Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

JPSE (Jurnal Ilmu dan Teknik Fisika), Vol. 7, No. 2, 2022, Halaman 108–115.
DOI: 10.17977/um024v7i22022p108

JPSE http://journal2.um.ac.id/index.php/jpse
EISSN: 2541-2485

(Jurnal Ilmu dan Teknik Fisika)

Perawatan Plasma Vakum Gas Oksigen pada PVA/Chitosan/


HAp Scaffold Nanofiber
Diterima Hartatiek1,2, N Shofura1, MI Wuriantika1, Yudyanto1,2 , M Nurhuda2,
01 September 2022
Masruroh2*, DJDH Santjojo2, dan N Ahmad3
Diperbaiki

1.Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5, Malang, 65145,
14 Oktober 2022

Diterima untuk Publikasi Indonesia.


2.Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang, 65145, Indonesia.
01 November 2022

Diterbitkan

3.DepartemenSekolah Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universiti Teknologi Malaysia,


30 Desember 2022

Johor, 81310, Malaysia.

* Surel:ruroh@ub.ac.id

Abstrak
Scaffold dalam bentuk nanofiber dalam aplikasi rekayasa jaringan tulang terus
dikembangkan. Dalam penelitian ini, nanofiber tersusun dari PVA/CS/HAp
Karya ini dilisensikan di dengan karakteristik yang dapat mendukung aplikasi medis seperti rekayasa
Kreatif
jaringan tulang. Perawatan plasma vakum dilakukan untuk memodifikasi
bawah a
Atribusi Umum-
Berbagi Serupa 4.0
Lisensi Internasional
permukaan nanofiber. Hasil analisis morfologi menunjukkan bahwa perlakuan
plasma vakum gas oksigen menyebabkan permukaan nanofiber PVA/CS/HAp
menjadi lebih kasar dengan perubahan diameter. Sebelum perawatan plasma
vakum gas oksigen, diameter nanofiber memiliki kisaran 83–365 nm. Setelah
perawatan plasma vakum gas oksigen, diameter memiliki kisaran ukuran 105–
293 nm. Selanjutnya, perlakuan plasma vakum yang dilakukan menunjukkan
peningkatan sifat hidrofilik.

Kata kunci:Plasma vakum, nanofiber, morfologi, hidrofilik.

1. Perkenalan
Teknologi biomedis sedang dikembangkan dalam hal rekayasa jaringan tulang untuk memperbaiki tulang yang rusak
[1], [2]. Untuk mengoptimalkan regenerasi jaringan, pengembangan produk tissue engineering berupa
scaffold terus dilakukan[3]. Karakteristik scaffold dapat dipengaruhi oleh material yang digunakan.
Hidroksiapatit (HAp) merupakan salah satu biomaterial yang cocok sebagai bahan scaffold karena bersifat
bioaktif dan biokompatibel dengan jaringan tulang.[4]. Selain itu, studi HAp belum menunjukkan respon
inflamasi, pirogenetik, dan toksisitas[5], [6]. HAp dapat digunakan untuk mengganti jaringan tulang yang
rusak akibat kelainan tulang, patah tulang, kanker, dan lain-lain. Namun, HAp memiliki kelemahan yaitu
kerapuhan yang tinggi[7].
Oleh karena itu, perlu ditambahkan polimer untuk mengurangi kelemahan tersebut. Polimer alami yang
cocok untuk digabungkan dengan HAp adalah Chitosan (CS). CS telah banyak dikembangkan untuk formulasi obat
karena tidak beracun, biokompatibel, bioaktif, dan dapat terurai secara hayati[8]. Selain CS, Polyvynil Alcohol (PVA)
dipilih dalam penelitian ini. Pemilihan PVA didasarkan pada sifat bahan tersebut yaitu tidak beracun, hidrofilik,
biokompatibel, dan dapat terurai secara hayati. Selain itu, PVA memiliki kemampuan membentuk serat saat
electrospinning[9]–[11].
Dalam rekayasa jaringan, perancah harus memiliki sifat hidrofilik untuk mendukung dan menghindari
kegagalan selama implantasi. Salah satu cara untuk meningkatkan sifat hidrofilik dari nanofiber adalah dengan
memodifikasi permukaan nanofiber menggunakan perlakuan plasma vakum. Perawatan plasma cocok untuk
modifikasi permukaan tanpa mengubah sifat material[12], [13]. Pada penelitian ini digunakan teknik plasma
dengan menembakkan oksigen pada permukaan scaffold sehingga ion plasma tereksitasi[14]. Gas oksigen dipilih
karena ion oksigen cukup reaktif pada permukaan nanofiber PVA/CS/HAp untuk menghasilkan perubahan pada
permukaannya tanpa efek samping pada struktur fisiknya.[15]. Penelitian tentang PVA/CS/HAp dengan plasma
vakum gas oksigen termodifikasi belum banyak dilaporkan. Pada penelitian ini akan dipelajari perlakuan vacuum
plasma pada nanofiber PVA/CS/HAp, khususnya pada bagian permukaan.

108
Hartatieket al., Vakum Gas Oksigen…

morfologi dan sifat hidrofilik, yang secara signifikan mempengaruhi aplikasi rekayasa jaringan
tulang.

2. Metode
2.1. Sintesis HAp
Sintesis HAp diawali dengan melarutkan Ca(OH) sebanyak-banyaknya2menjadi HNO3mendapatkan larutan
Ca(NO3).2H2O menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 400 rpm dan suhu 30°C selama 30 menit.
Diturunkan dengan Ca(NO3).2H2O larutan pada larutan (NH4)2HPO4. Setelah itu masukkan NH4OH sampai
pH larutan mencapai 9-10. Reaksi kimia untuk sintesis HAp ditunjukkan padaPersamaan 1.

0Ca10(TIDAK3)2.2H2HAI(aq)+ 6(NH4)2HPO4(aq)+ 8NH4OH(aq)→Ca10(PO4)6(OH)2(s)+ 20NH4TIDAK3(aq)+ 46H2HAI(l) (1)


Larutan diendapkan selama 12 jam. Endapan dicuci menggunakan air DI sampai pH mencapai 7-8, disaring
menggunakan kertas saring halus, kemudian disonikasi selama 30 menit. Semua sampel dikeringkan pada suhu
100 °C selama satu jam, sehingga H2O level menghilang. Sampel siap dikarakterisasi XRD untuk mengetahui
kemurnian fasa, ukuran butir kristal, dan kristalinitas. SEM EDX untuk menentukan struktur dan rasio Ca/P
sampel.

2.2. Sintesis Nanofiber PVA/CS/HAp


Larutkan HAp 8% dan 20% dalam 5 ml aquades kemudian diaduk dengan kecepatan 700 rpm dan
suhu ruang selama 30 menit. Volume 5 mL larutan polimer PVA/CS yang telah dibuat direduksi
sebanyak 0,5 mL kemudian diaduk dengan kecepatan 700 rpm pada suhu 130 °C selama 2 jam hingga
homogen. Larutan disonikasi selama 60 menit. Larutan kemudian diberi tegangan elektrospinning 12
kV dan laju alir 50 µL/menit selama 30 menit. Lakukan pengamatan awal menggunakan mikroskop
optik untuk melihat pembentukan nanofiber. Perawatan vakum plasma tekanan gas oksigen diatur ke
30 Pascal, tegangan ke 100 kV. FTIR dan SEM kemudian mengkarakterisasi komposit PVA/CS/HAp.
Gambar 1menunjukkan prosedur sintesis nanofiber PVA/CS/HAp.

2.3. Karakterisasi
Instrumen karakterisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah X-Ray Diffraction (XRD)
merek PANalytical tipe X'Pert Pro yang digunakan untuk menentukan fasa kristal, ukuran kristal,
dan parameter kisi. Karakterisasi FTIR merek Shimadzu dilakukan untuk mengetahui gugus
fungsi dan senyawa yang terkandung dalam sampel. Morfologi nanofiber PVA/CS/HAp sebelum
dan sesudah perlakuan dikarakterisasi dengan SEM merk FEI (Inspect S50). Sifat hidrofilik
nanofiber PVA/CS/HAp diukur dengan mengukur sudut kontak tetesan air sebanyak 15 µL di atas
permukaan sampel.

Gambar 1.Sintesis nanofiber PVA/CS/HAp.

109
JPSE (Jurnal Ilmu dan Teknik Fisika), Vol. 7, No. 2, 2022, Halaman 108–115.

Gambar 2.Pola XRD nanopartikel HAp.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Studi XRD Nanopartikel HAp
Gambar 2menunjukkan pola difraksi XRD dari HAp. Sintesis HAp dengan kopresipitasi selama 12 jam
menghasilkan fase Brushite. Metode sintesis yang digunakan adalah kopresipitasi dengan waktu
pengendapan 12 jam. Berdasarkan hasil XRD, karakteristik puncak Brushite terdeteksi pada sampel.
Brushite adalah mineral fosfat yang ditemukan di tulang dan gigi dengan rumus kimia CaHPO4.2H2HAI[16].
Pengaruh pH yang tidak sesuai dapat menyebabkan adanya fase brushite selama sintesis. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa mensintesis kalsium fosfat dengan pH > 7 akan menghasilkan HAp,
sedangkan pada pH < 7 dapat menghasilkan brushite.[17].
Hasil menunjukkan fase Brushite memiliki parameter kisiA=5.819 Å,B=15.1816 Å,C=6,2496 Å,α=γ
= 90°, danβ= 25,78° dengan struktur kristal monoklinik dan ruang grup I1A1 serta ukuran kristalit
39,15 nm. Selain itu, derajat kristalinitas dalam penelitian ini dihitung menggunakan Persamaan 2.

Fraksi Luas Kristal


χC= ×100% (2)
Pecahan Luas Kristal + Pecahan Luas Amorf
Perhitungan menggunakanPersamaan 2menunjukkan bahwa hasil derajat kristalinitas adalah 44,80%. Nilai
tersebut memenuhi tingkat kristalinitas yang harus dipenuhi di dalam tubuh, sekitar 40–60%. Spesifikasi standar
ISO (ISO 13779-1:2000) menyatakan bahwa untuk membuat pelapis HAp yang memiliki kekuatan mekanik yang
cukup, setidaknya harus memiliki derajat kristalinitas lebih dari 45%.

3.2. Morfologi Nanopartikel HAp


Sintesis HAp dengan metode kopresipitasi pada penelitian ini menghasilkan HAp berupa nanopartikel yang
teraglomerasi sebagian. Terjadinya aglomerasi dapat terjadi karena adanya gaya van der Waals yang
berpengaruh signifikan karena memiliki rasio luas permukaan terhadap volume yang luas. Ini menyebabkan
partikel nano menggumpal untuk mendapatkan partikel dalam keadaan stabil[18]. Analisis morfologi HAp
menggunakan SEM-EDX, seperti yang ditunjukkan padaGambar 3a. Diameter rata-rata HAp adalah 46,8 ± 11,11
nm dengan distribusi diameter 26,9–74,4 nm, porositas 77%, dan rasio Ca/P 1,49 (Gambar 3b). Rasio Ca/P HAp
adalah 1,49. Hasil ini lebih rendah dari rasio Ca/P teoritis sebesar 1,67[19], [20].

110
Hartatieket al., Vakum Gas Oksigen…

(A) (B)

Gambar 3.(a) Morfologi dan (b) distribusi diameter nanopartikel HAp.

3.3. Analisis FTIR dari Nanofiber PVA/CS/HAp


Dari hasil spektra FTIR diGambar 4, karakteristik gugus fungsi PVA, CS, dan HAp pada nanofiber
dapat dilihat, dimana gugus fungsi PVA adalah CH, CO, dan OH[21], [22]. Gugus fungsi CS adalah
NH dan CH[23], dan gugus fungsi HAp adalah OH, CO3, dan PO4[24]. Spektrum PVA primer dapat
diamati pada pita peregangan alkil CH (2908 cm-1).-1) dan pita hidroksil untuk alkohol murni yang
terjadi pada peregangan –OH yang tidak terikat (3343 cm-1). Peregangan pita serapan CO terjadi
pada bilangan gelombang 1097 cm-1-1karena kristalinitas PVA
[21], [22]. Spektrum kitosan dapat dikonfirmasi dengan adanya puncak yang menunjukkan ikatan amino
pada 1433 cm-1-1(CH bending) dan ikatan amida pada 3343 cm-1-1(NH). Kedua kelompok diperoleh dari
ikatan Ndeasetilasi pada kitin[23]–[25].
Berdasarkan hasil XRD yang menunjukkan terbentuknya fase brushite, penelitian sebelumnya melaporkan
bahwa gugus fungsi HAp dan brushite terjadi pada panjang gelombang yang sama.[26], [27]. Kehadiran dari
brushite dan HAp dalam penelitian ini dikonfirmasi oleh gugus fungsi peregangan CO2- 3(v3) pada gelombang

angka 1433 cm-1menggantikan –OH dalam kisi HAp dan CO2-(v2) pada 3 bilangan gelombang 856 cm-1
menggantikan PO4-3. Jika
kedua gugus fungsi tersebut muncul, dapat dikatakan bahwa sampel hampir sama dengan
mineral dalam tulang[28]. Pita pada bilangan gelombang 581 cm-1disebabkan oleh ikatan lentur PO-3 4ketika
pita pada bilangan gelombang 1092 cm-1disebabkan oleh peregangan ikatan PO-3 4[29].

Gambar 4.Spektrum FTIR dari nanofiber PVA/CS/HAp.

111
JPSE (Jurnal Ilmu dan Teknik Fisika), Vol. 7, No. 2, 2022, Halaman 108–115.

(A) (B)

Gambar 5.Morfologi nanofiber PVA/CS/HAp (a) sebelum perawatan, dan (b) setelah perawatan.

3.4. Morfologi Nanofiber PVA/CS/HAp


Morfologi sebelum dan sesudah perlakuan plasma vakum gas oksigen dari nanofiber PVA/CS/HAp dianalisis
menggunakan SEM. Pengolahan plasma vakum gas oksigen dilakukan untuk memodifikasi permukaan
perancah nanofiber PVA/CS/HAp. Itu bisa dilihat diGambar 5, nanofiber PVA/CS/HAp sebelum dan sesudah
perawatan plasma vakum gas oksigen, morfologi nanofiber tampak berbeda.
Morfologi permukaan nanofiber PVA/CS/HApGambar 5aterlihat lebih halus dengan diameter yang
seragam. Selanjutnya, diGambar 5b, nanofiber mengalami perubahan ukuran diameter dan morfologi
permukaan menjadi lebih kasar karena patahnya serat. Hal itu terjadi karena perlakuan plasma vakum gas
oksigen cukup reaktif pada permukaan nanofiber PVA/CS/HAp sehingga menyebabkan perubahan pada
permukaan.[15]. Dalam aplikasi medis, diameter perancah nanofiber berkisar antara 50–500 nm[30]. Pada
penelitian ini, diameter nanofiber sebelum perlakuan berada pada kisaran 83–365 nm, sedangkan setelah
perlakuan plasma vakum gas Oksigen, diameter nanofiber berada pada kisaran 105–293 nm, sehingga keduanya
berada pada kisaran 105–293 nm. rentang ukuran perancah nanofiber untuk aplikasi medis seperti rekayasa
jaringan tulang.

3.5. Sifat Hidrofilik Nanofiber PVA/CS/HAp


Sifat hidrofilik dari nanofiber dapat ditentukan dengan mengukur sudut kontak. Jika sudut
kontak < 90°, sampel dapat dikatakan memiliki sifat hidrofilik. Sebaliknya, jika > 90°, sampel
memiliki sifat hidrofobik. Penelitian ini melakukan uji sudut kontak pada nanofiber PVA/CS/HAp
sebelum dan sesudah perlakuan plasma vakum gas oksigen. Pengolahan plasma vakum gas
oksigen dilakukan selama dua periode, 2 dan 4 menit. Hasilnya disajikan diTabel 1.
Pengukuran sudut kontak menunjukkan bahwa durasi perlakuan plasma vakum gas oksigen
meningkatkan sifat hidrofilik sampel. Kekasaran permukaan sampel dapat menyebabkan
peningkatan sifat hidrofilik sampel ini. Seperti pada hasil SEM (Gambar 5), morfologi permukaan
nanofibers PVA/CS/HAp menjadi lebih kasar setelah perlakuan plasma vakum gas oksigen dilakukan.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilaporkan sebelumnya bahwa perlakuan plasma vakum dapat
meningkatkan hidrofilisitas suatu sampel karena pengaruh morfologi permukaan yang semakin
kasar.[31], [32].

Tabel 1.Nilai sudut kontak nanofiber PVA/CS/HAp.

Perlakuan Sudut kanan Sudut Kiri Rata-rata


Non-Perawatan (38,6 ± 0,0005)° (39,5 ± 0,0005)° (39,0 ± 0,0005)°
2 menit (19,8 ± 0,0005)° (19,9 ± 0,0005)° (19,8 ± 0,0005)°
4 menit (10,2 ± 0,0005)° (10,5 ± 0,0005)° (10,3 ± 0,0005)°

112
Hartatieket al., Vakum Gas Oksigen…

4. Kesimpulan
HAp berdasarkan mineral dari batugamping yang disintesis dengan metode kopresipitasi menunjukkan
fase brushite (CaHPO4.2H2O) dengan struktur kristal monoklinik memiliki ukuran kristal 39,15 nm dengan
rasio Ca/P 1,49. Pengaruh pH yang tidak sesuai dapat menyebabkan adanya fase brushite selama sintesis.
Oksigen gas vacuum plasma treatment yang dilakukan pada nanofiber PVA/CS/HAp mempengaruhi
morfologi permukaan komposit menjadi lebih kasar. Selain itu, nanofiber PVA/CS/HAp menjadi lebih
hidrofilik setelah perawatan plasma vakum gas oksigen. Sudut kontak memiliki nilai rata-rata (39,0 ±
0,0005)° sebelum perlakuan dan menurun menjadi (10,3 ± 0,0005)° setelah perlakuan plasma vakum gas
oksigen.

Pengakuan
Penelitian ini didukung dana PNBP tahun 2021 dari Universitas Negeri Malang kepada HT.

Referensi
[1] E. Sarigol-Calamak dan C. Hascicek, “Perancah jaringan sebagai sistem penghantaran obat lokal untuk
regenerasi tulang,” dalamTeknologi Pemberdayaan Mutakhir untuk Pengobatan Regeneratif, HJ
Chun, CH Park, IK Kwon, and G. Khang, Eds., Singapore: Springer Singapore, 2018, ch. 25, hlm. 475–
493, apakah:10.1007/978-981-13-0950-2_25.
[2] MV Shaik dan S. Gangapatnam, “Persiapan dan karakterisasi in vitro perancah hidroksiapatit untuk
rekayasa jaringan tulang menggunakan sel Mesenkimal sumsum tulang,”Sains. Spektr., vol. 1, tidak.
4, hlm. 439–444, Oktober 2016.
[3] S.Naahidiet al., "Biokompatibilitas perancah berbasis hidrogel untuk aplikasi rekayasa
jaringan,"Bioteknologi. Lanjut, vol. 35, tidak. 5, hlm. 530–544, Sep. 2017, doi:
10.1016/j.biotechadv.2017.05.006.
[4] S. Kargozaret al., “Nanopartikel hidroksiapatit untuk terapi kanker yang lebih baik,”J.Fungsi.
Biomater., vol. 13, tidak. 3, hal. 100, Juli 2022, doi:10.3390/jfb13030100.
[5] P. Hui, SL Meena, G. Singh, RD Agarawal, dan S. Prakash, “Sintesis bubuk biokeramik hidroksiapatit
dengan metode hidrotermal,”J.Miner. Mater. Karakter. Eng., vol. 9, tidak. 8, hlm. 683– 692,
Agustus 2010, doi:10.4236/jmmce.2010.98049.
[6] P. Kamalanathanet al., “Sintesis dan sintering hidroksiapatit yang berasal dari cangkang telur
sebagai prekursor kalsium,”Seram. Int., vol. 40, tidak. 10, hlm. 16349–16359, Des. 2014, doi:
10.1016/j.cermint.2014.07.074.
[7] A. Farooqet al., “Sintesis perancah nanokomposit elektrospun biodegradable baru yang dimuat
piroksikam untuk regenerasi periodontal,”Mater. Sains. Eng.: C, vol. 56, hlm. 104–113, November
2015, doi:10.1016/j.msec.2015.06.006.
[8] H. Yang, S. Masse, H. Zhang, C. Hélary, L. Li, dan T. Coradin, “Reaktivitas permukaan lapisan nano
hidroksiapatit yang diendapkan pada bola magnet oksida besi terhadap logam beracun,”J.
Antarmuka Koloid Sci., vol. 417, hlm. 1–8, Maret 2014, doi:10.1016/j.jcis.2013.11.031.
[9] CP Dhanalakshmi, L. Vijayalakshmi, dan V. Narayanan, “Sintesis dan karakterisasi awal
nanokomposit polietilen glikol (PEG)/hidroksiapatit (HAp) untuk aplikasi biomedis,”Int.
J.Fis. Sains., vol. 7, tidak. 13, hlm. 2093–2101, Maret 2012, doi:
10.5897/IJPS11.1495.
[10] F. Mohandes dan MJRA Salavati-Niasari, “Sintesis pengeringan beku, karakterisasi dan bioaktivitas
in vitro kitosan/graphene oksida/nanokomposit hidroksiapatit,”RSC Adv., vol. 4, tidak. 49, hlm.
25993–26001, Mei 2014, doi:10.1039/C4RA03534H.
[11] G. Sargazi, D. Afzali, A. Mostafavi, dan SY Ebrahimipour, “Sintesis nanofiber komposit biodegradable
CS/PVA sebagai bahan mikropori dengan prosedur yang dapat dikontrol dengan baik melalui
electrospinning,”J. Polim. Mengepung., vol. 26, tidak. 5, hlm. 1804–1817, Mei 2018, doi:
10.1007/s10924-017-1080-8.
[12] S. Franz, S. Rammelt, D. Scharnweber, dan JC Simon, “Tanggapan kekebalan terhadap implan–
peninjauan implikasi untuk desain biomaterial imunomodulator,”Biomater., vol. 32, tidak. 28, hlm.
6692–6709, Oktober 2011, doi:10.1016/j.biomaterials.2011.05.078.
[13] CR Arciola, D. Campoccia, dan L. Montanaro, “Infeksi implan: adhesi, pembentukan biofilm, dan
penghindaran kekebalan,”Pendeta Alam Mikrobiol., vol. 16, tidak. 7, hlm. 397–409, Juli 2018, doi:
10.1038/s41579-018-0019-y.

113
JPSE (Jurnal Ilmu dan Teknik Fisika), Vol. 7, No. 2, 2022, Halaman 108–115.

[14] HC Barshilia dan N. Gupta, “Permukaan polytetrafluoroethylene superhidrofobik dengan tonjolan


mikro seperti daun melalui proses etsa plasma Ar+ O2,”Kekosongan, vol. 99, hlm. 42–48, Jan. 2014,
doi:10.1016/j.vakum.2013.04.020.
[15] P.Daset al., "Modifikasi permukaan serat nano PVA/kitosan elektrospun oleh plasma
pelepasan penghalang dielektrik pada tekanan atmosfer dan mempelajari sifat mekanik
dan biokompatibilitasnya,"Int. J.Biol. Makromol., vol. 114, hlm. 1026–1032, Juli 2018, doi:
10.1016/j.ijbiomac.2018.03.115.
[16] C. Drouet, “Formasi apatit: Mengapa mungkin tidak berjalan sesuai rencana, dan bagaimana mengidentifikasi
senyawa apatit secara meyakinkan,”Bioma. Res. Int., vol. 2013, hal. 490946, doi:10.1155/2013/490946.
[17] A. Nur, A. Rahmawati, NI Ilmi, S. Affandi, dan A. Widjaja, “Sintesis elektrokimia hidroksiapatit berukuran
nano dengan metode arus searah berdenyut,” dalamKonferensi AIP. Proses, vol. 1586, no. 1, Feb.
2014, hlm. 86–91, doi:10.1063/1.4866736.
[18] A. Tiwari dan M. Bose, “Analisis morfologi aglomerat nanopartikel dihasilkan menggunakan
simulasi DEM,”Bagian. Sains. Technol., vol. 40, tidak. 3, hlm. 373–381, 2022, doi:
10.1080/02726351.2021.1973162.
[19] FY Syafaat dan Y. Yusuf, “Pengaruh konsentrasi Ca/P terhadap hidroksiapatit (HAp) dari cangkang
kerang bulan Asia (Amusium pleuronectes),”Int. J. nanoelektron. Mater., vol. 12, tidak. 3, hlm.
357–362, Juli 2019.
[20] Y. Su, K. Li, X. Zhu, C. Wang, dan Y. Zhang, “Metode gelombang mikro-hidrotermal pasca perawatan
lapisan Ca-P yang disemprotkan,”Seram. Int., vol. 45, tidak. 1, hlm. 874–884, Jan. 2019, doi:
10.1016/j.cermint.2018.09.258.
[21] EFD Reiset al., "Sintesis dan karakterisasi poli (vinil alkohol) hidrogel dan hibrida untuk
adsorpsi protein rMPB70,"Mater. Res., vol. 9, hlm. 185–191, Juni 2006, doi:
10.1590/S1516-14392006000200014.
[22] A. Vashist, A. Vashist, YK Gupta, dan S. Ahmad, “Kemajuan terbaru dalam sistem penghantaran obat
berbasis hidrogel untuk tubuh manusia,”J.Mater. kimia B, vol. 2, tidak. 2, hlm. 147–166, Jan. 2014, doi:
10.1039/C3TB21016B.
[23] AG Sánchezet al., "Nanokomposit kitosan-hidroksiapatit: Efek lapisan antarmuka pada sifat
mekanik dan dielektrik,"Mater. kimia Fisika., vol. 217, hlm. 151–159, September 2018, doi:
10.1016/j.matchchemphys.2018.06.062.
[24] L. Berzina-Cimdina dan N. Borodajenko, “Penelitian kalsium fosfat menggunakan spektroskopi
inframerah transformasi Fourier,” dalamSpektroskopi Inframerah: Ilmu Material, Teknik Dan
Teknologi, T. Theopanides, Ed., Reijeka, Kroasia: InTech, 2012, ch. 6, hlm. 123–148.
[25] M. Ebrahimi, MG Botelho, dan SV Dorozhkin, “Biphasic calcium phosphates bioceramics (HA/
TCP): Konsep, sifat fisikokimia dan dampak standardisasi protokol studi dalam penelitian
biomaterial,”Mater. Sains. Eng.: C, vol. 71, hlm. 1293–1312, Februari 2017, doi:
10.1016/j.msec.2016.11.039.
[26] RR Kumar dan M. Wang, “Pertumbuhan kristal brushite dalam gel natrium silikat dan
karakterisasinya,”Kunci Eng. Mater., vol. 192–195, hlm. 19–22, Juli 2001, doi:
10.4028/www.scientific.net/KEM.192-195.19.
[27] VB Suryawanshi dan RT Chaudhari, “Studi spektroskopi dari kristal dihidrat kalsium hidrogen fosfat dihidrat
yang ditumbuhkan dengan seng,” dalamKonferensi AIP. Proses, vol. 1953, tidak. 1 Mei 2018, hal. 070025,
doi:10.1063/1.5032803.
[28] N. Bano, SS Jikan, H. Basri, S. Adzila, dan N. Shuaib, “Pembuatan dan karakterisasi
hidroksiapatit nanokristalin yang diekstrak dari tulang sapi pada suhu kalsinasi yang
berbeda,”Int. J.Integr. Eng., vol. 11, tidak. 6, hlm. 38–44, September 2019, doi:
10.30880/ijie.2019.11.06.005.
[29] Hartatiek, Yudyanto, SD Ratnasari, RY Windari, dan N. Hidayat, “Solid state reaction synthesis of
Si-HA as potential biomedical material: An ikhtiar to enhance the added value of Indonesian
mineral resources,” inKonferensi TIO Ser.: Ibu. Sains. Eng., vol. 202, tidak. 1 Mei 2017, hal.
012021, doi:10.1088/1757-899X/202/1/012021.
[30] I. Garcia-Orueet al., “Pembalut berserat nano baru yang mengandung rhEGF dan Aloe vera untuk
aplikasi penyembuhan luka,”Int. J. Farmasi., vol. 523, tidak. 2, hlm. 556–566, Mei 2017, doi:
10.1016/j.ijpharm.2016.11.006.

114
Hartatieket al., Vakum Gas Oksigen…

[31] K. Terpiłowski, AE Wiącek, dan M. Jurak, “Pengaruh perlakuan plasma nitrogen pada keterbasahan
polietereterketon dan lapisan kitosan yang diendapkan,”Lanjut Polim. Technol., vol. 37, tidak. 6, hlm.
1557–1569, Oktober 2018, doi:10.1002/adv.21813.
[32] P. Sundriyal, M. Pandey, dan S. Bhattacharya, “Perubahan permukaan dengan bantuan plasma dari polimer
industri untuk ikatan perekat yang lebih baik,”Int. J. Adhes. Adhes., vol. 101, hal. 102626, Sep. 2020, doi:
10.1016/j.ijadhadh.2020.102626.

115

Anda mungkin juga menyukai