I. Tujuan
3. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan sediaan untuk infus dengan baik dan benar.
4. Mahasiswa mampu melakukan uji kualitas sediaan infus meliputi : uji pH larutan, uji
partikel dan kejernihan, uji kebocoran, dan uji keseragaman volume.
Injeksi adalah penyemprotan larutan (atau suspensi) ke dalam tubuh untuk tujuan terapeutik
atau diagnostik. Mereka dapat berlangsung dalam aliran darah tetapi juga dalam jaringan dan
dalam organ. Suatu kerja optimal dan tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara
parenteral kemudian hanya diberikan jika persyaratan berikut terpenuhi :
o Penyesuaian dari kandungan bahan obat yang dinyatakan dan nyata-nyata terdapat, tidak
ada penurunan kerja selama penyimpanan melalui perusakan secara kimia dari obat dan
sebagainya.
o Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya menginginkan suatu pengambilan steril,
melainkan juga menolak antaraksi antara beban obat dan materi dinding.
o Tersatukan tanpa reaksi. Untuk itu yang bertanggung jawab terutama bebas kuman,
bebas pirogen, bahan pelarut yang netral secara fisiologis, isotoni, isohidri, bebas bahan terapung
(Voight, 1994).
Botol kecil injeksi (vial, botol penusuk, botol kapsolut) dapat sebagai wadah takaran tunggal atau
takaran ganda. Mereka berlaku untuk menerima serbuk bahan obat, larutan suspensi dan pada
umumnya meliputi 5ml, tetapi juga yang lebih besar diperdagangkan. Tutup karet atau tutup
bahan buatan yang berlaku untuk menutupi botol infusi atau botol penusuk tidak boleh
memberikan bahan padat, behan pewarna seperti juga komponen toksis atau pirogen ke dalam
larutan.Suatu penggunaan tutup yang berulang kali tidak diijinkan. (Priambodo,2007)
Ringeris Lactatis adalah larutan steril dari Kalsium Klorida, Kalium klorida, Natrium klorida dan
Natrium Lactat dalam air untuk injeksi. Tiap 100 ml mengandung tidak kurang dari 285,0 mg dan
tidak lebih dari 315,0 mg natrium (sebagai NaCl dan C3H5NaO3), tidak kurang dari 14,1 mg dan
tidak lebih dari 17,3 mg Kalium (K, setara dengan tidak kurang dari 27,0 mg dan tidak lebih dari
33,0 mg KCl), tidak kurang dari 4,90 mg dan tidak lebih dari 6,00 mg kalsium (Ca, setara dengan
tidak kurang dari 18,0 mg dan tidak lebih dari 2,0 mg CaCl2.2H2O), dan tidak kurang dari 231,0
mg dan tidak lebih dari 261,0 mg laktat (C3H5O3, setara dengan tidak kurang dari 290,0 mg dan
tidak lebih dari 330,0 mg C3H5NaO3). Injeksi Ringer Laktat tidak boleh mengandung bahan
antimikroba (Depkes RI, 1995).
III. Formula
Natriumlaktat 0,31
NaCl 0,6
KCl 0,03
CaCl2.2H2O 0,01
Sendok
Autoclave
Beker glass
Kertas saring
pH universal
Pengaduk Gelas
Tang penutup
Corong kaca
Matt glass
Bahan :
Natrium Laktat
Natrium Klorida
Kalium Klorida
Kalsium Klorida
Bahan lain :
Metilen blue
Karbo adsorben
NaOH
HCL
V. Pemerian
1. NatriumLaktat
Penyimpanan:Simpandalamwadahtertutupbaikdankering.
(Rowe, 2009)
2. NatriumKlorida
Khasiat : Zatpengisotonis
3. KaliumKlorida
4. KalsiumKlorida
Penyimpanan:Simpandalamwadahkedapudara di tempatkering.
(Rowe, 2009)
Penyimpanan:Dalamwadahtertutupkedap,
jikadisimpandalamwadahtertutuplapasberlemakharusdigunakandalamwaktu 3
harisetelahpembuatan.(Depkes RI, 1995)
6. Karboadsorben
Namalain :Arangjerap
7. AsamKlorida
Khasiat:Zattambahan, zatpenambahasam.
8. NatriumHidroksida
Namalain :NaOH
1. Isotonisitas
b2
Diketahui PTB :
0,576
= 0,52 – 0,45787
0,576
2. Jumlah Bahan
6 vial x 10 ml = 60 ml
60 ml x 5 orang = 300 ml
Overmatt = 10 % x 300 ml = 30 ml 330 ml
Dididihkan aquadest
Dilarutkan Natrium laktat 0,341 gram dalam aquadest panas 20 mL, dimasukkan beker glass
DilarutkanNaCl 0,7786 gram dalam aquadest panas 20 mL, dimasukkan dalam beker glass
Dilarutkan KCl 0,033 gram dalam aquadest panas 20 mL, dimasukkan dalam beker glass
Dilarutkan CaCl2 0,011 gram dalam aquadest panas 20 mL, dimasukkan dalam beker glass
Diperiksa pH larutan apakah telah mencapai 5-7, jika kurang asam ditambahkan HCl 0,1N, jika
kurang basa ditambahkan NaOH 0,1N
2. Cara Pengujian
Uji kebocoran
Didiamkan 15 menit
Diamati apakah larutan ampul ada yang berwarna biru, bila ada artinya tidak lolos uji kebocoran
Diamati secara visual injeksi Ringer laktat apakah ada partikel dalam sediaan tersebut.
VIII. HasilPercobaan
Rata-rata 10,6 ml
IX. PEMBAHASAN
Pada pembuatan sediaan steril ini dikemas dalam bentuk vial yang mengandung larutan steril
Ringer Laktat. Larutan Ringer Laktat digunakan secara intravena untuk memperbaiki kandungan
elektrolit didalam tubuh. Infuse merupakan sediaan larutan yang disterilkan dan biasanya
dikemas dalam dalam volume 0,5 – 1L. Larutan ini biasa diberikan setelah terjadi shock, kehilangn
cairan badan karena dehidrasi ( muntah, diare, kondisi pasca operasi ) dan kelaparan. Infus
sebagai sediaan parenteral harus memenuhi persyaratan antara lain steril, dan bebas dari
partikel asing, bebas pirogen, stabil, tonisitas, jernih dan mempunyai pH yang sesuai. Formula
yang digunakan dalam membuat infus ringer laktat adalah natrium laktat, NaCl, KCl, CaCl2. 2H2O
dan aqua p.i. Setiap komponen mempunyai kelebihan masing-masing untuk menghasilkan
larutan elektrolit. Pada formula ini natrium laktat berfungsi sebagai menyumbangkan ion
natrium, untuk terapi asidosis yaitu kelebihan asam dalam darah dimana akan mengakibatkan
nekrosis jaringan. Kalium klorida berfungsi sebagai pompa untuk ion Na dan K, dan dapat
meningkatkan kontraksi otot jantung. Natrium Klorida berfungsi sebagai elektrolit yang dapat
membuat larutan menjai isotonis. Calsium Klorida berfungsi sebagai defisiensi ion kalsium.
Tonisitas larutan perlu dihitung dahulu sebelum pembuatan sediaan. Tonisitas perlu dihitung
dengan tujuan agar dapat diketahui apakah larutan tersebut sudah isotonis atau belun atau
hipertonis, karena ini berhubungan dengan tekanan osmose larutan terhadap cairan tubuh yang
akan diberi larutan infus. Larutan yang isotonis adalah larutan yang memiliki tekanan osmose
sama dengan tubuh, dan keadaan isotonis inilah yang diharapkan, karena dalam keadaan ini,
larutan yang diinjeksikan tidak akan menimbulkan rasa sakit. Sedangkan larutan yang
hipotonis,akan menimbulkan sel cairan tubuh akan pecah atau lisis, karena tekanan diluar sel
lebih rendah, maka cairan dalam sel akan menggembung dan pecah, mengingat tekanan osmose
merupakan tekanan yang berjalan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Sebaliknya pada
larutan hipertonis akan mengakibatkan keadaan di luar sel lebih tinggi dibanding didalam sel,
sehingga keadaan sel mengkerut. Keadaan hipotonis lebih berbahaya dibanding keadaan
hipertonis, karena sifat larutan hipotonis irreversibel (sel sudah pecah ),sedangkan sifat
hipertonis reversibel ( sel dapat kembali normal ). Dari hasil yang diperoleh dari perhitungan
larutan ringer laktat yang akan dibuat sesuai formula yang direkomendasikan, larutan tersebut
memiliki sifat hipotonis, karena hasil yang diperoleh0,108 < 0,52. Karena keadaan ini, maka
ditambahkan bahan seperti NaCl 0,9% menurut perhitungan penambahan agar menjadi larutan
yang isotonis.
Pada cara kerja percobaan ini digunakan aquades yang mendidih, selain untuk meningkatkan
kelarutan dari bahan bahan obatnya, kondisi panas juga dapat mensterilkan bahan dari mikroba.
Setelah semua bahan dilarutkan, maka pH dicek pada range 5-7, hal ini dikarenakan agar larutan
yang akan digunakan sebagai sediaan injeksi parenteral memiliki pH yang sama dengan pH tubuh
manusia. Karbo adsorben yang dipanaskan dalam oven, bertujuan untuk mengaktifkannya dalam
penyerapan karbon dan menghilangkan pyrogen serta partikel-partikel atau pengotor yang
mungkin ada pada larutan. Pirogen adalah senyawa kompleks polisakarida yang mengandung
radikal dengan unsur N.P, selama radikal tersebut masih terikat, maka selama itu pula akan
menimbulkan demam dan bersifat termostabil, jika terlalu banyak dapat menimbulkan kematian.
Setelah larutan digojog dengan karbo adsorben, larutan didiamkan sebentar kemudian disaring
hingga jernih dengan kertas saring, larutan dimasukkan dalam wadah yang sesuai dengan
tutupnya ( vial ), kemudian vial-vial yang sudah berisi larutan, disterilakan dengan autoclave pada
suhu 121˚C selama 20 menit. Sterilisasi yang efektif dan dilakukan dalam percobaan ini adalah
sterilisasi dengan uap bertekanan menggunakan autoclave dengan suhu 121˚C selama 20 menit.
Jadi harus diusahakan agar pembuatan larutan injeksi dan infus harus dikondisikan bebas pirogen
dan harus dipastikan pula bahwa kondisi ini dapat dipertahankan sampai saat pemakaiannya.
Pemilihan wadah pada formula ini menggunakan vial, karena dapat digunakan untuk berulang
kali dan tutup terbuat dari karet yang bersifat elastis dan dapat ditutup kembali.
Pada praktikum ini dilakukan beberapa pengujian diantaranya, uji keseragaman bobot, uji
kejernihan, uji kebocoran dan uji pH. Pada pengujian keseragaman volume dilakukan untuk
mengetahui apakah volume yang dihasilkan sama dan sesuai. Pada uji keseragaman bobot dari 5
vial yang diujikan 3 vial terjadi penyimpangan,volume hasil yang didapatkan lebih dari volume
sebenarnya, 3 vial dengan volume 11 ml dan 2 vial dengan volume 10 ml. Hal ini disebabkan
karena cara pengisian yang dilakukan dengan menggunakan spuit yang dilakukan 2 kali dapat
memperbesar pronsentase penyimpangan. Pada uji kejernihan ini dilakukan untuk mengetahui
kejernihan dari larutan, ada dan tidaknya partikel pada larutan. Hasil dari pengujian ini positif
tidak terdapat partikel asing, ini berarti larutan tersebut dapat digunakan karena tidak
dikhawatirkan menimbulkan emboli dan menyebabkan rasa nyeri. Partikel ini biasanya adalah
bahan yang tidak larut dan secara tidak langsung terdapat dalam sediaan. Adanya partikel asing
dalam sediaan menandakan bahwa larutan tersebut tidak jernih, karena adanya kontaminasi
partikel asing, sehingga bila diamati lebih teliti dalam sediaan tersebut keruh dengan partikel
asing.
Pada uji kebocoran bertujuan untuk diketahui tidak ada ampul yang bocor, kebocoran ditandai
dengan adanya warna biru di dalam ampul menggunakan zat warna methylen blue. Uji kebocoran
ini dilakukan untuk memastikan bahwa vial yang digunakan benar-benar baik sehingga dosis yang
didapatkan sesuai dengan dosis yang diinginkan. Selain itu adanya kebocoran dapat
menyebabkan partikel asing masuk, partikel ini dapat berupa mikroorganisme atau pirogen, yang
menandakan bahwa larutan tersebut tidak lagi steril. Dapat berpengaruh juga pada distribusinya
atau penanganan sediaan tersebut selain terkait dengan dosis dan volumenya. Pada pengujian
pH dilakukan untuk mengetahui larutan isohidris atau tidak. Isohidris adalah keadaan dimana pH
larutan sama dengan pH darah. Hasil yang diperoleh pada percobaan uji pH yaitu 7, sesuai dengan
pH pada tubuh. Tujuan dari pengujian – pengujian tersebut antara lain untuk memenuhi standar
sediaan yang di inginkan, layak untuk dipakai atau tidak, karena bentuk sediaan infus dalam
bentuk vial harus memiliki kejernihan yang tinggi,tidak ada partikel,steril,tidak bocor dan
mempunyai PH yang sesuai.
X. KESIMPULAN
1. Mahasiswa telah mampu memahami dan membuat sediaan steril larutan ringer laktat
dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa telah dapat mengetahui syarat sediaan steril larutan ringer laktat
meliputi:steril,bebas partikel asing,bebas pirogen,stabil dalam penyimpanan,tonisitas, sesuai ph
tubuh,dan jernih.
3. Mahasiswa telah mampu melakukan pengujian terhadap sediaan steril larutan ringer
laktat meliputi:
– Ph larutan =7
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama, Yogyakarta.
Voight, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke 5, UGM Press, Yogyakarta.