasah daun atau kayu yang lapuk.
Habitat
Alectura lathami mendiami hutan hujan dan hutan sklerofil basah, tetapi dapat juga
ditemukan daerah terbuka. Di bagian utara jangkauannya, brushturkey Australia
paling umum di ketinggian yang lebih tinggi, tetapi pindah ke daerah dataran rendah
di musim dingin. Di bagian selatan, umum di daerah pegunungan dan dataran
rendah.
Brushturkeys sekarang umum di lingkungan perkotaan dan dapat ditemukan di
Brisbane dan Sydney.
Tingkat Kepunahan
Alectura lathami termasuk kategori hewan beresiko rendah (least concern).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 63
6. ORDO GRUIFORMES
Gruiform, (Ordo Gruiformes) salah satu dari 12 famili dari burung yang secara
general sering disebutkan memunyai kekerabatan tetrapu sebenarnya mempunyai
perbedaan yang luas dari berbagai aspek. Gruiformes merupakan grup yang bisa
dibilang purba yang dapat banyak ditemukan fossil dari ordo ini, tetapi banyak dari
hewan dari ordo ini hanya terdapat pada daerah-daerah tertentu dan jumlah yang
sudah dapat dihitung, anggota dari ordo ini banyak yang endemic bagi berbagai
daerah tetapi ada beberapa anggota yang persebarannya mendunia seperti Rallidae
(rails, gallinules, and coots) dengan 138 spesies, Crane dapat ditemukan disetiap
benua kecuali di Amerika selatan, tetapi keanyakan dari 15 spesies hanya memiliki
populasi yang sangat sedikit, bahkan sebagian dari mereka terancam punah. The
bustards (Otididae), dengan jumlah 26 spesies, memiliki persebaran yang luas tetapi
karena adanya aktivitas industrial manusia dan agricultural modern menyebabkan
populasi dari Otididae ini menurun jumlahnya. The mesites (Mesitornithidae), dapat
ditemukan di Madgaskar dan Kagu (Rhynochetus jubatus) dapat ditemukan di pulau
di New Caledonia, ada juga ordo-ordo yang kecil dan terbagi lagi menjadi beberapa
su-ordo seperti Hemipodes, or button quails (Turnicidae), Aramidae, Psophiidae,
Heliornithidae, Eurypygidae, Cariamidae, Pedionomidae pada dahulunya
dikategorikan pada Gruiformes tetapi sekarang dikategorikan kedalama
Charadiformes. Burung dari ordo gruiformes mempunyai range ukuran yang
variatif dari yang kecil sekitar 15 cm seperti button quails sampai ukuran yang
terbilang besar seperti sarus crane yang mencapai sekitar 1.6

meter (Keith, 2015).

Gambar 6.1. Peta Persebaran Ordo Gruiformes


(iNaturalist.com)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 64
1. Spesies Gruiformes : Grus Japonensis (Burung Bangau Jepang)

Gambar 6.2 Grus Japonensis Gambar 6.3 Grus Japonensis


(Miller, 2006) (Drewitt, 2007)

Deskripsi Umum :

Bangau mahkota merah dewasa


dinamai karena adanya tanda
berwarna yang menterupai mahkota
pada bangau ini yang semakin
mencolok warnanya selama musim
Kingdom : Animalia kawin, keseluruhan dari tubuhnya
Phylum : Chordata berwarna putih salju dan sayapnya
Class : Aves berwarna hitam, yang mana
Order : Gruiformes menyerupi ekor yang berwarna hitam
Family : Gruidae apabila burung ini berdiri. Burung
Genus : Grus jantan warna hitam terdapat pada

Species : Grus Japonensis pipi, tenggorokan dan leher

(Linnaeus, 1776) sedangkan pada betina lebih


menyerupai warna abu-abu. Paruh
nya berwarna hijau gading, kaki
berwarna abu kehitaman dan
matanya berwarna coklat kehitaman
(Archibald & Meine, 1996)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 65
Deskripsi Khusus
Burung bangau ini memiliki badan dengan bulu berwarna putih dan pada
ujung sayap dan pada lehernya terdapat warna hitam, mereka dinamai
bangau mahkota merah karena terdapat lingkaran merah pada kepala
burung tersebut yang sebenarnya adalah kulit dari burung tersebut yang
berwarna kemerahan.

Gambar 6.4 Kepala dan leher Grus japonensis


(Vavulina, Tanpa Tahun)
Burung jantan betina cukup sulit unutk dibedakan, bangau mahkota merah
mempunya paruh yang panjang dengan ujung yang meruncing dan bisa
membawa beban sampai 20 pounds. Sayap mereka dapat melebar sejauh
5 kaki, dan mereka adalah salah satu dari burung terbesar didunia. Rata-
rata basal metabolisme dari burung ini sekitar 31.4 cm meter kubik
oksigen/jam. ("IUCN Red List of Threatened Species", 2003; Meine and
Archibald, 2004; Plemons, 2001; Smirenski, 2000).
Bangau mahkota merah mempunyai tarian untuk menarik lawan jenisnya
ketika musim kawin tiba dam untuk berkomunikasi dengan sesame spesies
dari burung ini. Tarian ini diikuti dengan gerakan menundukan kepala,
menanggukan kepala, meloncat dan gesture yang dilakukan oleh burung
Bangau ini. Selain dengan gerakan mereka juga mempunyai suara
panggilan yang dilakukan oleh burung jantan dan betina sebelum mereka
melaksanakan rangkaian tarian selanjutnya. Bangau ini bersifat Monogami
dan hiduo berdampingan seterusnya, walaupun salah satu dari
pasangannya mati maka burung ini tidak akan kawin dengan burung yang

BIOSISTEMATIKA HEWAN 66
lain ("International Crane Foundation, Crane Species, Red Crowned
Crane", 2001; Smirenski, 2000).

Gambar 6.5 Tarian Kawin Grus japonensis


(van den Heever, 2016)
Masa kawin dari Grus japonensis berada pada rentang waktu sekitar
musim panas dan musim gugur, burung betina biasanya menghasilkan 2
dan rata-rata hanya 1 telur yang dapat menetas dan hidup, biasanya anakan
buurng dapat bergerak dengan mandiri pada rentang waktu 70 hari dan
mencapai kematangan sexual di jenjang umur 2 sampai 3 tahun. (Blair-
Newton, Date Unknown; Collar, et al., 1988; "IUCN Red List of
Threatened Species", 2003; Plemons, 2001).

Gambar 6.6 Telur Grus japonensis


(Nesnad, 2019)
Ketika membuat sarang baik jantan dan betina sama-sama membantu dalam
pembuatan sarang tersebut dan sama-sama mengerami telur mereka, ketika
telur menetas burung betina berperan untuk memberi makan anak
G.japonensis dan pejantan berperan untuk melindung anak dari predator.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 67
("International Crane Foundation, Crane Species, Red Crowned
Crane", 2001; Meine and Archibald, 2004)

Gambar 6.7 Anak Induk Jantan dan Gambar 6.8 Induk Betina Grus
Betina Grus Japonensis japonensis Memberi Makan Anaknya
(Singh, 2019) (Singh, 2019)

Gambar 6.9 Anak Grus japonensis


(Singh, 2019)

Persebaran
Grus japonensis merupakan burung dengan peringkat ke-2 dalam hal
kelangkaan di dunia. Burung ini dapat ditemukan di Sungai Amur di timur
Negara Russia dan di daerah Asia Tenggara termasuk Jepang China.
Mereka merupakan spesies yang melakukan migrasi, dan mereka
melakukan migrasi untuk menghabiskan musim semi dan panas di daerah
Asia timur pada daerah yang basah, pada musim dingin menghabiskan
waktu di perairan asin dan tawar di daerah Chin dan Japan dan Peninsula

BIOSISTEMATIKA HEWAN 68
Korea. Ada juga beberapa spesies yang tidak melakukan migrasi mereka
menetap di daerah Hokkaido, Jepang. ("Threatened Birds of Asia: The
BirdLife International Red Data Book", 2001; Collar, et al., 1988;
"International Crane Foundation, Crane Species, Red Crowned Crane",
2001; Plemons, 2001; Smirenski, 2000).

Gambar 6.10 Peta Persebaran Grus japonensis


(dibird.com, 2020)

Gambar 6.11 Formasi Migrasi Grus japonensis


(Andrews, 2008)

Makanan

Makanan dari Grus japonensis di alam liar berupa, serangga, invertebrate


air, ikan, amphibian, hewan pengerat, rumput, beri, jagung dan tanaman-
tanaman lainnya. Pada saat musim dingin mereka juga memakan sisa-sisa

BIOSISTEMATIKA HEWAN 69
biji yang ada pada lahan pertanian atau agricultural. Di kebun binatang
biasanya mereka diberi makan dengan makanan untuk bangau yang berupa
pellets sebanyak 500gr per hari dan biasanya diberi makan juga dengan
serangga. Paruh dari burung ini meruncing dan tajam, dan mereka
menggunakannya seperti tombak. Bentuknya yang seperti itu
memudahkan burung ini untuk mengumpulkan dan mendapatkan makanan
dan burung dari spesies ini dapat mengambil makanan pada di dalam air
karena menggunakan teknik walk and peck. (Collar, et al., 1988;
"International Crane Foundation, Crane Species, Red Crowned Crane",
2001; "IUCN Red List of Threatened Species", 2003; Plemons, 2001;
Smirenski, 2000)
Habitat
Bangau Mahkota Merah membuat sarang dan mencari makan pada rawa-
rawa dengan air yang dalam, tetapi habitat ini jarang dipilih oleh
kebanyakan bangau, biasanya mereka membuat sarang di daerah dengan
perairan yang cukup dangkal dan juga mereka membuat sarang harus
dengan adanya tumbuhan-tumbuhan yang sudah mati, tak jarang Bangau
Mahkota Merah ini hidup di daerah pertanian. (Collar, et al., 1988; Meine
and Archibald, 2004; Plemons, 2001; Smirenski, 2000).
Tingkat Kepunahan
Banyak factor yang mempengaruhi tingkat kepunahan, seperti kemajuan
ekonomi khsuusnya perluasan pada bidang agrikulutural, pembuatan rumah
pada bantaran sungai, penebangan hutan dan juga pembuatan jalan membuat
kerusakan terhadap habitat di daerah Hokkaido, Jepang yang mana daerah ini
asalnya mensustansi hampir dari seperempat dari populasi Bangau Mahkota
Merah hal yang sama juga terjad pada daerah-daerah yang menjadi endemic
dari burung ini, dan banyak pihak yang sudah menyuarakan unutk menjaga
habitat dari burung yang merupakan salah satu burung yang paling langka di
dunia. Sudah ada penelitian lebih lanjut mengenai tempat yang akan dijadikan
tempat migrasi oleh burung ini dan sudah dilakukan perjanjian unutk menjaga
wilayah yang akan ditempati oleh burung-burung tersebut ketika nanti
melakukan migrasi untuk

BIOSISTEMATIKA HEWAN 70
meminimalisir tingkat kepunahan. Banyak pihak yang sudah
mengembangkan fasilitas unutk membantu pemberian makan pada burung
ini agar bisa bertahan pada musim dingin. Seperti dilansir pada IUCN
status konservasi dari burung ini berupa Terancam punah karena berbagai
hal yang sudah disebutkan diatas, selain menjaga habitat upaya untuk
menjaga keberadaan burung ini dengan melakuakn penangkaran dan
penangkaran dan pengembang biakkan burung ini sudah lama dilakukan
oleh manusia terhitung sejak tahun 1861. ("Threatened Birds of Asia: The
BirdLife International Red Data Book", 2001; Collar, et al., 1988;
"International Crane Foundation, Crane Species, Red Crowned Crane",
2001; "IUCN Red List of Threatened Species", 2003; Meine and
Archibald, 2004)
2. Spesies Gruiformes : Balearica regulorum (Grey Crowned Crane)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Gruiformes

Familia : Gruidae

Genus : Balearica

Species : Balearica regulorum


Gambar 6.12.
Balearica regulorum (ET Bennett, 1834)
(Rod Waddington, 2015)

Deskripsi umum .

Derek Afrika Selatan (Balearica regulorum) adalah burung yang termasuk


dalam ordo Gruiformes, keluarga Gruidae. Nama umumnya yaitu Derek
Mahkota-Selatan, Derek Mahkota-Afrika Timur (gibbericeps), Derek
Mahkota-Afrika Selatan (regulorum), Grey Crowned Crane. Memiliki ciri

BIOSISTEMATIKA HEWAN 71
morfologi umum pada struktur yang ditandai dengan leher panjang dan
tipis, kaki sangat panjang, serta paruh lurus.

Derek abu-abu dinobatkan sebagai keturunan yang paling primitif


dari Gruidae yang masih hidup. Derek abu-abu ini memiliki jari-jari kaki
panjang yang memungkinkan untuk bertengger di pohon, menjadikannya
salah satu dari dua spesies crane yang mampu melakukannya. Di daerah
yang lebih kering gerakan mereka sangat luas.. Bertengger di pohon adalah
adaptasi yang membantunya menghindari banyak predator darat.
(Johnsgard, 1983; Walkinshaw, 1973).

Gambar 6.13
(Aminals. 2018)

Derek abu-abu merupakan spesies monogami dan tampaknya kawin sekali


seumur hidup. Selama pacaran mereka melakukan "tarian pernikahan". Tarian
ini dimulai dengan serangkaian panggilan selama kantung gular meningkat.
Setelah itu mereka berdua menundukkan kepala, lalu merentangkan sayap dan
memulai serangkaian lompatan. Musim kawin bervariasi dengan hujan. Di
Afrika Timur tampaknya sepanjang tahun dengan puncak pada periode yang
lebih basah. Di Afrika Selatan dan di daerah yang lebih kering, pembiakan
terjadi selama periode hujan Oktober hingga April dengan puncaknya antara
Desember dan Februari. Crane yang dimahkotai abu-abu dapat hidup hingga
22 tahun di alam liar atau 25 di penangkaran. ( Krajewski dan King, et al.,
2007 )

BIOSISTEMATIKA HEWAN 72
Deskripsi khusus

Gambar 6.15.
(Bygott, david. 2020)

Derek abu-abu dewasa dikenal dengan mahkota kuning mereka yang


besar. Setiap bulu mahkota berujung hitam. Derek dewasa yang
berkembang biak memiliki iris abu-abu pucat ke biru. Derek berwarna abu-
abu memiliki pipi putih polos dengan warna kemerahan. Dalam sub-spesies,
Derek bermahkota Afrika Timur memperlihatkan pipi yang lebih merah
daripada derek mahkota Afrika Selatan. Bulu hitam mengelilingi bagian
pipi. Di bagian bawah dagu ada kantung gular merah (mirip dengan pial).
Derek abu-abu memiliki paruh abu-abu pendek. Bulu leher serta sebagian
besar bulu tubuh berwarna abu-abu seperti mutiara. Sayap-sayap crane abu-
abu sebagian besar berwarna putih tetapi dapat memiliki bulu yang
warnanya bervariasi dari coklat hingga emas. Ekornya berwarna hitam dan
kulit bagian atasnya menjadi kuning seperti jerami. Derek ini memiliki kaki
hitam dan kaki belakang panjang yang memungkinkan mereka untuk
bertengger di pohon. Beratnya 3 sampai 4 kg, dan panjangnya 100 hingga
110 cm dengan bentang sayap 180 sampai 200 cm. Burung ini
mengeluarkan suara seperti terompet.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 73
Gambar 6.16.
(Kee, Lip. 2012)

Kepala bagian samping pada bagian lobus oksipital, memiliki titik


hitam beludru yang menutupi kepala, diikuti oleh dua garis merah tipis dalam
posisi parietal; wajah memiliki dua pipi putih, sepasang watt merah di leher.
Kakinya panjang dan kakinya anisodactylous, jari-jarinya berakhir pada kuku
yang panjang dan kuat. Paruhnya lebih pendek dan lebih lembut dari burung
bangau. Tidak seperti spesies crane lainnya, Derek abu-abu Afrika Selatan juga
biasa bertengger di pohon pada malam hari.

Perkiraan ukuran sarang adalah diameter 50 to86 cm, dan 12,5 cm di


atas permukaan air.Telur yang baru diletakkan berwarna biru muda. Telur
memiliki masa inkubasi 28 hingga 30 hari. Sekitar 12 jam setelah menetas
mereka mampu berenang dan mengapung seperti bola gabus kecil.

Persebaran

Balearica regulorum tersebar di Afrika Timur dan Selatan, dengan


Balearica regulorum gibbericeps tersebar dari Republik Demokratik
Kongo, Uganda dan Kenya selatan melalui Tanzania ke Mozambik , dan
menominasikan ras Balearica regulorum regulorum ditemukan dari
Mozambik Selatan melalui Zimbabwe ke Afrika Selatan dan Barat dalam
jumlah kecil ke Namibia dan Angola .

Populasinya di banyak daerah termasuk Kenya dan Uganda telah


mengalami penurunan yang cepat, tetapi populasi lain tampaknya stabil atau
meningkat (Afrika Selatan dan Zimbabwe). Populasi terbesar yang tersisa
diyakini berada di Kenya (17.000-20.000 individu pada 2004), Uganda
(13.000-20.000 individu), Republik Demokratik Kongo (mungkin 5.000

BIOSISTEMATIKA HEWAN 74
burung), dan Afrika Selatan (4.000-5.000 burung) (Johnsgard, 1983 ;
Walkinshaw, 1964 ; Walkinshaw, 1973 ; del Hoyo, et al., 1996).

Makanan

Makanan Balearica regulorum yaitu hewan reptile, serangga, cacing


terrestrial. Crane ini memiliki pola makan omnivora yang sangat umum.
Mereka dikenal pemakan serangga, binatang kecil seperti kadal dan cacing
termasuk belalang, jangkrik serta biji-bijian. Mereka juga dikenal makan
jagung. Mereka lebih suka memakan jagung langsung dari tongkolnya,
merobohkan kernel, daripada memakan kernel yang ditemukan berserakan.
(Johnsgard, 1983 ; Walkinshaw, 1973 ; del Hoyo, et al., 1996). Kaitannya
dengan ekologi pencernaan mereka yang didasarkan pada biji, umbi-umbian,
tunas tender, juga dapat cacing tanah, serangga dan invertebrata kecil lainnya,
seperti mol kriket, jangkrik, dan belalang.

Habitat

Habitat yang mereka sukai, seperti halnya semua Gruiformes,


berdiri di daerah basah, dan untuk alasan ini kami menemukan mereka dekat
dengan alang-alang, lahan basah, danau, kolam, rawa, laguna, bakau,
padang rumput banjir, sungai, aliran air dan anak sungai. Sayangnya,
lingkungan yang sering dikunjungi burung-burung ini semakin memburuk
karena campur tangan manusia dan karena alasan tersebut, saat ini
kehidupan mereka tidak mudah.

Balearica regulorum biasanya ditemukan di padang rumput dekat


dengan badan air. Mereka lebih suka bersarang di dekat badan air yang
menyediakan perlindungan. Namun mereka sering mencari makan di sabana
dan padang rumput terbuka dengan pohon tersebar yang tidak membentuk
kanopi tertutup. Sabana luas ditemukan di bagian Afrika subtropis dan tropis
juga di Amerika Selatan, serta Australia. Di daerah Selatan, mereka ditemukan
di Vleis. Vleis adalah danau dangkal atau danau musiman yang dangkal.
Mereka juga sering memilih habitat yang di beberapa pohon.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 75
Kelimpahan distribusi makanan dan tempat bersarang yang cocok
adalah faktor ekologis utama yang menentukan ukuran wilayah jelajah
spesies ini serta luasnya pergerakan populasi lokal dan musiman. Habitat
Spesies ini mendiami lahan basah seperti rawa-rawa, wajan dan bendungan
dengan tumbuh-tumbuhan tinggi, tepi sungai, hutan sungai terbuka, dataran
banjir dangkal dan kolam sementara dengan padang rumput yang
berdekatan, sabana terbuka, ladang tanama, padang rumput, ladang dab
daerah irigasi.

Tingkat kepunahan

Spesies ini status konservasinya rentan, hal ini karena hilangnya


habitat dan pemindahan burung dan telur liar dari alam telah mendorong
penurunan cepat selama tiga generasi terakhir (45 tahun). Klarifikasi lebih
lanjut tentang tingkat penurunan di seluruh rentangnya dapat
mengakibatkan uplisting lebih lanjut ke Terancam Punah.

Ancaman utama yang dihadapi derek mahkota abu-abu adalah


hilangnya dan degradasi lahan basah. Faktor lain yang menyebabkan
penurunan adalah meningkatnya penggunaan pestisida dan penurunan
praktik meninggalkan ladang kosong. Pestisida membunuh sumber
makanan (serangga). Tetapi dengan menurunnya area tersebut, makanan
menjadi semakin langka. ( Mafabi, 2000 ; Olupot, et al., 2009 ; Beilfus, et
al., 2007 ; Beilfus, et al., 2007 ;IUCN, 2009).

Spesies ini terancam oleh hilangnya dan degradasi area pengembangbiakan


lahan basah melalui perubahan terkait penggunaan lahan, drainase, dan
penggembalaan yang berlebihan 1 (Penggembalaan ternak yang tidak
terkontrol).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 76
3. Spesies Pada Ordo Gruiformes : Grus Americana (Whooping Crane)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Aves

Order : Gruiformes

Family : Gruidae

Genus : Grus

Species : Grus americana


Gambar 6.17
Grus americana
(Bennett, 1834)
Mendres. 2015

Deskripsi umum

Dengan tinggi hampir 5 kaki (1,5 m), derek rejan adalah burung
tertinggi di Amerika Utara. Mereka memiliki lebar sayap 7,5 kaki (2,3 m).
Derek rejan berwarna putih dengan bercak berwarna karat di bagian atas dan
belakang kepala, tidak memiliki bulu di kedua sisi kepala, mata kuning, dan
kaki yang panjang dan hitam. Bulu sayap utama mereka berwarna hitam
tetapi hanya terlihat saat terbang.

Derek rejan adalah hewan diurnal dan bertengger di tanah pada


malam hari. Secara historis, Grus americana adalah spesies yang
bermigrasi, tetapi hanya dua dari tiga populasi liar yang bermigrasi. Derek
rejan hidup berpasangan atau kelompok membentuk keluarga kecil. Mereka
dapat bergerak dengan berjalan atau terbang. (Cronin, et al., 2005; Cronin,
et al., 2007 ; Johnsgard, 1983; Lewis, 1995 ).

Derek rejan bereproduksi setahun sekali dari akhir April hingga Mei.
Pada masa-masa kekeringan, tempat bersarang bisa menjadi tidak lagi cocok
untuk digunakan. Biasanya dua telur diletakkan dan masa inkubasi adalah 30
hingga 35 hari. (Hughes, 2008 ; Kuyt, 1980 ; Lewis, 1995 ; Spalding, et al.,
2009 ). Diperkirakan umur derek rejan liar adalah 22 hingga

BIOSISTEMATIKA HEWAN 77
lebih dari 30 tahun. Di penangkaran, burung-burung itu diperkirakan hidup
sampai 35 hingga 40 tahun. Kekeringan selama musim kawin menghasilkan
kematian yang lebih besar bagi rejan muda, karena mereka harus melakukan
perjalanan lebih jauh untuk sumber makanan dan berisiko diserang oleh
predator darat. (Forrester, et al., 1978 ; Lewis, 1995).

Deskripsi khusus

Gambar 6.18.
(Cephas. 2009)

Derek rejan dewasa adalah burung besar berkaki panjang dengan leher
panjang berukuran 130 hingga 160 cm, dan memiliki lebar sayap 200 hingga
230 cm. Mereka berwarna putih dengan bulu sayap utama dan kaki panjang
mereka berwarna hitam, sedangkan jari-jari kaki mereka berwarna keabu-
abuan. Area mahkota, lore, dan malar adalah kulit telanjang yang warnanya
bervariasi dari merah terang hingga hitam. Kulitnya ditutupi bulu hitam pendek
yang padat di sekitar tepi kulit. Mereka memiliki mata kuning dan paruh
berwarna merah muda di bagian dasarnya, tetapi sebagian besar berwarna abu-
abu atau zaitun. Kedua jenis kelamin mirip satu sama lain, namun rejan jantan
lebih berat. Jantan dewasa dan betina dewasa memiliki berat rata-rata masing-
masing 7,3 kg dan 6,4 kg. Anak burung derek rejan muda berwarna kayu manis
atau cokelat di sepanjang punggung dan abu-abu kusam atau cokelat di
perutnya. Seruan nyaring dan seperti terompet.Bangau rejan remaja memiliki
kepala yang tertutup bulu dan bulu putih yang bernoda kayu manis atau cokelat.
Area mahkota yang menjadi

BIOSISTEMATIKA HEWAN 78
kulit telanjang memiliki bulu pendek.( "Cranes", 2003 ; Hughes, 2008 ;
Johnsgard, 1983 ; Lewis, 1995 ).

Persebaran

Grus americana adalah spesies burung asli yang bermigrasi di


wilayah Nearctic. Meluas ke seluruh Amerika Serikat bagian Tengah dan
Kanada, juga memasuki bagian Utara Meksiko Tengah. Populasi asal yang
liar, berkembang biak di Taman Nasional Wood Buffalo, Kanada, dan
musim dingin di Suaka Margasatwa Nasional Aransas, Texas, memiliki
preferensi habitat yang relatif sempit. Populasi kedua menghabiskan musim
panas di Idaho, Wyoming dan Montana, dan bermigrasi ke tempat musim
dingin mereka di Rio Grande Valley of New Mexico. Populasi non-migrasi
ketiga yang diperkenalkan berada di Kissimmee Prairie, Florida. Ketika
populasi Wood Buffalo dan Rocky Mountain bermigrasi, mereka singgah di
Amerika Serikat dan Kanada, di North Dakota,( Allen, 1952; Armbruster,
1990 ;Doughty, 1989; Hayes, et al., 2007 ; Hughes, 2008 ; Johnsgard, 1983
; Kuyt, 1993 ; Lewis, 1995 )

Makanan

Merupakan hewan Omnivora. Makanan saat musim panas meliputi


serangga, ikan kecil, katak, burung kecil dan tikus, dan beri. Makanan saat
musim dingin yang utama adalah kepiting biru (Callinectes sapidus) dan
buah-buahan wolfberry (Lycium carolinianum). Makanan musim dingin

BIOSISTEMATIKA HEWAN 79
lainnya termasuk: kerang, biji, siput, belalang, tikus, tikus dan, ular. Pada
migrasi persinggahan melalui Amerika Serikat pusat dan Saskatchewan,
crane rejan memakan umbi tanaman dan biji-bijian limbah di bidang
pertanian. Mereka memakan hewan mamalia, amfibi, reptile, ikan,
serangga, Mollusca, cacing terrestrial, dan crustaceae air.

Habitat

Habitat Grus americana berada di habitat sedang terrestrial, bioma


terestrial sabana atau padang rumput, bioma akuatik danau dan kolam
pesisir air payau. Lahan basah rawa rawa derek rejan untuk bersarang terdiri
dari area terbuka yang dekat dengan sejumlah besar air dan tumbuh-
tumbuhan. Area terbuka sangat penting untuk mendeteksi adanya predator.
Bersarang di lahan basah dan daerah rawa, dekat dengan kolam atau danau
yang dangkal. Selama migrasi, derek rejan mencari habitat yang sama di
lahan basah, bak pasir terendam, dan ladang pertanian. Di musim dingin,
habitat basah juga dicari dalam bentuk teluk payau dan rawa-rawa pantai.
Grus americana lebih suka rawa-rawa dengan kisaran pH khas 7,6-8,3. (
"Peta Elevasi Pantai Teluk Texas", 2008 ; Armbruster, 1990 ; Hughes, 2008 ;
Lewis, 1995 ; Timoney, 1999 ; Timoney, dkk., 1997 ; Program Lingkungan
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Wo, 2008 )

Derek rejan saat musim dingin berada di dataran garam dan rawa-
rawa Aransas National Wildlife Refuge seluas 22.500 hektar. Padang
rumput di daerah itu yang dihiasi oleh sengkedan dan kolam. Musim panas
mereka bersarang di lahan basah dengan drainase buruk di Wilayah Barat
Laut Kanada di Taman Nasional Wood Buffalo.

Tingkat kepunahan

Terancam Punah, Derek rejan adalah spesies rentan. Tahun-tahun


kering membuat Derek Rejan muda sangat rentan karena sarangnya mudah
diakses oleh predator darat. Derek rejan adalah salah satu spesies burung
paling langka di Amerika Utara. Derek rejan dilindungi di Kanada, Amerika
Serikat dan Meksiko. Karena beberapa habitat mereka dilindungi oleh
pemerintah federal, tanah tersebut dikelola untuk melestarikan hewan.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 80
Ancaman terbesar terhadap derek rejan adalah buatan manusia: kabel listrik,
perburuan ilegal, dan hilangnya habitat. Karena Gulf International
Waterway melewati daerah habitatnya, crane rentan terhadap tumpahan
bahan kimia dan kontaminasi terkait minyak bumi lainnya. Ada sejumlah
cara di mana pemulihan derek rejan telah dipromosikan. Ini termasuk
perlindungan melalui undang-undang seperti, Undang-Undang Burung
Migrasi Amerika Serikat. Ada juga upaya penangkaran yang intens dan
pengenalan kembali.

4. Spesies Pada Ordo Gruiformes : Grus virgo (Demoiselle Crane)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Aves

Order : Gruiformes

Family : Gruidae

Genus : Grus

Species : Grus virgo

Gambar 6.19. (Bennett, 1834)


Grus virgo
Sumeet Moghe, 2014

Deskripsi umum

Umumnya merupakan burung besar, mulai dari panjang 90 cm


hingga 150 cm. Nama lainnya Anthropoides virgo dikenal sebagai derek
terkecil, dengan panjang dewasa rata-rata 90 cm. Cranes diakui untuk leher
dan kaki yang panjang, tubuh mereka yang ramping, dan sayap bundar yang
panjang. Derek Demoiselle dapat dibedakan berdasarkan fitur fisik spesifik
dan karakteristik unik lainnya.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 81
Siklus reproduksi memiliki banyak tahapan. Pertama, ada periode
bertelur tiga sampai lima bulan, sedangkan periode non-pembibitan jauh lebih
lama. Bermigrasi di antara tempat berkembang biak dan tempat musim dingin,
ketika di musim kawin, burung-burung ini bersarang di padang rumput.
Biasanya sarangnya ada di tanah kosong yang terdiri dari beberapa ranting dan
kerikil. Rata-rata, ukuran kopling derek Demoiselle memiliki telur yang
berwarna kuning kehijauan dengan bintik-bintik lavender. Setelah telur
menetas, periode terbang berlangsung selama lima puluh lima hingga enam
puluh hari daerah dataran tinggi. Ini adalah periode fledging terpendek dari
semua crane lainnya. Sampai musim kawin berikutnya, selama delapan hingga
sepuluh bulan crane yang tidak dewasa tetap bersama orang tua mereka. Setelah
crane Remaja meninggalkan orang tua mereka, mereka berkumpul ke dalam
kawanan yang tidak berkembang biak dan bersifat nomaden, menempa
makanan dan tempat bertengger selama musim kawin orang dewasa yang
matang secara seksual.

Deskripsi khusus

Gambar 6.20. Gambar 6.21.


Sumeet Moghe. 2014 Mathias Putze, 2016
Sebagian besar crane memiliki bercak kulit merah dan telanjang di
kepala mereka, namun demoisel memiliki kepala yang benar-benar berbulu
dengan garis putih yang memanjang dari sudut mata merah mereka, ke
bagian belakang kepala mereka. Selama pameran, mereka dapat
memanjangkan bulu-bulu ini di sisi kepala mereka. Sebagian besar crane
memiliki bercak kulit merah dan telanjang di kepala mereka, namun
demoisel memiliki kepala yang benar-benar berbulu dengan garis putih

BIOSISTEMATIKA HEWAN 82
yang memanjang dari sudut mata merah mereka, ke bagian belakang kepala
mereka. Dengan area abu-abu berbulu mulai dari mahkota hingga tengkuk,
burung memiliki bagian bawah yang gelap, dengan kaki dan jari kaki hitam.
Beradaptasi untuk berjalan di habitat padang rumput, jari-jari kaki telah
berevolusi menjadi lebih pendek, karena itu dapat menempa makanan secara
lebih efisien di daerah dataran tinggi. Panjang dan posisi trakea juga dapat
membedakan crane Demoiselle dari crane lainnya. Demoiselles memiliki
trakea yang membuat sedikit lekukan pada tulang dada.

Sebagian besar crane memiliki bercak kulit merah dan telanjang di


kepala mereka, namun demoisel memiliki kepala yang benar-benar berbulu
dengan garis putih yang memanjang dari sudut mata merah mereka, ke bagian
belakang kepala mereka. Selama pameran, mereka dapat memanjangkan bulu-
bulu ini di sisi kepala mereka. Sebagian besar crane memiliki bercak kulit
merah dan telanjang di kepala mereka, namun demoisel memiliki kepala yang
benar-benar berbulu dengan garis putih yang memanjang dari sudut mata merah
mereka, ke bagian belakang kepala mereka. Dengan area abu-abu berbulu
mulai dari mahkota hingga tengkuk, burung memiliki bagian bawah yang
gelap, dengan kaki dan jari kaki hitam. Beradaptasi untuk berjalan di habitat
padang rumput, jari-jari kaki telah berevolusi menjadi lebih pendek, karena itu
dapat menempa makanan secara lebih efisien di daerah dataran tinggi. Panjang
dan posisi trakea juga dapat membedakan crane Demoiselle dari crane lainnya.
Demoiselles memiliki trakea yang membuat sedikit lekukan pada tulang dada.

Persebaran

Gambar 6.22.
(Alexander Kürthy, 2019)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 83
Ada enam lokasi utama populasi Grus virgo. Populasi yang stabil /
menurun dari 70 hingga 100.000 individu terletak di Asia Timur. Di Asia
Tengah, ada populasi yang stabil dan terus bertambah dari 100.000 individu.
Kalmykia adalah populasi timur ketiga, yang terdiri dari 30 hingga 35.000
individu, dan jumlah ini saat ini stabil. Afrika Utara memiliki populasi
menurun sebanyak lima puluh individu di Atlas Plateau. Populasi sekitar
500 individu di dekat Laut Hitam menurun, dan di Turki, ada populasi
berkembang biak kecil kurang dari 100 individu. Derek Demoiselle
merupakan spesies kosmopolitan yang ditemukan dalam jangkauan luas di
wilayah Ethiopia, Palearctic, dan Oriental. Karena demoisel adalah burung
yang bermigrasi, habitat musim dingin mereka termasuk yang dari Afrika
Timur Laut, Pakistan,( "Demoiselle Crane", 2000 ; Meine and Archibald,
1996 ).

Spesies ini dilindungi secara hukum di Rusia dan Ukraina. Spesies


ini sebagian besar ditemukan di luar kawasan lindung. Dalam beberapa
tahun terakhir, hanya satu pasangan dari populasi Laut Hitam yang
berkembang biak di kawasan lindung, di Taman Nasional Azov-Sivash di
Ukraina. Mereka juga tersebar mulai dari kawasan W Eurasia dari Laut
Hitam E ke Mongolia dan NE Tiongkok. Musim dingin di anak benua India
dan di Afrika sub-Sahara (dari L Chad hingga Ethiopia). Populasi
perkembangbiakan yang kecil dan terpisah di Turki, tetapi populasi lain di
Afrika Selatan baru-baru ini punah.

Selatan baru-baru ini punah.

Makanan

Dengan tagihan dan jari kaki yang lebih pendek serta efisien untuk
mencari makan di dataran tinggi yang kering, lahan pertanian, dan padang
rumput, burung-burung ini berburu dengan kepala ditundukkan untuk
mematuk tanah. Selain itu, derek Demoiselle adalah omnivora,
mengonsumsi berbagai macam bahan tanaman sepanjang tahun, dan
memakan hewan. Mereka memakan seperti daun, kacang-kacangan, buah-

BIOSISTEMATIKA HEWAN 84
buahan, mamalia kecil,burung,serangga,cacing,siput,belalang, kumbang ,
ular , kadal , dan hewan pengerat .

Habitat

Derek Demoiselle ditemukan di habitat bervariasi dari sabana semi-


kering, padang rumput, dan stepa, hingga dataran tinggi. Mereka juga dapat
menghuni semi-gurun ke gurun sejati selama air tersedia dalam jarak 200
hingga 500 meter. Mulai di habitat dari permukaan laut hingga 3.000 meter,
mereka biasanya ditemukan tidak jauh dari beberapa ratus meter dari sungai,
karena mereka membutuhkan sumber air untuk bertahan hidup. Setelah
migrasi, habitat musim dingin A. virgo termasuk sabana akasia, padang
rumput, dan daerah riparian.

Mereka juga sering ditemukan di kawasan Savanna Kering, Padang


Rumput beriklim sedang, Subtropis / Tropis Kering, Lahan Basah
(pedalaman), Aliran/Sungai (termasuk air terjun), Sungai Teratur Musiman,
Rawa-Rawa, Lahan Gambut, Danau Air Tawar Permanen (lebih dari 8ha),
Saline Musiman/Berselang, Danau dan Rumah Payau atau Alka, tebing
pedalaman, puncak gunung, Gurun Panas atau Sedang, Artificial /
Terrestrial, Buatan/Perairan dan Laut: Kolam (di bawah 8ha).

Tingkat kepunahan

Satutasnya diusulkan untuk konservasi. Program konservasi seperti


yang ada di Ukraina, sejauh ini, berfokus pada analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi spesies dalam pengaturan pertanian, dan mengidentifikasi
metode untuk mengurangi dampak negatif. Survei telah dilakukan di berbagai
bidang seperti Ukraina dan Georgia. Pada tahun 1992, Stasiun Ornitologi Laut
Azov-Hitam di Ukraina mendirikan "Program Virgo" untuk memantau hal ini
dan spesies burung langka dan menghilang lainnya di padang rumput Ukraina.
Penelitian telah difokuskan pada distribusi, jumlah populasi, biologi,
pergerakan kawanan, ekologi perkembangbiakan dan pola migrasi dari
berbagai bagian dari kisaran pemuliaan utamanya. Program

BIOSISTEMATIKA HEWAN 85
pendidikan yang melibatkan spesies juga telah dimulai di Ukraina (Meine
dan Archibald 1996).

Pemantauan jangka panjang harus dilanjutkan dan diperluas dan survei


dilakukan untuk menentukan ukuran populasi, menilai habitat dan potensi
ancamannya. Lanjutan penelitian, dengan fokus pada biologi pemuliaan,
jangkauan, migrasi, persyaratan habitat, dan ancaman terhadap spesies migrasi
di Semenanjung Balkan dan Siprus. Program pendidikan konservasi di seluruh
rentang populasi harus dikembangkan. Periksalah rentang sejarah dan habitat
populasi seperti di Laut Hitam, dan potensi pembentukan kembali di daerah-
daerah mana ia telah punah atau sekarang hanya terjadi selama migrasi. Juga
seperti penegakan pembatasan perburuan yang ada di Georgia harus diperkuat
(Meine dan Archibald 1996).

5. Spesies Pada Ordo Gruiformes : Rallus elegans (King Rail)


Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Aves

Order : Gruiformes

Family : Gruidae

Genus : Rallus

Gambar 6.23. Species : Rallus elegans


(Greeney5. 2017)
(Audubon, 1834)

Deskripsi umum

Rallus elegans adalah komunikator yang sangat visual dan akustik.


Memiiki bunyi 'kik-kik-kik' atau 'chur-ur-ur' yang bergulir. Jumlah vokalisasi
meningkat selama musim kawin, menunjukkan ada hubungan dengan
pasangannya. Rallus elegans menggunakan badan dan gerakan ekor

BIOSISTEMATIKA HEWAN 86
untuk mengomunikasikan minat atau agresi kawin. Saat mengejar pasangan,
R. elegans jantan mungkin merunduk rendah ke tanah, memegang ekor
secara vertikal. Janttan juga berjongkok untuk menangkal pengganggu
wilayah dan pada akhirnya akan menyerang ancaman yang terus-menerus.
(Raja Rail, Sejarah Hidup, 2011 ;Poole, et al, 2005. )

Saat ini, semua bukti menunjukkan Rallus elegans adalah spesies


monogami. Rallus jantan anggun menggunakan beberapa tampilan untuk
menarik pasangan. Saat berhubungan dengan lawan jenis, jantan mondar-
mandir dengan ekor dipegang secara vertikal, mengekspos putih di bawah ekor,
mengipasi ekor, dan "pengejaran" di mana laki-laki membungkuk rendah ke
tanah dan mengikuti betina. Pasangan menjunjung tinggi hubungan monogami
sepanjang musim kawin, tetapi burung menjadi soliter selama periode tidak
berkembang biak. Kesetiaan pasangan dari tahun ke tahun saat ini tidak
diketahui. (Meanley, 1957 ; Poole, et al., 2005).

Musim bersarang Rallus elegans dimulai pada awal Maret dan


berlangsung hingga awal September dengan puncak aktivitas yang terjadi
antara 15 April dan 1 Juli. Sarang dekat dengan kanopi dan kadang-kadang
dekat lereng. Betina meletakkan satu telur per hari ke dalam sarang. Ini
dilakukan hingga kopling 6 hingga 14 butir telur tercapai. Masa inkubasi
berlangsung rata-rata 22 hari. Masing-masing anak mampu mengikuti ibu
segera setelah lahir. Penerbangan pertama burung muda terjadi sekitar 63 hari
setelah kelahiran. ("King Rail, Life History", 2011 ; Poole, et al., 2005)

Deskripsi khusus

Rallus elegans adalah burung rawa besar, ramping, berwarna karat


dengan paruh panjang dan panjang. Ini adalah Rallus Amerika Utara
terbesar. Rallus elegans memiliki ekor pendek dan sering terangkat. Betina
dan jantan sama, betina umumnya lebih kecil dari jantan. Betina, rata-rata
memiliki berat 11 hingga 13 ons sedangkan jantan rata-rata memiliki berat
12 ons. R. elegans memiliki warna gelap (bukan merah) mata, dengan
bercak di punggung mereka. Rallus remaja mirip dengan Rallus dewasa,
tetapi tanda tidak dapat dibedakan dengan jumlah hitam yang bervariasi di

BIOSISTEMATIKA HEWAN 87
sisinya. . Rallus elegans yang berwarna memungkinkannya untuk
menyamar dengan baik dari predator.

Persebaran

Gambar 6.24.
(Cephas. 2018)

Burung ini berkembang biak di rawa-rawa sekitar kawasan Amerika


Utara bagian Timur. Burung di sepanjang pantai Tenggara Amerika Serikat
adalah penduduk tetap. Burung-burung lain bermigrasi ke Amerika Serikat
bagian selatan dan Meksiko ; di Kanada , mereka ditemukan di Ontario selatan
. King Rail dewasa akan meranggas sepenuhnya setelah bersarang dan menjadi
tidak bisa terbang selama hampir sebulan.

Makanan

Rallus elegans dianggap omnivora, mereka memakan crustasea,


ikan dan serangga. Kadang-kadang akan memakan tanaman atau biji. Air
sangat penting untuk R. elegans , karena meskipun makanan telah datang
dari tanah mereka butuh air sebelum dikonsumsi. Paruh dan kaki R. elegans
dikhususkan untuk mencari makan di air. Mangsa umum termasuk udang
karang, kepiting biola , kerang, dan kumbang air. ( "King Rail, Life
History", 2011 ; Poole, et al., 2005 )

Predasi pada Elegans Rallus sebagian besar dimangsa selama telur dan
remaja tahap kehidupan. Predator telur dan muda termasuk rubah merah

BIOSISTEMATIKA HEWAN 88
, musang , cerpelai , kucing liar, dan coyote. ( "King Rail", 2001 ; "King
Rail, Life History", 2011 ; Poole, et al., 2005).

Habitat

Rallus elegans lebih memilih lahan basah di pedalaman seperti rawa


air tawar, meskipun menggunakan lahan basah payau di tempat lain.
Rumput, rerumputan, dan cattail adalah sejenis penutup yang penting.
Mereka biasanya ditemukan di sawah daerah selatan amerika serikat.
Ditemukan juga di daerah pesisir yang mengandung rawa-rawa air garam.
Habitatnya berada di daerah tropis, terrestrial, air asin atau laut, dan air
tawar. Bioma terrestrial nya di daerah sabana atau padang rumput. Pada
bioma akuatik di pesisir dan payau. Habitat lainnya yaitu di tepi pantai dan
muara.

Tingkat kepunahan

Tidak terancam secara global. Saat ini dianggap near threatened.


Cukup luas, tetapi semakin menurun. Penurunan parah telah terbukti di
bagian utara jangkauan sejak tahun 1940-an, terutama sebagai akibat dari
kehilangan, modifikasi dan degradasi habitat lahan basah, dan penggunaan
pestisida. Populasi di AS selatan tampak lebih stabil. Burung sering dibunuh
dalam perangkap muskrat, dan sering menjadi korban kecelakaan jalan
ketika dipaksa untuk bergerak selama banjir di musim kawin. Status ras
ramsdeni saat ini tidak jelas (del Hoyo et al. 1996).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 89
7. GAVIIFORMES

• Ciri Umum :

Merupakan hewan penyelam dengan tungkai pendek. Terdapat bulu yang


kaku di sekitar ekor berjumlah sekitar 20 lembar, jari kaki memiliki selaput
membantu untuk menyelam namun juga dapat terbang. Gaviiformes ini
memiliki panjang tubuh berkisar antara 60 – 90 cm. Paruh kuat dan runcing
disertai sayap kecil namun kuat di tutupi oleh bulu yang tebal umumnya
berwarna hitam ataupun abu – abu pada bagian atas dan berwarna putih pada
bagian bawahnya. Terdapat motif pada bulu – bulu pada bagian punggung yang
berwarna putih jika berada pada musim perkawinan.

Hewan ini berhabitat di perairan, kemapuannya untuk menyelam hingga


kedalaman 60 m. Pada umumnya spesies dari ordo ini dapat ditemukan secara
soliter maupun berpasangan, namun jika pad amusim dingin melakukan migrasi
secara bersamaan dengan kawannya. Suaranya yang khas, yaitu bersuara seperti
tangisan yang merintih namun menyeramkan. Goviiformes ini pada umumnya
memakan ikan, udang dan juga serangga.

Goviiformes menyimpan telurnya pada tepian air namun jumlahnya


sedikit hanya 2 hingga 3 telur yang berbintik berwarna kecoklatan. Induknya
mengerami telur tersebut hingga menetas dalam kurun waktu selama 30 hari,
jika sudah menetas maka induk beserta anaknya segera menyelam ke dalam air.
- Ordo : Gaviiformes
- Familia : Gaviidae
Loons atau dikenal juga sebagai penyelam merupakan burung air yang
memiliki fungsi fisiologis sempurna sebagai penyelam. Familia dari
Gaviidae ini memiliki 5 spesies yang tingkat kemiripannya hampir
seluruhnya mirip terutama dilihat dari sisi penampilan, pola dan kebiasaan
makan, gerak – gerik juga perilaku. Familia ini terkenal dengan suara
teriakannya yang khas terkadang menyerupai suara hantu jika mendengar di
daerah tundra.
- Genus : Gavia

BIOSISTEMATIKA HEWAN 90
- Spesies : Gavia immer

1. Gavia immer

Gambar 7.1. Gavia immer

a. Deskripsi umum:

Secara umum spesies ini sangat melimpah di Kanada dan juga Amerika
Serikat Utara. Gavia immer atau biasa disebut juga Loon dapat berkembang biak
di danau dan juga di daerah perairan. Jika tiba musim dingin, Loon bermigrasi ke
habitat laut pesisir yang dangkal. Mereka cenderung lebih menyukai berada di
area laut lepas, pula – pula di area pantai juga bukit terapung vegetasi.

b. Deskripsi khusus:

Loon memiliki tubuh panjang , jika berada pada musim kawin, maka
kepala akan menghitam dengan kalung putih dan hitam juga terdapat suatu pola
kotak – kotak pada bagian punggungnya. Hewan jantan dan betina secara kasat
mata terlihat hampir mirip , meskipun jantan seharusnya berukura lebih besar
dibandingkan dengan betina. Perbedaan antara Loon muda dan dewasa terlihat
dari bulu pada area kepala dan punggung yang lebih banyak berwarna putih. Bulu
ketika mereka peralihan dari muda ke dewasa digunakan untuk pertahanan diri
pada musim panas. (Mclntyre dan Barr, 1997; “Field guide to the birds of North
America, Second Edition”, 1987; Peterson and Peterson, 2002; Robbins, et al.,
2001).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 91
c. Persebaran:

Gambar 7.2. Peta Persebaran Gavia immer

Kebanyak dari spesies ini dapat dtemukan di Negara, diantarannya: Trenton (


Florida ); Cumming ( Lowa ); Traverse City ( Michigan ); Annandale (
Minnesota ); Crosslake ( Minnesota ); Wayzata ( Minnesota ); Mooresville (
North Carolina ).

d. Makanan:

Loon ini merupakan hewan pemakan ikan juga hewan air lainnya salah
satu contohnya yaitu crustaceae. Jika masih masa pertumbuhan, makanan terbaik
untuk membantu proses tumbuh kembangnya berupa ikan kecil. Gavia immer
termasuk jenis predator visual, karena mereka akan menangkap ikan dengan cara
melihat terlebih dahulu lalu menyelam kemudian ditangkap. Pada umumnya,
jarak menyelam mereka untuk mendpatkan mangsa sekitar 2 – 4 meter.

Loon minum dengan cara mengambil air seperti halnya mengambil air
menggunakan gayung lalu kepalanya dimiringkan membantu proses penelanan air
tersebut. ( Mclntyre dan Barr, 1997 ).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 92
e. Habitat:

Gavia immer berhabitat umumnya di danau juga kolam – kolam besar.


Namun, tak memungkiri jika spesies ini juga dapat hidup di area pantai lepas;
pulau – pulau maupun adanya semacam bukit terapung di area perairan dangkal.
Jika musim dingin tiba, maka Gavia immer yang akrab disapa Loon ini melakukan
migrasi ke area laut pesisir yang dangkal. Ataupun, dapat juga hidup maupun
bersarang pada air yang memiliki kandungan garam yang cukup tinggi juga air
tawar maupun air payau.

f. Tingkat kepunahan :

Menurut IUCN, Gavial immer umumnya merasa terancam ketika


habitatnya hilang atau mengalami degradasi. Spesies ini sangat sensitive dengan
adanya gangguan yang biasanya muncul dari manusia, tetapi tidak hanya itu
hewan ini dapat terancam juga oleh adanya polusi dari industry seperti kandungan
merukuri dan berbagai jenis logam berat lainnya. Hujan asam pun masuk ke dalam
ancaman dari tingkat kepunahannya , karena hujan asam penyebab hilangnya
fitoplankton yang menghancurkan rantai makanan paada ekosistem akuatik.

Loon ini tidak termasuk ke dalam kategori tereancam punah maupun


terancam federal. Tetapi, di luar dari hal tersebut juga status konservasi khusus di
beberapa negara dimana spesies ini masuk ke dalam daftar hewan yang terancam.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 93
2. Gavia stellata (Loon leher merah)

Gambar 7.3. Gavia stellate


(Sigurjon, 2009)

a. Deskripsi umum
Red-throated loon (Gavia stellata) adalah burung penyelam yang paling
kecil dan paling ringan. Tingginya 53-69 cm., Dan rentang sayapnya antara
106-116 cm. Selama musim kawin, tubuh bagian atasnya berwarna coklat
gelap pekat. Kepala dan leher bagian atas berwarna keabu-abuan, dengan
tambalan besar berwarna mengkilap di bagian depan. Tubuh bagian bawahnya
berwarna putih dan ekornya berwarna gelap.
Di musim dingin, wajah dan leher bagian depan berwarna putih bersih,
dan bagian atas berwarna cokelat gelap. Red-throated loon jantan memiliki
ukuran badan rata-rata sedikit lebih besar dari betina, dan memiliki kepala
juga paruh yang lebih berat. Lehernya tebal, dan lubang hidungnya sempit
juga memanjang, sebagai adaptasi untuk menyelam. Iris berwarna kemerahan,
terutama pada burung dewasa selama musim kawin. Tubuhnya dirancang
untuk berenang, dengan kaki pendek dan kuat terletak jauh di belakang. Kaki
sangat sempurna untuk bergerak di air, meskipun bentuk kaki yang seperti ini
membuatnya susah berjalan di darat. Tiga jari kaki depan berselaput, dan
burung ini memiliki ekor yang pendek dan jelas.
Mereka dapat memvariasikan daya apungnya agar tetap di bawah air,
dengan seluruh tubuh terendam dan hanya mata dan paruh yang terlihat di atas
permukaan. Loon dewasa melepaskan bulu-bulu terbang mereka secara
bersamaan pada akhir musim kawin dan akibatnya, mereka tidak dapat

BIOSISTEMATIKA HEWAN 94
terbang selama beberapa minggu. Bulu-bulu tubuh hanya berganti pada awal
musim semi dan awal musim gugur. (del Hoyo, Elliot, dan Sargatal, 1992)

b. Deskripsi khusus
Meskipun loon umumnya sangat canggung di darat, loon merah telah
diketahui melakukan perjalanan jauh di darat. Ketika sangat terganggu,
mereka bahkan mungkin pindah ke kolam baru dengan anak-anak mereka.
Loon leher merah merupakan spesies dari genus Gavia yang paling ringan dan
gesit serta memiliki amplitudo ketukan sayap terbesar, dan hanya loon merah
yang bisa lepas landas dari tanah, atau turun langsung di atasnya.
Setelah berkembang biak, Loon leher merah ini pindah ke perairan pantai,
dan kadang-kadang berkumpul dalam kawanan besar di daerah yang terdapat
banyak makanan. Di lokasi seperti itu, burung-burung bertengger dan makan
bersama. Perilaku agresif dapat diamati di sini, tetapi tidak berkembang.
Mereka menghabiskan waktu berjam-jam merawat bulu-bulu mereka, dan
praktik mandi rumit mereka melibatkan guncangan sayap yang keras, bergulir,
menyelam, dan jungkir balik. Loon leher merah lebih sering bertengger di atas
air, namun terkadang mereka bertengger di darat selama musim kawin.
Mereka dengan mudah menetap di hamparan air yang tenang mulai dari
kolam kecil hingga danau besar dan dalam, dan kadang-kadang bahkan
bersarang di pantai terlindung. Loon leher merah bersifat monogami,
membentuk ikatan pasangan jangka panjang. Pasangan yang bertemu dari
musim sebelumnya mungkin tetap bersama sepanjang musim dingin.
Kopulasi terjadi di tanah kering dan sering diulang. Ini mungkin dimulai pada
hari kedatangan mereka di sarang dan berlanjut sampai semua telur
diletakkan. Jantan memilih tempat untuk sarang. (Ivory, 1999)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 95
c. Persebaran

Gambar 7.4. Peta Persebaran Gavia stellata


(BirdLife International, 2018)

Gavia stellata memiliki persebaran yang sangat luas, burung ini tersebar
hampir diseluruh bagian utara bumi. Burung ini tersebar di negara-negara
Eropa, Rusia, Amerika utara, dan beberapa negara di Asia seperti China,
Korea, Taiwan, dan beberapa negara lainnya.

d. Makanan

Gambar 7.5. Gavia stellata memangsa ikan untuk makanannya


(Alex Mani, 2019)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 96
Loon leher merah lebih suka mencari makan di perairan laut dan tidak
pernah mencari makan di kolam bersarangnya, tidak seperti loon lain. (Eberl
dan Picman, 1993)
Loon leher merah mendapatkan sebagian besar makanannya di dalam air,
dalam penyelaman 2-9 meter, dan rata-rata dalam waktu 1 menit. Mangsa
terletak secara visual, sehingga loon ini menyukai perairan jernih untuk
mencari makan, dan mereka tidak mencari makan di malam hari. Mangsa
terdiri dari ikan berukuran kecil atau sedang, termasuk ikan cod, herring, sprat,
sculpin, dan terkadang krustasea, moluska, katak, ikan bertelur dan serangga.
Makanan biasanya ditelan sebelum loon kembali ke permukaan.
Kerongkongan mereka relatif elastis, tetapi beberapa burung loon mati lemas
setelah menelan ikan yang terlalu besar. (del Hoyo, Elliot and Sargatal, 1992)

e. Habitat
Loon leher merah seringkali berkembang biak di air tawar, di lahan yang
terbuka, dan dapat menempati hamparan air dari hampir semua ukuran. Sering
ditemukan bersarang di kolam kecil. Kadang-kadang ke daratan saat musim
dingin. (Ivory, 1999)

f. Tingkat kepunahan
Spesies ini memiliki kisaran yang sangat besar, dan oleh karena itu spesies
ini tidak mendekati ambang batas untuk Rentan di bawah kriteria ukuran
kisaran (Luas Kejadian <20.000 km2 dikombinasikan dengan ukuran kisaran
menurun atau berfluktuasi, luas / kualitas habitat, atau ukuran populasi dan
sejumlah kecil lokasi atau fragmentasi parah). Terlepas dari kenyataan bahwa
tren populasi tampaknya menurun, penurunan tersebut tidak diyakini cukup
cepat untuk mendekati ambang batas untuk Rentan berdasarkan kriteria tren
populasi (> 30% penurunan selama sepuluh tahun atau tiga generasi). Ukuran
populasi sangat besar, dan karenanya tidak mendekati ambang batas untuk
Rentan berdasarkan kriteria ukuran populasi (<10.000 individu dewasa
dengan penurunan berkelanjutan diperkirakan>

BIOSISTEMATIKA HEWAN 97
10% dalam sepuluh tahun atau tiga generasi, atau dengan struktur populasi
tertentu). Untuk alasan ini, spesies ini dievaluasi sebagai Least Concern.
(BirdLife International, 2018)

3. Gavia arctica

Gambar 7.6. Gavia arctica


(Martii, 2016)
a. Deskripsi umum

Gambar 7.7. Morfologi Gavia arctica


(Martti Peramaki, 2016)

Loon Arktik tumbuh dengan panjang rata-rata 40-81 cm. Burung-burung


ini memiliki panjang sayap berkisar antara 114-124 cm dan memiliki berat
badan rata-rata berfluktuasi antara 2-3,4 kg. Dalam membiakkan bulu, mereka
menampilkan bintik-bintik putih, punggung hitam tersegmentasi menjadi
garis-garis putih, yang terlihat di atas air saat berenang. Kepala dan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 98
bagian belakang leher berwarna abu-abu. Setengah bagian depan leher
memiliki garis hitam tebal dengan garis-garis putih vertikal yang panjang dan
tipis di kedua sisi leher. Biasa disebut sebagai "black-throated loons" karena
garis hitam di tenggorokannya. Selama musim non-kawin, mahkota dan
tengkuk menjadi gelap, seperti halnya bagian belakang yang kehilangan
pelindung putih. Wajah, leher, dan dada menjadi sangat putih dan tidak
bercorak. Spesies ini sangat mirip dengan loon Pasifik (Gavia pacifica) tetapi
dapat dibedakan dengan petak sisi putih yang luas yang terdapat pada bulu
unggas dan bulu musim dingin. Loon Arktik betina dan jantan memiliki
kemiripan dalam penampilan fisiknya dan memiliki mata merah tua yang
khas. Loon arktik remaja sangat mirip dengan loon arktik dewasa pada musim
dingin, tetapi warnanya lebih abu-abu kehitaman dan dapat menunjukkan pola
skala samar di punggung dan sayap mereka. (Sjolander, 1978)

b. Deskripsi khusus
Loon Arktik bersifat monogami, artinya mereka menjalani seluruh hidup
mereka hanya dengan satu jodoh. Pasangan itu tetap bersama selama migrasi
musim dingin. Pasangan baru menggunakan sejumlah gerakan serempak
termasuk mencelupkan paruh, menyelam dan berlari di bawah air. Perkawinan
terjadi di tepian air dan sering terjadi tepat setelah burung tiba di area
pengembangbiakan. Spesies ini menunjukkan kesetiaan tempat yang kuat dan
sering menggunakan tempat bersarang yang sama untuk setiap musim kawin.
Gavia arctica akan terus menggunakan tempat ini untuk waktu yang singkat
setelah kawin. (Petersen, 1979; Sjolander dan Agren, 1972)
Pada musim semi mereka bermigrasi dari tempat musim dingin mereka.
Setelah sarang selesai, betina akan bertelur 1 hingga 3 telur. Telur biasanya
berwarna coklat zaitun dengan bintik-bintik cokelat gelap. Inkubasi
membutuhkan waktu 27 hingga 29 hari diikuti oleh periode pertumbuhan vital
9 hingga 10 minggu. Ketika anak-anak berusia sekitar dua bulan, mereka
memperoleh kemampuan untuk terbang atau "menjadi dewasa".

BIOSISTEMATIKA HEWAN 99
Mereka mencapai kematangan seksual dalam 2 hingga 3 tahun. (Sjolander,
1978)
Loon Arktik dianggap sebagai burung yang berumur panjang. Namun,
hanya ada sedikit informasi yang tersedia berkaitan dengan umur mereka.
Loon Arktik liar tertua yang tercatat berumur 28 tahun. (Elliott, 1992; Russell,
2010)
c. Persebaran

Gambar 7.8. Peta Persebaran Gavia arctica


(BirdLife International, 2016)
Gavia arctica tersebar dibagian Asia utara dan beberapa negara di Eropa.
d. Makanan
Gavia arctica adalah karnivora. Khususnya piscivora, karena makanan
mereka sangat bergantung pada ikan, juga krustasea dan serangga air. Mereka
menyelam jauh dari permukaan untuk mencari makan. Ketika seekor ikan atau
jenis mangsa lain ditangkap, loon arktik melemparkan kepalanya kembali dan
menelannya. Anak-anak loon yang baru menetas diberi makan oleh induk
mereka. Makanan mereka sebagian besar terdiri dari serangga air, dengan
proporsi ikan yang meningkat dalam makanan mereka saat mereka tumbuh
lebih besar. Di danau dengan kepadatan ikan yang rendah, anak loon lebih
sering diberi makan serangga air. (Mats, 1986)

e. Habitat
Loon Arktik berkembang biak di danau air tawar yang dalam, produktif,
atau kolam yang luas dengan pulau-pulau di sekitarnya, semenanjung, dan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 100


lokasi bersarang yang tidak dapat diakses manusia. Mereka lebih suka habitat
yang bebas dari gangguan. Di luar musim kawin, spesies ini biasanya berada
di antara perairan pantai di sepanjang pantai yang terlindung. Gavia arctica
juga kadang-kadang ditemukan di seluruh badan air tawar pedalaman besar
seperti danau atau sungai alami, dan sungai besar. (Jackson, 2003)
Loon Arktik membangun sarang mereka pada bulan Mei dan Juni, dan
membutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk menyelesaikannya. Sarang
berisi tumpukan vegetasi air yang dekat dengan tepi badan air, biasanya di
dekat teluk terlindung, pulau, atau sistem sungai yang berdekatan. (Petersen,
1979)

f. Tingkat kepunahan
Spesies ini memiliki kisaran yang sangat besar, dan oleh karena itu spesies
ini tidak mendekati ambang batas untuk Rentan di bawah kriteria ukuran
kisaran (Luas Kejadian <20.000 km2 dikombinasikan dengan ukuran kisaran
menurun atau berfluktuasi, luas / kualitas habitat, atau ukuran populasi dan
sejumlah kecil lokasi atau fragmentasi parah). Terlepas dari kenyataan bahwa
tren populasi tampaknya menurun, penurunan tersebut tidak diyakini cukup
cepat untuk mendekati ambang batas untuk Rentan berdasarkan kriteria tren
populasi (> 30% penurunan selama sepuluh tahun atau tiga generasi). Ukuran
populasi sangat besar, dan karenanya tidak mendekati ambang batas untuk
Rentan berdasarkan kriteria ukuran populasi (<10.000 individu dewasa
dengan penurunan berkelanjutan diperkirakan> 10% dalam sepuluh tahun
atau tiga generasi, atau dengan struktur populasi tertentu). Untuk alasan ini,
spesies ini dievaluasi sebagai Least Concern. (BirdLife International, 2018)
4. Gavia pacifica (Loon Pasifik)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 101


Gambar 7.9. Gavia pacifica
(Andrew, 2019)
a. Deskripsi umum
Kepala Loon Pasifik berwarna hitam yang memanjang ke bagian belakang
leher dan punggungnya di mana ada beberapa bintik putih berbintik-bintik.
Dan berwarna putih di bagian bawah tubuhnya, memanjang dari paruh ke
perutnya. Panjang tubuhnya rata-rata adalah 66 cm. (Herbst, 1999)

b. Deskripsi khusus

Gambar 7.10. Gavia pacifica yang sedang kawin


(Gary Lackie, 2018)
Loon pasifik bersifat monogami selama pasangan tersebut menghasilkan
keturunan. Perkembangbiakan terjadi di musim semi dan musim panas, dan
relatif tidak kompetitif setelah pasangan ditemukan untuk pejantan
mempertahankan wilayah dan kawin dengan betina yang sama setiap tahun.
Loon pasifik sangat canggung di darat dan keluar dari air hanya untuk
bersarang. Induk biasanya mencakup total dua telur, satu di antaranya
diletakkan beberapa minggu sebelum yang kedua. Telur pertama ini juga
merupakan telur pertama yang menetas, dan dikeram sementara telur lainnya
diinkubasi. Keturunan yang lebih tua mengasumsikan posisi dominan dalam
sarang dan akan menjadi yang pertama diberi makan sepanjang
perkembangannya. Selama masa sumber makanan yang tidak mencukupi,

BIOSISTEMATIKA HEWAN 102


induk biasanya terus memberi makan anak mereka yang lebih tua, yang
menyebabkan kematian anak yang lebih muda. (Herbst, 1999)

c. Persebaran

Gambar 7.11. Peta Persebaran Gavia pacifica


(BirdLife International, 2016)
Gavii pacifica tersebar di beberapa negara, yaitu Rusia, Canada, Jepang
dan Mexico.

d. Makanan
Loon pasifik utamanya memakan ikan kecil. Penangkapan ikan dilakukan
di bawah permukaan tempat mereka memanfaatkan kantung udara yang
dikembangkan dengan baik, yang memungkinkan mereka mengejar
mangsanya dalam waktu lama. (Herbst, 1999)
e. Habitat
Loon pasifik sebagian besar tinggal di sepanjang pantai timur Samudra
Pasifik dan Samudra Arktik di sepanjang perbatasan utara Kanada. Mereka
juga dapat ditemukan di perairan pedalaman dan bahkan danau yang terjadi
di selama migrasi mereka. Mereka peka terhadap gangguan, terutama yang
diciptakan oleh manusia. Sarang mereka ditemukan tepat di sepanjang garis

BIOSISTEMATIKA HEWAN 103


pantai dan akan ditinggalkan jika air surut yang menyebabkan sarang terlalu
jauh dari tepi air. Baru-baru ini loon menjadi hama di danau yang secara
komersial ditebar dengan ikan. (Herbst, 1999)

f. Tingkat kepunahan
Spesies ini memiliki kisaran yang sangat besar, dan oleh karena itu spesies
ini tidak mendekati ambang batas untuk Rentan di bawah kriteria ukuran
kisaran (Luas Kejadian <20.000 km2 dikombinasikan dengan ukuran kisaran
menurun atau berfluktuasi, luas / kualitas habitat, atau ukuran populasi dan
sejumlah kecil lokasi atau fragmentasi parah). Terlepas dari kenyataan bahwa
tren populasi tampaknya menurun, penurunan tersebut tidak diyakini cukup
cepat untuk mendekati ambang batas untuk Rentan berdasarkan kriteria tren
populasi (> 30% penurunan selama sepuluh tahun atau tiga generasi). Ukuran
populasi sangat besar, dan karenanya tidak mendekati ambang batas untuk
Rentan berdasarkan kriteria ukuran populasi (<10.000 individu dewasa
dengan penurunan berkelanjutan diperkirakan> 10% dalam sepuluh tahun
atau tiga generasi, atau dengan struktur populasi tertentu). Untuk alasan ini,
spesies ini dievaluasi sebagai Least Concern. (BirdLife International, 2018)

5. Gavia adamsii

Gambar 7.12. Gavia adamsii


(Glenn, 2018)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 104


a. Deskripsi umum
Gavia adamsii dibedakan oleh garis-garis kuning dan putih di sepanjang
dada dan leher. Common loon (Gavia immer), yang seringkali sulit dibedakan,
memiliki garis-garis putih lebih sedikit dan lebih tipis. Gavia adamsii adalah
loon yang memiliki ukuran tubuh paling besar dari semua spesies loon.
Dibandingkan dengan loon lain, mereka memiliki bintik-bintik putih yang
lebih luas di punggung, samping, dan belakang bagian bawah. Mereka
memiliki mata yang lebih kecil juga. Kepala dan paruh mereka tetap dalam
posisi yang sebagian besar miring. Leher mereka jauh lebih tebal daripada
burung loon lainnya, dan mereka memiliki benjolan dahi yang terlihat. Pada
musim yang tidak berkembang biak, bagian hitam dari tubuh mereka berubah
menjadi warna coklat yang lebih terang.
Tubuh mereka dirancang dengan baik untuk kehidupan air mereka. Kaki
bagian paling belakang dari tubuh mereka dirancang untuk mendorong air
daripada untuk berjalan. Posisi kaki mereka sebenarnya membuat mereka
tidak mungkin terbang dari darat. Gavia adamsii jantan biasanya memiliki
berat 4 hingga 5,8 kg sedangkan betinanya sedikit lebih besar dan beratnya
4,025 hingga 6,4 kg. Panjang jantan 838 hingga 920 mm dan betina 774
hingga 831 mm. (Utara, 1994b; Reed, 1965)
b. Deskripsi khusus

Gambar 7.13. Gavia adamsii sedang berada di sarangnya


(Mark Peck, 2017)
Gavia adamsii adalah burung diurnal yang berburu ikan, dapat berenang,
menyelam, dan terbang. Mereka menghabiskan waktu merawat diri sendiri,
tidur, bertengger, dan berjemur. Mereka merawat diri mereka sendiri dengan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 105


memetik, mandi, menggaruk kepala dan peregangan. Kebanyakan dari loon
ini melakukan memetik sambil berenang dalam gerakan memutar. Mereka
mengambil puing-puing atau mengatur bulu mereka jika bulu mereka tidak
pada tempatnya. Mereka menggunakan kaki untuk menggaruk kepala karena
mereka tidak dapat mencapai area kepala dengan paruh mereka.
Gavia adamsii mencipratkan air berulang kali untuk mandi sendiri. Saat
beristirahat, mereka sesekali merentangkan kaki mereka keluar dari air.
Namun, jauh lebih mudah bagi mereka untuk menghindari bahaya dari air
daripada dari tanah karena posisi kaki mereka membuat mereka sulit untuk
berlari. Gavia adamsii bermigrasi secara musiman antara musim dingin dan
rentang pemuliaan mereka. Mereka diperkirakan bermigrasi di sepanjang
pantai, meskipun migrasi darat juga memungkinkan. Mereka umumnya
burung soliter, meskipun mereka membentuk asosiasi longgar dengan
individu lain selama migrasi musim semi dan gugur. (North, 1994a; North,
1994b; Sjölander dan Ågren, 1976; Layanan Ikan dan Margasatwa AS, 2009)
Gavia adamsii membentuk pasangan kawin ketika mereka tiba di wilayah
penangkaran mereka, yaitu sekitar akhir Mei atau awal Juni. Mereka musiman
secara monogami tetapi rasio jenis kelamin mereka tidak diketahui. Jantan
mengikuti betina ke pantai dan perkawinan berlangsung 12 hingga 19 detik.
Kemudian, jantan kembali ke air dan betina tetap di pantai. Di kemudian hari,
jantan kembali dan membantu betina untuk memilih lokasi sarang. (North,
1994b)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 106


c. Persebaran

Gambar 7.14. Peta Persebaran Gavia adamsii


(BirdLife International, 2016)
Gavia adamsii tersebar di beberapa negara, yaitu Kanada, Korea,
Mexico, Norway, Rusia, Belgia, China, dan Jepang.

d. Makanan
Gavia adamsii merupakan karnivora yang memakan ikan berukuran kecil
hingga sedang dengan panjang sekitar 25 cm. Mereka jarang memakan
invertebrata dan tumbuh-tumbuhan. Mereka lebih suka danau air jernih dan
sungai untuk menangkap mangsa mereka karena mereka adalah pemangsa
visual dan diurnal. Di perairan laut, mereka memakan sculpin staghorn Pasifik
(Leptocottus armatus), sculpin, tomcod Pasifik (Microgadus proximus),
isopoda, dan udang. Di danau air tawar, di sepanjang Delta Sungai Colville di
Alaska, mereka makan stickleback ninespine (Pungitius pungitius) dan
blackfish Alaska (Dallia pectoralis). Di Rusia, mereka makan stickleback dan
salmon. Gavia adamsii juga terkadang memakan gastropoda dan laba-laba.
Loon ini memiliki wilayah makan yang jauh lebih kecil selama musim panas
daripada di musim dingin. Mereka juga harus menyelam lebih dalam di musim
panas. Wilayah makan yang lebih besar dan kedalaman penyelaman yang
lebih pendek dibandingkan dengan penyelaman musim panas menunjukkan
bahwa ada lebih banyak makanan berlimpah di daerah pesisir selama musim
dingin. (Elphick, et al., 2001; McIntyre, 1978; Utara, 1994b)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 107


Karena mereka sangat bergantung pada penglihatan mereka untuk
menangkap mangsa, mencari makan hanya terjadi sebelum matahari
terbenam. Meskipun sebagian besar mangsa ditangkap di dekat permukaan,
Gavia adamsii dapat menyelam sedalam 250 kaki dengan rata-rata selama 40
detik. Sepasang Gavia adamsii dan anak-anak mereka dapat mengkonsumsi
hingga 908 kg ikan selama musim kawin. Mereka juga secara teratur menelan
kerikil untuk membantu sistem pencernaan mereka. (Elphick, et al., 2001;
McIntyre, 1978; Utara, 1994b)

e. Habitat
Gavia adamsii hidup di daerah tundra dataran rendah di sepanjang garis
pantai air tawar dan air asin. Pilihan habitat mereka sangat tergantung pada
keselamatan mereka dari pemangsa, perlindungan dari kerusakan telur dan
sarang yang disebabkan oleh ombak yang kuat dan ketersediaan makanan.
Mereka paling sering ditemukan di garis pantai karena mereka lebih suka
berburu ikan di perairan dangkal dan bersarang di sepanjang garis pantai.
(Bissonette, 1989; Utara, 1994a)

f. Tingkat kepunahan
Spesies ini memiliki populasi kecil dan diduga mengalami penurunan
populasi yang cukup cepat karena panen subsisten yang tidak berkelanjutan.
Namun, survei lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengukur tingkat panen saat
ini. Oleh karena itu, secara hati-hati, spesies ini terdaftar sebagai Hampir
Terancam. (BirdLife International, 2018)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 108


8. PODICIPEDIFORMES

Gambar 8.1. Podicipediformes


Sumber: Alamy stock photo
Ordo Podicipediformes tergolong burung yang relatif primitif. Burung ini adalah
kelompok burung yang mengandalkan air tawar sebagai sumber makanan dan
cenderung membuat sarang dekat dengan sumber makanannya, sangat pandai
menyelam karena dipermudah dengan struktur anatomi tubuhnya yang gempal dengan
kepala kecil, Paruh berukuran sedang agak meruncing (pursuit fishing) dan leher
ramping memudahkan mereka menyelam ketika berburu makanan. Ukuran tubuh
sedang antara 22-27 cm dengan berat antara 100-1600 gram. Bulu pada bagian tubuh
berwarna: punggung coklat atau abu-abu metalic dan perut putih atau terang, dengan
bulu yang rapat dan halus sangat kedap air. Sayap pendek dengan 12 bulu primer dan
15-21 bulu sekunder. Betina biasanya berukuran lebih kecil, ketika berbiak warna bulu
berubah menjadi lebih gelap, dan sangat terkenal dengan ritual perkenalan dan
perkawinan mereka yang rumit. Kaki yaitu tungkai yang terletak jauh di bagian
belakang tubuh, berwarna biru hitam, memiliki tempurung lutut (patella) besar, kuku
lebar dan rata kuku tengah berbentuk pectinate (seperti sisir) (Burnie, 2008), memiliki
jari bercuping dengan sendi yang fleksibel sehingga lincah saat berenang. Memiliki
ekor sangat pendek dan kaku, bentuk tarsus pipih. (Sukmantoro, dkk. 2007) Terdapat
satu famili dalam ordo ini yaitu Famili Podicipedidae.

Famili Podicipedidae

Dalam Handout Zoologi Vertebrata (Soesi, A. S., tt) Famili Podicipedidae


memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

BIOSISTEMATIKA HEWAN 109


1. Anggotanya adalah burung aquatik yang berukuran kecil sampai sedang (22-60
cm), menyelam untuk mencari makanan yang terdiri atas tumbuhan dan
invertebrata.
2. Plumage mengkilap seperti satin dengan pola warna hitam, putih berselang-
seling.
3. Sayap tajam berukuran sedang.
4. Kaki pendek dan letaknya sangat posterior, tarsi menekan ke arah lateral. Tiga
jari ke arah depan agak berlekuk, dengan cakar gepeng, jari samping vestigial.
5. Sayap pendek dan bundar, terbang lemah dan sering mendarat. Namun beberapa
species dapat bermigrasi; dan beberapa lainya dapat berkoloni di danau buatan.
6. Palatum schizognathous, yaitu langit-langit mulut atas yang masih memiliki
celah.
7. Sarang dibuat dari bahan-bahan yang dapat mengapung di air biasanya dari
ranting-ranting, jumlah telur biasanya 3 sampai dengan 9 dan berwarna putih.
8. Anak yang baru menetas precocial, dapat segera berenang setelah menetas,
cenderung diasuh oleh kedua induknya.
Famili Podicipedidae terdiri dari 6 Genus, yaitu Genus Aechmophorus, Genus
Podiceps, Genus Podilymbus, Genus Poliocephalus, Genus Rollandia, dan Genus
Tachybaptus.

1. Grebe barat (Aechmophorus occidentalis)

Gambar 8.2. Induk dan anak Aechmophorus occidentalis

(Sumber: ebird.org)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 110


Regnum : Animalia

Phyllum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Podicipediformes

Familia : Podicipedidae

Genus : Aechmophorus

Spesies : Aechmophorus occidentalis

a. Deskripsi Umum
Aechmophorus occidentalis adalah grebe terbesar di Amerika Utara,
panjangnya 56-74 cm memiliki leher dan paruh yang panjang, kaki berada jauh di
bagian belakang tubuh dengan ekornya yang pendek. (Pease, M. 2001)
a b

Gambar 8.3. Aechmophorus occidentalis (a. Dewasa b. Remaja)


(Sumber: ebird.org)

b. Deskripsi Khusus
Kepala, leher dan tubuh Aechmophorus occidentalis berwarna coklat
kehitaman dari atas, dan putih dari bawah. Grebe barat ini memiliki paruh kuning
kusam atau zaitun dan mata merah dikelilingi oleh warna gelap. Ketika terbang,
daris sayap terbuka. Jenis kelaminnya monomorfik (satu bentuk) sepanjang tahun.
(Pease, M. 2001)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 111


c. Habitat
Aechmophorus occidentalis adalah burung yang bermigrasi. Ia hidup di
danau air tawar yang memiliki aliran air dan pepohonan selama musim kawin.
Biasanya tinggal di danau padang rumput di British Colubia dan California, dan
kadang-kadang sejauh meksiko. Di musim dingin A. occidentalis tinggal di pantai
Pasifik. Jadi dapat disimpulkan bioma akuatik A. occidentalis berada di danau,
kolan dan pesisir. (Pease, M. 2001)

d. Makanan
Aechmophorus occidentalis adalah karnivora. Sebagian besar pemakan
ikan, tetapi juga pemakan serangga, moluska, dan krustasea. Grebe barat adalh
pemburu yang agresif, ia menyelam dibawah air dan menombah ikan dengan
paruh panjang. (Pease, M. 2001)

Gambar 8.4. Peta Persebaran Aechmophorus occidentalis


Sumber: Datazone.birdlife.org
e. Persebaran
Aechmophorus occidentalis umumnya ditemukan dari negara Kanada
melalui California, dan kadang-kadang di Meksiko. Biasa ditemukan di dataran

BIOSISTEMATIKA HEWAN 112


besar dan negara-negara barat, tetapi kadang-kadang dapat ditemukan di bagian
timur Amerika Serikat. (Pease, M. 2001)

f. Tingkat Kepunahan
Aechmophorus occidentalis tidak terancam punah atau terancam. Namun
A. occidentalis dipengaruhi atau terancam oleh tumpukan minyak dan insektisida
yang ditemukan dalam makanan mereka. Insektisida mempengaruhi pembiakan
mereka. Habitat dari A. occidentalis berkurang karena danau dan rawa diambil
alih oleh perkembangan manusia. Pada saat ini A. occidentalis belum banyak
terpengaruh oleh ancaman ini. (Pease, M. 2001)

2. Titihan Jambul (Podiceps cristatus)

Gambar 8.5. Podiceps cristatus


Sumber: ebird.org
Regnum : Animalia
Phyllum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Podicipediformes
Familia : Podicipedidae
Genus : Podiceps
Spesies : Podiceps cristatus
a. Deskripsi Umum
Titihan Jambul atau Podiceps cristatus merupakan Grebe terbesar di
Eropa dimana Jantan dan Betina terlihat serupa dan burung remaja memiliki

BIOSISTEMATIKA HEWAN 113


garis-garis hitam di pipinya, Mereka memiliki kaki dan ekor pendek yang terletak
di belakang tubuh untuk berenang dan menyelam yang efisien. (Huxley, 1968)
a b

Gambar 8.6. Podiceps cristatus (a. Dewasa b. Dewasa Muda c. Remaja)


Sumber: ebird.org

b. Deskripsi Khusus
Bulu bagian belakang dan samping Podiceps cristatus berwarna coklat.
Bagian belakang leher berwarna coklat gelap, bagian depan leher dan bagian
bawah leher berwarna putih. Mereka memiliki leher panjang dan bulu berwarna
jingga kemerahan dengan ujung hitam diatas kepala mereka. Bulu-bulu ini hanya
ada ketika musim kawin, mereka mulai berkembang di musim dingin dan
sepenuhnya berkembang di musim semi. Mereka juga memiliki puncak hitam
tegak pada mahkota yang berada dikepalanya yang ada sepanjang tahun. (Huxley,
1968)

c. Habitat
Podiceps cristatus dapat ditemukan di berbagai habitat peraira, termasuk
danau, badan air buata, sungai yang mengalir lambat, rawa, teluk, dan laguna.
Habitat perkembangiakaan terdiri dari perairan dangkal terbuka atau air payau,
juga harus ada tempat vegetasi pada tepian dan di air untuk menyediakan lokasi

BIOSISTEMATIKA HEWAN 114


yang cocok untuk sarang. Di musim dingin, individu dari beberapa populasi
bermigrasi ke badan air yang terletak di daerah beriklim sedang. (Hughes 1982;
Simmons, 1974)

d. Makanan
Makanan utama dari Titihan jambul terdiri dari ikan besar, tetapijuga
termasuk serangga, krustasea, moluska, amphibi dewasa dan kecebong, dan larva
invertebrata. Makanan kesuakaan mereka termasuk ikan roach (Rutilus rutilus),
ikan kakap putih (Perca fluviatillis), dan ikan smelt eropa (Osmerus eperlanus).
Titihan jambul menangkap mangsanya dengan cara menyelam di bawah
permukaan air. Mereka mencari makanan paing banyak saat fajar dan senja,
mungkin karena pada waktu inilah mangsa dekat dengan permukaan air. Ini
membuat ikan lebih mudah didekteksi secara visual dan juga mengurangi jaral
selam. (Birdlife Internasional, 2013; Piersma, dkk. 1988; Simmons, 1974)

Gambar 8.7. Peta Persebaran Podiceps cristatus


Sumber: Datazone.birdlife.org
e. Persebaran
Podiceps cristatus merupakan hewan asli di daerah Erropa Barat, Inggris,
dan Irlandia, bagian selatan dan timur Afrika, Australia, dan Selandia

BIOSISTEMATIKA HEWAN 115


Baru. Populasi berkembang biak ditemukan dari Eropa Timur melalui Russia
Selata dan Mongolia. Setelah migrasi, Populasi musim dingin dapat ditemukan di
perairan pantai Eropa, Afrika Selatan dan Australia, serta di perairan di seluruh
Asia Selatan. (BirdLife International. 2013; Hughes, 1982)

f. Tingkat Kepunahan
Populasi global Podiceps cristatus diperkirakan 920.000 hingga
1.400.000. Titihan Jambul (Podiceps cristatus) berdasarkan sejarah diburu untuk
dikonsumsi dagingnya di Selandia baru dan digunakan bulunya di Inggris. Mereka
tidak terancam lagi oleh perburuan, tetapi mungkin terancam oleh dampak
manusia mengambil alih habitatnya seperti modifikasi danau, pembangunan
perkotaan, persaingan antar spesies, predator, jaring ikan, tumpahan minyak, dan
flu burung. Namun, mereka saat ini memiliki status konservasi Least Concern
menurut IUCN. (Arkive, 2013; BirdLife International, 2013)

3. Pied-billed Grebe (Podilymbus podiceps)

Gambar 8.8. Induk dan Anak Podilymbus podiceps

Sumber: Calphotos.berkeley.edu

Regnum : Animalia
Phyllum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Podicipediformes

BIOSISTEMATIKA HEWAN 116


Familia : Podicipedidae
Genus : Podilymbus
Spesies : Podilymbus podiceps
a. Deskripsi Umum
Podilymbus podiceps merupakan satu-satunya anggota genus Podilymbus
yang masih ada. Pied-billed Grebe memiliki berat 253-568 gram, berukuran
panjang 30,5 hingga 38,1 cm dan memiliki lebar sayap rata-rata 16 cm. (Godfrey,
1986; Muller dan Storer, 1999)

a b

Gambar 8.9. Podilymbus podiceps (a. Dewasa b. Remaja C.


Dewasa muda) Sumber: ebird.org

b. Deskripsi Khusus
Pada musim kawin, rumpun Pied-billed Grebe memiliki bulu berwarna
kecoklatan yang gelap di bagian atas dan bulu ke abu-abuan di sisi leher dan
panggul. Mereka memiliki bercak hitam di leher bagian depan dari tenggorokan
mereka dengan garis keputihan; warna hitam meluas. Mereka memiliki cincin
putih mencolok di sekitar mata.
Paruh memiliki kait kecil yang sangat berbeda ketika musim kawin
berwarna putih kebiruan dengan garis vertikal hitam yang berbeda. Perut dan
sayap bagian bawwah berwarna keputihan seperti halnya dibawah penutup ekor.
(Godfrey, 1986)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 117


Bulu ketika musim dingin cenderung terdiri dari warna leher yang pucat,
dan paruh berwarna tanpa tanda hitam. Bagian atas mirip dengan bulu ketika
pembiakan, namun sisi leher berwrna coklat kemerahan. (Smith, A. 2003)
Satu-satunya ciri khas burung muda adalah paruh berwarna jingga
kusam dan kadang-kadang ada tanda putih di sisi kepala. Jenis kelamin sama
(monomorfik). (Muller dan Storer, 1999)

c. Habitat
Selama musim kawin, Pied-billed Grebe berada di kolam air tawar atau
danau di perairan yang cukup payau. Mereka biasanya tinggal di daerah dengan
perairan yang menyediakan lokasi-lokasi sarang yang baik. Di musim dingin,
mereka menggunakan tipe habitat yang sama selama airnya tidak beku. (Muller
dan Storer, 1999)

d. Makanan
Pied-billed Grebe memakan makanan yang ukurannya tidak terlalu besar
dari ukuran paruhnya. Biasanya mereka makan ikan kecil, krustasea (khususnya
udang karan), dan serangga air dan larvanya. Contoh item makanan potensial
termasuk udang karang, kumbang, ikan kecil, lintah, ikan stickleback, dan mola-
mola. Titihan ini menelan makanannya dengan mencelupkan adonan manakannya
kedalam air, kemudian menundukan kepalanya ke belakang (Ehrlich, dkk. 1988)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 118


Gambar 8.10. Peta persebaran Podilymbus podiceps
(Sumber: Datazone.birdlife.org)

e. Persebaran
Pied-billed Grebe berkembangbiak di pantai Alaska, dan di seluruh
Kanada da Amerika Serikat. Hewan ini juga berkembang biak di beberapa daerah
di Karibia, seperti Bbermuda dan Hindia Barat dan di Amerika Selatan ke Chili
tengah dan Argentina Selatan (American Ornithologists ‘Unio, 1998; Mc Laren,
1998)

f. Tingkat Kepunahan
Degradai dan perusakan habitat lahan basah, mengancam populasi Pied-
billed Grebe. Jumlah populasinya juga dipengaruhi oleh pestisida dan kontaminan
lainnya yang dapat meracuni Pied-billed. Sumber penyebab kematian lain
termasuk terjerat dalam tali pancing, penembakan tidak sengaja ketika mereka
dikira sebagai bebek, dan tertabrak dengan benda buatan manusisa seperti menara
televisi.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 119


Pied-billed Grebe dilindungi oleh Undang-undang Perjanjian Migrasi Bururng
AS, tetapi tidak terdaftar di Daftar Federal AS, atau oleh CITES atau IUCN.
(Muller dan Storer, 1999)

4. Hoary-headed Grebe (Poliocephalus poliocephalus)

Gambar 8.11. Ilustrasi Poliocephalus poliocephalus


(Sumber: hbw.com)
Regnum : Animalia
Phyllum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Podicipediformes
Familia : Podicipedidae
Genus : Poliocephalus
Spesies : Poliocephalus poliocephalus

a. Deskripsi Umum
Hoary-headed Grebe merupakan anggota keluarga Grebe yang
banyak ditemukan di Australia.
a b

BIOSISTEMATIKA HEWAN 120


Gambar 8.12. Poliocephalus poliocephalus (a. Dewasa b. Remaja)
(Sumber: ebird.org)
b. Deskripsi Khusus
Hoary-headed Grebe adalah grebe bewarna abu-abu gelap dan putih.
Warna iris pada mata coklat yang tidak mencolok, paruh berwarna hitam. Ketika
dewasa saat musim kawin mengembangkan garis-garis putih di seluruh kepala
(ciri yang menjadikan namanya Hoary-headed Grebe). Individu muda memiliki
wajah belang-belang, paruh bagian dagu dan leher pada bagian tenggorokan
berwarna putih, punggung belang coklat dan putih. Pada jantan memiliki dua fase
bulu; setelah berkembang biak dan musim kawin bulu (buff) pada dada
menghilang juga garis putih ada kepalanya, kemudian ada garis hitam di bagain
tengkuk. (BirdsinBackyard, 2012)

c. Habitat
Hoary-headed Grebe berhabitat di perairan payau atau air tawar yang jauh
dari dari garis pantai. (BirdsinBackyard, 2012)

d. Makanan
Hoary-headed Grebe memakan arthropoda air, sebagian ditangkap dengan
cara menyelam ke kedalam. Mencari makan pada siang hari, dan ketika cahaya
redup atau buruk mencari makan hanya pada permukaan air. (Pizzey, G. dan
Knight, F. 1997)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 121


Gambar 8.13. Peta persebaran Poliocephalus poliocephalus
(Sumber: Datazone.birdlife.org)

e. Persebaran
Hoary-headed Grebe ditemukan di semua negara bagian dan teritori
Autralia, Tasmania, dan Selandia Baru. (BirdsinBackyard, 2012)

f. Tingkat Kepunahan
Hoary-headed Grebe atau Poliocephalus poliochepalus dengan poplasi
sekitar 500.000 ekor, dengan rentang persebaran yang masih luas dan tidak ada
bukti penurunan populasi yang signifikan, status konservasi spesies ini adalah
Least Concern. (IUCN, 2012)

5. Titicaca Grebe (Rollandia mictroptera)

Gambar 8.14. Rollandia mictroptera

(Sumber: hbw.com)

Regnum : Animalia
Phyllum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Podicipediformes
Familia : Podicipedidae
Genus : Rollandia

BIOSISTEMATIKA HEWAN 122


Spesies : Rollandia mictroptera

b. Deskripsi Umum
Titihan yang tidak dapat terbang tetapi penyelam yang sangat baik. Grebe
ini menghabiskan waktunya dengan tenggelam di bawah air untuk berburu ikan.

Gambar 8.15. Rollandia mictroptera (a. Dewasa b. Remaja)


(Sumber: ebird.org & flickr.com)
c. Deskripsi Khusus
Rollandia mictroptera atau Titicaca Grebe ukuran tubuhnya yang relatif
besar dengan paruh kekuningan, bagian leher putih, memiliki mahkota gelap
diatas kepalanya, dan sisi belakang leher sampai pangul. (Birdlife Internasional,
2017)

d. Habitat
Rollandia mictroptera atau Titicaca Grebe ditemukan di danau dataran
tinggi dan badan air sekitarnya. Habitat vegetasi di perairan dangkal. (Birdlife
Internasional, 2017)

e. Makanan
Titicaca Grebe merupakan pemakan ikan. (Birdlife Internasional, 2017)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 123


Gambar 8.16. Peta persebaran Rollandia mictroptera
(Sumber: Datazone.birdlife.org)

f. Persebaran
Mayoritas populasi ditemukan di Danau Titicaca, sebuah danau dataran
tinggi yang mengangkangi Bolivia dan Peru. Tetapi dapat juga ditemukan di
sekitar sungai, dan Danau Umayo, Arapa, UruUru, Poopo, dan Sungai Danau
Jahuira. (Birdlife Internasional, 2017)

g. Tingkat Kepunahan
Pada suatu waktu ada perkiraan jumlah Rollandia mictroptera sebanyak
10.000 ekor. Tetapi, ini mengalami penurunan selama setidaknya dua dekade
terakhir dikarenakan ancaman terbesar bagi Rollandia mictroptera adalah
penggunaan jaring insang panjang di danau. Grebe ini sering terjebak dalam jaring
dan tenggelam, panen alang-alang, perahu wisata dan kontaminasi dari limbah
kota dan tambang lokal yang sangat berdapak pada spesies ini. Untuk perkiraan
jumlah saat ini adalah 2.000 ekor, karena itu Rollandia mictroptera terdaftar
sebagai Endangered (Terancam Punah) oleh IUCN. (Birdlife Internasional, 2017)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 124


6. Titihan Australia (Tachybaptus novaehollandiae)

Gambar 8.17. Induk dan Anak Tachybaptus novaehollandiae

(Sumber: ebird.org)
Regnum : Animalia
Phyllum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Podicipediformes
Familia : Podicipedidae
Genus : Tachybaptus
Spesies : Tachybaptus novaehollandiae

a. Deskripsi Umum
Satu anggota Grebe terkecil dari keluarga Grebe yang ada di Australia.
Sering terlihat berenang sendirian atau berpasangan.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 125


a b

Gambar 8.18. Tachybaptus novaehollandiae a. Dewasa berkembang b. Dewasa


Muda c. Remaja
(Sumber: ebird.org)

b. Deskripsi Khusus
Titihan Australia adalah burung air kecil dengan dua fase bulu yang
berbeda. Buu-bulu jantan dan betina yang tidak sedang dalam musim kawin
bewarna abu-abu gelap diatas dan sebagian besar berwarna perak abu-abu
dibawahnya, dengan bercak putih oval pada kulit di dasar paruh. Selama musim
kawin, kedua jenis kelamin ini memiliki kepala hitam mengkilap dan garis wajah
kastanye yang melimpah membentang dari tepat belakang mata hingga pangkal
leher. Pada saat ini, mata menjadi lebih gelap dan irisnya jingga. Warna kuning
pucat di pangkal paruhnya dengan warna putih di ujung paruh. (Pizzey, G. dan
Knight, F. 1997)

c. Habitat
Titihan Australia berhabitat di danau, kolam air tawar dan sungai air tawar.
(BirdLife International, 2013)
d. Makanan
Makanan dari Titihan Australia sebagian besar terdiri dari ikan dan
serangga. (BirdLife International, 2013)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 126


Gambar 8.19. Peta persebaran Tachybaptus novaehollandiae
Sumber: Datazone.birdlife.org

• Persebaran
Titihan Australia ini tersebar di seluruh wilayah Australia, lalu Selandia
baru, Papua New Guinea dan Kepulauan Pasifik. (BirdLife International, 2013)

• Tingkat Kepunahan
Diperkirakan jumlah individunya sekitar 500.000 ekor, maka di
kateorikan dalam status Least Concern oleh IUCN. (BirdLife
International, 2013)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 127


7. Tachybaptus ruficollis (Grebe kecil)

Gambar 8.20. Tachybaptus ruficollis


(Anonim, 2017)

• Anggotanya adalah burung aquatik yang berukuran kecil sampai sedang (22-60
cm),menyelam untuk mencari makanan yang terdiri atas tumbhan dan
invertebrata. 2. Plumage mengkilap seperti satin,dengan pola warna hitam,putih
berselang-seling 3. sayap tajam berukuran sedang.

• Kaki pendek dan lletaknya sangat posterior,tarsi menekan ke arah lateral. Tiga
jari ke arah depan agak berlekuk,dengan cakar gepeng, jari samping vestigial.

• Sayap pendek dan bundar,terbang lemah dan sering mendarat. Namun beberapa
species dapat bermigrasi; danbeberapa lainya sepat berkoloni di danau buatan.

• Palatum schizognathous

• Sarang dibuat dari bahan-bahan yang dapat mengapung di air biasanya dari
ranting-ranting,jumlah telur biasanya 3=-9 berwarna putih.

• Anak yang baru menetas precocial,dan dapat segera berenang setelah


menetas,cenderung diasuh oleh kedua induknya.

• Contoh : Podiceps

BIOSISTEMATIKA HEWAN 128


• Anggotanya adalah burung aquatik yang berukuran kecil sampai sedang (22-60
cm),menyelam untuk mencari makanan yang terdiri atas tumbhan dan
invertebrata. 11. Plumage mengkilap seperti satin,dengan pola warna hitam,putih
berselang-seling

• Sayap tajam berukuran sedang.

• Kaki pendek dan lletaknya sangat posterior,tarsi menekan ke arah lateral. Tiga
jari ke arah depan agak berlekuk,dengan cakar gepeng, jari samping vestigial.

• Sayap pendek dan bundar,terbang lemah dan sering mendarat. Namun beberapa
species dapat bermigrasi; danbeberapa lainya sepat berkoloni di danau buatan

Gambar 8.21. Peta persebaran Tachybaptus novaehollandiae


(Sumber: Datazone.birdlife.org)

e. Persebaran
Titihan Australia ini tersebar di seluruh wilayah Australia, lalu Selandia baru,
Papua New Guinea dan Kepulauan Pasifik. (BirdLife International, 2013)

f. Tingkat Kepunahan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 129


Diperkirakan jumlah individunya sekitar 500.000 ekor, maka di kateorikan
dalam status Least Concern oleh IUCN. (BirdLife International, 2013)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 130


8. CHARADRIIFORMES
a. Penjelasan Umum tentang Ordo
Ordo ini merupakan kelompok burung yang hidup di pantai. Meski
begitu, beberapa anggota dari kelompok ini ditemukan di hampir seluruh
habitat terestrial yang ada di dunia. Charadriiformes merupakan ordo yang
sangat beragam yang jumlah familia dan spesiesnya paling banyak setelah
ordo passeriformes (Lovette & Fitzpatrick, 2016).
Sebagian besar burung pantai dikenal sebagai burung migran atau
burung pendatang. Burung pantai di Indonesia sebagian besar merupakan
burung pantai pendatang atau migran yang menghabiskan waktu di wilayah
lahan basah untuk mencari makan serta menunggu kembali ke daerah
berbiaknya, baik di belahan bumi utara (Rusia dan sekitarnya) maupun
belahan bumi selatan (Australia dan Negara-negara Pasifik) (Howes et al.
2003, Diana, 2007).
Burung pantai melakukan migrasi sangat dipengaruhi oleh
perubahan kondisi alam yang ekstrim di lokasi berbiaknya sehingga
menyebabkan berkurangnya pasokan makanan. Perjalanan migrasi burung
pantai ke belahan bumi selatan dilakukan sebagai upaya menghindari
perubahan alam (cuaca) yang ekstrim dan memenuhi kebutuhan makanan
untuk keberlangsungan hidupnya (Howes et al. 2003). Hewan melakukan
migrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kepadatan populasi dan
faktor kondisi fisik lingkungan, seperti adanya perubahan suhu dan
persediaan sumber makanan (Susanto, 2000).
Burung dari kelompok ini memiliki bulu kriptik dengan pola
kamuflase, seperti hitam, abu-abu, coklat atau putih. Paruh umumnya
panjang dan runcing dengan bentuk yang bervariasi, tergantung jenis dan
kedalaman invertebrata di dalam lumpur atau pasir yang menjadi
makanannya. Sayap berujung runcing dan merupakan burung penerbang
yang kuat. Strategi dalam merawat anakan sangat beragam dibandingkan
ordo lainnya (Kurniawan & Arifianto, 2017).
Perbedaan panjang paruh antar jenis burung pantai dapat dilihat pada
Gambar 1.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 131


Gambar 9.1. Hubungan Panjang Paruh dengan Kedalaman Keberadaan Jenis
Mangsa (Howes et al. 2003)

b. Familia
• Familia Jacanidae
Meliputi burung sepatu yang merupakan burung air yang
kecil yang tersebar di seluruh kawasan tropis. Penampilan mirip
dengan burung ayam-ayaman, namun memiliki jari kaki yang
panjang yang digunakan untuk berjalan di atas tumbuhan air.
Beberapa jenis bersifat poliandri, yakni satu betina kawin dengan
lebih dari satu ekor pejantan (MacKinnon dkk., 2010).
• Familia Rostratulidae
Meliputi burung berkik yang memiliki tanda jelas berupa
setrip menyala pada kepala dan bahu. Memiliki paruh yang panjang
dan sedikit melengkung. Betina berukuran lebih besar dan berwarna
daripada pejantan. Selain itu, betina bersifat poliandri dan pejantan
yang bertugas mengerami telurnya. Burung berkik terbiasa hidup di
dasar rumpun-rumpun buluh (MacKinnon dkk., 2010).
• Familia Haematopidae

BIOSISTEMATIKA HEWAN 132


Meliputi burung Kedidi yang menurut Sukmantoro dkk.
(2007), terdiri dari dua jenis yang ditemukan di Indonesia, yakni
Kedidir Belang (Haematopus longirostris) dan Kedidir Kelam
(Haematopus fuliginosus).
• Familia Charadriidae
Meliputi burung trulek dan cerek yang merupakan kelompok
burung perancah. Suku ini terdiri dari banyak jenis dan tersebar luas.
Memiliki ciri khas paruh yang berbentuk lurus dengan penebalan
pada ujungnya, serta kaki yang tidak memiliki jari belakang. Hidup
di pinggir air atau pada daerah terbuka (MacKinnon dkk., 2010).
Menurut Sukmantoro dkk. (2007), terdapat 16 jenis yang termasuk
dalam suku charadriidae yang ditemukan di Indonesia.
• Familia Scolopacidae
Meliputi kelompok burung trinil-trinilan yang jenisnya
banyak dan tersebar luas. Umumnya ditemukan di pantai atau di
daerah basah terbuka yang berada dekat dengan laut. Kecuali burung
Berkik Gunung Merah yang hidup di hutan. Semua anggota dari
suku ini memiliki kaki panjang, sayap meruncing panjang, dan paruh
21 ramping memanjang. Paruh yang panjang digunakan untuk
mengais makanan berupa cacing dan udang-udangan yang
tersembunyi dalam lumpur (MacKinnon dkk., 2010).
• Familia Recurvirostridae
Meliputi burung Gagang-bayam yang tersebar di seluruh
dunia (MacKinnon dkk., 2010). Menurut Daftar Burung Indonesia
Nomor 2 (Sukmantoro dkk., 2007) terdapat satu jenis saja yang
tersebar di Indonesia, yakni Gagang-bayam belang (Himantopus
leucocephalus).
• Familia Phalaropodidae
Meliputi kelompok burung Kaki-rumbai yang merupakan
burung perancah pelagis. Memiliki tubuh ramping, paruh yang
sempit dan tajam, serta memiliki bulu-bulu yang lebat dan halus

BIOSISTEMATIKA HEWAN 133


seperti itik. Jari kaki bercuping, tidak memiliki selaput renang.
Burung ini menghabiskan waktu hidupnya di laut, kecuali untuk
berkembang biak. Burung ini merupakan burung migran yang
datang ke wilayah tropis pada musim dingin (MacKinnon dkk.,
2010).
• Familia Burhinidae
Meliputi burung Wili-wili yang memiliki ciri-ciri kaki yang
panjang dan kuat, tidak memiliki kaki belakang, dan memiliki lutut
yang membesar. Memiliki paruh lurus dan agak pendek, namun kuat
(MacKinnon dkk., 2010).
• Familia Glareolidae
Famili ini meliputi burung Terik yang terdapat dari Afrika
sampai Australia. Merupakan burung pemakan serangga yang
memiliki paruh kuat, membengkok, dan meruncing. Sebagian besar
jenis dari famili ini merupakan burung migran (MacKinnon dkk.,
2010).
• Familia Stercorariidae
Meliputi jenis burung Camar-kejar dan Skua yang
merupakan burung laut yang tersebar di dunia. Penampilan hampir
mirip dengan burung camar. Burung ini mudah dikenali karena
sifatnya yang agresif saat menyerang burung lain untuk
memuntahkan makanannya secara paksa (MacKinnon dkk., 2010).
• Familia Lariidae
Merupakan suku yang meliputi burung Camar dan Dara-laut
yang tersebar luas di dunia. Burung ini merupakan kelompok burung
pemakan ikan dan bangkai. 22 Sebagian besar berwarna putih
dengan ujung sayap yang hitam serta perbedaan tingkat warna
hitam, abu-abu, dan coklat pada kepala dan bagian atas tubuh.
Burung muda berbintik coklat dan memerlukan waktu beberapa
tahun untuk memiliki bulubulu dewasa (MacKinnon dkk., 2010).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 134


c. Contoh Spesies

1. Burung Gajahan Pengala (Numenius phaeopus)

Gambar 9.2. Numenius phaeopus


(BirdLife International, 2016)

Regnum : Animalia
Phyllum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Charadriiformes
Familia : Scolopacidae
Genus : Numenius
Species : Numenius phaeopus

a. Deskripsi Umum
Familia Scolopacidae memiliki ukuran tubuh kecil sampai
sedang, mempunyai kaki yang panjang, serta paruh yang ramping
dan panjang, sayap meruncing panjang. Mata pada anggota familia
Scolopacidae lebih kecil bila dibandingkan dengan anggota familia
Charadridae.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 135


b. Deskripsi Khusus

Gambar 9.3. Morfologi Numenius phaeopus (Charles Lam, 2015)

Gambar 9.4. Close-up Numenius phaeopus (Charles Lam, 2009)


Burung Gajahan pengala ini, saat dewasa bisa berukuran hingga
sekitar 40 cm, berwarna coklat bercoret dengan alis pucat. Gajahan
penggala juga punya kepala bergaris hitam yang cukup terlihat jelas, kaki
panjang, dan paruh melengkung ke bawah. Mirip Gajahan besar, tetapi jauh
lebih kecil dan secara proposional paruh lebih pendek. Tunggir kecoklatan
pada ras yang lebih umum variegatus, tetapi beberapa individu mempunyai
tunggir putih dan sayap bawah mendekati ras phaeopus. Iris coklat, paruh
hitam, kaki coklat kehitaman.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 136


c. Persebaran

Gambar 9.5. Peta Persebaran Numenius phaeopus (BirdLife International, 2016)


Gajahan pengala terdiri dari empat sub-spesies, dengan daerah
persebaran:
a. Numenius phaeopus phaeopus, tersebar di Islandia, Kepulauan
Faroe dan Skotlandia utara sampai Siberia utara melewati
Skandinavia. Menghabiskan musim dingin di Eropa barat daya,
Afrika, India, Sri Lanka, Pulau Andaman dan Pulau Nicobar.
b. Numenius phaeopus alboaxillaris, tersebar di stepa di utara Laut
Kaspia; musim dingin bermigrasi ke Samudera Hindia anggota barat.
c. Numenius phaeopus variegatus, tersebar di Siberia, musim dingin

bermigrasi ke India timur, Taiwan, Filipina, Indonesia, dan


Australia-Asia.
d. Numenius phaeopus hudsonicus, tersebar di Alaska dan Siberia,
musim dingin dari selatan Amerika Serikat bermigrasi sampai ke
selatan Amerika Selatan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 137


d. Makanan
Gajahan pengala memangsa moluska, cacing, krustasea, dan
organisme laut lainnya. Mangsa didapatnya dengan mengais dan menusuk-
nusuk lumpur atau tanah lunak dengan paruhnya yang panjang dan sensitif,
atau dengan mematuknya apabila mangsa berada di atas tanah. Di daerah
asalnya, burung gajahan pengala juga diketahui memakan buah-buahan
kecil (beri) dan juga serangga.

e. Habitat
Gajahan penggala menyukai gosong lumpur, muara pasang surut,
daerah berumput dekat pantai, payau dan pantai berbatu. Burung ini
biasanya hidup dalam gugusan kecil sampai besar, dan sering barbaur
dengan burung perancah lainnya. Gajahan penggala memakan tumbuhan
maupun hewan, tergantung ketersediaan pakan.
Bersarang di permukaan tanah, dengan jumlah telur 3-4 butir
berwarna kehijauan dengan bercak kecoklatan. Telur dierami secara
bergantian oleh kedua induk selama 28 hari. Telur menetas secara
bersamaan karena pengeraman dimulai setelah keluarnya telur terakhir.
Anakan bersifat nidifogus (Segera meninggalkan sarang setelah menetas)
dan mampu mencari makan sendiri, mereka mulai belajar terbang setelah
berumur 40 hari untuk kemudian menjadi burung muda yang mandiri
seutuhnya. Saat fase berbiak dan menjaga anak, induk mampu terbang dan
melabrak pengganggu yang datang (gagak, serigala, manusia) dalam jarak
ratusan meter dari sarang. Mereka mengusir pengganggu dengan berlaku
agresif dan meneriakan suara peringatan secara konstan.

f. Tingkat Kepunahan
Menurut BirdLife International and Handbook of the Birds of the
World (2016), tingkat populasi Numenius phaeopus mengalami penurunan
secara global.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 138


2. Burung Trulek Jawa atau Vanellus macropterus

Gambar 9.6. Vanellus macropterus (BirdLife International, 2019)

Regnum : Animalia

Phyllum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Charadriiformes

Familia : Charadriidae

Genus : Vanellus

Spesies : Vanellus macropterus

a. Deskripsi Umum
Familia Charadriidae merupakan burung perencah dengan ciri khas
berparuh lurus, terdapat penebalan pada ujungnya. Tungkai panjang yang
kuat, sebagian besar tidak memiliki jari belakang. Sayap agak panjang
dengan ekor pendek. Warna tubuh dari familia Charadriidae kebanyakan
coklat, hitam dan putih.
Trulek jawa (Vanellus macropterus) adalah salah satu burung
langka yang hanya terdapat (endemik) di Jawa. Burung
dari suku Charadriidae ini pada tahun 1994 pernah
dinyatakan punah (Extinct) oleh IUCN, tetapi sejak tahun 2000 statusnya
direvisi menjadi Kritis. Meskipun begitu, hingga kini keberadaan jenis ini
masih misterius karena tidak ada bukti fotografi atau spesimen baru yang

BIOSISTEMATIKA HEWAN 139


diperoleh. Hingga saat ini yang dapat dijumpai secara resmi di Indonesia
hanyalah spesimen awetannya di Museum Zoologi, Cibinong.
Burung ini terakhir tercatat keberadaannya pada tahun 1940 di delta
Ci Tarum. Karena belum melakukan survei ulang semua habitatnya dan
masih ada laporan-laporan keberadaan jenis ini dari penduduk setempat,
IUCN tidak berani menyebutnya sebagai jenis yang punah.

b. Deskripsi Khusus

Gambar 9.7. Trulek Jawa - Vanellus macropterus (Tanpa nama, 2016)

Ukuran tubuhnya bisa mencapai sekitar 28 cm. Bulunya berwarna


coklat keabuan dengan kepala dan perut hitam, punggung dan dada coklat
keabuan, tungging putih. Bulu-bulu sayap terbang hitam, ekor putih dengan
garis subterminal hitam lebar. Terdapat "taji" hitam pada bagian lengkung
sayap. Iris coklat, paruh hitam, tungkai hijau kekuningan atau jingga. Satu
hal yang khas dari burung ini adalah gelambir putih kekuningan di atas
paruhnya.

c. Habitat

BIOSISTEMATIKA HEWAN 140


Trulek Jawa mempunyai kebiasaan tinggal pada wilayah rawa yang
cukup luas,muara sungai, dan juga genangan air pada lahan basah pada
waktu musim hujan.

d. Makanan
Burung endemik ini hidup dari memakan antara lain kumbang air,
siput, larva serangga, dan biji-bijian tumbuhan air.

e. Persebaran

Gambar 9.8..Peta Persebaran Vanellus macropterus


(BirdLife International, 2019)

Persebaran dari burung Trulek Jawa pada daerah tropis dan subtropis
pernah hingga pulau Sumatera dan Timor, namun lebih banyak berada di
daerah pulau Jawa. Pada Pulau Jawa ada beberapa daerah yang dilaporkan
menjadi tempat tinggal dari burung Trulek Jawa, yaitu hutan Sawangan,
hutan Gunung Ungaran, Taman Nasional Meru Betiri, serta pegunungan
Halimun. Burung ini biasanya tinggal didaerah yang basah dan terbuka
seperti delta sungai, rawa-rawa, dan daerah pesisir pantai.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 141


f. Tingkat Kepunahan
Burung ini dilindungi hukum Indonesia sejak 1978. Menurut dari
data IUCN terbaru pada saat tahun 2013, jumlah populasi Trulek Jawa ini
begitu kecil. diperkirakan kurang dari 50 individu saja. Jumlah populasi
yang sangat rentan untuk menurun ini, disebabkan oleh faktor gangguan
manusia serta konversi habitat untuk budidaya dan pertanian, dan juga
faktor perburuan.
Ancaman dari kepunahan Trulek Jawa ini yaitu masalah lahan dari
habitat asli yang sudah beralih menjadi wilayah agro-industry farming atau
lahan pertanian dan sebagai daerah budidaya air tawar, yakni tambak. Hal
yang menjadi ancaman selanjutnya yaitu pengaruh dari perburuan dan
penangkapan hewan-hewan yang bertambah hebat. Menjadikan kematian
spesies jadi lebih cepat bahkan punah. Ancaman yang kerap terjadi juga
yaitu aktivitas manusia serta pemanfaatan lahan guna pembangunan.
Di Indonesia sendiri hampir mempunyai banyak sekali ekosistem
lahan basah. Akan tetapi sekarang ini, lahan itu sudah banyak beralih fungsi
menjadi lahan pertanian, tambak, dan juga pemukiman penduduk.
Lahan basah yang rusak tidak akan dapat mendukung jumlah
populasi burung air yang besar. Terutama rawa termasuk tipe habitat lahan
basah yang digemari burung Trulek Jawa dalam mencari makan, tumbuh,
serta berkembang.

3. Little auk

Gambar 9.9. Little auk

BIOSISTEMATIKA HEWAN 142


a. Deskripsi umum :

Little auk memiliki nama sebutan lainnya yaitu Alle alle ( Sea Dove )
maupun Dovekie. Spesies ini memiliki panjang tubuh sekitar 20cm; berat tubuh
sekitar 140 – 190 gram; biasanya berada di sekitar pulau di daerah arktik. Auk
kecil berupa burung laut dengan tubuh berukuran mungil sekilas ada sedikit
kemiripan dengan burung jarak. Warna kombinasi antara hitam di bagian atas
dan warna putih di daerah bawah. Namun, jika keadaan terbang bagian
bawahnya terlihat berwarna gelap. Spesies ini memiliki paruh yang cukup lebar
berwarna hitam, memiliki leher yang pendek dan memiliki ekor.

Little auk ini terbang dengan menggunakan sayap – sayap yang


kemampuan putarannya cepat ketika berada di laut. Spesies ini berkembang
biak di area kutub utara dan jika pada musim dingin maka berada di daerah
atlantik utara. Jika terjadi angina kencang, beberapa dari spesies burung terlihat
melintas di lepas pantai.

b. Deskripsi khusus :

Little auk memiliki warna tubuh hitam – putih, ketika berada dalam
musim perkawinan maka seluruh tubuhnya dapat berwarna hitam kecuali
berwarna putih yang terdapat pada bagian bawah. Spesies ini dapat berdiri tegak
ketika berada di atas tanah karena posisi kaki yang berada di bagian belakang
dari tubuhnya. Auk kecil ini dapat ditemukan di sekitar Greenland; Islandia; dan
juga Rusia Utara. Little auk merupakan burung yang senang bermigrasi ketika
berada pada awal musim dingin. Hal ini berkaitan dengan suhu yang cocok
untuk masa perkembangbiakkan juga mencari makanan. Little auk ini dapat
berkembangbiak dan bersarang ketika berada di tanah, namun dalam hal makan
mereka tetap bergantung pada laut. Spesies ini dapat menyelam hingga
kedalaman 115 kaki dengan bantuan daya apung yang alami dan kembali ke
atas (permukaan) dengan pola yang unik yaitu zig-zag sekaligus untuk
menangkap mangsa. Hewan ini memiliki semacam kantong di bagian
tenggorokan yang bersifat elastis ketika ia membawa mangsa ke sarangnya.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 143


Saat musim panas, Little auk ini bersarang pada koloni yang paling besar
dari semua spesiesnya dan biasanya berada di antara batu dan tebing yang
mengelilingi air. Setiap pasang spesies ini melakukan perkembangbiakkan atau
bertelur diantara batu – batu kecil ataupun menggali lereng bukit. Adanya suatu
ruang yang cukup berlapiskan kerikil membantu proses dari inkubasi telurnya.

c. Makanan :

Makanan dari spesies ini berupa crustaceae ( udang – udangan ); hewan


laut kecil juga ikan. Cara Little auk menangkap mangsa yaitu dengan melakukan
penyelaman sejauh 30m, dan akan kembali ke permukaan air dengan pola zig-
zag sambal menangkap mangsanya.

d. Persebaran :

Gambar 9.10. Peta Persebaran Little auk

Populasi Little auk kebanyakan hidup di Greenland, namun ketika


musim perkawinan maka daerah yang biasanya dijadika tempat
perkembangbiakannya yaitu Thule District di bagian barat laut dari
Greenland.

e. Habitat :

Habitat dari spesies ini terletak di lereng yang cenderung miring dan
menghadap kea rah laut, biasanya memiliki jarak sekitar 11 Km dari pantai atau
lembah atau menghadap ke daerah glister.

f. Kepunahan :

BIOSISTEMATIKA HEWAN 144


Berdasarkan informasi dari IUCN Red List mengenai Little auk ini
termasuk kategori LC ( Least concern ). Jika dilihat dari jumlah populasinya,
dalam keadaan sekarang tidak begitu mengkhawatirkan karena jumlah dari
Little auk global mampu menahan ketersediaan terhadap mangsanya sehingga
fluktuasi dapat terjadi ketika adanya perubahan iklim melalui plastisitas
pencarian makan yang jika memungkinkan akan menaikkan status
konservasinya menjadi lebih sulit untuk ditemukan.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 145


4. Burung Camar, Yellow-Footed Gull atau Larus livens

Gambar 9.11. Larus livens (LifeonWhite, 2012)

Regnum : Animalia

Phyllum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Charadriiformes

Familia : Laridae

Genus : Larus

Spesies : Larus livens

a. Deskripsi Umum
Familia Laridae meliputi burung Camar dan Dara laut yang tersebar
luas di dunia, burung ini merupakan kelompok burung pemakan ikan dan
bangkai sebagian besar warna tubuhnya putih dengan warna ujing sayap
yang hitam.
Penampilan burung dewasa mirip dengan camar barat dengan kepala
putih, punggung dan sayap berwarna gelap, dan paruh kuning tebal. Kakinya
kuning, meskipun burung musim dingin pertama memang menampilkan kaki
merah muda seperti camar barat. Burung ini memiliki bulu penuh pada usia
tiga tahun.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 146


Spesies ini merupakan salah satu camar terbesar di dunia. Panjangnya
53 sampai 72 cm dan panjangnya 140 hingga 160 cm melintasi sayap. Massa
tubuh spesies ini dapat bervariasi dari 930 hingga 1.500 g. Di antara
pengukuran standar, panjang chord sayap adalah 40 hingga 46 cm, ukuran
paruh

b. Deskripsi Khusus

Gambar 9.12. Yellow-footed Gull Larus livens (Gerardo Marrón, 2015)


Burung camar ini memiliki ciri kaki yang berwarna kuning
berselaput dengan lutut yang besar dan kuat, paruh kuning dengan sedikit
corak merah pada ujung paruh bawah dengan bulu pada kepala berwarna
putih, sayap berwarna keabu-abuan dengan warna ujung sayap hitam.

c. Habitat
Habitat Estuarine burung Camar Kaki kuning adalah laguna, Mulut
sungai / sungai pasang surut, Teluk / suara, Dataran datar / pantai. Habitat
Terestrial di pasir / bukit pasir.

Jadi, burung Camar Kaki Kuning ini berhabitat di dekat pantai,


teluk, dan muara. Sarang di pulau. Di Bahia de Los Angeles, 75%
bersarang secara koloni di pinggir pantai; 25% bersarang secara non-
koloni.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 147


d. Makanan
Burung Camar ini hidup sebagai burung pemakan ikan (Piscivore),
moluska, krustasea, makrobenton (Invertivore). Memulung di sepanjang
pantai.

e. Persebaran

Gambar 9.13. Peta Persebaran Larus livens (BirdLife International, 2016)

Persebaran dari burung Larus livens yang merupakan burung laut endemik di
California, Amerika Serikat.

f. Tingkat Kepunahan
Spesies ini memiliki kisaran yang sangat besar oleh karena itu tidak
mendekati ambang batas untuk Rentan di bawah kriteria ukuran kisaran
(Luas Kejadian <20.000 km2 dikombinasikan dengan ukuran kisaran
menurun atau berfluktuasi, luas / kualitas habitat, atau ukuran populasi dan
sejumlah kecil populasi. lokasi atau fragmentasi parah). Tren populasi
tampak stabil, berdasarkan kriteria tren populasi (> 30% menurun selama
sepuluh tahun atau tiga generasi). Berdasarkan kriteria ukuran populasi
(<10.000 individu dewasa dengan penurunan berkelanjutan diperkirakan>

BIOSISTEMATIKA HEWAN 148


10% dalam sepuluh tahun atau tiga generasi, atau dengan struktur populasi
tertentu). Untuk alasan ini, spesies dievaluasi sebagai Least Concern.

5. Burung Sepatu Jengger (Irediparra gallinacea)

Gambar 9.14. Irediparra gallinacean


(Sumber : id.wikipedia.org)

Regnum : Animalia

Phyllum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Charadriiformes

Familia : Jacanidae

Genus : Irediparra

Spesies : Irediparra gallinacea

a. Deskripsi Umum
Burung pantai dari famili Jacanidae mempunyai ukuran tubuh kecil
hingga sedang. Memiliki jari dan kuku yang panjang, fungsinya adalah
untuk mempermudah berjalan di atas tumbuhan terapung. Selain itu,
anggota famili Jacanidae juga mempunyai pergelangan kaki yang panjang,

BIOSISTEMATIKA HEWAN 149


sekitar 45-72 mm. Pemanjangan kaki tersebut membuatnya terlihat tinggi.
Warna bulu yang tampak sangat beragam tetapi kebanyakan berwarna
kemerahan-merahan atau kehijau-hijauan, coklat hinga hitam. Meskipun
pada beberapa jenis ada warna putih pada bagian bawah tubuhnya seperti
pada bagian perut, tengkuk, dan bawah sayap. (delHoyo, dkk., 1996: 277).

b. Deskripsi Khusus
Irediparra gallinacea memiliki mahkota hitam dan terdapat
jengger diatas kepalanya yang berwarna merah, lalu di bagian wajah dan
tenggorokannya berwarna putih, bagian bawah tubuhnya berwarna putih
dan bagian bawahnya berwana hitam atau coklat, kakinya panjang dengan
jari kaki yang juga sangat panjang. Ukuran jantan lebih kecil daripada
betina, jantan ukuran panjangnya sekitar 20-22 cm dan berat 68-84 gram
sedangkan betina panjang 24-27 cm dan beratnya 120-150 gram. Rentang
dayap dari 39-46 cm.
c. Habitat

Vegetasi mengambang, mengambang-muncul dan muncul di lahan


basah air tawar (biasanya lili air).

d. Makanan

Makanannya berupa serangga air dan beberapa invertebrata lainnya


juga biji-bijian.

e. Persebaran

BIOSISTEMATIKA HEWAN 150


Gambar 9.15 Peta Persebaran Irediparra gallinacean
(BirdLife International, 2016)

Species ini tersebar di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Mindanao, Keliruku,


dan Sunda Kecil juga terdapat di Utara hingga Timur Benua Australia.

f. Tingkat Kepunahan
Spesies ini memiliki kisaran yang sangat besar, dan karenanya tidak
mendekati ambang batas untuk Rentan di bawah kriteria ukuran kisaran
(Tingkat Keberadaan <20.000 km2 dikombinasikan dengan ukuran
kisaran menurun atau berfluktuasi, luas / kualitas habitat, atau ukuran
populasi dan sejumlah kecil lokasi atau fragmentasi parah). Tren
populasi tidak diketahui, tetapi populasi tidak diyakini menurun cukup
cepat untuk mendekati ambang batas berdasarkan kriteria tren populasi
(> 30% menurun selama sepuluh tahun atau tiga generasi). Ukuran
populasi mungkin cukup kecil hingga besar, tetapi tidak diyakini
mendekati ambang batas untuk Rentan berdasarkan kriteria ukuran
populasi (<10.000 individu dewasa dengan penurunan berkelanjutan
diperkirakan> 10% dalam sepuluh tahun atau tiga generasi, atau dengan
struktur populasi tertentu). Untuk alasan ini, spesies dievaluasi sebagai
Least Concern.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 151


10. ORDO CICONIFORMES

Ordo Ciconiformes merupakan ordo burung besar dan menunjukan burung yang
berukuran besar dan bentuknya yang bervariasi diantaranya blekok, ibis, dan flamingo.
Ordo ini tidak dapat diklasiikasikan kedalam burung aquatik seutuhnya atau tidak terlalu
aquatik karena kebanyakan tinggal di tepian air atau di rawa-rawa, kecuali flamingo yang
sebagian besar anggotanya bersarang di pohon tinggi dan jauh dari air serta harus
mengasuh anaknya yang altricial dan lambat berkembang (Soesilowati,2012). Ordo
Ciconiformes terdiri dari 6 famili yaitu :

A. Famili Ardeidae
Famili Ardeidae merupakan burung rawa yang memiliki bulu sedikit jarang
dengan ukuran tubuh sedang hingga besar. Sebagian besar tubuhnya langsing dan
leher panjang ; paruh biasanya panjang, lurus, dan tajam; ukuran kaki sedang sampai
panjang, tibiae bawah tidak berbulu, mencakar dengan pectinate jari kaki tengah
(yaitu dengan tepi bagian dalam, seperti sisir) jari kaki belakang sejajar dengan jari
kaki depan. Pada Ardeidae dewasa, panjangnya sekitar 28-142 cm (11-56 inchi).
Terdapat 19 genus dengan 60 spesies. Genus yang terdapat pada family Ardeidae
yaitu:
1. Zonerodius, terdiri dari satu spesies yaitu Zonerodius heliosylus atau biasa
dikenal dengan nama Forest Bittern.

Gambar 10.1 Zonerodius heliosylus


(Jeffcrocombe, 2015)
2. Tigriornis, terdiri dari satu spesies yaitu Tigriornis leucolopha atau biasa dikenal
dengan nama White-crested Tiger-heron.

Gambar 10.2 Tigriornis leucolopha


(Markus, 2015)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 152


3. Tigrisoma, terdiri dari 3 spesies yaitu Tigrisoma lineatum, Tigrisoma fasciatum
dan Tigrisoma mexicanum.

Gambar 10.3 Tigrisoma lineatum


(Sjogren, 2010)
4. Agamia, terdiri dari satu spesies yaitu Agamia agami dan dikenal juga
sebagai Agami heron.

Gambar 10.4 Agamia agami


(Aposadao, 2019)
5. Cochlearius, terdiri dari satu spesies yaitu Cochlearius cochlearius dan dikenal
sebagai Boat-billed Heron.

Gambar 10.5 Cochlearius cochlearius


(Paul Cools, 2018)
6. Zebrilus, terdiri dari satu spesies yaitu Zebrilus undulatus atau dikenal juga
sebagai zigzag heron.

Gambar 10.6 Zebrilus undulatus


(Anselmo, 2012)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 153


7. Botaurus, terdiri dari empat spesies, yaitu Botaurus stellaris, Botaurus
poiciloptilus, Botaurus lentiginosus dan Botaurus pinnatus.

Gambar 10.7 Botaurus stellaris


(Stanislav Harvancik, 2016)
8. Ixobrychus, terdiri dari 9 spesies. Spesies tersebut diantaranya yaitu I. involucris, I.
exilis, I. minutus, I.dubius, I.sinensis, I. eurhytmus, I. cinnamomeus, I. sturmii
dan I. Flavicollis.

Gambar 10.8 Ixobrychus involucris


(Horacio Luna, 2013)
9. Gorsachius, terdiri dari tiga spesies yaitu Gorsachius magnificus, Gorsachius
goisagi dan Gorsichius melanolaphus.

Gambar 10.9 Gorsachius mamgnificus


(mjw246, 2014)
10. Calherodius, teridri dari satu spesies yaitu Calherodius leuconotus dan
memiliki nama lain yaitu ehite-baked night-heron.

Gambar 10.10 Calherodius leuconotus


(Roland Bischoff, 2007)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 154


11. Nycticorax, terdiri dari dua spesies yaitu Nycticorax nycticorax dan Nycticorax
caledonicus.

Gambar 10.11 Nycticorax caledonicus


(Lars Petersson, 2005)
12. Nyctanassa, terdiri dari satu spesies yaitu Nyctanassa violacea (yellow-crowned
night-heron)

Gambar 10.12 Nyctanassa violacea


(Marco Valentini, 2014)
13. Butorides, terdiri dari satu speseies yaitu Butorides striata (green-backed heron)

Gambar 10.13 Butorides striata


(Frederic Pelsy, 2017)
14. Ardeola, terdiri dari enam spesies yaitu Ardeola ralloides, Ardeola grayii,
Ardeola bacchus, Ardeola speciosa, Ardeola idea dan Ardeola rufiventris.

Gambar 10.14 Ardeola ralloides


(Jens Thalund, 2013)
15. Bubulcus, terdiri dari satu spesies yaitu Bubulcus ibis (cattle egeret).
16. Ardea, terdiri dari 14 spesies, yaitu Ardea cinerea, Ardea heroides, Ardea cocoa,
Ardea pac ifica, Ardea melanocephala, Ardea humbloti, Ardea insignis, Ardea

BIOSISTEMATIKA HEWAN 155


sumatrana, Ardea goliath, Ardea purpurea, Ardea alba, Ardea
brachyrhyncha, Ardea intermedia, Ardea plumifera dan sibilatrix,

Gambar10.16 Ardea intermedia


(Bob Thompson, 2009)
17. Syrigma, terdiri dari satu spesies, yaitu Syrigma sibilatrix atau whistling heron.

Gambar 10.17 Syrigma sibilatrix


(Alexander Viduetsky, 2016)
18. Pilherodius, terdiri dari satu spesies, yaitu Pilherodius pileatus atau cappen
heron.

Gambar 10.18 Pilherodius pileatus


(Stanislav Harvancik,2016)
19. Egretta, terdiri dari 12 spesies yaitu Egretta picata, Egretta novaehollandiae,
Egretta rufescens, Egretta ardesiaca, Egretta vinaceigula, Egretta tricolor,
Egretta caerulea, Egretta thula, Egretta garzetta, Egretta gularis, Egretta sacra
dan Egretta eulophotes.

Gambar 10.19 Egretta rufescens


(Sophiebuck, 2012)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 156


B. Famili Balaenicipitidae (Shoebil)
Famili Shoebill atau Balaeniciptidae (bangau berkepala paus) merupakan
burung yang berukuran besar yang hidup di rawa. Tubuhnya kekar dengan leher yang
cukup panjang dan ekor yang pendek. Burung pada family ini memiliki paruh yang
besar, lebar dan pipih dengan ujung kait di mandibular atas. Kakinya panjang dengan
jari kaki belakang berada pada tingkat yang sama dengan yang lain. Cakar sedikit
pektinat pada jari tengah, bulu-bulu suram dan lebat. Panjang tubuh sekitar 117 cm
(46 inchi). Family ini hanya terdiri dari satu spesies saja dan tersebar di Afrika timur-
tengah tropis. Spesies pada family ini adalah Balaeniceps rex dan dikenal pula dengan
nama shoebill.

Gambar 10.20 Balaeniceps rex


(Nik Borrow, 2017)
C. Famili Ciconiidae (Storks)
Famili Ciconiidae merupakan sekelomok burung rawa yang memiliki ukuran
tubuh sedang atau besar dan berjalan dengan kokoh dengan ciri-ciri yaitu lehernya
panjang; paruhnya panjang dan besar, lurus atau melengkung ke atas atau ke bawah
(atau dengan celah diantara rahang bawah yang tertutup); kaki panjang dengan jari
belakang lebih kecil dan terangkat. Bulu-bulu seringkali bermotif hitam dan putih;
sebagian atau seluruh kepala telanjang (tanpa bulu) pada beberapa spesies. Panja ng
tubuh sekitar 76-152 cm (30-60 inchi), terdiri dari 6 genus yang terdiri dari sekitar 20
spesies. Genus pada familia ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Leptoptilos, genus ini terdiri dari 3 spesies yaitu Leptoptilos crumanifer,
Leptoptilos dublus dan Leptoptilus javanicus.

Gambar 10.21 Leptoptilos crumanifer


(David Valentin, 2012)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 157


2. Mycteria, genus ini terdiri dari 4 spesies yaitu Mycteria americana, Mycertia
ibis, Mycertia leucocephala dan Mycteria cinerea.

Gambar 10.22 Mycteria americana


(Roger Ahlman, 2014)

3. Anastomus, genus ini terdiri dari dua spesies yaitu Anastomus oscitans dan
Anastomus lamelligerus.

Gambar 10.23 Anastomus oscitans


(Stanislav Harvancik, 2012)
4. Ciconia, genus ini terdiri dari 8 spesies yaitu Ciconia nigra, Ciconia abdimii,
Ciconia microscelis, Ciconia episcopus, Ciconia stormi, Ciconia maguari,
Ciconia ciconia, dan Ciconia boyciana.

Gambar 10.24 Ciconia nigra


(Pavel Stepanek, 2014)
5. Jabiru, genus ini terdiri dari satu spesies yaitu Jabiru mycteria

Gambar 10.25 Jabiru mycteria


(Daniel Field, 2015)
6. Ephippiorhynchus, genus ini terdiri dari dua spesies yaitu Ephippiorhynchus
asiaticus dan Ephippiorhynchus senegalensis.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 158


Gambar 10.26 Ephippiorhynchus asiaticus
(David Taylor, 2009)

D. Famili Scopidae
Hammer head atau hamerkop merupakan julukan dari famili ini dengan tubuh
yang beswar dan kekar, selain itu memiliki leher yang relatif panjang dan ekor yang
pendek. Paruh besar, lebar, dan pipih dengan ujung yang seperti kait pada bagian
mandibula atas. Memiliki kaki yang panjang jari kaki memiliki ukuran yang sama
dengan cakar pada jari tengah memiliki sedikit pektinat. Bulu berwarna agak muram.
Memiliki ukuran tubuh sekitar 117 cm (46 inci) (Thomson, 2014) . Memiliki hanya
satu genus yaitu:
1. Genus Scopus
a. Scopus umbretta

Gambar 10.27 Scopus umbretta


(Boaz Ogola, 2016)

E. Famili Threskiornithidae
Famili Threskiornithidae merupakan famili yang memiliki hubungan dekat
dengan bangau , namun dengan ukuran badan yang sedikit lebih kecil dengan lebih
sesuai untuk menusuk-nusuk di dalam air atau lumpur daripada untuk mejepit
mangasnya. Mendeteksi mangsa lebih mengandalkan indra peraba dibandingkan
dengan indra penglihatan. Kaki sebagian berselaput hampir semua jenis dapat terbang
dengan kepakan sayap perlahan dengan ketinggian yang relatif rendah.
(Thomson,2014) terdiri dari 4 genus yaitu:
1. Genus Platalea, memiliki ukuran tubuh sekitar 80 cm. Memiliki paruh panjang
dan pipih, melebar pada ujungnya . Berbulu putih, melebar pada ujungnya.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 159


Berbulu putih, bagian muka tidak berbulu dan berwarna hitam. Paruh
berwarna abu-abu. Contohnya yaitu :
a. Platalea flavipes

Gambar 10.28 Platalea flavipes


(Peter Staurus, 2012)
b. Platalea ajaja

Gambar 10.29. Platalea ajaja


(Alexander Viduetsky, 2013)

c. Platalea alba

Gambar 10.30 Platalea alba


(Greg Griilffith, 2018)
d. Platalea leucorodia

Gambar 10.31. Platalea leucorodia


(Frans Vandewalle, 2014)
e. Platalea minor

Gambar 10.32 Platalea minor


(Martin Hale, 2009)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 160


f. Platalea regia

Gambar 10.33. Platalea regia


(Arthur Grosset, 2013)
2. Genus Threskiornis, memiliki ukuran tubuh sekitar 80 cm memiliki paruh panjang
yang runcing dan melengkung ke bawah. Kepala dan leher berwarna hitam.
Contohnya yaitu:
a. Threskiornis melanocephalus

Gambar 10.34. Threskiornis melanocephalus


(Siddhartha, 2014)
b. Threskiornis aethiopicus
c. Threskiornis bernirei
d. Threskiornis moluccus
e. Threskiornis spinicollis

Gambar 10.35. Threskiornis spinicollis


(Federic Pelsy, 2017)

3. Genus Plegadis, memiliki ukuran tubuh palingkecil sekitar 60 cm. Tubuh lebih
ramping dengan paruh panjang, tidak terlalu runcing dan sedikit membengkok.
Ke bawah pada ujungnya. Bulu berwarna ungu mengkilap. Contohnya:

BIOSISTEMATIKA HEWAN 161


a. Plegadis falcinellus

Gambar 10.36. Plegadis falcinellus


(Jieles van Baalen, 2015)
b. Plegadis chihi

Gambar 10.37. Plegadis chihi


(Marco Valentini, 2018)
c. Plegadis ridgwayi

Gambar 10.38 Plegadis ridgwayi


(Roger Ahlman, 2015)
4. Genus Pseudibis, memiliki tubuh kisaran 75 cm. Kepala tidak berbulu berwarna
coklat, dengan paruh panjang melengkung ke bawah berwarna hitam. Bulu hitam
terdapat tanda putih pada bagian sayap. Contohnya:
a. Pseudibis davisoni

Gambar 10.39 Pseudibis davisoni


(Dubi Shapiro, 2016)
b. Pseudibis papillosa

Gambar 10.40. Pseudibispapillosa


(LMArce, 2018)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 162


F. Famili Phoenicopteridae
Merupakan burung yang bermigrasi dan juga burung perenang yang memiliki
ukuran tubuh yang tinggi, dengan tubuh yang ramping, leher yang panjang dan tipis,
sayap yang lebar dan ekor yang relatif pendek. Memiliki kaki yang panjang jari kaki
depan relatif pendek dan berselaput, tidak memiliki jari kaki belakang ataupun
memilik kaki belakang yang kecil. Memiliki bulu berwarna putih, merah muda,
ataupun merah terang. (Thomson, 2014). Memiliki 3 genus yaitu:
1. Genus Phoenicopterus
a. Phoenicopterus roseus

Gambar 10.41.Phoenicopterus roseus


(Lars Petersson, 2012)
b. Phoenicopterus ruber

Gambar 10.42.Phoenicopterus ruber


(Paul van Giersbergen, 2011)
c. Phoenicopterus chilensis

Gambar 10.43.Phoenicopterus chilensis


(Horacio Luna, 2009)
2. Genus Phoeniconaias
a. Phoeniconaias minor

Gambar 10.44.Phoeniconaias minor


(Holger Teichmann, 2014)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 163


3. Genus Phoenicoparrus
a. Phoenicoparrus andinus

Gambar 10.45.Phoenicoparrus andinus


(Martin Flack, 1997)
b. Phoenicoparrus jamesi

Gambar 10.46. Phoenicoparrus jamesi


(Gabriel Nunez, 2014)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 164


Pembahasan Species

1. Ardea alba (Great Egret/ Kuntul)


Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo: Ciconiformes
Famili : Ardeidae
Genus : Ardea
Spesies : Ardea alba
Gambar 10.47 Ardea alba
(Linnaeus, 1758) (David Behrens, 2008)

Deskripsi Umum:
Ardea alba atau kuntul merupakan burung yang memiliki panjang tubuh
sekitar 1 meter jika diukur dari paruh sampai ekor. Tingginya mencapai 1 meter dan
memiliki lebar sayap 1,5 meter dengan berat tubuh sekitar 912-1140 gram. Ukuran
jantan biasanya lebih besar daripada betina. Bulu mereka benar-benar putih dengan
paruh panjang dan kaki abu-abu gelap. Selama terbang, leher mereka biasanya
membentuk kurva ‘S’. mereka adalah burung yang sangat elegan karena memiliki
bulu menyerupai renda (Gough, et al,. 1998)
Ciri Khas:
Kuntul dapat berkomunikasi melalui ritual kawin yang rumit. Sebagian besar
cara burung ini berkomunikasi diilustrasikan oleh tarian kawin yang rumit dan
teritorialitas. Saat mempertahakan wilayah mereka, mereka mungkin akan melompat,
atau menusuk “penyusup” dengan paruhnya (Chischolm, 2001; Oregon Zoo, 2002)
Persebaran:
Ardea alba ditemukan di Nearctic sebelah selatan Texas, negara pantai teluk,
dan Florida di pantai Atlantik ke Maine dan Kanada Selatan dan Barat (Connecticut
Departement of Enviromental Protection, 2000).
Makanan:
Makanan khas kuntul adalah katak, ular, udang karang, ikan, tikus, jangkrik,
serangga air, belalang, dan serangga lainya. Sesama kuntul yang makanannya sama

BIOSISTEMATIKA HEWAN 165


akan bersaing ntuk memperebutkan sumber makanan Barat (Connecticut
Departement of Enviromental Protection, 2000).
Sebagai predator oportunistik, kuntul besar biasanya memakan serangga dan
vertebrata akuatik dan darat yang lebih kecil dan dianggap heterotroph. Studi
menemukan bahwa, sambil berdiri kuntul besar mampu menelan lebih banyak mangsa
dengan ukuran sedang daripada jika bergerak (Connecticut Departement of
Enviromental Protection, 2000)
Habitat:
Habitat yang ideal untuk Ardea alba adalah di daerah dekat air, bias di
sungai, danaun, kolam, dataran lumpur, air asin dan air rawa tawar. Rawa dan lahan
basah berhutan adalah lokasi yang disukai oleh Ardea alba dan spesies bangau
lainnya ( Connecticut Departement of Enviromental Protection, 2000) Tingkat
Kepunahan: Least Concern (IUCN)
2. Jabiru mycteria
Kingdom : Animalia
Phylum: Chordata
Classis: Aves
Ordo: Ciconiiformes
Famili: Ciconiidae
Genus: Jabiru

(Lichtenstein, 1819) Gambar 10.48 Jabiru mycteria


(Thomas O’Donnell, 2008)

Deskripsi Umum:
Jabiru ,ycteria dapat tumbuh setinggi 1,15 m dengan berat mencapai 8 kg.
lebar sayap rata-rata 2,6m. paruhnya terbalik, hitam, dan dapat mencapai 30 cm.
bulunya berwarna putih di kepala dan leher tidak berbulu dan berwarna hitam. Di atas
kepala ada seberkas rambut perak. Dibagian bawah leher terdapat kulit pita sepanjang
75 mm. Ketika Jabiru inactive, pita ini akan berwarna pink tua. Ketika pita tersebut
teriritasi, akan berwarna merah tua. Jabiru juga memiliki kantong merah berbulu
dibagian bawah leher. Ukuran tubuh jantan lebih besar daripada betina (Grosset,
2005; Kahl, 1971)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 166


Ciri Khas:
Dibagian bawah leher terdapat kulit pita sepanjang 75 mm. Ketika Jabiru
inactive, pita ini akan berwarna pink tua. Ketika pita tersebut teriritasi, akan
berwarna merah tua. Jabiru juga memiliki kantong merah berbulu dibagian bawah
leher. Ukuran tubuh jantan lebih besar daripada betina (Grosset, 2005; Kahl, 1971).
Persebaran:
Jabiru ditemukan di belahan barat, sebelah utara Meksiko dan sebelah selatan
Argentina. Umumnya mereka ditemukan di daerah lahan basah Brazil dan Paraguay.
Jabiru tekah ditemukan di Argentina, Belize, Bolivia, Brazil, Kolombia, Kosta Rika,
Ekuador, El Salvador, Guyana, Prancis, Grenada, Guatemala, Guyana, Honduras,
Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Suriname, Trinidad, dan Tobago,
Uruguay, dan Venezuela dan jarang ditemukan di Utara Texas (UNEP-WCMC, 2006;
Wikipeedia, 2006)
Makanan:
Jabiru memakan banyak ikan, moluska, serangga dan amfibi. Mereka juga
memakan reptile dan mamallia kecil. Selama musim kemarau, mereka diketahui
memakan bangkai dan ikan mati. Mereka memberi makan dalam kelompok dan
biasanya mencari makan dengan menggarungi air dangkal (Kahl, 1971)
Habitat:
Jabiru ditemukan di dekat sungai dan kolam, biasanya ddalam kelompok
besar. Mereka lebih suka lahan basah terbuka, terutama savanna yang banjir. Mereka
juga terlihat di rawa-rawa air tawar dan negara terbuka yang dekat dengan air (Belize
Zoo, 2006)
Tingkat Kepunahan: Least Concern (IUCN)
3. Platalea flavipes
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Ciconiiformes
Famili : Threskiornithidae
Genus : Platalea
Spesies : Platalea flavipes Gambar 10.49 Platalea flavipes
(Myers, 2020) (Allen, 2015)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 167


Deskripsi Umum:
Tubuh berwarna putih dengan bulu pada sayap kecoklatan . kaki berwarna
kekuningan samahalnya dengan paruhnya dengan paruh bagian depan agak pipih
melebar (menyerupai bentuk sendok). Dapat tumbuh hingga ukuran sebesar 77 cm.
Seringkali bertengger diatas pohon dan membuat sarang sekali atau duakali dalam
setahun. Mereka mencari makanan dengan mengorek-ngorek dasar sungai yang
dangkal untuk mencari crustaceae. (AFD, 1838)
Ciri Khas:
Memeiliki bentuk paruh yang pipih dibagian ujung menyerupai sendok dan
warna kekuningan pada paruh dan juga kakinya. (AFD,1838)
Persebaran:
Tersebar disekitaran kawasan Australia sebagai tempat utamanya, namun
beberapa juga dijumpai dikawasa Tasmania. (AFD,1838)
Makanan:
Biasanya memakan hewan-hewan yang terdapat pada dasar sungai atau rawa
berupa jenis crustaceae. (AFD,1838)
Habitat:
Hidup di kawasan dekat sungai air payau yang dangkal atau rawa-rawa namun
terkadang bertengger diatas pohon dan membuat sarang untuk tempat tinggal.
(AFD,1838)
Tingkat Kepunahan: Least Concern (IUCN, 2016)
4. Threskiornis spinicollis
Kingdom : Animalia
Phylum: Chordata
Classis: Aves
Ordo: Ciconiiformes
Famili : Threskiornithidae
Genus : Threskiornis
Spesies : Threskiornis spinicollis
Gambar 10.50 Threskiornis spinicollis
(Jameson, 1835) (Tumney, 2014)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 168


Deskripsi Umum:
Threskiornis spinicollis atau biasa disebut sebagai ibis leher jerami memiliki
ukuran panjang 60-75 cm. Memiliki sayap berwarna gelap yang berkilau berwarna
warni bila terkena cahaya matahari, dan memiliki punggung dan bulu yang berada di
bagian belakang bawah leher yang gelap.sebagian besar tubuh bagian bawahnya
berwarna putih. Memiliki paruh hitam yang panjang bengkok ke bawah dengan kaki
merah pada bagian bawah dan berwarna ke abu-abuan dibagian atas. Bulu seperti
jerami di bagian leher. (Jameson, 1835)
Ciri Khas:
Memiliki leher dengan bulu seperti jerami di leher, memiliki paruh panjang
merncing kebawah dan berwarna hitam. (Jameson, 1835)
Persebaran:
Threskiornis spinicollis dapat ditemjukan di Australia lebih tepatnya di daerah
Tenggara Australia, Australia Selatan, dan Tenggara Tasmania. (Jameson, 1835)
Makanan:
Threskiornis spinicollis hidup dengan memakan beberapa jenis insekta,
moluska, katak ataupun kodok atau apapun yang tersedia didaerah perairan disana.
Di daratan mereka cenderung memakan belalang dan belalang. Hewan ini seringkali
juga memakan kadal kecil dan beberapa reptil kecil lainnya. (Jameson, 1835)
Habitat:
Dapat ditemukan di daerah dataran basah dekat dengan perairan, seperti di
daerah rawa dan di daerah muara, ataupun dipadang rumput basah. Mereka juga
menetap pada tempat berair asin ataupun dataran berlumpur. Terkadang bertengger
daitas pohon dan membuat sarang. (Jameson, 1835) Tingkat Kepunahan: Least
Concern (IUCN)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 169


5. Plegadis falcinellus
Kingdom : Animalia
Phylum: Chordata
Classis: Aves
Ordo: Ciconiiformes
Famili:Threskiornithidae
Genus: Plegadis
Spesies : Plegadis falcinellus Gambar 10.51. Plegadis falcinellus
(Agrawal, 2011)
(Linnaeus, 1766)

Deskripsi Umum:
Plegadis falcinellus merupakan Ibis berukuran sedang. Memiliki ukuran
panjang tubuh sekitar 48-66 cm. Dengan rata-rata ukuran 59,4 cm denagn bentang
sayap 80-105 cm. Memiliki berat tubuh sebesar 485 hingga 970 gram. Plegadis
falcinellus memiliki memiliki tubuh coklat kemerahan dengan warna mengkilap
seperti botol hijau pada sayapnya. Dengan paruh yang hitam kecoklatan, dan wajah
gelap kobalt dan kaki berwarna merah kecoklatan. (Linnaeus, 1766)
Ciri Khas:
Memiliki tubuh agak gelap dengan sayap yang bila terkena cahaya matahari
akan mengkilp hijau, memilikiparuh yang panjang dan melengkung. (Linnaeus, 1766)
Persebaran:
Plegadis falcinellus hampir tersebar luas di seluruh kawasanhangat di daerah
Eropa, Asia, Afrika, Australia, dan Kawasan Atlantik maupun Karibia di Ameriaka.
(Linnaeus, 1766)
Makanan:
Jabiru memakan banyak ikan, moluska, serangga dan amfibi. Mereka juga
memakan reptile dan mamallia kecil. Selama musim kemarau, mereka diketahui
memakan bangkai dan ikan mati. Mereka memberi makan dalam kelompok dan
biasanya mencari makan dengan menggarungi air dangkal (Linnaeus, 1766)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 170


Habitat:
Plegadis falcinellus memakan beberapa jenis serangga dikawasan perairan
seperti kumbang, capung, capung jarum, belalang, jangkrikm dan lalat kadis
(Caddisfly), beberapa anelida termasuk lintah, beberapa moluska seperti siput dan
kerang, krustasea seperti kepiting dan udang galah serta hewan bertulang belakang
seperti ikan, amphibi, kadal, ular kecil dan bahkan hingga anak burung lain.
(Linnaeus, 1766)
Tingkat Kepunahan: Least Concern (IUCN)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 171


11. ORDO ANSERIFORMES
Ordo anseriformes meliputi burung air tawar yang memiliki bulu lebat dan kedap air
dengan warna yang bervariasi. Tiga jari depan dihubungkan oleh selaput kulit yang
digunakan untuk mengayuh saat berenang. Paruh pipih dengan tepian beralur, berfungsi
untuk menyaring makanan pada air atau lumpur. Kombinasi bentuk internal paruh dan
lidah dimodifikasi bertindak sebagai pompa hisap untuk menarik air ke dalam ujung paruh
dan mengeluarkannya dari samping dan belakang, terdapat sebuah filter halus disebut
lamellae berperan dalam menangkap partikel kecil yang kemudian ditelan. Contoh dari
ordo ini adalah unggas air seperti angsa dan bebek. (Kurniawan & Arifianto, 2017). Ordo
anseriformes terdiri dari 3 familia yaitu:
A. Famili Anhimidae
Famili Anhimidae memiliki ciri tubuh besar dan gemuk, kepalanya kecil dan
kakinya panjang. Famili ini merupakan penerbang yang kuat dan mampu terbang
membumbung tinggi selama berjam-jam (Astuti, 2007).
Famili Anhimidae menghuni lahan basah tropis maupun subtropis (rawa-rawa,
laguna, danau), sabana dan padang rumput terbuka atau dataran banjir hutan tropis
yang lembab (Howard, 2003).
Famili Anhimidae terdiri atas 2 genus, yaitu:
1. Anhima
a. Anhima cornuta (Horned Screamer)
Spesies ini memiliki ciri khas pada kepalanya yang seolah-olah terdapat duri.
Sehingga spesies ini mendapatkan gelar sebagai “unicorn dari dunia burung”.
Spesies ini ditemukan di sepanjang sungai dan rawa-rawa air tawar di
Amerika Selatan bagian utara dan tengah. (Piland, 2010).
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anhimidae
Genus : Anhima Gambar 11.1. Anhima
Spesies : Anhima cornuta cornuta (Horned Screamer)
(Linnaeus, 1766) (Piland, 2010)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 172


Deskripsi Umum
Kerabat bebek dan angsa yang aneh ini ditemukan di sepanjang sungai
dan rawa-rawa air tawar di Amerika Selatan bagian utara dan tengah. Ia
cenderung berpasang-pasangan dan berkelompok dalam jumlah yang kecil.
Burung-burung ini merupakan burung yang bersuara dan saling memanggil
satu sama lainnya. Orang lokal menyebutnya dengan ‘Jamuco’ atau
‘Camungo’
Ciri Khusus : Burung ini memiliki ciri khusus pada
kepalanya yang menyerupai tanduk,
sehingga dijuluki ‘Unicorn dari dunia
burung’
Persebaran : Tersebar dari Kolumbia dan Akuador
hinggga Brazil Tengah dan Selatan.
Burung ini tidak ditemukan di luar
Amerika Selatan.
Makanan : Spesies ini merupakan burung herbivora.
Tanaman yang biasanya dimakan adalah
Hydrangea spp., Eichornia crassipes,
Polygonum hispodim, dan lain-lain.
Habitat : Burung ini ditemukan di laguna air tawar,
sabana tropis basah, dan
danau di zona terbuka maupun hutan.
Dapat ditemukan juga di sepanjang tepian
sungai.
Tingkat Kepunahan: Least Concern (IUCN)

2. Chauna
a. Chauna chavaria (Northern Screamer)
Spesies ini ditemukan pada daratan rendah berawa di Kolombia utara dan
barat laut Venezuela yang ekstrem. Spesies ini Chauna torquata, tetapi
memiliki pita leher hitam yang lebih tebal.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 173


Gambar 11.2. Chauna chavaria (Northern Screamer)
(Rengifo, 2019)
b. Chauna torquata (Southern Screamer)
Spesies ini dijumpai di berbagai habitat rawa dan pertanian dari Bolivia
dan Brazil bagian selatan hingga ke Argentina tengah.

Gambar 11.3. Chauna torquata (Southern Screamer)


(Garcia-Hall, 2007)
B. Famili Anseranatidae
Anseratidae hanya membawahi satu species, yakni Anseranas semipalmata.
Familia ini adalah penduduk di Australia Utara dan berkeliaran di Papua. Species ini
dulunya menyebar di Australia, tetapi menjadi sangat berkurang karena dibukanya
drainase lahan basah. Habitatnya di tempat-tempat basah seperti daratan yang
tergenang dan rawa-rawa, serta cukup menetap di samping pergerakannya setiap
musim panas di luar musim kawin (Fatbirder, 1997).
Familia Anseranatidae hanya terdiri dari 1 genus

BIOSISTEMATIKA HEWAN 174


1. Anseranas
a. Anseranas semipalmata
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anseratidae
Genus : Anseranas
Spesies : Anseranas
Gambar 11.4. Anseranas
semipalmata
semipalmata
(Latham, 1798)
(Harrison, 2019)
Deskripsi Umum :
Angsa murai adalah unggas air besar yang tidak biasa di Australia dan Papua
Nugini. Walaupun banyak ahli burung menggolongkan angsa murai sebagai satu-
satunya anggota subfamili anseranatinae, ia mungkin seharusnya dikenal sebagai
famili yang berbeda karena karakteristik primitifnya. Angsa murai biasanya
memiliki berat 3 kg dan panjang 75-90cm. Jantan dan betina memiliki warna
hitam-putih pada tubuhnya, leher dan kaki yang panjang, dan jari kaki yang
hampir tidak beselaput, paruh bengkok panjang, dan wajah telanjang memberi
tampilan vulturish (menyerupai burung heriang/vulture). Pada jantan terdapat
benjolan menyerupai kubah di atas kepalanya. (Montgomery, 2018)
Ciri Khusus : Angsa murai merupakan satu-satunya spesies dari
famili anseranatidae yang masih hidup. Angsa
murai memiliki knop (tonjolan) yang khas pada
kepalanya, dan bertambah besar seiring
bertambahnya usia.
Persebaran : Terdapat di Australia dan Papua Nugini
Makanan : Angsa murai merupakan herbivora (Granivora).
Angsa ini biasanya memakan biji-bijian maupun
rerumputan yang terdapat di rawa-rawa. Namun
biasanya angsa ini tidak sengaja memakan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 175


invertebrata kecil seperti serangga.
Habitat : Mereka ditemukan di berbagai daerah lahan basah
terbuka seperti daratan banjir dan rawa-rawa
Tingkat Kepunahan: Least Concern (IUCN)
Di Australia sendiri, angsa murai tergolong
‘Leaset Concern”, namun di tiap wilayah memiliki
tingkat konservasinya maisng-masing, seperti di
Victoria angsa ini tergolong ‘endangered’, di
Queensland dan Australia barat digolongkan
kedalam ‘vulnerable.

C. Famili Anatidae
Anatidae adalah familia yang mencakup bebek (duck) dan angsa (swan dan
goose). Sejauh ini, familia Anatidae merupakan familia terbesar di ordo
Anseriformes (Rafferty, 2018). Anatidae tersebar luas hampir di seluruh dunia selain
Antartika. Habitat mereka di perairan seperti danau, kolam, aliran sungai, dan rawa-
rawa. Beberapa golongan menghuni laut di luar musim kawinnya (Howard, 2003).
Familia Anatidae memiliki beberapa genus yaitu:
1. Aix
a. Aix sponsa
Bebek hutam adalah burung yang umunya hidup di hutan berawa dan rawa
air tawar. Tubuh dan mata spesies ini beradaptasi dengan habitat huta. Tubuh
langsungnya memungkinkan penggunaan Drocopus pileatus untuk bersarang,
dan mata besarnya membantu untuk menghindari cabang-cabang kanopi
pohon ketika terbang

BIOSISTEMATIKA HEWAN 176


Gambar 11.5. Aix sponsa
(Davies, 2014)
b. Aix Galericulata
2. Alopochen
a. Alopochen aegyptiaca (Egyptian goose)
Spesies ini merupakan satu-satunya spesies yang tersisa dari genus
Alopochen, spesies ini berasal dari Afrika.

3. Amazonetta

Gambar 11.6. Alopochen aegyptiaca


(Sozen, 2011)
a. Amazonetta brasiliensis (Bebek brazil)
Spesies ini merupakan satu-satunya anggota genus Amazonetta. Tubuhnya
berwarna coklat muda. Jantan dibedakan dari paruh dan kakinya yang merah,
dan memiliki daerah abu-abu pucat di sisi kepala dan lehernya. Warna tungkai
pada betina lebih kusam.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 177


Gambar 11.7. Amazonetta brasiliensis
(Mota, Danilo)
4. Anas
a. Anas rubripes (Black duck)
b. Anas stepera
c. Anas querquedula
d. Anas acuta
e. Anas clypeata
f. Anas platychynchos
Bebek yang dapat ditemukan secara umum dan sangat familiar. Mudah
ditemukan di habitat air tawar, payau dan air asin. Pola makannya yang
omnivora dan kemampuan adaptasi terhadap habitat yang berbeda adalah
alasan mengapa spesies ini sangat melimpah.

Gambar 11.8. Anas platychynchos


(McGowan, 2014)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 178


1) Contoh Spesies
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo: Anseriformes
Famili: Anatidae
Genus : Anas
Spesies : Anas platyrhynchos
(Linnaeus, 1758) Gambar 11.9. Anas
platyrhynchos
(Bartz, 2008)

Deskripsi umum :
Itik colvert adalah itik liar atau semidomestik. Ia adalah nenek
moyang sebagian besar itik domestik yang hidup saat ini. Seperti itik
lainnya, ia memiliki kaki berselaput dan berjalan melenggak-lenggok.
Ia menangkap ikan dengan menungging, ekor di atas dan kepala
menyusup ke dalam air. Itik jantan dan betina dapat diberakan dengan
mudah. Itik jantan memiliki bulu berwarna-warni, terutama pada kepala
dan lehernya. Bulu itik betina berwarna cokelat berbintik yang tidak
menyolok sehingga ia tidak terlihat pemangsa saat sedang mengerami
telur. Sarang itik colvert terbuat dari rumput dan daun diantara
gerumbulan tumbuhan lebat. Itik betina adalah ibu yang hebat karena
menghabiskan waktunya untuk memastikan bahwa anak-anaknya tetap
mengikutinya dan tidak terpisah-pisah. Jika muncul ancaman, ia akan
berteriak dengan suara serak dan berusaha menyelamatkan anak-
anaknya dari bahaya. (Becker, 2006)
Ciri Khusus : Ciri khas colvert adalah terbang
dalam kelompok besar dan
membentuk formasi segitiga di
udara. Kepala dan lehernya lurus ke
depan, kepakan sayapnya pendek dan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 179


cepat.
Persebaran : Berbagai macam subspesies hidup di
Eropa, Asia, bagian utara dan tengah
Amerika, pada ketinggian permukaan
laut sampai 2.000m.
Makanan : Itik colvert makan buah, moluska,
katak dan bibit ikan. Anak-anal
colvert lebih banyak menyantap
serangga.
Habitat : Itik colvert dapat ditemui di danau,
empang, rawa, dan teluk yang teduh,
termasuk di kolam air di tengah kota.
Tingkat Kepunahan: Least Concern (IUCN)
Daging dan telur colvert banyak
diburu, meskipun demikan,
jumalhnya tetap meingkat karena
adanya ribuan colvert peliharaan
yang dilepas ke alam bebas setiap
tahun yang dapat kawin dengan
colvert liar.

5. Anser
a. Anser albifrons (Greater White-fronted Goose)
Spesies adalah burung yang berasal dari holarctic yang bermigrasi menuju
tepian utara Neotropics selama musim dingin. Tubuh spesies ini sebagian
besar berwarna coklat dengan paruh berwarna oranya merah muda, dan bulu-
bulu putih di sepanjang dasar paruh, bulu htam di perut, dan garis-garis di
sayap putihnya.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 180


Gambar 11.10. Anser albifrons
(Marron, Gerardo)
b. Anser anser
c. Anser brachyrhynchus
d. Anser caerulescens (Snow Goose)
Untuk berkembang biak, angsa ini harus melakukan perjalanan panjang dari
Meksiko utara menuju Amerika Serikat. Bulu-bulu pada burung ini berwarna
putih dengan paruh merah muda dan kaki yang merah muda.

Gambar 11.11. Anser caerulescens


(Robles, Ray)
e. Anser canagicus
f. Anser cygnoides
g. Anser fabalis
h. Anser eryhtropus
i. Anser inicus
j. Anser rosii
k. Anser serrirostris
6. Asarcornis

BIOSISTEMATIKA HEWAN 181


a. Asarcornis scutulata (White-winged Duck)
Bebek bersayap putih termasuk spesies bebek besar yang sebelumnya
dimasukkan kedalam genus Cairina. Namun, analisis sekuen mtDNA
sitokrom b dan NADH dehidrogenase subunit 2 dan pola biogeografis
distribusi menunjukan bahwa kemiripan anatomi dengan bebek genus
Cairina menipu. Dengan demikian spesies ini dipisahkan menjadi genus baru,
yaitu Asarcornis.

Gambar 11.12. Asarcornis scutulata


(Rudloff, 2015)
7. Aythya
a. Aythya valisineria (Canvasback)
Bebek ini merupakan bebek yang dapat menyelam, tersebar di Amerika Utara
yang sebagian besar menghabiskan musim dinginnya di Meksiko Utara dan
Amerika Serikat. Spesies ini menyukai rawa-rawa air tawar dan danau selama
musim panas. Jantan memiliki kepala berwarna coklat, dengan paruh hitam
yang panjang, mata berwarna merah, dada hitam dan sayap berwarna putih.

Gambar 11.13. Aythya valisineria


(Sullivan, 2011)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 182


b. Aythya ferina
c. Aythya americana
d. Aythya collaris
e. Ayhtya australis
f. Aythya baeri
g. Aythya nyroca
h. Aythya innotata
i. Aythya novaeseelandiae
j. Aythya fuliga
k. Aythya marila
l. Aythya affinis
8. Branta
a. Branta bernicla
b. Branta canadensis
c. Branta hutchinsii
d. Branta leucopsis
e. Branta ruficollis
f. Branta sandvicensis
9. Bucephala
a. Bucephala albeola (BuffleHead)
Bufflehead ditemukan di hutan boreal dan taman aspen di Amerika Utara.
Bebek ini merupakan bebek penyelam terkecil.

Gambar 11.14. Bucephala albeola


(Sullivan, 2013)
b. Bucephala clangula
c. Bucephala islandica

BIOSISTEMATIKA HEWAN 183


10. Cairina
a. Cairina moschata
11. Callonetta
a. Callonetta leucophrys
12. Cereopsis
a. Cereopsis novaehollandiae
13. Chenonetta
a. Chenonetta jubata
14. Chloephaga
a. Chloephaga picta
b. Chloephaga hybrida
c. Chloephaga poliocephala
d. Chloephaga rubidiceps
15. Clangula
a. Clangula hyemalis
16. Coscoroba
a. Coscoroba coscoroba
17. Cyanochen
a. cyanoptera
18. Cygnus
a. Cygnus melancoryphus (Black-necked Swans)
Berasal dari pesisir selatan Amerika Seladan dan danau pedalaman di wilayah
neotropis. Angsa ini berkembang biak di Patagonia, Tierra del Fuego dan
Kepulauan Falkland. Saat musim dingin, angsa ini bermigrasi ke Utara
Paraguay dan Brasil Selatan.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 184


Gambar 11.15. Cygnus melancoryphus
(Blank, 2009)
b. Cygnus atratus
c. Cygnus olor
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anatidae
Genus : Cygnus
Spesies : Cygnus olor
(Gmelin, 1789) Gambar 11.16. Cygnus olor
(Yerpa, 2009)
Deskripsi Umum :
Angsa (swan) ini adalah burung air yang mirip jenis angsa lainnya (goose),
tetapi lehernya jauh lebih panjang, kakinya lebih pendek, dan telapaknya lebih
lebar. Burung ini sangat terkenal dengan kecantikan dan keanggunannya saat
terbang. Oleh karena itu, ia sering dijadikan simbol kemuliaan dalam ribuan
karya seni (buku, balet, patung, lukisan). Angsa yang dibicarakan adalah angsa
bintik hitam. Ia hidup di alam bebas dan dalam pemeliharaan manusia. Jenis ini
agak berbeda dari angsa lainnya karena memiliki tonjolan berwarna hitam di
bagian bawah paruhnya yang oranye. Bintik ini terbuat dari tulang rawan. Saat
berada dalam air, angsa ini mudah dikenali dari jauh karena lehernya yang
melengkung membentuk huruf ‘S’ jika merasa terancam atau sedang memasuki

BIOSISTEMATIKA HEWAN 185


musim kawin, angsa ini akan menunjukan pose yang anggun dan khas: sayap
tegak dan kepala tertunduk. (Becker, 2006)
Ciri Khusus : Suara angsa hampir seperti suara terompet yang
cukup lemah dan jarang terdengar. Jika merasa
terancam, angsa mengeluarkan suara gaduh mirip
desisan ular.
Saat terbang, leher angsa kaku dan kepakan
sayapnya menimbulkan suara berirama dan
musikal, yang terdengar dai jarak jauh.
Bulu seekor angsa kira-kira berjumlah 25.000
helai.
Persebaran : Angsa bintik hitam berasal dari Eropa dan Asia
Tengah, namun telah merambah ke berbagai
wilayah di Amerika Utara, bagian selatan Afrika,
dan Oceania.
Makanan : Angsa ini makan tumbuhan air, katak, dan ikan.
Habitat : Angsa hidup di daerah berair, sedangkan angsa
peliharaan hidup dalam taman.
Tingkat Kepunahan: Least Concern (IUCN)

d. Cygnus buccinator
e. Cygnus cygnus
f. Cygnus columbianus
19. Dendrocygna
a. Dendrocygna arborea
b. Dendrocygna arcuata
c. Dendrocygna autumnalis
d. Dendrocygna bicolor
e. Dendrocygna eytoni
f. Dendrocygna guttata
g. Dendrocygna javanica

BIOSISTEMATIKA HEWAN 186


Bebek bersiul kecil yang dikenal sebagai belibis adalah spesies bebek bersiul
yang berkembang biak di anak benua India dan Asia Tenggara. Hewan ini
adalah hewan nokturnal, namun pada siang hari dapat ditemukan di sekitar
danau dan sawah basah. Bebek berleher coklat dan berleher panjang ini
memiliki sayap lebar yang terlihat saat saat terbang dan menghasilkan suara
dua nada yang nyaring.

Gambar 11.17. Dendrocygna javanica


(Upadya, 2009)
h. Denrocygna viduata
20. Heteronetta
a. Heteronetta atricapilla
21. Histrionicus
a. Histrionicus histrionicus
22. Hymenolaimus
a. Hymenolaimus melacorhynchos
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anatidae
Genus : Hymenolaimus
Spesies :Hymenolaimus
malacorhynchos Gambar 11.18.
(Gmelin, 1789) Hymenolaimus
malacorhynchos
(East, 2012)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 187


Deskripsi Umum
Blue Duck merupakan bebek yang relatif kecil. Seperti namanya, bebek ini memiliki
bulu berwarna biru abu-abu kehitaman dengan tanda kastanye di dadanya. Warnanya
membuat mereka dapat menyamarkan diri di bebatuan abu-abu di tepi sungai asli
Selandia Baru.
Ciri Khusus : Paruh pada bebek dewasa berwarna merah muda
terang dan matanya berwarna kuning. Sedangkan
bebek remaja memiliki paruh berwarna abu-abu
dan mata abu-abu.
Persebaran : Bebek ini hanya di temukan di Selandia Baru.
Makanan : Bebek ini memakan invertebrata air tawar seperti
larva trichoptera, plecoptera, ephemeroptea,
hingga siput.
Habitat : Bebek ini menghabiskan seluruh waktunya di
dekat sungai atau aliran air disekitar pegunungan.
Tingkat Kepunahan: Endangered (IUCN)

23. Lophodytes
a. Lophodytes cucullatus
24. Lophonetta
a. Lophonetta specularioides (Crested Duck/Bebek Jambul)
Bebek ini umum di daerah Amerika Selatan, dari Peru Selatan hingga
bagian selatan dari Amerika Selatan, dan Kepulauan Falkland. Memiliki
lambang khas dan bentuk topeng di sekitar mata (Bulgarella, 2014).
Membawahi dua subspecies, yakni L. specularioides alticola (Andean crested
duck) and L. specularioides specularioides (Patagonian crested duck)
(Boldsystem, 2014).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 188


Gambar 11.19. Lophonetta specularioides
(Strycker, 2018)
25. Malacorhynchus
a. Malacorhynchus membranaceus (Pink-eared Duck/Bebek Telinga Merah
Muda)
Adalah bebek kecil dengan paruh abu-abu berujung persegi. Memiliki
kelopak mata cokelat pada bulu-bulu kepala yang putih. Ada bintik merah
jambu di belakang matanya. Bebek ini ditemukan di seluruh Australia, tetapi
sering ditemukan di Tasmania (Marchant dan Higgins, 1990).

Gambar 11.20. Malacorhynchus membranaceus


(Taylor, 2011)
b. Malocorhynchus scarletti (Scarlett’s Duck/Bebek Scarlett)
Species ini sudah punah dari habitatnya di New Zealand. Tubuhnya dua
kali lebih besar dari Bebek Telinga Merah Jambu dengan penampilan yang
mirip. Sepenuhnya terbang dan akuatik (Adam, 2013).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 189


Gambar 11.21. Malocorhynchus scarletti
(Martinson, 2006)
26. Mareca
a. Mareca strepera (Gadwall)
Bebek yang suka berkecimpung di air, berukuran sedang. Jantan dengan
bulu abu-abu, dada berbintik-bintik, pantat hitam. Betina coklat. Paruh
dengan bagian tengah gelap dan sisi jingga yang luas. Bulu lebih keabu-abuan
daripada Mallard betina, dengan tubuh yang lebih ramping dan dahi yang
lebih curam (Birdid, Tanpa Tahun).

Gambar 11.22. Mareca strepera


(Hawkins, Tanpa Tahun)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 190


b. Mareca falcate (Falcated Teal)

Gambar 11.23. Mareca falcate


(Franklin, 2014)
c. Mareca penelope (Eurasian Wigeon)

Gambar 11.24. Mareca penelope


(Kirk, 2013)
d. Mareca sibilatrix (Chiloe Wigeon)

Gambar 11.25. Mareca sibilatrix


(Cole, 2012)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 191


e. Mareca americana (American Wigeon)

Gambar 11.26. Mareca americana


(Gallagher, 2013)
f. Mareca murecula (Amsterdam Wigeon)
Sudah punah.
27. Marmaronetta
a. Marmaronetta angustirostris (Marbled Teal/Itik Marmer)
Merupakan spesies bebek ukuran sedang yang statusnya terancam, dari
Eropa selatan, Afrika utara, dan Asia Barat dan Tengah (Birdlife, 2012). Yang
dewasa berwarna coklat pucat pucat, bercak putih pucat, dengan penutup
mata gelap dan kepala berbulu. Rata-rata betina lebih kecil daripada jantan
(Snow, dkk, 1997).

Gambar 11.27. Marmaronetta angustirostris


(Frankin, 2014)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 192


28. Melanitta
a. Melanitta americana (Black-American Scoter)

Gambar 11.28. Melanitta americana


(Massas, 2010)
b. Melanita nigra (Common Scoter)

Gambar 11.29. Melanitta nigra


(Thompson, 2012)
c. Melanitta fusca (Velvet Scoter)

Gambar 11.30. Melanitta fusca


(Runolfsson, 2013)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 193


d. Melanitta deglandi (White-Winged Scoter)

Gambar 11.31. Melanitta deglandi


(Barker, 2015)
e. Melanitta stejnegeri (Stejneger’s Scoter)

Gambar 11.32. Melanitta stejnegeri


(Baatargal, 2018)
f. Melanitta perspicillata (Surf Scoter)

Gambar 11.33. Melanitta perspicillata


(Pacific South West Region, 2009)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 194


29. Merganetta
a. Merganetta armata (Torrent Duck/Bebek Toren)

Gambar 11.34. Merganetta armata


(Tamayo, 2015)
30. Mergellus
a. Mergellus albellus (Smew)

Gambar 11.35. Mergellus albellus


(Prevots, 2013)
31. Mergus
a. Mergus merganser (Common Merganser/Goosander)
b. Mergus octosetaceus (Brazilian Merganser)
c. Mergus serrator (Red-breasted Merganser)
d. Mergus squamatus (Scaly-sided Merganser)
32. Netta
a. Netta erythrophtalma (Southern Pochard)
b. Netta peposaca (Rosy-billed Pochard)
c. Netta rufina (Red-crested Pochard)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 195


33. Nettapus
a. Nettapus auritus (African Pigmy-Goose/Angsa Kerdil Afrika)
b. Nettapus coromandelianus (Cotton Pigmy-Goose/Angksa Kapas Kerdil)
c. Nettapus pulchellus (Green Pigmy-Goose/Angsa Kerdil Hijau)
34. Nomonyx
a. Nomonyx dominicus (Masked Duck/Bebek Bertopeng)
35. Oressochen
a. Oressochen jubatus (Orinoco Goose/Angsa Orinoco)
b. Oressochen melanopterus (Andean Goose/Angsa Andean)
36. Oxyura
a. Oxyura australis (Blue-billed Duck/Bebek Paruh Biru)
b. Oxyura vittata (Lake Duck/Bebek Sungai)
c. Oxyura maccoa (Maccoa Duck/Bebek Makoa)
d. Oxyura jamaicensis (Rudy Duck/Bebek Rudy)
e. Oxyura leucocephala (With-headed Duck/Bebek Kepala Putih)
37. Plectropterus
a. Plectropterus Goose (Spur-winged Goose/Angsa Sayap Bertaji)
38. Polysticta
a. Polysticta stelleri (Steller’s Eider)
39. Pteronetta
a. Pteronetta hartlaubii (Hartlaub’s Duck)
40. Radjah
a. Radjah radjah (Radjah Shelduck)
41. Salvadorina
a. Salvadorina waigiuensis (Salvadori’s Teal)
42. Sarkidiornis
a. Sarkidiornis melanotos (Comb Duck/Bebek Sisir)
43. Sibirionetta
a. Sibirionetta formosa (Baikal Teal)
44. Somateria
a. Somateria mollissima (Common Eider)
b. Somateria spectabilis (King Eider)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 196


c. Somateria fischeri (Spectacled Eider)
45. Spatula
a. Spatula querquedula (Garganey)
b. Spatula hottentota (Hottentot Teal)
c. Spatula puna (Puna Teal)
d. Spatula versicolor (Silver Teal)
e. Spatula platalea (Red Shoveler)
f. Spatula smithii (Cape Shoveler)
g. Spatula rhynchotis (Australian Shoveler)
h. Spatula clypeata (Northern Shoveler)
i. Spatula cyanoptera (Cinnamon Teal)
j. Spatula discors (Blue-winged Teal)
46. Speculanas
a. Speculanas specularis (Spectacled Duck/Bebek Berkacamata)
47. Stictonetta
a. Stictonetta naevosa (Freckled Duck/Bebek Berbintik)
48. Tachyeres
a. Tachyeres patachonicus (Flying Steamerduck)
b. Tachyeres leucocephalus (White-headed Steamerduck)
c. Tachyeres pteneres (Magellanic Steamerduck)
d. Tachyeres brachypterus (Falkland Steamerduck)
49. Tadorna
a. Tadorna tadornoides (Australian Shelduck)
b. Tadorna tadorna (Common Shelduck)
c. Tadorna cristata (Crested Shelduck)
d. Tadorna variegate (Paradise Shelduck)
e. Tadorna radjah (Radjah Shelduck)
f. Tadorna ferruginea (Rudy Shelduck)
g. Tadorna cana (South African Shelduck)
50. Thalassornis
a. Thalassornis leuconotus (White-backed Duck)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 197


12. ORDO PROCELLARIIFORMES

Species burung yang termasuk ke dalam Ordo Procellariiformes merupakan


kelompok burung yang tersebar dan hidup di seluruh lautan di dunia. Ordo ini juga dikenal
dengan sebhiduutan “tubenoses” karena nares eksterna mereka yang berbentuk seperti
saluran pipa atau “tube” yang memanjang. Burung – burung yang termasuk ke dalam
Ordo Procellariiformes hidup di lautan luas, mereka merupakan burung pemakan Pisces,
Zooplankton, dan Chephalopoda. Memiliki sayap yang panjang dan sempit, tahan terbang
melayang tanpa mengepakkan sayap.
Procellariiformes jarang dikenal secara umum karena habitatnya yang berada di
laut, sehingga sulit dijangkau dan terlihat oleh manusia. Terutama Petrels dan
albatrosses, Species burung yang termasuk ke dalam Familia itu, merupakan Species
burung yang banyak menghabiskan waktu di laut dan datang ke daratan hanya untuk
berkembang biak. Procellariiformes biasa hidup berkoloni dan melakukan perkawinan
monogami, dimana mereka dapat mempertahankan hubungan tersebut seumur hidup.
Anggota burung ini sangat mengandalkan indera penglihatan dan penciuman yang kuat
untuk mencari makanan dan sarang mereka ketika berada di lautan.
Tercatat ada 147 Species, 27 Genus, dan 4 Familia. Ordo Procellariiformes dibagi
menjadi 4 Familia, yaitu: albatrosses atau Diomedeidae; petrels dan shearwaters atau
Procellariidae; storm-petrels atau Hydrobatidae; dan diving-petrels atau Pelecanoididae.
Dari studi molekuler dan catatan fosil menyatakan bahwa petrles muncul dari nenek
moyang yang sama dengan penguin di masa middle-eocene sekitar 40 – 50 juta tahun
yang lalu. Empat Familia modern yang ada saat ini hadir 10 juta tahun kemudian pada
masa Oligocene. storm-petrels menyimpang pertama kali, lalu albatrosses. Dan yang
mengejutkan storm-petrels lebih erat hubungan kekerabatannya dengan albatrosses
dibandingkan dengan petrels, shearwaters atau diving-petrels.

A. Familia Procellariidae (petrels dan shearwaters)


Merupakan Familia burung yang jenisnya cukup banyak, meliputi burung
Petrel dan Penggunting-laut. Burung Penggunting-laut diberi nama demikian karena
kebiasaan terbangnya yang dekat dengan permukaan air laut dan kadang – kadang
sampaimenyentuh air laut. Burung dari Familia ini mmepunyai paruh yang berbentuk
seperti hidung pipa yang ujungnya berbentuk seperi kait. Burung –

BIOSISTEMATIKA HEWAN 198


burung ini dapat menyelam untuk mencari makanan, makanan burung ini adalah
Ikan, Cumi – cumi, Crustacea, hingga Plankton. Sementara sarangnya berada pada
lereng karang atau lubang di pulau karang. Burung – burung ini terutama berada di
daerah beriklim sedang.
Familia Procellariidae terbagi lagi menjadi 16 Genus, diantaranya: Macronectes,
Fulmarus, Thalassoica, Daption, Padogroma, Halobaena, Pachyptila, Aphrodroma,
Pterodroma, Pseudobulweria, Procellaria, Calonectris, Ardenna, Puffinus,
Pelecanoides, Bulweria.

Berikut ini adalah contoh – contoh Species dari berbagai Genus di atas:

Gambar 12.1 Gambar 12.2 Gambar 12.3


Pelecanoides garnotii Puffinus opisthomelas Thalassoica antartica
(Ryan, 2017) (Aird, 2018) (Ryan, 2019)

Gambar 12.4 Gambar 12.5 Gambar 12.6


Ardenna creatopus Calonectris diomedea Procellaria aequinoctialis
(Bitran, 2017) (Maia, 2010) (Monney, 2018)

Gambar 12.7 Gambar 12.8 Gambar 12.9


Pseudobulweria rostrata Pterodroma gouldi Aphrodroma brevirostris
(Gunning, 2016) (Leo, 2017) (Ekins, 2011)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 199


Gambar 12.10 Gambar 12.11 Gambar 12.12
Pachyptila turtur Halobaena caerulea Padograma nivea
(Shorty, 2019) (Leo, 2013) (Kopnitiz &Seig, 2011)

Gambar 12.13 Gambar 12.14 Gambar 12.15


Daption capense Macronectes gigantus Fulmarus glacialis
(Sziklai, 2017) (Bertheussen, 2019) (Eade, 2017)

Gambar 12.16
Bulweria bulwertii
(Barlow, 2015)

Familia Procellariidae memiliki 16 Genus seperti yang sudah disebutkan di atas,


setiap Genus terdiri dari paling sedikit 1 Species dan paling banyak 35 Species yaitu
Genus Pterodroma. Dari banyaknya Genus tersebut, akan dibahas 2 Genus yang
diwakili oleh 1 Species dari masing – masing Genus. Species yang akan di bahas
adalah Ardenna creatopus yang mewakili Genus Ardenna dan Species Pterodroma
lessonii yang mewakili Genus Pterodroma.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 200


1. Pterodroma lessonii
a. Deskrispsi Umum

Gambar 12.17 Pterodroma


lessonii ketika di daratan
(Chamu, 2013)

Pterodroma lessonii yang dikenal juga dengan sebutan White-head-Petrel


atau Whiteheaded Petrel. Pterodroma lessonii merupakan Species terbesar dari
34 Species lainnya, hal itu dilihat dari berat tubuhnya. Meskipun begitu, panjang
sayapnya tetap sempit karena itu merupakan ciri khas Familia Procellariidae.
Dengan sayap yang seperti itu memungkinkan Pterodroma lessoni terbang cepat
dan jauh untuk mencari makanan. Mereka bisa terbang mencapai jarak ratusan
bahkan ribuan kilometer dari daratan, maka dari itu Pterodroma lessonii dijuluki
gadfly.
b. Deskripsi Khusus

Bulu kepalanya
berwarnaa putih

Gambar 12.18 Pterodroma


lessonii ketika terbang
(Francis, 2019)

Pterodroma lessonii di kenal juga dengan sebutan White-head-Petrel, hal


itu tergambarkan dengan jelas dari morfologinya. Dapat dilihat bahwa bulu di
bagian kepala Burung ini berwarna putih, maka dari itu Burung ini lebih dikenal
dengan nama White-head-Petrel atau Petrel berkepala putih. Burung ini bisa
mencapai panjang 43 cm, dan berat 600 gram.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 201


c. Persebaran
Pterodroma lessonii tersebar di lautan yang berada di beberapa negara.
Beberapa negara yang menjadi habitat atau tempat tinggal Burung – burung ini
adalah Argentina, Australia, Brazil, New Zealand, Afrika Selatan, Sri Lanka,
Chile, Prancis, dan Antartika. Pterodroma lessonii dapat ditemukan di lautan, di
sepanjang Southern Ocean termasuk Samudra Antartika.
d. Makanan

Gambar 12.19 Ilustrasi Pterodroma


lessonii ketika makan
(Biodiversity, 2015)

Makanan apa yang dikonsumsi Pterodroma lessonii sebetulnya belum


diketahui secara pasti, namun banyak yang mencatat bahwa Burung ini terlihat
memakan hewan – hewan laut mulai dari Ikan, Cumi – cumi, Udang – udangan
yang berukuran kecil, sampai Zooplankton. Dan belum ada informasi yang jelas
Pterodroma lessonii makan pada siang atau malam hari.
e. Habitat
Habitat Pterodroma lessonii adalah lautan, di laut mereka mencari makan,
terutama di lautan atau perairan yang dingin antara zona subantartika dan
antartika, tapi mereka juga dapat bergerak ke utara ketika bukan masa kawin
atau ketika masa berganti bulu. Pterodroma lessonii dapat ditemukan di lautan,
di sepanjang Southern Ocean termasuk Samudra Antartika.
f. Tingkat Kepunahan
Tingkat kepunahan Pterodroma lessonii menurut DiBird.com adalah Least
Concern (LC). Berdasarkan status konservasi dari IUCN Red List, LC adalah
kategori untuk Species telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori
manapun, dapat diartikan juga bahwa tingkat kepunahan Pterodroma lessonii
terbilang aman. Karena perhitungan diperkirakan masih ada 600,000 Species
burung ini di populasi seluruh dunia.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 202


2. Ardenna creatopus
a. Deskrispsi Umum

Gambar 12.20 Ardenna Gambar 12.21 Ardenna


creatopus ketika berenang creatopus ketika terbang
(Field, 2015) (Soto, 2016)

Ardenna creatopus atau Ardenna creatopa adalah shearwaters terbesar


yang umumnya terlihat di Pantai Pasifik, dengan bobot tubuh yang agak berat
dan kepakan sayap yang pelan, Burung ini sering melayang dan berputar di atas
ombak terutama dalam cuaca yang sedang berangin. Ardenna creatopus dapat
hidup soliter atau bercampur secara acak dengan Burung Laut lainnya namun
tidak pernah terlihat murni berkumpul dengan sesama Speciesnya. Burung ini
menjadikan bagian selatan Amerika Selatan sebagai tempat bersarang.
b. Deskripsi Khusus
Kakinya
berwarna pink
(Pink-footed)

Tubenoses

Gambar 12.22 Kaki pink Gambar 12.23 Tubenoses


Ardenna creatopus Ardenna creatopus
(Bitran, 2017) (Dean, 2015)

Ardenna creatopus juga dikenal dengan sebutan Pink-footed Shearwaters


atau jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia maka artinya Shearwater
berkaki merah muda. Hal tersebut dapat dilihat di gambar 12.22 yang
menunjukkan kaki Ardenna creatopus yang berwarna merah mudah (pink).
Selain itu Familia ini identik dengan nama “tubenoses” atau hidung yang
berbentung tabung/ silindris, hal tersebut dapat dilihat pada gambar 12.23 yang
menunjukkan tubenoses dari Ardenna creatopus.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 203


c. Persebaran
Ardenna creatopus tersebar di lautan yang ada di berbagai negara.
Ardenna creatopus dapat ditemukan di negara – negara berikut ini: Argentina,
Australia, Canada, Chile, Colombia, Costa Rica, Ecuador, El Salvador, Jepang,
Mexico, New Zealand, Panama, Peru, dan US.
d. Makanan
Jenis makanan yang dikonsumsi oleh Ardenna creatopus belum diketahui
dengan baik, namun diperkirakan Burung ini mengonsumsi Ikan dan Cumi –
cumi sebagai sumber makanan, serta berbagai Crustaceae. Mereka mencari
makan dengan cara terjun ke dalam air setelah terbang atau menyelam dari
permukaan air, selain itu mereka juga dapat berenang jarak pendek di
permukaan dengan menyebarkan sayap untuk menangkap mangsanya atau
mengikuti kapan untuk mendapatkan sisa makanan.
e. Habitat
Pada masa kawin dan berkembang biak, Ardenna creatopus akan terlhat
di Samudra Pasifik. Habitat burung ini adalah lautan terbuka, terutama
ditumakan di daerah yang jauh dari pantai yang airnya dangkal, itulah kenapa
mereka jarang terihat dari pantai karena mereka lebih suka berada di tengah
lautan. Ardenna creatopus akan bersarang di pulau yang memiliki tanah yang
cocok untuk digali dan dijadikan sarang.
f. Tingkat Kepunahan
Tingkat kepunahan atau status konservasi Ardenna creatopus berdasarkan
IUCN Red List ada di tingkat Vulnerable (VU) atau rentan, status konservasi
tersebut menandakan bahwa Species ini menghadapi risiko kepunahan di alam
liar, di waktu yang akan datang. Burung ini masih banyak yang berkunjung ke
perairan Amerika Utara, namun jumlahnya menurun karena efek dari predator,
salah satunya tikus.

B. Familia Diomedeidae (Albatrosses)


Familia Diomedeidae atau dikenal dengan Albatrosses merupakan jenis
burung laut raksasa. Sebutan demikian sesuai dengan ukuran tubuhnya yang jauh
lebih besar dari familia lain pada ordo Procellariiformes ini. Beratnya antara 2-9kg
dan memiliki bentang sayap antara 1,8-3,5m. Berbeda dengan tiga keluarga lainnya,

BIOSISTEMATIKA HEWAN 204


Diomeseidae memiliki lubang hidung yang terpisah di kedua sisi paruh. Sayap
yang panjang dan sempit dengan beban sayap yang sedikit sangat ideal untuk melu-
ncur dan dibentangkan selama terbang,
hal ini juga memungkinkan mereka
terbang sangat jauh untuk mencari
makanan. Albatros mencari makan
dengan mendarat di laut dan menangkap
mangsa di atau dekat permukaan, dan
semua jenis burung ini kecuali elang laut
hitam tertarik pada perahu nelayan.
Daripada bersembunyi di suatu tempat,
Gambar 12.24 mereka lebih sering berkumpul di luaran.
Ciri khas Familia Diomedeidae bentuk
sayap yang khas dan lubang hidung yang Mengacu pada studi molekuler oleh
terpisah (Onley, 2007)
Nunn et al.(1996) dan Nunn &Stanley
(1998) yang sekarang diterima secara umum familia Diomedeidae terdiri dari empat
genera, yaitu Phoebastria, Diomedea, Thalassarche, dan Phoebetria. (Onley, Derek.
dan Paul Scofield., 2007)
Phoebastria Diomedea

Gambar 12.25 Phoebastria albatrus Gambar 12.26 Diomedea exulans


(Howell, 2008) (Howell, 2008)
Thalassarche Phoebetria

Gambar 12. 27 Thalassarche eremita Gambar 12.28 Phoebetria palpebrata


(Howell, 2003) (Howell, 2008)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 205


Salah satu species dari famili ini yang akan dibahas lebih lanjut yaitu Thalassarche
salvini.
Thalassarche salvini
Deskripsi umum:
Elang laut berukuran sedang. Di semua usia,
kepala dan leher abu-abu dengan kepala bagian
depan putih, bagian bawah putih secara
keseluruhan dengan margin hitam sempit.
Dewasa dan muda memiliki paruh abu-abu
pucat kehitaman pucat dengan ujung kuning
pucat, tanda hitam di bawah mandibula.
Ukuran tubuhnya medium dengan sayap yang
Gambar 12.29 Thalassarche salvini
(Howell, 2006) cukup luas.
Deskripsi khusus:
Kepala dan leher berwarna abu-abu dengan kepala bagian depan putih yang ditata
dengan kening hitam dari mata ke dasar paruh; punggung dan sayap atas berwarna
kehitaman; penutup pantat dan uppertail putih; ekor licin kehitaman dengan sebagian
keputihan. Bagian bawah putih, sayap bagian bawah tampil serba putih dengan ujung
hitam rapi. Mandibula hitam, garis ramicorn kuning pucat, sempit garis gape
mandibula oranye, dan culmen hitam kaki dan kaki merah muda pucat; mata gelap.

Gambar 12.30 Thalassarche salvini


(Ian, 2009)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 206


Persebaran
Salvatin Albatross berkembang biak di Pulau Bounty, Snares, dan Chatham, selatan
Selandia Baru, serta di Pulau Crozet di Samudra Hindia (Gales 1998). Spesies ini
mencari makan di sebagian besar Samudra Pasifik selatan, di mana ia sangat umum
di Arus Humboldt, di luar Amerika Selatan. Ada sejumlah kecil di Samudera Hindia
dan kadang-kadang di Samudra Atlantik Selatan (Marchant & Higgins 1990).
Makanan
Salvatin Albatross mungkin mengambil cephalopoda (cumi) dan ikan di dalam negeri
(Marchant & Higgins 1990). Spesies ini mencari makan terutama di perairan rak,
mengambil makanan dari permukaan atau tepat di bawah dan telah diamati menyelam
hingga kedalaman dua meter atau lebih untuk jeroan (Nicholls 1979). Burung-burung
telah diketahui mengais-ngais di tempat makan komersial (Marchant & Higgins
1990) dan juga umumnya mengikuti kapal penangkap ikan (Barton 1979;
Environment Australia 2001f; Garnett & Crowley 2000; Marchant & Higgins 1990).
Orang-orang berkumpul untuk mencari di tempat penangkapan ikan komersial.
Burung terbang rendah ke tinggi sedang, menggunakan updraft dari front gelombang
untuk pengangkatan (Marchant & Higgins 1990). Preferensi habitat selama periode
nonbreeding bervariasi sedikit dibandingkan dengan periode pengembangbiakan
(Cherel et al. 2012).
Habitat
Salvin Albatross adalah spesies laut yang hidup di perairan subantarctik dan
subtropis, mencapai daerah tropis di Humboldt Current yang sejuk, di luar Amerika
Selatan (Marchant & Higgins 1990). Preferensi suhu permukaan laut dari Salvatin
Albatross tidak banyak diketahui. Di Samudra Hindia bagian selatan spesies ini telah
diamati di atas perairan 6,4–13,5 ° C (Rand 1963). Burung-burung telah dicatat di
perairan beting di sekitar pulau-pulau berkembang biak dan di atas kenaikan yang
berdekatan. Selama bukan musim kawin, spesies ini muncul di sisi sekitar benua. Ini
terjadi baik di darat maupun lepas pantai (Cox 1976; Falla 1937; Marchant 1977) dan
memasuki pelabuhan dan teluk (Jehl 1973). Salvat Albatross langka di perairan
pelagis (Falla 1937; Jehl 1973). Sarang Albatross milik Salvin ada di atas atau tepian
landai, puncak, lereng dan gua berbatu yang landai, biasanya

BIOSISTEMATIKA HEWAN 207


di daerah yang rusak dengan sedikit tanah dan tumbuh-tumbuhan (Brothers 1979a,
1979b; Fleming 1939; Green 1974; Miskelly 1984).
Tingkat Kepunahan
Populasi global Salvin Albatross diperkirakan antara 350.000 dan 380.000 individu,
dengan 76.500 pasangan berkembang biak setiap tahun di Pulau Bounty (Croxall &
Gales 1998), tetapi sejak itu telah dihitung ulang sebagai 30 750 pasangan (Birdlife
International 2000). Perkiraan populasi ini menggunakan metode yang berbeda
sehingga tren hanya dapat disimpulkan (Gales 1998). Pada tahun 1984, 650 pasangan
diperkirakan berkembang biak di Pulau Snares, dengan dua sarang di Piramida, Pulau
Chatham, dan empat di Ile de Pingouin, Pulau Crozet (Birdlife International 2000).
Status dari konservasinya yaitu VU (Vulnerable).

C. Familia Hydrobatidae (Storm-Petrels)


Storm-petrels adalah kelompok burung yang memiliki ukuran terkecil dari
semua burung samudera, dengan berat 20g (sepertiga lebih kecil dari burung pipit
rumah) hingga lebih dari 100g, dengan rentang sayap 32–56 cm. Mereka memiliki
sayap bagian dalam yang relatif pendek, sebagian besar wilayah pangkal dan tengah
sayap tipis sehingga mereka dapat meluncur dengan baik namun tetap dapat
dikendalikan. Mereka mencari makan dengan memilih mangsa kecil dari permukaan
laut, berkibar dan menukik rendah di atas laut, dan sering menepuk-nepuk kaki
mereka di permukaan. Kebanyakan berkembang biak di lubang-lubang dan celah-
celah alami alih-alih menggali lubang, dan semuanya kecuali badai-petrel di wedge
galapagos mengunjungi tempat pengembangbiakan mereka hanya di malam hari.
(Onley, Derek. dan Paul Scofield., 2007). Family ini terdiri dari 2 genera yaitu
Hydrobates dan Oceanodroma.

Hydrobates Oceanodroma

Gambar 12.31 Hydrobates pelagicus Gambar 12.32 Oceanodroma castro


(Howell, 2007) (Howell, 2008)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 208


Salah satu species dari famili ini yang akan dibahas lebih lanjut yaitu Oceanodroma
homochroa.
Oceanodroma homochroa
Deskripsi umum:
Ashy Storm-petrel (Oceanodroma homochroa)
adalah burung laut kecil berwarna abu-abu asap,
berkerabat dengan elang laut dan burung
penciduk yang bersarang di sejumlah kecil
pulau lepas pantai. Species ni mencari makan di
laut terbatas pada perairan lereng benua tempat
ia memakan ikan kecil dan krustasea.
Berdasarkan yang terbaru perkiraan populasi,
Gambar 12.33 ukuran populasi global dari angka Ashy Storm-
Oceanodroma homochroa
(Howell, 2007) petrel hanya ~ 5.400 individu.
Deskripsi khusus:
Petrel badai gelap lainnya dalam jangkauan adalah Black, Least, dan Leach's dark
rumped. Di laut, perbedaan ukuran dan bentuk ekor sulit dibedakan, dan warnanya
bervariasi sesuai kondisi cahaya, sehingga semua species dari family ini mungkin
tampak gelap. Dalam kondisi ini Ashy dapat dikenali dengan ciri khas mirip kupu-
kupu terbang, kepakan sayap dangkal dengan sayap nyaris tidak naik di atas
horisontal. Petrel badai lainnya menaikkan sayap jauh lebih tinggi. Secara
penampilan Oceanodroma homochroa memiliki warna yang lebih hitam dengan ukuran
lebih kecil, sedangkan Black, Leach's dan Least berwarna abu-abu, Ashy memiliki
panel pucat pada bagian bawah sayap tengah.

Persebaran
Populasi yang sedikit mengakibatkan
distribusi dari species ini terbatas. Species ini
berdistribusi di Samudra Pasifik Timur Laut,
di California: mayoritas berkembang biak di
Farallon Is tenggara, tetapi juga di San
Miguel I., Santa Cruz I., Anacapa I., San
Celmente I. dan Islas Los Coronados

BIOSISTEMATIKA HEWAN 209


(Baja California). Terjadi sepanjang tahun di perairan lereng benua dekat pulau-pulau
yang biasa digunakan untuk berkembang biak dan paling benyak disana selama
musim kawin (April – Agustus). Sebagian besar lagi di Monterey Bay pada bulan
Oktober – November. Diluar musim kawin species ini menyebar ke utara.
Makanan
Makanan dari Ashy Storm-petrel yaitu ikan kecil, euphausiids dan krustasea
lainnya, juga cumi-cumi (Ainley 1995). James-Veitch (1970) mencatat bahwa
regurgitasi dan isi perut 30 Ashy Storm-petrels mengandung copepoda, decapoda,
euphausiids, cepahalopoda, dan gurita muda. McChesney (1988) mengumpulkan
38 isi perut individu dari Pulau Farallon Tenggara dengan memompa perut. Ikan
adalah mangsa dominan spesies, diikuti oleh euphausiids (terutama Euphausia
pacifica dan Thysanoessa spinifera), decapods, amphipods, dan cephalapods
(McChesney 1988). Ashy Storm-petrels telah mengamati pemulung dari tumpahan
minyak ikan di permukaan laut dan dari kapal penangkap ikan yang mengangkut
jala mereka (Ainley 1995). Ashy Storm-petrels kemungkinan menelan partikel
plastik (Ainley 1995). Kesamaan antara puing-puing mengambang plastik bening
dan mangsanya mengarah ke konsumsi plastik (Ainley 1995). Spesies lain petrel
badai telah ditemukan dengan sejumlah besar plastik di saluran pencernaan
(Tombak et al. 1995, Blight and Burger 1997). Oleh karena itu, masuk akal untuk
berasumsi bahwa Ashy Stormpetrels juga menelan potongan plastik yang
mengambang di area yang sama dengan sumber makanan mereka. Ashy Storm-
petrels diperkirakan memberi makan sebagian besar di malam hari sejak
penampakan burung siang hari jarang terjadi (Ainley 1995). Menggunakan arus
udara permukaan dan sayapnya yang fleksibel dan ekor untuk tetap dalam posisi
yang benar, mereka mampu melayang tepat di atas air sambil kaki mereka rintik-
rintik permukaan laut dan mereka mengambil mangsa kecil dengan tagihan mereka
(Ainley 1995). Ashy Stormpetrels juga akan turun ke permukaan laut dan terjun
dengan dangkal, di mana mereka nyaris tenggelam, untuk merebut mangsa (Ainley
1995).
Habitat
Ashy Storm-petrel bersarang di celah-celah di lereng talus, sisi tebing, dan
tumpukan batu, dari tepat di atas permukaan laut ke bagian interior tertinggi dari

BIOSISTEMATIKA HEWAN 210


pulau-pulau bersarang (Ainley 1995). Pucat pasi Bersarang badai-petrel terbatas pada
pulau-pulau kecil dan batuan lepas pantai tanpa predator besar mamalia dan tanjung
terjal, gua laut, dan bebatuan lepas pantai Selat yang lebih besar Pulau yang
mendukung mamalia predator yang lebih besar (Ainley 1995, McIver 2002, Carter et
al. 2007).
Tingkat Kepunahan
Status dari konservasinya yaitu EN (Endangered) atau terancam punah.

D. Familia Pelecanoididae (Diving-Petrels)


Famili keempat ini memiliki spesies yang sangat mirip satu dengan yang
lainnya, ukuran tubuhnya kecil, memiliki berat antara 100 dan 200g, memiliki dua
lubang hidung kecil di atas paruh yang kecil. Sayap bundar dengan pemuatan sayap
tinggi. Mereka mereka melesat dengan sayap yang cepat, berputar, dan mencari
makan dengan menyelam, mendorong diri mereka sendiri bawah air dengan sayap
setengah tertutup. Tidak seperti banyak petrel lainnya, mereka cenderung tinggal dan
mencari makan di dekat daerah mereka bersarang dan tampaknya memiliki rentang
hidup yang relatif singkat. Menyelam, menggali lubang atau bersarang di lubang
alami dan hanya mengunjungi koloni pembiakan di malam hari. Ada empat spesies
dalam satu genus, Pelecanoides. Darwin dan yang lain, bertanya-tanya tentang
kedekatan mereka dengan burung auk tetapi saat ini mereka tidak kontroversial
secara taksonomi. Keempat spesies tersebut yaitu:
1. Pelecanoides garnotii;
2. Pelecanoides magellani;
3. Pelecanoides georgicus; dan
4. Pelecanoides urinatrix.

Mari kita bahas lebih lanjut salah satu speciesnya.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 211


Pelecanoides georgicus
Deskripsi umum:
Pelecanoides georgicus adalah burung pendek
dan padat dengan bulu yang sangat lebat. Ekor
dan sayap pendek, dan yang terakhir agak
mirip dayung, mungkin merupakan adaptasi
terhadap propulsi di bawah air. Terlihat di laut
Gambar 12.33 baik secara soliter atau dalam kelompok kecil.
Pelecanoides georgicus
Saat istirahat, mengambang tinggi di atas air.
(Howell, 2006)
Dalam penerbangan, mereka
berputar dalam garis lurus dekat dengan air, berjalan lurus melalui gelombang tanpa
ragu-ragu. Kepakan sayap lebih cepat daripada Little Shearwater. Ketika terganggu
baik menyelam atau melakukan penerbangan singkat maka menyelam. Hanya
mungkin keliru untuk Little Shearwater. Paling dikenal oleh air mani yang sangat
padat dan penerbangan diagnostik yang digambarkan seperti lebah, dengan sayap
yang terus-menerus mengepak dan berputar.
Deskripsi khusus:
Kecil, relatif ramping-petrel dengan sayap bulat sangat pendek dan ekor relatif
panjang. Kaki tidak mncul di luar ekor. Sangat sulit untuk dibedakan dari yang lain
dan hanya mungkin dalam keadaan luar biasa. Terbaik dibedakan oleh underwing
Georgia Selatan yang lebih putih, garis-garis putih lebih jelas di kedua sisi belakang
(Terutama terlihat saat duduk) dan patch telinga pucat lebih jelas. Biasa rata-rata
senja di sekitar wajah dan sisi payudara. Di tangan, bentuk bagian bawah paruh
sangat membantu.
Persebaran
Tiga populasi berbeda. Berkembang
biak (Telur Desember) di Georgia
Selatan dan sekitarnya pulau kecil,
Pangeran Edward I., Marion I., Is
Crozet., Is Kerguelen., McDonald I.,
Heard I., Codfish I. (off Stewart I.,

BIOSISTEMATIKA HEWAN 212


Selandia Baru). Mungkin terutama tidak banyak bergerak tetapi catatan dari
Australia dan selatan Cape Horn menyarankan beberapa dispersi.
Makanan
Species ini memakan terutama pada krustasea planktonik, terutama krill, tetapi juga
akan memakan beberapa ikan kecil dan cumi muda. Mangsa ditangkap di bawah air
dalam penyelaman-penyelaman atau dengan perampasan permukaan.
Habitat
Spesies laut ini ditemukan di lepas pantai atau di perairan pelagis dingin. Umumnya
soliter kecuali saat kawin di pulau, ketika malam hari kawanan kecil dapat terbentuk.
Terbang rendah dan cepat dengan sayap yang berputar. Perenang yang sangat baik
dan penyelam, umumnya menyelam ketika didekati dengan perahu.
Tingkat Kepunahan
Spesies ini memiliki kisaran yang sangat besar, dan karenanya tidak mendekati
ambang batas untuk Rentan di bawah kriteria ukuran rentang (Luas Kejadian
<20.000 km2 dikombinasikan dengan ukuran kisaran menurun atau berfluktuasi,
luas / kualitas habitat, atau ukuran populasi dan sejumlah kecil lokasi atau
fragmentasi parah). Terlepas dari kenyataan bahwa tren populasi tampaknya
menurun, penurunan tersebut tidak diyakini cukup cepat untuk mendekati ambang
batas untuk Rentan berdasarkan kriteria tren populasi (> 30% penurunan selama
sepuluh tahun atau tiga generasi). Ukuran populasi sangat besar, dan karenanya
tidak mendekati ambang batas untuk Rentan berdasarkan kriteria ukuran populasi
(<10.000 individu dewasa dengan penurunan berkelanjutan diperkirakan> 10%
dalam sepuluh tahun atau tiga generasi, atau dengan struktur populasi tertentu) .
Untuk alasan ini, spesies dievaluasi sebagai Least Concern (LC).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 213


13. ORDO PELECANIFORMES
Ordo Pelecaniformes merupakan kelompok burung pemakan ikan. Kelompok
burung ini adalah satu-satunya burung yang totipalmate, artinya mereka memiliki kaki
yang berselaput dengan empat jari, oleh karena itu mereka adalah kelompok burung
perenang yang kuat dan tubuhnya dapat diadaptasi untuk menyelam. Kebanyakan dari
speciesnya juga memiliki sayap yang lebar. Kelompok burung ini memiliki paruh yang
panjang dengan celah yang lebar untuk menangkap dan menelan mangsanya. Mereka
hidup secara berkelompok.
Ordo ini terdiri dari 11 famili, yakni :
1. Phaethontidae
Terdiri dari satu genus, yaitu genus Phaethon dengan 3 spesies.
a. Ciri genus Phaethon :
1) Ukuran tubuh dewasa sedang, sekitar 39 cm dan 70-100 cm termasuk
dengan bulu tengah yang panjang.
2) Panjang sayap 94-112 cm.
3) Memiliki ekor tengah yang panjang, namun pada burung muda tidak
ditemukan.
4) Bewarna putih dengan warna hitam di bagian sayap.

Ekornya bewarna merah

Gambar 13.1.
Phaenthon rubricauda
Mila Zinkova, 2002.

b. Makanan : Ikan kecil, crustaceae, dan cumi-cumi.


c. Habitat : biasanya dapat dijumpai pada batu karang yang ada di tepi
pantai, pantai, dan laut tropis.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 214


d. Persebaran : Samudera Atlantik, Samudera Indonesia dan Pantai Sumatera,
dan Samudera Pasifik, dan daerah dengan perairan hangat.
e. Status konservasi : Tidak dimasukkan ke dalam list binatang yang berisiko
punah.

2. Fregatidae
Terdiri dari 1 genus yaitu genus Fregata dan 5 spesies.
a. Ciri genus Fregata :
1) Panjang tubuh 75-112 cm.
2) Panjang sayap 176-230 cm.
3) Betina lebih besar daripada jantan.
4) Bewarna gelap, yakni hitam atau cokelat.
5) Sayap panjang dan runcing
6) Pada bagian leher tidak berbulu.
7) Tidak memiliki nostril

Bulu hitam. Scapula


jantan ungu
Gambar 13.2.
Fregata magnificens
Frans Lanting, 1996.

Bulu jantan hitam


Gambar 13.3. kecokelatan kebiruan
Fregata minor
Jen and Des Bartlett, 2020

BIOSISTEMATIKA HEWAN 215


Bulu jantan hitam
kecokelatan

Gambar 13.4.
Fregata ariel
Aviceda, Tanpa tahun.

b. Makanan : Ikan terbang (Hirundichthys).


c. Habitat : Perairan pantai tropis dan bagian laut subtropis.
d. Persebaran : Pulau Christmas di Samudera India, Pulau Ascension di

e. Status konservasi : Critically endangered

3. Pelecanidae
Terdiri dari 1 genus Pelecanus dan 7 spesies.
a. Ciri genus Pelecanus :
1) Panjang tubuh sekitar 105-188 cm dengan berat 1,7-15 kg.
2) Burung air yang berukuran besar- sangat besar.
3) Memiliki kantung pada bagian paruh bawah yang beruuran besar.
4) Terdapat selaput yang menghubungkan keempat jari kaki.
5) Ordo Pelecanidae

Tubuhnya bewarna
cokelat

Gambar 13.5.
Pelecanus occidentalis
Michael Nolan, 2016.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 216


Kepalanya putih, keher
putih
Gambar 13.6.
Pelecanus conspicillatus
G & M Therin-Weise, 2014.

Mandibula bawah merah

Mandibula agak ke leher kuning


Gambar 13.7.
Pelecanus thagus
Pete Oxford, 2006.

Mandibula kuning kepink-an


Gambar 13.8.
Pelecanus erythrorhynchos
Don Johnston, 1998.

Mandibula kuning terang


agak pipih

Gambar 13.9.
Pelecanus onocrotalus
Michael Nolan, 2019.

b. Makanan : Ikan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 217


c. Habitat : Danau, sungai, dan pantai.
d. Persebaran : Semua perairan hangat dan daerah tropis.
e. Status konservasi : Rentan dan Concervation Dependent.
4. Cyphornithidae (punah)
Anggota ordo ini sudah punah. Contohnya :

Kepala berwarna biru

Gambar 13.10.
Cyphornis magnus
Jose Carlos, 2008.

5. Pelagornithidae (punah)
Anggota ordo ini sudah punah. Contohnya :

Bagian tepi paruh bergerigi

Gambar 13.11.
Pelagornis chilensis
Daniel Martinez, 2014.

6. Sulidae
Terdiri dari tiga genus yaitu genus Sula (Ganneth) terdiri dari 4 spesies dan
Papasula (Boobies) terdiri dari 7 spesies.
a. Ciri genus Sula/ Morus :
1) Bewarna putih dengan ujung sayap yang bewarna hitam.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 218


2) Kepala besar, bewarna kekuningan dengan warna hitam di sekitar mata.
3) Paruh yang meruncing.
4) Ekor runcing.

Kaki berwarna biru

Gambar 13.12.
Sula nebouxii
Chris Caldicott, 2016.

Bulu kepala berwarna kuning


keemasan

Gambar 13.13.
Morus bassana
Fabrice Chanson, 2015.

Bulu leher dan kepala


berwarna putih

Gambar 13.14.
Sula variegate
Cyril Ruoso, 2015.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 219


Sayap berwarna hitam dan
putih
Gambar 13.15.
Morus capensis
James Hager, 2016.

Bulu badan berwarna putih dengan bulu


kepala berwarna jingga keemaasan

Gambar 13.16.
Morus serrator
Michael Nolan, 2013.

b. Makanan : Ikan dan cumi-cumi.


c. Habitat : Bagian atas perairan.
d. Persebaran : Atlantik utara, perairan hangat sekitar Afrika, Australia, dan
New Zealand.
e. Ciri genus Papasula :
1) Panjang tubuh sekitar 65-85 cm.
2) Paruhnya panjang.
3) Tubuhnya berbentuk cerutu.
4) Memiliki sayat yang panjang, yang sempit, dan bersudut.
f. Makanan : Ikan dan cumi-cumi.
g. Habitat : tepi pantai.
h. Persebaran : Samudera Pasifik dari bagian utara California hingga bagian
selatan Peru, dan Pulau Galapagos.
i. Status konservasi : Rentan dan Critically endangered.
7. Elopterygidae (punah)
Anggota ordo ini sudah punah. Contohnya :

BIOSISTEMATIKA HEWAN 220


Tubuh dengan corak belang

Gambar 13.17.
Elopteryx sp.
Dinosaurus Picture,
Tanpa Tahun.
8. Anhingidae
Terdiri dari 1 yaitu genus Anhinga.
a. Ciri genus Anhinga :
1) Panjang tubuh sekitar 90 cm.
2) Memiliki tubuh yang ramping.
3) Burung air yang mempunyai leher yang panjang.
4) Bagian punggung bewarna hitam atau cokelat tua, bagian dada bewarna
5) cokelat dan putih (tergantung spesies).

dark above, paler below

Gambar 13.18.
Anhinga rufa
Michael Nolan, 2019.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 221


much broader and shorter white facial
stripe, with distinct oval white

Gambar 13.19.
Anhinga melanogaster
Michael Bereau, 2015.

b. Makanan : Ikan.
c. Habitat : Danau dan sungai.
d. Persebaran : Daerah tropis dan daerah dengan daratan yang hangat kecuali
Eropa.
9. Phalacrocoracidae
Terdiri dari satu genus yaitu Phalacrocorax terdiri dari 30
spesies. a. Ciri genus Phalacrocorax :
1) Memiliki paruh yang ujungnya berbentuk kait.
2) Terdapat kandung tenggorokan yang kecil.
3) Panjang tubuh sekitar 100 cm.
4) Memiliki pipi yang bearna putih.
5) Tubuh biasanya tertutup oleh bulu bewarna hitam.

Paruh dan bulu mukanya


yang berwarna kuning
Gambar 13.20.
Phalacrocorax carbo
Christophe Ravie, 2015.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 222


Bulu kepala berwarna biru
dengan jambul
Gambar 13.21.
Phalacrocorax articeps
Michael Nolan, 2014.

Pangkal paruh berwarna kuning dengan


warna bulu tubuh gelap agak mengkilap

Gambar 13.22.
Phalacrocorax aristotelis
Jean-Paul Chatagnon, 2015.

Umumnya tubuh seluruh


berwarna gelap

Gambar 13.23.
Phalacrocorax harrisi
Michael Nolan , 2013.

Bagian bawah tubuh


berwarna putih

Gambar 13.24.
Phalacrocorax magellanicus
Jean-Paul Chatagnon, 2015.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 223


b. Makanan : Ikan.
c. Habitat : Tepi pantai, danau, dan beberapa di sungai.
d. Persebaran : Pesisir selatan Afrika, Eurasia hingga Australia, New Zealand,
dan bagian timur Canada hingga Iceland.

10. Odontopterygidae (punah)


Anggota ordo ini sudah punah. Contohnya :

Paruh dengan garis berwarna


merah
Gambar 13.25.
Odontopteryx toliapica
Wikipedia, 2020.

11. Pseudodontornithidae (punah)


Anggota ordo ini sudah punah. Contohnya :

Paruh berwarna putih

Gambar 13.26.
Pseudodontornis tenuirostris
Wikivisually, Tanpa tahun.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 224


14. ORDO SPHENISCIFORMES

Sphenisciformes atau kelompok penguin merupakan hewan dengan postur tubuh


tegak dan memiliki sayap yang kaku sehingga tidak dapat digunakan untuk terbang.
Bentuk sayap seperti dayung sehingga digunakan untuk berenang. Memiliki berat badan
1-40 kg dan tinggi 40-115 cm. Bulu penguin dewasa berwarna biru-hitam atau abu-abu
di bagian punggung dan berwarna putih di bagian perutnya. Paruhnya panjang, memiliki
otot dada yang besar dan kaki yang pendek dengan 4 jari kaki yang menghadap ke
depan.Ordo ini hanya terdiri dari satu famili yaitu Spheniscida dan terdiri dari 6 genus
yaitu Aptenodytes, Eudyptes, Megadyptes, Pygoscelis, Spheniscus dan Eudyptula dan
memiliki 17 spesies. Berikut merupakan contoh spesies dari ordo Sphenisciformes :

Ordo ini hanya terdiri dari satu famili yaitu Spheniscida dan terdiri dari 6
genus yaitu Aptenodytes, Eudyptes, Megadyptes, Pygoscelis, Spheniscus dan
Eudyptula dan memiliki 17 spesies. Masing-masing spesies dibedakan berdasarkan
kekhasan pada bulunya. Berikut merupakan contoh spesies dari ordo
Sphenisciformes :

1. Aptenodytes forsteri
Penguin ini merupakan jenis yang terbesar. Berwarna mencolok, dengan
bulu-bulu hitam pekat di punggung, termasuk kepala, dagu, tenggorokan,
punggung, bagian punggung sayap (sirip), dan ekor. Warna gelap ini memudar
menjadi warna kecoklatan saat bulan Desember dan Februari. Perutnya berwarna
putih. Penguin dewasa memiliki berat 22 hingga 37 kg dan tinggi badan 115 cm
(Williams, 1995).
Ciri khusus spesies ini adalah garis kuning samar pada bagian lehernya dan
bercak berwarna kuning cerah di kepalanya.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 225


Garis kuning
samar- samar

Gambar 14.1. Aptenodytes forsteri

(Guardiola, 2008)

Populasi Penguin kaisar hanya terdapat di Benua Antartika - kutub selatan


bumi, Mereka bersarang di sepanjang wilayah tepi pantai benua Antartika. Ia
hidup pada daerah terdingin di belahan dunia paling selatan dengan suhu terendah
mencapai -73° celcius. Makanan utama spesies ini adalah ikan, udang dan cumi-
cumi (Geovina, 2015).

Penguin kaisar tidak dianggap terancam punah dan saat ini tidak dilindungi
oleh hukum internasional atau regional. Di daerah-daerah di mana jumlah
populasi yang dapat dipercaya telah dilakukan, bukti menunjukkan bahwa
populasi stabil. Namun, beberapa koloni belum dipantau secara konsisten dan
gangguan manusia dapat mengakibatkan penurunan populasi pemuliaan.
Perkiraan ukuran populasi (per 1995) adalah 195.400 pasangan pembibitan, atau
total ukuran populasi 400.000 hingga 450.000 (Dewey, 2005).

2. Eudyptes chrysocome
Penguin ini berukuran panjang sekitar 55 sentimeter dan beratnya sekitar
2,5 kilogram. Burung-burung ini berdiri tegak dengan dua kaki pendek. Kaki
mereka diatur jauh ke belakang pada tubuh. Mantel tahan air, terdiri dari bulu-
bulu yang rata-rata panjangnya 2,9 cm, berwarna putih di bagian bawah dan hitam
kebiruan di bagian atas. Sayapnya kuat, kaku, sempit, dan seperti sirip.
Ciri khas spesies ini adalah kepala memiliki bulu kuning cerah di alis; bulu
kuning memanjang di sepanjang sisi. Bagian atas kepala memiliki bulu hitam

BIOSISTEMATIKA HEWAN 226


berduri (Williams, 1981). Penguin ini memiliki nama lokal penguin Rockhopper.

Bulu kuning
cerah

Gambar 14.2. Eudyptes chrysocome


(Crozet, 1995)

Tersebar di daerah selatan tepatnya New Zealand. Penguin ini hidup di garis
pantai berbatu atau di rerumputan tinggi yang disebut tussocks, mereka membuat
liang dan sarang disitu. Mereka makan krill (Euphausiacea) dan juga makan cumi-
cumi dan crustacea lainnya. Mereka melakukan perjalanan harian ke laut untuk
mencari makan (Phelan, 1999).
Diperkirakan bahwa penguin rockhopper telah mengalami penurunan lebih
dari 30% dalam ukuran total populasi mereka selama 30 tahun terakhir. Karena
alasan ini, mereka diklasifikasikan sebagai rentan oleh IUCN. Jika penurunan
berlanjut, mereka mungkin akan terancam punah dalam waktu dekat. Ancaman
terhadap populasi penguin rockhopper termasuk penangkapan ikan komersial,
yang mengurangi jumlah mangsa yang tersedia, dan tumpahan minyak.
(Bingham, 2002; BirdLife International, 2004; Ryan dan Cooper, 1991).
3. Megadyptes antipodes
Pinguin mata kuning (Megadyptes antipodes) atau Hoiho adalah
penguin endemik Selandia Baru. Seperti kebanyakan penguin lainnya, penguin
ini merupakan piscivora. Spesies ini berkembang biak di sekitar South Island
di Selandia Baru, begitu juga pulau-pulau Stewart, Auckland, dan Campbell.
Spesies ini hanya dapat ditemukan di sepanjang pantai tenggara Selandia Baru
dan pulau-pulau terdekatnya (Nur cahya, 2012).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 227


Penguin bermata kuning dianggap sebagai salah satu spesies penguin
paling langka di dunia. Terdaftar dalam Daftar Merah IUCN sebagai terancam
punah. Penguin ini pertama kali dimasukkan dalam daftar pada tahun 1988 ketika
terdaftar sebagai terancam. Statusnya telah diubah menjadi terancam punah pada
tahun 2000. Diperkirakan populasinya sekitar 4000. Ancaman utama termasuk
degradasi habitat dan predator. Penguin ini mungkin penguin yang paling kuno
dari semua penguin yang masih hidup.

Ciri Khusus penguin ini bermata kuning paling mudah diidentifikasi oleh
pita bulu kuning pucat yang mengelilingi matanya dan melingkari bagian
belakang kepalanya. Ini adalah penguin terbesar yang hidup untuk berkembang
biak di daratan Selandia Baru. Tingginya 62–79 sentimeter (24-31 in) dan berat
3-8,5 kilogram (6,6-18,7 lb). Berat badan bervariasi sepanjang tahun, dengan
penguin paling berat sesaat sebelum moulting, di mana mereka bisa kehilangan 3-
4 kilogram beratnya. Pria (5,5 kg) lebih berat daripada wanita (5,25 kg).

Bulu kuning Pita yang


di sekitar melingkari
mata bagian
kepalanya

Gambar 14.3. Megadyptes antipodes Gambar 14.4. Megadyptes antipodes


(Betty Kelley, 2015) (Matt Binns, 2006)

Hoiho ditemukan di dua populasi berbeda, yang dikenal sebagai populasi


utara dan selatan. Populasi utara membentang di sepanjang pantai tenggara Pulau
Selatan Selandia Baru, hingga Pulau Stewart dan Pulau Codfish. Ini mencakup
empat area pengembangbiakan utama di Semenanjung Banks, Otago Utara,
Semenanjung Otago, dan Catlin. Ini juga dapat disebut sebagai populasi

BIOSISTEMATIKA HEWAN 228


daratan. Populasi selatan termasuk Kepulauan Auckland Subantarctic dan Pulau
Campbell.
Sekitar 90% dari makanan penguin bermata kuning terdiri dari ikan.
Habitat nya di darat dan di laut.
4. Spheniscus demersus
Penguin berpita adalah penguin yang termasuk dalam genus Spheniscus.
Ada empat spesies penguin yang dikenal sebagai penguin berpita, dan semuanya
memiliki warna yang sama. Mereka kadang-kadang juga dikenal sebagai
"penguin jack-ass" suara mereka terdengar mirip dengan keledai meringkik.
Spheniscus demersus dikenal dengan penguin Afrika atau penguin cape. Ciri-ciri
umum termasuk pita hitam yang membentang di sekitar tubuh mereka yang
membatasi pewarnaan punggung hitam mereka, paruh hitam dengan pita putih
vertikal kecil, bintik-bintik berbeda di perut mereka, dan sepetak kecil kulit yang
tidak berbulu atau berbulu tipis di sekitar mata mereka dan bagian bulu yang
kurang berkembang yang bisa berwarna putih atau merah muda. Semua anggota
genus ini bertelur dan membesarkan anak-anak mereka di sarang yang terletak di
liang atau lubang alami di bumi (Hendra, 2017)

Ciri khusus penguin ini bertubuh ramping berat pinguin 2,2-3,5 kg.
panjangnya 60-70 cm. Memiliki warna merah muda khas dari kulit atas mata dan
masker wajah hitam. Bagian tubuh atas hitam dan tajam.

Masker Warna
wajah hitam merah
muda
dibagian
kulit atas
mata

Gambar 14.5. Spheniscus demersus Gambar 14.6. Spheniscus demersus


(Edward, 2014) (Kenny, 2013)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 229


Tersebar di perairan selatan Afrika. Makanannya berupa ikan dan cumi-
cumi Habitatnya di daerah Kutub. Penguin ini jadi salah satu dari 11 spesies
penguin yang terancam populasinya di alam liar. Dalam kurun waktu 28 tahun
saja, penguin afrika sudah mengalami penurunan populasi sebanyak 60 persen.

5. Pygoscelis Papua
Jenis penguin ini paling dekat hubungannya dengan penguin Adeliae.
Nama lainnya adalah ‘Gentoo’ berasal dari istilah Anglo-India untuk
membedakan Hindu dan Muslim. Di mana bercak putih yang ada di kepalanya
dianggap mirip sorban (Syahid, 2015)

Ciri khusus Penguin gentoo dikenali dari paruhnya yang berwarna orange
menyala dan bulu putih menyolok di kepalanya. Tinggi penguin gentoo rata-rata
76 cm dengan berat 5,5 kg. Tak heran jika penguin gentoo menduduki posisi
penguin terbesar ketiga di dunia, setelah penguin kaisar dan penguin raja. Hewan
ini hidup berkelompok. Dalam satu kelompok, anggotanya bisa mencapai ribuan
penguin. Penguin gentoo juga punya kebiasaan yang unik. Ketika mengerami
telur, pasangan penguin akan bergantian menjaga telur dan mencari makan.
Mereka juga membangun sarang dari batu, rumput, lumut, dan bulu.

Bulu putih Paruh yang


mencolok di berwarna
kepalanya orange

Gambar 14.7. Pygoscelis Papua Gambar 14.8. Pygoscelis Papua


(Selly, 2014) (Andi, 2017)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 230


Tersebar di semenanjung Antartika, dan Kepulauan Subantartika. Penguin
ini suka memakan ikan, cumi-cumi, udang. Habitatnya di sekitar benua yang
beku.

Saat ini penguin gentoo dinyatakan sebagai hewan yang terancam punah.
Mereka sering diburu untuk diambil minyak dan kulitnya.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 231


15. ORDO FALCONIFORMES

Falconiformes salah satu Ordo dari Aves yang tergolong kelompok burung cepat
dan burung yang dikenal sebagai burung pemangsa. Meskipun keberadaanya tidak terlalu
melimpah, Falconiformes tersebar luas, hidup di berbagai habitat hampir di seluruh dunia.
Mereka berukuran besar dan mencolok yang dapat menarik perhatian dari burung kecil.
Semua spesies Falconiformes aktif di siang hari, meskipun beberapa ada yang terbang
pada waktu pagi dan sore hari. Burung yang termasuk Ordo ini termasuk burung pemakan
daging hewan lain, dengan cara memangsanya hidup-hidup atau memangsa hewan yang
ditemukan telah mati (bangkai). Beberapa burung yang berada di garis lintang akan
bermigrasi, tetapi sebagian besar tidak bermigrasi. (Brown dkk, 2016)

Sayap, ekor, paruh dan kaki dari Falconiformes bervariasi sesuai dengan metode
berburu, jenis mangsa dan habitatnya.

Gambar 15.1. Paruh Burung dari Ordo Falconiformes

(Encyclopedia Britannica, 2006)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 232


Gambar 15.2. Kaki Burung dari Ordo Falconiformes

(Encyclopedia Britannica, 2006)

Gambar 15.3. Sayap Burung dari Ordo Falconiformes

(Encyclopedia Britannica, 2006)

Klasifikasi

Ordo Falconiformes sekarang hanya terdiri dari satu familia yaitu, Familia Falconidae
yang terdiri dari dua subfamilia yaitu, Polyborinae dan Falconinae. Awalnya, ordo
Accipitriformes adalah salah satu bagian dari ordo ini, tetapi sebuah studi DNA yang
diterbitkan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa falcon (elang) tidak terkait erat dengan
Accipitriformes. Sejak itu, pemisahan dan penempatan urutan taksonomi baru ini telah
rilis oleh American Ornithological Society's South American Classification

BIOSISTEMATIKA HEWAN 233


Committee (SACC), North American Classification Committee (NACC) dan
International Ornithological Congress (IOC).

Karakteristik Species
1. Falco peregrinus

Gambar 15.4. Falco peregrinus


(Coltman, 2017)
Falco peregrinus atau alap alap kawah merupakan spesies yang termasuk familia
falconidae. Berukuran besar (45 cm), bertubuh kekar, berwarna gelap. Dewasa: mahkota
dan pipi kehitaman atau dengan garis hitam; tubuh bagian atas abu-abu gelap, berbintik,
dan bergaris hitam. Tubuh bagian bawahnya putih, dengan coretan hitam pada dada serta
garis-garis halus hitam menyilang pada perut, pada, dan ekor baian bawah. Betina: ukuran
lebih besar, remaja: lebih coklat dan ada coretan pada perut. Perbedaan ras didasarkan
pada kegeapan warna. Perbedaan denga Elang kelalawar ketika terbang adlah warna
tubuh bagian bawah lebih pucat dan sayap kurang runcing.(Kindersley, 2013)
Falco peregrinus ini Hidup berpasangan. Terbang sangat cepat dan sambil
berputar-putar menukik secara dahsyat dari tempat yang sangat tinggi, di atas mangsanya.
Burung tercepat di dunia. Kadang-kadang berakrobat. Bersarang di tebng-batu cadas.
(Kindersley, 2013)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 234


Badan dan
sayap yang
ramping
untuk melaju
cepat

Gambar 15.5. Falco peregrinus


(Sarah, 2019)
Alap alap ini hampir mirip dengan elang tetapi perbedaan nya ada pada ukuran
tubuh, dan juga bola mata alap alap lebih besar di banding elang. Alap alap kawah atau
Falco peregrinus di jadikan simbol pada bahan bahan kimia dan juga pada alat
transportasi pada pesawat.

2. Daptrius ater

Regnum : Animalia
Phyllum :Chordata
Classis : Aves
Ordo : Falconiformes
Familia : Falconidae
Genus : Daptrius
Species : Daptrius ater

Gambar 15.6. Daptrius ater


(Quental, 2014)
Caracara dewasa berwarna hitam mengkilap kecuali untuk bagian ekor terdapat
warna putih khas di bagian pangkal ekornya. Kaki dan wajah berwarna kuning hingga
oranye-merah. Spesies ini hampir mirip dengan kerabatnya yaitu, Ibycter americanus,
perbedaanya terletak pada warna kaki dan wajahnya, untuk spesies ini memiliki warna
oranye sedangkan kerabatnya Ibycter americanus memiliki warna merah. Daptrius
ater dianggap sebagai raptor yang tersebar luas, sering terlihat

BIOSISTEMATIKA HEWAN 235


dalam kelompok 2-5 individu di pohon-pohon tinggi. Khas dari spesies ini adalah
termasuk ke dalam omnivora serta pengumpan yang dikenal sebagai predator,
pemulung, dan penjelajah. (Clive, 2017).

Wajahnya
berwarna oranye

Kaki berwarna
oranye

Gambar 15.7. Daptrius ater


(Timm, 2013)
Persebarannya dapat ditemukan di Bolivia, Brasil, Kolombia, Ekuador, Guyana
Prancis, Guyana, Peru, Suriname, dan Venezuela. Habitat alaminya adalah hutan
dataran rendah basah subtropis atau tropis dan bekas hutan yang sangat terdegradasi.
Habitat umum termasuk sabana berhutan yang terletak di antara ketinggian 0 hingga
900 m. (Robin, 2017).
Daptrius ater diketahui memakan hampir segala sesuatu mulai dari tumbuh-
tumbuhan sampai bangkai, karena itu spesies ini digambarkan sebagai pengumpan
oportunistik. Lebih khusus lagi, makanan mereka terdiri dari burung dari spesies
burung lain, burung yang lebih kecil seperti penangkap lalat dan merpati, mamalia
kecil, bangkai, katak, reptil, invertebrata, ikan kecil, kacang-kacangan dan buah-
buahan lainnya. (Ivan, 2007).
IUCN menginformasikan bahwa penurunan populasi telah didokumentasikan
selama 10 tahun terakhir, namun saat ini tidak dianggap kritis (Least Concern). Hal ini
disebabkan oleh kemampuan jangkauan mereka yang luas, kemampuan untuk
bertahan hidup di hutan yang terfragmentasi, dan makanan mereka yang beragam.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 236


3. Micrastur semitorquatus

Regnum : Animalia
Phyllum :Chordata
Classis : Aves
Ordo : Falconiformes
Familia : Falconidae
Genus : Micrastur
Species :Micrastur semitorquatus

Gambar 15.8. Micrastur semitorquatus


(Salles, Tanpa Tahun)
Elang hutan berkerah (Micrastur semitorquatus) adalah spesies burung
pemangsa dalam keluarga Falconidae. Spesies ini merupakan anggota terbesar dari
genus Micrastur dan penghuni hutan hujan tropis di Amerika Latin. Elang hutan
berkerah memiliki punggung berwarna gelap dengan leher dan bagian dada berwarna
putih. Spesies ini memiliki tiga varian morfologi (morf): pucat, kuning kecoklatan dan
gelap. Meskipun gaya hidupnya di hutan, spesies ini memiliki sayap pendek membulat,
ekor panjang dan tidak adanya gigi paruh yang khas. Gottfried (1978).

Sayap pendek
membulat

Ekor panjang

Gambar 15.9. Micrastur semitorquatus


(Sherony, Tanpa Tahun)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 237


Spesies ini umumnya ditemukan di banyak negara Amerika Tengah dan Selatan:
Argentina, Belize, Bolivia, Brasil, Kolombia, Kosta Rika, Ekuador, El Salvador,
Guyana Prancis, Guatemala, Guyana, Honduras, Meksiko, Nikaragua, Panama,
Paraguay, Peru, Suriname dan Venezuela. (BirdLife International, 2016). Karena
morfologi mereka yang berbeda, elang hutan yang berkerah mampu menghuni
berbagai habitat dari daerah lembab seperti hutan bakau, hutan tropis dan hujan hingga
hutan galeri. Mereka cenderung lebih menyukai daerah-daerah di mana semak belukar
relatif padat karena mereka dapat bergerak dan berburu dengan lebih mudah di
dalamnya. (Russell K., 2012)
Spesies Micrastur memakan berbagai macam mangsa seperti burung, mamalia,
kadal, ular, dan serangga. Menurut IUCN Saat ini, Micrastur semitorquatus berada
pada peringkat paling tidak memperhatikan (Least Concern) status konservasi karena
ia menghuni berbagai jenis hutan.

4. Herpetotheres cachinnans
Regnum : Animalia
Phyllum :Chordata
Classis : Aves
Ordo : Falconiformes
Familia : Falconidae
Genus : Herpetotheres

Species : Herpetotheres cachinnans

Gambar 15.10. Herpetotheres cachinnans


(Jimenez, 2015)

Elang tertawa (Herpetotheres cachinnans), juga disebut elang ular adalah


burung pemangsa berukuran sedang dalam keluarga elang (Falconidae), satu-satunya
anggota genus Herpetotheres. Nama umum dan ilmiah keduanya merujuk pada
suaranya yang khas.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 238


Burung dewasa memiliki kepala berwarna pucat atau warna lebih kecoklatan dan
hampir putih. Memiliki wajah berwarna hitam disekitar mata yang lebar membentang
di leher sebagai kerah sempit, dibatasi dengan warna putih pada bagian sekitar paruh.
Sayap bagian atas dan punggung berwarna coklat kehitaman. Bagian bawahnya
berwarna pucat; mungkin ada sedikit bintik hitam di sekitar paha. Bagian bawah sayap
berwarna pucat dan terdapat bercak kehitaman. Iris berwarna coklat gelap, paruh
berwarna hitam dengan warna kuning pucat; kakinya juga kuning pucat.

Berwarna putih
bagian atas kepala

Berwarna hitam
disekitar mata

Gambar 15.11. Herpetotheres cachinnans


(Jimenez, 2014)

Spesies ini ditemukan dari kedua lereng pantai Meksiko melalui Amerika
Tengah dan Selatan ke selatan ke Amazon Peru dan wilayah Amazon Bolivia, hampir
semua Brasil, dan Argentina utara dan Paraguay. Spesies ini menempati beragam
habitat, biasanya termasuk setidaknya pohon yang tersebar; lebih suka daerah lembab
daripada yang kering dan cenderung menghindari hutan tertutup. Biasanya tidak
bermigrasi, meskipun di beberapa daerah mungkin membuat gerakan musiman.
Spesies ini memakan terutama ular, termasuk yang berbisa seperti ular karang,
dan juga kadal, dan, pada tingkat lebih rendah, tikus kecil, kelelawar dan kelabang.
(Jiménez, 2003). Menurut IUCN Saat ini, Herpetotheres cachinnans berada pada
peringkat paling tidak memperhatikan (Least Concern) status konservasi.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 239


5. Microhierax melanoleucos

Regnum : Animalia
Phyllum :Chordata
Classis : Aves
Ordo : Falconiformes
Familia : Falconidae
Genus : Microhierax
Species : Microhierax melanoleucos

Gambar 15.12. Microhierax melanoleucos


(Frieda, 2013)
Raptor ini termasuk dalam genus Microheriax, yang termasuk burung terkecil
dari spesies pemangsa di dunia. Microheriax juga dikenal sebagai elang berkaki putih.
Microhierax melanoleucos adalah raptor hitam dan putih kecil, berukuran antara 7-7
½ inci dan berat antara 55-75 g. Namun itu masih lebih besar daripada anggota lain
dari genus Microhierax. Wajahnya putih dengan bercak hitam menonjol yang
menutupi mata sampai ke penutup telinga dengan paruh kekuningan. Bagian atas
kepala sepenuhnya berwarna hitam. Sayapnya berwarna hitam dengan garis putih
seperti bercak beraturan berwarna putih. Memiliki ekor panjang dengan bagian atas
berwarna hitam dan berwarna hitam dengan garis putih dari bawah. (Mark, 2009).

Ekor berwarna
hitam dengan garis
putih dari bawah.

Berwarna hitam
dengan bintik
berwarna putih

Gambar 15.12. Microhierax melanoleucos


(Timmermann, 2014)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 240


Kepala
sepenuhnya
berwarna
hitam

Gambar 15.13. Microhierax melanoleucos


(Pinto, 2018)
Persebarannya dari India timur laut ke Cina timur dan Asia Tenggara. Mereka
ditemukan di tepi hutan gugur dan di kaki bukit berhutan. Mereka biasanya bertengger
di puncak pohon sambil sesekali terbang untuk menangkap mangsa. Spesies ini bukan
burung yang bermigrasi, mereka adalah spesies penghuni, tinggal di daerah yang sama
hampir sepanjang tahun. (Richard, 2012).
Sebagian besar makanannya terdiri dari serangga. Mereka juga makan mamalia
kecil, reptil, dan burung lain dengan ukuran yang sama seperti mereka. Menurut IUCN
Saat ini, Microhierax melanoleucos berada pada peringkat paling tidak
memperhatikan (Least Concern) status konservasi.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 241


16. Ordo Accipitriformes
Accipitriformes atau kelompok burung pemangsa berukuran sedang hingga besar
dan memiliki cakar yang kuat; paruh yang kuat dan melengkung; dan penglihatan yang
sangat baik. Kelompok ini memiliki kaki yang kuat yang dilengkapi oleh cakar kuat untuk
membunuh mangsa dan paruh yang melengkung yang beradaptasi untuk merobek daging.
Burung pemangsa umumnya tidak memiliki bulu kepala karena kebiasaan
makannya, mereka biasa menggunakan kepala untuk mengambil daging-daging tersisa di
bagian dalam sisa tubuh hewan yang mulai membusuk. Beberapa jenis burung ini terdapat
di daerah yang agak hangat di dunia lama maupun dunia baru yang berasal dari dunia
baru adalah famili Catharidae yang terdiri atas beberapa sub ordo. Burung pemakan
bangkai dari dunia lama tergolong famili Accipitridae.
Mereka sering meluncur di atas kepala dengan udara hangat atau termal. Sebagian
besar spesies membuat sarang mereka di pohon dan kawin dengan pasangan yang sama
tahun demi tahun. Mereka biasanya hidup berpasang-pasangan jantan dan betina.
Elang dan accipiter adalah migran jarak ajuh, beberapa species bahkan dapat
bermigrasi dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan. Beberapa spesies yang tak
berkerabat, dapat terbang membumbung sambil mengincar mangsa dengan kemampuan
penglihatan yang tajam untuk mendeteksi mangsa. Burung yang bertubuh besar
menggunakan panas tubuh untuk terbang berputar hampir tanpa menggerakan sayapnya
dan tetap berada di udara berjam-jam dengan menggunakan energi sesedikit mungkin.
Mereka dapat ditemukan di semua bagian dunia kecuali Antartika, dan hidup di semua
jenis habitat termasuk padang pasir, tundra, taiga, lahan basah, dan hutan hujan.
Ada tiga famili dalam ordi ini yaitu Pandionidae, Sagittariidae, dan Accipitridae dengan
kurang lebih 250 species.
Contoh species dari ordo ini diantaranya:
1. Pandion haliaetus
Regnum: Animalia
Phylum: Chordata
Classis: Aves
Ordo: Accipitriformes

BIOSISTEMATIKA HEWAN 242


Familia : Pandionidae
Genus : Pandion
Species : Pandion haliaetus
(Linnaeus,1758)
Pandion haliaetus atau Burung osprey memiliki lebar sayap 4,5 hingga 6
kaki dan tingginya sekitar 2 kaki. Warnanya coklat di bagian atasnya dan putih di
wajahnya, bagian atas kepala, tenggorokan, dada, dan perutnya. Ia memiliki garis
gelap di sisi wajahnya yang menutupi mata kuningnya. Burung osprey memiliki
kaki yang berwarna abu-abu pucat dengan cakar tajam yang membantunya
menangkap ikan. Kaki osprey memiliki sisik yang runcing dan kasar untuk
membantu osprey memegang ikan yang ditangkapnya. Kakinya memiliki dua jari
yang mengarah ke belakang yang juga membantu osprey meraih dan memegang
ikan. Burung osprey juga dikenal sebagai elang ikan.

Warna putih di
bagian dada, leher Warna coklat
dan perut dibagian atas dan
sisi gelap yang
menutupi mata

Gambar 16. 1. Pandion haliaetus


Sumber : pinterest.com

Kaki yang
berwarna abu
pucat dan bersisik

2 jari yang mengarah


ke belakang
Gambar 16. 2. Kaki Pandion haliaetus
Sumber: fineartamerica.com
Burung osprey dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika. Di
Amerika Utara, osprey berkembang biak dari Alaska, Kanada utara-tengah, dan
Newfoundland selatan ke Arizona dan New Mexico. Ini juga ditemukan di

BIOSISTEMATIKA HEWAN 243


sepanjang Teluk Atlantik, dan Pantai Pasifik. Burung osprey dapat ditemukan di
danau, sungai, dan pantai di mana ada air dangkal dan banyak ikan.

Gambar 16. 3. Pandion haliaetus map distribution


Sumber: The Bald-Eagle wordpress.com
Ciri khas dari burung osprey ini yaitu ia menggunakan penglihatan yang
bagusnya untuk melihat ikan. Ketika menemukan seekor ikan, ia menyelamkan
pertama kali cakar dengan terentang lurus ke dalam air dan meraih mangsanya.
Dan matanya yang berwarna kuning ditutupi dengan garis yang berwarna coklat.
Pada tahun 1950-1970 populasi osprey sempat menurun karena maraknya
pestisida DDT yang masuk ke dalam makanan osprey. Pestisida membuatnya
lebih sulit bagi osprey untuk menyerap kalsium dan kurangnya kalsium ini
membuat cangkang telur osprey menjadi lebih tipis, sehingga banyak telur pecah
sebelum mereka bisa menetas dan populasi osprey turun. Namun pada tahun 1972,
penurunan populasi osprey ini kembali pulih.

Gambar 16. 4. Status Pandion haliaetus


Sumber: iucnreslist.org

2. Gampsonyx swainsonii
Regnum: Animalia

BIOSISTEMATIKA HEWAN 244


Phyllum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Accipitriformes
Familia : Accipitridae
Subfamilia : Elaninae
Genus : Gampsonyx
Species : Gampsonyx swainsonii
(Vigors, 1825)
Hbw.com

Gambar 16.5 Gampsonyx swainsonii


Dok Neotropical.birds.cornell.edu
Morfologi di introduction, ditempatkan di keluarga Falconidae
berdasarkan ukurannya yang kecil dan pola bulu yang cukup mirip dengan
elang. Tetapi berdasarkan beberapa fitur morfologis, itu kemudian ditempatkan
di keluarga Accipitridae dan terkait erat dengan genus Elanus. Pearl kite adalah
satu-satunya anggota genus Gampsonyx. Struktur tubuh

Length: 20-28 cm
Wingspan: 45-55 cm
Weight: 94-120 g
Pearl kite ras yang dinominasikan memiliki bagian atas kehitaman dan
bagian bawah keputihan dengan paha tebal dan bercak hitam di sisi dada. Sayap
memiliki garis tepi putih. Di kepala, mahkota berwarna kehitaman. Dahi dan
pipinya kekuning-kuningan sampai berwarna oranye. Dagu dan tenggorokan
berwarna putih, seperti kerah nuchal yang dibatasi di bawah oleh pita rufous yang
gelap.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 245


Tagihan ramping dan hitam sangat terkait. Sere berwarna biru-abu-abu.
Mata berwarna coklat hingga kemerahan. Kaki berwarna kuning cerah. Betina
10-20% lebih besar dari Jantan. Yang belum dewasa menyerupai burung
dewasa, tetapi kerah nuchal kekuningan sedangkan bulu punggung dan bulu
sekunder memiliki tepi kasar. Mata lebih muda pada burung muda.

Kepala bewarna abu-abu


dengan setikit warna kuning

Bulu dada bewarna putih

Cakar yang tajam serta


kaki berwanrna kuning

Gambar 16.6 Gampsonyx swainsonii


Dok. Dibird.com

Sayap dengan panjang 45


– 55 cm

Gambar 16. 7. Gampsonyx


swainsonii
Dok. Flickriver.com

BIOSISTEMATIKA HEWAN 246


Gambar 16. 8. Peta persebaran Gampsonyx swainsonii
Dok. Neotropical.birds.cornell.edu
Habitat dari Pearl kite sendiri tersebar luas di wilayah kering di Amerika
Selatan dengan populasi yang terisolasi di Nikarague. Pearl kite suka di padang
rumput, hutan tropis terbuka serta sepanjang hutan tropis hijau dataran rendah.

3. Nisaetus bartelsi

Gambar 16. 9. Nisaetus bartelsi


(sumber: https://www.iucnredlist.org)

Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Acciptriformes
Familia : Acciptridae
Genus : Nisaetus
Spesies : Nisaetus bartelsi
(Stresemann, 1924)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 247


Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) merupakan salah satu spesies
elang berukuran sedang yang endemik (spesies asli) di Pulau Jawa. Satwa ini
dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan
sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia. Secara
fisik, Elang Jawa memiliki jambul menonjol sebanyak 2-4 helai dengan panjang
mencapai 12 cm, karena itu Elang Jawa disebut juga Elang Kuncung. Ukuran
tubuh dewasa (dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 60-70 sentimeter,
berbulu coklat gelap pada punggung dan sayap. Bercoretan coklat gelap pada dada
dan bergaris tebal coklat gelap di perut. Ekornya coklat bergaris-garis hitam.

Jambul

Bulu berwarna
coklat

Gambar 16. 10. Morfologi Nisaetus bartelsi


(sumber: http://kehati.jogjaprov.go.id/)
Endemik di Pulau Jawa, Indonesia. Di DIY ditemukan hampir seluruh
wilayah. Populasi burung ini sudah sangat jarang sehingga perlu mendapat
perhatian di dalam konservasi.
Mangsa utama Elang Jawa sendiri adalah tikus lokal yang hidup di Pulau
Jawa yaitu jenis Sundamys maxy. Selain tikus sebagai makanan utama, Elang
Jawa juga memburu mamalia kecil seperti tupai, musang sampai dengan anakan
monyet ekor panjang
Elang Jawa menempati kawasan hutan dengan pepohonan tinggi yang
selalu hijau. Rata-rata ketinggian pohon antara 40-50 meter. Elang Jawa memilih
pohon-pohon tinggi diduga karena untuk pemeliharaan dan perlindungan anaknya
dari pemangsa lain.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 248


Tingkat kepunahan pada burung Nisaetus bartelsiberada di posisi
terancam punah. Burung Nisaetus hanya berjumlah 300-500 untuk burung
dewasa. Dan jumlah ini terus menurun setiap tahunnya.

Gambar 16. 11. Tingkat kepunahan Nisaetus bartelsi


(sumber: https://www.iucnredlist.org/)

4. Haliaeetus albicilla

Gambar 16. 12. Haliaeetus albicilla


(Sumber : Francesco, 2011)
Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves

Familia : Accipitridae
Genus : Haliaeetus
Species : Haliaeetus albicilla
(Linnaeus,1758)
Elang ekor putih (Haliaeetus albicilla) adalah spesies elang laut yang
sangat luas yang tersebar di seluruh Eurasia yang beriklim sedang. Seperti halnya
semua elang, ia adalah anggota keluarga Accipitridae (atau accipitrids)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 249


yang mencakup burung pemangsa diurnal lainnya seperti elang, layang-layang,
dan pelindung. Salah satu dari sebelas anggota dalam genus Haliaeetus, yang
biasa disebut elang laut, juga disebut sebagai elang laut ekor putih. (Helander,
2003).

Paruh kuning

Kaki kuning

Ekor Putih

Gambar 16. 13. Haliaeetus albicilla


(Sumber :Jacob , 2013)
Elang ekor putih tersebar luas hampir diseluruh dunia terutama : Barat
daya Greenland, Iceland barat, Eurasia utara dan tengah selatan ke Yunani dan
turki, laut Kaspia selatan ke wilayah Mediterania utara dan teluk Persia dan timur
ke Pakistan, Iindia utara, China tenggara, dan Jepang. (Amar, Arjun. 2010).
Memakan ikan, burung (bebek, camar, ayam hutan, coots), mamalia
(hares, muskrat, susliks), dan bangkai. Ikan yang diambil dari dekat permukaan
air (bukan dengan cara terjun) melecehkan burung air hingga kelelahan, sering
memakan jeroan, memulung, kleptoparasitisasi spesies raptor lainnya, dan juga
dapat menghadiri kegiatan penangkapan ikan dan menjadi sepadan dengan
manusia (Rasmussen dan Anderton 2005).
Ditemukan di berbagai habitat dari tundra hingga gurun, tetapi biasanya
ditemukan di dekat air di lembah sungai, dataran banjir, dan di sepanjang laut dan
tepi danau, atau bahkan ke laut. Ini sering ditemukan di tebing yang tidak
terganggu, dan itu membutuhkan tegakan terbuka dari pohon-pohon besar tua
untuk bersarang. Elang ini sering bertengger di pohon mati, di tebing, di tanah,
atau di tempat-tempat lain yang rendah dan biasanya diamati secara tunggal, atau
berpasangan. Terbang lebih jarang daripada raptor besar lainnya dan sering

BIOSISTEMATIKA HEWAN 250


menggunakan penerbangan mengepak yang searah dan searah, bahkan ketika
memancing (Rasmussen dan Anderton 2005).
5. Cathartes aura

Gambar 16.14. Cathartes aura

Dok Neotropical.birds.cornell.edu

Regnum : Animalia

Phyllum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Accipitriformes

Familia : Cathartidae

Genus : Cathartes

Species : Cathartes aura

Hering Kalkun, Cathartes aura adalah burung yang mampu ditemui


hampir di seluruh benua Amerika. Hering Kalkun merupakan salah satu dari tiga
spesies dalam genus Cathartes, dalam famili Cathartidae. Burung ini merupakan
Hering Dunia Baru yang sangat menyebar. Tersebar dari Kanada selatan sampai
anggota sangat selatan Amerika Selatan.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 251


Semua spesies Cathartes morfologi tubuhnya dimulai dari kepala tanpa
bulu dengan kulit berwarna cerah, kuning menjadi oranye di burung nasar
berkepala kuning, merah cerah di burung hering kalkun. Species ini memiliki
indera penciuman yang berkembang dengan baik, yang jarang terjadi pada burung
biasanya, yang memungkinkan mereka untuk menemukan bangkai di bawah
kanopi. Burung nasar kalkun memiliki beban sayap yang ringan. Ini membuat
mereka lebih apung di udara daripada burung nasar lainnya dan lebih mampu
memanfaatkan termal untuk membantu mereka tetap terbang dengan penggunaan
energi yang minimal.

Cathartes memiliki kepala


tanpa bulu dengan kulit
berwarna merah cerah.

Cakar yang tajam serta


kaki berwarna merah

Gambar 16.15 Cathartes aura


Dok Neotropical.birds.cornell.edu

Bulu dada bewarna


hitam kecoklatan.

Gambar 16.16 Cathartes aura


Dok. Fineartamerica.com

BIOSISTEMATIKA HEWAN 252


Gambar 16.17 Peta persebaran
Gampsonyx swainsonii

Dok.
Neotropical.birds.cornell.edu

Burung Hering hidup di hutan tropis dataran rendah di Meksiko selatan


sampai Argentina utara. Di Amerika Selatan, hering ini tidak dijumpai di sebelah
barat pegunungan Andes, kecuali di Ekuador barat, Kolombia barat laut dan di
ujung barat laut Venezuela. Burung ini terutama mendiami hutan tropis dataran
rendah yang tak terganggu dan juga sabana dan padang rumput yang berdekatan
dengan hutan semacam itu. Burung ini adalah yang paling banyak atau satu-
satunya yang menyebar di hutan-hutan dataran rendah primer, tetapi di hutan
hujan Amazon. Burung ini umumnya tidak ditemui di atas ketinggian 1200 meter.
Mereka menghuni tingkat tajuk teratas di hutan, atau di atas lapisan kanopi hutan
(Brotowidjoyo,1989).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 253


17. Ordo Strigiformes
Ada sekitar 200 spesies burung dalam Ordo ini. Mereka ditemukan di semua
bagian dunia. Strigiformes (Burung hantu) memiliki paruh yang tajam dan bengkok; mata
besar ke depan; kepala besar; wajah bundar atau berbentuk hati; leher fleksibel; tubuh
panjang; cakar tajam; dan bulu yang lembut dan tebal. Banyak spesies memiliki bulu dan
kaki yang berbulu.Sebagian besar spesies bersifat nokturnal; bulu lembut mereka
membantu mereka terbang diam-diam setelah mangsa mereka. Burung hantu memakan
mamalia kecil, reptil, amfibi, burung, telur, dan ikan.
Sebagian besar burung hantu memiliki warna samar yang membantu
menyamarkan mereka dari mangsanya. Jantan dan betina terlihat sama, tetapi jantan
biasanya lebih besar. Burung hantu memiliki vokalisasi khas yang berkisar dari teriakan
lembut hingga panggilan melengking. (Durham, 2020).
1. Tyto alba
Regnum: Animalia
Phyllum: Chordata
Classis: Aves
Ordo: Strigiformes
Familia: Tytonidae
Genus: Tyto
Species : Tyto alba
(animaldiversity.org)

Gambar 17.1 Tyto alba


Dok. Asianagri.com
Ciri morfologi dari Tyto alba memiliki bulu lembut, berwarna tersamar,
bagian atas berwarna kelabu terang dengan sejumlah garis gelap dan bercak

BIOSISTEMATIKA HEWAN 254


pucat tersebar pada bulu. Bagian bawah berwarna putih dengan sedikit bercak
hitam, atau tidak ada. Bulu pada kaki jarang-jarang. Kepala besar, kekar dan
membulat. Wajah berbentuk jantung, warna putih dengan tepi coklat. Mata
menghadap kedepan, merupakan ciri yang mudah dikenali. Iris mata berwana
hitam. Paruh tajam, menghadap kebawah, warna keputihan. Kaki warna putih
kekuningan sampai kecoklatan. Betina dan fase remaja umumnya bercak lebih
rapat dan lebih gelap (MacKinnon, dkk., 2000).

Kepala besar, Wajah yang


berbentuk jantung yang bewarna
putih kecoklatan

Bulu dada yang bewarna putih

Bulu dibagian kaki yang


jarang

Gambar 17.2 Tyto alba


Menurut Debus (2009), burung jantan dan betina hampir sama dalam
Dokukuranroberthardidanwarnga.commeski betina sedikit lebih besar. Betina
mempunyai panjang tubuh 34-40 cm, mempunyai bentangan sayap ± 110cm dan
mempunyai berat badan 570 g, yang jantan ukuran panjang 32-38 cm, dengan
bentangan sayap ± 107 dan berat badan 470 g. Serak Jawa jantan biasanya
warnanya coklat atau agak kekuningan, sedang yang betina berwarna coklat ke
abu-abuan. Bulu dada betina berwarna putih kecokelatan, sedangkan jantan
berwarna sedikit keputihan dengan jumlah bintik hitam yang lebih sedikit
dibandingkan dengan burung betina dan burung Serak Jawa muda yang
mempunyai bercak lebih rapat (MacKinnon, dkk., 2000).
Serak Jawa merupakan jenis yang hidup menetap bersama pasangannya
di wilayah teritori meski sifat teritorialnya tidak jelas. Tetapi ketika bukan musim
breeding, pasangan burung ini mempunyai tempat beristirahat yang berlainan
antara jantan dengan betina pasangannya (masih dalam teritori yang

BIOSISTEMATIKA HEWAN 255


sama). Setiap pasangan hanya akan menempati sarang yang sama jika musim
berbiak tiba. Seiring dengan musim yang ideal burung ini dapat berkembangbiak
dengan sangat baik. Akan tetapi jika sebaliknya, maka burung ini dapat
menghilang sementara waktu dan kebanyakan burung remaja akan mati kelaparan
(Debus, 2009).
Sarang yang didiami oleh pasangan Serak Jawa berupa lubang pada pohon
atau bangunan dan akan didiami secara terus-menerus sepanjang tahun asalkan
tidak ada gangguan yang signifikan terhadapnya. Meskipun hidup berpasangan,
satu sarang burung Serak Jawa dapat ditinggali oleh lebih dari dua individu
terutama ketika populasinya meningkat (Debus, 2009).
Menurut Mackinon dkk. (2000), sepanjang hari Serak Jawa bersembunyi
pada lubang yang gelap di rumah atau gedung, lubang pohon dan vegetasi yang
rapat termasuk hutan mangrove. Serak Jawa aktif saat senja hingga menjelang
subuh (nocturnal). Mereka mempunyai kebiasaan berburu menyimpan kelebihan
makanan dalam sarangnya untuk dimakan sewaktu-waktu. Ketika sore mulai tiba,
mereka akan mengitari wilayah teritorinya di sekitar sarang dan tempat
bertenggernya (soaring)sambil sesekali mengeluarkan suara serak (screeching).
Kebiasaan menandai wilayah ini semakin meningkat seiring dengan musim
berbiak tiba (Debus, 2009).

Gambar 17.3 Tyto alba


Dok. Featherbase.info
Burung ini merupakan burung pemangsa (raptor), Serak Jawa merupakan
spesialis dalam berburu mamalia tanah kecil, dan kebanyakan mangsanya berupa
hewan pengerat kecil. Di Australia, tikus rumah merupakan makanan utama

BIOSISTEMATIKA HEWAN 256


burung ini. Di Amerika dan Eropa, tikus kebun adalah mangsa utama yang
penting, kemudian curut, tikus, mencit. Mangsa lain termasuk anak kelinci,
kelelawar, kodok, kadal, burung dan serangga. Burung Serak Jawa berbiak secara
cepat sebagai respon terhadap ledakan populasi tikus (Golawski, 2003). Satu ekor
burung Serak Jawa dewasa dapat memangsa 2 sampai 5 ekor tikus setiap harinya
(Heru dkk., 2000). Burung Serak Jawa jantan melakukan aktivitas menghantar
makanan untuk burung betina pada saat bertelur serta sebagai cadangan makanan
ketika kondisi lingkungan tidak mendukung untuk berburu (Taylor, 1994).
Semua burung hampir rutin membersihkan bulunya dari debu, kotoran,
dan parasit. Burung Serak Jawa melakukannya dengan menggunakan paruh dan
cakarnya. Pada bulu terbang terdapat kait-kait yang saling mengunci membuat
bulu menjadi satu permukaan. Kait ini sering kali terlepas pada waktu terbang.
Burung menggunakan paruhnya untuk menyusun ulang kait yang terlepas dan
mengembalikan bulu pada kondisi yang terbaik. Ada kelenjar yang disebut
uropygial, terletak didekat ekor yang menghasilkan cairan berminyak. Kelenjar
ini dirangsang oleh paruh, yang digunakan untuk menstransfer cairan kebulu –
bulu untuk dijadikan lapisan pelindung (Baskoro, 2005).
2. Bubo virginianus
Regnum: Animalia
Phylum: Chordata
Classis: Aves
Ordo: Strigiformes
Familia: Strigidae
Genus: Bubo
Species : Bubo virginianus
Bubo virginianus atau yang biasa dikenal Burung hantu bertanduk besar
mungkin terkenal karena juntai besar bulu di kepalanya yang terlihat seperti
tanduk.
Dalam bahasa inggris burung hatu tanduk besar dapat dikenal dengan
nama Great Horned Owl, memiliki mata besar seperti kucing dan tanda-tanda
coklat, putih, abu-abu, dan hitam yang terlihat seperti kulit pohon. Tanda-tanda

BIOSISTEMATIKA HEWAN 257


ini membantu menyamarkannya ketika di hutan. Dan ia memiliki rentang sayap
lebih dari empat kaki, serta tinggi sekitar dua kaki.
Burung hantu bertanduk besar itu hidup nokturnal. Pendengaran dan
penglihatan yang luar biasa dari burung hantu besar membantunya berburu di
malam hari. Bulu-bulunya yang sangat longgar membuatnya nyaris tak bersuara
ketika terbang. Ini membuatnya lebih mudah untuk menyelinap ketika menangkap
mangsanya. Ia berburu mamalia kecil seperti tikus, kelinci, tupai, dan sigung. Ia
juga memakan burung seperti bebek dan burung puyuh. Ia memakan mangsa kecil
secara utuh dan merobek mangsa yang lebih besar menjadi potongan-potongan
kecil agar bisa ditelan. Burung hantu tanduk besar nanti akan memuntahkan atau
melemparkan bagian-bagian yang tidak tercerna, seperti tulang dan bulu,
mangsanya.
Ciri khas dari species ini adalah memiliki juntai bulu besar di kepalanya
dan tubuhnya memiliki tanda berwarna coklat, putih, dan abu untuk menyelinap
dalam hutan untuk mencari mangsa.

Juntai bulu besar


di kepala
Mata besar seperti kucing

Tanda coklat,
putih, dan abu

Gambar 17. 4. Bubo virginianus


Sumber: pinterest.com
Burung hantu bertanduk besar memiliki jangkauan yang sangat besar. Ini
ditemukan di hutan di sebagian besar Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko. Ini
juga ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan. Burung hantu bertanduk besar
ditemukan di seluruh New Hampshire. Burung hantu bertanduk besar hidup di
hutan, di sepanjang tebing dan ngarai, dan di tepi hutan.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 258


Gambar 17. 5. Bubo virginianus map distribution
Sumber: pinterest.com

Gambar 17. 6. Status Bubo virginianus


Sumber: iucnredlist.org

3. Ninox rufa

Gambar 17. 7. Ninox rufa


(Lewis, 2013)
Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Strigiformes
Familia : Strigidae

BIOSISTEMATIKA HEWAN 259


Genus : Ninox
Species : Ninox rufa
(Gould, 1946)
Dahi, atas kepala, tengkuk, mantel, dan punggung berwarna coklat tua,
Ada area besar berwarna coklat kehitaman dengan sedikit warna terang di sekitar
mata, yaitu berwarna kuning cerah. Cere berwarna abu-abu kebiruan pucat dan
paruh berwarna biru kebiruan.Penutup sayap dan skapula berbintik-bintik gelap
dan bulu berwarna coklat tua. Ekor yang agak berbentuk baji berwarna coklat
gelap.Bagian bawah dari tenggorokan ke perut berwarna loreng coklat. Kakinya
memiliki bulu halus ke pangkal jari kaki, yang berwarna kekuning-kuningan.
Cakar seperti tanduk berwarna gelap dengan ujung kehitaman.

Kepala berwarna
coklat

Garis halus

Kaki
berwarna

Gambar 17. 8. Morfologi Ninox rufa


(sumber: William, 2018)
Ninox rufa ditemukan di sebelah timur Indonesia. Biasanya ditemukan di
Papua selatan dan Papua bagian utara. Ninox rufa juga ditemukan pada kepulauan
Australia dan Papua Nugini.

Gambar 17. 9. Peta persebaran Ninox rufa

BIOSISTEMATIKA HEWAN 260


(sumber: https://www.hbw.com)
Ninox rufa merupakan burung pemakan daging atau karnivor. Burung ini
biasa mencari mangsa pada saat malam dan biasanya memangsa serangga atau
hewan berukuran sedang seperti rubah, ikan, ayam, bebek, atau burung kecil.
Burung Ninox rufa biasa tinggal di atas pohon, karena burung ini termasuk
burung petengger. Burung ini tinggal di hutan-hutan seperti hutan hujan.

4. Tyto longimembris

Gambar 17. 10. Tyto longimembiris


(Sumber : Jackson, 2013)
Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Strigiformes
Familia : Tytoninae
Genus : Tyto
Spesies : Tyto longimembiris
(Bilberg, 1828)
Cakram wajah berwarna putih untuk jantan atau dengan pinggiran mulut
berwarna kekuningan pada sebagian besar betinanya. Matanya cokelat kehitaman
dan krim keputih-putihan. Bagian atas kepala hingga leher berwarna coklat tua
dengan flek kekuningan dan bintik-bintik keputihan kecil. Sayapnya sangat
panjang dengan tiga palang gelap di pendahuluan, dan penutup sayap mirip
dengan bagian belakang. Ekornya relatif pendek, dengan 3 atau 4 palang gelap.
Bagian bawah tubuhnya berwarna putih sampai keputihan-krim dengan bercak-
bercak gelap kecil yang tersebar. Kaki berbulu putih sekitar dua pertiga

BIOSISTEMATIKA HEWAN 261


menyusuri tarsus, dengan sepertiga bagian bawah dan jari kaki telanjang, dan
berwarna abu-abu kekuningan. Cakar berwarna coklat kehitaman. (Lewis, 2015)

Pinggiran mulut kekuningan

Leher kecoklatan

Ekor Pendek

Gambar 17. 11. Tyto longimembiris


(Sumber : Michael, 2005)
Tyto longimembris tesebar banyak di asia khususnya, India, Vietnam,
Semenanjung Melayu Utara dan Cina Tenggara, Taiwan, Filipina, Sulawesi,
Flores, Papua Nugini dan Australia. Juga ditemukan di Kaledonia Baru dan Fiji.
(Lewis, 2015)

Gambar 17. 12. Peta Persebaran Tyto longimembris


(Sumber: www.iucnredlist.org)
Banyak spesies tikus telah dicatat sebagai mangsa, Tikus berambut
panjang dan Tikus Tebu menjadi yang paling umum. Tyto longimembiris, bahkan
family Tytoninae, adalah pemburu spesialis tikus kecil dan jarang mengambil
mangsa lain. Meskipun mereka memiliki berat yang sama dengan family
Tytoninae, sayap mereka jauh lebih panjang, mencerminkan metode berburu
mereka yang dilakukan sepenuhnya dalam penerbangan dan tidak pernah dari
bertengger. Perburuan dilakukan dengan penerbangan rendah, quartering diikuti
dengan terjun cepat ke rumput ketika mangsa terdeteksi. (Lewis, 2015)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 262


Hidupnya Nokturnal, tetapi terkadang akan terbang di siang hari. Spesies
ini diadaptasi untuk kehidupan di tanah, dan biasanya bersembunyi di rumput
panjang. Dapat berkembang biak secara semi-koloni atau kelompok hingga
beberapa lusin dapat berburu di daerah yang sama.

5. Nyctea scandiaca

Gambar 17.13. Nyctea scandiaca


Dok. Fineartamerica.com

Regnum : Animalia
Phyllum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Strigiformes
Familia : Strigidae
Genus : Nyctea
Species : Nyctea scandiaca / B. scandiacus

(Linnaeus, 1758)

Burung hantu salju adalah spesies burung terbesar di Arktik, panjang 63


hingga 73 cm dengan lebar sayap rata-rata 170 cm. Betina lebih besar dan lebih
berat daripada jantan, dengan berat 1550 hingga 1600 gram, dibandingkan dengan
jantan yang memiliki berat 1450 hingga 1500 gram. Burung hantu bersalju
sebagian besar berwarna putih dengan bintik-bintik

dan batang berwarna coklat kehitaman. Wanita cenderung memiliki lebih

BIOSISTEMATIKA HEWAN 263


banyak tanda daripada pria, yang mungkin menjadi hampir sepenuhnya putih
seiring bertambahnya usia. Burung hantu salju muda umumnya lebih gelap dan
lebih banyak ditandai daripada orang dewasa. Burung hantu bersalju memiliki
mata kuning dan kaki dan kakinya ditutupi bulu putih yang melindungi mereka
dari cuaca dingin. (Grzimek, 1972)

Lebar sayap rata-rata 170 cm

Bulu dada yang bewarna putih

Kakinya ditutupi bulu putih

Gambar 17.14 Nyctea scandiaca


Dok flickr.com

Burung hantu salju memiliki distribusi sirkumpolar. Mereka berkembang


biak di pesisir Alaska, Kanada, dan Greenland, serta di Skandinavia utara, Rusia,
Novaya Zemlya selatan dan Siberia utara. Di musim dingin, burung hantu bersalju
dapat ditemukan di Kanada dan Amerika Serikat bagian utara, secara sporadis
lebih jauh ke selatan ke A.S., di Islandia, Kepulauan Inggris, Eropa Utara, Rusia
Tengah, Cina Utara, dan Sakhalin. Sementara biasanya ditemukan di arktik,
gangguan berkala "kelebihan populasi" kadang-kadang bergerak ke selatan,
didorong oleh kurangnya sumber makanan di tundra. Fosil burung hantu salju
telah ditemukan sejauh selatan sebagai Tropic of Cancer, dan diyakini berasal di
wilayah itu. (Encyclopedia Britannica, 1995)

Manusia mungkin merupakan predator paling penting dari burung hantu


bersalju. Burung hantu bersalju dibunuh oleh manusia untuk makanan, piala, dan
untuk melindungi

binatang buruan. Predator lain termasuk rubah, jaeger, dan mungkin anjing,
serigala dan predator burung lainnya.Jantan mempertahankan sarang dengan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 264


berjaga di dekatnya sementara betina mengerami telur dan mengerami yang muda.
Kedua jenis kelamin menyerang predator mendekati, menyelam-bom mereka dan
terlibat dalam tampilan pengalih perhatian untuk menarik predator menjauh dari
sarang. (Parmelee, 1992)
Burung hantu bersalju menghuni tundra terbuka, biasanya dari
permukaan laut hingga ketinggian kurang dari 300 m. Mereka mungkin juga
mendiami padang rumput rumput rendah dan padang rumput basah air tawar yang
buruk, terutama untuk berburu. Saat makanan langka, burung hantu bersalju
melakukan perjalanan ke selatan menuju iklim yang lebih hangat di musim dingin.
Habitat musim dingin utama di Great Plains mirip dengan habitat
perkembangbiakannya. Di selatan, mereka sering terlihat di desa-desa dan pusat-
pusat kota, serta di rawa-rawa dan di bukit pasir. (Parmelee, 1992)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 265


18. Ordo Columbiformes
Ordo Columbiformes adalah ordo dari aves dengan ciri-ciri sayap berkembang
baik; tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki pygostylus; tulang sternum memiliki
carina sterni; paruh pendek dan langsing; pada umumnya tarsus lebih pendek
daripada jari-jari; kulit tebal dan halus; tembolok besar dan menghasilkan cairan
pigeon milk untuk anaknya; graminivorous (pemakan biji) dan fragivorous (pemakan
buah). Familia yang termasuk ke dalam Ordo Columbiformes adalah Columbidae
dan Raphidae. Ciri-ciri umum burung dari Ordo Columbiformes adalah:
1. Anggotanya berjalan di tanah atau arboreal dengan ukuran berkisar dari yang
kecil hingga besar (15-84 cm) .
2. Plumage rapat dan lembut: Kriptik atau berwarna cerah, bahkan ada yang
berwarna metalik (Columbidae) .
3. Paruh sangat pendek,agak lemah dan berbentuk kerucut (Pteroclididae) ;
berukuran sedang, ramping kuat dan mempunyai cere berdaging di pangkalnya
(merpati)
4. Kaki pendek tetapi kuat,mempunyai 3 jari menghadap ke depan, bercakar,jari
belakang ada atau tidak ada.
5. Sayap panjang dan runcing,dapat terbang cepat tetapi menimbulkan suara.
6. Sarng dibuat di dataran terbuka dari rantingranting (merpati) atau dengan
mencaka-cakar tanah (sandgrouse). Jumlah telur 1- 3 butir berwarna putih atau perak.
Berikut merupakan contoh-contoh species dari ordo Columbiformes:
1. Zenaida macroura
Regnum: Animalia
Phylum: Chordata
Classis: Aves
Ordo: Columbiformes
Familia: Columbidae
Genus : Zenaida
Species : Zenaida macroura

BIOSISTEMATIKA HEWAN 266


Zenaida macroura atau dengan nama lokal Merpati Karolina memiliki
panjang 9-13 inci dengan lebar sayap 15-18 inci. Memiliki tubuh coklat keabu-
abuan, ekor panjang dan runcing yang dibatasi warna putih, kepala bulat kecil,
paruh kecil, tipis, hitam, dan kaki merah muda kecil. Ia memiliki bintik-bintik
hitam di sayapnya dan bintik hitam di bawah matanya. Mata cokelatnya dikelilingi
lingkaran kulit berwarna biru. Jantan dan betina terlihat sama, tetapi betina sedikit
lebih kecil dan warnanya lebih kusam.

Paruh kecil, tipis,


dan hitam

Tubuh coklat
keabuan

Kaki merah muda


kecil Gambar 18. 1. Karolina jantan Gambar 18. 2. Karolina betina
Sumber: leesbird.com Sumber: pixels.com
Merpati Karolina ini berkembang biak dari Kanada selatan ke Amerika
selatan melalui sebagian besar Amerika Serikat. Hanya sebagian besar populasi
utara yang bermigrasi di musim gugur. Merpati ini juga ditemukan di Amerika
Tengah dan Karibia. Merpati Karolina ditemukan di berbagai habitat terbuka
termasuk pertanian, taman, kayu, gurun, tepi hutan, kota, dan pinggiran kota.

Gambar 18. 3. Zenaida macroura map distribution


Sumber: birdsna.org

BIOSISTEMATIKA HEWAN 267


Gambar 18. 4. Status Zenaida macroura
Sumber: iucnredlist.org
Merpati ini dinamai juga merpati berkabung karena suara seruannya yang
menghantui dan menyedihkan. Panggilannya terkadang disalah artikan dengan
panggilan burung hantu. Ketika merpati terbang, sayapnya mengeluarkan suara
siulan.
Ciri khas dari burung ini yaitu merpati yang berukuran lebih kecil dari
merpati biasanya dan memiliki suaran siulan merdu seperti sedang menghantui
dan ketika terbang pun sayapnya mengeluarkan siulan.

2. Columba argentina

Gambar 18. 5. Columba argentina


Dok Hbw.com
Regnum : Animalia
Phyllum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Columbiformes
Familia : Columbidae

BIOSISTEMATIKA HEWAN 268


Genus : Columba
Species : Columba argentina
(animaldiversity.org)
Semua spesimen Columba argentina menunjukkan bulu orbital yang
berbeda antara dari kemerahan gelap ke coklat keunguan, yang tidak pernah
ditunjukkan oleh Ducula bicolar. Lebih jauh, fitur ini konsisten dalam dua burung
yang ditangkap. Dalam penerbangan dari kejauhan, sulit untuk membedakan mata
di dalam kulit orbital yang gelap, yang membuat Columba argentina terlihat
memiliki 'mata besar' yang luar biasa. Di Columba argentina bulu-bulu di dahi
dan lore membentang di sebagian besar rahang atas, tidak seperti Ducula bicolar.
Columba argentina memiliki rahang dua ton dengan dasar merah keunguan
(hampir dalam spesimen hitam) dan ujung oranye-kuning yang menutupi c.50%
dari rahang atas. Mandibula juga dua ton dan terhubung, meskipun ujung
kekuningan menempati <25% dari panjangnya; sebaliknya, tagihan Ducula
bicolar seragam biru-kelabu. Fitur-fitur ini, bagaimanapun, akan sulit untuk
diamati di lapangan, kecuali jika burung terlihat sangat dekat.
Bulu burung Secara keseluruhan, Columba argentina berwarna pucat
keperakan biru abu-abu dibandingkan dengan putih krem dari Ducula bicolar.
Merpati Ducula bicolar harus memperlihatkan sayap hitam memanjang sampai
ke 'bahu'. Dilihat dari atas, primer, penutup primer dan sekunder luar berwarna
hitam, sedangkan Columba argentina memiliki primer dan sekunder hitam
seluruhnya (Baptista et al. 1997), sehingga ketika bertengger, Pigeon Silvery
harus menunjukkan lebih hitam pada sayapnya karena sekunder terlipat
sepenuhnya hitam, sedangkan hanya sekunder sberwarna hitam. Selain itu, ekor
Columba argentina memiliki setengah terminal hitam yang luas, jelas tidak
memiliki putih yang luas di bagian luar Ducula bicolar, yang menunjukkan
sebagai pita ekor apikal berbentuk baji

BIOSISTEMATIKA HEWAN 269


Gambar 18. 6. Columba argentina
Dok. Hbw.com

3. Geopelia striata

Gambar 18. 7. Geopelia striata


(sumber:Bryan Harry)
Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Columbiformes
Familia : Columbidae
Genus : Geopelia
Spesies : Geopelia striata
(Linnaeus, 1766)
Geopelia striata atau burung Perkutut jawa merupakan burung yang
termasuk ke dalam ordo Columbiformes. Ciri fisik dari burung perkutut adalah
memiliki tubuh berukuran kecil + 20 cm, tubuhnya ramping, dan memiliki ekor
yang panjang, memiliki warna kepala abu-abu, dan untuk bagian sisinya bergaris
halus. Untuk warna punggungnya adalah coklat dengan tepi hitam, untuk bulu
ekor bagian luar berwarna kehitaman dengan ujung berwarna putih. Iris dan
paruh berwarna abu-abu biru, dan kakinya berwarna merah jambu tua.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 270


Kepala dan paruh
berwarna abu-abu

Garis halus Ekor panjang

Gambar 18. 8. Morfologi Geopelia striata


(sumber: Sébastien, 2017)
Perkutut jawa (Geopelia striata) merupakan burung penetap atau native di negara
Indonesia, Brunei, Kamboja, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Selain
penetap, Perkutut jawa (Geopelia striata) termasuk burung introduksi dibeberapa
negara yang lain.
Untuk makanannya, biasanya burung perkutut akan mencari makan
berupa biji-bijian, seperti milet putih, milet merah, jewawut, gabah beras
berukuran kecil, kanary seed, atau biji sawi. Tetapi untuk perkutut liar yang ada
di alam, masih ada kemungkinan bahwa mereka juga memakan beberapa jenis
serangga.
Burung perkutut di jumpai di dataran rendah hingga ketinggian 900 m,
menyukai di tepian hutan, ladang sawah. Tersebar di pulau Sumatera dan pulau
Jawa dan Bali. Burung ini hidup secara berkelompok di daratan rendah atau tinggi
dengan daerah rerumputan yang luas seperti swah atau ladang dengan ketinggian
sekitar 900 mdpl.

4. Columbina inca

Gambar 18. 9. Columbina inca

BIOSISTEMATIKA HEWAN 271


(Sumber :Dorian, 2017)
Columbina inca adalah merpati kecil dan ramping dengan ekor yang
panjang dan berujung persegi serta kepala kecil. Ini memiliki paruh tipis dan
sedikit terkulai dan kaki pendek. Berwarna pasir gurun. Bulu-bulu kecokelatannya
bermata cokelat gelap menciptakan pola bersisik di seluruh tubuh. Bagian bawah
dan wajahnya lebih pucat daripada punggungnya. Dalam penerbangan, bagian
bawahnya memancarkan kastanye yang kaya dan bulu-bulu ekor luarnya
berwarna putih. (Lavaty, 2019).

Kepala kecil

Bulu kecoklatan

Pola sisik

Gambar 18. 10. Columbina inca


(Sumber :Dorian, 2017)
Sebagian besar memakan biji. makan berbagai macam benih, termasuk
limbah biji-bijian, dan benih rumput. Kadang-kadang makan buah-buahan.
(Kaufman, 2001).
Burung kecil ini berasal dari Meksiko tersebar di Amerika Tengah bagian
utara, dan Amerika Serikat bagian barat daya, Columbina inca telah memperluas
jangkauannya ke utara dan selatan selama 100 tahun terakhir. Penduduk kota yang
mencolok, biasanya hidup di tempat makan burung dan di halaman rumput dan
habitat rumput pendek lainnya. (Mueller, Allan J. Tanpa tahun).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 272


Gambar 18. 11. Peta Persebaran Columbina inca
(Sumber :Ebird.org)
Inca Merambah area yang sering berada di dekat orang termasuk kota,
kota, taman, dan pertanian. Di daerah-daerah ini, mereka menggunakan daerah
terbuka dengan tutup semak jarang dan pohon-pohon yang tersebar. (Lavaty,
2019).

5. Columba argentina

Gambar 18.12. Raphus cucullatus


(Dokumentasi biolib.cz )
Regnum : Animalia
Phyllum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Columbiformes

Familia : Raphiidae
Genus : Raphus
Species : Raphus cucullatus

(Linnaeus, 1758)

Burung Dodo pernah menjadi penghuni Mauritius, sebuah pulau kecil


berbentuk tiram yang terletak sekitar 500 mil sebelah timur Madagaskar.
(Britannica, 1986). Meskipun banyak gambar dan cerita menempatkan dodo di
sepanjang pantai Mauritius, itu sebenarnya adalah burung yang tinggal di hutan.
Pulau Mauritius adalah rumah bagi berbagai bioma, seperti dataran, gunung kecil,
hutan, dan terumbu di sepanjang pantai. Namun, dodo membuat rumahnya

BIOSISTEMATIKA HEWAN 273


terutama di hutan. (Fuller, 1987; Britannica, 1986)

Pengetahuan kita saat ini tentang apa yang tampak seperti dodo didasarkan
pada beberapa sumber. Ada catatan dari buku harian dan tulisan para pelaut dan
kapten yang mendarat di Mauritius pada abad ke 16 dan 17, gambar dari beberapa
manusia yang dapat menyaksikannya hidup-hidup (walaupun, bahkan tidak dapat
dibuktikan bahwa semua seniman yang membuat dodo benar-benar melihat satu).
Ada beberapa fosil yang digali dari pulau, yang disimpan di British Museum, dan
satu kaki dan paruh yang dilestarikan di Oxford, tetapi tidak ada spesimen isian
lengkap (model di museum didasarkan pada sisa-sisa sebagian). Dari catatan-
catatan dan gambar-gambar ini, para ilmuwan dan ahli ornitologi telah
menyatukan sebuah gabungan dodo yang cukup rinci.

Dodo adalah burung besar dan montok tertutup bulu abu-abu yang lembut,
dengan bulu putih di ekornya. Itu memiliki sayap kecil yang terlalu lemah untuk
mengangkat dodo dari tanah. Karena tidak bisa terbang, mereka yang melihat
burung itu sering mengira burung itu tidak memiliki sayap yang sebenarnya,
menggambarkannya sebagai "sayap kecil." Studi tentang kerangka
mengungkapkan, bahwa dodo memang memiliki sayap yang sama sekali tidak
digunakan untuk terbang, seperti sayap penguin. Kaki dodo pendek dan gemuk
dan berwarna kuning. Di ujung kakinya ada empat jari kaki, tiga di depan dan satu
bertindak sebagai ibu jari di belakang, semua dengan cakar hitam tebal. Kepala
itu berwarna abu-abu lebih terang dari tubuhnya, dengan mata kecil berwarna
kuning. Banyak kata telah dikhususkan untuk paruh panjang, bengkok dan
bengkok, yang berwarna hijau muda atau kuning pucat dan merupakan salah satu
fitur yang paling menonjol dari dodo. Mereka yang melihatnya, kagum pada
bentuk dan ukuran yang unik. Seorang saksi bahkan menggambarkannya sebagai
aneh. (Strickland dan Melville, 1848;)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 274


Gambar 18.13. Raphus cucullatus
(Dokumentasi hbw.com)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 275


19. Ordo Psittaciformes

Psittaciformes merupakan kelompok yang terdiri lebih dari 360 spesies


burung yang umumnya berwarna cerah. Memiliki panjang tubuh yang bervariasi
dari 8 – 100 cm, berleher pendek dengan tubuh yang kekar. Selain itu memiliki kaki
yang kekar juga dan paruh yang tebal. Sayap yang lebar dengan ekor yang
bervariasi baik bentuk maupun panjangnya, pada beberapa spesies ekornya pendek
dan bulat atau persegi. Beberapa spesies juga ekor pusat sangat panjang melebihi
panjang tubuhnya. Sayap yang runcing dan ekor yang yang panjang biasanya
ditemukan pada spesies yang terbangnya jauh, sayap bundar dan ekor tumpul
menggambarkan spesies yang lebih mahir ketika terbang. (Glen E. W dan Frank
Gill, 2005)

Pada ordo Psittaciformes hanya terdiri dari 2 Famili saja, yaitu Psittacidae
dan Cacatuidae.

1. Famili Pssitacidae
a. Electus roratus
Electus roratus (Nuri Bayan) merupakan salah satu species dari Famili
Pssitacidae. Rata-rata berukuran 105-133mm dengan berat 500-600gram
rentang sayamnya adalah 228mm dan 247 mm.
Ciri khas: Electus roratus adalah dimorfik seksual berarti perbedaan
sistematik luar antara betina dan jantan dalam satu spesies. (Camero, 2012)
Jantan didominasi oleh warna hijau dengan kilauan merah dibawah
sayap, sisi kiri dan sisi kanan. Memiliki warna kaki abu-abu, dengan paruh
berwarna jingga. Sedangkan untuk betina didominasi oleh warna merah dan
warna biru pada bagian leher, dengan paruh berwarna merah. Perbedaan
jantan dan betina sudah terlihat semenjak anak burung berumur lima
minggu. Paruh pendek dan kuat ujung paruh bagian atas runcing Selain itu
burung betina dianggap polyandrous yang berarti betina memiliki banyak
pasangan. Betina dan jantan akan kawin di daerah yang aman dan berlimpah
makanan. Daya tarik pasangan biasanya berupa membungkuk, mengepakan
sayap dan lain-lain (Heinsohn, 2008).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 276


Electus roratus termasuk kedalam hewan herbivora, memakan buah-buahan,
kacang-kacangan dan nektar. (Forshaw, 2010)

Taksonomi

Kingdom : Animalia Paruh


berwarna
Phyllum : Chordata hitam
Dominan
Classis : Aves berwarna
merah
Ordo : Psittaciformes
Gambar 19.1. Electus roratus betina
(Arlene, 2016)
Familia : Psittacidae
Paruh
Genus : Electus berwarna
jingga
Species : Electus roratus
Dominan
(Muller, 1776) berwarna
Hijau

Gambar 19.2. Electus roratus jantan


(Chris, 2014)

Electur roratus berasal dari Australia tengah lalu menyebar ke Singapura


dan Indonesia. Biasa ditemukan di seluruh Papua Nugini, sumba hingga kepulauan
Somon. Burung ini biasanya dijadikan sebagai peliharaan. Termasuk kedalam
hewan teramcam punah karenna hilangnya habitat asli mereka.

b. Nestor Notabilis
Nestor Notabilis (Kea) merupakan salah satu spesies dari Famili
Pssitacidae. Berukuransekitar 48cm saat dewasa. Mereka memiliki kepala
berwarna hijau kecoklatan dan bagian bawah dengan tepi kehitaman. Tubuh
mereka memiliki warna hijau kekusaman, dan bagian bawah berwarna orange,
permukaan atas ekor berwarna hijau dan bagian bawah berwarna kuning
kusam.
Ciri khas: Kea memiliki culmen yang sangat melengkung dan pada saat remaja
memiliki mahkota dan cere yang berwarna ke kuningaan. (Bond, 1991)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 277


Kea berkembang biak setiap saat sepanjang tahun, kecuali akhir dari
musim gugur. Mereka bersarang dilubang dibawah batu atau diantara akan
pohon. Mengerami telur selama tiga hingga empat minggu. Burung jantan
dewasa secara seksual setelah empat atau lima tahaun, sedangkan burung
betina sejak usia tiga tahun. Kea termasuk kedalam hewan omnivora,
memakan daun, kacang-kacangan dan tergantung berdasarkan musim. Di
musim semi mereka memakna tanaman kecil dan serangga, di musim panas
mereka memakan nektar dari bunga selain itu merak juga memakan belatung,
kumbang, belalang dan siput darat. Pada musim gugur, meraka memakan
daun dan daging yang berasal dari bangkai. Pada saaat sumber makanan
nabati langka mereka akan memakan kelinci dan tikus, ataupun menyerang
domba yang sedang sakit. (De hoyo, 1996)

Taksonomi Disekeliling
mata berwarna
Kingdom : Animalia kuning

Phyllum : Chordata Cere berwarna


kuning
Classis : Aves Culmen sangat
panjang
Ordo : Psittaciformes

Familia : Psittacidae

Genus : Nestor

Species : Nestor notabilis Gambar 19.3. Nestor notabilis


(Engilis, 1986)
(Gould, 1856)

Burung Kea hanya dapat ditemukan di New Zealand tepatnya di gunung


yang berada di pulau selatan.
Saat ini burung Kea di klasifikasikan sebagai rentan olen IUCN
(Internasional Union for Conservation of Nature and Natural). Kea juga
dilindungi di Selaindia baru oleh Undang-Undang Satwa liar, burung ini sering
ditangkap dan diekspor untuk perdagangan hewass

BIOSISTEMATIKA HEWAN 278


c. Strigops habroptila
Strigops habroptila (Kakapo) merupakan salah satu species dari Famili
Psittacidae. Merupakan burung yang berukuran sangat besar dapat mencapai
panjang hingga 64 cm dan berat 2-4 kg. Bulu-bulu di punggung mereka
berwarna hijau berbintik hitam dan bercak berwarna coklat. Bulu disekitar
paruh dan mata berwarna gading. Burung betina dan burung jantan memiliki
warna yang hampir sama meskipun dalam ukuran jantan, lebih kecil daripada
betina. Burung yang belum dewasa berwarna kusam. Burung ini merupakan
satu-satunya burung nuri yang tidak dapat terbang, meskipun memiliki sayap
yang sangat kecil dan digunakan hanya untuk keseimbangan.
Ciri khas: Memiliki nama ilmiah “Strigops habroptila” yang berarti
“Seperti burung hantu” karena memiliki wajah seperti burung hantu. (Bateman,
1999)
Burung betina dapat berkembang biak pada usia 9 dan 11 tahun, tetapi mereka
mungkin berkembang biak pada usia dibawah itu. Setelah kawin, burung betina
yang bertanggung jawab dalam membangun sarang, mengerami telur dan merawat
anaknya. Mereka biasanya bersarang di tanah, di dalam lubang dibawah batu
ataupun diantara akar pohon. (Attenborough, 1998)
Burung ini termasuk hewan vegetarian, dapat berupa buah-buahan, umbi-
umbian bahkan jamur dan lumut. Ia mampu menyimpan energi dalam jumlah
besar segai lemak tubuh. (Del Hayo, 1997)

Taksonomi

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata Wajah


seperti
Classis : Aves burung
hantu
Ordo : Psittaciformes

Familia : Psittacidae

Genus : Strigops

Species : Strigops habroptila (G R. Gray, 1845)


Gambar 19.4. Strigops habroptila
(Brett backhouse, 2005)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 279


Kakapo adalah spesies yang awalnya tersebar luas di Pulau Utara dan
Selatan Selandia Baru. Saat ini Kakapo telah terancam punah, dan punah di
habitat aslinya, dalam upaya untuk menyelamatkan spesies, beberapa kakapo
yang masih ada dipindahkan ke pulau-pulau pantai lepas Selaindia baru. Saat
ini satu-satunya tempat burung ini dapat ditemukanadalah di Pulau Codfish,
Maud dan Little Barrier yang bebas dari predator. (Del Hayo, 1997)

2. Family Cacatuidae a.
Cacatua sulphurea
Cacatua sulphurea salah satu species dari Famili Cacatuidae.
Burung ini merupakan burung berparuh bengkok. Memiliki bulu berwarna
putih, bulu dibawah sayap dan ekor berwarna kuning. Cincin mata berupa
kulit yang berwarna kebiru-biruan. Warna iris juga dapat menjadi
pembeda antara jantan dan betina, pada betina warna iris keabu0abuan
pada usia 5-6 bulan dan akan berubah kecoklatan pada usia 7 bulan. Berat
rata-rata sekitar 350 gram, panjang tubuh 330mm, panjang rentang sayap
211-245 mm, panjang ekor 98-115mm, panjang tungkai 21-25 mm.
(O’brien 2007)
Ciri khas: memiliki bulu pipi dan jambul yang melengkung
berwarna kuning ketika dinaikkan berwarna jingga.
Cacatua sulphurea bersarang dipohon, beberapa keunrungan bersrang
pada lubang pohon adalah memberikan perlindungan diri dari predator,
perlindungan dari cuaca esktrim dan memberikan iklim mikro yang stabil.
(Cameron, 2007). Burung kakatua tidak dapat menggali lubang sendiri, namun
ia tinggal memilih dari lubang pohon yang tersedia di alam. Pemilihan lubang
sebagai tempat tinggal dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran lubang, kondisi
lingkungan di sekitar lubang termasuk ketersediaan sumber pakan dan air.
Proses perkembang biakan kakatua memakan waktu cukup lama, yatitu dari
bulan November-Februari. Perkawinan ditandaia dengan proses pemilihan
pasangan , kemudian proses kawin yang sangat lama, kakatua akan saling
menelisik pasangannya dengan menegakkan jambulnya. Biasanya mereka
akan bermasin di sekitar pohon sarang untuk

BIOSISTEMATIKA HEWAN 280


menjaga dan memastikan lubang pohon yang dipilihnya aman. Burung ini
biasanya memakan buah-buahan dan paruhnya yang kuat mampu
menghancurkan kulit biji yang keras.

Taksonomi
Memiliki
Kingdom : Animalis
jambul
Phyllum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Psittaciformes

Familia : Cacatuidae

Genus : Cacatua

Species : Cacatua sulphurea

(Gmelin, 1788) Gambar 19.5. Cacatua sulphurea


(Roger, 2016)

Buruung ini tersebar di seluruh Nusat Tenggara (Termasuk Bali dan


Timor), Sulawesi dan Pulau Sekitarnya. Namun termasuk kedalam hewan
yang terancam punah akibat perdagangan dan degradasi habitat.

b. Nymphicus hollandicus
Nymphicus hollandicus merupakan salah satu spesies daei Famili
Cacatuidae. Memiliki berat rata-rata 80gram dengan tubuh yang ramping.
Memiliki ekor dengan panjang sekitar 15cm, pada ssat terbang bulu-bulu
ekor ini menyebar menjadi kipas yang lebar. Pada burung jantan memiliki
bulu berwarna coklat keabu-abuan dengan bercak putih pada daerah sayap.
Pada burung betina tidak memiliki bercak putih, bulu bagain bawah
cenderung memiliki variasi warna.
Ciri khas:Memiliki bercak berwarna orange pada pipinya, yang
termodifikasi untuk melindungi pendengarannya. (Allen, 1981)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 281


Burung kakatua ini bersifat monogami, yang berarti hanya memiliki
satu pasangannya saja, sehingga mereka setia pada pasangannya. Sehingga
pada saat musim kawin tiba, mereka telah siap untuk berekembang biak
karena telah memiliki pasangan. Sesat sebelum kawin, mereka akan saling
bersiul untuk menandakan bahwa mereka telah siap. Burung jantan akan
memeriksasarangnya terlebih dahulu, dan sering kali akan keluar masuk
untuk memastikan bahwa sarangnya aman dari predator. (Kavanau dan
Lee, 18987)
Nymphicus hollandicus dapat memakan berbagai jenis tanaman dan
hewan. Bentuk paruhnya yang melengkung disesuaikan untuk
memaksimalkan dalam memakan biji-bijian. Mereka dapat mengeluarkaan
biji dari cangkang dalam beberapa detik saja. Dalam meminum air biasanya
mereka melakukannya dengan cepat karena menghindari predator.

Taksonomi
Memiliki
Kingdom : Animalis bercak
orange
Phyllum : Chordata pada
pipnya
Classis : Aves

Ordo : Psittaciformes

Familia : Cacatuidae

Genus : Nymphicus

Species : Nymphicus hollanicus

(Muller, 1776) Gambar 19.6. Nymphicus hollandicus


(Sander, 2018)

Burung ini merupakan asli dari daratan Amerika, mereka tersebar


luas di seluruh Australia, dengan populasi yang lebih padat di wilayah barat
daya benua. Mereka juga dapat ditemukan di Tazmania. Unruk saat ini
mereka masih belum dianggap terancam punah.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 282


20. Ordo Cuculiformes

Cuculiformes atau kelompok burung kukuk merupakan kelompok burung


yang memiliki ciri-ciri terdapat dua buah jari kaki yang mengarah kedepan dan dua
lainnya mengarah kebelakang namun jari bagian luar dapat dibalikan kearah
depan;kakinya tidak cocok untuk mencengkram;ekor berukuran sedang hingga
panjang dengan ujung membulat;ukuran paruh sedang;memiliki karakteristik rata-
rata bersifat parasit dimana burung betinanya menyimpan telurnya pada sarang
burung lain karena ketidak-mampuannya dalam merawat anak-anaknya
(Morony,1975) .

Ordo ini memiliki tiga famili yaitu Musophagidae, Cuculidae, dan


Opisthocomidae, namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, Musophagidae
dan Opisthocomidae memisahkan diri dari ordo ini yang akhirnya ordo ini hanya
memiliki satu famili yaitu Cuculidae, terdiri dari 38 genus seperti Phaenicophaeus,
Cuculus , Crotophaga , Centropus , dan Tapera, dll , yang terdiri 129 spesies.
Berikut merupakan contoh spesies dari ordo Cuculiformes :

1. Phaenicophaeus calyorhynchus
Burung ini termasuk burung endemik Sulawesi bagian utara dengan
nama lokal Kadalan Sulawesi atau Burung Bantik, burung ini termasuk
insectivora atau pemakan serangga, Panjang tubuh kisaran 51-53 cm. Paruh
tebal dan kokoh.(Coates, 2000).
Ciri khusus spesies ini adalah warna kuning cerah pada paruh atasnya
dan hitam pada paruh bawahnya dengan bulu pada bagian wajah berwarna
merah yang terlihat seperti memakai topeng.

Burung ini juga kadang disebut burung monyet karena sering terlihat
berdampingan dengan rombongan monyet, dengan berdampingan dengan
monyet, burung ini memanfaatkan keberadaan monyet untuk memangsa
serangga yang tersingkir selagi rombongan monyet lewat. (Tabba, 2011).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 283


Paruh atas
berwarna kuning

Gambar 20.1. Phaenicophaeus calyorhynchus

(Rahman, 2012)

Burung ini jumlahnya melimpah di Sulasewi, namun di wilayah lain


jarang sekali ditemui burung jenis ini karena kemampuan terbangnya yang
tidak terlalu tinggi dan hanya menyusuri hutan tropis daerah Sulawesi
meskipun seringkali menghampiri pemukiman dan pertanian warga lokal
(Wyllie, 1981).

2. Cuculus crassirostris
Cuculus crassirostris atau nama lokalnya Kangkok Sulawesi
merupakan salah satu jenis kangkok endemik Sulawesi yang habitatnya
berada di hutan dataran tinggi, burung ini memiliki panjang tubuh sekitar
49-52 cm (Payne, 1973) .
Ciri khas spesies ini adalah bulu pada bagian atas tubuh atau
punggung berwarna gelap sedangkan bulu pada bagian dada hingga ekor
memiliki warna putih pada pangkal bulunya dan hitam pada ujung bulunya,
kadang ujung bulunya yang berwarna hitam akan tersusun rapi sehingga
akan terlihat seperti garis. (Payne , 1973).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 284


Bulu dengan pangkal putih dan ujung
hitam

Gambar 20.2. Cuculus crassirostris


(Bashari, 2019)

Burung ini karena termasuk endemik dari Sulawesi, sangat jarang


terlihat di daerah Indonesia lain selain di Sulawesi, jumlahnya masih
melimpah dikarenakan burung ini dapat mengalami musim kawin sebanyak
tiga kali dalam setahun. Burung ini pula sering dikelirukan sebagai salah
satu rajawali karena daerah tempat tinggalnya yang berada di hutan-hutan
dataran tinggi. (Coates, 2000).

3. Centropus nigrorufus

Centropus nigrorufus atau nama lokalnya Bubut Jawa adalah salah


satu spesies dari ordo Cuculiformes yang daerah endemiknya yaitu di Pulau
Jawa, burung ini tinggal pada hutan rawa khususnya hutan mangrove,
burung ini memiliki rata-rata panjang 44-46 cm, (Eaton, 2016).

Ciri Khusus burung ini adalah bulu badannya yang berwarna hitam
keunguan yang mencolok namun pada bulu sayapnya berwarna merah api
yang bergradasi.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 285


Bulu berwarna
merah api

Gambar 20.3. Centropus nigrorufus


(Kristanto, 2013)

Burung ini salah satu jenis burung endemik yang terancam yang
diakibatkan oleh habitatnya yaitu hutan mangrove yang semakin berkurang
karena dijadikan pemukiman atau tempat wisata menurut Daftar Merah
IUNC sejak 1994. Karena hal ini, pemerintah Indonesia kemudian
membangun suaka margasatwa Muara Angke sebagai tempat konservasi
dari burung ini.

4. Crotophaga ani

Crotophaga ani adalah burung kukuk hitam yang berasal atau


habitat endemiknya berada di Kepulauan Galapagos, Florida selatan,
Bahama, Karibia, Amerika Tengah, Ekuador, Brazil, dan Argentina Utara,
burung ini berukuran sedang, dengan Panjangnya 30–36 cm dan berat 71–
133 g (Cooke, 2019)

Ciri khusus burung ini adalah bulunya yang hitam gelap namun agak
sedikit abu-abu pada bagian dada, paruh atas besar dengan tekstur paruh
halus.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 286


Bulu bagian dada
sedikit abu-abu

Gambar 20.4. Crotophaga ani

(Foncesa, 2006)

Burung ini sering dikelirukan dengan gagak karena warna bulunya


yang hitam legam, namun para petani mulai bisa membedakan burung ini
karena makanannya rayap dan serangga lainnya bukan hasil tani mereka,
mereka pun kadang-kadang dapat menghilangkan kutu dan parasit lainnya
dari hewan ternak .

5. Tapera naevia

Tapera naevia adalah satu-satunya spesies dari genus Tapera yang


berasal dari Meksiko dan Trinidad Selatan ke Bolivia dan Argentina.
Spesies ini panjangnya sekitar 27 cm dan beratnya 40 g. Burung ini
mengonsumsi serangga besar yang rata-rata diambil dari tanah, burung ini
termasuk spesies yang soliter dan juga pemalu. (Ffrench, 1991)

Ciri khusus burung ini yaitu pada bulunya yang berwarna abu-abu
kehijauan bergaris hitam dengan bagian pangkal bulu bagian dada berwarna
agak putih, ekornya panjang, dan memiliki bulu di bagian kepala yang
berdiri terlihat seperti jambul.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 287


Bulu putih
yang bergaris
hitam pada
bagian dada

Gambar 20.5. Tapera naevia

(Danzenbaker, 2005)

Burung ini karena sifatnya yang soliter dan pemalu membuatnya


tidak dapat mengasuh telur anaknya sendiri sehingga setelah kawin,
burung jantan akan pergi dan burung betina harus mencari sarang burung
lain untuk meletakan telurnya, biasanya satu atau dua telur akan diletakan
pada sarang burung lain, setelah menetas, induk burung tidak akan
menyadari kehadiran anak burung ini, setelah bisa terbang bebas, anak
burung akan langsung terbang meninggalkan induk burung yang sudah
merawatnya.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 288


21. Ordo Coliiformes

Burung dari ordo coliiformes memiliki warna keabu-abuan atau coklat,


berbadan ramping dengan bulu yang lembut seperti rambut. Panjangnya biasanya
sekitar 10 cm dengan ekor panjang dan tipis yang ukurannya lebih panjang dari
tubuhnya (20-24 cm) dan memiliki berat 24-55 gram (Cunningham, 1991). Mereka
hidup arboreal dan melewati daun seperti tikus untuk mencari makanan (beri, buah,
atau kuncup), itulah mengapa burung dari ordo coliiformes disebut juga dengan
“mousebird” karena mereka memiliki kemampuan memanjat dalam vegetasi yang
lebat. Mereka memiliki jambul dan bertubuh gemuk-pendek. Mereka memiliki
cakar yang sangat kuat dan dapat menggantung terbalik saat menyusui. Mereka
suka bersosial dan sering berkumpul dalam kelompok. Mousebirds juga dikenal
sebagai colies.

Jambul

Ekor panjang

Gambar 21.1 Mousebird Colius striatus

(Ainars Aunins, 2010)

Mousebird suka berteman, mereka hidup dalam kawanan kecil dengan


pemimpin mereka. Mousebird mendiami berbagai habitat dari sabana, tepi hutan,
dan dari permukaan laut hingga sekitar 2400 m, tetapi tidak ditemukan di dalam
hutan. Mousebird termasuk burung yang berisik karena mengeluarkan suara “tsik
tsik” saat mencari makan atau saat terbang bersama kawanan. Karena mereka
memakan buah, tunas, dan daun dariberbagai jenis tanaman, mereka termasuk hama
tanaman buah di beberapa daerah Afrika. (Gordon Ramel, Tanpa Tahun)

Sarang Mousebird berbentuk cangkir dan tersembunyi di vegetasi lebat yang


dekat dengan tanah. Betina menghasilkan 2-5 telur dalam sekali bertelur dan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 289


dua betina dapat bertelur dalam satu sarang yang sama. Telah diamati bahkan dua
betina mengerami telurnya secara berdampingan dalam satu sarang. Kemudian
lebih dari satu jantan dapat membantu memberi makan pada anak Mousebird. Tidak
ada Mousebird yang saat ini terdaftar di daftar terancam punah ICBP. (Gordon
Ramel, Tanpa Tahun)

Ordo ini hanya terdiri dari 6 spesies dalam 1 familia yaitu Coliidae (Austin,
2020). Spesies-spesies itu di antaranya Colius striatus, Colius castanotus, Colius
colius, Colius leucocephalus, Urocolius macrosaurus, dan Urocolius indicus.
Namun yang akan dibahasa pada tulisan ini hanya lima spesies, berikut
penjelasannya.

1. Colius striatus (Speckled Mousebird)

Panjang burung ini sekitar 25 cm (14 inci) dengan ekornya yang


lebih panjang. Akan membingungkan jika speckled mousebird
dibandingkan dengan white-headed mousebird, namun burung ini memiliki
warna mandibula yang berbeda dan kurangnya patch orbital abu-abu

membuat burung ini khas.


Orbital abu-
abu pada
white-heade d
mousebird

Kurangnya
orbital abu-abu

Gambar 21.2 Colius striatus


(Stefan, 2009)
Sebagian besar habitat cocok untuk spesies ini, kecuali hutan hujan
dan lebih banyak daerah kering. Burung ini lebih suka semak terbuka. Ini
tersebar luas di sabana dan hutan terbuka. Burung ini juga dikenal dengan
“backyard bird” karena sering terlihat di daerah perkotaan yang ada kebun
(MacLean, 1993).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 290


2. Colius castanotus (Red-backed Mousebird)
“Red-backed mousebird” ini mendapatkan namanya dari warna
merah yang ada di punggungnya. Colius castanotus ditemukan di Angola
dan Republik Demokratik Kongo.

Warna merah
pada punggung

Gambar 21.3 Colius castanotus


(Carol Petterson, Tanpa Tahun)

Rumah ideal bagi Colius castanotus adalah perbatasan sungai yang


menyediakan sumber air untuk tumbuh-tumbuhan seperti pohon dan semak-
semak. Lingkungan mereka terlerak di dekat sungai-sungai di antara
perbatasan Angola selatan dan Namibia utara (Hutchin, 2004).
Colius castanotus berukuran rata-rata antara 11-15 inci dan beratnya
sekitar 1-3 ons (Hutchin, 2004). Mereka memakan beri dan biji dari
pertanian (Hutchin, 2004), namun juga cenderung merusak ladang.
Colius castanotus adalah burung sosial, mereka hidup bersama dan
berkelompok. Biasanya, mereka melakukan perjalanan kelompok (migrasi),
kecuali ketika suhu menjadi dingin (Judge, 2005). Aktivitas mereka adalah
makan, minum, dan mandi di debu. (Judge, 2005). Jantan dan betina
bergiliran mengerami telurnya. Anak-anaknya tak hanya tumbuh
mengandalkan orang tuanya tetapi juga kelompoknya. Orang tua lain
membantu kelompok lain, pejantan lain dapat menjaga sarang dan betina
dapat berbagi sarang dengan betina lain untuk mengerami telurnya. (Jurnal
Ornitologi, 1984).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 291


3. Colius leucocephalus (White-headed Mousebird)
Colius leucocephalus hanya ditemukan di Afrika Timur (Somalia,
Kenya yang jangkauannya hanya meluas ke Ethiopia dan Tanzania Utara).
Mereka mendiami daerah gersang 1400 m di atas permukaan laut.

Bulu pada bagian kepala


berwarna putih

Gambar 21.4 Colius leucocephalus


(Mount Slavation Salton Sea, Tanpa Tahun)

Panjangnya sekitar 32 cm dengan panjang ekor lebih dari


setengahnya. Bulu berwana keabu-abuan dengan pembatasan hitam dan
pitih di bagian belakang dan leher. Jambul dan pipi berwarna putih.
4. Urocolius macrosaurus (Blue-naped Mousebird)
Urocolius macrosaurus ditemukan di daerah kering di Afrika
Timur dan juga merupakan burung peliharaan.

Paruh berwarna
merah-hitam

Tengkuk
berwarna biru

Gambar 21.5 Urocolius macrosaurus


(M P Goodey, 2006)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 292


Ukuran tubuhnya sekitar 13-14 inci. Pada blue-naped mousebird
dewasa memiliki tubuh berwarna abu-abu kecoklatan, kepala berjambul
dengan tengkuk biru-kehijauan, paruh hitam-merah. Sedangkan pada
remaja, tengkuk tidak berwarna biru (Mysteri bird, 2011)
Blue-naped mousebird hidup di daerah semi-gurun dan kering di
Afrika Timur. (Kenya Bird, 2012).

5. Urocolius indicus (Red-faced Mousebird)


Urocolius indicus ditemukan di Afrika Selatan dari Zaire, Zambia,
dan Tanzania selatan ke Cape. Semak belukar, hutan terbuka, dan kebun
merupakan habitat mereka (Newman, 2010)

Berwajah merah

Gambar 21.6 Urocolius indicus


(Derek Keats, 2006)

Panjang burung ini sekitar 34 cm (13 inci) dengan ekor lebih dari
panjang tubuhnya (Newman, 2010). Kepala berjambul dengan paruh hingga
sekitar mata berwarna merah (pada dewasa) sedangkan pada remaja
berwarna hijau. Mereka makan buah-buahan, beri, daun, biji, dan nektar
(Newman, 2010).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 293


22. Ordo Coraciiformes

Kelompok burung ini dicirikan dengan paruh yang panjang kuat dan leher
serta kaki yang pendek. Mereka umumnya memiliki kaki tipe syndactyl dengan tiga
jari kaki mengarah depan (jari kaki ke-3 dan ke-4 menyatu pada dasar pangkal
jarinya), meskipun pada burung raja udang salah satu jarinya tereduksi. Bulu
umumnya berwarna cerah. Sarang seringkali ditemukan di lubang pohon (membuat
lubang sendiri) atau di tepi sungai (digali sendiri). Contoh jenis burung yang
termasuk ordo ini adalah semua jenis raja udang, tengkek, dan kirik-kirik.

Gambar 22.1. Contoh ordo Coraciiformes: Raja


Udang dan Kirik-kirik (Del Hoyo, 1999)

Ordo ini memiliki 6 family, yaitu alcedinidae, momotidae, coraciidae, todidae,


brachypteraciidae, dan meropidae. Masing-masing family memiliki banyak genus
yang berbeda. Berikut akan dipaparkan 5 spesies dari ordo coraciiformes.

1. Alcedo atthis
Burung ini berasal dari family alcedinidae, genus Alcedo. Alcedo
atthis ini ditemukan di seluruh Eropa dan Asia, Jepang. Mereka juga
ditemukan di Afrika, selatan Sahara. Alcedo atthis atau Common Kingfisher
sepanjang tahun berada di habitat mereka, di selatan. Sementara populasi
yang berada di utara melakukan perjalanan ke selatan selama musim dingin
untuk menghindari air yang membeku. Alcedo atthis adalah satu-satunya
spesies kingfisher di kebanyakan wilayah Eropa. (Tan, 2001 dalam Gardner,
R. 2006)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 294


Common Kngfisher habitatnya terrestrial. Biasa ditemukan di tepi
danau, kolam, sungai, dan atau di tempat yang lembab. Terkadang mereka
berada di perairan payau, terutama selama bulan-bulan musim dingin, ketika
air di bagian lain mungkin beku. (Bannerman, 1955 dalam Gardner, R.
2006)

Paruh panjang
dan kuat

Gambar 22.2. Common Kingfisher


(Erwin, 2018)
Common Kingfisher terkenal karena bulunya yang berwarna biru.
Seluruh bagian atas burung —sayap, punggung, dan kepala— seluruhnya
berwarna biru. Bagian bawah perut dan bidang kecil di bawah mata
berwarna coklat kemerahan. Tenggorokan dan sebagian kecil sisi leher
berwarna putih cerah. Kakinya kecil berwarna merah. Paruhnya panjang,
tajam, dan kuat untuk menangkap dan memegang mangsa. Jantan dan betina
sangat mirip, perbedaan keduanya terletak pada paruh mereka. Paruh jantan
berwarna hitam legam, sedangkan paruh bawah betina berwarna cokelat.
(Human Ageing Genomic Resources, 2005; Tan, 2001 dalam Gardner, R.
2006)
Common Kingfisher termasuk hewan karnivora. Makanannya 60-
67% berupa ikan-ikan kecil dan 5-33% artropoda kecil seperti crustacea,
udang-udang kecil. Ia juga mengonsumsi kepiting dan hewan-hewan air
kecil lainnya. Ia berburu makanan dari tempat bertenggernya di atas air.
Sehingga ketika mangsa muncul di permukaan air, maka ia akan menyelam
ke dalam air, mengambil mangsa, dan terbang kembali. Disaat tempat untuk
bertengger tidak ada, ia akan terbang di sekitar perairan. Tulang ikan yang
tidak dapat dicerna, akan dikeluarkan kembali di akhir. (Bannerman, 1955;
Tan, 2001 dalam Gardner, R. 2006)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 295


Common Kingfisher tidak termasuk situs konservasi teratas. Namun,
burung ini kerap kali mengalami fluktuasi besar dalam populasi setiap tahun.
Sebagian besar disebabkan oleh pilek parah. Pernah dalam satu sensus, setelah
musim dingin yang parah di Belgia hanya ada 8 pasang, lima tahun kemudian
ada 45, tetapi berkurang menjadi 25 pada tahun berikutnya. (Bannerman, 1955;
Hagemeijer and Blair, 1997 dalam Gardner, R. 2006)

2. Todus subulatus
Burung ini termasuk family todidae, genus Todus. Terdistribusi di
daerah Amerika Utara, tepatnya di Hispaniola termasuk juga Gonâve.
Habitatnya di semak belukar terbuka dan semi-gurun di dataran rendah,
umumnya lebih banyak di Republik Dominika daripada di Haiti. Terdapat
di hutan yang masih alami atau hutan dengan pertumbuhan kedua kalinya,
termasuk pinus, semak belukar, perkebunan kopi yang teduh, dan beberapa
hutan bakau (Raffaele et al. 1998). Habitat ini seringkali menimbulkan
percampuran dengan spesies Todus angustrirostris atau Narrow-billed
Tody. (Latta dan Wunderle 1996 dalam Overton, L. C. 2011)
The Broad-Billed Tody adalah yang terbesar dari kelima spesies
Tody, bahkan ia lebih kuat dari Narrow-billed Tody (Kepler, 1977 dalam
Overton, L. C. 2011). Paruhnya kira-kira dua kali lebih lebar dari Narrow-
billed Tody.

Permukaan
paruh yang luas

Gambar 22.3. Broad-billed Tody


(BreaTorrens, 2012)
Pada burung Broad-billed Tody dewasa jantan maupun betina
cenderung sama. Bagian atas berwarna hijau polos terang. Bagian pipi
berwarna putih kusam dan menjadi abu-abu di belakang. Dagu berwarna

BIOSISTEMATIKA HEWAN 296


putih pudar. Tengger di bagian leher berwarna merah; bulu diujungnya tipis
dengan putih. Bagian dada dan perut berwarna keputihan atau kuning pucat,
Sisi-sisinya berwarna merah muda. Bagian bawah ekor dan bawah sayap
berwarna kuning terang. (Ridgway, 1914 dalam Overton, L. C. 2011)
Makanan utamanya adalah serangga, oleh karena itu semua genus
Todus diklasifikasikan sebagai pemakan serangga (Kepler, 1977 dalam
Overton, L. C. 2011). Kepler (1977) mengidentifikasi empat belas ordo
serangga dan 49 family serangga yang akan dimakan oleh genus Todus.
Status konservasi dari Tody Broad-billed dinilai Least Concern atau
masih memiliki risiko rendah atas kepunahan. Hal itu disebabkan distribusi
geografisnya yang relatif luas dan ukuran populasi yang besar. Meskipun
ukuran populasi global dan tren populasi secara keseluruhan belum
dikuantifikasi, populasinya diyakini menurun, karena hilangnya habitat
yang berkelanjutan. (BirdLife International, 2011 dalam Overton, L. C.
2011)

3. Eumomota superciliosa
Burung ini termasuk family momotidae, genus Eumomota.
Turquoise-browed Motmot (Eumomota superciliosa) umumnya tersebar di
seluruh Amerika Tengah. Dari Meksiko selatan di utara, ke barat laut Kosta
Rika di selatan. Di sepanjang Karibia mereka biasanya ada di Semenanjung
Yucatan dan lembah yang dikelilingi gunung di barat laut Guatemala dan
Honduras. Di dekat Pasifik, mereka sering berada di Teluk Nicoya di Kosta
Rika. (Skutch, 1947 dalam Johnson, C. 2011)
Turquoise-browed Motmot menempati kawasan dataran rendah hutan
semi-kering yang terbuka, hutan belukar, dan padang rumput di jangkauan
mereka. Di bagian semi-gurun yang kering di Lembah Motagua di Guatemala
mereka menjadi salah satu spesies burung paling. Turquoise-browed Motmot
juga hadir di daerah tropis, tetapi tidak begitu banyak. Mereka umumnya tidak
berada di hutan hujan lebat. Bergantung pada perbedaan lokasi mereka, ada
sebagian yang lebih suka bersarang di celah-celah dan gua-gua batu berpori,
dan ada juga yang di sepanjang tepi berpasir

BIOSISTEMATIKA HEWAN 297


dekat sungai, di mana mereka menggali lubang panjang. Panjang liang
mereka berkisar dari 100 hingga 160 cm, tetapi yang terpanjang ditemukan
sepanjang 244 cm. (Murphy, 2008; Skutch, 1947 dalam Johnson, C. 2011)

Motif pirus
pada bagian alis

Bagian tengah
ekor yang
menghilang

Gambar 22.4. Turquoise-browed Motmot


(Gamboias, 2017)
Turquoise-browed Motmot adalah burung monomorfik yang
memiliki massa rata-rata 66,5 g, dan panjangnya sekitar 34 cm. Ukuran
tubuh yang jantan sedikit lebih besar dari betina. Warna tubuhnya
merupakan campuran warna hijau dan merah dengan aksen pirus. Ciri khas
mereka terletak pada warna pirus yang meluas di area atas mata, mereka
memiliki paruh yang memanjang ke area belakang dengan garis hitam yang
mengelilingi mata dan berlanjut ke telinga. Di bawah garis hitam tersebut
terdapat strip pirus yang sangat tipis. Di bagian belakang mata terdapat area
berbentuk segitiga berwarna coklat terang. Begitu pun pada area punggung
dan perut, keduanya berwarna coklat terang.
Mereka memiliki lebar sayap 122 mm. Mereka memilki bentuk dua
bulu utama yang unik di bagian ekor karena bagian tengahnya hilang, dan
hanya meninggalkan bentuk cakram kecil di ujungnya. Bulu awalnya
tumbuh utuh, tetapi di bagian tengah menempel pada poros. Motmot jantan
dan betina memiliki bulu-bulu ekor yang khas ini, namun ekor Motmot
jantan lebih panjang. (Murphy, 2006; 2007; 2008; Skutch, 1947 dalam
Johnson, C. 2011)
Turquoise-browed Motmot mengonsumsi beragam jenis makanan.
Diantaranya serangga –ulat, kupu-kupu, dan kumbang– juga cacing, laba-
laba, dan kadal. Paruhnya melengkung, indra penglihatan mereka tajam
memungkinkan mereka untuk terjun dan merebut mangsa mereka secara

BIOSISTEMATIKA HEWAN 298


tiba-tiba. Di sepertiga bagian luar paruh mereka terdapat kedua mandibula
dilengkapi dengan tepi bergerigi halus, bagian ini membantu mereka dalam
mencengkram mangsanya. (Skutch, 1947 dalam Johnson, C. 2011)
Status konservasi Turquoise-browed Motmot termasuk Least
concern. Karena jangkauan geografisnya yang luas dan ukuran populasi
yang stabil. Mereka cukup umum dan tidak dianggap terancam. (IUCN,
2010 dalam Johnson, C. 2011)

4. Coracias benghalensis
Burung ini merupakan salah satu bagian dari family coraciidaae,
genus Coracias. Persebaran global Indian Roller (Coracias benghalensis)
tersebar di India, Bangladesh, Myanmar, Pakistan, dan Sri Lanka. Burung
ini sering berada di area terbuka, di kabel listrik, di hutan gugur yang terang,
juga di area pertanian. (Fry, H. dan G. M. Kirwan, 2020)

Rictal bristle di
bawah paruh

Gambar 22.5. Indian roller


(Ghosh, 2019)
Indian Roller berwarna cerah dengan berbagai nuansa biru di sayap,
ekor, dan perut yang sering lebih terlihat disaat ia terbang. Terdapat garis-
garis putih memanjang pada bagian leher dan dada. Mereka mencolok
dengan kepala yang besar, paruh yang tebal, dan bagian dada berwarna
coklat kekuningan. Baik jantan maupun betina, keduanya cenderung sama
(Barooah, Chandra dkk. 2016). Mereka memiliki modifikasi bulu pada
bagian bawah paruh yang disebut rictal bristle. Bulu ini berfungsi sebagai
sensorik juga memungkinkan mereka menangkap mangsanya dalam
keadaan terbang. (Roger, 2018)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 299


Indian Roller akan terbang melesat terbang dari tempat bertengger
untuk mengambil seekor serangga dan kembali lagi ke tempat
bertenggernya atau berpindah ke tempat yang lebih strategis. Makanan
mereka terdiri dari jangkrik, belalang, kumbang, dan serangga lainnya.
Mereka juga memakan tikus, kadal, dan katak. Mereka memiliki berbagai
suara yang keras, parau, dan sangat berisik selama musim perkawinan.
Ketika musim ini, jantan akan mencari perhatian dengan melakukan banyak
gerakan, melesat ke udara, berjungkir balik, dan menyelam dan naik
kembali, bulu-bulunya yang cemerlang berkelip-kelip di bawah sinar
matahari. (Barooah, Chandra dkk, 2016)
Status konservasi Indian Roller menurut IUCN adalah Least
concern. Artinya populasi Indian Roller tergolong aman dan tidak terancam
kelangkaan atapun kepunahan. (Barooah, Chandra dkk, 2016)

5. Merops apiaster
Spesies satu ini berasal dari family meropidae, genus Merops.
European Bee-eaters (Merops apiaster) tersebar luas, meliputi sebagian
besar Eropa dan Afrika dengan perkiraan jangkauan hingga 11.000.000
km2. Burung-burung ini dapat bermigrasi hingga utara Finlandia dan
berkisar sejauh selatan Afrika Selatan, membentang ke timur ke beberapa
negara Asia juga. Biasanya, European Bee-eaters akan berkembang biak
dan bersarang di Eropa, lalu bermigrasi ke selatan selama musim gugur dan
musim dingin. (BirdLife International 2009, 2009; White, et al., 1978 dalam
Petroelje, T. 2011)
European Bee-eaters umumnya ditemukan di dekat ekosistem air
tawar dan menghuni berbagai jenis habitat seperti hutan, sabana, semak
belukar, padang rumput, dan daerah pertanian. European Bee-eaters juga
ditemukan menggali lubang langsung ke tanah. Ketersediaan makanan
dapat menentukan habitat yang ditempati oleh pemakan lebah Eropa.
Banyak bidang pertanian menggunakan sarang lebah untuk penyerbukan
dan burung ini akan sering mengunjungi daerah-daerah tersebut. (BirdLife

BIOSISTEMATIKA HEWAN 300


International 2009; White, et al., 1978; Yosef, et al., 2006 dalam Petroelje,
T. 2011)

Paruh tegak,
panjang, dan
sedikit melengkung
di ujungnya

Gambar 22.6. European Bee-eater


(Armitage, 2017)

European Bee-eater adalah insektivora menengah yang memiliki paruh


berwarna gelap, tebal, dan sedikit melengkung ke bawah. Dagu dan bagian
lehernya berwarna kuning cerah, dengan bagian dada berwarna biru
memanjang hingga ke sisi tubuh dan perut. Bagian diantara mata dan paruh
berwarna gelap dikontraskan dengan bagian putih di atas mandibula atas dan
garis mata putih di bagian bawahnya yang memanjang dari mandibula bawah.
Warna cokelat tua menutupi kepala atas dan tengkuk, menjadi lebih terang di
bagian belakang. Bulu ekor bagian atas bervariasi, mulai dari hijau hingga biru,
tetapi kebanyakan ekornya berwarna biru. Panjang sayap rata-rata 44 cm untuk
jantan dan 49 cm untuk betina. Bobot European Bee-eater serupa pada jantan
maupun betina, yaitu kisaran antara 44 hingga 78 g. Total panjang tubuh
berkisar antara 27 hingga 30 cm.

Jantan dan betina, memiliki warna yang sangat mirip, dapat


dibedakan dengan gradasi warnanya. Pada yang jantan gradasi warna coklat
terang, sedangkan pada betina gradasi biru kehijauan. Pada burung dewasa,
iris berwarna merah cerah dan pada yang masih kecil akan berwarna merah
keabu-abuan. Warna coklat terang juga ditemukan pada burung dewasa,
sedangkan pada burung yang masih kecil berwarna hijau. (Lessells dan
Ovenden, 1989; Yosef, et al., 2006 dalam Petroelje, T. 2011)

European Bee-eater adalah pemakan lebah Eropa terdiri dari lebah


yang berukuran besar maupun kecil (Hymenoptera). Mereka juga

BIOSISTEMATIKA HEWAN 301


mengonsumsi capung (Ondonata) dan serangga terbang lainnya. Mereka
memiliki sayap yang gesit untuk menangkap serangga terbang. Ketika
menangkap serangga yang menyengat, mereka akan melumpuhkannya
terlebih dahulu dengan membenturkan bagian sengatan pada tempat
bertengger, kemudian melemparkan mangsanya secara vertikal untuk
ditelan. (Burton dan Burton, 2002; Krebs dan Avery, 1984 dalam Petroelje,
T. 2011)

European Bee-eater terdaftar sebagai Least concern oleh IUCN.


Meskipun jumlah mereka telah menurun selama dekade terakhir,
populasinya masih jauh dari kategori terancam. (BirdLife International,
2009 dalam Petroelje, T. 2011)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 302


23. ORDO TROGONIFORMES
Ordo Trogoniformes adalah anggota burung dengan ciri-ciri memiliki paruh
pendek ; bahu terdapat “rambut-rambut bahu” di bagian pangkalnya; ukuran kaki kecil dan
lunak; memilliki bulu dengan warna cerah dan seringkali dengan warna hijau (Badrut,
2016). Ordo ini hanya memiliki satu Family yaitu Trogonidae.
Ordo Trogoniformes mempunyai warna bulu yang sangat menarik, dan tersebar
luas di daerah tropika dunia lama maupun dunia baru. Umumnya berwarna cerah atau
mempunyai bulu-bulu dengan susunan warna mencolok. Kebanyakan famili burung ini
mempunyai kebiasaan makan yang khusus, kadang-kadang memiliki paruh yang kuat dan
berwarna cerah. Makanannya teutama berasal dari hewan terutama insecta, tetapi banyak
juga makan ikan, dan pada burung rangkong omnivora. Paruh yang kuat ini digunakan
pula membuat lubang untuk sarang di pohon, menggali sarang rayap di tanah, atau
menggali tanah untuk meletakan telur-telurnya (Soesilawaty, 2015).
Memiliki ciri-ciri umum anggotanya berukuran kecil sampai sedang, plumage
lembut dan rapat, berwarna mencolok, hijau metalik pada beberapa bagian tubuhnya, paruh
pendek, lebar dan seringkali brgerigi, kaki pendek dan lemah, jari kesatu dan kedua
mengarah belakang sehingga membentuk kai yang Pseudozygo dactylous, sayap pendek
dan bundar, terbang dengan Gerakan berombak tetapi untuk waktu yang pendek, bersarang
di lubang pohon, bertelur 2-4 butir berwarna putih atau kehijauan, anak-anaknya tak
berbulu ketika menetas, altricial dan diasuh oleh kedua induknya. Ciri-ciri khusunya paruh
pendek dan bahu dengan “rambut-rambut bahu” pada pangkalnya, kaki kecil dan lunak,
bulu-bulu bewarna cerah, seringkali berwarna hijau. Anggotanya berdistribusi luas,
pantropical, kecuali Australasia. Terdiri atas 36 spesies dari 8 genera. Salah satu familinya
Trogonidae. Tingkat kepunahan burung ini umumnya terancam punah, habitatnya di hutan
(Soesilawaty, 2015).
1. Harpactes duvaucelii (Luntur Putri)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Trogoniformes
Family : Trogonidae
Genus : Harpactes
Gambar 23.1 Harpactes duvaucelii
Spesies : Harpactes duvaucelii
(Sumber: www.hbw.com)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 303


(Temminck, 1824)

Habitat alaminya adalah hutan dataran rendah lembab subtropics atau


tropis.Tingkat kepunahan burung ini dilindungi karena terancam punah. Ciri khasnya
terletak pada alis dan paruh berwarna biru, serta bulu yang berwarna merah tua dengan
tambahan coklat muda pada bagian atasnya. Menurut suku Iban, suara burung ini
dianggap sebagai pertanda bagi mereka saat berburu. Jika suara berasal dari kanan,
maka menjadi pertanda akan mendapatkan buruan. Begitupun sebaliknya, jika berasal
dari kiri maka kemungkinan akan pulang tanpa hasil (Ryan, 2012).

2. Apalharpactes reinwardtii (Luntur Jawa)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Trogoniformes
Family : Trogonidae
Genus : Apalharpactes
Spesies : Apalharpactes reinwardtii
(Temminck, 1822)
Gambar 23.2 Apalharpactes reinwardtii
(Sumber: alamendah.org)

Burung luntur Jawa memiliki panjang tubuh mencapai 34 cm. Warna bulu
bagian atas hijau mengkilap kebiruan, bagian perut berwarna kuning, sayap berwarna
hitam disertai bercak putih dan garis putih di tepi sayapnya, dan yang paling unik adalah
warna lingkar mata yang dihiasi warna biru dan hijau. Status konservasi dari burung
luntur Jawa seperti yang dilansir dari The IUCN Red List of Threatened Species
menyatakan bahwa burung ini berada dalam status Vulnerable (VU) atau rentan
terancam punah. Burung luntur Jawa yang kita kenal, kini hanya dapat dijumpai di
daerah hutan pegunungan bagian Jawa Barat (Alamendah, 2014).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 304


3. Apalharpactes mackloti (Luntur Sumatera)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Trogoniformes
Family : Trogonidae
Genus : Apalharpactes
Spesies : Apalharpactes mackloti

(Muller,
1835)
Gambar 23.3 Apalharpactes mackloti
(Sumber: alamendah.org)

Penampilan burung Luntur Sumatera mirip dengan Luntur Jawa (Luntur


Gunung) tetapi berukuran lebih kecil. Panjang tubuhnya sekitar 30 cm. Pada burung
jantan memiliki tunggir berwarna merah tua. Bulu bagian atas (sayap dan punggung)
berwarna hijau kebiruan. Di bagian punggung bawah memiliki bulu berwarna abu-abu.
Memiliki bercak kuning pada bagian tenggorokan dan perut. Paruh, kaki, dan sayap
pendek. Ekor lebar-panjang. Paruh berwarna merah. Makanan utama burung Luntur
Sumatera (Apalharpactes mackloti) adalah beraneka jenis serangga seperti belalang dan
kumbang. Juga memakan ulat dan buah-buahan. Terkadang juga menangkap kadal kecil
yang ada di tanah (Alamendah, 2015).
Burung Luntur Sumatera merupakan burung endemik pulau Sumatera.
Persebarannya sepanjang pegunungan Sumatera mulai dari Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jambi bagian barat dan Bengkulu, serta di bagian barat Lampung dan
Sumatera Selatan. Dengan habitat di hutan hujan tropis pegunungan pada kisaran
ketinggian 1000-2500 m (Alamendah, 2015).
Populasinya tidak mengalami penurunan atau ancaman yang mengkhawatirkan.
Sehingga oleh IUCN Red List, burung Luntur Sumatera dilabeli dalam status
konservasi Least Concern (Resiko Rendah). Di Indonesia, Luntur Sumatera bersama
dengan Luntur Jawa termasuk salah satu burung yang dilindungi

BIOSISTEMATIKA HEWAN 305


berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dan PP Nomor 7 tahun 1999
(Alamendah, 2015).

4. Pharomachrus mocinno (Quitzal atau Burung Dewa)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Trogoniformes
Family : Trogonidae
Genus : Pharomachrus
Spesies : Pharomachrus mocinno
(Llave, 1832)
Gambar 23.4 Pharomachrus mocinno
(Sumber: discoverlife.org)

Memiliki tubuh hijau (menunjukkan Permainan warna dari hijau-emas menjadi


biru-violet) dan payudara merah. bulu ekor hijau mereka atas mereka dan
menyembunyikan ekor di peternakan laki-laki sangat indah, menjadi lebih lama
daripada bagian tubuh lainnya. The bulu sayap primer juga luar biasa panjang dan
memberikan penampilan berpohon. laki-laki ini memiliki puncak-seperti helm. paruh
yang laki-laki dewasa adalah kuning dan betina berwarna hitam. Memiliki mata besar
yang mudah beradaptasi dengan cahaya redup rumah hutannya. Pemakan serangga,
hidup di hutan. Tingkat kepunahannya terancam punah (Subagja, 2011).

5. Trogon viridis (Trojan Ekor Putih)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Trogoniformes
Family : Trogonidae

BIOSISTEMATIKA HEWAN 306


Genus : Trogon
Spesies : Trogon viridis
(Linnaeus, 1766)

Gambar 23.5 Trogon viridis


(Sumber: neutropical.birds.cornell.edu)

Ciri dari burung ini adalah paruh pendek dan bahu dengan “rambut-rambut
bahu” pada pangkalnya, kaki kecil dan lunak, bulu-bulu berwarna cerah seringkali
berwarna hijau. Habitatnya di daerah hutan, makanannya serangga atau buah-buahan.
Tingkat kepunahan hampir terancam punah (Nurrijal, 2009).

6. Trogon elegans (Burung Paserin)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Trogoniformes
Family : Trogonidae
Genus : Trogon
Spesies : Trogon elegans
(Gould, 1834)

Gambar 23. 6 Trogon elegans


(Sumber: www.hbw.com)

Paruh pendek dan kuat, dengan bulu pada pangkalnya, kaki kecil dan lemah
bulu berwarna hijau, lemas, termasuk bulu yang berbulu indah, biasanya bertengger,
pemakan serangga dan buah-buahan. Burung berkenaan dengan burung gereja dekat
dalam keluarga Trogon. Ini breeds dari Arizona tenggara di Amerika Serikat untuk

BIOSISTEMATIKA HEWAN 307


barat laut Kosta Rika. Hal ini terkadang ditemukan sebagai gelandangan di Texas
tenggara dan barat. Tingkat kepunahannya terancam punah karena habitatnya (Subagja,
2011).
Plumages jantan dan betina berbeda, lembut, berwarna-warni, bulu-bulu.
Spesies ini 28-30 cm dan berat 65-67 g. Kedua jenis kelamin memiliki undertail putih
dengan halus pembatas hitam horizontal. undertail juga memiliki tips putih besar
ditempatkan secara merata berakhir di terminal band hitam. Keduanya memiliki tagihan
kuning, bulu undertail oranye-merah dan perut lebih rendah, dan payudara garis
horizontal putih (Subagja, 2011).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 308


24. ORDO PICIFORMES
Ordo Piciformes adalah salah satu contoh dari burung Arboreal dengan enam
Family yaitu Galbulidae, Bucconidae, Capitonidae, Ramphastidae, Picidae, dan
Indicatoridae (Johansson, 2003). Ordo ini tersebar luas di seluruh dunia kecuali
Madagaskar dan Australia-Asia. Anggotanya berukuran kecil hingga besar 60 cm.
Memiliki plumage berbeda-beda, tetapi umumnya ada bagian tertentu yang berwarna
cerah. Paruh berbeda tiap famili,tetapi umumnya kuat dan massif. Kaki pada umumnya
pendek tetapi kuat dengan tipe zygodactylous. Sayap pendek bundar: cara terbang
berobak-ombak. Palatum Schizognathous. Bersarang di dalam lubang, biasanya
pohn,kadang –kadang digali oleh burung tersebut,tetapi kadang-kadang merupakan lubang
yang sudah Bertelur 3-6 berwarna putih bersih. Anak-anaknya berbulu
menetas,altricial,dan diasuh oleh kedua induknya atau burung lain bagi bersifat brood
parasit (Soesilawaty, 2015).

1. Psilopogon pyrolophus (Takur Api)


Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Piciformes
Familia : Megalaimidae
Genus : Psilopogon
Spesies : Psilopogon pyrolophus
(S. Muller, 1836)

Gambar 24.1 Psilopogon pyrolophus


(Sumber: www.jalaksuren.net)

Ciri khas Psilopogon pyrolophus (Takur Api) pada bagian leher terdapat
kalung kuning yang tampak cantik. Pada kedua pipinya juga berwarna kelabu, serta
paruhnya berwarna hijau pupus dengan garis vertikal warna hitam. Yang paling unik
yaitu keberadaan bulu–bulu kecil yang ada di atas paruhnya, yang jarang dijumpai pada
jenis burung kicauan yang lainnya. Ciri khas burung takur api selanjutnya yaitu pada
kepalanya berhiaskan dengan warna hitam, hijau, abu-abu, dan juga warna ungu

BIOSISTEMATIKA HEWAN 309


muda. Burung takur api yang berusia remaja memiliki warna lebih buram yaitu dengan
mahkota zaitun.
Untuk bagian iris mata takur api berwarna cokelat. Penampilan burung ini
memang tampak unik dengan bagian paruh berwarna hijau-krem dengan garis tengah
berwarna hitam, kaki hijau kekuningan.
Pada umumnya ia akan mencari makan diantara tajuk pohon sebab
menyukai hutan yang berpohon tinggi. Burung Takur Api juga akan bergelantungan
pada batang pohon vertikal yang berguna untuk memetik buah, biji serta bunga untuk
dimakan.
Burung takur api ini juga hanya dapat dijumpai di wilayah selatan Thailand,
Semenanjung Malaysia, dan juga tersebar di pulau Sumatera. Indonesia ternyata
memiliki beberapa spesies takur atau burung barbet lainnya. (Yadi, 2020).

2. Megalaima haemacephala (Takur Ungkut-ungkut)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Piciformes
Familia : Megalaimidae
Genus : Megalaima
Spesies : Megalaima haemacephala

(S. Muller, 1836)

Gambar 24.2 Megalaima haemacephala


(Sumber: br.pinterest.com)

Megalaima haemacephala memiliki ciri berwarna hijau dengan kepala merah,


pipi kuning dan tenggorokan kuning. Bagian bawahnya bergaris abu-abu dan hitam.
Selama musim bersarang, keausan pada bulu dapat menyebabkan bulu punggung atas
tampak kebiru-biruan. Panjangnya 15-17 cm dan berat 30–52,6 g.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 310


Burung ini membuat lubang dengan memahat pohon untuk membangun sarang.
Makanannya buah tetapi terkadang memakan serangga, terutama rayap bersayap.
Burung Takur Ungkut-ungkut dapat ditemukan di Asia Selatan dan sebagian
Asia Tenggara. Burung ini dapat ditemukan pada habitat dengan pohon yang memiliki
kayu mati.

3. Galbula ruficauda

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Piciformes
Familia : Galbulidae
Genus : Galbula
Spesies : Galbula

ruficauda (Vigors, 1825)

Gambar 24.3 Galbula ruficauda


(Sumber: ebird.org)

Galbula ruficauda adalah burung yang elegan dan berwarna cerah dengan ekor
yang panjang. Panjangnya 25 cm dengan paruh hitam panjang 5 cm. Burung ini
berwarna hijau metalik di atas, dan bagian bawahnya sebagian besar berwarna oranye,
termasuk undertail, tetapi ada pita payudara hijau. Burung jantan memiliki tenggorokan
putih, dan betina cenderung memiliki bagian bawah pucat. Galbula ruficauda memiliki
punggung berwarna tembaga pada kedua jenis kelamin.
Galbula ruficauda adalah burung yang hampir punah, burung ini dapat di
temukan di daerah tropis di selatan Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan
sejauh selatan ke selatan Brasil dan Ekuador.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 311


4. Malacoptila panamensis

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Piciformes
Familia : Bucconidae
Genus : Malacoptila
Spesies : Malacoptila panamensis

(Horsfield, 1821)

Gambar 24.4 Malacoptila panamensis


(Sumber: ebird.org)

Malacoptila panamensis ditemukan di hutan, perkebunan yang rindang, di


dataran rendah dan kaki bukit hingga 1.200 m. Malacoptila panamensis berkumis putih
adalah burung gagah. "Kumis" putih, yang sebenarnya adalah jumbai bulu. Jantan
dewasa memiliki bagian atas berwarna coklat pucat, bergaris lebih gelap. Betina
memiliki punggung berwarna coklat kelabu dan garis-garis lebih gelap pada bagian
bawah pucat, lebih kontras dari pada jantan.
Spesies ini berburu dengan teknik jaga dan tunggu. Makanannya berupa
serangga besar, laba-laba, katak kecil, dan kadal.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 312


5. Eubucco bourcierii (Barbet Berkepala Merah)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Piciformes
Familia : Capitonidae
Genus : Eubucco
Spesies : Eubucco bourcierii

(Lafresnaye, 1845)

Gambar 24.5 Eubucco bourcierii


(Sumber: ebird.org)

Eubucco bourcierii atau Barbet Berkepala Merah adalah baret kecil hutan
pegunungan berwarna cerah. Kepala merah jantan dan dada yang kontras dengan
bagian atas hijau dan paruh berwarna tanduk. Betina tidak memiliki warna merah, dan
memiliki pipi berwarna biru keabu-abuan. Barbet Berkepala Merah pemakan buah-
buahan, tetapi juga mengambil artropoda, yang kadang-kadang dikumpulkan dengan
mencari melalui kelompok daun mati. Sarangnya adalah rongga pelatuk yang
diperbesar atau lubang yang digali sendiri di pohon yang membusuk.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 313


25. ORDO APODIFORMES
Apodiformes merupakan Ordo burung yang mencari makan sambil terbang, terdiri
dari 7 Family namun yang dapat bertahan hidup sampai saat ini terhitung hanya 3 Family
saja, yaitu Apodidae, Hemiprocnidae dan Trochilidae (Haaramo, Mikko. 2015) . Ordo
Apodiformes ini Anggotanya bersifat terstrial dan berukuran sangat kecil atau kecil ( 6-23
cm), Plumage berwarna kusam atau mecolok tergantung sub Ordonya. Paruh sangat
berbeda pada kedua sub Ordo,pendek lebar atau panjang langsing. Kaki sangat pendek,
jari-jari mungkin kuat atau lemah. Sayap panjang dan sempit; mengepakan sayap sangat
cepat. Palatum aegithognathous. Sarang kecil; bertelur 1 atau 2 butir warna putih. Kondisi
aanak yang baru menetas bervariasi, tetapi semuanya altricial, induk jantan ada yang
mengasuh anak dan ada pula yang tidak (Soesilawaty, 2015).

1. Collacalia fuciphaga (Burung Walet sarang putih)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Apodiformes
Family : Apodidae
Genus : Collocalia
Species : Collocalia fuciphaga
Gambar 25.1 Collocalia fuciphaga
(Thunberg, 1812)
(Sumber: www.hbw.com)

Secara umum walet merupakan burung yang berukuran kecil. Tubuh memiliki
panjang 12 cm, ekor sedikit menggarpu tubuh bagian bawah (ventral) berwarna abu-
abu muda kecokelatan. Tubuh bagian atas (dorsal). Walet memiliki mata lebar dan
berwarna gelap. Bentuk mata lebar menunjukkan bahwa walet mampu melihat obyek
secara tajam. Walet memiliki paruh melengkung pendek berwarna hitam. Sayap
mempunyai panjang 10 cm dan berat tubuh 7 g. Kaki dan cakar juga berwarna hitam.
Kedua jenis kelamin pada burung ini sulit dibedakan, memiliki bobot tubuh 8,7-14,8
gram (Dunning, 2008) dan bentang sayap 110-118 mm (Campbell dan Lack, 1985).
Secara alami burung walet merupakan penghuni gua batu kapur yang dikelilingi
hutan yang lebat (MacKinnon, 1992). Burung tersebut menggunakan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 314


langit-langit gua untuk menempelkan sarang sebagai tempat istirahat atau tidur dan 3
berbiak. Menurut Kepmenhut Nomor 449/Kpts-II/1999, burung walet (Collocalia
fuciphaga) menempati habitat dua habitat, yaitu habitat alami dan habitat buatan.
Habitat alami (In-Situ) burung walet adalah gua-gua alam, tebing/lereng bukit yang
curam beserta lingkungannya sebagai tempat burung walet hidup dan berkembang biak
secara alami, baik yang berada di kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan.
Habitat buatan (Ex-Situ) burung walet adalah bangunan sebagai tempat burung walet
hidup dan berkembang biak.
Burung walet memiliki daerah penyebaran global di China selatan, Asia
Tenggara, Filipina, dan Kepulauan Sunda Besar (Sumatera, Jawa, Bali, dan
Kalimantan). Seluruh Sunda Besar merupakan daerah penyebaran lokalnya. Walet di
Sumatera dan Kalimantan mampu hidup pada ketinggian sampai 2 800 m. Keberadaan
walet di Jawa dan Bali umumnya tergantung pada ketersediaan tempat untuk bersarang
(MacKinnon et al. 1992). Walet adalah aerial insectivora, yaitu jenis burung yang
menangkap pakan serangga pada saat terbang.

2. Hirundapus caudacutus (Kapinis jarum Asia)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Apodiformes
Family : Apodidae
Genus : Hirundapus
Species :Hirundapus caudacutus
Gambar 25.2 Hirundapus caudacutus
(Latham, 1802)
(Sumber: omkicau.com)

Burung ini adalah jenis burung pemakan serangga kecil yang memiliki habitat
di hutan, hutan buka. Kapinis-jarum asia memiliki tubuh berukuran besar (20 cm).
Tubuh kehitaman. Punggung kecoklatan, 'pelana' keputih-putihan perak. Dagu dan
kerongkongan putih mempunyai batas tegas. Penutup ekor bawah putih. Sisi leher
berbintik putih. Bercak putih pada bulu tersier. Iris coklat tua, paruh hitam, kaki

BIOSISTEMATIKA HEWAN 315


hitam. Terbang pada punggungan bukit atau puncak gunung. Terbang dengan saluran
udara panas (BirdLife International, 2012).
Persebaran
Berbiak: Asia utara, Cina, Himalaya.
Migran: Indonesia, Australia, Selandia Baru

3. Hemiprocne longipennis (Tepekong Jambul)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Apodiformes
Family : Hemiprocnidae
Genus : Hemiprocne
Species : Hemiprocne longipennis
(Rafinesque, 1802)

Gambar 25.3 Hemiprocne longipennis


(Sumber: en.wikipedia.org)

Burung Tepekong Jambul adalah jenis burung layang-layang petengger yang


tubuhnya berukuran cukup besar yaitu sekitar 20 cm. Adapun ciri khas burung tepekong
jambul yang bernama latin Hemiprocne longipennis ini memiliki corak warna pada
bagian bulunya. Diantaranya terdiri atas beberapa jenis warna seperti halnya warna
cokelat, hijau zaitun, dan juga warna putih.
Dan untuk warna cokelat terlihat menutupi pada bagian depan jambul, sisi pipi,
bawah perut, tunggir, serta pada area bawah sayapnya.Dan untuk warna hijau zaitun
juga tampak pada bagian atas tubuhnya mulai dari mahkota kepala, tengkuk, punggung,
sayap, punggung, hingga pada bagian ekornya.Kemudian untuk warna putih ada pada
area sekitaran tenggorokan, dada, dan juga di sebagian besar bagian perutnya. Terdapat
jambul yang terdiri dari beberapa helai bulu tipis pada bagian depan wajah yang
ukurannya tidak terlalu panjang.Pada bagian sayapnya warnanya hijau zaitun, yang
mana ukurannya juga lumayan panjang melebihi bagian ekornya dengan tiap ujungnya
terlihat meruncing.Pada bagian ekornya ukurannya juga tak

BIOSISTEMATIKA HEWAN 316


kalah panjang dari pada bagian sayapnya yang bentuknya mirip dengan antena. Yang
mana pada bagian ujungnya saling berlawanan arah serta meruncing. Jenis burung
layang-layang ini kerap berada di sekitaran hutan terbuka yang pepohonannya tinggi
yaitu karena untuk memantau mangsa buruannya yang berupa serangga.
Burung tepekong jambul memiliki daerah persebarannya yaitu di wilayah Pulau
Sumatera, Jawa, Kalimantan, serta di wilayah Bali saja. Namun kadang kadang burung
ini juga bisa dijumpai di wilayah hutan Sulawesi.Di wilayah negara lainnya, burung
Tepekong Jambul juga dapat dijumpai di berbagai negara. Diantaranya yaitu Myanmar,
Thailand, dan juga di wilaayah Filipina.(Yadi, 2020).

4. Colibri coruscans (Kolibri)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Apodiformes
Family : Trochilidae
Genus : Colibri
Species : Colibri coruscans
(Vigors, 1825)

Gambar 25.4 Colibri coruscans


(Sumber: www.flickr.com)

Kolibri yaitu burung kecil dengan panjang 6,4 cm dan berwarna cerah yang
beberapa besar hidup di Amerika Utara dan Amerika Selatan. Seekor kolibri
mempunyai sekitar seribu bulu yang bergemerlapan sehingga dapat memantulkan dan
memencarkan sinar warna - warni yang dapat berubah ketika burung bergerak seolah-
olah minyak pada air (Kulsum, 1983). Kehadiran lebih dari 300 spesies burung kolibri
hidup di dalam wilayah hutan Amazon, Amerika Selatan. Sedangkan kolibri jenis
Sword Billed, ensifera ensifera hidup di pasangan barat hutan pegunungan Andes.
Karena kolibri terbang sangat cepat, maka dia membutuhkan tenaga yang
cukup besar dan untuk mendapatkan energi yang besar, seekor kolibri membutuhkan

BIOSISTEMATIKA HEWAN 317


asupan makanan yang berkalori tinggi seolah-olah nektar atau pasangan dari inti sari
bunga yang dihisap dengan paruhnya yang kecil dan panjang. Varietas kolibri
berparuh panjang mendapatkan makanannya dengan perbuatan mengadakan
menghisap madu seolah-olah biasa, namun untuk varietas beda, kolibri hendak
mengebor sebuah lubang menembus pangkal bunga ke dalam madu lalu menyisipkan
paruhnya dalam lubang tersebut (Sutyono, 2012).

5. Collocalia vestita (Burung Walet)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Apodiformes
Family : Apodidae
Genus : Collocalia
Species : Collocalia vestita
Gambar 25.5 Collocalia vestita
(Ernst Hartert, 1897)
(Paweł, 2006)

Burung walet (Collocalia Vestita) merupakan burung dengan sayap meruncing,


berekor panjang, berwarna hitam dengan bagian bawah tubuhnya coklat. Burung walet
hidup di pantai serta daerah permukiman, menghuni gua atau ruang besar, seperti
bubungan kosong, burung yang hidup di daerah yang beriklim tropis lembab dan
merupakan burung pemakan serangga yang suka tinggal didalam gua maupun rumah
yang cukup lembab dan gelap Burung Walet tidak dapat bertengger karena memiliki
kaki yang sangat pendek sehingga sangat jarang berdiri diatas tanah tetapi bisa
menempel pada dinding tembok atau atap. Mampu terbang ditempat gelap dengan
bantuan Ekolokasi. Bersarang secara berkelompok dengan sarang yang dibuat dari air
liur. Sarang ini banyak diperdagangkan orang untuk dibuat sup atau bahan obat-obatan.
(Handoko, 2016).
Habitat atau kumpulan komunitas Burung Wallet hanya ditemui di lingkup Asia
Tenggara burung Wallet banyak sekali dijumpai di Indonesia, Malaysia, Thailand,
Vietnam, Filipina Kamboja, dan Laos, Burung Walet tidak di temui di Wallet Eropa,
Amerika, ataupun di benua afrika. Hal ini dikarenan perkembang

BIOSISTEMATIKA HEWAN 318


biakan burung Wallet harus di daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan yang
tinggi. Karena berpengaruh dengan Wallet kelembapan sebagai Wallet berkembang
biaknya habitat spesies atau populasi dari burung Wallet.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 319


26. ORDO CAPRIMULGIFORMES
Ordo Caprimulgiformes termasuk kedalam kelompok burung yang menangkap
mangsanya di udara atau dikenal dengan istilah Aerial Feeders. Kelompok burung ini
biasanya memakan insekta dan hidupnya nokturnal. Memiliki ciri-ciri ukurannya berkisar
dari kecil sampai sedang (19-63 cm). Plumage lembut,mengkilat,umumnya kriptik,
meskipun beberapa diantaranya mempunyai alur putih pada sayap atau ekor yang tampak
hanya pada saat terbang. Kaki sangat pendek dan lemah, biasanya berbulu samapai ke
bagian jari-jari. Jari kaki bervariasi panjangnya, tetapi jari tengah pektinat. Sayap panjang
dan runcing. Palatum Schizognathous. Umumnya sarang dibuat seadanya untuk meletakan
telur yang berjumlah 2-5 butir berwarna putih atau pucat,biasanya bertitik-titik. Anak-
anaknya altricial dan diasuh oleh kedua induknya (Soesilawaty, 2015). Ordo
Caprimulgiformes memiliki 5 Family diantara yaitu Steatornithidae, Aegothelidae,
Podargidae, Nyctibiidae, dan Caprimulgidae (A. Schwartz, Paul. 2008).

1. Caprimulgus prigoginei

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Caprimulgiformes
Family : Caprimulgidae
Genus : Caprimulgus
Gambar 26.1 Caprimulgus prigoginei
Species : Caprimulgus prigoginei
(Sumber: www.hbw.com)
(Loutte, 1990)

Caprimulgus prigoginei sering disebut juga dengan Itombwe Nightjar.


Caprimulgus prigoginei ini merupakan spesies burung Afrika Tengah tropis. Hal ini
diketahui dari satu spesies yang diambil di Pegunungan Itombwe di Zaire pada Februari
1952. Caprimulgus prigoginei merupakan nightjar kecil yang berukuran 19 cm, berekor
pendek, dan berkepala besar. Pada burung betina dewasa, terdapat bintik-bintik pada
tubuhnya dan berwarna coklat gelap. Pada bagian sayap, terdapat bintik coklat dan
ujung ekor berwarna keputihan. Sementara untuk ciri dari burung jantan belum
diketahui (BirdLife International, 2012).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 320


Habitat dari Caprimulgus prigoginei belum diketahui. Namun ada
kemungkinan habitatnya di hutan. Untuk makanannya, Caprimulgus prigoginei
memakan serangga dan metode mencari makannya belum diketahui. Status
kepunahannya pun sudah terancam punah. Spesies kisaran terbatas terdapat di Albert
Rift Mountains. Untuk saat ini hanya diketahui spesimen yang betina nya saja yang
diambil dari Malenge, Itombwe, provinsi Kivu, Zaire (Cleere, N., dkk, 2020).

2. Steatornis caripensis (Oilbird)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Order : Caprimulgiformes
Family : Steatornitidae
Genus : Steatornis
Species : Steatornis caripensis
Gambar 26.2 Steatornis caripensis
(Humboldt, 1817)
(Sumber: www.peruaves.org)

Oilbird atau Guacharo adalah burung nokturnal dengan tubuh sedang dan ramping,
dengan paruh kait yang rata dikelilingi oleh bulu panjang-panjang hingga 5 cm (2,0 inci). Anak
Guancharo dapat memiliki berat yang jauh lebih banyak daripada burung dewasa karena orang
tua mereka memberi banyak buah sebelum mereka terbang. Guacharos memiliki bulu ekor yang
kaku dan kaki kecil dan hampir tidak berguna, selain untuk melekat pada permukaan yang
vertical. Oilbirds adalah burung migrasi musiman yang pindah dari gua pembiakannya untuk
mencari pohon buah. Pada siang hari burung-burung beristirahat di tepian gua dan pergi
mencari makanan di malam hari. Oilbirds adalah salah satu dari sedikit burung, dan satu-
satunya burung nokturnal, yang diketahui dapat bernavigasi dengan ekolokasi dalam kondisi
cahaya yang minim. Mereka menggunakan suara cuitan yang cukup keras untuk ekolokasi. Dan
menghasilkan berbagai suara keras saat berada di dalam gua. Dalam Redlist IUCN burung ini
termasuk species yang sangat rendah resiko kepunahannya.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 321


3. Nyctibus grandis (Great Potoo)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Order : Caprimulgiformes
Family : Nyctibiidae
Genus : Nyctibus
Species : Nyctibus grandis
(Gmelin, 1789)

Gambar 26.3 Nyctibus grandis

(Sumber: www.flickr.com)

Great potoo adalah burung neotropis yang ditemukan di seluruh Amerika


Tengah dari utara hingga selatan Meksiko hingga selatan hingga Bolivia. hidup
terutama di hutan dan hutan hujan tetapi juga telah ditemukan di habitat tepi hutan dan
di sekitar lahan pertanian. Memiliki kepala yang relatif besar dibandingkan dengan
tubuh mereka. Mereka memiliki mata besar dengan iris coklat muda hingga kuning dan
paruh yang pendek tapi lebar. Sayap elips dengan ekor memanjang yang membantunya
terbang tanpa suara. Bulu putih abu-abu dengan corak hitam dan merah anggur.
Terdapat 8 atau 9 garis putih yang memanjang ke samping. Great potoo adalah burung
monogami tanpa dimorfisme di antara kedua jenis kelamin. Mereka adalah spesies
soliter, satu-satunya interaksi yang diamati adalah antara orang tua mereka selama
proses pemberian makan dengan anaknya. Potoo dewasa bersifat nokturnal, dengan
sebagian besar aktivitas mereka di malam hari difokuskan untuk menangkap dan
memakan serangga besar dan kadang-kadang kelelawar. Dalam Redlist IUCN burung
ini termasuk species yang sangat rendah resiko kepunahannya
4. Caprimulgus affinis

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Caprimulgiformes
Family : Caprimulgidae

BIOSISTEMATIKA HEWAN 322


Genus : Caprimulgus
Species : Caprimulgus affinis
(Horsfield, 1821)

Gambar 26.4 Caprimulgus affinis


(Sumber: aves-lombok.blogspot.com)

Caprimulgus affinis atau disebut juga Savanna nightjar ditemukan di Asia


Selatan dan Tenggara. Caprimulgus affinis memiliki 8 sub-spesies. Di Indonesia,
burung ini diebut juga dengan sebutan burung Cabak Kota. Burung cabak kota dewasa
memiliki agak kecil dengan panjang sekitar 21 cm dengan warna bulu yang sama.
Pada burung berjenis kelamin jantan, terdapat warna putih yang khas pada bulu ekor
paling luar. Garis putih di tenggorokan terbagi menjadi dua bercak di samping dan
juga terdapat bercak putih di sayap. Sedangkan pada burung yang betina, warna bulu
tampak lebih kemerahan seperti bata dan tanpa ada tanda putih di ekornya. Warna iris
matanya coklat, paruh berwarna hitam dan kaki berwarna merah buram.
Di kawasan Wallacea tercatat bahwa Caprimulgus affinis merupakan burung
penetap yang sangat umum. Menghuni padang rumput, hutan terbuka, lahan budidaya,
dan lain - lain. Sering berdiam di dataran yang kering dan terbuka, dekat pantai,
termasuk juga di perkotaan. Di Lombok merupakan jenis cabak yang paling sering
ditemukan.
Burung cabak kota sangat mudah dikenali dari suaranya yang khas pada saat
matahari mulai terbenam hingga pagi hari. Burung ini sangat mudah di temui di
daerah padang rumput yang luas dan terbuka. Burung ini biasanya akan ber-istirahat
pada siang hari dan beraktivitas pada malam hari. Status konversi dari Caprimulgus
affinis adalah Least concern (LC) (Admin, 2018).

5. Podargus ocellatus (Burung Kodok Marmer)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata

BIOSISTEMATIKA HEWAN 323


Classis : Aves
Order : Caprimulgiformes
Family : Podargide
Genus : Podargus
Species : Podargus ocellatus
(Quoy & Gaimard, 1830)

Gambar 26.5 Podargus ocellatus


(Sumber: www.flickr.com)

Kodok Marmer (Podagrus ocellatus) adalah seekor burung dari keluarga


Podargide. Spesies ini pertama kali ditemukan di kepulauan Aru, New Guinea dan
Queensland(Australia). Habitat alaminya adalah hutan dataran rendah lembab subtropis
atau tropis dan hutan pegunungan lembab subtropis atau tropis. Mereka tidur secara
horizontal di cabang pohon pada siang hari, disamarkan oleh bulu samar mereka. Bulu
berwarna hitam coklat dibagian dorsal dan coklat keputihan pada bagian vental.
Memiliki bulu khas dibagian bawah paruh. Diberi nama demikian karena paruhnya
yang besar dan bengkok seperti katak, yang mereka gunakan untuk menangkap
serangga. Lemah dalam hal terbang. Burung ini beristirahat secara horizontal di cabang
pohon pada siang hari, berkamuflase dengan cabang oleh bulu samar mereka. Telur
berwarna putih yang dapat mencapai 3 butir, dan dierami oleh betina di malam hari dan
jantan di siang hari.
Mereka diketahui mengambil mangsa yang lebih besar seperti vertebrata kecil
(katak, tikus, dll), yang kadang-kadang dipukuli dengan batu terlebih dahulu sebelum
ditelan. Dalam Redlist IUCN burung ini termasuk species yang sangat rendah resiko
kepunahannya.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 324


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Sheba_Also. (2007). Emu in the Wild. [Online]


https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Emu_in_the_wild-1%2B_(2153629669).jpg .
Diakses pada 27 Maret 2020
Gambar 3.2 Daiju Azuma. (2006). “Casuarius casuarius”. [Online]
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Casuarius_casuarius.jpg. Diakses pada 27 Maret
2020
Gambar 3.3 Jeffrey dan Parker, T. (1900). [Online]
https://etc.usf.edu/clipart/48600/48606/48606_casso_feathe.htm. Diakses pada 27 Maret
2020
Gambar 3.4 Summerdrought. (2016). A free ranging Southern Cassowary (Casuarius casuarius)
at Etty Bay, north Queensland, Australia. [Online]
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Southern_Cassowary_7071.jpg. Diakses pada
27 Maret 2020
Gambar 3.5 Zeigler, Christian. Tanpa tahun. Cassowary egg. [Online]
https://id.pinterest.com/pin/502503270899283131/ Diakses pada 27 Maret 2020
Gambar 3.6 Schmid, Michael. (2009). Southern Cassowary (also known as Double-wattled
Cassowary, Australian Cassowary and the Two-wattled Cassowary) at Wildlife Habitat,
Port Douglas, Australia. [Online]
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Casuarius_casuarius_-
The_Rainforest_Habitat_Sanctuary-8a.jpg Diakses pada 27 Maret 2020
Gambar 3.7 Writhedhornbill. (2017). Southern Cassowary (“Casuarius casuarius”). [Online]
https://www.flickr.com/photos/writhedhornbill/32528627653/ Diakses pada 27 Maret
2020
Gambar 3.8 Magdalena_b. (2011). Southern Cassowary Chicks (“Casuarius casuarius”).
[Online] https://www.flickr.com/photos/magdalena_b/6219511755 Diakses pada 27
Maret 2020
Gambar 3.9 Netzach. (2015). Casuarius distributuion map based on IUCN data. [Online]
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Casuarius_distribution_map.png Diakses pada
2020

BIOSISTEMATIKA HEWAN 325


Gambar 3.10 BirdLife International (2020) IUCN Red List for birds. [Online]
http://www.birdlife.org diakses pada 27 Maret 2020
Gambar 3.11 Iryantoro, Iing. (2014). Northern Cassowary (“Casuarius unappendiculatus”).
[Online]
https://www.flickr.com/photos/121161046@N06/14055826537/in/photostream/ Diakses
paa 27 Maret 2020
Gambar 3.12 writheredhornbill. (2017). Golden-necked Cassowary (“Casuarius
unappendiculatus aurantiacus”). [Online]
https://www.flickr.com/photos/writhedhornbill/32468051223/ Diakses pada 27 Maret
2020
Gambar 3.13 Netzach. (2015). Casuarius unappendiculatus distribution map, based on IUCN
data. [Online]
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Casuarius_unappendiculatus_distribution_ma
p.png Diakses pada 27 Maret 2020
Gambar 3.14 BirdLife International (2020) IUCN Red List for birds. [Online]
http://www.birdlife.org diakses pada 27 Maret 2020
Gambar 3. 15 Schulz, Eerika. (2014). “Casuarius bennetti” Dwarf Cassowary. [Online]
https://www.flickr.com/photos/eerikas_bilder/14597921873 Diakses pada 27 Maret 2020
Gambar 3.16 plant.nerd. (2006). Dwarf Cassowary Casuarius bennettii PNG. [Online]
https://www.flickr.com/photos/plantnerd/2592323721 Diakses pada 27 Maret 2020
Gambar 3.17 Netzach. (2015). Casuarius bennetti distribution map, based on IUCN data.
[Online]
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Casuarius_bennetti_distribution_map.png
Diakses pada 27 Maret 2020
Gambar 3.18 BirdLife International (2020) IUCN Red List for birds. [Online]
http://www.birdlife.org diakses pada 27 Maret 2020
Gambar 3.19 Nieminski. (2018). Emu Dromaius novaehollandiae Adult Male Casuariidae Pimba
SA. [Online] https://www.flickr.com/photos/nieminski/26660607177 Diakses pada 27
Maret 2020
Gambar 3.20 Warby, William. (2012). Emu at Battersea Park Children's Zoo. [Online]
https://www.flickr.com/photos/wwarby/7272331418/ Diakses pada 27 Maret 2020

BIOSISTEMATIKA HEWAN 326


Gambar 3.21 Hobern, Donald. (2018). “Dromaius novaehollandiae” (Latham, 1790), Emu,
Ikara-Flinders National Park, South Australia, 13 August 2018. [Online]
https://www.flickr.com/photos/dhobern/29619241217 Diakses pada tanggal 17 Maret
2020
Gambar 3.22 FunkMonk. (2007). An Emu's feet showing three toes on each foot. Odsherred Zoo
in Denmark. [Online]
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Dromaius_novaehollandiae_-zoo_-
two_feet.jpg Diakses pada 27 Maret 2020
Gambar 3.24 Semhur. (2007). Emu's distribution map (“Dromaius Novaehollandiae”). [Online]
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Dromaius_novaehollandiae_map_distribution

Gambar 3.25 BirdLife International (2020) IUCN Red List for birds. [Online]
http://www.birdlife.org diakses pada 27 Maret 2020
Gambar 4.1. Apteryx mantelli
Rudloff, Klaus. (2001). [Online]. Diakses pada 18 Maret 2020 di :
https://www.biolib.cz/en/taxonimage/id176192/?taxonid=169804
Gambar 4.2. Apteryx australis Pulau Stewart
Rees, G. (2015). Southern Brown Kiwi. [Online] diakses dari
https://www.flickr.com/photos/nzsamphotofanatic/
Gambar 4.3. Disected Apteryx australis
Erxleben, J. (1879). Apteryx australis. [Online] diakses dari
http://www.lib.utexas.edu/books/nzbirds/html/txu-oclc-7314815-2-01-p-010.html
Gambar 4.4. Peta Persebaran Apteryx australis
Wills, T. (2012). Southern Brown Kiwi. [Online] diakses dari
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Southern_Brown_Kiwi.png
Gambar 4.5. Apteryx haastii dewasa
Roy, T.D. (2005). Great Spotted Kiwi. [Online] diakses dari https://www.naturepl.com/stock-
photo-apteryx-haastii-nature-image00140120.html
Gambar 4.6. Peta Persebaran Apteryx haastii
VC-s. (2007). A kivi fajok térképének szétbontása 3. [Online] diakses dari
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:418px-NZ-kiwimapApteryx_haastii.png

BIOSISTEMATIKA HEWAN 327


Gambar 4.7. Apteryx rowi dewasa
Berard, L. (2017). Okarito Brown Kiwi. [Online] diakses dari
http://nzbirdsonline.org.nz/species/okarito-brown-kiwi
Gambar 4.8. Peta Persebaran Apteryx rowi
Grutness. (2019). Apteryx rowi distribution. [Online] diakses dari
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Apteryx_rowi_distribution.png
Gambar 4.9. Apteryx owenii dewasa
Miller, J.L. (2018). Little spotted kiwi (Apteryx owenii; kiwi pukupuku) foraging, unusually,
during the day at Zealandia EcoSanctuary, Wellington, New Zealand. [Online] diakses
dari https://commons.wikimedia.org/wiki/File:20180703_kiwi-sonya9_959_DxO.jpg
Gambar 4.10 Peta Persebaran Apteryx owenii
Grutness. (2012). Kivik térképének szétbontása 2. [Online] diakses dari
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:NZ-kiwimapApteryx_owenii.png
Gambar 5.1. Acryllium vulturinum
Werner. (2008). [Online]. Diakses pada 18 Maret 2020 di :
https://en.wikipedia.org/wiki/Vulturine_guineafowl#/media/File:Acryllium_vulturinum
_Sch%C3%B6nbrunn2008c.jpg
Gambar 5.2 Agelastes niger
Jabruson. (2007). [Online]. Diakses pada 23 Maret 2020 di :
https://www.naturepl.com/stock-photo-two-black-guineafowl-agelastes-niger-in-forest-
epulu-ituri-rainforest-image01147695.html
Gambar 5.3 Guttera pucherani
Garvie, S. (2007). [Online]. Diakses pada 23 Maret 2020 di :
https://en.wikipedia.org/wiki/Crested_guineafowl#/media/File:Flickr_-_Rainbirder_-
_Crested_Guineafowl_(Guttera_pucherani_pucherani).jpg
Gambar 5.4 Numida meleagris
New Jersey Birds. (2011). [Online]. Diakses pada 23 Maret 2020 di :
https://en.wikipedia.org/wiki/Helmeted_guineafowl#/media/File:Numida_meleagris_-
Kruger_National_Park,_South_Africa-8a.jpg
Gambar 5.5. Gallus gallus

BIOSISTEMATIKA HEWAN 328


Kinard, Gary. (2012). [Online]. Diakses pada 20 Maret 2020 di:
https://www.flickr.com/photos/avianphotos/6949134337/
Gambar 5.6 Gallus gallus
Kinard, Gary. (2012). [Online]. Diakses pada 20 Maret 2020 di:
https://www.flickr.com/photos/avianphotos/6921889024/
Gambar 5.7 Numida meleagris
Chandra, Dheeraj. (2016). [Online]. Diakses pada 20 Maret 2020 di:
https://www.flickr.com/photos/133630012@N05/25930555410/
Gambar 5.8 Numida meleagris
Davies, Wayne. (2019). [Online]. Diakses pada 20 Maret 2020 di:
https://www.flickr.com/photos/117178527@N08/49357758111/
Gambar 5.9. Colinus virginianus
Penney, Jason. (2018). [Online]. Diakses pada 21 Maret 2020 di:
https://www.flickr.com/photos/centavo/40953499080/
Gambar 5.10 Colinus virginianus
Barnett, Gerald. (2016). [Online]. Diakses pada 21 Maret 2020 di:
https://www.flickr.com/photos/86821403@N04/29254097890/
Gambar 5.11. Alectura lathami
Ebroh. (2017). [Online]. Diakses pada 21 Maret 2020 di:
https://www.flickr.com/photos/25846046@N03/48254123137/
Gambar 5.12. Alectura lathami
Gamboias, Rosa. (2019). [Online]. Diakses pada 21 Maret 2020 di:
https://www.flickr.com/photos/rgamboias/49109205922/
Gambar 6.1 Grus Japonensis
Miller, C. (2006). [Online]. Diakses pada 25 Maret 2020 di : https://en.wikipedia.org/wiki/Red-
crowned_crane#/media/File:Grus_japonensis_-
Marwell_Wildlife,_Hampshire,_England-8a.jpg
Gambar 6.2 Grus Japonensis
Drewitt, A. (2007). [Online]. Diakses pada 25 Maret 2020 di :

https://www.flickr.com/photos/allandrewitt/3781565818
Gambar 6.3 Kepala dan Leher Grus japonensis

BIOSISTEMATIKA HEWAN 329


Drewitt, A. (2007). [Online]. Diakses pada 25 Maret 2020 di :

https://www.flickr.com/photos/allandrewitt/3781565818
Gambar 6.4 Tarian Kawin Grus japonensis
Van den Heever, W. (2016). [Online]. Diakses pada 25 Maret 2020 di :
https://www.naturepl.com/stock-photo-japanese-cranes-grus-japonensis-in-courtship-
dance--hokkaido-japan-image01529745.html
Gambar 6.5 Telur Grus japonensis
Nesnad. (2019). [Online]. Diakses pada 25 Maret 2020 di : https://en.wikipedia.org/wiki/Red-
crowned_crane#/media/File:Grus_japonensis-tokyosealifepark-egg-2019-1-8.jpg
Gambar 6.6 Anak, Induk Jantan dan Betina Grus japonensis
Singh, A. (2019). [Online]. Diakses pada 25 Maret 2020 di : https://besgroup.org/2019/08/22/red-
crowned-crane-grus-japonensis/cranerc-amarsingh-1/
Gambar 6.7 Induk Betina Grus japonensis Memberi Makan Anaknya
Singh, A. (2019). [Online]. Diakses pada 25 Maret 2020 di : https://besgroup.org/2019/08/22/red-
crowned-crane-grus-japonensis/cranerc-amarsingh-7/
Gambar 6.8 Anak Grus japonensis
Singh, A. (2019). [Online]. Diakses pada 25 Maret 2020 di : https://besgroup.org/2019/08/22/red-
crowned-crane-grus-japonensis/cranerc-amarsingh-4/
Gambar 6.9 Peta Persebaran Grus japonensis
Dibird.com. (2020). [Online]. Diakses pada 25 Maret 2020 di :

https://dibird.com/species/redcrowned-crane/
Gambar 6.10 Formasi Migrasi Grus japonensis
Andrews, M. (2008). [Online]. Diakses pada 25 Maret 2020 di :
https://www.hbw.com/ibc/photo/red-crowned-crane-grus-japonensis/red-crowned-
crane-two-family-groups-migration-south
Gambar 6.12. Balearica regulorum
Rod Waddington . 2015. Crested Crane, Bunyonyi, Uganda. Crested Crane, Bunyonyi, Uganda.
Diakses dari https://www.flickr.com/photos/rod_waddington/16444133003/
Gambar 6.13. Balearica regulorum

BIOSISTEMATIKA HEWAN 330


Aminals. 2018. Grey Crowned Crane Balearica Regulorum. Fineartamerica. Diakses dari:
https://fineartamerica.com/featured/1-grey-crowned-crane-balearica-regulorum-animal-
images.html
Gambar 6.14. Balearica regulorum
Bygott, david. 2020. Balearica regulorum CU. Diakses daei:
https://www.flickr.com/photos/davidbygott/4423590879
Gambar 6.15. Peta persebaran Balearica regulorum
Kee, lip. 2012. Grey Crowned-Crane Balearica regulorum. Tanzania. Diakses dari:
https://www.flickr.com/photos/lipkee/8278102542
Gambar 6.16. Grus americana
https://www.hbw.com/ibc/photo/whooping-crane-grus-americana/adult-female-
strolling-along-skyline
Gambar 6.17. Grus americana
Cephas. 2009. Diakses dari: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Grus_americana_map.svg
Gambar 6.18. Grus virgo
Sumeet Moghe. 2014. Demoiselle Cranes at Tal Chappar. Diakses dari:
https://en.wikipedia.org/wiki/File:Demoiselle_Cranes_at_Tal_Chappar.jpg
Gambar 6.19. Grus virgo
Mathias putze. 2016. crane grus virgo, ad. Diakses dari https://birds-in-
Demoiselle
flight.net/?p=1361
Gambar 6.20. Peta persebaran Grus virgo
Kürthy, Alexander. 2019. nthropoidesVirgoIUCNver2019. Diakses dari:
https://en.wikipedia.org/wiki/File:AnthropoidesVirgoIUCNver2019_1.png
Gambar 6.23. Rallus elegans
Greeney5. 2017. Demoiselle crane / Jufferkraanvogel / Grus virgo. Limburg, netherlad. Diakses
dari https://www.flickr.com/photos/greeney/33475376334/
Gambar 6.24. Peta persebara Rallus elegans
Cephas. 2018. Rallus elegans map. Diakses dari:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Rallus_elegans_map.svg
Gambar 7.1. Gavia immer.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 331


Karatas, A. 2013. [Online] Diakses dari: https://www.hbw.com/ibc/species/common-loon-gavia-
immer; Pada Tanggal 18 Maret 2020.
Gambar 7.2. Peta Persebaran Gavia immer.
BirdLife International and Handbook of the Birds of the World (2016) 2013. 2019. [Online]
Diakses dari: https://www.iucnredlist.org/species/22697842/132607418; Pada Tanggal
18 Maret 2020.
Gambar 7. 3. Gavia stellata.
(Sigurjon, 2009). [Online]. Diakses dari : https://www.flickr.com/photos/hvanneyri/3713431631/
Gambar 7.4. Peta Persebaran Gavia stellata.
(BirdLife International, 2018). Diakses dari :

https://www.iucnredlist.org/species/22697829/131942584#geographic-range
Gambar 7.5. Gavia stellata memangsa ikan untuk makanannya.
Alex Mani, 2019. [Online]. Diakses dari : https://www.flickr.com/photos/alexmani/48070178486/
Gambar 7.6. Gavia arctica.
Martii, 2016. [Online]. Diakses dari :

https://www.flickr.com/photos/marttiperamaki/27832817025/in/photostream/
Gambar 7.7. Morfologi Gavia arctica.
Martti Peramaki, 2016. [Online]. Diakses dari :

https://www.flickr.com/photos/marttiperamaki/28153714876/
Gambar 7.8. Peta Persebaran Gavia arctica.
BirdLife International, 2016. [Online]. Diakses dari :

https://www.iucnredlist.org/species/22697834/132606505
Gambar 7.9. Gravia pasifica.
Andrew, 2019. [Online]. Diakses dari :

https://www.flickr.com/photos/seaotter/47266703242/in/photostream/
Gambar 7.10. Gavia pasifica yang sedang kawin.
Gery Lackie, 2018. [Online]. Diakses dari :

https://www.flickr.com/photos/alaskafreezeframe/30694765757/
Gambar 7.11. Peta Persebaran Gavia pasifica.
BirdLife International, 2016. [Online]. Diakses dari :
https://www.iucnredlist.org/species/22697839/132607134

BIOSISTEMATIKA HEWAN 332


Gambar 7.12. Gavia adamsii.
Glenn, 2018. [Online]. Diakses dari : https://www.flickr.com/photos/glennbartley/41276707900/
Gambar 7.13. Gavia adamsii berada di sarangnya.
Mark Peck, 2017. [Online]. Diakses dari :

https://www.flickr.com/photos/76929746@N04/35840746682/
Gambar 7.14. Peta Persebaran Gavia adamsii.
BirdLife International, 2016) [Online]. Diakses dari :
https://www.iucnredlist.org/species/22697847/132607949
Gambar 8.1. Podicipediformes Ilustrasi Podicipediformes [Online] diakses dari:
https://alamy.com diakses pada 21 Maret 2020
Gambar 8.2. Induk dan anak Aechmophorus occidentalis.
Christeen, N. 2017. Western Grebe. [Online] diakses dari https://ebrid.org/species diakses pada
21 Maret 2020
Gambar 8.3. Aechmophorus occidentalis
a. Dewasa Modinow, S. 2009. Western Grebe. [Online] diakses dari: https://ebrid.org/species
diakses pada 21 Maret 2020
b. Remaja Ruby, L. 2017. Western Grebe. [Online] diakses dari: https://ebrid.org/species diakses
pada 21 Maret 2020
Gambar 8.4. Peta Persebaran Aechmophorus occidentalis
BirdLifeInternasional. 2020. Aechmophorus occidentalis. [Online] diakses dari: https://
http://datazone.birdlife.org/species/factsheet/ diakses pada 21 Maret 2020
Gambar 8.5. Podiceps cristatus
Harris, K. & Gary. Titihan Jambul. [Online] diakses dari: https://ebrid.org/species diakses pada
21 Maret 2020
Gambar 8.6. Podiceps cristatus
a. Dewasa Seitz. 2016. Titihan Jambul. [Online] diakses dari: https://ebrid.org/species diakses
pada 21 Maret 2020
b. Dewasa Muda Davies, I. 2013. Titihan Jambul. [Online] diakses dari: https://ebrid.org/species
diakses pada 21 Maret 2020
c. Remaja Chapman, P. 2012. Titihan Jambul. [Online] diakses dari: https://ebrid.org/species
diakses pada 21 Maret 2020

BIOSISTEMATIKA HEWAN 333


Gambar 8.7. Peta Persebaran Podiceps cristatus
BirdLifeInternasional. 2020. Podiceps cristatus. [Online] diakses dari: https://
http://datazone.birdlife.org/species/factsheet/ diakses pada 21 Maret 2020
Gambar 8.8. Induk dan Anak Podilymbus podiceps
Greer, T. 2005. Pied-billed Grebe. [Online] diakses dari: https://calphotos.berkeley.edu diakses
pada 21 Maret 2020
Gambar 8.9. Podilymbus podiceps
a. Dewasa Seitz, L. 2013. Pied-billed Grebe. [Online] diakses dari: https://ebrid.org/species
diakses pada 21 Maret 2020
b. Remaja Wainer, S. 2017. Pied-billed Grebe. [Online] diakses dari: https://ebrid.org/species
diakses pada 21 Maret 2020
c. Dewasa muda Beardmore, Kim & King, F. (2017) Pied-billed Grebe. [Online] diakses dari:
https://ebrid.org/species diakses pada 21 Maret 2020
Gambar 8.10. Peta persebaran Podilymbus podiceps
BirdLifeInternasional. 2020. Podilymbus podiceps. [Online] diakses dari: https://
http://datazone.birdlife.org/species/factsheet/ diakses pada 21 Maret 2020
Gambar 8.11. Ilustrasi Poliocephalus poliocephalus
Poliocephalus poliocephalus ilustration [Online] diakses dari: https://www.hbw.com diakses
pada 21 Maret 2020
Gambar 8.12. Poliocephalus poliocephalus
a. Dewasa Allen, A. 2017. Hoary-headed Grebe. [Online] diakses dari: https://ebrid.org/species
diakses pada 21 Maret 2020
b. Remaja Allen, A. 2017. Hoary-headed Grebe. [Online] diakses dari: https://ebrid.org/species
diakses pada 21 Maret 2020
Gambar 8.13. Peta persebaran Poliocephalus poliocephalus
BirdLifeInternasional. 2020. Poliocephalus poliocephalus. [Online] diakses dari: https://
http://datazone.birdlife.org/species/factsheet/ diakses pada 21 Maret 2020
Gambar 8.14. Rollandia mictroptera
Rollandia mictroptera ilustration [Online] diakses dari: https://www.hbw.com diakses pada 21
Maret 2020
Gambar 8.15. Rollandia mictroptera

BIOSISTEMATIKA HEWAN 334


a. Dewasa Davies, I. 2013. Rollandia mictroptera. [Online] diakses dari: https://ebrid.org/species
diakses pada 21 Maret 2020
b. Remaja Jones, P. 2017. Titicaca Grebe. [Online] diakses dari: https://www.flickr.com diakses
pada 21 Maret 2020
Gambar 8.16. Peta persebaran Rollandia mictroptera
BirdLifeInternasional. 2020. Rollandia mictroptera. [Online] diakses dari: https://
http://datazone.birdlife.org/species/factsheet/ diakses pada 21 Maret 2020
Gambar 8.17. Induk dan Anak Tachybaptus novaehollandiae Stiles, J. 2018. Titihan Australia.
[Online] diakses dari: https://ebrid.org/species diakses pada 21 Maret 2020
Gambar 8.18. Tachybaptus novaehollandiae
a. Dewasa berkembang Alexander, H. 2018. Titihan Australia. [Online] diakses dari:
https://ebrid.org/species diakses pada 21 Maret 2020
b. Dewasa Muda Burwell, C. 2017. Titihan Australia. [Online] diakses dari:
https://ebrid.org/species diakses pada 21 Maret 2020
c. Remaja Clark, J. 2017. Titihan Australia. [Online] diakses dari: https://ebrid.org/species
diakses pada 21 Maret 2020
Gambar 8.19. Peta persebaran Tachybaptus novaehollandiae
BirdLifeInternasional. 2020. Tachybaptus novaehollandiae. [Online] diakses dari: https://
http://datazone.birdlife.org/species/factsheet/ diakses pada 21 Maret 2020
Gambar 8.20. Tachybaptus ruficollis (Anonim, 2017)
Gambar 8.21. Peta Persebaran Tachybaptus novaehollandiae (Sumber:
Datazone.birdlife.org) Gambar 9.1. Hubungan Panjang Paruh dengan Kedalaman
Keberadaan Jenis Mangsa (Howes et al. 2003)
Gambar 9.2. Numenius phaeopus (BirdLife International, 2016)
Gambar 9.3. Morfologi Numenius phaeopus (Charles Lam, 2015)
Gambar 9.4. Close-up Numenius phaeopus (Charles Lam, 2009)
Gambar 9.5. Peta Persebaran Numenius phaeopus (BirdLife International, 2016)
Gambar 9.6. Vanellus macropterus (BirdLife International, 2019)
Gambar 9.7. Trulek Jawa - Vanellus macropterus (Tanpa nama, 2016)
Gambar 9.8.Peta Persebaran Vanellus macropterus (BirdLife International, 2019)
Gambar 9.10. Little auk.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 335


Haferkamp, M. 2002. [Online] diakses dari:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:AlleAlle_2.jpg; Pada Tanggal 18 Maret 2020.
Gambar 9.11. Larus livens.
LifeonWhite. (2012). Larus livens. [online] diakses dari:
https://static9.depositphotos.com/1594920/1087/i/450/depositphotos_10875524-stock-
photo-herring-gull-larus-argentatus-3.jpg diakses pada 19 Maret 2020
Gambar 9.12. Yellow-footed Gull Larus livens.
Gerardo Marrón. (2015) Yellow-footed Gull Larus livens [online] diakses dari:
https://www.inaturalist.org/photos/1742290 diakses pada 19 Maret 2020
Gambar 9.13. Peta Persebaran Larus livens.
BirdLife International. (2016) Llarus livens distribution map. [online] diakses dari:
http://www.birdlife.org diakses pada 19 Maret 2020
Gambar 9.14. Irediparra gallinacean (Sumber : id.wikipedia.org)
Gambar 9.15 Peta Persebaran Irediparra gallinacean(BirdLife International, 2016)
Gambar 10.1 Zonerodius heliosylus
Jeffcrocombe. (2015). Bird on Branch In Forest. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/Forest_Bittern_1_we
b.jpg?itok=ReKJBC90 (23 Maret 2020)
Gambar 10.2 Tigriornis leucolopha
Markus. (2015). Adult Perched in Late Afternoon. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/Heron_Tiger_White-
crested_Loango_-001.JPG?itok=OVqgDuno (23 Maret 2020)
Gambar 10.3 Tigrisoma lineatum
Sjogren. (2010). Rufescent TigerHeron (Tigrisoma lineatum). [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/tiger_heron_png_2_r
edigerad_1.png?itok=7tN2T5tT (23 Maret 2020)
Gambar 10.4 Agamia agami
Aposadao. (2019). Cianaga La Coreza. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/0s8a8715.jpg?itok=
w1UsWMbT (23 Maret 2020)
Gambar 10.5 Cochlearius cochlearius

BIOSISTEMATIKA HEWAN 336


Paul, Cools. (2018). Boat-billed Heron. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/_50c6147.jpg?itok=u
E5dsavF (23 Maret 2020)
Gambar 10.6 Zebrilus undulatus
Anselmo. (2012). An adult bird in perch. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/species/zigzag-heron-zebrilus-undulatus (23 Maret 2020)
Gambar 10.7 Botaurus stellaris
Stainslav Harvancik. (2016). Adult Bird. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/ar7q3500.jpg?itok=
MTV9t_Nq (23 Maret 2020)
Gambar 10.8 Ixobrychus involucris
Horacio, Luna. (2013). Adult Bird In the Reeds. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/Mirasol_comun_05.j
pg?itok=F674yddS (23 Maret 2020)
Gambar 10.9 Gorsachius nycticorax
Mjw246. (2014). Adult Perched in a Masson Pine Near nest. [Online] dikases pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/IMG_1131_-
_Version_2.jpg?itok=fq1dPJU9 (23 Maret 2020)
Gambar 10.10 Calherodius leuconotus
Bischoff, Roland (2007). Bird on a Branch in dense bush over river bank. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/_I1U4256_White-
backed_night_heron.jpg?itok=ZKimh8R1 (23 Maret 2020)
Gambar 10.11 Nycticorax calesonicus
Petersson, Lars. (2005). Nankeen night herin perched. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/nankeen_night_hero
n_deniliquin_nsw_australia_2005-01-16_1_1280.jpg?itok=erKQldBr (23 Maret 2020)
Gambar 10.12 Nyctinassa violacea
Valentini, Marco. (2014). Adult on Lava Rocks. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/GAL173901.jpg?ito
k=t9gXMoqS (23 Maret 2020)
Gambar 10.13 Butorides striata

BIOSISTEMATIKA HEWAN 337


Pelsy, Frederic. (2017). A Bird Perched. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/e72i3632.jpg?itok=A
Kz9TbcR (23 Maret 2020)
Gambar 10.14 Ardeola ralloides
Thalund, Jens. (2013). Feeding in Shallow Water. [Online] dialses pada
https://www.hbw.com/sites/default/files/styles/ibc_1k/public/ibc/p/oman13_521.jpg?ito
k=tDDyqQFd (23 Maret 2020)
Gambar 10.15 Bubulcus ibis
Kielb, Michael. Bubulcus ibis (Cattle Egret). [Online] diakses pada
https://animaldiversity.org/accounts/Bubulcus_ibis/pictures/collections/contributors/mic
hael_kielb/pcd3942_070/ (23 Maret 2020)
Gambar 10.16 Ardea intermedia
Thompson, Bob. (2009). A Bird Landing. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/species/intermediate-egret-ardea-intermedia (23 Maret 2020)
Gambar 10.17 Syrigma sibilatrix
Viduetsky,Alexander. (2016). It Was Foraging on Lizards. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/species/whistling-heron-syrigma-sibilatrix (23 Maret 2020)
Gambar 10.18 Pilherodius pileatus
Harvancik, Stanislav. (2016). Adult Bird. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/species/capped-heron-pilherodius-pileatus (23 Maret 2020)
Gambar 10.19 Egretta rufescens
Sophiebuck. (2012). A Bird Resting On the Beach. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/species/reddish-egret-egretta-rufescens (23 Maret 2020)
Gambar 10.20 Baleniceps rex
Borrow, Nik. (2017). Shoebill waiting For Prey. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/species/shoebill-balaeniceps-rex (23 Maret 2020)
Gambar 10.21 Leptoptilos crumanifer
Valentin, David. (2012). A Bird With the Throat Air Sac Infleted, Resting in the water. [Online]
diakses pada https://www.hbw.com/ibc/species/marabou-leptoptilos-crumenifer (23
Maret 2020)
Gambar 10.22 Mycteria americana

BIOSISTEMATIKA HEWAN 338


Ahlman, Roger. (2014). Subadult Wood Stork. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/species/wood-stork-mycteria-americana (23 Maret 2020)
Gambar 10.23 Anastomus oscitans
Harvancik, Stansilav. (2012). Adult Bird. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/species/asian-openbill-anastomus-oscitans (23 Maret 2020)
Gambar 10.24 Ciconia nigra
Stepanek, Pavel. (2014). Jabiru Flying Low Near the Transpantaneira Road. [Online] diakses
pada https://www.hbw.com/ibc/species/jabiru-jabiru-mycteria (23 Maret 2020)
Gambar 10.26 Ephippiorhynchus asiaticus
Taylor, David. (2009). Australia’s only Stork. [Online] diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/species/black-necked-stork-ephippiorhynchus-asiaticus (23
Maret 2020)
Gambar 10.27 Scopus umbretta
Ogola ,Boaz. 2016. Fishing time (Scopus umbretta). [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/hamerkop-scopus-umbretta/fishing-time (24 Maret
2020).
Gambar 10.28 Platalea flavipes
Staurus, Peter. 2012. Bird enjoying a meal in the late afternoon (Platelea flavipes). [Online].
Diakses pada https://www.hbw.com/ibc/photo/yellow-billed-spoonbill-platalea-
flavipes/bird-enjoying-meal-late-afternoon (24 Maret 2020)
Gambar 10.29. Platalea ajaja
Viduetsky , Alexander. 2013. It was foraging among the White Ibises at the park (Roseate
Spoonbill Platalea ajaja). [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/roseate-spoonbill-platalea-ajaja/it-was-foraging-
among-white-ibises-park (24 Maret 2020)
Gambar 10.30 Platalea alba
Griilffith ,Greg. 2018. Spoonbills preening (Platelea alba). [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/african-spoonbill-platalea-alba/spoonbills-preening (24
Maret 2020)
Gambar 10.31. Platalea leucorodia

BIOSISTEMATIKA HEWAN 339


Vandewalle ,Frans. 2014. Eurasian Spoonbill (Platalea leucorodia). [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/eurasian-spoonbill-platalea-leucorodia/eurasian-
spoonbill-5 (24 Maret 2020)
Gambar 10.32 Platalea minor
Hale, Martin. 2009. Walking (Platalea minor). [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/black-faced-spoonbill-platalea-minor/walking-0 (24
Maret 2020)
Gambar 10.33. Platalea regia
Grosset, Arthur .2013. Feeding (Platalea regia). [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/royal-spoonbill-platalea-regia/feeding (20 Maret 2020)
Gambar 10.34. Threskiornis melanocephalus
Siddhartha. 2014. Black Headed Ibis—The Black-headed Ibis or Oriental White Ibis
(Threskiornis melanochepalus is a species of wading bird. [Online]. Diakases pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/black-headed-ibis-threskiornis-melanocephalus/black-
headed-ibis-black-headed-ibis-or (24 Maret 2020)
Gambar 10.35. Threskiornis spinicollis
Pelsy, Federic. 2017. A bird on the ground (Threskiornis spinicollis). [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/straw-necked-ibis-threskiornis-spinicollis/bird-ground
(24 Maret 2020)
Gambar 10.36. Plegadis falcinellus
Baalen van, Jiele. 2015. A bird showing his gloss in the morning sun (Pegadis falcinellus).
[Online]. Diakses pada https://www.hbw.com/ibc/photo/glossy-ibis-plegadis-
falcinellus/bird-showing-his-gloss-morning-sun
Gambar 10.37. Plegadis chihi
Valentini, Marco.2018. White-aced Ibis (Plegadis chihi). [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/white-faced-ibis-plegadis-chihi/white-faced-ibis-0 (25
Maret 2020)
Gambar 10.38 Plegadis ridgwayi
Ahlman, Roger. 2015. Puna Ibis (Plegadis ridgwayi). [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/puna-ibis-plegadis-ridgwayi/puna-ibis (25 Maret 2020)
Gambar 10.39 Pseudibis davisoni

BIOSISTEMATIKA HEWAN 340


Shapiro, Dubi.2016. Adult resting up on a dead tree late afternoon (Pseudibis davisoni).[Online].
Diakses pada https://www.hbw.com/ibc/photo/white-shouldered-ibis-pseudibis-
davisoni/adult-resting-dead-tree-late-afternoon (25 Maret 2020)
Gambar 10.40. Pseudibis papillosa
LMArce 2018. Adult in field (Pseudibis papillosa).[Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/red-naped-ibis-pseudibis-papillosa/adult-field (25
Maret 2020)
Gambar 10.41.Phoenicopterus roseus
Petersson, Lars .2012. Two birds feding (Phoenicopterus roseus).[Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/greater-flamingo-phoenicopterus-roseus/two-birds-
feeding (25 Maret 2020)
Gambar 10.42.Phoenicopterus ruber
Giersbergen, Paul van.2011. A flying adult (Phoenicopterus ruber). [Online].Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/american-flamingo-phoenicopterus-ruber/flying-adult
Gambar 10.43.Phoenicopterus chilensis
Luna, Horacio.2009. Adult (Phoenicopterus chilensis).[Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/chilean-flamingo-phoenicopterus-chilensis/adult (25
Maret 2020)
Gambar 10.44.Phoeniconaias minor
Teichmann, Holger.2014. Flying low over the water wings pointing down (Phoeniconaias
minor).[Online]. Diakses pada https://www.hbw.com/ibc/photo/lesser-flamingo-
phoeniconaias-minor/flying-low-over-water-wings-pointing-down (25 Maret 2020)
Gambar 10.45.Phoenicoparrus andinus
Flack, Martin.1997. An adult wadieng in the lagoon ith two feeding adult Chilean Flamingos
(Phoenicoparrus andinus). [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/andean-flamingo-phoenicoparrus-andinus/adult-
wading-lagoon-two-feeding-adult-chilean (25 Maret 2020)
Gambar 10.46. Phoenicoparrus jamesi
Nunez,Gabriel.2014. Bird resting (Phoenicoparrus jamesi). [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/puna-flamingo-phoenicoparrus-jamesi/bird-resting (25
Maret 2020)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 341


Gambar 10.47 Ardea alba
Behrens, David. (2008). Ardea alba (Great Egret). [Online] diakses pada
https://animaldiversity.org/accounts/Ardea_alba/pictures/collections/contributors/david_
behrens/Egret/ (24 Maret 2020)
Gambar 10.48. Jabiru mycteria
Thomas. (2008). Jabiru mycteria Jabiru. [Online] diakses pada
https://animaldiversity.org/accounts/Jabiru_mycteria/pictures/collections/contributors/th
omas_odonnell/jabiru1/ (24 Maret 2020)
Gambar 10.49. Platalea flavipes
Allen, Andrew. 2015. Yellow-billed Spoonbill (Platalea flavipes). [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/yellow-billed-spoonbill-platalea-flavipes/yellow-billed-
spoonbill-1 (26 Maret 2020)
Gambar 10.50. Threskiornis spinacollis
Tomney, Nicholas. 2014.Perched on a log while it preened (Threskiornis spinacollis). [Online].
Diakses pada https://www.hbw.com/ibc/photo/straw-necked-ibis-threskiornis-
spinicollis/perched-log-while-it-preened (27 Maret 2020)
Gambar 10.51. Plegadis falcinellus
Agrawal,Sharad. 2011. The metallic dancer ruffling. [Online]. Diakses pada
https://www.hbw.com/ibc/photo/glossy-ibis-plegadis-falcinellus/metallic-dancer-
ruffling (27 Maret 2020)
Gambar 11.1. Anhima cornuta.
Piland, N. (2010). Horned Screamer (Anhima cornuta). [Online] Neotropical Birds Online.
Diakses pada: https://neotropical.birds.cornell.edu/Species-
Account/nb/species/horscr1/overview (19 Maret 2020)
Gambar 11.2. Chauna chavaria.
Rengifo, David Monroy. (2019). Northern Screamer. [Online] Diakses pada:
https://macaulaylibrary.org/asset/194523511?__hstc=161696355.2164879012dd0f3a7ea
211d0f53bf934.1584590514598.1584590514598.1584748179931.2&__hssc=16169635
5.3.1584748179931&__hsfp=1415935001 (19 Maret 2020)
Gambar 11.3. Chauna torquata.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 342


Garcia-Hall, Dominic. (2007). Southern Screamer. [Online] Diakses pada:
https://macaulaylibrary.org/asset/35332551?__hstc=161696355.2164879012dd0f3a7ea2
11d0f53bf934.1584590514598.1584590514598.1584748179931.2&__hssc=161696355
.4.1584748179931&__hsfp=1415935001 (19 Maret 2020)
Gambar 11.4. Aix Sponsa.
Davies, Ian. 2014. Wood Duck. [Online] Diakses pada:
https://macaulaylibrary.org/asset/27330811?__hstc=161696355.2164879012dd0f3a7ea2
11d0f53bf934.1584590514598.1584590514598.1584748179931.2&__hssc=161696355
.5.1584748179931&__hsfp=1415935001 (19 Maret 2020)
Gambar 11.5. Alopochen aegyptiaca.
Sozen, Mustafa. 2011. Egyptian Goose (Alopochen aegyptiaca). [Online] Diakses pada:
https://www.hbw.com/ibc/photo/egyptian-goose-alopochen-aegyptiaca/pair-together (19
Maret 2020)
Gambar 11.6. Amazonetta brasiliensis.
Mota, Danilo. (Tanpa Tahun). Brazilian Teal (Amazonetta brasiliensis). [Online] Diakses pada:
http://www.peruaves.org/anatidae/brazilian-teal-amazonetta-brasiliensis/ (19 Maret
2020)
Gambar 11.7. Anas platyrhynchos.
McGowan, Jay. 2014. Mallard (Anas platyrhynchos). [Online] Diakses pada:
https://macaulaylibrary.org/asset/22541551?__hstc=161696355.2164879012dd0f3a7ea2
11d0f53bf934.1584590514598.1584748179931.1584754611047.3&__hssc=161696355
.1.1584754611047&__hsfp=1415935001 (19 Maret 2020)
Gambar 11.8. Anser albifrons.
Marron, Gerardo. (Tanpa tahun). Greater White-Fronted Goose (Anser albifrons). [Online]
Diakses pada: https://neotropical.birds.cornell.edu/Species-
Account/nb/species/gwfgoo/overview (19 Maret 2020)
Gambar 11.9. Anser caerulescens.
Robles, Ray. (Tanpa tahun). Snow Goose (Anser caerulescens). [Online] Diakses pada :
https://neotropical.birds.cornell.edu/Species-Account/nb/species/snogoo/overview (19
Maret 2020)
Gambar 11.10 Asarcornis scutulata.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 343


Rudloff, Klaus. (2015). Asarcornis scutulata. [Online] Diakses pada:
https://www.biolib.cz/en/image/id287365/ (19 Maret 2020)
Gambar 11.11. Aythya valisineria.
Sullivan, Brian. 2011. Canvasback (Aythya valisineria). [Online] Diakses pada:
https://macaulaylibrary.org/asset/27272431?__hstc=161696355.2164879012dd0f3a7ea2
11d0f53bf934.1584590514598.1584754611047.1584761852951.4&__hssc=161696355
.1.1584761852951&__hsfp=1415935001 (20 Maret 2020)
Gambar 11.12. Bucephala albeola
Sullivan, Brian. 2013. Bufflehead. [Online] Diakses pada:
https://macaulaylibrary.org/asset/27266901?__hstc=161696355.2164879012dd0f3a7ea2
11d0f53bf934.1584590514598.1584761852951.1584773417896.5&__hssc=161696355
.1.1584773417896&__hsfp=1415935001 (20 Maret 2020)
Gambar 11.13. Cygnys melancoryphus.
Blank, David. 2009. Cygnus melancoryphus (Black-necked Swan). [Online] Diakses pada
https://animaldiversity.org/accounts/Cygnus_melancoryphus/pictures/collections/contri
butors/david_blank/Cmelancoryphus1/ (20 Maret 2020)
Gambar 11.14. Dendrocygna javanica.
Upadya, Laxminarayana. 2009. Lesser Whistling-duck (Dendrocygna javanica). [Online]
Diakses pada: https://flickr.com/photos/22022208@N06/6984007593 (21 Maret 2020).
Gambar 11.15. Lophonetta specularioides.
Strycker, Noah. (2018). Lophonetta specularioides. [Online]. Diakses pada:
https://macaulaylibrary.org/asset/94970701?__hstc=161696355.956616559b457374f9c
68d2cb6d979a6.1584532913558.1584532913558.1584532913559.1&__hssc=16169635
5.1.1584532913561&__hsfp=4082353912 (18 Maret 2020).
Gambar 11.16. Melacorhynchus membranaceus.
Taylor, David. (2011). Pink-eared Duck. [Online]. Diakses pada:
https://www.hbw.com/ibc/photo/pink-eared-duck-malacorhynchus-
membranaceus/adult-bird-perched-log-lagoon (18 Maret 2020).
Gambar 11.17. Melacorhynchus scarletti.
Martinson, Paul. (2006). Scarlett’s Duck. [Online]. Diakses pada:
http://nzbirdsonline.org.nz/species/scarletts-duck (18 Maret 2020).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 344


Gambar 11.18. Mareca strepera.
Hawkins. (Tanpa Tahun). Gadwall Duck. [Online]. Diakses pada:
https://www.tn.gov/twra/wildlife/birds/waterbirds/gadwall-duck.html (18 Maret 2020).
Gambar 11.19. Mareca falcate.
Franklin, Francis C. (2014). Mareca. [Online]. Diakses pada:
https://en.wikipedia.org/wiki/Mareca#/media/File:Falcated_duck_1.jpg (18 Maret 2020).
Gambar 11.20. Mareca penelope.
Kirk, Ian. (2013). Mareca. [Online]. Diakses pada:
https://en.wikipedia.org/wiki/Mareca#/media/File:A_splash_of_colour!_(8509419367).j
pg (18 Maret 2020).
Gambar 11.21. Mareca sibilatrix.
Cole, Sandy. (2012). Mareca. [Online]. Diakses pada:
https://en.wikipedia.org/wiki/Mareca#/media/File:Chiloe_Wigeon_SMTC.jpg (18 Maret
2020).
Gambar 11.22. Mareca americana.
Gallagher, Judy. (2013). Mareca. [Online]. Diakses pada:
https://en.wikipedia.org/wiki/Mareca#/media/File:American_Wigeon_-
_Anas_americana,_Oakley_Street,_Cambridge,_Maryland.jpg (18 Maret 2020).
Gambar 11.23. Marmaronetta angustirostris.
Franklin, Francis C.. (2014). Marmaronetta. [Online]. Diakses pada:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Marmaronetta_angustirostris_at_Martin_Mer
e.jpg (18 Maret 2020).
Gambar 11.24. Melanitta amaericana.
Masas, Peter. (2010). Melanitta. [Online]. Diakses pada:
https://en.wikipedia.org/wiki/Scoter#/media/File:Melanitta_americana_Barnegat_NJ.jpg
(18 Maret 2020).
Gambar 11.25. Melanitta nigra.
Thomson, Jason. (2012). Melanitta. [Online]. Diakses pada:
https://en.wikipedia.org/wiki/Scoter#/media/File:Eurasian_common_scoter.jpg (18
Maret 2020).
Gambar 11.26. Melanitta fusca.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 345


Runolfsson, Omar. (2013). Melanitta. [Online]. Diakses pada:
https://en.wikipedia.org/wiki/Scoter#/media/File:Melanitta_fusca,_Grindavik,_Iceland_
1.jpg (18 Maret 2020).
Gambar 11.27. Melanitta deglandi.
Barker, Ian. (2015). Melanitta. [Online]. Diakses pada: https://www.hbw.com/ibc/photo/white-
winged-scoter-melanitta-deglandi/male-swimming-harbour-channel (18 Maret 2020).
Gambar 11.28. Melanitta stejnegeri.
Baartargal, O. Melanitta. [Online]. Diakses pada:
https://www.flickr.com/photos/130113460@N03/42101813111 (18 Maret 2020).
Gambar 11.29. Melanitta perspicilatta.

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Melanitta_perspicillata_walking.jpg (18 Maret


2020).
Gambar 11.30. Merganetta armata.
Tamayo, A. B. (2015). Merganetta. [Online]. Diakses pada:

https://es.wikipedia.org/wiki/Merganetta_armata#/media/Archivo:Merganetta_armata_( Pato_de_torrentes)_-

_Macho_(16286015670).jpg (18 Maret 2020).

Gambar 11.31. Mergellus albellus.


Prevots, Leigh. (2013). Smew. Diakses pada:
https://www.flickr.com/photos/natureexposed/8504477940 (18 Maret 2020).
Gambar 11.32. Anas platyrhynchos.
Bartz, Richard. 2008. Anas platyrhynchos Male Female. (On-line). Terdapat di
https://en.wikipedia.org/wiki/Mallard#/media/File:Anas_platyrhynchos_male_female_q
uadrat.jpg diakses pada 17 Maret 2020.
Gambar 11.33. Cygnus olor.
Yerpo. 2009. An Adult Mute Swan (Cygnus olor). (On-line) Terdapat di
https://en.wikipedia.org/wiki/Mute_swan#/media/File:Mute_swan_Vrhnika.jpg diakses
pada 17 Maret 2020.
Gambar 11.34. Anseranas semipalmata.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 346


JJ, Harrison. 2019. Magpie goose, East Point, Northern Territory, Australia. (On-line) Terdapat
di https://en.wikipedia.org/wiki/Magpie_goose#/media/File:Magpie_Goose_-
_East_Point.jpg diakses pada 17 Maret 2020.
Gambar 11.35. Anhima cornuta.
HBW. (Tanpa Tahun). Horned Screamer (Anhima cornuta). [Online] Handbook of the Birds of
the World. Terdapat pada: https://www.hbw.com/species/horned-screamer-anhima-
cornuta (21 Maret 2020).
Gambar 11.36. Hymenolaimus malacorhynchos.
East, Simon. 2012. Blue Duck (Hymenolaimus malacorhynchos). [Online] Diakses pada:
https://www.flickr.com/photos/mundoview/7396461096 (21 Maret 2020)
Gambar 12.1 Pelecanoides garnotii
Ryan, Brendan. (2017). Diakses pada: bit.ly/2UEgdxjbit.ly/2UEgdxj (26 Maret 2020)
Gambar 12.2 Puffinus opisthomelas
Aird, Bruce. (2018). Diakses pada: bit.ly/2Jx4mMtbit.ly/2Jx4mMt (26 Maret 2020)
Gambar 12.3 Thalassoica antartica
Ryan, Brendan. (2019). Diakses pada: bit.ly/39uHLuwbit.ly/39uHLuw (26 Maret 2020)
Gambar 12.4 Ardenna creatopus
Bitran, Ricardo. (2017). Diakses pada: bit.ly/2WNG8oTbit.ly/2WNG8oT (26 Maret 2020)
Gambar 12.5 Calonectris diomedea
Maia, Victor. (2010). Diakses pada: bit.ly/2y77NGWbit.ly/2y77NGW (26 Maret 2020)
Gambar 12.6 Procellaria aequnoctialis
Monney, Patrick. (2018). Diakses pada: bit.ly/3bx49EWbit.ly/3bx49EW (26 Maret 2020)
Gambar 12.7 Pseudobulweria rostrata
Gunning, John. (2016). Diakses pada: bit.ly/3dBrkj2bit.ly/3dBrkj2 (26 Maret 2020)
Gambar 12.8 Pterodroma gouldi
Leo. (2017). Diakses pada: bit.ly/33R914Zbit.ly/33R914Z (26 Maret 2020)
Gambar 12.9 Aphrodroma brevirostris
Ekins, Graham. (2011). Diakses pada: bit.ly/2WQrltwbit.ly/2WQrltw (26 Maret 2020)
Gambar 12.10 Pachyptila turtur
Shorty. (2019). Diakses pada: bit.ly/2WKiA4lbit.ly/2WKiA4l (26 Maret 2020)
Gambar 12.11 Halobaena caerulea

BIOSISTEMATIKA HEWAN 347


Leo. (2013). Diakses pada: bit.ly/2UGl1SDbit.ly/2UGl1SD (26 Maret 2020)
Gambar 12.12 Padograma nivea
Kopinitz, Alice., & Seig. (2011). Diakses pada: https://bit.ly/2yfJOWj (26 Maret 2020)
Gambar 12.13 Daption capense
Ryan, Brendan. (2017). Diakses pada: bit.ly/3apP2Nmbit.ly/3apP2Nm (26 Maret 2020)
Gambar 12.14 Macronectes gigantus
Bertheussen, Svein K. (2019). Diakses pada: bit.ly/2QPr4U0bit.ly/2QPr4U0 (26 Maret 2020)
Gambar 12.15 Fulmarus galcialis
Eade, Bob. (2017). Diakses pada: bit.ly/2UEhjsVbit.ly/2UEhjsV (26 Maret 2020)
Gambar 12.16 Bulweria bulwerii
Barlow, Chris. (2015). Diakses pada: bit.ly/2WKYmHDbit.ly/2WKYmHD (26 Maret 2020)
Gambar 12.17 Pterodoroma lessonii ketika di daratan
Chamu, Salvatore. (2013). Diakses pada: bit.ly/3asjHtwbit.ly/3asjHtw (26 Maret 2020)
Gambar 12.18 Pterodoroma lessonii ketia terbang
Francis, Ryan. (2019). Diakses pada: bit.ly/2WZytEfbit.ly/2WZytEf (26 Maret 2020)
Gambar 12.19 Ilustrasi Pterodoroma lessonii ketika makan
Biodiversity. (2015). Diakses pada: bit.ly/2xr5DSibit.ly/2xr5DSi (26 Maret 2020)
Gambar 12.20 Ardenna creatopus ketika berenang
Field, Daniel J. (2015). Diakses pada: bit.ly/2xxEmNTbit.ly/2xxEmNT (26 Maret 2020)
Gambar 12.21 Ardenna creatopus ketika terbang
Soto, Juan J. (2016). Diakses pada: bit.ly/3aARKiUbit.ly/3aARKiU (26 Maret 2020)
Gambar 12.22 Kaki pink Ardenna creatopus
Bitran, Ricardo. (2017). Diakses pada: bit.ly/2QQbuHHbit.ly/2QQbuHH (26 Maret 2020)
Gambar 12.23 Tubenoses Ardenna creatopus
Nick, Dean. (2015). Diakses pada: https://bit.ly/2QOwQVG (26 Maret 2020)
Gambar 12.24 Ciri khas Familia Diomedeidae bentuk sayap yang khas dan lubang hidung
yang terpisah.
Onley, Derek. dan Paul Scofield. (2007). Field Guide to the Albatrosses, petrels and shearwaters
of the World. London: A&C Black Publishers Ltd, 36 Soho Square.
Gambar 12.25 Phoebastria albatrus

BIOSISTEMATIKA HEWAN 348


Howell, S.N.G. (2008). Phoebastria albatrus at Petrels, Albatrosses, and Storm-Petrels of North
America: A Photographic Guide. United Kingdom: Princeton University Press.
Gambar 12.26 Diomedea exulans
Howell, S.N.G. (2008). Diomedea exulans at Petrels, Albatrosses, and Storm-Petrels of North
America: A Photographic Guide. United Kingdom: Princeton University Press.
Gambar 12.27 Thalassarche eremita
Howell, S.N.G. (2008). Thalassarche eremita at Petrels, Albatrosses, and Storm-Petrels of North
America: A Photographic Guide. United Kingdom: Princeton University Press.
Gambar 12.28 Phoebetria palpebrata
Howell, S.N.G. (2008). Phoebetria palpebrata at Petrels, Albatrosses, and Storm-Petrels of North
America: A Photographic Guide. United Kingdom: Princeton University Press.
Gambar 12.29 Thalassarche salvini
Howell, S.N.G. (2006). Thalassarche salvini at Petrels, Albatrosses, and Storm-Petrels of North
America: A Photographic Guide. United Kingdom: Princeton University Press.
Gambar 12.30 Thalassarche salvini
Ian (2009). Thalassarche salvini. (Online). Tersedia di flicker.com. diakses pada 28 Maret 2020.
Gambar 12.31 Hydrobates pelagicus
Howell, S.N.G. (2007). Hydrobates pelagicus at Petrels, Albatrosses, and Storm-Petrels of North
America: A Photographic Guide. United Kingdom: Princeton University Press.
Gambar 12.32 Oceanodroma castro
Howell, S.N.G. (2008). Oceanodroma castro at Petrels, Albatrosses, and Storm-Petrels of North
America: A Photographic Guide. United Kingdom: Princeton University Press.
Gambar 12.33 Oceanodroma homochroa
Howell, S.N.G. (2007). Oceanodroma homochroa at Petrels, Albatrosses, and Storm-Petrels of
North America: A Photographic Guide. United Kingdom: Princeton University Press.
Gambar 12.34 Pelecanoides georgicus
Sharma, R. (2018). Pelecanoides georgicus. (Online). Tersedia: https://alchetron.com/Diving-
petrel. Diakses pada 28 Maret 2020.
Gambar 13.1. Phaenthon rubricauda
Mila Zinkova, 2002. [online] tersedia di https://www.britannica.com/animal/tropic-bird, diakses
tanggal 17 Maret 2020.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 349


Gambar 13.2. Fregata magnificens
Frans Lanting, 1996. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/1173-
4470/magnificent-frigate-birds-courting-fregata-magnificens-galapagos-islands/, diakses
tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 13.3. Fregata minor
Jen and Des Bartlett, 2020. [online] tersedia di https://www.britannica.com. Diakses tanggal 17
Maret 2020.
Gambar 13.4. Fregata ariel
Aviceda, Tanpa tahun. . [online] tersedia di https://species.wikimedia.org. Diakses tanggal 17
Maret 2020.
Gambar 13.5. Pelecanus occidentalis
Michael Nolan, 2016. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/. Diakses tanggal 17
Maret 2020.
Gambar 13.6. Pelecanus conspicillatus
G & M Therin-Weise, 2014. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/. Diakses tanggal
17 Maret 2020.
Gambar 13.7. Pelecanus thagus
Pete Oxford, 2006. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/727-435/chilean-
pelicans-pelecanus-occidentalis-thagus-gathering-breed-isla/, diakses tanggal 17 Maret
2020.
Gambar 13.8. Pelecanus erythrorhynchos
Don Johnston, 1998. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/817-
123071/american-white-pelican-pelecanus-erythrorhynchos-fairford-manitoba-canada/,
diakses tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 13.9. Pelecanus onocrotalus
Michael Nolan, 2019. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/. Diakses tanggal 17
Maret 2020.
Gambar 13.10. Cyphornis magnus
Jose Carlos, 2008. [online] tersedia dihttps://a-dinosaur-a-
day.com/post/174481227385/cyphornis-magnus, diakses tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 13.11. Pelagornis chilensis

BIOSISTEMATIKA HEWAN 350


Daniel Martinez, 2014. . [online] tersedia di https://prehistoric
birds.tumblr.com/post/55982219420/pelagornis-chilensis-by-danielmartinezpina,
diakses tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 13.12. Sula nebouxii .
Chris Caldicott, 2016. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/1116-
46608/bluefooted-booby-nest-eggs-galapagos/, diakses tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 13.13. Morus bassana
Fabrice Chanson, 2015. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/860-
286400/gannet-landing-quebec-canada/, diakses tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 13.14. Sula variegate
Cyril Ruoso, 2015. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/860-
285405/peruvian-booby-feeding-chick-pescadores-guano-island-peru/, diakses tanggal
17 Maret 2020.
Gambar 13.15. Morus capensis
James Hager, 2016. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/764-5580/cape-
gannet-morus-capensis-landing-bird-island-lambertamps/, diakses tanggal 17 Maret
2020.
Gambar 13.16. Morus serrator
Michael Nolan. 2013. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/1112-
1275/australasian-gannet-morus-serrator-chick-cape-kidnappers-north/, diakses tanggal
17 Maret 2020.
Gambar 13.17. Elopteryx sp.
Dinosaurus Picture, Tanpa Tahun. [online] tersedia di https://dinosaurpictures.org/Elopteryx-
pictures, diakses tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 13.18. Anhinga rufa
Michael Nolan, 2019. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/1112-
4404/adult-african-darter-anhinga-rufa-chobe-national-park/, diakses tanggal 17 Maret
2020.
Gambar 13.19. Anhinga melanogaster
Michael Nolan, 2019. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/860-
282325/darter-drying-savuti-river-botswana/, diakses tanggal 17 Maret 2020.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 351


Gambar 13.20. Phalacrocorax carbo
Christophe Ravie, 2015. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/860-
285000/great-cormorant-dries-branch-alsace-france/, diakses tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 13.21. Phalacrocorax articeps
Michael Nolan, 2014. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/1112-
2648/adult-imperial-shag-phalacrocorax-atriceps-landing-nest-site/, diakses tanggal 17
Maret 2020.
Gambar 13.22. Phalacrocorax aristotelis
Jean-Paul Chatagnon, 2015. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/860-
286326/european-shags-nesting-cliff-british-isles/, diakses tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 13.23. Phalacrocorax harrisi
Michael Nolan , 2013. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/1112-
1579/curious-flightless-cormorant-phalacrocorax-harrisi-underwater-tagus-cove/,
diakses tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 13.24. Phalacrocorax magellanicus
Jean-Paul Chatagnon, 2015. [online] tersedia di https://www.robertharding.com/preview/979-
4903/adult-rock-shag-called-magellanic-cormorants-phalacrocorax-magellanicus/,
diakses tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 13.25.Odontopteryx toliapica
Wikipedia, 2020. . [online] tersedia di https://en.wikipedia.org/wiki/Odontopteryx, diakses
tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 13.26. Pseudodontornis tenuirostris
Wikivisually, Tanpa tahun. [online] tersedia di https://wikivisually.com/wiki/Pseudodontornis,
diakses tanggal 17 Maret 2020.
Gambar 14.1. Aptenodytes forsteri
Guardiola, Rebeca. 2008. Aptenodytes forsteri. [Online].
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=image&tid=225773&pic=17681. Diakses
pada 18 Maret 2020.
Gambar 14.2. Eudyptes chrysocome

BIOSISTEMATIKA HEWAN 352


Crozet. 1995. Eudeptes crysocome. [Online].
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=image&tid=212657&pic=4463. Diakses
pada 18 Maret 2020.
Gambar 14.3. Megadyptes antipodes
Betty Kelley. 2015. Megadyptes antipodes. [online] tersedia. https://www.pinterest.com , diakses
pada tanggal 18 Maret 2020.
Gambar 14.4. Megadyptes antipodes
Gemma Digwed, 2016. Megadyptes antipodes. [online] tersedia https://www.tolweb.org ,
diakses pada tanggal 18 Maret 2020.
Gambar 14.5. Spheniscus demersus
Edward, 2014. Spheniscus demersus. [online] tersedia https://www.123rf.com , diakses pada
tanggal 18 Maret 2020.
Gambar 14.6. Spheniscus demersus
Kenny, 2013. Spheniscus demersus. [online] tersedia
https://www.monaconatureencyclopedia.com , diakses pada tanggal 18 Maret 2020.
Gambar 14.7. Pygoscelis Papua
Selly, 2014. Pygoscelis Papua. [online] tersedia https://www.pinrest.com , diakses pada tanggal
18 Maret 2020.
Gambar 14.8. Pygoscelis Papua
Andi, 2017. Pygoscelis Papua. [online] tersedia https://www.grida.no diakses pada tanggal 18
Maret 2020.
Gambar 15.1. Paruh Burung dari Ordo Falconiformes
Gill, Frank dkk. 2006. Falconiform. ENCYCLOPÆDIA BRITANNICA. [Online]. Diakses
melalui https://www.britannica.com/animal/. 20 Maret 2020.
Gambar 15.2. Kaki Burung dari Ordo Falconiformes
Gill, Frank dkk. 2006. Falconiform. ENCYCLOPÆDIA BRITANNICA. [Online]. Diakses
melalui https://www.britannica.com/animal/. 20 Maret 2020.
Gambar 15.3. Sayap Burung dari Ordo Falconiformes
Gill, Frank dkk. 2006. Falconiform. ENCYCLOPÆDIA BRITANNICA. [Online]. Diakses
melalui https://www.britannica.com/animal/. 20 Maret 2020.
Gambar 15.4. Falco peregrinus

BIOSISTEMATIKA HEWAN 353


Coltman, Paul. 2017. Peregrine Falcon - Falco peregrinus. [Online]. Dapat diakses melalui
https://www.flickr.com/. 25 Maret 2020.
Gambar 15.5. Falco peregrinus
Sarah. 2019. Falco peregrinus. [Online]. Dapat diakses melalui https://bobo.grid.id/read/. 28
Maret 2020.
Gambar 15.6. Daptrius ater
Quental, Joao. 2014. Daptrius ater. [Online]. Diakses melalui
https://www.flickr.com/photos/jquental/15768993869. 28 Maret 2020.
Gambar 15.7. Daptrius ater
Timm, Claudio Dias. 2013. Daptrius ater. [Online]. Diakses melalui

Gambar 15.8. Micrastur semitorquatus


Salles, Octavio Campos. Tanpa Tahun. Micrastur semitorquatus. [Online]. Diakses melalui
https://www.pinterest.es/pin/452893306249957021/28 Maret 2020.
Gambar 15.9. Micrastur semitorquatus
Sherony, Dominic. Tanpa tahun. Micrastur semitorquatus. [Online]. Diakses melalui
http://www.peruaves.org/falconidae/collared-forest-falcon-micrastur-semitorquatus/28
Maret 2020.
Gambar 15.10. Herpetotheres cachinnans
Jimenez, Chris. 2015. Herpetotheres cachinnans. [Online]. Diakses melalui
https://www.flickr.com/photos/pixel1616/16167843564.28 Maret 2020.
Gambar 15.11. Herpetotheres cachinnans
Jimenez, Chris. 2014. Herpetotheres cachinnans. [Online]. Diakses melalui
https://web.500px.com/photo/58476198/Laughing-Falcon-Herpetotheres-cachinnans-
with-snake-by-Chris-Jimenez/28 Maret 2020.
Gambar 15.12. Microhierax melanoleucos
Frieda. 2013. Microhierax melanoleucos. [Online]. Diakses melalui
https://www.flickr.com/photos/50169565@N06/10851210946. 28 Maret 2020.
Gambar 15.12. Microhierax melanoleucos
Timmermann, Roger Theo. 2014. Microhierax melanoleucos. [Online]. Diakses melalui
https://www.wildlife-sensor.com/july_2014/h2735552E#h2735552e. 28 Maret 2020.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 354


Gambar 15.13. Microhierax melanoleucos
Pinto, Shailesh. 2018. Microhierax melanoleucos. [Online]. Diakses melalui
https://ebird.org/species/piefal2. 28 Maret 2020.
Gambar 16. 1. Pandion haliaetus (diakses pada tanggal 20 Maret 2020)
https://www.pinterest.com/pin/520236194431894440/
Gambar 16. 2. Kaki Pandion haliaetus (diakses pada tanggal 20 Maret 2002)
https://fineartamerica.com/featured/osprey-pandion-haliaetus-photostock-israel.html
Gambar 16. 3. Pandion haliaetus map distribution (diakses pada tanggal 20 Maret
2020) https://ospreyandeagle.wordpress.com/life-history/geographical-distribution/
Gambar 16. 4. Status Pandion haliaetus (diakses pada tanggal 20 Maret 2020)
https://www.iucnredlist.org/species/22694938/155519951
Gambar 16. 5. Gampsonyx swainsonii Diakses pada tanggal 17 Maret 2020 dari
https://neotropical.birds.cornell.edu/species-Account/nb/species/peakit1/overview
Gambar 16. 6. Gampsonyx swainsonii Diakses pada tanggal 17 Maret 2020 dari
https:/dibird.com/species/pearl-kite/
Gambar 16. 7. Gampsonyx swainsonii Diakses pada tanggal 17 Maret 2020 dari
https:/www.flickriver.com/photos/94293448@N07/39157486201/
Gambar 16. 8. Peta persebaran Gampsonyx swainsonii Diakses pada tanggal 17 Maret 2020
dari https://neotropical.birds.cornell.edu/species-Account/nb/species/peakit1/overview
Gambar 16. 9. Nisaetus bartelsi diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari
https://www.iucnredlist.org/species/22696165/110050373
Gambar 16. 10. Morfologi Nisaetus bartelsi diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari
http://kehati.jogjaprov.go.id/detailpost/burung-elang-jawa-nisaetus-bartelsi
Gambar 16. 11. Tingkat Kepunahan Nisaetus bartelsi diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari
https://www.iucnredlist.org/species/22696165/110050373
Gambar 16. 12. Haliaeetus albicilla Diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari:
https://www.flickr.com/photos/francesco_veronesi/15437353795/
Gambar 16. 13. Haliaeetus albicilla Diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari:
https://www.flickr.com/photos/wildlife_boy1/9471718879/in/photostream/

BIOSISTEMATIKA HEWAN 355


Gambar 16.14 Cathartes aura Diakses pada tanggal 27 Maret 2020
dari https://neotropical.birds.cornell.edu/Species-
Account/nb/species/turvul/overview
Gambar 16.15 Cathartes aura Diakses pada tanggal 27 Maret 2020
dari https://neotropical.birds.cornell.edu/Species-
Account/nb/species/turvul/overview
Gambar 16.16 Cathartes aura Diakses pada tanggal 27 Maret 2020
dari https://fineartamerica.com/
Gambar 16.17 Peta persebaran Cathartes aura Diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari
https://neotropical.birds.cornell.edu/Species-Account/nb/species/turvul/overview
Gambar 17. 1. Tyto alba Diakses pada tanggal 17 Maret 2020 dari
https://www.asianagri.com/id/media-id/artikel/tyto-alba-sahabat-yang-sigap-menjaga-
sawit-dalam-senyap
Gambar 17. 2. Tyto alba Diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari
https://www.robertharding.com/preview/1219-174/barn-owl-tyto-alba-resting-perched-
roadside-wooden/
Gambar 17. 3. Tyto alba Diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari
https://www.featherbase.info/nb/species/tyto/alba
Gambar 17. 4. Bubo virginianus (diakses pada tanggal 20 Maret 2020)
https://www.pinterest.com/pin/531424824756781906/
Gambar 17. 5. Bubo virginianus map distribution (diakses pada aanggal 20 Maret 2020)
https://www.pinterest.com/pin/91338698670471757/
Gambar 17. 6. Status Bubo virginianus (diakses pada tanggal 27 Maret 2020)
https://www.iucnredlist.org/species/61752071/132039486
Gambar 17. 7. Ninox rufa diakses pada tanggal 22 Maret 2020 dari
https://alamendah.org/2014/10/17/54-jenis-burung-hantu-di-indonesia/ninox-rufa-
punggok-merah/
Gambar 17. 8. Morfologi Ninox rufa diakses pada tanggal 22 Maret 2020 dari
https://www.flickr.com/photos/billiam109/24809619377/
Gambar 17. 9. Peta Persebaran Ninox rufa diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari
https://www.hbw.com/species/rufous-owl-ninox-rufa

BIOSISTEMATIKA HEWAN 356


Gambar 17. 10. Tyto longimembiris Diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari:
https://www.owlpages.com/owls/species.php?i=48
Gambar 17. 11. Tyto longimembiris Diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari:
https://www.owlpages.com/owls/species.php?i=46
Gambar 17. 12. Peta Persebaran Tyto longimembris Diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari:
https://www.iucnredlist.org/species/22688522/93199574
Gambar 17.13. Nyctea scandiaca Diakses pada tanggal 27 Maret 2020
dari https://fineartamerica.com/
Gambar 17.14. Nyctea scandiaca Diakses pada tanggal 27 Maret 2020
dari https://www.flickr.com/photos/joachim_s_mueller/27220717815
Gambar 18. 1. Karolina jantan (diakses pada tanggal 20 Maret 2020)
https://leesbird.com/kids-section/bible-birds/bible-birds-doves-and-pigeons/70-mourning-dove-
zenaida-macroura-usfws/
Gambar 18. 2. Karolina betina (diakses pada tanggal 20 Maret 2020)
https://pixels.com/featured/mourning-dove-zenaida-macroura-resting-danita-
delimont.html Gambar 18. 3. Zenaida macroura map distribution (diakses pada tanggal
20 Maret 2020) https://birdsna.org/Species-Account/bna/species/moudov/introduction
Gambar 18. 4. Status Zenaida macroura (diakses pada tanggal 27 Maret 2020)
https://www.iucnredlist.org/species/22690736/95215602
Gambar 18. 5. Columba argentina Diakses pada tanggal 17 Maret 2020 dari
https://www.hbw.com/ibc/photo/silvery -pigeon-columba-argentina/first-record-silvery-
pigeon-capyivity
Gambar 18. 6. Columba argentina Diakses pada tanggal 17 Maret 2020 dari
https://www.hbw.com/ibc/photo/silvery -pigeon-columba-argentina/first-record-silvery-
pigeon-capyivity
Gambar 18. 7. Geopelia striata diakses pada tanggal 18 Maret 2020 dari
http://www.botany.hawaii.edu/basch/uhnpscesu/htms/kahobird/fish_pops/Columbidae/d
ove02.htm
Gambar 18. 8. Morfologi Geopelia striata diakses pada tanggal 18 Maret 2020 dari
https://www.flickr.com/photos/seb-artz/26362794849

BIOSISTEMATIKA HEWAN 357


Gambar 18. 9. Columbina inca Diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari:
https://macaulaylibrary.org/asset/44298491
Gambar 18. 10. Columbina inca Diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari:
https://macaulaylibrary.org/asset/44298491
Gambar 18. 11. Peta Persebaran Columbina inca Diakses pada tanggal 27 Maret 2020 dari:
https://ebird.org/species/incdov
Gambar 18.12. Raphus cucullatus Diakses pada tanggal 27 Maret
2020 dari https://www.biolib.cz/en/image/id365125/
Gambar 18.13. Raphus cucullatus Diakses pada tanggal 27 Maret
2020 dari https://www.hbw.com/ibc/photo/dodo-raphus-cucullatus/early-20th-century-
model- sadly-long-extinct-species-2
Gambar 19.1. Electus roratuetina betina.
Arlene Hsu. Female Electus roratus.(2016) [Online] Tersedia
di:https://www.flickr.com/photos/arlenehsu/ Diakses pada 20 Maret 2020
Gambar 19.2. Electus roratus jantan.
Chris de Visser. (2014). Electus parrot. [Online] Tersedia di:
https://www.flickr.com/photos/1114826912@N02/ Diakses pada 20 Maret 2020
Gambar 19.3. Nestor Notabilis.
Engilis Photos. (1986). Kea-Nestor notabilis.[Online]. Tersedia di:
https://www.flickr.com/photos/25763285@N07/ Diakses pada 20 Maret 2020
Gambar 19.4. Strigops habroptila.
Brett Backhouse. (2005). Kakapo(Strigops habroptilus). [Online] Tersedia di:
https://www.flickr.com/photos/sootyoystercathcher/ Diakses pada 20 Maret 2020
Gambar 19.5. Cacatua sulphurea.
Roger. (2016). Citron-creasted Cockatoo. [Online] Tersedia di:
https://www.flickr.com/photos/birdbug3/ Diakses opada 20 Maret 2020
Gambar 19.6. Nymphicus hollandicus.
Sander Sloots. (2018). Cockatiel Nymphicus hollandicus. [Online] Tersedia di:
https://www.flickr.com/photos/126148542@N04/ Diakses pada 20 Maret 2020
Gambar 20.1. Phaenicophaeus calyorhynchus .

BIOSISTEMATIKA HEWAN 358


Rahman.A 2012 .Yellow-billed malkoha (Phaenicophaeus calyorhynchus) [Online] Tersedia di :
http://animal.memozee.com/view.php?tid=3&did=34883 Diakses pada : 21 Maret 2020
Gambar 20.2 Cuculus crassirostris ,
Bashari. A . 2019 . Sulawesi Cuckoo Cuculus crassirostris [Online] Tersedia di :
https://www.hbw.com/ibc/photo/sulawesi-cuckoo-cuculus-crassirostris/bird-perch-
ketapang-tree Diakses pada : 21 Maret 2020
Gambar 20.3. Centropus nigrorufus,
Kristanti.A . 2013. Javan Coucal Centropus nigrorufus [Online] Tersedia di :
https://www.hbw.com/ibc/photo/javan-coucal-centropus-nigrorufus/i-take-photo-angke-
river-approximately-50-meters-muara Diakses pada : 21 Maret 2020
Gambar 20.4. Crotophaga ani
Fonseca.R . 2006 Smooth-billed Ani (Crotophaga ani) [Online] Tersedia di :
http://animal.memozee.com/view.php?tid=3&did=28196 Diakses pada : 21 Maret 2020
Gambar 20.5. Tapera naevia
Danzenbaker.M . 2005 Striped Cuckoo
Tapera naevia [Online] Tersedia di :

http://avesphoto.com/website/TT/species/CUCSTR-1.htm Diakses pada : 21 Maret 2020


Gambar 21.1 Mousebird Colius striatus
Ainars Auinins. 2010. Mousebird Colius striatus. (Online). Diakses dari :
https://www.alamy.com/stock-photo-speckled-mousebird-colius-striatus-perched-on-a-
dry-reed-29380279.html pada 19 Maret 2020.
Gambar 21.2 Colius striatus
Stefan Helming. 2009. Speckled Mousebird Colius striatus Diakses dari :

https://www.hbw.com/ibc/photo/speckled-mousebird-colius-striatus/close-head pada 23
Maret 2020.
Gambar 21.3 Colius castanotus
Carol Petterson. Tanpa Tahun. Red-backed Mousebird (Colius castanotus). (Online) . Diakses
dari https://www.pinterest.com/pin/530158187373013368/ pada 23 Maret 2020.
Gambar 21.4. Colius leucocphalus
Mount Slavation Salton Sea. Tanpa Tahun. White-headed Mousebird. (Online). Diakses dari :
https://www.pinterest.ie/pin/434315957808840814/ pada 23 Maret 2020.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 359


Gambar 21.5. Urocolus macrosaurus
M P Goodey. 2006. Blue-naped Mousebird. (Online) Diakses dari :
https://www.hbw.com/ibc/photo/blue-naped-mousebird-urocolius-macrourus/bird-bush-
0 pada 23 Maret 2020.
Gambar 21.6 Urocolius indicus
Derek Keats. 2016. Red-faced mousebird (Urocolius indicus). (Online). Diakses dari :
http://animal.memozee.com/view.php?tid=3&did=34754 pada 23 Maret 2020.
Gambar 22.1. Contoh ordo Coraciiformes: Raja Udang dan Kirik-kirik
Kurniawan, Nia dan Adityas Arifianto. 2017. Ornitologi: Sejarah, Biologi, dan Konservasi.
Malang: UB Press
Gambar 22.2. Common Kingfisher
Erwin, Mick. 2018. Kingfisher. [Online] Diakses dari:
https://www.flickr.com/photos/mufftrix/42712353454/sizes/l/
Gambar 22.3. Broad-billed tody
BreaTorrens, Pericles. 2012. Todidae - Todus subulatus. [Online] Diakses dari:
https://www.flickr.com/photos/kike1492/10735409554/sizes/l/
Gambar 22.4. Turquoise-browed Motmot
Gamboias, Rosa. 2017. Momoto Cejiazul | Turquoise-browed Motmot (Eumomota superciliosa).
[Online] Diakses dari: https://www.flickr.com/photos/rgamboias/33889157093/sizes/l/
Gambar 22.5. Indian Roller
Ghosh, Sudip. 2019. Indian roller. [Online] Diakses dari:
https://www.flickr.com/photos/sudip_k_ghosh/49117106728/sizes/l/
Gambar 22.6. European Bee-eaters
Armitage, Karen. 2018. European Bee-eater. [Online] Diakses dari:
https://www.flickr.com/photos/ladyinrosso/35176006465/sizes/l/
Gambar 23.1 Harpactes duvaucelii
Win. 2017. Harpactes duvaucelii. (Online). Diakses dari:https://www.hbw.com/ibc/photo/scarlet-
rumped-trogon-harpactes-duvaucelii/male- perched-above-trail-deer-cave. Pada 17
Maret 2020.
Gambar 23.2 Apalharpactes reinwardtii

BIOSISTEMATIKA HEWAN 360


Alamendah. (2014). Apalharpactes reinwardtii. (Online). Diakses dari:
https://alamendah.org/2014/05/03/luntur-jawa-atau-luntur-gunung-burung-langka-jawa-
barat/. Pada 17 Maret 2020.
Gambar 23.3 Apalharpactes macklotii
Alamendah. (2015). Apalharpactes macklotii. (Online). Diakses dari:
https://alamendah.org/205/07/14/luntur-sumatera-apalharpactes-mackloti-burung-
endemik-sumatera/. Pada 17 Maret 2020.
Gambar 23.4 Pharomachrus mocinno
Thompson. (2015). Pharomachrus mocinno. (Online). Diakses dari:
discoverlife.org/mp/20p?see=I_LHT972&res=640. Pada 17 Maret 2020.

Clarke, Kester. (2020). Trogon viridis. (Online). Diakses dari:


https://neotropical.birds.cornell.edu/Species-
Account/nb/species/gnbtro1/multimedia/photos. Pada 17 Maret 2020.
Gambar 23.6 Trogon elegans
Snyder. (2019). Trogon elegans. (Online). Diakses dari: https://www.hbw.com/ibc/photo/elegant-
trogon-trogon-elegans/male-perched-side-view. Pada 17 Maret 2020.
Gambar 24.1. Psilopogon pyrolophus
Yadi, (2020). Ciri Khas Burung Takur Api dan Perilakunya di Alam Liar. (Online). Diakses dari
https://www.jalaksuren.net/ciri-khas-burung-takur-api-dan-perilakunya-di-alam-liar/ 19
Maret 2020
Gambar 24.2. Megalaima haemacephala
Dut, Umang. (2009). Coppersmith Barbets or Crimson-breasted Barbets. (Online). Diakses dari
https://br.pinterest.com/pin/439663982366158548/ 20 Maret 2020
Gambar 24.3. Galbula ruficauda
Admin. (2019). Rufous-tailed Jacamar. (Online). Diakses dari https://ebird.org/species/rutjac1 20
Maret 2020
Gambar 24.4. Malacoptila panamensis
Admin. (2019). White-whiskered Puffbird. (Online). Diakses dari
https://ebird.org/species/whwpuf1 20 Maret 2020
Gambar 24.5. Eubucco bourcierii

BIOSISTEMATIKA HEWAN 361


Admin. (2019). Red-headed Barber. (Online). Diakses dari https://ebird.org/species/rehbar1 20
Maret 2020
Gambar 25.1 Collocalia fuciphaga
Stanislav, (2017). Collocalia fuciphaga. (Online). Diakses dari:
https://www.hbw.com/ibc/photo/edible-nest-swiftlet-aerodramus-fuciphagus/flying-
bird-2 Pada 18 Maret 2020.
Gambar 25.2 Hirundapus caudacutus
Aries, (2012). Hirundapus caudacutus. (Online). Diakses dari:
https://omkicau.com/wpcontent/uploads/2012/11/burung-walet-alpine-atau-
tachymarptis-melba.jpg. Pada 18 Maret 2020.

Seshadri, (2014). Hemiprocne longipennis. (Online). Diakses dari:


https://en.wikipedia.org/wiki/Greyumped_treeswift#/media/File:Grey_Rumped_Treesw
ift.jpg. Pada 18 Maret 2020.
Gambar 25.4 Colibri coruscans
Nathan, 2009. Colibri coruscans. (Online). Diakses dari:
https://www.flickr.com/photos/nathaninsandiego/4023806083. Pada 18 Maret 2020.
Gambar 26.1 Caprimulgus prigoginei
Cleere, N., de Juana, E. & Sharpe, CJ. (2020). Prigogine’s Nightjar (Caprimulgus prigoginei).
In: del Hoyo, J., Elliot, A., Sargatal, J., Christie, DA. & de Juana, E. (eds) Handbook of the
birds of the World Alive. (Online). Diakses pada:
https://www.hbw.com/species/prigogines-nightjar-caprimulgus-prigoginei/. 19 Maret
2020.
Gambar 26.2 Steatornis caripensis
Moran, David. (Tidak ada tahun). Steatornis caripensis. (Online). Diakses pada:
http://www.peruaves.org/steatornithidae/. 24 Maret 2020.
Gambar 26.3 Nyctibus grandis
Barros, Joao Sergio. (2018). Nyctibus grandis. (Online). Diakses pada:
https://www.flickr.com/photos/joaosouza/39567561331. 24 Maret 2020.
Gambar 26.4 Caprimulgus affinis

BIOSISTEMATIKA HEWAN 362


Admin. (2018). Cabak Kota, Savannah Nightjar, Caprimulgus affinis. (Online). Diakses pada:
https://aves-lombok.blogspot.com/2018/02/cabak-kota.html. 19 Maret 2020.
Gambar 26.5 Podargus ocellatus
Sanders, Mark. (2018). Podargus ocellatus. (Online). Diakses pada:
https://www.flickr.com/photos/colonel_007/43071000192. 24 Maret 2020.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 363


DAFTAR PUSTAKA

Freitag, Stephanie & Robinson, Terence J. (1993). "Phylogeographic patterns in mitochondrial


DNA of the Ostrich (Struthio camelus)" (PDF). The Auk. 110 (3): 614–622.
doi:10.2307/4088425. JSTOR 4088425.
Rinat, Zafrir (25 December 2007). "The Bitter Fate of Ostriches in the Wild". Haaretz. Tel Aviv.
Retrieved 10 January 2017.
Ostriches in Australia – and near my home. trevorsbirding.com (13 September 2007)
Donegan, Keenan (2002). "Struthio camelus". Animal Diversity Web. University of Michigan
Museum of Zoology.
BirdLife International (2018). "Struthio camelus". IUCN Red List of Threatened Species. IUCN.
2018: e.T45020636A132189458. Retrieved 15 February 2020
BirdLife International (2018). "Struthio camelus". IUCN Red List of Threatened Species. IUCN.
2018: e.T45020636A132189458. Retrieved 15 February 2020.
Brands, Sheila (14 August 2008). "Systema Naturae 2000 / Classification, Genus Struthio".
Project: The Taxonomicon. Retrieved 4 February 2009.
BirdLife International (2016). "Struthio molybdophanes". IUCN Red List of Threatened Species.
IUCN. 2016: e.T22732795A95049558. Retrieved 15 February 2020.
Davies, S.J.J.F. (2003). "Birds I Tinamous and Ratites to Hoatzins". In Hutchins, Michael (ed.).
Grzimek's Animal Life Encyclopedia. 8 (2nd ed.). Farmington Hills, MI: Gale Group.
pp. 99–101. ISBN 978-0-7876-5784-0.
Gilman, Daniel Coit; Peck, Harry Thurston; Colby, Frank Moore, eds. (1903). "Ostrich". The New
International Encyclopædia. XIII. New York, NY: Dodd, Mead and Company. pp. 497–
498.
Davies, S. J. J. F.; Bertram, B. C. R. (2003). "Ostrich". In Perrins, Christopher (ed.). Firefly
Encyclopedia of Birds. Buffalo, NY: Firefly Books, Ltd. pp. 34–37. ISBN 978-1-55297-
777-4.
Donegan, Keenan (2002). "Struthio camelus". Animal Diversity Web. University of Michigan
Museum of Zoology.
Ostriches in Australia – and near my home. trevorsbirding.com (13 September 2007)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 364


Wolfman.SF. 2020. Struthio molybdophanes. Di https://en.m.wikipedia.org/wiki/Somali_ostrich.
Diakses 27 Maret 2020.
del Hoyo, J., Collar, N. & Garcia, EFJ (2020). Burung Unta Somalia ( Struthio molybdophanes
). Dalam: del Hoyo, J., Elliott, A., Sargatal, J., Christie, DA & de Juana, E. (eds.). Buku
Pegangan Burung Dunia Hidup . Lynx Edicions, Barcelona. Struthio
molybdophanes. Di https://www.hbw.com/species/somali-ostrich-struthio-
molybdophanes. Diakses 27 Maret 2020.
BirdLife International dan Handbook of the Birds of the World. 2017. Struthio molybdophanes .
Di http://www.edgeofexistence.org/species/somali-ostrich/. Diakses 27 Maret 2020.
Wikimedia. (2010). Rhea americana. [Online]

Maret 2020
Flickr. (2014). Rhea pennata [Online]. https://www.flickr.com/photos/hen-
magonza/15197037665 Diakses pada 20 Maret 2020
hbw.com. (2018). Rhea pennata [Online] https://www.hbw.com/species/puna-rhea-rhea-
tarapacensis#Taxonomy Diakses pada 20 Maret 2020
Clements, J (2007)
Davies, S.J.J.F. (2003). "Cassowaries". In Hutchins, Michael (ed.). Grzimek's Animal Life
Encyclopedia. 8 Birds I Tinamous and Ratites to Hoatzins (2nd ed.). Farmington Hills,
Michigan: Gale Group. pp. 75–80. ISBN 0-7876-5784-0
Order Casuariiformes / Emus & Cassowaries, dalam Bio Explorer.
Tersedia:
https://www.bioexplorer.net/order-casuariiformes/ Diakses pada 21 Maret 2020
Southern Cassowary, dalam Queensland Government Department of Environment and Science.
Tersedia: https://environment.des.qld.gov.au/wildlife/threatened-
species/endangered/cassowary#toc-4 Diakses pada 22 Maret 2020\
Casuarius unappendiculatus Northern Cassowary, dalam Animal Diversity Web. Tersedia:
https://animaldiversity.org/accounts/Casuarius_unappendiculatus/ Diakses pada 23
Maret 2020
Family Cassowaries, Emus (Casuariidae) Northern Cassowary (Casuarius unappendiculatus),
dalam handbook of the birds of the world. Tersedia:

BIOSISTEMATIKA HEWAN 365


https://www.hbw.com/species/northern-cassowary-casuarius-unappendiculatus Diakses
pada 23 Maret 2020

Parker, T. Jeffrey. 1900. A Manual of Zoology. New York, NY: The MacMillan Company Mikko's
Phylogeny Archive [1] Haaramo, Mikko (2007). "PALEOGNATHIA- paleognathous
modern birds". Diakses pada 22 Maret 2020
Paleofile.com (net, info) "Archived copy". Archived from the original on 2016-01-11. Retrieved
2015-12-30.. "Taxonomic lists- Aves". Archived from the original on 11 January 2016.
Diakses pada 22 Maret 2020
Archived 2016-10-05 at the Wayback Machine Perron, Richard (2010). "Taxonomy of the Genus
Casuarius". Archived from the original on 5 March 2016. Diakses pada 22 Maret 2020
"Southern Cassowary Species account" dalam Animal Life Resource. Diakses pada 22 Maret 2020
Burnie, D; Wilson, DE (2005). Animal: The Definitive Visual Guide to the World's Wildlife. DK
Adult. ISBN 0789477645
Clements, James (2007). The Clements Checklist of the Birds of the World (6th ed.). Ithaca, NY:
Cornell University Press. ISBN 978-0-8014-4501-9
BirdLife International (2018). "Casuarius casuarius". IUCN Red List of Threatened Species.
IUCN. 2018: e.T22678108A131902050. Diakses pada 22 Maret 2020
BirdLife International (2020) IUCN Red List for birds. Tersedia: http://www.birdlife.org. Diakses
pada 22 Maret 2020
“Casuarius unappendiculatus" (On-line), Animal Diversity Web. Tersedia:
https://animaldiversity.org/accounts/Casuarius_unappendiculatus/ Diakses pada 22
Maret 2020
Jones, S. (2006). "Casuarius bennetti" (On-line), Animal Diversity Web. Tersedia:
https://animaldiversity.org/accounts/Casuarius_bennetti/ Diakses pada 23 Maret 2020
Dromaius novaehollandiae (Latham, 1790) (Online) dalam ITIS Report. Tersedia:
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=17
4385#null Diakses pada 24 Maret 2020
Gillespie, James; Flanders, Frank (2009). Modern Livestock & Poultry Production. Cengage
Learning. p. 908. ISBN 978-1-4283-1808-3
Stephen Davies (2002). Ratites and Tinamous. ISBN 978-0-19-854996-3

BIOSISTEMATIKA HEWAN 366


Patak, A.E.; Baldwin, J. (1998). "Pelvic limb musculature in the emu Dromaius novaehollandiae
(Aves : Struthioniformes: Dromaiidae): Adaptations to high-speed running". Journal of
Morphology. 238 (1): 23–37. doi:10.1002/(SICI)1097-4687(199810)238:1<23::AID-
JMOR2>3.0.CO;2-O. PMID 9768501
Emus vs. Ostriches". Wildlife Extra. Archived from the original on 18 July 2015. Diakses pada 23
Maret 2020
Bruce, M.D. (1999). "Common emu (Dromaius novaehollandiae)". In del Hoyo, J.; Elliott, A.;
Sargatal, J. (eds.). Handbook of the Birds of the World Alive. Lynx Edicions. ISBN 978-
84-87334-25-2
Davies, S.J.J.F. (1976). "The natural history of the emu in comparison with that of other ratites".
In Firth, H.J.; Calaby, J.H. (eds.). Proceedings of the 16th international ornithological
congress. Australian Academy of Science. pp. 109–120. ISBN 978-0-85847-038-5
Shorter, G. (2012). "Dromaius novaehollandiae" (On-line) dalam Animal Diversity Web.,
Tersedia: https://animaldiversity.org/accounts/Dromaius_novaehollandiae/ Diakses pada
23 Maret 2020
Jones, S. (2006). "Casuarius bennetti" (On-line) dalam Animal Diversity Web. Tersedia:
https://animaldiversity.org/accounts/Casuarius_bennetti/ Diakses pada 23 Maret 2020
Atlas of Living Australia. Alectura lathami. [cited 2020 March 22]. Available at:
https://bie.ala.org.au/species/urn:lsid:biodiversity.org.au:afd.taxon:036fcf6e-6acc-4872-
b5ce-e28904c50986
Atlas of Living Australia. Colinus virginianus. [cited 2020 March 22]. Available at:
https://bie.ala.org.au/species/NZOR-6-105100
Atlas of Living Australia. Numida meleagris. [cited 2020 March 22]. Available at:
https://bie.ala.org.au/species/urn:lsid:biodiversity.org.au:afd.taxon:31b5ad7f-15e5-41a5-
b969-d7f7d4235136
Archibald G.W. & Meine, C.D. 1996. Family Gruidae (Cranes). In: del Hoyo J, Elliott A, Sargatal J.
(Eds.). Hoatzin to Auks. Handbook of the Birds of the World. Vol. 3. pp. 60-89.
Avibase-data base burung dunia. Grey Crowned Crane (East African). https://avibase.bsc-
eoc.org/species.jsp?lang=ID&avibaseid=F487617F5989743C&sec=map

BIOSISTEMATIKA HEWAN 367


Baker, A., C. Daugherty, R. Colbourne, J. McLennan. 1995. Flightless Brown Kiwis of New
Zealand Possess Extremely Subdivided Population Structure and Cryptic Species Like
Small Mammals. Proceedings of the National Academy of Sciences, 92: 8254-8258
Blair-Newton, S. Date Unknown. "Cranes Topic of Bird Club Talk" (On-line). Winona Post
Online. Accessed March 21, 2003 at Http://www.winona.com/032002/outdoor.html.
BirdLife International. (2016). “Southern Brown Kiwi – BirdLife Species Factsheet”. Data
Zone. [Online] diakses dari http://datazone.birdlife.org/home
BirdLife International. 2001. Threatened Birds of Asia: The BirdLife International Red Data Book.
Cambridge, U.K.: BirdLife International.
BirdLife International (2020) Lembar fakta spesies: Grus americana . Diunduh dari
Dr.Sc Giuliano Russini. (unknown). Balearica regulorum. Monaco Nature Encyclopedia.
https://www.monaconatureencyclopedia.com/balearica-regulorum/?lang=en
Brickle, N. 2002. Habitat use, predicted distribution and conservation of green peafowl (Pavo
muticus) in Dak Lak Province, Vietnam. Biological Conservation, 105: 189-197.
Campbell, B., E. Lack. 1985. A Dictionary of Birds. Vermillion: Buteo Books.
Chumchal, M. 2000. "Colinus virginianus" (On-line), Animal Diversity Web. Accessed March
21, 2020 at https://animaldiversity.org/accounts/Colinus_virginianus/
Clements, J. (2007). The Clements Checklist of The Birds of The World (6th ed.). Ithaca, NY:
Cornell University Press.
Colbourne, R.M. (2002). “Incubation Behaviour and Egg Physiology of Kiwi (Apteryx spp.) in
Natural Habitats”. New Zealand Journal of Ecology. 26: 129-138.
Collar, N., P. Andrew, L. Gonzaga, R. Grimmett, T. Johnson. 1988. Birds To Watch; The ICBP
World Checklist of Threatened Birds. Washington D.C.: Smithsonian Institution Press.
Crawls, A. (2008). Great Spotted Kiwi/Roroa. [Online] diakses dari
https://web.archive.org/web/20080803050958/http://www.apoec.org.nz/kiwi.htm
Davies, S.J.J.F. (2003). “Kiwis”. In Hutchins, M (ed). Grzimek’s Animal Life Encyclopedia. 8
Birds | Tinamous and Ratites to Hoatzins (2nd ed.). Farmington Hills, MI: Gale Group.
Dickinson, E. 2003. The Howard and Moore Complete Checklist of the Birds of the World.
London: Christopher Helm.
DeCarlo, V. 2004. "Grus japonensis" (On-line), Animal Diversity Web. Accessed March 23,
2020 at https://animaldiversity.org/accounts/Grus_japonensis/

BIOSISTEMATIKA HEWAN 368


Dyke, G., B. Gulas, T. Crowe. 2003. Suprageneric relationships of galliform birds (Aves,
Galliformes): a cladistic analysis of morphological characters. Zoological Journal of the
Linnean Society, 137: 227-244
Folch, A; Jutglar, F; Garcia, E.F.J. (2018). del Hoyo, Josep; Elliott, Andrew; Sargatal, Jordi;
Christie, David A.; de Juana, Eduardo (eds.). "Little Spotted Kiwi (Apteryx owenii)".
Handbook of the Birds of the World Alive. Barcelona, Spain: Lynx Edicions
Fowler, E. 2011. "Pavo cristatus" (On-line), Animal Diversity Web. Accessed March 18, 2020 at
https://animaldiversity.org/accounts/Pavo_cristatus/
Gautier, Z. 2002. "Gallus gallus" (On-line), Animal Diversity Web. Accessed March 20, 2020 at
ttps://animaldiversity.org/accounts/Gallus_gallus/
Grzimek, B., D. G. Kleiman, V. Geist, and M. C. McDade. Grzimek's Animal Life Encyclopedia.
Detroit: Thomson-Gale, 2004. ISBN 0307394913.
Gudipati, S. 2007. "Apteryx australis" (On-line), Animal Diversity Web. Accessed March 18, 2020
at https://animaldiversity.org/accounts/Apteryx_australis/
Howard, L. 2004. "Galliformes" (On-line), Animal Diversity Web. Accessed March 18, 2020 at
https://animaldiversity.org/accounts/Galliformes/
Hughes, J. 2008. Cranes: A Natural History dari Burung di Krisis . Richmond Hill: Firefly Books.
International Crane Foundation. 2001. "International Crane Foundation, Crane Species, Red
Crowned Crane" (On-line). Accessed April 21, 2004 at
http://www.savingcranes.org/species/red-crwn.asp.
Jackson, C. 2006. Peacock. London: Reaktion Books LTD.
Johnsgard, P. 1999. The Pheasants of the World Biology and Natural History. Washington, D.C.:
Smithsonian Institution Press.
IUCN. 2003. "IUCN Red List of Threatened Species" (On-line). Accessed April 21, 2004 at
http://www.redlist.org.
IUCN 2020. Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN. Versi 2020-1.
(https://www.iucnredlist.org)
Keith, S, G, and Gill, A. 2015. Gruiform. Encyclopaedia Britannica : Encyclopaedia Britannica,
inc. (online). https//www.britannica.com/animal/gruiform. Diakses pada 23 Maret 2020

BIOSISTEMATIKA HEWAN 369


Kriegs, J. O., A. Matzke, G. Churakov, A. Kuritzin, G. Mayr, J. Brosius, and J. Schmitz. 2007.
Waves of genomic hitchhikers shed light on the evolution of gamebirds (Aves:
Galliformes). BMC Evolutionary Biology 7: 190. Retrieved December 11, 2007.
Krajewski dan King, 1., 1. Krajewski et al, 2. Fain et al. 2007. "Gruidae" (On-line). Proyek Pohon
Kehidupan. Diakses 11 Februari 2010 di http: //. Tolweb org / Gruidae / 26.312 / 2007.
08. 31 di The Tree of Life Web Project, http: //. Tolweb org /
Lewis, J. 1995. Whooping Crane Grus americana. The Birds of North America, 153: 1-28.
Madge, S., P. McGowan. 2002. Pheasants, Partridges and Grouse: A guide to the pheasants,
partridges, quails, grouse, guineafowl, buttonquails and sandgrouse of the world. London:
Christopher Helm.
Mayntz, M. 2019. Helmeted Guineafowl: Numida meleagris. (On-line), The Spruce. Accessed
March 22, 2020 https://www.thespruce.com/helmeted-guineafowl-profile-385894
Meine, C., G. Archibald. 2004. "USGS; Science for a Changing World" (On-line). The Cranes:
Status Survey and Conservation Action Plan. Accessed April 21, 2004 at
http://www.npwrc.usgs.gov/resource/distr/birds/cranes/cranes.htm.
Moorfield, J.C. (2020). “Tokoeka”. Māori Dictionary. [Online] diakses dari
https://maoridictionary.co.nz/
Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey. 2006. Order
Galliformes. The Animal Diversity Web (online). Retrieved December 11, 2007.
Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey. 2020. The Animal
Diversity Web (online). Accessed at https://animaldiversity.org.
New Zealand Department of Conservation (DOC). (2013). Rowi: New Zealand Native Land Birds.
(Report). [Online] diakses dari https://www.doc.govt.nz/conservation/native-
animals/birds/birds-a-z/kiwi/facts/kiwi-species/
Plemons, B. 2001. "Red Crowned Crane (Tancho Tsuru)" (On-line). Accessed April 21, 2004 at
http://www.whozoo.org/Anlife2001/bricplem/BP_redcrownedcrane.html.
Pusat Penelitian Margasatwa Prairie Utara USGS. 2006. "Derek. Survei Status dan Rencana
Tindakan Konservasi Gray Crowned Crane (Balearica regulorum)." (Online). Diakses
06 Desember 2010 di http: // www. Npwrc. Usgs. Gov / resource / birds / crane / baleregu.
Htm .

BIOSISTEMATIKA HEWAN 370


Reiland, L. (2008). Great Spotted Kiwi. [Online] diakses dari
http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2008/reiland_lian/InterestingFacts.html
Robertson, H.A. (2013). “Great Spotted Kiwi”. In Miskelly, C.M (ed.) New Zealand Birds Online.
[Online] diakses dari www.nzbirdsonline.org.nz/great-spotted-kiwi
_____________. (2013). “Little Brown Kiwi”. In Miskelly, C.M (ed.) New Zealand Birds Online.
[Online] diakses dari http://nzbirdsonline.org.nz/species/little-spotted-kiwi
_____________. (2013). “Okarito Brown Kiwi”. In Miskelly, C.M (ed.) New Zealand Birds
Online. [Online] diakses dari www.nzbirdsonline.org.nz/species/okarito-brown-kiwi
_____________. (2013). “Southern Brown Kiwi”. In Miskelly, C.M (ed.) New Zealand Birds
Online. [Online] diakses dari www.nzbirdsonline.org.nz/species/southern-brown-kiwi
Sibley, C., J. Ahlquist. 1990. Phylogeny and Classification of Birds, A Study in Molecular
Evolution. New Haven: Yale University Press.
Somes, R., R. Burger. 1993. Inheritance of the white and pied plumage color patterns in the Indian
Peafowl (Pavo cristatus). Journal of Heredity, 84/1: 57.
Smirenski, S. 2000. "Red-Crowned Crane" (On-line). Accessed April 21, 2004 at
http://www.thewildones.org/Animals/redcrown.html.
The Marlborough Express. (2010). Kiwi Released on Blumine Island. [Online] diases dari
http://www.stuff.co.nz/environment/3869779/Kiwi-released-on-Blumine-Island
Uganda national eb portal. 2018. Bangau Mahkota Kelabu, Burung Kebanggaan Negara Uganda.
[online] diakses dari https://www.re-tawon.com/2018/06/bangau-mahkota-kelabu-
burung-kebanggaan.html#.Xnow4nIxXIU (13 juni 2018)
Walkinshaw, L. 1964. The Cranes Crowned African. Buletin Wilson, 76: 355-377.
Walkinshaw, L. 1973. Cranes of The World . AS: Winchester Press.

American Ornithologists' Union, 1998. Check-list of North American birds. American


Ornithologists' Union.
Arkive, 2013. Great Crested Grebe (Podiceps cristatus). [Online] diakses dari:
http://www.arkive.org/great-crested-grebe/podiceps-cristatus/. diakses pada 20 Maret
2020
Birdsinbackyard, 2012. Poliocephalus poliocephalus. [Online] diakses dari:
http://www.birdsinbackyards.net/species/Poliocephalus-

BIOSISTEMATIKA HEWAN 371


poliocephalus&usg=ALkJrhjd_hYHelqgowUWQEn2UEXifx9tGg diakses pada 20
Maret 2020
BirdLife International, 2013. Species factsheet: Podiceps cristatus. [Online] diakses dari:
http://www.birdlife.org. diakses pada 20 Maret 2020
BirdLife International, 2017. Rollandia mictroptera. [Online] diakses dari:
http://www.birdlife.org. diakses pada 20 Maret 2020
BirdLife International, 2013. Species factsheet: Tachybaptus novaehollandiae. [Online] diakses
dari: http://www.birdlife.org. diakses pada 20 Maret 2020
Burnie, David. (2008). Eyewitness Bird. New York: DK Publishing. BirdLife International and
Handbook of the Birds of the World. 2006. Numenius phaeopus.
The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2019-3. BirdLife International. (2018). Gavia
adamsii. [Online]. Diakses dari :
https://www.iucnredlist.org/species/22697847/132607949 pada tanggal 20 Maret 2020.
BirdLife International. (2018). Gavia arctica. [Online]. Diakses dari :
https://www.iucnredlist.org/species/22697834/132606505 pada tanggal 20 Maret 2020.
BirdLife International. (2018). Gavia pacifica. [Online]. Diakses dari
:https://www.iucnredlist.org/species/22697839/132607134 pada tanggal 20 Maret 2020.
BirdLife International. (2018). Gavia stellata. Diakses dari
:https://www.iucnredlist.org/species/22697829/131942584#geographic-range pada
tanggal20 Maret 2020.
BirdLife International (2020) Species factsheet: Larus livens. [online] diakses dari:
http://www.birdlife.org diakses pada 19 Maret 2020
BirdLife International (2016). Irediparra gellinacean .[Online] Diakses dari
:https://www.iucnredlist.org/species/22693540/93411572#population
Desta, T. (2014). Gavia arctica. [Online]. Diakses dari :
https://animaldiversity.org/accounts/Gavia_arctica/ pada tanggal 20 Maret 2020.
Ehrlich, P. et al. 1988. The Birder's Handbook: A Field Guide to the Natural History of North
American Birds. New York: Simon and Schuster.
Fedlu, a. (2012). Gavia adamsii. [Online]. Diakses dari
:https://animaldiversity.org/accounts/Gavia_adamsii/ pada tanggal 20 Maret 2020.
Godfrey, W. 1986. The Birds of Canada. National Museum of Cananda, Ottawa.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 372


Hope, S. 2014. "Podiceps cristatus" [Online] diakses dari
https://animaldiversity.org/accounts/Podiceps_cristatus/ diakses pada 20 Maret 2020Hughes, S.
1982. Great crested grebe. Pp. 25-26 in D Davis, ed. CRC Handbook of Census
Methods for Terrestrial Vertebrates. Boca Raton: CRC Press Inc.Huxley, J. 1968. The Courtship
Habits of the Great Crested Grebe. London: Jonathan Cape.
Howes, J, Bakewell D, Noor YR. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Wetlands International-
Indonesia Programme Bogor.
Herbst, P. (1999). Gavia pacifica. [Online]. Diakses dari :

https://animaldiversity.org/accounts/Gavia_pacifica/ pada tanggal 20 Maret 2020.


Ivory,
A. (1999). Gavia stellata. [Online]. Diakses dari :

https://animaldiversity.org/accounts/Gavia_stellata/ pada tanggal 20 Maret 2020.


Kirschbaum, K, Rodriguez, J. Tanpa tahun. “Gavia immer common loon”. [Online]. Diakses dari:
https://animaldiversity.org/accounts/Gavia_immer/; pada tanggal 17 maret 2020. Kurniawan
N, Arifianto A. 2017. Ornitologi: Sejarah, Biologi, dan Konservasi. UB Press: Malang. Lovette, Irby
& Fitzpatrick, John W. 2016. Handbook of Bird Biology Third Edition. United
Kingdom: cornell University.
McLaren, I. 1998. The winter season, December 1, 1997 to February 28, 1998, Atlantic provinces
region. Field Notes, 52: 164-166.
Muller, M., R. Storer. 1999. Pied-billed Grebe (Podilymbus podiceps). A Poole, F Gill, eds. The
Birds of North America, Vol. 410. Philadelphia, PA: The Birds of North America, Inc..
Montgomery,S. 2020. “Loon Bird”. [Online]. Diakses dari:
https://www.britannica.com/animal/loon-bird; Pada tanggal 17 Maret 2020.
MacKinnon J.,K. Philips dan B. Van Balen. 2010. Burung-burung di sumatera, Jawa, Bali, dan
Kalimantan. Buku. Puslitbang Biologi-LIPI: Bogor.
Pease, M. & Kirkhart, J. (2001) Aechmophorus occidentalis West Grebe. [Online]. Diakses dari:
https://animaldiversity.org/ diakses pada 20 Maret 2020
Piersma, T., R. Lindeboom, M. Van Eerden. 1988. Foraging rhythm of great crested
grebesPodiceps cristatus adjusted to diel variations in the vertical distribution of their
prey Osmerus eperlanus in a shallow eutrophic lake in The Netherlands. Oecologia, 76:
481-486.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 373


Pizzey, G. dan Knight, F. 1997. The Field Guide to the birds of Australia. Sydney: Angus &
Robertson.
Simmons, K. 1974. Adaptations in the reproductive biology of the great crested grebe. British
Birds, 67: 413-437.
Smith, A. 2003. Podilymbus podiceps [Online] diakses dari:
https://animaldiversity.org/accounts/Podilymbus_podiceps/ diakses pada 20 Maret 2020
Soesilawaty, S. A. t.t. Hand out vertebrata. [Online]. Diakses dari:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195904011983032-
SOESI_ASIAH_SOESILAWATY/MATERI_PEMBELAJARAN_ZOOLOGI_VERTE
BRATA/AVES.pdf diakses pada 20 Maret 2020
Sukmantoro, W. dkk. (2007). Daftar Burung Indonesia no. 2. Bogor: IndonesiaSukmantoro W,
Mohammad I, Wilson N, Ferry H, Neville K, Muchamad M. .2007. Daftar Burung
Indonesia No. 2. Indonesian Ornithologist' Union: Bogor.
Spear dan Anderson (1989). Larus livens. [online] diakases dari
https://explorer.natureserve.org/Taxon/ELEMENT_GLOBAL.2.100643/Larus_livens
diakses pada 19 Maret 2020
Tamam, Badrut. (2016). Klasifikasi Ordo Pada Aves dan Contohnya. [Online]. diakses dari :
https://www.generasibiologi.com/2016/11/klasifikasi-ordo-pada-aves-dan-contohnya-
penjelasannya.html pada 17 Maret 2020
Tanpa nama. (2020). Larus livens. [online] diakses dari:
http://datazone.birdlife.org/species/factsheet/yellow-footed-gull-larus-livens diakses
Tanpa pada 19 Maret 2020
nama. (2020). Irediparra gallinacean . [Online]. Diakses dari
:https://www.hbw.com/species/comb-crested-jacana-irediparra-gallinacea pada tanggal
23 Maret 2020
Yadi. 2020. Faktor Penyebab Burung Trulek Jawa Yang Telah Mengalami Kepunahan [Online]
https://www.jalaksuren.net/burung-trulek-jawa/ Pada 18 Maret 2020
Adams, L. (2013). Scarlett’s duck. [Online]. Diakses pada: www.nzbirdsonline.org.nz (18 Maret
2020).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 374


AFD. 1838. Yellow-Billed SpoonbillMaadhaabulaa in Yuwaalayaay. [Online]. Diakses
pada:https://bie.ala.org.au/species/urn:lsid:biodiversity.org.au:afd.taxon:80312dab-9ffb-
4b49-b0cc-b4d9728e5457 (27 Maret 2020)
Astuti, Lilis S. 2007. Klasifikasi Hewan, Penamaan, Ciri, & Pengelompokannya. Jakarta: Kawan
Pustaka.
Audubon. (Tanpa tahun). Pink-footed Shearwater Ardenna creatopus. [Online]. Tersedia di:
https://www.audubon.org/field-guide/bird/pink-footed-shearwater. Diakses pada tanggal
23 Maret 2020.
Austra. (Tanpa tahun). Thalassarche salvini — Salvin's Albatross. [Online]. Tersedia di:
http://www.environment.gov.au/cgi bin/sprat/public/publicspecies.pl?taxon_id=64463
Diakses pada tanggal 28 Maret 2020.
Azizah, U.N. 2015. “Keanekaragaman Burung Ordo Ciconiiformes di Kawasan Konservasi
Mangrove Tambaksari Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak”: Skripsi.
Semarang : Universitas Islam Negeri Walisongo.
Becker, Genevieve de. 2006. L’Atlas des Animaux. (Terjemahan). Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri
Birdid. (Tanpa Tahun). Gadwall. [Online]. Diakses pada:
https://www.birdid.no/bird/eBook.php?specieID=1728&compareSpecieID=1777 (18
Maret 2020).
BirdLife International (2012). Marmaronetta angustirostris. IUCN Red List of Threatened
Species. IUCN. [Online]. Diakses pada:
http://datazone.birdlife.org/species/factsheet/22680339 (18 Maret 2020).
BirdLife International .2016. Platalea flavipes. The IUCN Red List of Threatened
Species 2016:e.T22697571A93621758. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2016-
3.RLTS.T22697571A93621758.en. (27 Maret 2020)
Boldsystem. (2014). Lophonetta. [Online]. Diakses pada:
http://v3.boldsystems.org/index.php/TaxBrowser_Taxonpage?taxid=247207 (18 Maret
2020).
Brady, S. (2010). Southern Screamer (Chauna torquata). [Online] Neotropical Birds Online.
Diakses pada: https://neotropical.birds.cornell.edu/Species-
Account/nb/species/souscr1/overview (19 Maret 2020)

BIOSISTEMATIKA HEWAN 375


Bulgarella, M. (2014). Crested Duck (Lophonetta specularioides). [Online]. Diakses pada:
https://neotropical.birds.cornell.edu/Species-Account/nb/species/creduc1/overview (18
Maret 2020).
Chisholm, D. (2001). Showy snowy and great egrets!. Photographic Society of America Journal,
November: 32
Connecticut Department of Environmental Protection. (2000). Wildlife in Connecticut [Online]
diakses pada http://dep.state.ct.us/burnatr/wildlife/factshts/gegret.htm (24 Maret 2020)
DiBird. (2017 – 2020). Order: Albatrosses and Petrels/ Procellariiformes. [Online]. Diakses pada:
https://dibird.com/order/albatrosses-and-petrels/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2020.
DIBird. (2017 – 2020). Order: Family: Petrels, Shearwaters/ Procellariidae. [Online]. Diakses
pada: https://dibird.com/family/petrels-shearwaters-diving-petrels/. Diakses pada tanggal
22 Maret 2020.
DIBird. (2017 – 2020). Order: Pink-footed Shearwaters/ Ardenna creatopus. [Online]. Diakses
pada: https://dibird.com/species/pinkfootes-shearwaters/. Diakses pada tanggal 22 Maret
2020.
DIBird. (2017 – 2020). Order: White-headed Petrel/ Pterodroma lessonii. [Online]. Diakses pada:
https://dibird.com/species/whiteheaded-petrel/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2020.
Fatbirder. (1997). Anseranatidae. [Online]. Diakses pada:
https://fatbirder.com/ornithology/anseranatidae-magpie-goose/ (18 Maret 2020).
Gough, G., J. Sauer, M. Iliff. 1998. Patuxent Bird Identification Infocenter [Online] diakses
pada http://www.mbr-pwrc.usgs.gov/Infocenter/infocenter.html (23 maret 2020)
Grosset, A. (2005). Jabiru Mycteria. [Online] diakses
pada http://www.arthurgrosset.com/sabirds/jabiru.html. (24 Maret 2020)
Howard, L. (2003). Anatidae. [Online]. Diakses pada:
https://animaldiversity.org/accounts/Anatidae/ (18 Maret 2020).
Howard,
Laura. 2003. Anhimidae. (On-line), Animal Diversity Web. Terdapat di
https://animaldiversity.org/accounts/Anhimidae/ diakses pada 17 Maret 2020.
Howell, S.N.G. (2007). Oceanodroma homochroa at Petrels, Albatrosses, and Storm-Petrels of
North America: A Photographic Guide. United Kingdom: Princeton University Press.
iNaturalist. [tanpa tahun]. Ducks, Geese, and Swans (Family Anatidae). (On-line), iNaturalist.
Terdapat di https://www.inaturalist.org/taxa/6912-Anatidae diakses pada 17 Maret 2020.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 376


Jameson. 1835. Threskiornis spinicollis. [Online]. Diakses pada
https://bie.ala.org.au/species/urn:lsid:biodiversity.org.au:afd.taxon:c90b9912-b34b-
456c-a466-0e7edce43eac#names (27 Maret 2020).
Jones, Jessica. (2003). Ardea Alba (Great Egret). [Online] diakses pada
https://animaldiversity.org/accounts/Ardea_alba/#geographic_range (24 Maret 2020)
Kahl, M. 1971. Observations on the Jabiru and Maguari Storks in Argentina, 1969. The Condor,
73: 220-224.
Kempthorne, D. (2007). Petition To List The Ashy Storm-Petrel(Oceanodroma Homochroa) As A
Threatened Or Endangered Species Under The Endangered Species Act. San Francisco:

Kurniawan, Nia., dan Arifianto, Adityas. 2017. Ornitologi: Sejarah, Biologi dan Konservasi.
Malang: UB Press.
Linnaeus. 1766. Plegadis falcinellus. [Online]. Diakses pada
https://bie.ala.org.au/species/urn:lsid:biodiversity.org.au:afd.taxon:fd74a66c-2566-
4a49-b46a-8a2a1699f594 (27 Maret 2020)
McKinley, Andrew. (2006). Jabiru mycteria jabiru. [Online] diakses pada
https://animaldiversity.org/accounts/Jabiru_mycteria/#conservation_status (24 Maret
2020)
Montgomery, Sy. 2018. Magpie Goose. (On-line), Encyloædia Britannica. Terdapat di
https://www.britannica.com/animal/magpie-goose diakses pada 17 Maret 2020.
Neotropical Bird. (Tanpa Tahun). Nothern Screamer (Chauna chavaria). [Online] Neotropical
Birds Online. Diakses pada: https://neotropical.birds.cornell.edu/Species-
Account/nb/species/norscr1/overview (19 Maret2020)
Nunn, G. B. & Stanley, S. E. (1998). Body size effects and rates of cytochrome-b evolution in tube-
nosed seabirds. Molecular Biology and Evolution 15: 1360–1371.
Nunn, G. B., Cooper, J., Jouventin, P., Robertson, C. J. R. & Robertson, G. G. (1996). Evolutionary
relationships among extant albatrosses (Procellariiformes: Diomedeidae) established
from complete cytochrome-b gene sequences. Auk 113: 784–801.
Onley, Derek. dan Paul Scofield. (2007). Field Guide to the Albatrosses, petrels and shearwaters
of the World. London: A&C Black Publishers Ltd, 36 Soho Square.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 377


Onley, Derek., and Scofield, Paul. (2007). Albatrosses, Petrels and Shearwaters of the World.
[Online]. London: Christopher Helm.
Online, New Zealand Birds. (2013). White-headed petrel. [Online]. Tersedia di:
nzbirdsonline.org.nz/species/white-headed-petrel. Diakses pada tanggal 23 Maret 2020.
Oregon Zoo. (2002). Oregon Zoo Animals:Great Egret. [Online]. Diakses
pada http://www.zooregon.org/Cards/Cascades/great_egrets.htm. (24 Maret 2020)
Piland, N. (2010). Horned Screamer (Anhima cornuta). [Online] Neotropical Birds Online.
Diakses pada: https://neotropical.birds.cornell.edu/Species-
Account/nb/species/horscr1/overview (19 Maret 2020)
Rafferty (2018). Anatidae. [Online]. Diakses pada: https://www.britannica.com/animal/Anatidae
(18 Maret 2020).
RimbaKita. (2019). Status Konservasi – IUCN Red List & CITES. [Online]. Tersedia di:
https://rimbakita.com/status-konservasi/. Diakses pada tanggal 23 Maret 2020.
Snow, David William; Perrins, Christopher, eds. (1997). The Birds of the Western Palearctic. UK:
Oxford University Press.
Soesilowati,S.A. 2012. “Aves (Burung)”. [Online] : file.upi.edu
Thomson, A. Landsborough. (2014). Ciconiiform Bird. [Online] diakses pada
https://www.britannica.com/animal/ciconiiform#accordion-article-history (23 Maret
2020)
Wilber, Rachael. 2008. Anseranas semipalmata. (On-line), Animal Diversity Web. Terdapat di
https://animaldiversity.org/accounts/Anseranas_semipalmata/ diakses pada 17 Maret
2020.
Ascanio, David; Rodriguez, Gustavo; Restall, Robin (23 February 2017). Birds of Venezuela (1st
ed.). Christopher Helm. p. 128. ISBN 9781408105351.
Augustyn, Adam. (2020). Osprey. ENCYCLOPÆDIA BRITANNICA. [Online]. Dapat diakses
melalui https://www.britannica.com/animal/osprey-bird. 20 Maret 2020.
Bingham, M. 2002. The decline of Falkland Islands penguins in the presence of a commercial
fishing industry. Revista Chilena de Historia Natural, 75(4): 805-818.
BirdLife International (2012). "Micrastur semitorquatus". IUCN Red List of Threatened Species.
BirdLife International 2016. Pandion haliaetus. The IUCN Red List of Threatened Species.
[Online]. Dapat diakses melalui https://www.iucnredlist.org/. 20 Maret 2020.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 378


Brazil, Mark (2009-01-01). Birds of East Asia: China, Taiwan, Korea, Japan, and Russia. A&C
Black. ISBN 9780691139265.
Burnie, David. 2008. Ensiklopedi Dunia Hewan Burung. Jakarta. Lentera Abadi.
Byers, Clive (24 March 2017). Birds of Peru. Bloomsbury: Bloomsbury Publishing. p. 46. ISBN
1472932161.
Donazard, José A; Feijoo, Juan E. (2002). "Social structure of Andean Condor roosts: Influence
of sex, age, and season". Condor. Cooper Ornithological Society
Dorling, Kindersley.2008.E.Encyclopedia fauna.Erlangga Rosanti, Dewi M.Si.. 2013. Morfologi
tumbuhan. Erlangga. Jakarta
Geovina. (2015). Penguin Kaisar. Tersedia [Online]. http://geovina.blogspot.com/. 20 Maret 2020.
Gill, Frank. Brown, Leslie Hilton. (2016). Falconiform. ENCYCLOPÆDIA BRITANNICA.
[Online]. Dapat diakses melalui https://www.britannica.com/animal/falconiform. 20
Maret 2020.
Grimmett, Richard (2012). Birds of India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, Bhutan, Sri Lanka, and
the Maldives. Inskipp, Carol, 1948-, Inskipp, Tim. (2nd ed.). Princeton: Princeton
University Press.
Hendra (2017), Spheniscus demersus (Online). Tersedia https://e-journal.uajy.ac.id (diakses pada
18 Maret 2020).
Howard, L. (2003). Sphenisciformes. [Online]. https://animaldiversity.org/. Diakses pada 17
Maret 2020.

Howard-Malverde, Rosaleen (2017). Creating Context in Andean Cultures. Oxford University


Press.
Jiménez, Mariano II & Jiménez, Mariano G. (2003): El Zoológico Electrónico – El Halcón Guaicurú
Herpetotheres cachinnans. Version of 2003-AUG-01. Retrieved 2007-FEB-22.
Kindersley. D. 2010. Ensiklopedia Fauna. Jakarta. Erlangga.
Mauersberger, Gottfried (1978). Urania Állatvilág. Budapest: Gondolat Kiadó. p. 135.
Nur cahya. (2012). Megadyptes antipodes (Online). Tersedia: https://researchgate.net (diakses
pada 18 Maret 2020).
Phelan, D. 1999. Eudyptes chrysocome. [Online]. https://animaldiversity.org/. Diakses pada 17
Maret 2020.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 379


Prawiradilaga. 2006. Elang Jawa. [Online]. Dapat diakses https://www.cnnindonesia.com/. 25
Maret 2020.
Sazima, Ivan (December 2007). "The jack-of-all-trades raptor: versatile foraging and wide trophic
role of the Southern Caracara (Caracara plancus) in Brazil, with comments on feeding
habits of the Caracarini" (PDF). Artigo. 15 (4): 592–597.
Sukmantoro W., Irham M., Novarino W., Hasudungan F., Kemp N., Muchtar M. 2007. Daftar
Burung Indonesia No. 2. Indonesian Ornithologist’s Union. Bogor.
Syahid (2015), Pygoscelis Papua (Online). Tersedia: https://repository.ut.ac.id (diakses pada 18
Maret 2020).
Thorstrom, Russell K. (2012). "Collared Forest Falcon". In Whitacre, David F. (ed.). Neotropical
Birds of Prey. New York: Cornell University Press. pp. 250–264. ISBN 978-0-8014-
4079-3.
Williams, A. (1981). The clutch size of macaroni penguins Eudyptes chrysolophus and rockhopper
penguins Eudyptes chrysocome. Emu, 81(2): 87.
Williams, T. (1995). The Penguins. Oxford, England: Oxford University Press.
Amar, Arjun. 2010. White-Tailed Eagle. [Online] dikases dari :
http://globalraptors.org/grin/SpeciesResults.asp?specID=8269
Baskoro, K. 2005. Tyto alba : Biologi, Perilaku, Ekologi dan Konservasi, Pecinta Alam Haliaster
Biologi. Universitas Diponegoro. Semarang
Brotowidjoyo. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta
Debus, S. 2009. The Owls of Australia : a Field Guide to Australian Night Birds. Envirobook.
Sydney
Durham, NH. 2020. Strigiformes-Owl. [Online] di akses dari :
https://nhpbs.org/wild/Strigiformes.asp
Encyclopaedia Britannica. 1986. Volumes 4 and 7. Encyclopaedia Britannica, Inc., Chicago.
Encyclopedia Britannica, 1995. Encyclopedia Britannica 15th Edition, Vol. 10. Chicago:
Encyclopedia Britannica, Inc..
Fuller, Errol. 1987. Extinct Birds. Facts on File Publications, New York.
Grzimek, B. 1972. Grzimek's Animal Life Encyclopedia, Volume 8, Birds II. NY, Cincinnati,
Toronto, London, Melbourne: Van Nostrand Reinhold Company.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 380


Helander, B., & Stjernberg, T. (2003). Action plan for the conservation of white-tailed sea eagle
(Haliaeetus albicilla). In Convention on the Conservation of European Wildlife and
Natural Habitats, Strasbourg, France.
Heru, dkk. 2000. Large scal use of barn owl (Tyto alba) for controlling rat population in oil palm
plantations in Riau, Sumatera. Dalam : Proceedings od International Planters
Conference to their use in Rodent Control. Ph.D Thesis. Fakultas Sains, Universitas
Malaysia, Kuala Lumpur.
https://nhpbs.org/wild/Accipitriformes.asp
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA
/JUR._PEND._BIOLOGI/195904011983032-
SOESI_ASIAH_SOESILAWATY/MATERI_PEMBELAJARAN_ZOOLOGI_VERTE
BRATA/AVES.pdf&ved=2ahUKEwil66Ceu6noAhWCbSsKHcG0BNUQFjAHegQIAx
AB&usg=AOvVaw2VLBYmwYm9vUfd8jDE03hR
Kaufman, Kenn .2001. Lives of North American Birds. [Online]. Diakses dari
https://www.audubon.org/field-guide/bird/inca-dove
Lavaty Greg. 2019. Inca Dove. [Online]. Diakses dari :
https://www.allaboutbirds.org/guide/Inca_Dove/overview
Lewis Deane. 2015. Eastern Grass Owl- Tyto longimembiris. [Online] di akses dari :
https://www.owlpages.com/owls/species.php?s=220
Lewis, Deane. (2017). Rufous Owl ~ Ninox rufa. [online]. Tersedia :
https://www.owlpages.com/owls/species.php?s=3070 [pada tanggal 27 Maret 2020]
MacKinnon, dkk. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang
Biologi-LIPI, Jakarta
Mubarakan, Munzalan. (2016). Burung Perkutut. [online]. Tersedia :
https://simomot.com/2012/09/26/burung-perkutut/#Umum [tanggal 18 Maret 2020]
Mueller, Allan J. Inca Dove (Columbina inca). [Online]. Diakses dari :
https://neotropical.birds.cornell.edu/Species-Account/nb/species/incdov/overview
Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey. 2020. The Animal
Diversity Web [Online]. Di akses dari https://animaldiversity.org.
Oiseaux-birds.com. Accipitridae. Diakses pada tanggal 17 Maret 2020 dari http://www.oiseaux-
birds.com/page-family-accipitridae.html

BIOSISTEMATIKA HEWAN 381


Oiseaux-birds.com. Falconidae. Diakses pada tanggal 17 Maret 2020 dari http://www.oiseaux-
birds.com/page-falconidae-family.html
Oiseaux-birds.com. Pearl kite. Diakses pada tanggal 17 Maret 2020 dari http://www.oiseaux-
birds.com/card-pearl-kite.html
Olsen, P.D. & Marks, J.S. (2020). Rufous Owl (Ninox rufa). In: del Hoyo, J., Elliott, A.
Parmelee, D. 1992. Snowy Owl (Nyctea scandiaca). Pp. 1-20 in A Poole, P Stettenheim, F Gill,
eds. The Birds of North America, Vol. 10. Philadelphia: The Academy of Natural
Sciences; Washington, DC: The American Ornithologists' Union.
Rahmadina. (2018). Pengaruh Jenis Makanan Pur, Biji-bijian, Serangga
TerhadapPerkembangan Bobot Tubuh Burung Perkutut. KLOROFIL no.1 vol.2. 78-82.
Rasmussen, P.C., and J.C. Anderton. 2005. Birds of South Asia: the Ripley guide. Vols. 1-
2. Smithsonian Institution and Lynx Edicions, Washington, D.C. and Barcelona, Spain.
[Online] di akses dari :http://globalraptors.org/grin/SpeciesResults.asp?specID=8269
Remi. (2016). Klasifikasi, Ciri Fisik, dan Cara Hidup Burung Perkutut. [online]. Tersedia :
https://ternakpedia.com/672/klasifikasi-ciri-fisik-dan-cara-hidup-burung-perkutut/
[tanggal 18 Maret 2020]
Soesilawaty, SA. (2012). Aves. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. [Online] Strickland,
H.E. and Melville, A.G. 1848. The Dodo and Its Kindred. Reeve, Benham, and Reeve,
London.
Tanpa nama. (2020). Accipitriformes. New Hampshire : Durham University [Online]
Tanpa nama. 2018. Burung Elang Jawa. [online]. Tersedia :
https://www.discoveryfloresindotours.com/index.php/fauna-indonesia/27-burung-elang-
jawa-atau-spizaetus-bartelsi [pada tanggal 27 Maret 2020]
Taylor, I. 1994. Barn Owls: predator-prey relationships and conservatiob. University Press,
Cambridge
Widodo, Rahmadiyono. (2016). Perkutut Jawa / Perkutut. [online]. Tersedia :
https://www.biodiversitywarriors.org/isi-
katalog.php?idk=5923&judul=Perkutut%20Jawa%20/%20Perkutut [tanggal 18 Maret
2020
Austin, et al. 2020. Bird. (Online). Diakses dari : https://www.britannica.com/animal/bird-
animal/Classification pada 23 Maret 2020.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 382


Barooah, Chandra dkk. 2016. Coracias benghalensis (Linnaeus, 1758). [Online], India
Biodiversity Portal, Species Page: {name of species field}. Diakses dari:
https://indiabiodiversity.org/biodiv/species/show/238979 (21 Maret 2020)
Coates, Brian dan Bishop, K (2000). Panduan Lapangan Burung-Burung di
Kawasan Wallacea. Brisbane, Australia: BirdLife International-Indonesia Programme & Dove
Publications
Cooke, Sophia C.; Haskell, Lucy E.; van Rees, Charles B.; Fessl, Birgit . [Jurnal] A review of the
introduced smooth-billed ani Crotophaga ani in Galápagos. Biological Conservation
Cunningham-Van Someren, G.R. 1991. Forshaw, Joseph (ed.). Encyclopaedia of Animals Birds.
London: Merehurst Press. pp. 138–139. ISBN 978-1-85391-186-6.
Eaton , J, A., Balen , B, Brickle, N, W., Rheindt, F, E. Birds of the Indonesian Archipelago .
Florida : Lynx
Ffrench, Richard. 1991. A Guide to the Birds of Trinidad and Tobago (2nd ed.).New York :
Comstock Publishing
Fry, H. dan G. M. Kirwan. 2020. Indian Roller (Coracias benghalensis), version 1.0. [Online],
Birds of the World (J. del Hoyo, A. Elliott, J. Sargatal, D.A. Christie, and E. de Juana,
Editors). Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA. Diakses dari:
https://doi.org/10.2173/bow.indrol2.01 (21 Maret 2020)
Gardner, R. 2006. Alcedo atthis. [Online], Animal Diversity Web. Diakses dari:
https://animaldiversity.org/accounts/Alcedo_atthis/ (20 Maret 2020)
Gordon R. Tanpa tahun.Coliiformes : Mousebirds. (Online). Diakses dari :
https://www.earthlife.net/birds/coliiformes.html pada 19 Maret 2020.
Hidayat, O. (2012). Pengenalan Jenis Satwa Endemik Pulau Sumba: Kakatua Sumba. [Online]
Tersedia di: https://www.forda-mof.org/ Diakses pada 20 Maret 2020
Hutchins, Ed. Michaels; Evans, Arthur V .; Jacksons, Jerome A .;Kleiman, Devra G .; Murphy,
James B .; Thoney, Dennis A. (2004). Ensiklopedia Kehidupan Satwa Grzimek Vol. 9
Burung II (edisi kedua).Detroit. hlm. 469-470.
Jennings A. (2019). Electus roratus. [Online] Tersedia di:
https://animaldiversity.org/accounts/Electus_roratus/ Diakses pada 20 Maret 2020

BIOSISTEMATIKA HEWAN 383


Judge Allen, Ed. Cathrine; Evans, Arthur V .; McDade, Melissa C .;Schlager, Neil; Mertz, Leslie
A .; Harris, Madeline S. (2005). Sumberdaya Kehidupan Hewan Pelajar Grzimek, Vol. 6
Burung: Volume 3 . Detroit. hlm. 639-641.
Johnson, C. 2011. Eumomota superciliosa [Online], Animal Diversity Web. Diakses dari:
https://animaldiversity.org/accounts/Eumomota_superciliosa/ (20 Maret 2020
Jurnal Ornitologi. Jurnal Ornitologi . 125.2: 225–237. 1984. doi :10.1007 / bf01640590
"Kenya Birds: Blue-naped mousebird" . Archived from the original on 2012-02-06 Retrieved
2013-02-04 .
Kurniawan, Nia dan Adityas Arifianto. 2017. Ornitologi: Sejarah, Biologi, dan Konservasi.
Malang: UB Press (18 Maret 2020)
Lederer, Roger. 2018. Rictal Bristle. [Online] Diakses dari: https://ornithology.com/rictal-bristles/
(22 Maret 2020)
Morony, J. J., JR., W. J. Bock, dan J. Farrand, JR.1975. Reference list of the birds of the world.,
New York : American Museum of Natural History
MacLean, Gordon Lindsay (1993). Robert's Birds of Southern Africa (edisi ke-6). Cape Town:
Pengawas Dana Buku Burung John Voelcker. hlm. 363-364.
"Mystery bird: Blue-naped mousebird, Urocolius macrourus" . The Guardian . London. 2011-11-
07 . Retrieved 2013-02-04 .
Newmyer, B. (2011). Nymphicus hollandicus. [Online] Tersedia di:
https://animaldiversity.org/accounts/ Nymphicus_hollandicus/ Diakses pada 20 Maret
2020
Newman, Vanessa (2010). Newman's Birds of Southern Africa . Cape Town, South Africa: Pippa
Parker. p. 274. ISBN 9781770078765 .
Overton, L. C. 2011. Broad-billed Tody (Todus subulatus), version 1.0. [Online], Neotropical
Birds Online (T. S. Schulenberg, Editor). Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA.
Diakses dari: https://doi.org/10.2173/nb.brbtod1.01 (21 Maret 2020)
Payne, R. B. 1973. Individual laying histories and the clutch size and numbers of eggs of parasitic
cuckoos. Condor
Petroelje, T. 2011. Merops apiaster. [Online], Animal Diversity Web. Diakses dari:
https://animaldiversity.org/accounts/Merops_apiaster/ (21 Maret 2020).

BIOSISTEMATIKA HEWAN 384


Tabba, S, Diah, A dan Shabri, S 2011. Asosiasi Burung Kadalan (Phaenicophaeus calyorhynchus)
dengan Monyet Primata Sulawesi . Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado.
Wyllie. I. 1981. The Cuckoo. , New York : Universe Books
Williams, R. (2001). Nestor notabilis. [Online] Tersedia di:
https://animaldiversity.org/accounts/Nestor_notabilis/ Diakses pada 20 Maret 2020
Whiteway, C. (2001). Strigops habroptila. [Online] Tersedia di:
https://animaldiversity.org/accounts/Strigops_habrotpila/ .Diakses pada 20 Maret 2020
Woolfenden, E.G, Gill F. (2005). Psittaciform. [Online] Tersedia di:
https://www.britannica.com/animal/psittaciform Diakses 20 Maret 2020
A. Schwartz, Paul. (2008). Caprimulgiform ORDO OF BIRDS. (Online) Diakses dari :
https://www.britannica.com/animal/caprimulgiform/Evolution-
and-paleontology#ref49133. Pada 18 Maret 2020.
Admin. (2018). Cabak Kota, Savannah Nightjar, Caprimulgus affinis. (Online). Diakses pada:
https://aves-lombok.blogspot.com/2018/02/cabak-kota.html. 19 Maret 2020.
Adminblog. (2014). Informasi tentang Burung Cabak Gunung. (Online). Diakses pada:
https://animalnusantara.blogspot.com/2014/01/informasi-tentang-burung-cabak-
gunung.html. 19 Maret 2020.
Alamendah. (2014). Luntur Jawa atau Luntur Gunung Burung Langka Jawa Barat. (Online).
Diakses dari: https://alamendah.org/2014/05/03/luntur-jawa-atau-luntur-gunung-burung-
langka-jawa-barat/. Pada 17 Maret 2020.
Alamendah. (2015). Luntur Sumatera (Apalharpactes mackloti) Burung Endemik Sumatera.
(Online). Diakses dari: https://alamendah.org/205/07/14/luntur-sumatera-apalharpactes-
mackloti-burung-endemik-sumatera/. Pada 17 Maret 2020.
Badrut. (2016). Klasifikasi Ordo pada Aves dan Contohnya. (Online). Diakses dari:
https://www.generasibiologi.com/2016/11/klasifikasi-Ordo-pada-aves-dan-contohnya-
penjelasannya.html. Pada 17 Maret 2020.
BirdLife International (2012). "Hirundapus caudacutus". IUCN Red List of Threatened Species.
Version 2012.1. International Union for Conservation of Nature. (Online). Diakses dari:
http://kapinis-jarum-asia.kpt.co.id/id4/120-2/Kapinis-jarum-asia_96554_kapinis-jarum-
asia-kpt.html Pada 18 Maret 2020.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 385


BirdLife International. (2012). Caprimulgus prigoginei. IUCN Red List of Threatened Species.
IUCN. 2012. Diakses pada 19 Maret 2020.
BirdLife International. (2012). Caprimulgus concretus. IUCN Red List of Threatened Species.
IUCN. 2012. Diakses pada 19 Maret 2020.
BirdLife International. (2012). Caprimulgus europaeous. IUCN Red List of Threatened Species.
IUCN. 2012. Diakses pada 19 Maret 2020.
Campbell dan Lack, (1985). A Dictionary of Birds (Vol. 19, Issue 4). United States : Cambridge
University Press. (Online). Diakses dari:
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53737/3/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdfPada 18 Maret 2020.
Cleere, N., de Juana, E. & Sharpe, CJ. (2020). Prigogine’s Nightjar (Caprimulgus prigoginei). In:
del Hoyo, J., Elliot, A., Sargatal, J., Christie, DA. & de Juana, E. (eds) Handbook of the
birds of the World Alive. (Online). Diakses pada:
https://www.hbw.com/species/prigogines-nightjar-caprimulgus-prigoginei/. 19 Maret
2020.
Dunning, (2008). Improving Causal Inference: Strengths and Limitations of Natural
Experiments. (Vol. 61, Issue 2). The University of Utah. (Online). Diakses
dari: https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53737/3/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdfPada 18 Maret 2020.
Handoko, Dini. (2016). Burung Walet. Bogor. (Online). Diakses dari:
http://iqrometro.co.id/maskot-kota-metro-burung-walet.html Pada 18 Maret 2020.
Haaramo, Mikko. (2015). "Apodiformes – housemartins, hummingbirds, and relatives". Mikko's
Phylogeny Archive. (Online) Diakses dari :
https://www.mv.helsinki.fi/home/mhaaramo/metazoa/deuterostoma/chordata/archosauri
a/aves/strisores/apodiformes.html pada 18 Maret 2020.
Heropolo. (2016). Caprimulgus pulchellus. (Online). Diakses pada:
forestid.blogspot.com/2016/06/Caprimulgus-pulchellus.html?m=1/. 19 Maret 2020.
Johansson, Ulf S. & Ericson, Per G. P. (2003): Molecular support for a sister group relationship
between Pici and Galbulae (Piciformes sensu Wetmore 1960). Journal of Avian Biology
34: 185–197.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 386


Kulsum, (1983). Disney's Ensiklopediaku Yang Pertama. PT Widyadara. Jakarta. (Online).
Diakses dari: http://aves.dk.web.id/id3/1355-1251/Burung-Kolibri_96195_aves-
dk.html#cite_note-Disney-1 Pada 18 Maret 2020.
MacKinnon, J., K. Phillipps, dan B. van Balen. (1992). Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali
dan Kalimantan (termasuk sabah, Serawak dan Brunei Darussalam). Puslitbang Biologi
LIPI. Bogor. (Online). Diakses dari:
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53737/3/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf Pada 18 Maret 2020.
Mayr, Gerald .(2002). Osteological evidence for paraphyly of the avian order Caprimulgiformes
(nightjars and allies). 24 Maret 2020.

aves.blogspot.com/2009/04/normal-0-false-false-false.html. Pada 17 Maret 2020.


Peruaves. (Tanpa tahun). Family Steatornithidae. (Online). Diakses pada:
http://www.peruaves.org/steatornithidae/. 24 Maret 2020.
Perrins, Christopher. (2003). Firefly Encyclopedia of Birds. Firefly Books. p. 342. 24 Maret 2020.
Ryan. (2012). Scarlet Rumped Trogon (Harpactes duvaucelii). (Online). Diakses dari:
http://ryanhotspot.blogspot.com/2012/06/scarlet-rumped-trogon-harpactes.html. Pada 17
Maret 2020.
Slusher, G. (2008). Nyctibius grandis. (Online). Diakses pada:.
https://animaldiversity.org/accounts/Nyctibius_grandis/. 24 Maret 2020
Soesilawaty. (2015). Aves. (Online). Diakses dari:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195904011983032-
SOESI_ASIAH_SOESILAWATY/MATERI_PEMBELAJARAN_ZOOLOGI_VERTE
BRATA/AVES.pdf. Pada 17 Maret 2020.
Subagja. (2011). Klasifikasi Aves. (Online). Diakses dari: http://biobagja.blogspot.com/2011/02/.
Pada 17 Maret 2020.
Sutyono, (2012). Ilmu Pengetahuan Populer: 7. PT Widyadara. Jakarta. (Online). Diakses dari:
http://aves.dk.web.id/id3/1355-1251/Burung-Kolibri_96195_aves-dk.html#cite_note-
Disney-1 Pada 18 Maret 2020.
Yadi, (2020). Ciri Khas Burung Tepekong Jambul dan Daerah Persebarannya. Klaten: Jawa

BIOSISTEMATIKA HEWAN 387


tengah. (Online). Diakses dari: https://www.jalaksuren.net/ciri-khas-burung-tepekong-jambul-
dan-daerah-persebarannya/ Pada 18 Maret 2020.

BIOSISTEMATIKA HEWAN 388

Anda mungkin juga menyukai