Anda di halaman 1dari 36

1.

Pengertian larutan (5 literatur)

Jawab:

a. Menurut ansel hal 304

Larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung

satu atau lebih zat kimia yang dapat larut biasanya dilarutkan dalam

air yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau

penggunaannya tidak dimasukkan ke dalam golongan produk

lainnya.

b. Menurut FI III hal 32

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia

terlarut kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling.

c. Menurut R’Voight hal 391

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat

terlarut pada peraturannya di dalam air atau Sebagian besar air yang

mengandung cairan

d. Menurut parrot hal 139

Larutan adalah suatu system yang homogen secara kimia dan

fisika dari dua atau lebih. Meskipun larutan dapat berbentuk cair,

gas, atau padat dari sudut pandang farmasi umumnya larutan

tersebut terbatas pada larutan cair yang zat terlarutnya dapat berupa

cairan, gas atau padat

e. Menurut FN hal 332


Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan

satu jenis obat atau lebih di dalam pelarut, dimaksudkan untuk

digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau dimasukkan ke dalam

rongga tubuh.
2. Definisi kelarutan dan istilah-istilah kelarutan (3 literatur)

Jawab:

a. Menurut Farfis 1 hal 559-560

Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai

konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu

dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua

atau lebih zat untuk membentuk disperse molekuler homogen.

Istilah-istilah kelarutan:

Bagian pelarut yang dibutuhkan untuk 1


Istilah
bagian zat terlarut
Sangat mudah larut Kurang dari 1 bagian
Mudah larut 1 sampai 10 bagian
Larut 10 sampai 30 bagian
Agak sukar larut 30 sampai 100 bagian
Sukar larut 100 sampai 1000 bagian
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000 bagian
Praktir tidak larut Lebih dari 10.000 bagian

b. Menurut Ansel hal 306-309

Kelarutan adalah suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu

menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari

bahan dan pelarut tersebut.

Istilah-istilah kelarutan:

Istilah Bagian pelarut yang dibutuhkan untuk 1


bagian zat terlarut
Sangat mudah larut Kurang dari 1 bagian
Mudah larut 1 sampai 10 bagian
Larut 10 sampai 30 bagian
Agak sukar larut 30 sampai 100 bagian
Sukar larut 100 sampai 1000 bagian
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000 bagian
Praktir tidak larut Lebih dari 10.000 bagian

c. Menurut Lachman II hal 943

Kelarutan adalah melarut atau tidaknya suatu zat dalam sistem

tertentu dan besarnya kelarutan Sebagian besar tergantung pada

sifat serta intensitas kekuatan yang ada pada zat terlarut, pelarut dan

resultan interaksi zat terlarut-pelarut.

Istilah istilah kelarutan: (FI VI hal 35)

Bagian pelarut yang dibutuhkan untuk 1


Istilah
bagian zat terlarut
Sangat mudah larut Kurang dari 1 bagian
Mudah larut 1 sampai 10 bagian
Larut 10 sampai 30 bagian
Agak sukar larut 30 sampai 100 bagian
Sukar larut 100 sampai 1000 bagian
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000 bagian
Praktir tidak larut Lebih dari 10.000 bagian
3. Faktor yang mempengaruhi kelarutan (3 literatur)

Jawab:

a. Menurut Lachman II hal 943-952

1) Suhu atau temperatur

Sebaiknya pada temperatur-temperatur yang agak lebih

tinggi dari temperatur kamar (misalnya 30 C), sehingga kondisi-

kondisi konstan dapat dijaga tanpa variasi temperatur laboratorium

normal. Tetapi selama proses distribusi normal, mungkin dan

bahkan tampaknya, produk tersebut akan di papar sampai suatu

kisaran kondisi temperatur yang luas. Oleh karena itu informasi

relative tentang pengaruh temperatur pada kelarutan harus

dibangkitkan. Biasanya suatu larutan harus dirancang sedemikian

rupa sehingga zat terlarut tidak berlebihan, bahkan pada

temperatur serendah 4C.

2) pH

Sejumlah besar zat kemoterapi modern adalah asam lemah

atau basa lemah. Kelarutan zat-zat ini dapat dengan nyata

dipengaruhi oleh pH lingkungannya.

3) Kosolvensi

Elektrolit-elektrolit lemah dan molekul-molekul nonpolar

seringkali mempunyai kelarutan dalam air yang buruk.

Kelarutannya biasanya dapat ditingkatkan dengan penambahan


suatu pelarut yang dapat bercampur dengan air dimana dalam

pelarut tersebut obat mempunyai kelarutan yang baik.

4) Konstanta dielektrikum

Konstanta dielektrikum adalah sifat suatu pelarut yang

berhubungan dengan jumlah energi yang dibutuhkan untuk

memisahkan dua tubuh yang berbeda muatan dalam pelarut, jika

dibandingkan dengan energi yang dibutuhkan untuk memisahkan

dua massa benda yang sama dengan muatan berbeda dalam

vakum.

5) Solubilasi (penglarutan)

Solubilasi didefinisikan oleh McBain sebagai lewatnya

molekul-molekul zat terlarut yang larut dalam air secara spontan

ke dalam larutan air dari suatu sabun atau detergen dimana

dibentuk suatu larutan yang stabil secara termodinamik.

b. Menurut Ansel hal 307

Suhu merupakan faktor yang penting dalam menentukan

kelarutan suatu obat dan dalam mempersiapkan larutannya.

Kebanyakan bahan kimia menyerap panas bila dilarutkan dan

dikatakan mempunyai panas larutan negatif yang menyebabkan

meningkatnya kelarutan dengan kenaikan suhu. Segolongan kecil

bahan kimia mempunyai panas larutan positif dan menunjukkan

berkurangnya kelarutan dengan suatu kenaikan suhu.


Disamping suhu, faktor-faktor lain juga mempengaruhi

kelarutan meliputi bermacam-macam bahan kimia dan sifat-sifat

fisika lainnya dari zat terlarut dan pelarut, faktor tekanan, keasaman

atau kebiasaan dari larutan, keadaan bagian dari zat terlarut dan

pengadukan secara fisik.

c. Menurut Farfis 1 hal 558

Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia

zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur,

tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung

pada hal terbaginya zat terlarut.

d. Menurut Scoville hal 126

Sebagian besar zat baik padat, cair atau gas dapat dilarutkan

dalam cairan yang sama, namun tidak ada yang larut dalam semua

cairan. Selain itu beberapa zat membentuk larutan yang sangat kuat

dalam waktu singkat sedangkan zat lainnya larut dengan lambat

hanya dalam proporsi kecil. Beberapa zat mungkin hanya sedikit

larut jika dilihat dari jumlah zat yang akan larut, namun sejumlah kecil

tersebut dapat masuk ke dalam larutan dengan cukup cepat. Secara

umum kecepatan pembentukan larutan dan konsentrasinya

ditentukan oleh suhu.


4. Mekanisme termodinamika stabil (2 literatur)

Jawab:

a. Menurut Farfis 1 hal 1127

Pembentukan setiap jenis gumpalan (agglomerate), apakah itu

flokulat atau agregat, dianggap sebagai suatu ukuran dari suatu

sistem untuk mencapai keadaan yang lebih stabil secara

termodinamik. Kenaikan dalam kerja W atau energi bebas

permukaan F diperoleh dengan membagi zat padat menjadi

partikel-partikel yang lebih kecil dan mengakibatkan meningkatnya

luas permukaan total yang digambarkan dengan:

Dimana  S L adalah tegangan antarmuka antara medium cair dan

partikel padat.

Agar mencapai suatu keadaan stabil, sistem tersebut

cenderung untuk mengurangi energi bebas permukaan,

kesetimbangan dicapai bila F = 0. Keadaan ini dapat dilihat pada

persamaan (1), dengan pengurangan tegangan permukaan, atau

mungkin dapat didekati dengan pengurangan luas antarmuka.

Kemungkinan terakhir ini, mengakibatkan flokulasi atau agregasi,

mungkin diinginkan atau tidak diinginkan dalam suatu suspensi

farmasi, seperti yang dipertimbangkan dalam bagian terakhir.


b. Menurut Dom Martin hal 483-484

Pertimbangan termodinamika fenomena kelarutan mematuhi

hukum umum termodinamika farmasi ilmu pengetahuan yang luas

harus karena hal ini menyiratkan bahwa bidang memanfaatkan fakta

ini. Solusi dengan jumlah pelarut, zat terlarut, dan kombinasinya

yang tidak terbatas, dapat diurutkan dan bahwa sifat-sifat larutan

dapat dijelaskan, diprediksi dan dimodifikasi berdasarkan beberapa

aturan umum.

Agar proses larutan zat terlarut dapat berlangsung, harus

dibarengi dengan penurunan energi bebas sistem. Fungsi keadaan

energi bebas pada tekanan dan suhu konstan dilambangkan dengan

simbol G. Jadi agar zat terlarut dapat larut dalam pelarut AG harus

bernilai negatif, yaitu kemampuan sistem untuk melakukan kerja

berkurang ketika larutan terbentuk. Perubahan energi bebas untuk

setiap proses diberikan oleh persamaan.

AH adalah perubahan entalpi (panas) yang merupakan ukuran

energi ternal yang tersimpan dalam sistem dan berkaitan dengan

interaksi dan energi ikatan yang terlibat dalam proses pelarutan, T

adalah suhu absolut, dan AS adalah perubahan entropi. Entropi

adalah ukuran ketidak teraturan atau keacakan dan berkaitan

dengan banyaknya kemungkinan. Konfigurasi dan pengaturan

struktural dalam suatu sistem dapat dilihat dari persamaan diatas


bahwa AG bernilai negatif, yaitu pembentukan larutan

mengguntungkan secara termodinamika.


5. Mekanisme kelarutan (3 literatur)

Jawab:

a. Menurut Ansel hal 305-306

Kekuatan tarik menarik diantara atom-atom menyebabkan

pembentukan molekul dan ion. Kekuatan intramolekuler yang

berkembang diantara molekul-molekul seperti itu, menentukan

keadaan fisik bahan (yaitu padat, cait atau gas) pada kondisi tertentu

seperti suhu dan tekanan. Pada kondisi biasanya kebanyakan

senyawa organik, jadi juga kebanyakan zat obat berbentuk molekul

zat padat.

Apabila molekul-molekul saling mempengaruhi maka terjadi

gaya tarik-menarik menyebabkan molekul-molekul bersatu,

sedangkan gaya tolak menolak mencegah interpenetrasi dan

destruksi molekuler. Bila gaya tarik menarik dan tolak menolak sama

maka energi potensial diantara dua molekul adalah minumun dan

sistem itu paling stabil.

Molekul dipolar seringkali cenderung bergabung dengan

molekul dipolar lainnya sedemikian rupa sehingga kutub negatif dari

molekul yang satu mengarah ke kutub positif dari yang lainnya.

Gugus-gugus molekul yang besar dapat berasosiasi dengan gaya

adanya tarik-menarik yang lemah ini yang dikenal sebagai gaya

dipol-dipol atau gaya van der waals. Disamping interaksi dipolar

terjadi gaya tarik-menarik yang lain antara molekul polar dengan


molekul non polar dan ion polar dengan ion non polar. Dalam hal ini

termasuk juga gaya dipol-ion dan ikatan hidrogen, yang paling

terakhir ini adalah yang paling menarik perhatian. Karena ukuran

yang kecil dan besarnya medan elesktrostatik, atom hidrogen dapat

bergerak mendekati atom elektronegatif, membentuk tipe hubungan

elektrostatik yang disebut ikatan hidrogen atau jembatan hidrogen.

b. Menurut Farfis 1 hal 561

Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari

pelarut, yaitu oleh dipol momennya. Pelarut polar melarutkan zat

pelarut ionik dan zat polar lain. Sesuai dengan itu air bercampur

dengan alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan

senyawa polihidroksi yang lain.

Hildebrand telah membuktikan bahwa pertimbangan tentang

dipol momen saja tidak cukup untuk menerangkan kelarutan zat

polar dalam air. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen

lebih merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan

dengan polaritas yang direfleksikan dalam dipol momen yang tinggi.

Walaupun nitrobenzena mempunyai dipol momen 4,2 x 10 -18 esu cm

dan fenol harganya hanya 1,7 x 10 -18 esu cm, nitrobenzena hanya

larut dalam jumlah 0,0155 mol/kg dalam air, sedangkan fenol larut

sampai sejumlah 0,95 mol/kg pada 20oC.


Air melarutkan fenol, alkohol, aldehida, keton, amina, dan

senyawa lain yang mengandung oksigen dan nitrogen, yang dapat

membentuk ikatan hidrogen dalam air.

Perbedaan sifat keasaman dan kebasaan dari konstituen dalam

hal donor akseptorn elektron lewis juga memberi andil untuk interaksi

spesifik dalam larutan.

c. Menurut Parrot hal 142

Proses pelarutan melibatkan pemutusan ikatan interionik atau

antarmolekul dalam zat terlarut, pemisahan molekul pelarut untuk

memberikan ruang dalam pelarut bagi zat terlarut dan interaksi

antara pelarut dan molekul atau ion zat terlarut. Tinjauan terhadap

gaya tarik-menarik antara molekul atau ion pelarut-pelarut dan zat

terlarut-larut akan membantu dalam memvisualisasikan mekanisme

disolusi.
6. Syarat-syarat larutan (3 literatur)

Jawab:

a. Menurut R’voight hal 991

1) Larutan sejauh tidak mengandung bahan obat terlarut koloida,

harus jernih

2) Pada beberapa bahan obat disarankan sejauh mereka tidak

menunjukan termolabilitas, dilarutkan dalam panas.

b. Menurut Farfis 1 hal 299

Larutan ideal sebagai suatu larutan dimana tidak ada perubahan sifat

sifat komponen, selain dari pengenceran, ketika zat-zat tercampur

membentuk larutan. Tidak ada panas yang dilepaskan atau

diabsorbsi selama proses pencampuran dan volume akhir larutan

memperlihatkan penjumlahan sifat dari masing-masing konsituen.

Tidak ada pemuaian ketika zat-zat tercampur.

c. Menurut Lachman 2 hal 943

1) Obat harus diserbuk halus agar yang dibutuhkan untuk mencapai

kesetimbangan adalah minimum.

2) Biasanya suatu larutan harus dirancang sedemikian rupa

sehingga zat terlarut tidak berlebihan, bahkan pada temperatur

serendah 4oC.
3) Kelarutan obat-obat asam lemah atau basa lemah dapat

diramalkan, sebagai suatu fungsi pH, dengan derajat ketepatan

yang besar.

7. Komposisi larutan (3 literatur )

Jawab :

a. Menurut Ansel hal 328-335

1) Sirup-sirup dengan Dasar Sukrosa dan Bukan Sukrosa

Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam

sirup-sirup, walaupun dalam keadaan khusus dapat diganti

seluruhnya atau sebagian dengan gula-gula lainnya seperti

dektrose atau bukan gula seperti sorbitol, gliserin dan propilen

glikol.

2) Pengawet Antimikroba

Jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup

terhadap pertumbuhan mikroba berbeda-beda sesuai dengan

banyaknya air yang tersedia untuk pertumbuhan, sifat dan

aktivitas sebagai pengawet yang dipunyai oleh beberapa bahan

formulasi (misalnya banyak dari minyak-minyak pemberi rasa

yang sudah bersifat steril dan mempunvai aktivitas antimikroba),

dan dengan kemampuan pengawet itu sendiri.

3) Pemberi Rasa

Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa

buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam seperti minyak-


minyak menguap (contoh: minyak jeruk), vanili, dan lain-lainnya.

Untuk membuat sirup yang sedap rasanya. Pemberi rasa ini harus

mempunyai kelarutan dalam air yang cukup.

4) Pemberi Warna

Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat

pewarna yang berhubungan dengan pemberi rasa yang

digunakan (misalnya hijau untuk rasa papermint, coklat untuk rasa

coklat dan sebagainya). Pewarna yang digunakan umumnya larut

dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan

warnanya stabil pada kisaran pH dan di bawah cahaya yang

intensif sirup tersebut mungkin menjadi enounter selama masa

penyimpanan.

b. Menurut Lachman II hal 961-965

1) Pengawet

Suatu pengawet yang ideal dapat secara kualitatif ditentukan

sebagai salah satu yang memenuhi ketiga kriteria berikut :

a) Pengawet harus efektif terhadap mikroorganisme spektrum

luas

b) Pengawet harus stabil secara fisik, kimia, dan mikrobiologis

selama waktu berlaku produk tersebut

c) Pengawet harus tidak toksis, tidak mensestasi, larut dengan

memadai, dapat bercampur dengan komponen-komponen


formulasi lain, dan dapat diterima, dilihat dari rasa dan bau

pada konsentrasi-konsentrasi yang digunakan

2) Zat pemanis

Zat pemanis umumnya merupakan suatu bagian besar dari

isi zat padat dalam bentuk-bentuk sediaan yang

membutuhkannya. Sering kali digunakan bersama dengan

sorbitol, gliserin dan poliol-poliol lain yang dikatakan mengurangi

kecenderungan sukrosa untuk mengkristal

3) Pemberi Rasa

Pemberi rasa dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu

pemilihan dan evaluasi. Keempat sensasi rasa dasar adalah asin,

pahit, manis, dan asam. Suatu kombinasi zat pemberi rasa biasanya

diperlukan untuk menutupi sensasi rasa secara efektif. Mentol,

kloroform dan berbagai garam sering kali digunakan sebagai zat

pembantu pemberi rasa.

c. Menurut PDF hal 272

1) API

2) Zat pembawa, biasanya berair tetapi bisa juga minyak nabati

3) Buffer, untuk mempertahankan pH

4) Pewarna, untuk meningkatkan kapabilitas

5) Pengawet antimikroba

6) Antioksidan jika diperlukan

7) Kosolven
Proses pembuatan khas untuk bentuk sediaan larutan

melibatkan pencampuran sederhana semua bahan untuk membuat

larutan. Namun, beberapa variabel proses perlu dikontrol secara

hati-hati untuk memastikan proses manufaktur yang dapat

direproduksi dan berkualitas tinggi, seperti urutan penambahan

bahan, peralatan proses dan parameter untuk mengontrol dinamika

pembusaan dan pencampuran, serta kontrol suhu.

Pertimbangan sarana mencakup pemilihan jenis dan konsentrasi

buffer pengontrol pH, rasa, pemanis, pewarna, pengawet, bahan

pengontrol viskositas yang sesuai dalam kaitannya dengan

fungsinya, kompatibilitas satu sama lain dan API, dan stabilitas

dalam solusi. Bahan pembawa yang digunakan dalam larutan oral

terutama meliputi air, etanol, gliserin, sirup, dan berbagai campuran

bahan-bahan tersebut. Kosolvent yang dapat larut dalam air yang

digunakan dalam konsentrasi yang lebih kecil meliputi propilen glikol

dan polietilen glikol.

Sebagian besar bahan pembawa yang digunakan untuk larutan

oral dapat digunakan dalam larutan topikal. Selain itu, larutan topikal

juga mengandung sejumlah aseton, isopropanol, propilen glikol,

polietilen glikol, banyak minyak, dan banyak polimer.


8. Keuntungan dan kerugian sediaan larutan (3 literatur)

Jawab:

a. Menurut lachman II hal 942

Keuntungan:

1) Kemudahan pemberian kepada individu-individu yang mempunyai

kesulitan menelan bentuk sediaan padat.

2) Umumnya suatu obat harus berbentuk larutan agar dapat

diabsorbsi.

Kerugian:

1) Formulasi larutan menghadirkan banyak masalah teknis untuk ahli

farmasi industri.

2) Beberapa obat bersifat tidak stabil.

3) Teknik khusus dibutuhkan untuk melarutkan obat yang sukar larut

b. Menurut Ansel hal 305

Keuntungan:

Kenyataan bahwa obat-obat itu diberikan dalam bentuk larutan,

biasanya berarti bahwa absorpsinya dalam sistem saluran cerna ke

dalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih cepat


daripada dalam bentuk sediaan suspensi atau padat dari zat obat

yang sama.

Kerugian:

Ahli farmasi harus berhati-hati menghadapi penggunaan

kombinasi obat atau bahan-bahan farmasi yang akan menimbulkan

interaksi kimia atau fisika yang akan mutu terapeutik atau stabilitas

farmasetik produk.

c. Menurut Parrot Hal 170

Keuntungan:

Larutan bersifat homogen dan lebih mudah ditelan oleh

sebagiaan orang pasien dibandingkan bentuk sediaan lainnya,

memiliki laju disolusi yang lambat aksinya lebih besar.

Kerugian:

Larutan mempunyai kelemahan, karena lebih besar dan lebih

mudah terdegradasi dan berinteraksi antar konstituen, dibandingkan

dengan bentuk sediaan padat.


9. Pembagian larutan (3 literatur)

Jawab:

a. Menurut FN hal 332

1) Larutan steril meliputi larutan untuk pemakaian luar dalam

pengobatan luka dan kulit terkupas, larutan antikoagulan, irigasi

kandung kemih, larutan dialisa intraperitoneum dan larutan pekat

untuk pembuatan injeksi.

2) Larutan tidak steril meliputi larutan untuk obat dalam, baik larutan

yang langsung diminum ataupun larutan yang harus diramu lebih

dahulu, larutan obat luar untuk kulit yang tidak terkupas dan

larutan hemodialise.
3) Larutan antiseptikum mudah sekali dicemari jasadrenik yang telah

resistan. Karena itu dalam pembuatan larutan ini harus

diperhatikan hal sebagai berikut. Larutan harus dibuat

menggunakan Air suling atau air yang baru saja dididihkan dan

wadah yang digunakan harus betul-betul bersih, lebih baik

disterilkan lebih dahulu, tutup gabus jangan digunakan.

b. Menurut FI VI hal 55-57

1) Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian

oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan

pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau

campuran kosolven-air.
2) Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air

tetapi seringkali mengandung pelarut lain, seperti etanol dan poliol

untuk penggunaan topikal pada kulit, atau dalam hal Larutan

lidokain oral topikal untuk penggunaan pada permukaan mukosa

mulut.

3) Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin

atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk penggunaan dalam

telinga luar misalnya larutan otik benzokain dan Antipirin, larutan

otik neomisin dan polimiksin B sulfat dan larutan otik hidrokortison


4) Larutan optalmik seperti tertera pada Sediaan Obat Mata.

5) Spirit adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat

mudah menguap. Umumnya merupakan larutan tunggal atau

campuran bahan. Beberapa spirit digunakan sebagai bahan

pengaroma, yang lain memiliki makna pengobatan.

6) Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol

dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.


7) Air aromatik Kecuali dinyatakan lain air aromatik adalah larutan

jernih dan jenuh dalam air, dari minyak mudah menguap atau

senyawa aromatik atau bahan mudah menguap lain.

c. Menurut Scoville hal 124

1) Collyrium adalah larutan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada mata.

2) Collutorium adalah larutan yang dimaksudkan untuk digunakan

sebagai obat kumur.


3) Collunarium adalah solusi yang dimaksudkan untuk digunakan di

hidung.

4) Obat kumur adalah larutan yang dimaksudkan untuk digunakan

dimulut dan tenggorokan.

5) Semprotan dan tetes adalah larutan yang dimaksudkan untuk

diberikan dengan cara di semprotkan atau diteteskan


6) Drafad adalah larutan yang biasanya berukuran 2 hingga 12 ons.

Dalam volume, dimaksudkan untuk diminum sebagai dosis

tunggal.

7) Inhalasi atau aerosol adalah larutan bahan mudah menguap yang

asapnya dimaksudkan untuk dihirup, baik secara langsung atau

dengan menambahkan larutan ke dalam air mendidih.

8) Suntikan secara umum adalah suatu larutan yang dimaksudkan

untuk disuntikkan kedalam tubuh melalui alat suntik. Secara

resmi, suntikan adalah sediaan steril yang ditujukan untuk injeksi

hipodermik dan, meskipun banyak di antaranya berbentuk larutan,

dapat juga berupa suspensi.


9) Enema adalah larutan yang dimaksudkan untuk ditanamkan ke

dalam rektum.

10) Douche adalah larutan yang dimaksudkan untuk ditanamkan ke

salah satu rongga tubuh. Meskipun paling umum digunakan

sebagai douche vagina.

10. Evaluasi larutan (3 literatur)

Jawab :

a. Menurut jurnal Nuzzaibah, 2023

1) Uji Organoleptik
Uji Organoleptik pada sediaan sirup meliputi rasa, bau, dan

warna dapat dijadikan sebagai indikator sifat fisika yang bersifat

subjektif

2) Uji pH

Uji pH dilakukan untuk mengukur keasaman suatu larutan.

Tingkat keasaman (pH) merupakan faktor penting dalam

formulasi karena mempengaruhi potensi, kelarutan, penyerapan,

stabilitas dan kenyamanan pasien. Sehingga, obat yang bersifat

asam lemah akan mudah larut di dalam lingkungan.

3) Uji Kejernihan

Uji kejernihan dilakukan secara visual dengan mengamati

sediaan. Hasil uji sediaan sirup harus jernih, dan bebas dari

kotoran

4) Uji Viskositas

Uji viskositas ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan

kekentalan yang telah disiapkan, dimana kekentalan mewakili

ketahanan fluida untuk mengalir.

5) Uji Volume Terpindahkan

Uji volume terpindahkan dirancang untuk memastikan

bahwa larutan oral dan sirup yang dikemas dalam wadah

multidosis, dengan volume berlabel tidak lebih dari 250 ml,

tersedia dalam bentuk sediaan cair atau cair, medium.

6) Uji Bobot Jenis


Uji bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer

yang bersih dan kering. Larutan sirup dimasukkan ke dalam

piknometer. Sesuaikan suhu piknometer yang terisi hingga 25°C,

buang cairan berlebih dan timbang. Jika monografi menunjukkan

suhu selain 25°C, piknometer yang terisi harus diatur sampai

suhu yang diinginkan tercapai sebelum penimbangan. Kurangi

berat piknometer kosong dari berat piknometer penuh.

7) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan terhadap sirup yang sudah jadi

yang diberikan hingga 50 ml dalam wadah. Wadah dikocok

kemudian diamati apakah homogen. Tes diulang tiga kali, sirup

yang baik harus stabil, homogen, bebas dari kekerutan dan

bebas dari kontaminasi dan pertumbuhan mikroba.

8) Uji Hedonik

Uji kesukaan sediaan sirup dilakukan dengan menggunakan

10 responden secara acak untuk mencicipi sediaan sirup yang

telah dibuat dan responden diminta mengisi kuesioner tentang

rasa, aroma dan tampilan sediaan.

b. Menurut Jurnal Lestari, 2020

1) Evaluasi Organoleptik
Dilakukan menggunakan panca indra yang meliputi melihat

warna ekstrak, mencium bau, warna, rasa dan konsistensi ektrak

yang dibuat.

2) Pengujian pH

Merupakan salah satu parameter yang penting karena nilai

pH yang stabil dari larutan menunjukkan bahwa proses distribusi

dari bahan dasar dalam sediaan merata.

3) Uji Waktu Tuang

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemudahan tuang

sediaan saat nanti akan di konsumsi. Uji ini berhubungan erat

dengan kekentalan suatu sediaan jika kekentalan yang rendah

menjadikan cairan akan semakin mudah dituang dan sebaliknya.

4) Uji Kejernihan Sediaan Sirup

Uji dilakukan secara visual oleh peneliti engan mengamati

sediaan. Hasil uji sediaan sirup seharusnya jernih dan tidak

mengandung pengotor di dalamnya.

5) Bobot Jenis Sediaan Sirup

Gunakan piknometer yang bersih piknometer dan kering.

Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling,

bagian luar piknometer dilap sampai kering dan timbang

(W2).Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi

dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang

sama pada saat pengukuran air suling dan timbang (W3).


c. Menurut Jurnal Rahim, 2022

1) Uji Organoleptis

Uji organoleptis meliputi uji pemeriksaan dengan panca

indra, dimana untuk mengetahui rasa dari sediaan dilakukan

dengan mencicipi, kemudian untuk mengetahui bau/aroma dari

sediaan menggunakan panca indra penciuman, sedangkan

untuk pemeriksaan warna dapat dilihat secara langsung. Selama

masa penyimpanan bau, warna dan rasa dari sediaan harus

tetap terjaga.

2) Uji pH

Power of Hydrogen (pH) atau derajat keasaman berguna

untuk mendeteksi tingkat asam atau basa suatu larutan atau

suatu zat.

3) Uji Viskositas Larutan

Uji viskositas bertujuan mengetahui kekentalan larutan

atau zat dimana pengujiannya yaitu sampel dicelupkan spindle

dari alat viscometer sampai spindle terendam. Selanjutnya

spindel diberikan kecepatan 50 rpm, kemudian viscometer

dihidupkan sehingga memperoleh nilai viskositas dari sediaan

sirup.

11. Rumus perhitungan dosis larutan


Jawab :

Menurut Syamsuni hal 35-37

a. Perhitungan dosis berdasarkan usia:

n
1) Rumus Young : x dosis dewasa
n+12

(n dalam tahun untuk anak usia di bawah 8 tahun)

n
2) Rumus Fried : x dosis dewasa
150

(n dalam bulan)

n
3) Rumus Dilling : x dosis dewasa
20

(n dalam tahun untuk anak diatas 8 tahun)

n
4) Rumus Cowling : x dosis dewasa
24

(n adalah usia dalam satuan tahun yang digenapkan keatas)

5) Rumus Gaubius : berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis

dewasa, seperti:

0 – 1 tahun = 1/12 x dosis dewasa

1 – 2 tahun = 1/8 x dosis dewasa

2 – 3 tahun = 1/6 x dosis dewasa

3 – 4 tahun = 1/4 x dosis dewasa

4 – 7 tahun = 1/3 x dosis dewasa

7 – 14 tahun = 1/2 x dosis dewasa

14 – 20 tahun = 2/3 x dosis dewasa

21 – 60 tahun = dosis dewasa


n
6) Rumus Bastedo : x dosis dewasa
30

(n adalah usia anak dalam tahun)

b. Perhitungan dosis berdasarkan bobot badan:

1) Rumus Clark (Amerika):

Bobot badan anak dalam pon


x dosis dewasa
150

2) Rumus Thremich – Fier (Jerman):

Bobot badan anak dalam kg


x dosis dewasa
70

3) Rumus Black (Belanda):

Bobot badan anak dalam kg


x dosis dewasa
62

4) Rumus Juncker & Glaubius: % x dosis dewasa

(paduan usia dan bobot badan)

c. Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh:

1) Dari kumpulan kuliah farmakologi UI th.1968

Luas permukaan tubuh anak


x dosis dewasa
1,75

2) Rumus Catzel:

Luas permukaan tubuh anak


x 100 x dosis dewasa
Luas permukaan tubuh dewasa
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas


Indonesia: Jakarta.

Ansel, Howard C. 2014. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery


System s 10th Edition. Wolters Kluwer. Philadelphia.

Departemen kesehatan republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional


Edisi Kedua. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Departemen kesehatan republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia


Edisi ke III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Departemen kesehatan republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia


Edisi ke VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Lachman, L.H.A., Lieberman dan J.L King. 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri II. Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Lestari, G. Sari, A. S. Putri, D. L. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Sirup


Ekstrak Daun Bidara Arab (Ziziphus mauritiana Lam) Sebagai
Antipiretik Terhadap Mencit (Mus musculus). Jurnal Ilmiah
Farmasi. Vol 7. No 2.

Martin, E.W. 1971. Dispensing of Medication. Mack Publishing Company:


Easton.

Martin, A. Swarbrik, J. Cammarata, A. 1983. Farmasi Fisika 1 Edisi III.


Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Martin, A. Swarbrik, J. Cammarata, A. 1983. Farmasi Fisika 2 Edisi III.


Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Nuzzaibah, H. 2023. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Sirup Antipiretik


Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia L.). Jurnal Medika
Nusantra. Vol 1. No. 2

Parrot, E.L. 1970. Pharmaceutical Tecnology Fundamental Pharmacutic.


Burges Publishing Company: Mimeapolis.

Rahim, A. Oktresia, E.E. Riki. dkk. 2022. Uji Aktivitas Antibakteri Sirup
Buah Sawo Manila (Manilkara kauki L.) dan Getah Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.) pada Bakteri Esherichia coli Penyebab Diare.
Jurnal Sains dan Kesehatan. Vol 4. No 6.
Scoville. 1957. The Art of Compounding, In McGraw-Hill Book Company
Second Edition. New York

Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Penerbit


Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Universitas Gadjah


Mada: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai