Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI – TOKSIKOLOGI I

PERCOBAAN IV
PENGUJIAN ANTI DEPRESAN

Disusun Oleh :
Gemala Hikmatussalam (10060316013)
Abdul Rahman Hakim (10060316014)
Annisa Nurazizah (10060316016)
Destiani Nuraini Hasna (10060316017)
Sari Nur Hayati Hidayah (10060316018)

Kelompok 3 / Shift A
Tanggal Praktikum : 10 oktober 2018
Tanggal Penyerahan : 17 Oktober 2018
Asisten :
Hilda Audita Putri, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018 M / 1440 H
PERCOBAAN IV

PENGUJIAN ANTIDEPRESAN

I. Pendahuluan
1.1 TEORI DASAR

Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu keadaan

sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas

sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa

gejala gangguan depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah

aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan

pola tidur. Gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi medis, efek samping obat, atau

aktivitas kehidupan. Kondisi yang cukup parah menyebabkan gangguan klinis yang

signifikan atau perusakan dalam keadaan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting

lainnya (Yustinus, 2006).

Depresi bisa disebabkan juga oleh faktor organobiologis (ketidakseimbangan

neurotransmiter di otak terutama disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah),

faktor psikologis (tekanan beban psikis, dampak pembelajaran prilaku terhadap suatu

situasi sosial), serta faktor sosio-lingkungan, misalnya kehilangan pasangan hidup,

kehilangan pekerjaan, pasca bencana, atau dampak situasi kehidupan sehari-hari (Lubis

N, 2009 dan Zuhud, 2011).

Depresi bisa disebabkan oleh faktor organobiologis (ketidakseimbangan

neurotransmiter di otak terutama disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah),


faktor psikologis (tekanan beban psikis, dampak pembelajaran prilaku terhadap suatu

situasi sosial), serta faktor sosio-lingkungan, misalnya kehilangan pasangan hidup,

kehilangan pekerjaan, pasca bencana, atau dampak situasi kehidupan sehari-hari (Lubis

N, 2009 dan Zuhud, 2011).

Pengobatan untuk gangguan cemas dan gangguan depresi perlu meliputi ketiga

aspek yang mempengaruhi kejiwaan seseorang. Pendekatan biologis, psikologis dan

sosial (termasuk spiritual) adalah hal yang tidak bisa dilepaskan pada pengobatan

pasien-pasien tersebut (Andri, 2012 hal 358-361). Obat antidepresan yang digunakan

adalah amitriptilin, dimana amitriptilin itu merupakan obat antidepresan yang termasuk

ke dalam golongan trisiklik yang mempunyai kerja memperbaiki mood yang paling

besar, kerja menaikkan dan menghambat aktivitas kurang lebih sama. Golongan

trisiklik adalah salah satu kelompok antidepresan yang mengandung tiga cincin yang

menyatu dalam struktur kimiawinya dan yang memperkuat kerja katekolamin (Shintya

dan sinta, 2011).

Obat ini menyebabkan sedasi dan efek samping antikolinergik, seperti mulut

kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, hipotensi ortostatik, kebingungan

sementara, takikardia, dan fotosensitivitas. Kebanyakan kondisi ini adalah efek

samping jangka pendek dan biasa terjadi serta dapat diminimalkan dengan menurunkan

dosis obat. Efek samping toksik termasuk kebingungan, konsentrai buruk, halusinasi,

delirium, kejang, depresi pernafasan, takikardia, bradikardia dan koma (Mutchler,1991

hal 193-197).
Jenis jenis antidepresan

1. antidepresan trisiklik (ATS)

Mekanisme kerja ATS tampaknya mengatur penggunaan neurotransmiter

norepinefrin dan serotonin pada otak. Manfaat Klinis dengan riwayat jantung

yang dapat diterima dan gambaran EKG dalam batas normal, terutama bagi

individu di atas usia 40 tahun, ATS aman dan efektif dalam pengobatan penyakit

depresif akut dan jangka panjang. Reaksi yang merugikan dan pertimbangan

keperawatan, perawat harus mampu mengetahui efek samping umum dari anti

depresan dan mewaspadai efek toksik serta pengobatannya. Obat ini

menyebabkan sedasi dan efek samping antikolinergik, seperti mulut kering,

pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, hipotensi ortostatik, kebingungan

sementara, takikardia, dan fotosensitivitas. Kebanyakan kondisi ini adalah efek

samping jangka pendek dan biasa terjadi serta dapat diminimalkan dengan

menurunkan dosis obat. Efek samping toksik termasuk kebingungan, konsentrai

buruk, halusinasi, delirium, kejang,depresi pernafasan, takikardia,bradikardia

dan koma.Contoh obat-obatan yang tergolong antidepresan trisiklik diantaranya

adalah amitriptyline, amoxapine, imipramine, lofepramine, iprindole,

protriptyline dan trimipramine. (Mutchler,1991).

2. Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI)


Diduga SSRI meningkatkan 5-HT di celah sinaps, pada awalnya akan

meningkatkan aktivitas autoreseptor yang justru menghambat pelepasan 5-HT

sehingga kadarnya turun dibanding sebelumnya. Tetapi pada pemberian terus

menerus autoreseptor akan mengalami desensitisasi sehingga hasilnya 5-HT

akan meningkat dicelah sinaps di area forebrain yang menimbulkan efek

terapetik. Contoh obat-obat yang tergolong SSRI diantaranya adalah fluoxetine,

paroxetine, dan sertraline (Mutchler,1991).

3. Monoamine oxidase inhibitor (MAO inhibitor)

MAOIs secara nonselektif mengeblok MAO A dan B isoenzym dan memiliki

efek antidepresan yang mirip dengan antidepresan trisiklik. Namun, MAOIs

bukan obat pertama terapi antidepresan karena pasien yang menerima harus

disertai dengan diet rendah tiramin untuk mencegah krisis hipertensi karena

MAOIs membawa resiko interaksi obat dengan obat lain. MAOI tidak bersifat

spesifik dan akan menurunkan metabolisme barbiturate, analgesic opioid dan

alkohol. Meclobamid menghambat MAO A secara selektif dan reversible,

relative aman dengan efek samping utama pusing, insomnia, dan mual. Contoh

obat-obat MAOIs diantaranya phenelzine, dan tranylcypromine (Mutchler,

1991). Yang harus diperhatikan saat mengkonsumsi antidepresan:

1. Pastikan dokter tahu tentang masalah kesehatan pasien yang lainnya agar ia tahu

apakah obat yang akan dipengaruhinya bisa mempengaruhi penyakit yang lain

atau tidak.
2. Jangan mengkonsumsi obat lain tanpa berbicara dengan dokter terlebih dahulu.

3. Jangan minum alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang (Sondang,

2012).

II. Tujuan Percobaan


2.1 Mempunyai keterampilan dalam melakukan pengujian aktivitas antidepresan
2.2 Menjelaskan mekanisme kerja berbagai golongan obat antidepresan

III. Alat, Bahan Dan Hewan Percobaan

Alat Bahan Hewan


Bejana untuk berenang Amitriptilin 1 ekor mencit
Handuk atau lap
Sonde oral mencit
Stopwatch
Timbagan mencit
Tissue

IV. Prosedur
Pengujian dilakukan dengan metode berenang (forced swimming test) dengan
prosedur sebagai berikut :
Dibagi menjadi 3 kelompok hewan uji dengan pemberian obat yang
berbeda-beda yaitu CMC sebagai kontrol, amitriptilin dosis I (uji dosis I), dan
amitriptilin dosis II (uji dosis II). Kemudian diambil hewan uji dan ditimbang
bobot mencit lalu diberikan masing-masing obat secara oral. Setelah itu, di
diamkan mencit selama 30 menit terhitung sejak pemberian obat uji. Lalu
dimasukkan mencit kedalam bejana berisi air (kedalaman air diatur sampai kaki
mencit tidak dapat menyentuh dasar bejana) kemudian gerak berenang mencit
diamati dan dicatat lamanya sikap tidak bergerak (imobilitas) setiap 5 menit
selama 15 menit waktu pengamatan. Dicatat waktu dan diperoleh data dalam
bentuk tabel dan grafik.

V. Data Pengamatan

5.1 Perhitungan Dosis Antidepresan


1. Mencit kontrol (CMC)
Diketahui : BB mencit = 35 g
CMC = 1 mL / BB mencit
CMC yang diberikan : 35 g x 1 mL = 1,75 mL
20
2. Mencit Amitriptilin dosis I
Diketahui : BB mencit = 39 g
Amitriptilin dosis I = 1,3 mg / BB mencit
Dosis yang diberikan : 39 g x 1,3 mg = 2,535 mg
20 g
3. Mencit Amitriptilin dosis II
Diketahui : BB mencit = 42 g
Amitriptilin dosis II = 0,065 mg / BB mencit
Dosis yang diberikan : 42 g x 0,065 = 0,1365 mg
20 g
4. Mencit Amitriptilin dosis I
Diketahui : BB mencit = 39 g
Amitriptilin dosis I = 1,3 mg / BB mencit
Dosis yang diberikan : 39 g x 1,3 mg = 2,535 mg
20 g
5. Mencit Amitriptilin dosis II
Diketahui : BB mencit = 26 g
Amitriptilin dosis II = 0,065 mg / BB mencit
Dosis yang diberikan : 26 g x 0,065 = 0,0845 mg
20 g
6. Mencit Amitriptilin dosis I
Diketahui : BB mencit = 30 g
Amitriptilin dosis I = 0,065 mg / BB mencit
Dosis yang diberikan : 30 g x 0,065 mg = 0,0975 mg
20 g
7. Mencit Amitriptilin dosis II
Diketahui : BB mencit = 36 g
Amitriptilin dosis II = 0,065 mg / BB mencit
Dosis yang diberikan : 36 g x 0,065 = 0,117 mg
20 g

Tabel 1. Hasil pengamatan imobilitas mencit


Waktu Imobilitas (detik)
Anti
Kelompok 5 10 15
depresan
menit menit menit
1 Kontrol 57 s 112 s 162 s
2 Dosis I 104 s 123 s 221 s
3 Dosis II 120 s 166 s 240 s
4 Dosis I 88 s 136 s 152 s
5 Dosis II 55,3 s 226 s 252 s
6 Dosis I 24 s 109 s 143 s
7 Dosis II 120 s 153 s 181 s

Grafik imobilitas pada mencit


300

5
250
3
2
200 7
t Imobilitas 1
150 4
6
7
3
100 2
4
50 1
6
0 5
4 6 8 10 12 14 16
tp

VI. Pembahasan
Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang berkaitan dengan
kerja otak dan ditandai dengan kehilangan minat (anhedonia), suasana hati
yang buruk (low mood), perubahan perilaku, kognitif dan emosional
(Health & Excellence, 2010).
Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau
beberapa aminergic neurontransmitter (noradrenalin, serotonin, dopamin)
pada celah sinaps neuron di sistem saraf pusat (SSP) khususnya pada sistem
limbic, sehingga aktivitas reseptor serotonin menurun. Obat antidepresi
akan berinteraksi dengan penghantar rangsangan fisiologik dan akan
bekerja pada pengaturan saraf sehingga kesetimbangan neurontransmitter
yang terganggu akan diperbaiki. Obat tersebut tidak mempunyai
kemampuan untuk menyembuhkan penyakit psikis, tetapi hanya
mempengaruhi gejala tujuan tertentu seperti halusinasi. Obat-obat
antidepresan memiliki efek menurunkan perasaan tertekan secara psikis
yang dimanifestaskan dengan meningkatnya aktivitas motorik dan
perbaikan mood. Salah satu obat antidepresan yang sering digunakan adalah
amitriptilin. Amitriptilin merupakan obat antidepresan golongan trisiklik
(ATS/TCA) dan derivat dari dibenzokloheptadiena dan umum dipakai
sebagai antidepresi selain itu juga berguna dalam pengobatan nyeri
neuropatik kronis.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai pengujian
antidepresan dengan menggunakan metode forced swimming test dengan
tujuan untuk mengukur efek suatu obat antidepresan pada hewan uji
menggunakan tabung atau bejana transparan. Khasiat dari suatu obat
antidepresan diukur melalui lamanya immobility time yaitu waktu yang
diperlukan mencit untuk melakukan aktivitas motorik. Prinsip metode
forced swimming test adalah membuat hewan uji depresi dalam lingkungan
yang bukan habitatnya.
Hal yang dilakukan adalah hewan uji mencit di timbang kemudian
bobot mencit yang didapat digunakan untuk menghitung konversi dosis
manusia untuk mecit, ini dilakukan agar dosis obat yang diberikan terhadap
mencit tidak berlebih ataupun tidak kurang dari dosis seharusnya. Dosis
yang tidak tepat dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang tidak
diinginkan. Konversi dosis hewan percobaan dilakukan dengan
membandingkan berat hewan percobaan yang sebenarnya dengan berat
hewan percobaan standar kemudian dikalikan dengan faktor konversi sesuai
rute pemberian obat. Setelah itu, dilakukan pemberian obat antidepresan
yaitu amitriptilin kepada mencit secara oral kemudian didiamkan mencit
selama 30 menit agar obat diabsorbsi didalam tubuh mencit dan
memberikan efek, kemudian dimasukkan mencit kedalam bejana berisi air
untuk selanjutnya dilakukan uji renang. Obat antidepresan yang diberikan
yaitu amitriptilin, bekerja dengan mempengaruhi aktivitas neurotransmiter
monoamin, termasuk norepinefrin dan serotonin. Amitriptilin bekerja
dengan cara menghambat reuptake neurotransmiter norepinefrin dan
serotonin dari celah sinaps. Kerja TCA lebih luas dibandingkan SSRI,
karena SSRI hanya mempengaruhi serotonin dan tidak norepinefrin.
Amitriptilin juga berefek menekan anti muskarinik. Efek samping
amitriptilin berupa mengantuk, peningkatan berat badan, gejala
antikolinergik seperti mulut kering, mata kering, lightheadedness,
konstipasi, aritmia jantung.
Adapun golongan golongan obat-obat antidepresan sintetik memiliki
sembilan mekanisme farmakologi, antara lain yaitu Monoamine Oxidase
Inhibitor (MAOI) bekerja menghambat enzim monoamine oxidase yang
dapat menghancurkan serotonin, epinefrin, dan dopamin ketiga
neurotransmitter ini bertanggung jawab untuk menimbulkan perasaan
bahagia sehingga efek yang muncul pada mencit bukan berupa sikap diam
atau sikap imobilitas tetapi sikap lebih aktif/lincah contoh obat berupa
tranylcypromine (Parnate), phenelzine (Nardil). Kemudian Tricyclic
Antidepressant (TCA) bekerja dengan cara menghambat reuptake
neurotransmiter norepinefrin dan serotonin dari celah sinaps contoh obat
berupa amitriptilin, clomipramine. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors
(SSRI) bekerja dengan memblokir serotonin agar tidak diserap kembali
oleh sel saraf (saraf biasanya mendaur ulang neurotransmitter ini) hal ini
menyebabkan peningkatan konsentrasi serotonin, yang dapat meningkatkan
mood contoh obat berupa escitalopram (Lexapro), fluoxetine.
Dual Serotonin and Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI) bekerja
menghambat serotonin dan norepinefrin agar tidak diserap kembali oleh sel
saraf, norepinefrin terlibat dalam sistem saraf otak yang memicu respon
rasa ketertarikan terhadap rangsangan dari luar dan memotivasi mereka
untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu, SNRI diyakini lebih efektif
daripada obat jenis SSRI yang hanya berfokus pada serotonin contoh obat
yaitu venlafaxine.
Serotonin-2 Antagonist and Reuptake Inhibitors (SARIs) bertindak
dalam dua cara, yang pertama mencegah reuptake serotonin dan yang kedua
mencegah partikel serotonin yang dilepaskan dalam suatu sinaps dari
pengikatan pada reseptor tertentu yang tidak diinginkan dan
mengalihkannya ke reseptor lain yang dapat membantu meningkatkan
mood. Contohnya termasuk nefazodone (Serzone) dan trazodone (Tjay.
T.H dkk., 2002 : 434).
Norepinephrine and Dopamine Reuptake Inhibitor (NDRI) adalah
kelas lain dari inhibitor reuptake, tetapi hanya spesifik pada satu obat yaitu
bupropion (Wellbutrin). NDRI meningkatkan kadar neurotransmitter
norepinefrin, juga dikenal sebagai noradrenalin, dan dopamin. Tindakannya
kompleks, dan efek neurologisnya hanya sebagian dipahami. Selain sebagai
antidepresan, bupropion adalah antagonis pada reseptor nikotinik. Ini
berarti memblokir reseptor yang biasanya mengikat nikotin, membuatnya
berguna dalam berhenti merokok (Tjay. T.H dkk., 2002 : 434).
Noradrenergic and Specific Serotonergic Antidepressants (NaSSAs)
bekerja memblokir efek umpan balik negatif pada norepinefrin dan sekresi
serotonin oleh sel prasinaptik. Tindakan ini meningkatkan konsentrasi
neurotransmitter ini di celah sinaptik. NaSSAs juga memblokir beberapa
reseptor serotonin pada sel postsinaptik, yang meningkatkan neurotransmisi
serotonin. Contohnya mirtazipine, trazodone, mianserin, dan nefazodone.
Efek samping yang paling umum adalah mengantuk, mulut kering,
peningkatan nafsu makan dan berat badan (Abdul Rohman, 2017).
Noradrenalin Specific Reuptake Inhibitor (NRI) bekerja dengan
memblokir aksi transporter norepinefrin (NET). NRI umumnya digunakan
untuk mengobati gangguan depresi mayor, kecemasan, gangguan panik,
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), dan narkolepsi. Contoh
obatnya yaitu ludiomil (maprotiline) yang digunakan untuk mengobati
depresi dan kecemasan, strattera (atomoxetine) digunakan terutama untuk
mengobati ADHD, dan vivalan (viloxazine), digunakan untuk mengobati
narkolepsi (Abdul Rohman, 2017).
Pada saat tubuh mencit terendam air, secara spontan mencit akan
menggerakkan kaki dan tangannya untuk berenang dan berusaha keluar dari
air pada saat inilah mencit mengalami depresi. Namun saat-saat tertentu
mencit akan menghentikan gerakan kaki dan tangannya, menunjukkan
sikap yang pasif yang berarti bahwa mencit berada dalam keadaan yang
tenang atau moodnya baik dikarenakan efek obat antidepresan yang
diberikan bekerja. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati lamanya
mencit tidak bergerak dicatat setiap 5 menit selama waktu pengamatan 45
menit dengan selang waktu pengistirahatan selama 10 menit. Berdasarkan
durasi efek kerja amitriptilin sebesar ... menit sedangkan waktu pengamatan
yang dilakukan selama 45 menit sehingga obat antidepresan amitriptilin
masih mempengaruhi kerja neuron pada mencit untuk masuk ke terminal
saraf prasinaptik sehingga meningkatkan konsentrasi monoamin dalam
celah sinaptik dan menimbulkan efek antidepresan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa pada mencit yang diberikan
kontrol negatif yaitu CMC Na dengan dosis 1,75 mL/35 kg BB mencit (oleh
kelompok 1) menunjukkan bahwa waktu diam pada mencit lebih singkat
dibandingkan dengan mencit yang diberikan obat antidepresan amitriptilin
yang artinya CMC Na tidak memberikan pengaruh terhadap pengurangan
depresi pada mencit, hal ini karena CMC Na bukanlah obat antidepresan
melainkan hanya sebagai pembanding dengan hewan uji yang diberikan
obat. Pada mencit yang diberikan CMC Na, mencit lebih banyak
menggerakan kaki dan tangannya untuk berenang yang artinya mencit
mengalami depresi yang parah. Keaktifan mencit yang menunjukan bahwa
mencit tersebut depresi disebabkan karena perangsangan pelepasan
neurotransmitter dopamin dan norepinefrin sehingga dapat meningkatkan
aktivitas formasio retikularis yang akan merangsang korteks motoris
pengatur terhadap otot rangka dan otot jantung sehingga mencit bergerak
aktif. Kemudian pada mencit yang lain diberikan obat antidepresan yaitu
amitriprilin dengan dosis yang berbeda. Pada pemberian amitriptilin dosis
I dan II sama-sama menunjukkan terjadinya pengurangan depresi pada
mencit yang ditandai dengan kondisi diam mencit atau waktu diam lebih
lama. Kondisi diam pada mencit ini karena penghambatan ambilan
neurotransmitter (serotonin dan norepinefrin) neuron masuk ke terminal
saraf prasinaptik sehingga meningkatkan konsentrasi monoamin dalam
celah sinaptik dan menimbulkan efek antidepresan. Serotonin dihasilkan
dari sintesis triptopan dengan bantuan enzim triptopan hidroksilase dan
asam amino aromatik dekarboksilase. Serotonin yang telah terbentuk akan
diangkut oleh monoamin vesicle tranporter ke dalam vesicle. Vesicle ini
merupakan tempat penyimpanan dari neurotransmiter sebelum dilepaskan
ke celah sinaptik. Serotonin akan dilepaskan ke celah sinaptik jika terjadi
kekurangan, serotonin yang berada pada celah sinaptik akan berikatan
dengan reseptor spesifik pada post-sinaptik. Serotonin yang sudah berikatan
dengan reseptor di post-sinaptik akan di-reuptake oleh transporter reuptake
serotonin begitu juga jika terjadi kelebihan serotonin pada celah sinaptik.
Serotonin yang sudah di-reuptake akan diangkut menuju vesicle atau
didegradasi oleh enzim pendegradasi (monoamin oksidase). Serotonin akan
berikatan dengan autoreseptor sehingga menghasilkan sinyal berhenti
dalam mensintesis serotonin sehingga kadar serotonin di celah sinapsis
seimbang. Berdasarkan data pengamatan dan grafik menunjukkan bahwa
mencit yang diberi amitriptilin dosis I memiliki jumlah imobilitas yang
lebih rendah daripada amitriptilin dosis II. Namun pengecualian untuk
pemberian amitriptilin dosis II pada kelompok 7 yang dimana mencit
diberikan amitriptilin dengan dosis sebesar 0,065 mg/36kg BB menunjukan
waktu diam mencit lebih singkat daripada pemberian amitriptilin dosis II
pada kelompok 3 dan 5 dengan dosis yang sama. Hal ini dikarenakan
mungkin saja pada saat pemberian secara oral, sebagian obat ada yang
dikeluarkan oleh mencit sehingga dosis berkurang dan menyebabkan obat
tidak bekerja dengan semestinya di dalam tubuh mencit. Seharusnya
semakin tinggi dosis suatu obat antidepresan maka jumlah imobilitas yang
dihasilkan pun semakin besar. Berbeda halnya dengan mencit yang
diberikan CMC Na yang ditunjukkan pada grafik bahwa waktu diamnya
sangatlah singkat dibandingkan dengan mencit yang diberi obat
antidepresan. Hal ini ditandai dengan keputus asaan pada mencit. Keputus
asaan tersebut menyebabkan mencit tersebut berusaha keluar dari dalam
bejana sehingga waktu diam lebih singkat.
VII. Kesimpulan
Pengujian aktivitas antidepresi dengan menggunakan metode
forced swimming test dan pemberian obat antidepresan yaitu amitriptilin
merupakan Tertiary amin tricyclics yang bekerja menghambat reuptake
atau pengambilan kembali NE (norefrineprin) dan 5HT (serotonin)
sehingga serotonin dalam sinaps banyak, atau mekanisme kerja lainnya
yaitu menghambat penguraian enzimatik MAO. Berdasarkan data diatas
kerena penggunaan obat amitriptilin maka mencit bersikap tenang, menjadi
tidak penakut sehingga imobilitas mencit semakin lama dapt dilihat dari
waktu imobilitas yang dapat pada saat percobaan.
Mekanisme kerja berbagai golongan obat antidepresan yang
paling umum adalah TCA (tricyclics antidepressants) atau antidepresan
trisiklik dibagi menjadi 2 yaitu tertiary amin tricyclics dengan contoh obat
amitriptilin dengan bekerja menghambat reuptake NE dan 5HT dan
secondary amin tricyclics dengan contoh obat desipramin bekerja dengan
menghambat reuptake NE dan (SNRIs). Kemudian selective serotonin
reuptake inhibitors (SSRIs) dengan contoh obat citalopram bekerja
menghambat reuptake 5HT, monoamin oxidase inhibitor (MAO-I) dengan
contoh obat phenelzine bekerja menghambat penguraian monoamin 5HT,
NE, Dopamin (DA), dan atypical antidepressants bekerja menghambat
dopamin, serotonin, norepinefrin tergantung obat yang diberikan.

VIII. Daftar Pustaka

Abdul Rohman, (2017), Analisis Obat Dalam Sediaan Farmasi, UGM Press,
Yogyakarta.
Andri, 2012. Tata Laksana Komprehensif Pada Gangguan Panik: Tinjauan Kasus. Vol
39 no 5 : 358-361
Lubis, N. L. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Mutschler Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi 5. Penerjemah Mathilda B Widianto,
Anna Setiadi Ranti. ITB. Bandung. hal 193-197
National Institute for Health and Care Excellence, (2011), Clinical Management of
antidepressant, Diakses pada 13 Oktober 2018.
Semiun, Drs Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press, Malang.
Sondang, 2012. Tersedia di http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umum/
Depresi-Atasi-Efek-Samping-Antidepresan.
Tjay T H, Rahardja K. Antidepresiva, (2002), Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan
dan Efek-efek Sampingnya Edisi 5, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Zuhud EA. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Agromedia Pustaka:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai