DOSEN PEMBIMBING:
Ginanjar Putri Nastiti, S. Farm., M. Farm., Apt
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Adinia Tiska Dwi Lestari 1702050070
Anas Mubarok 1702050071
Aisyah Hilali Restanti 1702050072
Ayu Puji Lestari 1702050073
Devi Endah Safitri 1702050074
Dewi Rohmah 1702050075
D3 FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. MANFAAT
a. Mengetahui cara pembuatan sediaan steril
b. Mampu menghitung tonisistas suatu cairan infus
c. Mampu membuatan sediaan infus glukosa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENGERTIAN
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyeri simplisia nabati
dengan air pada suhu 900 selama 15 menit (FI III).
Glukosa merupakan suatu metabolit yang penting bagi kelangsungan
hidup manusia. Pada pasien pediatri yang dipuasakan, semua cairan rutin
yang diberikan harus mengandung glukosa dengan alasan pada anak hanya
sedikit mempunyai cadangan glikogen dihepar, sehingga bila masuk
peroral terhenti selama beberapa waktu akan dengan mudah menjadi
hipoglikemi yang dapat berakibat fatal terutama bagi sel otak. Pada anak
yang berpuasa akan terjadi pemecahan glikogen di hati dan otot menjadi
asam laktat dan piruvat. Sehingga untuk menghindari hal tersebut pada
pasien pediatri biasanya menggunakan infus yang mengandung dekstrosa
(Smith’s, 1996).
Larutan glukosa dengan kosentrasi 5% sering digunakan untuk deplesi
cairan, dan dapat diberikan melalui vena parifer. Larutan glukosa dengan
kosentrasi yang lebih besar dari 5% merupakan larutan yang bersifat
hiperosmotik dan umumnya digunakan sebagai sumber karbohidrat, serta
larutan glukosa 5%, sering digunakan dalam pengobatan hipoglikemi berat
(Sweetman, 2002).
Dekstrosa digunakan sebagai terapi pada pasien hipoglikemi yang
membutuhkan kosentrsi glukosa dalam darah, hal ini dipenuhi dengan cara
menyimpan dekstrosa yang ada sebagai cadangan gula dalam darah
(McEvoy, 2002).
2.2. TONISITAS
Tonisitas larutan dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu
yaitu hemolisis, pengaruh berbagai larutan diperiksa berdasarkan
timbulnya efek ketika disuspensikan dengan darah. (farmasi fisik, hal 438)
Suatu sediaan steril haruslah iotonis. Dimana bisa dikatakan isotonis
jika memiliki nilai osmolaritas (mOsmol/L) pada rentang tertentu.
Osmolaritas Tonisitas
(mOsmol/L
>350 Hipertonis
329-350 Sedikit hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Sedikit hipotonis
0-249 Hipotonis
Hipertonis
Hipertonis adalah tekanan osmosis larutan obat lebih besar daripada
tekanan osmosis tubuh. Jika larutan injeksi hipertonis disuntikkan,
air dalam sel akan ditarik keluar dari sel sehingga sel akan
mengkerut, tetapi keadaan ini bersifat sementara dan tidak akan
menyebabkan kerusakan sel tersebut. (ilmu resep, hal 202-203)
Isotonis
Isotonis, larutan yang memiliki tekanan osmotik yang sama
dikatakan isotonik satu sama lain. Untuk cairan yang digunakan
dalam tubuh manusia, larutan isotonik adalah salah satu yang
memiliki tekanan osmotik yang sama dengan cairan tubuh.
Demonstrasi menunjukan tekanan osmotik itu, ketika 2 larutan atau
pelarut dari larutan memiliki konsentrasi yang lebih besar sehingga
meningkatkan volume larutan yang terakhir. (Scoville’s, hal 152)
Hipotonis
Hipotonis adalah tekanan osmosis larutan obat lebih kecil daripada
tekanan osmosis cairan tubuh, jika larutan injeksi yang hipotonis
disuntikan, air dari larutan injeksi akan diserap dan masuk kedalam
sel, akibatnya sel akan mengembang dan pecah, dan keadaan ini
bersifat tetap. Jika yang pecah itu adalah sel darah merah, disebut
“haemolisis”. Pecah sel ini akan dibawa aliran darah dan menyumbat
pembuluh darah yang kecil. (hal 202-203)
2.4. FORMULA
R/ Glukosa 5 gr
NaCl 35 mg
Aqua p.i ad 100 ml
2.5. ORGANOLEPTIS
1) GLUKOSA/ DEKSTROSA
BM Glukosa: D glukosa monohidrat 198,17
Pemerian: Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau serbuk
granula putih, tidak berbau rasa manis.
Kelarutan: mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, larut dalam etanol mendidih, sedikit larut dalam alkohol.
Khasiat: sebagai sumber kalori dan zat pengisotonis
Titik lebut: 830C
Stabilitas: stabil dalam bentuk larutan, stabil dalam keadaan
penyimpanan yang kering, dengan pemanasan tinggi dapat
menyebabkan reduksi pH dan karamelisisasi dalam larutan.
(FI IV hal.300, Martindale 28 hal.50, Excipient hal.154)
2) NaCl
BM NaCl: 58,44.
Pemerian: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur
putih; rasa asin.
Kelarutan: mudah larut dalam air; sedikit mudah larut dalam etanol
eter mendidih; larut dalam gliserin; sukar dengan etanot.
Melting poin: 8040C.
PH stabil infus NaCl: 4,5-7.
Kegunaan: pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh.
(FI III hal.584, FI IV hal.917,918)
3) Aqua p.i
Pemerian: Jernih, tidak berwarna, tidak berbau Kegunaan:
Pembawa dan melarutkan
Alasan pemilihan: karena digunakan untuk melarutkan zat aktif
dan zat-zat tambahan. (FI III hal.112)
R/ Glukosa 5 gr
NaCl 35 mg
Aqua p.i ad 100 ml
= 2,1 gr
3.3 PERHITUNGAN TONISITAS
Membuat infus mengandung Glukosa 52,5 g/L dan NaCl 0,3675 g/L
1. Osmolaritas Glukosa
W= 52,5 g/L
n glukosa (C6H12O6) = 1
BM = 198,2
𝑊 𝑋 1000 𝑋 𝑛 52,5 g/L 𝑋 1000 𝑋 1
mOsmol/L = x = =
𝐵𝑀 198,2
52,500
= = 264,88 mOsmole/ L (SEDIKIT HIPOTONIS)
198,2
2. Osmolaritas NaCl
W= 0,3675 g/L
n NaCl (Na+Cl-) = 2
BM = 58,44
𝑊 𝑋 1000 𝑋 𝑛 0,3675 g/L 𝑋 1000 𝑋 2 735
mOsmol/L = x = = = =
𝐵𝑀 58,44 58,44
12,57mOsmole/L
3. Total mOsmol/L = mOsmole Glukosa + mOsmole NaCl
= 264,88 + 12,57 = 277,45 mOsmole/L (ISOTONIS)
4.1. EVALUASI
Uji Ph
Harga Ph adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (Ph
meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang
mampu mengukur harga Ph sampai 0,02 unit Ph menggunakan
elektrode indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektrode
kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai seperti elektrode kalomer
atau elektrode perak-perak klorida. Untuk membakukan Ph meter, pilih
2 larutan dapar untuk pembakuan yang mempunyai perbedaan Ph tidak
lebih dari 4 unit dan sedemikian rupa sehingga Ph larutan uji diharapkan
terletak diantaranya.
Jika sistem telah berfungsi dengan baik, bilas elektrode dan sel
beberapa kali dengan larutan uji, isi sel dengan sedikit larutan uji dan
baca harga Ph. Syarat Ph untuk injeksi dekstrose adalah antara 3,5
sampai 6,5 (FI III).
Masukan larutan infus salin kedalam beaker glass lalu ukur pH nya
menggunakan alat pH meter.
Uji Kejernihan
Penetapan kejernihan larutan menggunakan tabung reaksi alas datar
diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, trasparan dan terbuat dari
kaca netral. Masukkan kedalam dua tabung reaksi masing-masing zat uji
dan air atau pelarut yang digunakan higga volume larutan dalam tabung
reaksi terisi setinggi tepat 40 mm. Bandingkan kedua isi tabung dengan latar
belakang hitam. Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang berdifusi,
tegak lurus kearah bawah tabung. Suatu cairan dinyatakan jernih jika
kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan bila diamati
dibawah kondisi seperti tersebut diatas (FI III).
Sediaan steril infus normal salin dan water for injection dimasukkan
kedalam masing-masing tabung reaksi.
KESIMPULAN
1. Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 ml yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang
cocok.
2. Larutan glukosa dengan kosentrasi 5% sering digunakan untuk deplesi cairan,
dan dapat diberikan melalui vena parifer. Larutan glukosa dengan kosentrasi
yang lebih besar dari 5% merupakan larutan yang bersifat hiperosmotik dan
umumnya digunakan sebagai sumber karbohidrat, serta larutan glukosa 5%,
sering digunakan dalam pengobatan hipoglikemi berat.
3. Dalam pembuatan infus glukosa ini kami menghasilkan sediaan infus yang
isotonis dengan nilai osmolaritas 277,45 mOsmole/L.
4. Dalam mengevaluasi infus glukosa ini kami melakukan 4 uji yaitu uji pH, uji
volume, uji kejernihan dan uji partikulat
1) Pada Uji pH, infus glukosa kami sudah memenuhi syarat pH untuk
injeksi dekstrosa yaitu antara 3,5-6,5 dan sediaan kami memiliki pH 6,20.
2) Pada uji volume, infus glukosa kami mengalami kehilangan volume
sebesar 5 ml padahal volume sudah kami lebihkan sebanyak 5%,
mungkin dalam kehilangan volume ini dikarenakan ketika penyaringan
sebanyak 3 kali tersebut cairannya masih ada yang tertinggal didalam
kertas saring dan endapan bahannya.
3) Pada uji kejernihan, infus glukosa yang kami buat sudah memenuhi
syarat kejernihan karena sudah tidak tampak keruh pada sediaannyan
apabila diamati secara fisik.
4) Pada uji partikulat, infus glukosa yang kami buat memenuhi syarat dalam
uji partikulat karena sediaan injeksi harus bebas dari partikel yang dapat
diamati pada pemeriksaan secara visual.
5. Jadi dalam praktikum infus glukosa ini sediaan yang kami buat sudah memenuhi
pH yang sesuai dengan standart injeksi glukosa, kejernihan sediaan injeksi dan
sudah terbebas dari partikulat tetapi masih belum terstandart dalam jumlah
volume sediaan yang diharapkan karena masih mengalami kehilangan volume.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lachman, L., H.A. Lieberman, dan J.L.Karing. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi ketiga, Terjemahan: S.Suyatmi, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
2. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
3. Andrew, Jonlee., dan Daniel C. Smith. (1996). In Search of The Marketing
Imagination: Factors Affecting The Creativity of Marketing Program for
Mature Products. Journal of Marketing Research.
4. Sweetan, S. C. 2009. Martindale : The Complete Drug Reference Thirty-Sixth
Edition. London : pharmaceutical press.
5. McEvoy, G. K. 2002. AHFS Drug Information. United State of America:
American Society of Health System Pharmacists.