Anda di halaman 1dari 8

UJI TOKSISITAS AKUT DAN LD50 EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH

(Euphatorium odoratum Linn) PADA MENCIT (Mus musculus)

Jumain*), Syahruni**), Farid F.T**)


*)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar
**)
Jurusan Farmasi Universitas Pancasakti Makassar

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Uji Toksisitas Akut dan LD 50 Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh
(Euphatorium odoratum Linn) Pada Mencit (Mus musculus.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui nilai Lethal Dosis 50 (LD 50) atau dosis dari ekstrak etanol daun kirinyuh yang dapat
membunuh 50% mencit (Mus musculus), sehingga dapat memberikan data dasar keamanan dosis
dari daun kirinyuh yang dapat digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan metode perhitungan
Reed dan Muench, yang menggunakan 30 ekor mencit masing-masing 15 ekor betina dan jantan
yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, masing-masing terdiri atas 6 ekor mencit 3 ekor betina
dan 3 ekor jantan. Kelompok I NaCMC 1% sebagai Kontrol , Kelompok II diberi ekstrak etanol
daun kirinyuh dengan dosis 10% b/v. Kelompok III diberi ekstrak etanol daun kirinyuh dengan
dosis 20% b/v. Kelompok IV diberi ekstrak etanol daun kirinyuh dengan dosis 40% b/v,
sedangkan untuk Kelompok V diberikan dosis tertinggi 80% b/v pada mencit. Sediaan uji
diberikan secara oral dengan hanya satu kali pemberian pada awal masa penelitian. Gejala toksik
yang dominan yaitu parasimpatomimetik (diare dan urinasi). Hasil penelitian yang didapatkan
Nilai LD50 yang diperoleh dari hasil pengujian toksisitas akut ekstrak etanol daun kirinyuh
(Euphatorium odoratum Linn) yaitu sebesar 14,1416 g/Kg BB atau 28,82 % ekstrak dan termasuk
dalam kategori “Toksik Ringan” .

Kata kunci : Daun Kirinyuh (Euphatorium odoratum Linn), Ekstrak kental, Toksisitas akut,
LD50

PENDAHULUAN makhluk hidup dapat terlihat dan dapat juga


Penggunaan obat tradisional dalam tidak bila dosis yang diserap relatif kecil
upaya mempertahankan kesehatan kerusakannya dapat terbatas pada sel saja
masyarakat telah lama kita ketahui. Bahkan (Eriadi, A., Dkk, 2016). Salah satu
sampai saat ini 80% penduduk dunia masih tumbuhan yang biasa digunakan sebagai
menggantungkan dirinya pada pengobatan bahan obat adalah daun kirinyuh
tradisional. Seperempat dari obat – obat (Eupatorium odoratum Linn) tumbuhan ini
modern yang beredar di dunia berasal dari oleh masyarakat wilayah makassar
bahan aktif yang diisolasi dan digunakan sebagai obat luka dan antioksidan
dikembangkan dari tanaman. Obat (Fitrah, M., 2016).
tradisional adalah bahan atau ramuan bahan Daun kirinyuh (Eupatorium
yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan odoratum Linn) merupakan salah satu jenis
mineral, sediaan cairan (galenik) atau tumbuhan dari famili asteraceae. Daunnya
campuran dari bahan tersebut yang secara mengandung beberapa senyawa utama
turun temurun telah digunakan untuk seperti tannin, fenol, flavonoid, saponin dan
pengobatan dan dapat diterapkan sesuai steroid. Minyak essensial dari daunnya
dengan norma yang berlaku dimasyarakat memiliki kandungan α-pinene, cadinene,
(Badan Pengawas Obat dan Makanan camphora, limonene, β-caryophyllene dan
Republik Indonesia, 2014). candinol isomer (Rahman, A., 2017).
Meskipun obat tradisional sudah Secara tradisional daun kirinyuh
dimanfaatkan sejak lama namun tidak digunakan sebagai obat dalam penyembuhan
sepenuhnya aman, karena obat tradisional luka, obat kumur untuk pengobatan sakit
merupakan senyawa asing bagi tubuh, pada tenggorokan, obat batuk, obat malaria,
sehingga sangatlah penting mengetahui antimikroba, sakit kepala, astringent,
potensi ketoksikannya. Efek toksik pada

Media Farmasi Vol. XIV. No. 1. April 2018 1


antispasmodik, antihipertensi dan anti pada mencit dan apa kategori toksisitas
inflamasi. ekstrak daun kirinyuh (Euphatorium
Pada penelitian sebelumnya telah odoratum Linn) pada mencit (Mus
dilakukan pengujian terhadap efek inflamasi musculus) ?
ekstrak etanol daun kirinyuh secara topikal
dapat memberikan efek antiinflamasi dan Tujuan Penelitian
mempengaruhi jumlah sel leukosit terhadap 1. Tujuan Umum
mencit putih jantan (Ifora, Dkk., 2017) juga Penelitian ini bertujaun untuk
telah dilakukan pengujian terhadap ekstrak mengetahui efek toksisitas ekstrak etanol
etanol daun kirinyuh untuk pengobatan luka daun kirinyuh (Euphatorium odoratum
pada mencit jantan, kontrol dan Linn) pada mencit yang diukur secara
pembanding, hasilnya menunjukkan bahwa kuantitatif dengan LD50.
ekstrak etanol daun kirinyuh memberikan 2. Tujuan Khusus
efek penyembuhan luka yang lebih cepat a. Mengamati gejala – gejala
pada konsentrasi 10% (Yenti, 2011) dan pemberian ekstrak etanol daun
ekstrak daun kirinyuh mempunyai aktivitas kirinyuh (Eupatorium odoratum
antiproliferasi terhadap sel leukemia L1210 Linn) dalam 24 jam pertama untuk
(Fitrah, M.,2016) mengetahui gejala toksik yang
Uji toksisitas dibedakan menjadi uji dominan.
toksisitas akut, subkronik, dan kronik. Uji b. Menentukan nilai dosis ekstrak
toksisitas akut dirancang untuk etanol daun kirinyuh (Euphatorium
menentukkan Lethal dose atau disingkat odoratum Linn) yang
LD50 suatu zat. Uji toksisitas akut dilakukan mengakibatkan kematian 50%
dengan memberikan zat kimia yang sedang populasi mencit dan untuk
diuji sebanyak satu kali, atau beberapa kali mengetahui kategori toksisitas akut
dalam jangka waktu 24 jam. Uji toksisitas ekstrak daun kirinyuh (Euphatorium
akut merupakan uji pra klinik yang odoratum Linn) pada mencit yang
bertujuan mengukur derajat efek toksik diukur dengan LD50.
suatu senyawa dalam waktu tertentu setelah
pemberian dosis tunggal. Tolak ukur METODE DAN BAHAN
kuantitatif yang sering digunakan untuk Alat dan Bahan
menyatakan kisaran dosis letal pada uji Alat – alat yang diperlukan dalam
toksisitas akut adalah LD50, Tanaman obat penelitian ini adalah kandang mencit,
harus melalui berbagai proses uji untuk timbangan analitik, Sonde lambung, Kapas,
keamanan konsumsinya, salah satunya uji gelas erlenmeyer, kompor, pinset, batang
toksisitas akut (Syamsul, E.S., Dkk., 2015). pengaduk, baskom, sendok tanduk, Alat
Mengingat betapa luasnya pemakaian daun untuk membuat bahan uji ekstrak etanol
kirinyuh ini sebagai obat, maka penggunaan daun kirinyuh.
tanaman ini harus melalui serangkaian uji, Bahan – bahan yang diperlukan
seperti uji khasiat, toksisitas dan uji klinik. dalam penelitian ini adalah Ekstrak etanol
Dengan dasar tersebut dan daun kirinyuh, Mencit putih, aquadest,
mempertimbangkan potensinya yang cukup NaCMC, Makanan dan minuman mencit.
tinggi, maka penulis tertarik untuk
melakukan uji toksisitas akut dan LD 50 Tempat dan Waktu Penelitian
ekstrak etanol daun kirinyuh (Euphatorium Penelitian ini dilaksanakan di
odoratum Linn) pada mencit (Mus Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi
musculus) . Poltekkes Kemenkes Makassar pada tanggal
24 November 2017 selama 14 hari.
Rumusan Masalah
1. Gejala toksik yang dominan terjadi Populasi dan Sampel
setelah pemberian ekstrak etanol daun Populasi penelitian ini adalah
kirinyuh ( Euphatorium odoratum Linn.) mencit berbadan sehat dengan bobot tidak
? kurang 20 gram. Sedangkan Penentuan
2. Berapakah LD50 ekstrak etanol daun besar sampel menurut ketentuan WHO,
kirinyuh (Euphatorium odoratum Linn) yakni dengan jumlah sampel minimal 5
untuk setiap kelompok perlakuan. Penelitian bobot tidak kurang 20 gram. Jumlah
ini menggunakan 30 ekor mencit yaitu 15 mencit yang digunakan adalah 30
ekor betina dan 15 ekor jantan yang dibagi ekor (15 ekor betina dan 15 ekor
dalam 5 kelompok, tiap kelompok 6 ekor jantan) dibagi 5 kelompok dan
mencit (3 ekor betina dan 3 ekor jantan). masing-masing kelompok terdiri dari
Teknik Pengumpulan Data 6 ekor (3 ekor betina dan 3 ekor
Data yang dikumpulkan dalam jantan). Sebelum mendapat perlakuan
penelitian ini adalah data primer dari hasil mengalami masa adaptasi dan diberi
pengamatan hewan coba kelompok ransum pakan standard dan minum
perlakuan, Data yang diperoleh berupa data selama 7 hari.
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitif c. Perlakuan Terhadap Sampel
yang akan diperoleh yaitu jumlah hewan Pada penelitian ini, 30 ekor
coba yang mati, sedangkan data kualitatif mencit dibagi dalam 5 kelompok
yang akan diperoleh berupa gejala efek perlakuan yang masing – masing
toksik suatu senyawa (ekstrak daun terdiri dari 6 ekor mencit yang
kirinyuh) terhadap hewan coba. ditentukan secara acak. Sebelum
diberi perlakuan masing-masing
Pengambilan dan pengolahan bahan uji mencit ditimbang. Lima kelompok
a. Pengambilan bahan uji perlakuan tersebut adalah :
Bahan yang digunakan adalah 1) Kelompok I : kontrol ( NaCMC
tumbuhan daun kirinyuh (Euphatorium 1%)
odoratum Linn) bagian yang diambil 2) Kelompok II : diberi ekstrak daun
adalah daunnya yang segar yang kirinyuh dengan dosis 10 % b/v
didapatkan di daerah bolalohe desa 3) Kelompok III : diberi ekstrak
Tebba kecamatan Salomekko kabupaten daun kirinyuh dengan dosis 20 %
Bone. b/v
b. Pengolahan bahan uji 4) Kelompok IV : diberi ekstrak
Daun yang dipetik dicuci bersih daun kirinyuh dengan dosis 40 %
kemudian dipotong kecil-kecil, b/v
dikeringkan dengan cara diangin- 5) Kelompok V : diberi ekstrak daun
anginkan dan tidak terkena cahaya. kirinyuh dengan dosis 80 % b/v
c. Ekstraksi bahan uji Pemberian ekstrak daun
Metode ekstraksi yang digunakan dalam kirinyuh (Euphatorium odoratum)
penelitian ini yaitu maserasi. daun pada mencit dilakukan melalui sonde
kirinyuh (Euphatorium odoratum Linn) lambung dan hanya diberikan satu
ditimbang sebanyak 500 gram kali, yaitu pada hari ke- 8.
kemudian dimasukkan dalam wadah d. Penentuan Nilai LD50 dan
maserasi. Ditambahkan pelarut etanol Pengamatan Gejala Toksik Yang
70% Menyertai
Sebelum dilakukan
Prosedur Uji Toksisitas Akut pada pengamatan sampel diamati sebelum
Mencit diberi perlakuan. Hal ini bertujuan
a. Pembuatan larutan Koloidal Na. untuk mengetahui perubahan gejala
CMC 1% b/v sebanyak 200 ml yang terjadi setelah diberi perlakuan
Sebanyak 2 gram serbuk Na. dengan membandingkan gejala atau
CMC kemudian dipanaskan air perilaku sebelum perlakuan. Nilai
sebanyak 200 ml hingga mendidh LD50 ditentukan dengan menghitung
lalu dimasukkan serbuk Na.CMC, jumlah kematian sampel selama 24
diaduk hingga terbentuk larutan jam yang disebabkan oleh pemberian
koloid jernih dengan menggunkan tunggal sediaan uji pada kelompok
pengaduk. mencit dengan dosis 10 % b/v, 20 %
b. Pemilihan dan penyiapan sampel b/v, 40 % b/v dan 80 % b/v. Hewan
Sampel yang digunakan dalam uji dikelompokkan secara acak
penelitian ini adalah mencit (Mus menjadi 5 kelompok yang masing-
musculus). Berbadan sehat dengan masing kelompok terdiri dari 6 ekor
mencit (3 ekor betina dan 3 ekor
jantan). Masing-masing kelompok Analisa Data
perlakuan diberikan secara oral Data yang dikumpulkan dalam
dengan suspensi ekstrak etanol daun penelitian ini adalah data primer dari hasil
kirinyuh (Euphatorium odoratum pengamatan hewan coba, baik kelompok
Linn) dengan dosis dosis 10 % b/v, kontrol maupun kelompok perlakuan. Data
20 % b/v, 40 % b/v dan 80 % b/v. yang diperoleh berupa data kuantitatif dan
Pengamatan gejala klinis dilakukan kualitatif. Data kuantitif yang akan diperoleh
24 jam pertama setelah perlakuan. yaitu jumlah hewan coba yang mati. Data
Penghitungan sampel dilakukan sejak LD50 diambil dari jumlah mencit yang mati
perlakuan hingga 24 jam berikutnya. dan yang masih hidup pada setiap kelompok.
Sementara itu, setelah pemberian Selanjutnya dihitung nilai LD50
dilakukan pengamatan gejala-gejala menggunakan Metode Aritmatik Reed dan
toksik yang menyertai. Muench.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
1. Ekstraksi Daun Kirinyuh (Eupatorium Odoratum Linn)
Tabel 1. Hasil Ekstraksi Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum Linn)
Volume Pelarut Lama
Sampel Berat sampel Berat Ekstrak
(Etanol 70%) perendaman
Daun Kirinyuh 500 gram 56 gram 5 liter 5x 24 jam

2. Hasil pengamatan uji kuantitatif


Hasil penelitian setelah pemberian Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh secara oral pada mencit
adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil pengamatan jumlah mencit yang mati dan hidup setelah pemberian Ekstrak Etanol
Daun Kirinyuh.
Konsentrasi sediaan Jumlah Jumlah Mencit
(% b/v) Mencit Mati Hidup
Kontrol 6 0 6
10 % b/v 6 1 5
20 % b/v 6 2 4
40 % b/v 6 4 2
80 % b/v 6 5 1
Jumlah 30 12 18

Tabel 5. Hasil pengamatan jumlah mencit yang mati berdasarkan perbedaan jenis kelamin
setelah pemberian Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh

Seteleh Perlakuan
Konsentrasi Sampel (Mencit) Betina Jantan
sediaan (% b/v) Betina Jantan Hidup Mati Hidup Mati
Kontrol 3 3 3 - 3 -
10 % 3 3 2 1 3 -
20% 3 3 2 1 2 1
40% 3 3 1 2 1 2
80% 3 3 1 2 - 3
Jumlah 15 15 9 6 9 6

Gejalah toksik yang diperlihatkan gerak, dan kehilangan daya cengkram dan
yaitu salivasi, urinaria, diare, kejang-kejang, kelumpuhan.
diuretik, laju napas cepat, penurun aktivitas
Pembahasan pemberian dosis 10% sedangkan untuk sisa
Penelitian dilakukan dengan mencit lainnya, tetap dilakukan pengamatan
menggunakan 30 ekor mencit (15 ekor sampai pada hari ke 7. Jangka waktu
betina dan 15 ekor jantan) yang sebelumnya pengamatan harus cukup lama sehingga
telah diaklimatisasi selama 1 minggu yang adanya efek toksik yang terlambat atau
bertujuan untuk mengkondisikan sampel tertunda, termasuk kematian tidak terlewati
dengan suasana laboratorium dan untuk dalam pengamatan, berdasarkan alasan
menghilangkan stress akibat transportasi, diatas maka pengamatan dilakukan selama 7
sampel dibagi menjadi 5 kelompok yaitu 1 hari.
kelompok sebagai kontrol, dan 4 kelompok Pemberian ekstrak etanol daun
yang diberi perlakuan yaitu kelompok 1 kirinyuh secara oral menyebabkan zat aktif
diberi Na-CMC 1% dan kelompok perlakuan yang terdapat dalam ekstrak daun kirinyuh
2, 3, 4, 5, diberi ekstrak etanol daun kirinyuh diabsorbsi dalam saluran pencernaan. Zat
berturut-turut 10% b/v, 20%b/v, 40% b/v aktif kemudian mengalami proses distribusi
dan 80% b/v (dalam 20 ml). dan metabolisme. Produk metabolisme yang
Pada proses maserasi yang bersifat toksik bekerja sebagai inhibitor
dilakukan dengan simplisia daun kirinyuh enzim untuk tahap metabolisme selanjutnya,
dengan berat sampel 500 gr, dengan reaksi antar zat aktif dengan reseptor dalam
menggunakan pelarut etanol 70% selama 5 x organ efektor menyebabkan timbulnya
24 jam, diperoleh sebanyak 56 gram ekstrak gejala keracunan. Setiap sampel yang
etanol daun kirinyuh. digunakan akan memberikan respon yang
Pemberian ekstrak daun kirinyuh berbeda pada dosis tertentu. Perbedaan
(Euphatorium odoratum Linn) pada mencit respon tersebut diakibatkan oleh perbedaan
dilakukan secara oral melalui sonde tingkat kepekaan setiap sampel.
lambung dan hanya diberikan satu kali, yaitu Gejala keracunan/toksik yang
pada hari pertama. Diberi bahan uji sesuai timbul setelah pemberian ekstrak daun
dengan dosis tiap kelompok. Pengamatan kirinyuh secara oral pada mencit dengan
gejala toksik dan mencit yang mati dan konsentrasi 10%, 20%, 40%, dan 80% b/v
dilanjutkan sampai 7 hari. memberikan gejala-gejala yang timbul
Hasil penelitian ini menunjukkan adalah urine berlebihan, diare, melompat-
bahwa pemberian ekstrak daun kirinyuh lompat, laju nafas cepat, kejang-kejang,
(Euphatorium Odoratum Linn) yang diamati penurunan aktìvitas gerak, lesu, kehilangan
dari hari pertama sampai hari ke 7 diperoleh daya cengkram, salivasi dan kelumpuhan
data kematian berdasarkan Tabel 5 , setelah beberapa waktu yang dibandingkan
kematian mencit dimulai dari dosis terbesar dengan kontrol.
yaitu 80% dimana terdapat 5 ekor mencit Gejala toksik berupa urinasi dan
yang mati, dosis 40 % terdapat 4 ekor diare terjadi setelah mencit diberi ekstrak
mencit yang mati dan dosis 20% terdapat 2 etanol daun kirinyuh pada semua
ekor mencit yang mati, jadi pada hari konsentrasi. Gejala ini timbul karena adanya
pertama terdapat 11 ekor mencit yang mati, perangsangan pada saraf parasimpatis.
ada beberapa kemungkinan mencit tersebut Perangsangan pada saraf parasimpatis dapat
mati dalam penelitian, yang pertama bisa menyebabkan stimulasi aktivitas pencernaan
disebabkan oleh stress yang dapat yaitu meningkatkan peristaltik usus dan
menurunkan sistem imun, dimana stress ini sekresi getah lambung. Efek lain sebagai
mempengaruhi sistem imun tubuh melalui akibat perangsangan saraf parasimpatis
stimulasi sekresi kortisol dan adrenalin serta adalah terjadinya kontraksi kandung kemih
berpengaruh terhadap pelepasan dan ureter dengan efek memperlancar
noradrenalin dan postganglion simpatik keluarnya air seni.
terminal saraf dipembuluh darah dan organ Efek penurunan aktivitas gerak,
lymfoid. Sedangkan yang kedua bisa laju nafas cepat dan kehilangan daya
disebabkan karena tingginya dosis yang cengkram pada konsentrasi 10% belum
diberikan terhadap mencit sehingga terjadi teramati, tetapi teramati pada konsentrasi
efek toksisitas terhadap mencit yang 20%, 40% dan 80%. Sedangkan kelumpuhan
mengakibatkan kematian. Pada hari keempat dan salivasi pada konsentrasi 10%, 20%,
terdapat 1 mencit yang mati dengan belum teramati, tetapi pada konsentrasi 40%
dan 80% baru teramati, setelah beberapa daun kirinyuh (Euphatorium Odoratum
waktu mencit mengalami kematian. Linn) menggunakan metode Reed dan
Gejala keracunan dari ekstrak daun Muench yaitu sebesar 14,1416 g/Kg BB
kirinyuh yang dominan adalah atau 28,82% ekstrak dan termasuk dalam
parasimpatomimetik atau perangsangan kategori “toksik ringan”.
saraf parasimpatis. Gejala ini terjadi karena
adanya stimulasi aktivasi saluran pencernaan Saran
dan peristaltik usus yang menyebabkan Disarankan untuk melakukan
diare, menstimulasi kontraksi kandung penelitian lebih lanjut mengenai uji
kemih dengan ureter yang berefek toksisitas dengan menggunakan metode
memperlancar keluarnya air seni (urinasi), yang berbeda, dan perlu dilakukan pengujian
dan menstimulasi susunan saraf pusat yang toksisitas subkronik dan kronik untuk
berefek kejang- kejang. mengetahui dampak yang ditimbulkan
Nilai LD50 ekstrak daun kirinyuh akibat pemberian ekstrak etanol daun
berdasarkan hasil pengamatan terhadap kirinyuh (Euphatorium odoratum Linn) agar
jumlah kematian mencit setelah pemberian didapatkan informasi lebih mendalam
ekstrak daun kirinyuh menunjukkan bahwa sehingga dapat dijadikan sebagai acuan
dengan konsentrasi 10 %, 20%, 40%, dan untuk penelitian selanjutnya.
80% dapat menyebabkan kematian pada
mencit. Jumlah kematian mencit tinggi DAFTAR PUSTAKA
dimana 5 mencit mati pada konsentrasi 80%
Ansel, C Howard. 2008. Pengantar Bentuk
b/v dalam waktu 7 hari. Terjadinya kematian
Sediaan Farmasi. Universitas
mencit diawali dengan gejala-gejala toksik
indonesia press.
berupa pengeluaran urin, dan diare yang
berlebihan, selanjutnya adanya penurunan Badan Pengawas Obat dan Makanan
aktivitas gerak, kelumpuhan, kejang-kejang, Republik Indonesia. 2014.
salivasi hingga terjadi kematian. Peraturan Kepala Badan
Penentuan LD50 dengan metode Pengawas Obat dan Makanan
Reed dan Muench, menggunakan nilai Republik Indonesia Nomor
kumulatif yang mengasumsikan bahwa 12
mencit yang mati dengan dosis tertentu akan Tahun 2014 tentang Persyaratan
memberikan nilai LD50 diantara dosis yang mutu obat tradisional. Jakarta :
lebih besar dari 50% dan dosis yang lebih Badan Pengawas Obat dan
kecil dari 50%. Berdasarkan perhitungan Makanan.
dengan metode ini diperoleh nilai LD50
College of Agricultural Science. 2006.
adalah 14,1416 g ekstrak/kg berat badan Toxicity of Pesticides. The
mencit atau 28,28% ekstrak. Berdasarkan
Pennsylvania State University.
klasifikasi toksisitas menurut Priyanto
termasuk dalam kategori “Toksik Ringan” Depkes RI, 2000, Materia Medika
dimana toksik ringan memiliki range 5 – 15 Indonesia, Edisi 5, 120-123,
g/Kg BB, secara umum semakin kecil nilai Departemen Kesehatan Indonesia,
LD50 semakin toksik senyawa tersebut, Jakarta.
begitu pula sebaliknya semakin besar nilai
Dirjen POM. 2000. Sediaan Galenik, Edisi
LD50 semakin rendah toksisitasnya.
II. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI Bhakti Husada.
PENUTUP
Kesimpulan Donatus, I.A. 2005. Toksikologi Dasar.
Berdasarkan hasil analisis data dan Laboratorium Farmakologi dan
pembahasan setelah dilakukan penelitian Toksikologi. Fakultas Farmasi.
dan pengamatan maka dapat disìmpulkan UGM. Yogyakarta
bahwa :
Eriadi, A., Dkk., 2016. Uji Toksisitas Akut
1. Gejala toksik yang dominan yaitu
Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh
parasimpatomimetik (diare, urinasi).
(Chromolaenodorata (L) R.M.King
2. Nilai LD50 yang diperoleh dari hasil & H. Rob) Pada Mencit Putih
pengujian toksisitas akut ekstrak etanol
Jantan. Jurnal Farmasi Higea, Vol.
8, No. 2. Fakultas Farmasi Priyanto. 2010.Toksikologi Ed: 2. Depok:
Universitas Andalas Padang Leskonfi Lembaga Studi dan
Konsultasi Farmakologi.
Ernest, H., 2005. A Textbook of Modern
Toxicology. 3rd Edition. New Rahman, A., 2017. Efek Salep Ekstrak Daun
York: John Wiley and Sons Inc. Kirinyuh (Euphatorium odaratum)
Terhadap Penyembuhan Luka
Ernst, Steven, Dkk. 2015. Principles of
Sayat Pada Ayam Petelur (Gallus
Translational Science in Medicine
leghorn). Skripsi. Program Studi
“Pharmaceutical Toxicology”.
Kedokteran Hewan Fakultas
Updated from 1st edition, former
Kedokteran Universitas
authors: Ernst S (corresponding),
Hasanuddin. Makassar
Boyer S, & Platz S.
Robinson, T, 1995., Kandungan Organik
Fatimatuzzahra, F., 2013. Uji Toksisitas
Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, ITB,
Akut Ekstrk Etanol Daun Kemangi
Bandung.
(Ocimum canum Sims) Terhadap
Larva Artemia Salina Leach Setiawati, W., Dkk., 2008. Tumbuhan
Dengan Metode Brine Shrimp Bahan Pestisida Nabati dan Cara
Lethality Test (BSLT). Skripsi. Pembuatannya untuk Pengendalian
Program Studi Pendidikan Dokter Organisme Pengganggu Tumbuhan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu (OPT). Balai Penelitian Tanaman
Kesehatan Universitas Islam Negeri Sayuran. Bandung
Syarif Hidayatullah. Jakarta
Syam, A.K., 2016. Uji Toksisitass Akut
Fitrah, M., 2016. Identifikasi Ekstrak Daun Ekstrak Etanol Daun Kayu Hitam
Kopasanda (Chromolaena odorata (Diospyros celebica B.) Terhadap
Linn) Terhadap Sel Antiproliferasi Mencit (Mus musculus). Skripsi.
Tikus Leukemia L1210. Jurnal Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Farmasi FIK UINAM Vol.4 No.3, Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jurusan Farmasi Fakultas Alauddin Makassar. Makassar
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Syamsudin. 2011.
Universitas Islam Negeri Alauddin
Farmakologi
Makassar
Eksperimental: Buku Ajar. Penerbit
Ifora, Dkk., 2017. Efek Antiinflamasi Krim Universitas Indonesia. Jakarta.
Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh
Syamsul, E.S., Dkk., 2015. Uji Toksisitas
(Chromolaena odorata (L) R.M.
Akut Ekstrak Etanol Daun Kerehau
King & H. Rob ) Secara Topikal
(Callicarpa longifolia Lam.)
Dan Penentuan Jumlah Sel
Terhadap Mencit Putih. Jurnal
Leukosit Pada Mencit Putih
Imiah Manuntung. Akademi
Jantan. Jurnal Farmasi Higea, Vol.
Farmasi Samarinda.
9, No. 1, Fakultas Farmasi
Universitas Andalas Padang Soewolo. 2010. Pengantar anatomi
Fisiologi Hewan. Dirjen Dikti
Malole, M. B. M dan Pramono, C. S. U.,
Depdiknas. Jakarta.
1989. Penggunaan Hewan-Hewan
Percobaan Di Laboratorium. Tjitrosoepomo, G., 2010. Taksonomi
Departemen Pendidikan dan Tumbuhan (Schizophyta) Cet. 10.
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Gadjah Mada University Presc.
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Yogyakarta
Universitas Biotekologi IPB.
Bogor. Vital, P.G., and W.L, Rivera, 2009.
Antimicrobacterial activity and
Meyna,s dkk.2010. Analisis Hayati. Majalah citoxicity of Chromolaena odorata
Ilmu Kefarmasian. Vol.1. (L.f) King and Robinson and
Uncaria perrottetii (A. rich) Merr.
Extracts, Available online at
http://www.academicjournals.org/
Media Farmasi Vol. XIV. No. 1. April 2018 72

Anda mungkin juga menyukai