BATCH SHEET II
INJEKSI ANEURIN HYDROCHLORIDUM
BAB I
NAMA ZAT AKTIF DAN BENTUK YANG DIGUNAKAN
1.1
1.2
BAB II
BM
Pemerian
: 337,27
Kelarutan
PH
: 2,8 3,4
Penyimpanan
Khasiat
OTT
BAB III
3.2
3.3
Formula
Aneurin Hydrochloridum
25 mg/mL
1 mL no. IV
Formula Lengkap
Aneurin Hydrochloridum
25 mg
Natrium Chloridum
2,995 mg
ad pH stabilitas (2,8-3,4)
ad 1 mL
Metode Pembuatan
Metode yang digunakan dalam pembuatan larutan injeksi aneurin
BAB IV
Natrium Chloridum
Rumus molekul : NaCl
Pemerian
Kelarutan
: larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih
dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut
dalam etanol (95%) P.
pH
: 6,7-7,3
Konsentrasi
Stabilitas
Sterilisasi
Titik leleh
: 801oC
Titik didih
: 1465oC
Penyimpanan
Stabilitas
4.2
Kelarutan
OTT
Stabilitas
Penyimpanan
4.3
OTT
Penyimpanan
BAB V
PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
5.1
Perhitungan Bahan
Tonisitas dari Aneurin HCl
tb Aneurin HCl
C Aneurin HCl
= 2,5
W =
0,52(0,139 x 2,5)
0,576
W = 0,2995 % ~ 2,995
Volume yang dibuat
mg
mL
= (n + 2) c + 6 mL
= (6 + 2) 1,1 + 6 mL
= 8,8 + 6 mL
= 14,8 mL ~ 15 mL
5.2
Aneurin HCl
= 25 mg x 15 mL
= 375 mg
NaCl
= 2,995 mg x 15 mL = 44,925 mg
HCl 0,1 N
= 5 mL
ad 15 mL
Penimbangan Bahan
Bahan
Aneurin HCl
HCl 0,1 N
NaCl
Aqua Pro Injeksi
Satuan Dasar
1 ml
25 mg
0,83 mL
2,995 mg
1 mL
BAB VI
Volume Produksi
6 Ampul/15 mL
375 mg
5 mL
44,925 mg
15 mL
PROSEDUR
6.1
Sterilisasi
6.1.1 Alat-alat
Alat
Beaker glass
Corong & kertas saring
Ampul
Kaca arloji
Spatel logam
Batang pengaduk
Sterilisasi
Oven 170oC
Otoklaf 115-116oC
Oven 170oC
Api Langsung
Api Langsung
Api Langsung
Waktu
30
30
30
20
20
20
cocok, kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah yang
tidak lebih dari 100 ml. Sterilisasi dilakukan dengan uap air jenuh
pada suhu 115 sampai 116 selama 30 menit.
Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 100 ml, waktu
sterilisasi diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada pada
suhu 115 sampai 116 selama 30 menit.
B.
Penyaringan (Sterilisasi C)
Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke
Prosedur Pembuatan
Melarutkan aneurin HCl dalam sebagian aqua pro injeksi. Kemudian
dilarutkan NaCl dalam sebagian aqua pro injeksi. Larutan aneurin HCl dan NaCl
dicampurkan. Ditambahkan aqua pro injeksi sampai kurang lebih 10 mL,
kemudian dicek pH. Tambahkan HCl 0,1 N sampai didapat pH 2,8-3,4. Larutan
ditambahkan aqua pro injeksi sampai 15 mL. selanjutnya larutan disaring dan
filtrate pertama dibuang. Larutan kemudian diisikan kedalam 6 ampul @ 1,1 mL.
Ampul lalu di las. Setelah ampul di las, kemudian ampul disemprot dengan uap
air dialiri gas inert lalu ditutup. Disterilisasi dalam autoklaf 115-1160C selama 30
menit.
BAB VII
EVALUASI SEDIAAN
7.1
Evaluasi Sediaan
7.1.1 Uji pH (Farmakope Indonesia edisi IV, hal.1039-1040)
Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator
HASIL EVALUASI
Tidak dilakukan
1040)
b) Bahan partikulat dalam injeksi
(FI IV,981-984)
c) Penetapan volume injeksi dalam
wadah (FI IV,1044)
d) Uji keseragaman sediaan
Tidak ada
Tidak dilakukan
(FI IV,990-1001)
e) Uji kejernihan (FI IV,998)
f) Uji kebocoran
Tidak dilakukan
Jernih
1 ampul bocor
2. EVALUASI BIOLOGI
a) Uji Efektivitas Sterilitas
b)
c)
d)
e)
(FI IV,939-942)
f) UJI potensi antibiotik (FI
IV,891-899)
7.2
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Evaluasi Lain
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis Evaluasi
Penampilan fisik wadah
Jumlah sediaan
Kejernihan
Brosur
Kemasan
Kebocoran ampul
Etiket
Keseragaman volume
Penilaian
Kurang Baik
4 ampul
Baik
Terlampir
Terlampir
Tidak ada yang bocor
Terlampir
Volume seragam
BAB VIII
ASPEK FARMAKOLOGI
8.1
Indikasi
Untuk defisiensi vitamin B1, beri-beri, polineuritis (degenerasi saraf-saraf
tepi secara serentak dan simetris), penyakit susunan saraf pusat, penyakit jantung
organik, anoreksia (kehilangan nafsu makan), penderita alkoholisme, penderita
anemia.
8.2
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas vitamin B1, shock anafilaksis, ibu menyusui.
8.3
Dosis
Dosis lazim
Dosis maksimum
Penderita beri-beri
: sehari 25 mg-100 mg
Efek Samping
Bila terjadi kelebihan thiamin cepat dieksresi melalui urin. Meskipun jarang
terjadi reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian IV dosis besar pada
pasien yang sensitive dan beberapa diantaranya bersifat fatal. Reaksi
hipersensitivitas terjadi setelah menyuntik obat ini. Nyeri otot dapat terjadi setelah
injeksi I.M.
8.5
Interaksi Obat
Bila dicampurkan dengan sodium sulfit, potassium metabisulfit dan sodium
8.7
ADME
8.7.1 Absorpsi
Aneurin dapat menstimulir pembentukan eritrosit dan berperan penting pada
regulasi ritme jantung serta berfungsinya susunan saraf dengan baik, dan
digunakan juga pada neuralgia (nyeri pada urat).
8.7.2 Distribusi
Aneurin HCl disalurkan ke semua organ dengan konsentrasi terbesar di hati,
ginjal, jantung dan otak. Biasanya pada penyakit beri-beri yang gejalanya
terutama tampak pada sistem saraf dan kardiovaskuler, sistem saraf neuritis, pada
saluran cerna. Dengan kebutuhan minimum adalah 0,3 mg/1000 kcal, sedangkan
AKG di Indonesia ialah 0,3-0,4 mg/hari untuk bayi, 1,0mg/hari untuk orang
dewasa dan 1,2 mg/hari untuk wanita hamil. Farmakokinetik: Pada pemberian
parenteral, absorbsinya cepat dan sempurna. Absorbsi per oral maksimum 8-15
mg/hari yang dicapai dengan pemberian oral sebanyak 40.
8.7.3 Metabolisme
Makanan setelah dicerna, diserap langsung oleh usus dan masuk ke dalam
saluran darah. Penyerapan maksimum terjadi pada konsumsi 2,5 5 mg tiamin
per hari. Pada jumlah kecil, diserap melalui proses yang memerlukan energi dan
bantuan natrium, sedangkan dalam jumlah besar, diserap secara difusi pasif.
Kelebihan vitamin aneurin dikeluarkan lewat urine. Metabolitnya adalah 2-metil4-amino-5-pirimidin dan asam 4-metil-tiazol-5-asetat.
Tubuh manusia dewasa mampu menyimpan cadangan sekitar 30 -70 mg,
dan sekitar 80%-nya terdapat sebagai TPP (tiamin pirofosfat). Separuh dari
aneurine yang terdapat dalam tubuh terkonsentrasi di otot. Meskipun tidak
disimpan di dalam tubuh, level normal di dalam otot jantung, otak, hati, ginjal dan
otot lurik meningkat dua kali lipat setelah terapi dan segera menurun hingga
setengahnya ketika asupan tiamin berkurang.
8.7.4 Ekskresi
Aneurin dalam dosis tinggi tidak menyebabkan keracunan, karena
kelebihannya diekskresikan melalui kemih dalam bentuk utuh maupun
metabolitnya.
BAB IX
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami akan membuat injeksi Aneurin HCl atau
vitamin B1. Pembuatan sediaan injeksi thiamin HCl dibuat dengan metode
pembuatan injeksi pelarut air. Aneurin HCl merupakan vitamin yang larut dalam
air, sehingga pembuatanya juga lebih stabil dengan pelarut air. Aneurin HCl stabil
dalam larutan pembawa air. Pada penambahan pembawa air yang digunakan A.P.I
(aqua pro injeksi). Pada formulasinya memakai zat tambahan Natrium Cloridum
(NaCl) karena syarat obat suntik itu harus isotonik yang artinya injeksi tersebut
tekanan yang dihasilkan harus sama dengan tekanan dalam cairan tubuh yang
kadarnya sama dengan 0,9 % NaCl, sehingga harus ditambahkan NaCl.
Pada pengerjaannya, pertama Aneurin HCl dilarutkan dengan aqua pro
injeksi sebanyak 5 mL, kemudian dalam wadah yang berbeda, NaCl dilarutkan
dengan aqua pro injeksi sebanyak 5 mL. Setelah keduanya larut kemudian larutan
tersebut dicampurkan untuk membantu kelarutan aneurin HCl dalam air.
Tambahkan aqua pro injeksi sampai 10 mL. Kemudian campuran larutan tersebut
dicek pH dengan rentang pH 2,8-3,4 yang merupakan rentang pH stabilitas dari
Aneurin HCl. Untuk mendapatkan pH yang sesuai dilakukan penambahan HCl
yang bertujuan untuk mengasamkan. Setelah itu larutan ditambahkan aqua pro
injeksi sampai 15 mL. Kemudian larutan tersebut disaring menggunakan filter
syringe. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan partikel yang terdapat dalam
larutan karena dalam syarat injeksi bentuk larutannya harus jernih. Larutan yang
telah disaring kemudian dimasukkan kedalam ampul dan pengerjaannya harus di
Laminar Air Flow (LAF) karena memiliki fungsi untuk bekerja secara aseptis
yang mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi
steril dan menggunakan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan.
Dalam memasukkan larutan kedalam ampul memakai jarum suntik yang telah
ditempelkan bakteri filter. Memakai bakteri filter bertujuan untuk menghilangkan
bakteri yang berada dalam larutan secara mekanik. Untuk pengisian ampul, jarum
suntik panjang penting karena lubangnya kecil dan dimasukan kedalam ampul
sampai bawah sehingga mencegah larutan menempel pada dinding ampul. Jarum
dikeluarkan secara perlahan dan hati-hati dari leher ampul, karena apabila ada
yang menempel pada dinding ampul, akan menyebabkan noda hitam pada ampul
seperti terbakar dan ledakan pada saat pengelasan.
Setelah sediaan jadi, kemudian dilakukan evaluasi kebocoran pada ampul.
Evaluasi yang dilakukan yaitu dengan cara membalikan ampul pada beaker glass
yang telah berisi kapas dan ditutup dengan kertas perkamen, kemudian dimasukan
ke dalam autoklaf selama kurang lebih 15 menit pada suhu 121 oC. Maka Dari
hasil yang diperoleh, tidak terdapat ampul yang bocor. Jumlah sediaan yang
dihasilkan sebanyak 6 ampul tetapi yang dikumpulkan sebanyak 4 ampul. Dan
pada uji kejernihan, semua ampul menunjukkan kejernihan yang artinya tidak
terdapat partikel-pertikel didalamnya.
BAB X
KESIMPULAN
BAB XI
ETIKET DAN LABEL
11.1 Etiket
11.2 Label
BAB XII
KEMASAN DAN BROSUR
12.1 Kemasan
12.2 Brosur
BAB XIII
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Anonim. 2006. Martindale The Extra Pharmacopoeia 36th edition. London:
The Pharmaceutical Press.
Wade, Ainley and Weller, Paul J. 1994. Pharmaceutical Excipients. 6th
edition. The Pharmacuetical Press. London.