ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Uji Toksisitas Akut dan LD 50 Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh
(Euphatorium odoratum Linn) Pada Mencit (Mus musculus.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui nilai Lethal Dosis 50 (LD 50) atau dosis dari ekstrak etanol daun kirinyuh yang dapat
membunuh 50% mencit (Mus musculus), sehingga dapat memberikan data dasar keamanan dosis
dari daun kirinyuh yang dapat digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan metode perhitungan
Reed dan Muench, yang menggunakan 30 ekor mencit masing-masing 15 ekor betina dan jantan
yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, masing-masing terdiri atas 6 ekor mencit 3 ekor betina
dan 3 ekor jantan. Kelompok I NaCMC 1% sebagai Kontrol , Kelompok II diberi ekstrak etanol
daun kirinyuh dengan dosis 10% b/v. Kelompok III diberi ekstrak etanol daun kirinyuh dengan
dosis 20% b/v. Kelompok IV diberi ekstrak etanol daun kirinyuh dengan dosis 40% b/v,
sedangkan untuk Kelompok V diberikan dosis tertinggi 80% b/v pada mencit. Sediaan uji
diberikan secara oral dengan hanya satu kali pemberian pada awal masa penelitian. Gejala toksik
yang dominan yaitu parasimpatomimetik (diare dan urinasi). Hasil penelitian yang didapatkan
Nilai LD50 yang diperoleh dari hasil pengujian toksisitas akut ekstrak etanol daun kirinyuh
(Euphatorium odoratum Linn) yaitu sebesar 14,1416 g/Kg BB atau 28,82 % ekstrak dan termasuk
dalam kategori “Toksik Ringan” .
Kata kunci : Daun Kirinyuh (Euphatorium odoratum Linn), Ekstrak kental, Toksisitas akut,
LD50
Hasil Penelitian
1. Ekstraksi Daun Kirinyuh (Eupatorium Odoratum Linn)
Tabel 1. Hasil Ekstraksi Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum Linn)
Volume Pelarut Lama
Sampel Berat sampel Berat Ekstrak
(Etanol 70%) perendaman
Daun Kirinyuh 500 gram 56 gram 5 liter 5x 24 jam
Tabel 5. Hasil pengamatan jumlah mencit yang mati berdasarkan perbedaan jenis kelamin
setelah pemberian Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh
Seteleh Perlakuan
Konsentrasi Sampel (Mencit) Betina Jantan
sediaan (% b/v) Betina Jantan Hidup Mati Hidup Mati
Kontrol 3 3 3 - 3 -
10 % 3 3 2 1 3 -
20% 3 3 2 1 2 1
40% 3 3 1 2 1 2
80% 3 3 1 2 - 3
Jumlah 15 15 9 6 9 6
Gejalah toksik yang diperlihatkan gerak, dan kehilangan daya cengkram dan
yaitu salivasi, urinaria, diare, kejang-kejang, kelumpuhan.
diuretik, laju napas cepat, penurun aktivitas
Pembahasan pemberian dosis 10% sedangkan untuk sisa
Penelitian dilakukan dengan mencit lainnya, tetap dilakukan pengamatan
menggunakan 30 ekor mencit (15 ekor sampai pada hari ke 7. Jangka waktu
betina dan 15 ekor jantan) yang sebelumnya pengamatan harus cukup lama sehingga
telah diaklimatisasi selama 1 minggu yang adanya efek toksik yang terlambat atau
bertujuan untuk mengkondisikan sampel tertunda, termasuk kematian tidak terlewati
dengan suasana laboratorium dan untuk dalam pengamatan, berdasarkan alasan
menghilangkan stress akibat transportasi, diatas maka pengamatan dilakukan selama 7
sampel dibagi menjadi 5 kelompok yaitu 1 hari.
kelompok sebagai kontrol, dan 4 kelompok Pemberian ekstrak etanol daun
yang diberi perlakuan yaitu kelompok 1 kirinyuh secara oral menyebabkan zat aktif
diberi Na-CMC 1% dan kelompok perlakuan yang terdapat dalam ekstrak daun kirinyuh
2, 3, 4, 5, diberi ekstrak etanol daun kirinyuh diabsorbsi dalam saluran pencernaan. Zat
berturut-turut 10% b/v, 20%b/v, 40% b/v aktif kemudian mengalami proses distribusi
dan 80% b/v (dalam 20 ml). dan metabolisme. Produk metabolisme yang
Pada proses maserasi yang bersifat toksik bekerja sebagai inhibitor
dilakukan dengan simplisia daun kirinyuh enzim untuk tahap metabolisme selanjutnya,
dengan berat sampel 500 gr, dengan reaksi antar zat aktif dengan reseptor dalam
menggunakan pelarut etanol 70% selama 5 x organ efektor menyebabkan timbulnya
24 jam, diperoleh sebanyak 56 gram ekstrak gejala keracunan. Setiap sampel yang
etanol daun kirinyuh. digunakan akan memberikan respon yang
Pemberian ekstrak daun kirinyuh berbeda pada dosis tertentu. Perbedaan
(Euphatorium odoratum Linn) pada mencit respon tersebut diakibatkan oleh perbedaan
dilakukan secara oral melalui sonde tingkat kepekaan setiap sampel.
lambung dan hanya diberikan satu kali, yaitu Gejala keracunan/toksik yang
pada hari pertama. Diberi bahan uji sesuai timbul setelah pemberian ekstrak daun
dengan dosis tiap kelompok. Pengamatan kirinyuh secara oral pada mencit dengan
gejala toksik dan mencit yang mati dan konsentrasi 10%, 20%, 40%, dan 80% b/v
dilanjutkan sampai 7 hari. memberikan gejala-gejala yang timbul
Hasil penelitian ini menunjukkan adalah urine berlebihan, diare, melompat-
bahwa pemberian ekstrak daun kirinyuh lompat, laju nafas cepat, kejang-kejang,
(Euphatorium Odoratum Linn) yang diamati penurunan aktìvitas gerak, lesu, kehilangan
dari hari pertama sampai hari ke 7 diperoleh daya cengkram, salivasi dan kelumpuhan
data kematian berdasarkan Tabel 5 , setelah beberapa waktu yang dibandingkan
kematian mencit dimulai dari dosis terbesar dengan kontrol.
yaitu 80% dimana terdapat 5 ekor mencit Gejala toksik berupa urinasi dan
yang mati, dosis 40 % terdapat 4 ekor diare terjadi setelah mencit diberi ekstrak
mencit yang mati dan dosis 20% terdapat 2 etanol daun kirinyuh pada semua
ekor mencit yang mati, jadi pada hari konsentrasi. Gejala ini timbul karena adanya
pertama terdapat 11 ekor mencit yang mati, perangsangan pada saraf parasimpatis.
ada beberapa kemungkinan mencit tersebut Perangsangan pada saraf parasimpatis dapat
mati dalam penelitian, yang pertama bisa menyebabkan stimulasi aktivitas pencernaan
disebabkan oleh stress yang dapat yaitu meningkatkan peristaltik usus dan
menurunkan sistem imun, dimana stress ini sekresi getah lambung. Efek lain sebagai
mempengaruhi sistem imun tubuh melalui akibat perangsangan saraf parasimpatis
stimulasi sekresi kortisol dan adrenalin serta adalah terjadinya kontraksi kandung kemih
berpengaruh terhadap pelepasan dan ureter dengan efek memperlancar
noradrenalin dan postganglion simpatik keluarnya air seni.
terminal saraf dipembuluh darah dan organ Efek penurunan aktivitas gerak,
lymfoid. Sedangkan yang kedua bisa laju nafas cepat dan kehilangan daya
disebabkan karena tingginya dosis yang cengkram pada konsentrasi 10% belum
diberikan terhadap mencit sehingga terjadi teramati, tetapi teramati pada konsentrasi
efek toksisitas terhadap mencit yang 20%, 40% dan 80%. Sedangkan kelumpuhan
mengakibatkan kematian. Pada hari keempat dan salivasi pada konsentrasi 10%, 20%,
terdapat 1 mencit yang mati dengan belum teramati, tetapi pada konsentrasi 40%
dan 80% baru teramati, setelah beberapa daun kirinyuh (Euphatorium Odoratum
waktu mencit mengalami kematian. Linn) menggunakan metode Reed dan
Gejala keracunan dari ekstrak daun Muench yaitu sebesar 14,1416 g/Kg BB
kirinyuh yang dominan adalah atau 28,82% ekstrak dan termasuk dalam
parasimpatomimetik atau perangsangan kategori “toksik ringan”.
saraf parasimpatis. Gejala ini terjadi karena
adanya stimulasi aktivasi saluran pencernaan Saran
dan peristaltik usus yang menyebabkan Disarankan untuk melakukan
diare, menstimulasi kontraksi kandung penelitian lebih lanjut mengenai uji
kemih dengan ureter yang berefek toksisitas dengan menggunakan metode
memperlancar keluarnya air seni (urinasi), yang berbeda, dan perlu dilakukan pengujian
dan menstimulasi susunan saraf pusat yang toksisitas subkronik dan kronik untuk
berefek kejang- kejang. mengetahui dampak yang ditimbulkan
Nilai LD50 ekstrak daun kirinyuh akibat pemberian ekstrak etanol daun
berdasarkan hasil pengamatan terhadap kirinyuh (Euphatorium odoratum Linn) agar
jumlah kematian mencit setelah pemberian didapatkan informasi lebih mendalam
ekstrak daun kirinyuh menunjukkan bahwa sehingga dapat dijadikan sebagai acuan
dengan konsentrasi 10 %, 20%, 40%, dan untuk penelitian selanjutnya.
80% dapat menyebabkan kematian pada
mencit. Jumlah kematian mencit tinggi DAFTAR PUSTAKA
dimana 5 mencit mati pada konsentrasi 80%
Ansel, C Howard. 2008. Pengantar Bentuk
b/v dalam waktu 7 hari. Terjadinya kematian
Sediaan Farmasi. Universitas
mencit diawali dengan gejala-gejala toksik
indonesia press.
berupa pengeluaran urin, dan diare yang
berlebihan, selanjutnya adanya penurunan Badan Pengawas Obat dan Makanan
aktivitas gerak, kelumpuhan, kejang-kejang, Republik Indonesia. 2014.
salivasi hingga terjadi kematian. Peraturan Kepala Badan
Penentuan LD50 dengan metode Pengawas Obat dan Makanan
Reed dan Muench, menggunakan nilai Republik Indonesia Nomor
kumulatif yang mengasumsikan bahwa 12
mencit yang mati dengan dosis tertentu akan Tahun 2014 tentang Persyaratan
memberikan nilai LD50 diantara dosis yang mutu obat tradisional. Jakarta :
lebih besar dari 50% dan dosis yang lebih Badan Pengawas Obat dan
kecil dari 50%. Berdasarkan perhitungan Makanan.
dengan metode ini diperoleh nilai LD50
College of Agricultural Science. 2006.
adalah 14,1416 g ekstrak/kg berat badan Toxicity of Pesticides. The
mencit atau 28,28% ekstrak. Berdasarkan
Pennsylvania State University.
klasifikasi toksisitas menurut Priyanto
termasuk dalam kategori “Toksik Ringan” Depkes RI, 2000, Materia Medika
dimana toksik ringan memiliki range 5 – 15 Indonesia, Edisi 5, 120-123,
g/Kg BB, secara umum semakin kecil nilai Departemen Kesehatan Indonesia,
LD50 semakin toksik senyawa tersebut, Jakarta.
begitu pula sebaliknya semakin besar nilai
Dirjen POM. 2000. Sediaan Galenik, Edisi
LD50 semakin rendah toksisitasnya.
II. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI Bhakti Husada.
PENUTUP
Kesimpulan Donatus, I.A. 2005. Toksikologi Dasar.
Berdasarkan hasil analisis data dan Laboratorium Farmakologi dan
pembahasan setelah dilakukan penelitian Toksikologi. Fakultas Farmasi.
dan pengamatan maka dapat disìmpulkan UGM. Yogyakarta
bahwa :
Eriadi, A., Dkk., 2016. Uji Toksisitas Akut
1. Gejala toksik yang dominan yaitu
Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh
parasimpatomimetik (diare, urinasi).
(Chromolaenodorata (L) R.M.King
2. Nilai LD50 yang diperoleh dari hasil & H. Rob) Pada Mencit Putih
pengujian toksisitas akut ekstrak etanol
Jantan. Jurnal Farmasi Higea, Vol.
8, No. 2. Fakultas Farmasi Priyanto. 2010.Toksikologi Ed: 2. Depok:
Universitas Andalas Padang Leskonfi Lembaga Studi dan
Konsultasi Farmakologi.
Ernest, H., 2005. A Textbook of Modern
Toxicology. 3rd Edition. New Rahman, A., 2017. Efek Salep Ekstrak Daun
York: John Wiley and Sons Inc. Kirinyuh (Euphatorium odaratum)
Terhadap Penyembuhan Luka
Ernst, Steven, Dkk. 2015. Principles of
Sayat Pada Ayam Petelur (Gallus
Translational Science in Medicine
leghorn). Skripsi. Program Studi
“Pharmaceutical Toxicology”.
Kedokteran Hewan Fakultas
Updated from 1st edition, former
Kedokteran Universitas
authors: Ernst S (corresponding),
Hasanuddin. Makassar
Boyer S, & Platz S.
Robinson, T, 1995., Kandungan Organik
Fatimatuzzahra, F., 2013. Uji Toksisitas
Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, ITB,
Akut Ekstrk Etanol Daun Kemangi
Bandung.
(Ocimum canum Sims) Terhadap
Larva Artemia Salina Leach Setiawati, W., Dkk., 2008. Tumbuhan
Dengan Metode Brine Shrimp Bahan Pestisida Nabati dan Cara
Lethality Test (BSLT). Skripsi. Pembuatannya untuk Pengendalian
Program Studi Pendidikan Dokter Organisme Pengganggu Tumbuhan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu (OPT). Balai Penelitian Tanaman
Kesehatan Universitas Islam Negeri Sayuran. Bandung
Syarif Hidayatullah. Jakarta
Syam, A.K., 2016. Uji Toksisitass Akut
Fitrah, M., 2016. Identifikasi Ekstrak Daun Ekstrak Etanol Daun Kayu Hitam
Kopasanda (Chromolaena odorata (Diospyros celebica B.) Terhadap
Linn) Terhadap Sel Antiproliferasi Mencit (Mus musculus). Skripsi.
Tikus Leukemia L1210. Jurnal Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Farmasi FIK UINAM Vol.4 No.3, Kesehatan Universitas Islam Negeri
Jurusan Farmasi Fakultas Alauddin Makassar. Makassar
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Syamsudin. 2011.
Universitas Islam Negeri Alauddin
Farmakologi
Makassar
Eksperimental: Buku Ajar. Penerbit
Ifora, Dkk., 2017. Efek Antiinflamasi Krim Universitas Indonesia. Jakarta.
Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh
Syamsul, E.S., Dkk., 2015. Uji Toksisitas
(Chromolaena odorata (L) R.M.
Akut Ekstrak Etanol Daun Kerehau
King & H. Rob ) Secara Topikal
(Callicarpa longifolia Lam.)
Dan Penentuan Jumlah Sel
Terhadap Mencit Putih. Jurnal
Leukosit Pada Mencit Putih
Imiah Manuntung. Akademi
Jantan. Jurnal Farmasi Higea, Vol.
Farmasi Samarinda.
9, No. 1, Fakultas Farmasi
Universitas Andalas Padang Soewolo. 2010. Pengantar anatomi
Fisiologi Hewan. Dirjen Dikti
Malole, M. B. M dan Pramono, C. S. U.,
Depdiknas. Jakarta.
1989. Penggunaan Hewan-Hewan
Percobaan Di Laboratorium. Tjitrosoepomo, G., 2010. Taksonomi
Departemen Pendidikan dan Tumbuhan (Schizophyta) Cet. 10.
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Gadjah Mada University Presc.
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Yogyakarta
Universitas Biotekologi IPB.
Bogor. Vital, P.G., and W.L, Rivera, 2009.
Antimicrobacterial activity and
Meyna,s dkk.2010. Analisis Hayati. Majalah citoxicity of Chromolaena odorata
Ilmu Kefarmasian. Vol.1. (L.f) King and Robinson and
Uncaria perrottetii (A. rich) Merr.
Extracts, Available online at
http://www.academicjournals.org/
Media Farmasi Vol. XIV. No. 1. April 2018 72