Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


“Infus Glukosa”

DOSEN PEMBIMBING:
Ginanjar Putri Nastiti, S. Farm., M. Farm., Apt

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Adinia Tiska Dwi Lestari 1702050070
Anas Mubarok 1702050071
Aisyah Hilali Restanti 1702050072
Ayu Puji Lestari 1702050073
Devi Endah Safitri 1702050074
Dewi Rohmah 1702050075

D3 FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan
steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta
sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme
hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai
konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari
mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka
kematian mikroba.( Lachman, hal 1254 ).
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus
intravena untuk menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi
nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral dengan volume besar yang
ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena digunakan
untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk
mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang
membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau
setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai
pembawa obat-obat lain.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam
wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel
lain. Oleh karena volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan
dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas yang mungkin
disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya
mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang
isotonis untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan
hipotonis maupun hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi
pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.
1.2. TUJUAN
a. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan steril
b. Untuk mengetahui cara menghitung tonisistas suatu cairan infus
c. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan infus glukosa

1.3. MANFAAT
a. Mengetahui cara pembuatan sediaan steril
b. Mampu menghitung tonisistas suatu cairan infus
c. Mampu membuatan sediaan infus glukosa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyeri simplisia nabati
dengan air pada suhu 900 selama 15 menit (FI III).
Glukosa merupakan suatu metabolit yang penting bagi kelangsungan
hidup manusia. Pada pasien pediatri yang dipuasakan, semua cairan rutin
yang diberikan harus mengandung glukosa dengan alasan pada anak hanya
sedikit mempunyai cadangan glikogen dihepar, sehingga bila masuk
peroral terhenti selama beberapa waktu akan dengan mudah menjadi
hipoglikemi yang dapat berakibat fatal terutama bagi sel otak. Pada anak
yang berpuasa akan terjadi pemecahan glikogen di hati dan otot menjadi
asam laktat dan piruvat. Sehingga untuk menghindari hal tersebut pada
pasien pediatri biasanya menggunakan infus yang mengandung dekstrosa
(Smith’s, 1996).
Larutan glukosa dengan kosentrasi 5% sering digunakan untuk deplesi
cairan, dan dapat diberikan melalui vena parifer. Larutan glukosa dengan
kosentrasi yang lebih besar dari 5% merupakan larutan yang bersifat
hiperosmotik dan umumnya digunakan sebagai sumber karbohidrat, serta
larutan glukosa 5%, sering digunakan dalam pengobatan hipoglikemi berat
(Sweetman, 2002).
Dekstrosa digunakan sebagai terapi pada pasien hipoglikemi yang
membutuhkan kosentrsi glukosa dalam darah, hal ini dipenuhi dengan cara
menyimpan dekstrosa yang ada sebagai cadangan gula dalam darah
(McEvoy, 2002).
2.2. TONISITAS
Tonisitas larutan dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu
yaitu hemolisis, pengaruh berbagai larutan diperiksa berdasarkan
timbulnya efek ketika disuspensikan dengan darah. (farmasi fisik, hal 438)
Suatu sediaan steril haruslah iotonis. Dimana bisa dikatakan isotonis
jika memiliki nilai osmolaritas (mOsmol/L) pada rentang tertentu.
Osmolaritas Tonisitas
(mOsmol/L
>350 Hipertonis
329-350 Sedikit hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Sedikit hipotonis
0-249 Hipotonis
 Hipertonis
Hipertonis adalah tekanan osmosis larutan obat lebih besar daripada
tekanan osmosis tubuh. Jika larutan injeksi hipertonis disuntikkan,
air dalam sel akan ditarik keluar dari sel sehingga sel akan
mengkerut, tetapi keadaan ini bersifat sementara dan tidak akan
menyebabkan kerusakan sel tersebut. (ilmu resep, hal 202-203)
 Isotonis
Isotonis, larutan yang memiliki tekanan osmotik yang sama
dikatakan isotonik satu sama lain. Untuk cairan yang digunakan
dalam tubuh manusia, larutan isotonik adalah salah satu yang
memiliki tekanan osmotik yang sama dengan cairan tubuh.
Demonstrasi menunjukan tekanan osmotik itu, ketika 2 larutan atau
pelarut dari larutan memiliki konsentrasi yang lebih besar sehingga
meningkatkan volume larutan yang terakhir. (Scoville’s, hal 152)
 Hipotonis
Hipotonis adalah tekanan osmosis larutan obat lebih kecil daripada
tekanan osmosis cairan tubuh, jika larutan injeksi yang hipotonis
disuntikan, air dari larutan injeksi akan diserap dan masuk kedalam
sel, akibatnya sel akan mengembang dan pecah, dan keadaan ini
bersifat tetap. Jika yang pecah itu adalah sel darah merah, disebut
“haemolisis”. Pecah sel ini akan dibawa aliran darah dan menyumbat
pembuluh darah yang kecil. (hal 202-203)

2.3. SYARAT-SYARAT INFUS


Syarat – syarat infus yang baik adalah :
1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jarinan dan efek toksis
2. Jernih, berarti tidak ada partikel padat
3. Tidak berwarna kecuali meman obatnya berwarna
4. Sedapat mungkin isohidris, ph larut sama dengan darah dan cairan
tubuh yakni 7,4
5. Sedapat mungkin isotonis, artinya mempunyai tekanan osmosis yang
sama dengan darah atau cairan tubuh yang lain tekanan osmosis cairan
tubuh seperti darah, air mata, cairan lubaidenan tekanan osmosis larutan
nacl 0,9%
6. Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikrooranisme hidup patogen maupun non patogen
7. Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat
menimbulkan demam.

2.4. FORMULA
R/ Glukosa 5 gr
NaCl 35 mg
Aqua p.i ad 100 ml

2.5. ORGANOLEPTIS
1) GLUKOSA/ DEKSTROSA
 BM Glukosa: D glukosa monohidrat 198,17
 Pemerian: Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau serbuk
granula putih, tidak berbau rasa manis.
 Kelarutan: mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, larut dalam etanol mendidih, sedikit larut dalam alkohol.
 Khasiat: sebagai sumber kalori dan zat pengisotonis
 Titik lebut: 830C
 Stabilitas: stabil dalam bentuk larutan, stabil dalam keadaan
penyimpanan yang kering, dengan pemanasan tinggi dapat
menyebabkan reduksi pH dan karamelisisasi dalam larutan.
(FI IV hal.300, Martindale 28 hal.50, Excipient hal.154)
2) NaCl
 BM NaCl: 58,44.
 Pemerian: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur
putih; rasa asin.
 Kelarutan: mudah larut dalam air; sedikit mudah larut dalam etanol
eter mendidih; larut dalam gliserin; sukar dengan etanot.
 Melting poin: 8040C.
 PH stabil infus NaCl: 4,5-7.
 Kegunaan: pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh.
(FI III hal.584, FI IV hal.917,918)
3) Aqua p.i
 Pemerian: Jernih, tidak berwarna, tidak berbau Kegunaan:
Pembawa dan melarutkan
 Alasan pemilihan: karena digunakan untuk melarutkan zat aktif
dan zat-zat tambahan. (FI III hal.112)

4) Norit/ carbon aktif


 Pemerian: Serbuk hitam tidak berbau
 Kelarutan: praktis tidak larut dalam suasana pelarut biasa
 Stabilitas: stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara
 Konsentrasi: 0,1-0,3 %
 Kegunaan: untuk kelebihan H202 dalam sediaan
 Alasan pemilihan: Norit inert sehingga tidak bereaksi dengan zat
aktif.
(FI IV. Martindale,79)
BAB III
PREFORMULASI

R/ Glukosa 5 gr
NaCl 35 mg
Aqua p.i ad 100 ml

3.1 ALAT & BAHAN


 Alat:
1) Beaker glass 250 ml
2) Batang pengaduk
3) Corong gelas
4) Gelas ukur 100 ml
5) Timbangan analitik
6) Water bath
7) Kertas perkamen
8) Botol syrup 100 ml @2
9) pH meter
10) Kertas saring
 Bahan:
1) NaCl
2) Aqua p.i/ Aquadest
3) Glukosa
4) Norit
3.2 PERHITUNGAN BAHAN
Sediaan yang akan dibuat adalah 100 ml dalam satu botol infus dan akan
membuat 2 botol sediaan infus, sehingga perhitungan masing-masing bahan
adalah:
 Volume kelebihan
Kelebihan volume injeksi dalam wadah untuk cairan encer lebih dari 50 ml
adalah 2%-5%. (depkes RI,1995)
 Perhitungan Bahan
a. Glukosa 5 gr
 Bahan yang dilebihkan 5 %
= 5% x 5 gr = 0,25 gr
 V = 5 gr + 0,25 gr = 5,25 gr/botol
 Untuk 2 botol = 5,25 gr x 2 = 10,5 gr
b. NaCl 35 mg
 35 mg = 35/1000 = 0,035 gr
 Bahan yang dilebihkan 5%
= 5% x 0,035 = 0,00175 gr
 V = 0,035 gr + 0,00175 gr = 0,03675 gr
 Untuk 2 botol = 0,03675 gr x 2 = 0,0735 gr
c. Aqua p.i ad 100 ml
 Volume dilebihkan 5 %
= 5% x 100 ml = 5 ml
 Volume 1 botol = 100 ml + 5 ml = 105 ml
 Untuk 2 botol = 105 ml x 2 = 210 ml
d. Norit 1%
= 1% x 210 ml
1 𝑔𝑟
= 100 𝑚𝑙 x 210 ml

= 2,1 gr
3.3 PERHITUNGAN TONISITAS

Membuat infus mengandung Glukosa 52,5 g/L dan NaCl 0,3675 g/L

1. Osmolaritas Glukosa
W= 52,5 g/L
n glukosa (C6H12O6) = 1
BM = 198,2
𝑊 𝑋 1000 𝑋 𝑛 52,5 g/L 𝑋 1000 𝑋 1
mOsmol/L = x = =
𝐵𝑀 198,2
52,500
= = 264,88 mOsmole/ L (SEDIKIT HIPOTONIS)
198,2

2. Osmolaritas NaCl
W= 0,3675 g/L
n NaCl (Na+Cl-) = 2
BM = 58,44
𝑊 𝑋 1000 𝑋 𝑛 0,3675 g/L 𝑋 1000 𝑋 2 735
mOsmol/L = x = = = =
𝐵𝑀 58,44 58,44

12,57mOsmole/L
3. Total mOsmol/L = mOsmole Glukosa + mOsmole NaCl
= 264,88 + 12,57 = 277,45 mOsmole/L (ISOTONIS)

3.4 METODE/ CARA KERJA


1. Sterilkan Alas meja menggunakan alkohol 70%
2. Kalibrasi botol infus @2 botol, masing-masing ad 100 ml
3. Sterilisasi alat-alat yang akan digunakan menggunakan autoklaf pada suhu
1210C selama 15 menit
4. Timbang glukosa 10,5 gr, NaCl 0,0735 gr, norit 2,1 gr dan ambil aquadest
210 ml
5. Nyalakan waterbath isi menggunakan aquadest sampai menggenangi
alasnya dan diatur suhu 600C selama 30 menit
6. Larutkan NacL 0,0735 gr pada aquadest 55 ml ad larut
7. Panaskan larutan pada waterbath pada suhu 600C
8. Tambahkan glukosa 10,5 gr dan aquadest ad 100 ml sambil diaduk sampai
larut
9. Tambahkan norit 2,1 gr dan sisa aquadest 55 ml sehingga volumenya 210
ml sambil diaduk sampai larut
10. kurang lebih 15 menit diatas waterbath
11. Saring menggunakan kertas saring sebanyak 2-3 kali
12. Uji pH menggunakan pH meter, uji kejernihan, uji partikulat dan uji volume
13. Masukan kedalam botol infus, bagi kedalam 2 botol sama banyak
14. Beri etiket biru pada masing-masing botol
BAB IV

EVALUASI HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTIKUM

4.1. EVALUASI
 Uji Ph
Harga Ph adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (Ph
meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang
mampu mengukur harga Ph sampai 0,02 unit Ph menggunakan
elektrode indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektrode
kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai seperti elektrode kalomer
atau elektrode perak-perak klorida. Untuk membakukan Ph meter, pilih
2 larutan dapar untuk pembakuan yang mempunyai perbedaan Ph tidak
lebih dari 4 unit dan sedemikian rupa sehingga Ph larutan uji diharapkan
terletak diantaranya.
Jika sistem telah berfungsi dengan baik, bilas elektrode dan sel
beberapa kali dengan larutan uji, isi sel dengan sedikit larutan uji dan
baca harga Ph. Syarat Ph untuk injeksi dekstrose adalah antara 3,5
sampai 6,5 (FI III).

Larutan infus diuji pH sebelum dimasukkan kedalam botol infuse .

Masukan larutan infus salin kedalam beaker glass lalu ukur pH nya
menggunakan alat pH meter.

Lihat hasil pH yang tertera pada pH meter, lalu catat.


 Uji Volume
Masukkan cairan infus normal salin kedalam beaker glass

Amati volume yang tersisa, catat hasilnya

(FI IV, Hal: 1044)

 Uji Kejernihan
Penetapan kejernihan larutan menggunakan tabung reaksi alas datar
diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, trasparan dan terbuat dari
kaca netral. Masukkan kedalam dua tabung reaksi masing-masing zat uji
dan air atau pelarut yang digunakan higga volume larutan dalam tabung
reaksi terisi setinggi tepat 40 mm. Bandingkan kedua isi tabung dengan latar
belakang hitam. Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang berdifusi,
tegak lurus kearah bawah tabung. Suatu cairan dinyatakan jernih jika
kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan bila diamati
dibawah kondisi seperti tersebut diatas (FI III).

Sediaan steril infus normal salin dan water for injection dimasukkan
 kedalam masing-masing tabung reaksi.

Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang berdifusi, tegak lurus kearah



bawah tabung dengan latar belakang hitam.

Dibandingkan kejernihan antar kedua tabung, dicatat hasil yang diperoleh.


 Uji Partikulat
Larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi dari zat padat steril
untuk penggunaan parenteral, harus bebas dari partikel yang dapat diamati
pada pemeriksaan secara visual. Bahan partikulat merupakan zat asing, tidak
larut dan melayang, kecuali gelembung gas yang tanpa disengaja ada dalam
larutan parenteral (FI III).

Sediaan steril infus intravena normal salin


Dimasukan kedalam tabung reaksi dan dilakukan pengamatan secara visual


ada tidaknya bahan partikulat dengan latar belakang hitam.

Dicatat hasil yang diperoleh.

4.2. HASIL EVALUASI PRAKTIKUM


Hasil dari evaluasi infus glukosa 5 gr dengan Nacl 35 mg dan aquadest ad
210 ml setelah melakukan uji evaluasi adalah sebagai berikut:
Uji pH Uji Volume Uji Kejernihan Uji Partikulat
Standart Syarat pH Sesuai dengan Suatu cairan harus bebas dari
untuk jumlah volume dinyatakan partikel yang
injeksi yang dibuat jernih jika dapat diamati
dekstrosa yaitu 100 ml kejernihannya pada pemeriksaan
adalah sama dengan air secara visual
antara 3,5- atau pelarut (Depkes RI,
6,5 yang digunakan 1995)
(Depkes (Depkes RI,
RI,1995) 1995)
Hasil pH 6,20 195 ml Jernih Tidak terdapat
Praktikum partikulat halus
4.3. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan pembuatan infus Glukosa
5 gr, NaCl 35 mg dengan norit 0,1% sebanyak 210 ml untuk dijadikan
dalam 2 botol infus.
Pertama-tama yang kami lakukan adalah mensterilkan meja
menggunakan alkohol 70% dengan cara menyemprotnya ke alas meja lalu
di lap menggunakan tisu bersih, kemudian mengkalibrasi botol infus
masing-masing sampai 100 ml untuk 2 botol, kemudian kami melakukan
sterilisasi terhadap alat-alat yang akan digunakan pada praktikum ini,
meliputi botol infus, beaker glass, gelas ukur, corong gelas, dan batang
pengaduk dengan cara membungkusnya menggunakan alumunium foil,
sterilisasi dilakukan menggunakan autoklf pada suhu 1210C selam 15
menit .
Mulanya sediaan infus glukosa ini bersifat sedikit hipotonis karena
mempunyai nilai osmolaritas 264,88 mOsmole/ L makanya perlu
ditambahkanya menggunakan NaCl sebanyak 0,3675 g/L sehingga
menghasilkan infus yang isotonis dengan nilai osmolaritas 277,45
mOsmole/L.
Sambil menunggu alatnya disterilkan, kami melakukan
penimbangan Glukosa 10,5 gr, NaCl 0,0735 gr, norit menggunakan
timbangan analitik, untuk norit kita menggerus tabletnya terlebih dahulu
lalu ditimbang menggunakan timbangan analitik sebanyak 2,1 gr.
Setelah semua alat selesai disterilkan, buka alumunium foil yang
menutupi alat-alat tersebut dan mengambil aquadest sebanyak 210 ml
menggunakan gelas ukur. Kemudiang masukaan NaCl yang telah
ditimbang kedalam beaker gelas dan menambahkannya aquadest sampai
55 ml kemudian aduk menggunakan batang pengaduk sampai larut.
Lalu isi waterbath menggunakan aquadest sampai menggenangi
alasnya, nyalakan dan atur suhunya hingga 600C selama 30 menit.
Masukkan larutan NaCl tadi diatas waterbath lalu tambahkan Glukosa dan
aquadest 100 ml sambil diaduk sampai larut, kemudian masukkan norit
dan tambahkan sisa aquadest sampai volumenya 210 ml sedikit demi
sedikit sambil diaduk sampai larut ± 15 menit diatas waterbath dan jaga
suhunya agar tetap stabil 600C.
Setelah tercampur homogen semua kemudian sediaan infus disaring
menggunakan kertas saring sampai 3 kali penyaringan. Selanjutnya
lakukan uji pH menggunakan pH meter dan pH nya akan terbaca pada pH
meter tersebut , uji kejernihan dengan mengamati fisik langsung pada
tempat yang terang apakah warna infus tersebut sudah jernih atau keruh,
uji partikulat dengan pengamatan lansung ditembat yang bercahaya terang
apakah masih ada partikel kecil yang masih melayang-layang atau tidak,
dan uji volume menggunakan beaker glass apakah sediaan mengalami
kehilangan volumenya ketika proses pembuatan seperti ketika
penyaringan.
Setelah melakukan uji-uji tersebut masukan cairan infus tersebut
kedalam botol infus dan berikan etiket biru lalu tuliskan untuk siapa resep
tersebut dibuat.
BAB V

KESIMPULAN

Dalam praktikum pembuatan infus Glukosa 5 gr, Nacl 35 mg dengan norit 1% ad


aquadest 210 ml ini bisa kami simpulkan bahwa:

1. Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 ml yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang
cocok.
2. Larutan glukosa dengan kosentrasi 5% sering digunakan untuk deplesi cairan,
dan dapat diberikan melalui vena parifer. Larutan glukosa dengan kosentrasi
yang lebih besar dari 5% merupakan larutan yang bersifat hiperosmotik dan
umumnya digunakan sebagai sumber karbohidrat, serta larutan glukosa 5%,
sering digunakan dalam pengobatan hipoglikemi berat.
3. Dalam pembuatan infus glukosa ini kami menghasilkan sediaan infus yang
isotonis dengan nilai osmolaritas 277,45 mOsmole/L.
4. Dalam mengevaluasi infus glukosa ini kami melakukan 4 uji yaitu uji pH, uji
volume, uji kejernihan dan uji partikulat
1) Pada Uji pH, infus glukosa kami sudah memenuhi syarat pH untuk
injeksi dekstrosa yaitu antara 3,5-6,5 dan sediaan kami memiliki pH 6,20.
2) Pada uji volume, infus glukosa kami mengalami kehilangan volume
sebesar 5 ml padahal volume sudah kami lebihkan sebanyak 5%,
mungkin dalam kehilangan volume ini dikarenakan ketika penyaringan
sebanyak 3 kali tersebut cairannya masih ada yang tertinggal didalam
kertas saring dan endapan bahannya.
3) Pada uji kejernihan, infus glukosa yang kami buat sudah memenuhi
syarat kejernihan karena sudah tidak tampak keruh pada sediaannyan
apabila diamati secara fisik.
4) Pada uji partikulat, infus glukosa yang kami buat memenuhi syarat dalam
uji partikulat karena sediaan injeksi harus bebas dari partikel yang dapat
diamati pada pemeriksaan secara visual.
5. Jadi dalam praktikum infus glukosa ini sediaan yang kami buat sudah memenuhi
pH yang sesuai dengan standart injeksi glukosa, kejernihan sediaan injeksi dan
sudah terbebas dari partikulat tetapi masih belum terstandart dalam jumlah
volume sediaan yang diharapkan karena masih mengalami kehilangan volume.
DAFTAR PUSTAKA

1. Lachman, L., H.A. Lieberman, dan J.L.Karing. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi ketiga, Terjemahan: S.Suyatmi, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
2. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
3. Andrew, Jonlee., dan Daniel C. Smith. (1996). In Search of The Marketing
Imagination: Factors Affecting The Creativity of Marketing Program for
Mature Products. Journal of Marketing Research.
4. Sweetan, S. C. 2009. Martindale : The Complete Drug Reference Thirty-Sixth
Edition. London : pharmaceutical press.
5. McEvoy, G. K. 2002. AHFS Drug Information. United State of America:
American Society of Health System Pharmacists.

Anda mungkin juga menyukai