Anda di halaman 1dari 18

TUGAS BIOMATERIAL

HIDROKSIAPATIT
Oleh :

KELOMPOK 4

RANI HANDAYANI (1207121246)

DESKA (1507112704)

EMMILIA DANNISA PRATIWI (1507117811)

ULFAH NAIDA MARBUN (1507117665)

ULLIA NURUL ISMALA (1507123812)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Hidroksiapatit (HA)


Hidroksiapatit merupakan garam dari trikalsium fosfat dan kalsium hidroksia
Ca10(PO4)6(OH)2, dengan perbandingan Ca/P 1,67, Bioceramic Ca-P paling stabil dan kurang
larut di bawah pH 7. Bagaimanapun di bawah pH 4,8 hidroksiapatit secara bertingkat larut
dan membentuk monetite (CaHPO4) (Ruphuy. dkk, 2016).

Gambar 1.1 Struktur Hidroksiapatit (Ningsih dkk, 2014)

Pada struktur HAp terdapat dua bagian struktur yaitu heksagonal dan monoklinik.
Struktur monoklinik disebabkan karena susunan OH- membentuk urutan OH-OH-OH-OH-
yang membuat parameter kisi b menjadi 2 kali a (Gambar 2b). Akan tetapi, struktur
heksagonal juga dapat diperoleh pada kondisi stoikiometrik jika susunan OH- tidak teratur
(Gambar 2a)

Gambar 1.2 (a) Struktur Hap Heksagonal (b) Struktur Hap monoklinik (Ningsih dkk, 2014).
1.2 Aplikasi Hidroksiapatit
Hidroksiapatit merupakan suatu kalsium fosfat yang banyak digunakan sebagai
material pengganti tulang atau untuk bone filler (pengisi tulang) karena kemiripannya dengan
struktur kimia tulang dan jaringan keras pada mamalia. Material ini dapat mendorong
pertumbuhan tulang baru, serta mempercepat proses penyatuan tulang. Dengan sifat-sifat
mekanik dan struktur kimia yang dimiliki sehingga HA banyak digunakan sebagai implan
tulang femur (paha) manusia dan dalam aplikasi bidang medis lainnya.

Gambar 1.4 Aplikasi kalsium ortofsfat

Gambar 1.5 Mode fenomena antarmuka antara HA dengan Sel tubuh

Sifat hidroksiapatit sangat mirip dengan komponen pada organ-organ tertentu dari tubuh
manusia seperti tulang dan gigi. Akan tetapi, dikarenakan kekuatan mekanik yang kurang
baik dan menahan beban maka aplikasinya terbatas pada implant yang tak sepenuhnya
menahan beban (non-load-bearing implant) seperti implant untuk operasi telinga di bagian
tengah, pengisi tulang yang rusak pada operasi otopedik, serta pelapis (Coating) pada implant
untuk dental dan proteshis logam.
Penggunaan hidroksiapatit dalam aplikasi biomedik telah banyak dilaporkan antara lain
pembawa obat, scaffold, bone filler dan bone substitute. Hidroksiapatit digunakan karena
biokompabilitas yang sangat baik dengan jaringan keras, bioaktivitas merekonstruksi ulang
jaringan tulang yang telah rusak dan juga di dalam jaringan lunak meskipun mempunyai laju
degradasi rendah, osteokonduktusitas tinggi, non-toksik, memiliki sifat non inflamasi dan
sifat imunogenik dan sifat mesopori dari hidroksiapatit (Anuar A., dkk, 2013). Hidroksiapatit
sintesis menunjukkan penggabungan yang kuat dengan host jaringan keras. Ikatan kimia
dengan jaringan menawarkan HA sebagai aplikasi yang lebih menjanjikan dibandingkan
dengan allograft dan autograft atau implant metal dan keramik. Sehingga hidroksiapatit
menjadi kalsium fosfat yang banyak digunakan sebagai material pengganti tulang atau untuk
bone filler (pengisi tulang) karena kemiripannya dengan struktur kimia tulang dan jaringan
keras pada mamalia. Material ini dapat mendorong pertumbuhan tulang baru, serta
mempercepat proses penyatuan tulang. Dengan sifat-sifat mekanik dan struktur kimia yang
dimiliki sehingga HA banyak digunakan sebagai implan tulang femur (paha) manusia dan
dalam aplikasi bidang medis lainnya.
Sifat hidroksiapatit sangat mirip dengan komponen pada organ-organ tertentu dari tubuh
manusia seperti tulang dan gigi. Akan tetapi, dikarenakan kekuatan mekanik yang kurang
baik dan menahan beban maka aplikasinya terbatas pada implant yang tak sepenuhnya
menahan beban (non-load-bearing implant) seperti implant untuk operasi telinga di bagian
tengah, pengisi tulang yang rusak pada operasi otopedik, serta pelapis (Coating) pada implant
untuk dental dan proteshis logam.

1.3 Sintesis Hidroksiapatit


Menurut (Kweh, dkk, 1999) beberapa metode untuk membuat HA adalah :
1. Presipitasi
Metode pengendapan adalah metode yang paling terkenal dan teknik yang banyak
dipergunakan untuk sintesis hidroksiapatit (HA). Hal ini karena dengan teknik ini dapat
disintesis HA dalam jumlah besar tanpa menggunakan pelarut-pelarut organik dan juga
dengan biaya yang tidak begitu mahal [24]. Kalsium hidroksida [Ca(OH)2] dan asam fosfat
(H3PO4) digunakan sebagai prekursor untuk reaksi tersebut seperti pada persamaan 1. Reaksi
sintesis HA dengan prekursor tersebut telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti [3-4, 24,
28]. Hasil sampingan yang dihasilkan oleh reaksi ini hanyalah air dan reaksi tidak melibatkan
elemen-elemen asing.
10Ca(OH)2 + 6H3PO4 Ca10(PO4)6(OH)2 + 18H2O ...............................................(1.1)
Ukuran, bentuk, dan permukaan dari partikel HA yang diperoleh dengan reaksi ini
sangat sensitif terhadap laju penambahan asam fosfat dan temperatur reaksi. Laju
penambahan asam fosfat erat hubungannya dengan pH yang diperoleh pada akhir sintesis dan
juga pada kestabilan suspensi. Temperatur reaksi menentukan apakah kristal HA sintetis
adalah monokristalin atau polikristalin. HA yang disintesis pada temperatur rendah (< 60C)
adalah monokristalin.
Telah banyak peneliti yang menggunakan teknik pengendapan ini untuk mensintesis
HA dengan jenis-jenis prekursor yang berbeda-beda telah menyatakan dua reaksi yang lain
untuk sintesis HA dengan teknik pengendapan.
Pada salah satunya, digunakan diammonium fosfat [(NH4)2.HPO4] dan Ca(OH)2 sebagai
prekursor seperti pada persamaan 2. Sedangkan dalam salah satu reaksi yang lain digunakan
kalsium hidrogen fosfat [Ca(H2PO4)2.H2O] dan Ca(OH)2 sebagai prekursor seperti pada
persamaan 3. Pada reaksi pertama, temperatur sintesis dijaga pada 40C dan pada reaksi yang
kedua, sintesis dilakukan pada temperatur ruang.
10Ca(OH)2 + 6(NH4)2.HPO4 Ca10(PO4)6(OH)2 + 6H2O + 12NH4OH ....................(2)
7Ca(OH)2 + 3Ca(H2PO4)2.H2O Ca10(PO4)6(OH)2 + 15H2O .................................(3)
Seperti yang sebelumnya telah disinggung bahwa pH, laju penambahan dan pengadukan, dan
temperatur sinter berpengaruh pada HA yang sedang disintesis.
Kenaikan kristalinitas ditunjukkan oleh adanya kenaikan intensitas puncak dan secara
langsung bervariasi dengan kenaikan temperatur. Laju penambahan asam yang rendah akan
menyebabkan dihasilkannya ukuran kristalit yang besar. Laju pengadukan juga dilaporkan
mempengaruhi sintesis HA, perlu dilakukan pengadukan yang kuat (vigorous) untuk
menghasilkan endapan HA yang homogen.
Pengadukan yang tidak cukup akan menyebabkan terbentuknya fasa yang tidak diinginkan
yaitu monetite [CaHPO4] dan brushite [CaHPO4.2H2O]. Juga, pengadukan yang cukup akan
berkontribusi pada kontrol pH campuran yang lebih baik dan menyebabkan interaksi yang
lebih baik antar reagen. Kontrol terhadap pH sangatlah penting karena merupakan parameter
yang sangat mempengaruhi terhadap nilai rasio Ca/P. Nilai pH harus dikontrol secara efektif,
jika tidak, pada Ph yang lebih rendah dari 7 akan terjadi pembentukan calcium
monophosphate dan dehydrated calcium yang cukup mudah larut di dalam medium air. Hal
yang penting adalah mempertahankan nilai pH di atas 9, karena penurunan nilai pH akan
menyebabkan pembentukan struktur apatit yang kekurangan kalsium (calcium- deficient
apatite). Derajat pH juga mempengaruhi tingkat kemurnian dan juga morfologi dari kristal
HA yang terbentuk. Partikel berbentuk seperti bola dengan ukuran 20-30 nm akan terbentuk
pada pH 10, sedangkan kebanyakan HA yang disintesis pada pH 8 berbentuk seperti jarum
dengan ukuran panjang 0.25 m. HA murni dapat disintesis pada pH 10, dimana pada pH 9
akan terbentuk campuran -TCP dan HA. Pada pH 8 kebanyakan yang terbentuk adalah
Ca2P2O7 (-TCP).
2. Sol-gel
Pendekatan sol-gel adalah sebuah metode efektif untuk sintesis HA fasa-nano, karena
memungkinkan kendali yang ketat terhadap parameter-parameter proses. Metode ini
menawarkan suatu pencampuran pada tingkat molekul dari kalcium dan fosfor, yang mampu
meningkatkan sifat kimia dari HA yang dihasilkan. Hanya sedikit penelitian yang dilaporkan
mengenai sol-gel process untuk material HA. Telah dilaporkan bahwa material HA yang
disintesis dengan sol-gel process efisien untuk meningkatkan kontak dan stabilitas pada
antarmuka tulang alami/buatan di dalam lingkungan in vitro dan juga in vivo.
Sejumlah kombinasi prekursor kalsium dan fosfor dipergunakan untuk sintesis HA
menggunakan sol-gel process. Lagi, aktivitas kimia dan temperatur diperlukan untuk
membentuk struktur apatit sangat bergantung pada sifat kimia dari masing- masing prekursor.
Balamurugan et al. [38] menggunakan Ca(NO3)2.4H2O dan triethyl phosphate sebagai
prekursor untuk kalsium dan fosfor, ketika rasio stoikiometri Ca/P dipertahankan pada 1.67.
Serbuk HA yang telah disintesis dikeringkan dan disinter pada temperatur berbeda mencapai
900C. Brendel et al. [41] telah mensintesis HA pada temperatur rendah (400C)
menggunakan Ca(NO3)2.4H2O dan phenyl diclorophosphite (C6H5PCl2) sebagai prekursor.
Tetapi, HA yang dihasilkan memiliki kemurnian yang rendah dan kristalinitas yang buruk.
Peningkatan lebih lanjut dalam temperatur hingga mencapai 900C menghasilkan fasa HA
yang murni dengan kristalinitas yang lebih baik. Kristalinitas ditingkatkan dengan menaikkan
temperatur hingga 1100C. Pada suatu pendekatan lain, Vijayalakshmi et al. [42] telah
mensintesis serbuk HA monokristalin darikalsium asetat dan triethyl phosphate di dalam
media air dan ethanol.
3. Elektrodeposisi
Lapisan HA fasa nano dengan butir ultra-halus dapat disintesis memakai teknik
elektrodeposisi dari elektrolit encer [Ca2+] = 6.1 x 10-4 M, [PO43-] = 3.6 x 10-4 M pada pH
fisiologis. Prekursor yang dipergunakan untuk proses elektrodeposisi lapisan HA adalah
Ca(NO3)2 dan NH4H2PO4. Sodium nitrate digunakan untuk meningkatkan kekuatan ionik
larutan elektrolit. Telah dilakukan penelitian mengenai pertumbuhan dari lapisan HA yang
dipengaruhi oleh tegangan anodik konstan (2-4 V) di dalam suatu larutan elektrolit alkali.
4. Hidrotermal
Merupakan teknik yang memanfaatkan tekana uap air dan tekanan dalam sintesis
suatu material keramik. Di abad ke-20, teknik hidrotermal untuk sintesis material merupakan
teknologi yang penting sekali [34] dan dengan teknologi ini dapat disintesis berbagai macam
material keramik termasuk hidroksiapatit. Sintesis hidrotermal adalah suatu proses yang
mempergunakan reaksi-reaksi fasa tunggal atau heterogen di dalam larutan air pada
temperatur tinggi (T > 25C) dan tekanan (P > 100 kPa) untuk mengkristalisasi material
keramik langsung dari larutan [34]. Bagaimanapun, dengan perlakuan hidrotermal, rasio Ca/P
dari endapan meningkat seiring dengan peningkatan tekanan atau temperatur hidrotermal.
Proses hidrotermal dapat menghasilkan partikel dengan kristalinitas yang baik dan tidak
mengalami aglomerasi, ukuran, bentuk dan komposisi yang homogen pada temperatur yang
rendah. Dengan proses ini dapat dipakai bahan-bahan baku seperti calcite, brushite, monetite
untuk sintesis hidroksiapatit.

1.4 Alat-alat yang digunakan untuk sintesis hidroksiapatit


1. Planetary Ball Mill
Planetary ball mill adalah ball mill dengan skala kecil yang digunakan di dalam
laboratorium dan digunakan untuk mereduksi ukuran baik dengan penggilingan secara kering
dan basah, pencampuran, homogenisasi dari bahan kimia, tanah, dan bahan farmasi. Umpan
yang diizinkan masuk ke dalam planetary ball mill berukuran hingga 10 mm dengan keadaan
lunak, keras, dan rapuh.
Planetary ball mill terdiri dari bola giling dan wadah penggilingan. Bola giling
berfungsi sebagai penghancur, sehingga material pembentuk bola giling harus memiliki
kekerasan yang tinggi agar tidak terjadi kontaminasi saat terjadi benturandan gesekan antara
serbuk, bola dan wadah penggilingan. Material yang digunakan adalah baja tahan karat.
Gambar 1.5 Planetary Ball Mill
2. Sonikator
Iradiasi ultrasonik adalah metode presipitasi baru untuk mempersiapkan
nanokristalin hidroksiapatit. Efek kimia dari ultrasound terutama berasal dari kavitasi
akustik yaitu pembentukan, pertumbuhan dan runtuhnya gelembung. Ultrasonik terutama
efektif memecah agregat dan mengurangi ukuran dan polidispersitas dari nanopartikel.
Iradiasi ultrasonik menghasilkan kavitasi pada medium larutan dimana terjadi
pembentukan, tumbuh dan terpecahnya microbubbles. Hal ini menghasilkan kondisi

temperatur yang ekstrem (>2000oK) dan tekanan (>500 bar) pada mikrodetik pembentukan
dari reaksi intermediet seperti radikal. Hal ini mendorong reaktivitas dari spesi kimia yang
terlibat, sehingga membuat percepatan reaksi heterogen antara reaktan cair dan padat
secara efektif.
Peningkatan daya ultrasonik menyebabkan reaksi cepat yang mengarah pada
pembentukan monofase HA dan melemahnya puncak fosfat lain seperti Ca3(PO4)2 dan
Ca2P2O7.
Ukuran partikel terkait dengan nukleasi dan pola pertumbuhan material, dan hal ini
sangat berhubungan dengan derajat super saturation pada fase cair. Dengan kehadiran
ultrasonik yang menghasilkan micro jets dan shock wave mengakibatkan runtuhnya micro
bubbles dan mempromosikan hot spot dengan pendinginan yang sangat tinggi. Efek tersebut
memacu reaksi kimia dan efek fisika, sehingga ultrasonik dapat digunakan untuk sintesa
material pada fase cair.
Meningkatnya daya ultrasonik menunjukkan penurunan ukuran partikel yang
dihasilkan (Poinern et al., 2009; Li-yun et al., 2005). Daya sonikasi mempengaruhi tingkat
kavitasi dalam cairan, dengan daya ultrasonik yang semakin tinggi akan menghasilkan
peristiwa kavitasi dengan jumlah yang besar dikarenakan makin banyak gelembung kavitasi
transien yang terbentuk. Dapat diharapkan banyaknya sisi nukleasi menghasilkan partikel
terbentuk di sekitar sisi tersebut lebih kecil untuk konsentrasi pereaksi yang sama.
Pembentukan partikel dengan kontak yang lama dengan ultrasonik menunjukkan penurunan
pada tingkat aglomerasi.
Kegunaan iradiasi ultrasonik pada persiapan sampel (wet milling) adalah lebih
mengefisienkan proses grinding (penghalusan), dispersing (penyebaran) dan deaglomerasi
(pemecahan) sampel partikel. Hidroksiapatit yang dihasilkan dari metode ini memiliki
keseragaman ukuran dan distribusi. Keuntungan metode ini dalam membuat ukuran slurry
yang bagus adalah meningkatkan kecepatan reaksi, output reaksi dan penggunaan energi yang
lebih efisien.
Sonikator adalah alat yang dapat membangkitkan gelombang ultrasonik. Metode ini
sering disebut juga metode radiasi ultrasonik dengan menggunakan panjang gelombang dari
20 kHz hingga 10 MHz. Gambar 2.5 menunjukkan model pembentukan gelembung pada alat
sonikator.

Gambar 1.6 Model Pembentukan Gelembung pada Alat Sonikator


Prinsip yang terjadi pada cairan yang mengalami proses radiasi ultrasonic atau
biasa disebut dengan sonifikasi adalah dengan adanya getaran yang dibangkitkan
oleh sonikator maka akan terjadi kompresi atau tekanan pada molekul cairan yang secara
cepat akan mengalami proses pembentukan gelembung yang secara cepat juga gelembung itu
membesar hingga mencapai saat dimana gelembung mikro tidak dapat lagi menyerap energi
yang dihasilkan oleh gelombang suara secara efisien dan akhirnya akan pecah, membuat
kavitasi akustik yang menghasilkan gelembung adiabatik yang tumbuh kemudian runtuh
secara meledak (implosive collapse) dan membuat hot spot lokal dikarenakan terjadi
peningkatan suhu dan tekanan yang ekstim untuk waktu yang sangat singkat.
Hot spot lokal inilah yang memacu efek fisik dan reaksi kimia yang secara langsung
mempengaruhi ukuran partikel dan morfologi produk yang disintesis (Poinern et al., 2011).
Hal ini terjadi berulang dan dengan sangat cepat sehingga dapat menimbulkan efek
pengadukan pada skala mikro atau bahkan molekul.
Gambar 1.7 Alat Sonikator
3. Spray Drayer
Spray drying merupakan salah satu metode pengeringan yang cepat untuk
larutan,suspensi, emulsi dan dispersan untuk menghasilkan serbuk, granular (Nandiyanto,
2011). Prinsip kerja alat ini meliputi penguapan kadar air dari umpan yang diatomisasi
dengan pencampuran antara spray dan medium pengering. Proses pengeringan dilakukan
hingga kadar air yang diinginkan tercapai pada partikel yang d-ispray dan produk dapat
terpisahkan dari medium pengering. Evaporasi terjadi dikarenakan adanya kontak antara
droplet dengan udara pengering, sehingga terjadi transfer panas dari udara pengering ke
droplet dan air yang terdapat pada droplet akan menguap. Transfer panas tersebut akan
digunakan sebagai panas laten selama evaporasi, kecepatan evaporasi dipengaruhi oleh
komposisi bahan terutama kandungan total padatan. Semakin tinggi total padatan bahan,
maka proses evaporasi akan berlangsung lebih cepat.
Disk Atomizer atau roda berputar merupakan inti dari spray dryer, dimana bahan akan
dipercepat secara sentrifugal sehingga mempunyai kecepatan yang tinggi sebelum
disemprotkan ke medium pengering. Atomizer harus mempunyai fungsi sebagai berikut :
a) Dapat mendispersi umpan hingga butiran-butiran kecil sehingga dapat terdistribusi
sempurna antara pengering dan bercampur dengan udara panas.
b) Butiran yang diproduksi tidak boleh terlalu besar karena pengeringan kurang
sempurna dan tidak boleh terlalu kecil dikarenakan partikel yang kecil mengalami
overheat dan menjadi hangus.
c) Atomizer juga bertindak sebagai alat pengukur, mengatur laju umpan masuk ke
dryer (Patel et al., 2009).
Aliran udara yang digunakan menggunakan prinsip aliran co-current dimana produk yang
akan di spray dan aliran udara pengering dalam satu arah yang sama.

Gambar 1.8 Cara Kerja Mini Spray Dryer


Keterangan gambar :
1. Udara masuk
2. Heater
3. Aliran yang stabil masuk ke dalam tabung pengering
4. Cyclone, tempat produk dipisahkan dengan aliran udara
5. Aspirator
6. Sensor temperatur udara masuk
7. Sensir temperature udara keluar
8. Wadah pengumpul produk
A. Larutan, emulsi, dispersan produk
B. Pompa umpan peristaltik
C. Nozzle dua fluida (spray mist, spray cone)
D. Sambungan suplai udara masuk atau inert gas
E. Sambungan air yang didinginkan
F. Alat pembersihan nozzle, terdiri dari jarum dengan dorongan pneumatik
diantara nozzle.
Penggunaan mini spray dryer B-290 tidak hanya sebagai pengering tetapi juga
mempunyai fungsi lain yaitu memodifikasi ukuran partikel, aglomerasi nanopartikel,
pengeringan suspensi, melapis partikel, imobilisasi cairan dan bahan padat ke dalam sebuah
matriks dan pembuatan mikrokapsul. Spray dryer yang digunakan ditunjukkan pada gambar
berikut.
Gambar 1.9 Mini Spray Dryer
1.5 Alat Karakterisasi
Beberapa teknik karakterisasi digunakan untuk mengetahui karakteristik dari material
adalah Particle Size Analyzer (PSA), dan Fourier Transform Infrared (FTIR) dan X-ray
difraction analysis (XRD).. Pengujian dilakukan untuk memastikan apakah material yang
dihasilkan adalah hidroksiapatit dengan sifat- sifat yang sebelumnya ingin diketahui.
1. Particle Size Analyzer (PSA)
Penganalisa ukuran partikel (PSA) dapat menganalisis partikel suatu sampel dengan
tujuan untuk mengetahui ukuran partikel dan distribusinya. Distribusi ukuran partikel dapat
diketahui melalui gambar yang dihasilkan. Penentuan ukuran dan distribusi partikel
menggunakan PSA dapat dilakukan dengan penghamburan sinar untuk mengukur partikel
yang berukuran mikron sampai dengan nanometer dengan menggunakan metode liquid atau
cairan.
2. Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Fourier Transform Infra Red (FTIR) merupakan bagian dari metode pengujian
berbasis serapan spektroskopi dengan menggunakan sinar infra merah. Pengujian ini adalah
memberikan radiasi kepada sampel sehingga nantinya akan diketahui perilaku sampel
tersebut terhadap radiasi yang diberikan, apakah radiasi tersebut ada yang diserap atau
dilewatkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa baik sebuah sampel menyerap
cahaya pada tiap panjang gelombang. dan digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi
dari hidroksiapatit yang diperoleh.
3. X-Ray Difraction (XRD)
X-ray difraction analysis (XRD) digunakan untuk melihat pola difraksi dan kristalin
hidroksiapatit yang dihasilkan dibandingkan dengan database untuk melihat pola
hidroksiapatit. XRD merupakan suatu metode yang berdasarkan pada sifat-sifat difraksi sinar
X, yakni hamburan cahaya dengan panjang gelombang saat melewati kisi kristal dengan
sudut datang dan jarak antar bidang kristal sebesar d. Data yang diperoleh dari metode
XRD adalah sudut hamburan (sudut Bragg) dan intensitas cahaya difraksi.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Bahan
Bahan yang digunakan untuk pembuatan hydroxyapatite adalah :
1. Kalsium Nitrat (Ca(NO3)2)
2. Di-amonium hidrogen fosfat ((NH4)2.HPO4)
3. Air deionisasi (deionized water)
4. Amonia (NH4OH)

2.2 Alat
Alat yang digunakan adalah :
1. Spray Dryer
2. Neraca analitik
3. Gelas beaker
4. Holder dan motor pemutar
5. Spatula
6. Pompa vakum
7. Furnace

2.3 Prosedur Pembuatan


2.3.1 Presipitasi Hydroxyapatite
Kalsium nitrat (Ca(NO3)2) dan di-amonium hidrogen fosfat ((NH4)2.HPO4) ditimbang
dengan rasio molar Ca/P sebesar 1,67. Reaktan dilarutkan dalam air deionisasi secara terpisah
dan diaduk selama 30 menit. Selanjutnya, larutan fosfat ditambahkan ke dalam larutan
kalsium sedikit demi sedikit dan pH akhir larutan diatur menjadi 10 dengan penambahan
larutan ammonia.larutan yang dihasilkan di aduk selama 24 jam dan dipresipitasi selama 24
jam. Hydroxyapatite yang telah dipresipitasi kemudian di saring menggunakan pompa vakum
dan dicuci untuk memisahkan amonia yang berlebih.
2.3.2 Spray Drying of Hydroxyapatite
Endapan hydroxyapatite dicampur dengan air deionisasi membentuk slurry. Slurry
diaduk sebelum dan selama proses spray drying untuk mencegah koagulasi endapan
hydroxyapatite. Powder hydroxyapatite yang terbentuk setelah melalui proses spray drying
selanjutnya dipanaskan menggunakan furnace dengan suhu 1250 oC selama satu jam.

Gambar 2.1 Ilustrasi sistem spray drying (Bastan, F.E., dan Fatih Ustel, 2016).

2.4 Karakterisasi
2.4.1 Analisa SEM
Analisa SEM digunakan untuk menganalisa morfologi powder hydroxyapatite.
Powder hydroxyapatite memiliki morfologi yang berbeda-beda seperti bulat, datar, atau
menggumpal yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 SEM micrographs dari powder hydroxyapatite. Powder datar (a), powder
menggumpal (b), powder bulat atau mendekati bulat (c,d) (Bastan, F.E., dan Fatih Ustel,
2016)
Secara umum spray dried powder hydroxyapatite bebentuk bulat seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 2.2c-d. Selain itu, powder beronnga dan berbentuk sperti donat dapat
diperoleh melalui spray drying. Permukaan powder setelah melalui proses spray drying dan
pemanasan pada suhu 1250 oC ditunjukkan pada Gambar 2.3. Seperti yang dapat dilihat,
spray dried powder hydroxyapatite memiliki struktur nano dan umumnya berbentuk bulat,
namun memiliki permukaan kasar dengan ukuran kristal yang kecil. Setelah melalui proses
pemanasan pada suhu 1250 oC, kristal-kristal kecil menyatu dan ukuran butir kristal
membesar. Permukaan powder juga menjadi halus setelah pemanasan.

Gambar 2.3 Permukaan powder setelah spray drying (e) dan setelah pemanasan pada
suhu 1250 oC (f) (Bastan, F.E., dan Fatih Ustel, 2016).

2.4.2 Analisa XRD dan FTIR


Pola XRD dan hasil FTIR dari powder hasil spray drying dan pemanasan ditampilkan
pada Gambar 2.4. Karena metode sintesis yang digunakan adalah presipitasi, powder
hydroxyapatite hasil spray drying memiliki tingkat kristalinitas yang rendah dan ukuran
kristal yang kecil. Ukuran kristal dan tingkat kristalinitas powder meningkat setelah proses
pemanasan.
Spektrum FTIR dari powder hasil spray drying dan pemanasan dapat dilihat pada
Gambar 2.4b. H2O, HPO4-, CO32- terlihat bersama dengan gugus PO43- dan OH-. Adanya
HPO4- dan CO32- dapat disebabkan oleh struktur hydroxyapatite yang tidak stoikiometrik.
H2O, HPO4-, CO32- menghilang setelah pemanasan.

Gambar 2.4 Hasil Analisa XRD (a) dan FTIR (b) powder HA spray dried dan pemanasan
2.5 Diagram Alir Prosedur dan Karakterisasi

Kalsium nitrat dan di-amonium hidrogen fosfat


ditimbang, rasio molar Ca/P sebesar 1,67

Kalsium nitrat (Ca(NO3)2) Di-amonium hidrogen


fosfat ((NH4)2.HPO4)

Pelarutan Pelarutan

Pencampuran
NH4OH

Pengadukan 24 jam

Presipitasi 24 jam

Endapan Air deionisasi

Slurry

Spray Drying

Pemanasan

Karakterisasi SEM, XRD, dan FTIR


BAB III
KESIMPULAN

1. Hidroksiapatit merupakan garam dari trikalsium fosfat dan kalsium hidroksia


Ca10(PO4)6(OH)2, dengan perbandingan Ca/P 1,67.
2. Hidroksiapatit (kalsium fosfat) memiliki kemiripan struktur kimia tulang dan jaringan
keras pada mamalia sehingga dapat digunakan sebagai material pengganti tulang atau
untuk bone filler (pengisi tulang).
3. Metode sintesis hidroksiapatit terbagi 4 (empat) yaitu presipitasi, sol-gel,
elektrodeposisi dan hidrothermal.
4. Metode spray dryer menggunakan metode presipitasi terlebih dahulu untuk
mendapatkan endapan hidroksiapatit.
5. Metode spray dryer pada endapan hidroksiapatit untuk membentuk powder
hidroksiapatit.
6. Karakterisasi pads metode spray dryer menggunakan alat SEM, XRD dan FTIR.
DAFTAR PUSTAKA

Anuar A, Midhat Nabil Ahmad Salimi, Mohamed Zulkali Mohamed Daud, Yeoh Fei Yee,
2013, Characterizations of hydroxyapatite (HAp) nanoparticles produced by sol-gel method,
School of Bioprocess Engineering, Universiti Malaysia Perlis, Jejawi, Perlis, School of
Materials & Mineral Resources Engineering, Universiti Sains Malaysia, Penang, Special
Issue for International Conference of Advanced Materials Engineering and Technology
(ICAMET 2013), 28-29 November 2013, Bandung Indonesia

Bastan, F.E., dan Fatih Ustel, 2016, The Effect Of Spray Drying Parameters On
Hydroxyapatite Powders, Sakarya University, 16th International Materials Symposium IMSP
2016

Kweh, S.W.K., K. A Khor, P. Cheang, 1999, The Production and Characterization of


Hidroxyapatite (HA) powders, School of Mechanical and Production, Nanyang
Technological University, Singapore, Journal of Materials Processing Technolofy 89-90
(1999) 373-377

Ningsih R. P, Nelly Wahyuni, Lia Destiarti, 2014, Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang
Kerang Kepah (Polymesoda erosa) dengan variasi waktu pengadukan, JKK Tahun 2014,
Universitas Tanjung Pura

Ruphuy, G., A. Saralegi, J.C. Lopes, M.M. Dias, M.F. Barreiro, 2016, Spray drying as a
viable process to produce nano-hydroxyapatite/chitosan (n-HAp/CS) hybrid microparticles
mimicking bone composition, Laboratory of Separation and Reaction Engineering (LSRE)
Associate Laboratory LSRE-LCM, Faculty of Engineering, University of Porto, Porto,
Portugal, Laboratory of Separation and Reaction Engineering (LSRE) Associate Laboratory
LSRE-LCM, Bragana Polytechnic Institute, Bragana, Portugal

Anda mungkin juga menyukai