Sebagai contoh
Mc.Namara et all. Mepersiapkan Ko-kristal dengan kelarutan rendah untuk dikembangkan sebagai
kandidat nyeri neuropati, 2-[4-(4-chloro-2-fluorophenoxy)phenyl]pyrimidine-4-carboxamide (I) dengan
asam glutarat, dan dievaluasi sifat fisikokimia dan bioavailabilitasnya. Ko-kristal stabil pada 40 0C / RH
75% dan 600C selama 2 bulan. Sebagai tambahan, kelarutan pada air yang tinggi dari asam glutarat
berkontribusi 18 kali lipat meningkatkan laju disolusi ko-krista dalam air. Berdasarkan studi
bioavailabilitas dari beagle dog mengkonfirmasi nilai area dibawah kurva (AUC) dari kedua dosis rendah
(5 mg/kg) dan dosis tinggi (50 mg/kg) untuk ko-kristal jauh lebih tinggi dibandingkan untuk I. Pada studi
lain, Childs et al. Ko-kristal disiapkan dengan melibatka danazol dan vanilin, dan dibandingkan data
disolusi dan bioavailabilitasnya dengan formula ko-kristalnya. Hal ini menunjukan bahwa suspensi ko-
kristal yang mengandung 1% vitamin E-TPGS dan 2% Klucer LR Pharm hydroxycellulose (HPC)
meningkatkan bioavailabilitas ko-kristal lebih dari 10 kali lipat dibandingkan dengan polimorf danazol.
Disamping itu, ko-kristal murni hanya menunjukan peningkatan 1,7 kali dalam bioavailabilitasnya
(Gambar 1.10) [44]. Demikian pula, bioavailabilitas dari bahan aktif farmasi seperti metaxalon,
karbamazepin, meloxikam, baikalein, sildenafil, danazol dan flavonoid quercetin telah ditingkatkan oleh
ko-kristalisasi dengan ko-former yang dapat diterima secara farmasi.
Gambar. 1.10: Data disolusi in vitro dan in vivo konsentrasi plasma dari ko- kristal danazol dan polimorf,
ditunjukan untuk, suspensi yang tidak diformulasi (a) mengandung 0,5% PVP K-25 sebagai bahan pensuspensi dan
suspensi yang diformulasikan (b) mengandung 1% TPGS dan 2% HPC. Direproduksi dengan izin referesnsi [44].
Permeabilitas dalam menembus membran biologi merupakan faktor kunci yang menentukan
profil absorbsi dan distribusi obat. Fluks atau jumlah obat yang diangkut per satuan waktu dan
per satuan area membran merupakan fungsi dari permeabilitas obat. Absorbsi obat maksimum
terjadi ketika obat telah mencapai permeabilitas maksimum dan konsentrasi maksimum pada
tempat absorbsi. Pengujian permeabilitas membran buatan paralel dan sel Caco-2 yang paling
sering digunakan model in vivo untuk menilai permeabilitas saluran cerna. Kehadiran ko-former
bersama dengan bahan aktif farmasi induk dalam ko-kristal mengarah pada perubahan polaritas
yang relevan terhadap entitas kimia sehingga mempengaruhi permeabilitas obat. Aplikasi ko-
kristal dalam memodulasi permeabilitas obat telah dilaporkan baru-baru ini. Sebagai contoh,
Desiraju dan rekan kerjanya menunjukan peningkatan permeabilitas pada BCS kelas II, obat
diuretik, hidroklortiazid (HCT), [45]. Lima ko-kristal dengan ko-former yang dapat diterima
farmasi, yaitu resorcinol (RES), 4-asam amino benzoat (PABA), asam nikotinat (NIC),
nikotinamid (NCT), suksinimid (SAM), disiapkan dan dipelajari kelarutan dan difusi /
permeabilitas. Ditemukan bahwa sebagian besar ko-kristal menunjukan peningkatan kelarutan
dan fluks/permeabilitas. Ko-kristalisasi memberikan dampak pada sifat farmakokinetik yang
diwakilkan oleh kelarutan dan permeabilitas dari obat HCT. Seperti yang dilihat pada gambar
1.11, ko-kristal HCT-PABA menunjukan kelarutan-permeabilitas yang tinggi dari produk diikuti
oleh ko-kristal HCT-NIC. Peningkatan permeabilitas dari ko-kristal yang dikaitkan pembentukan
sulfonamid- amida heterosynthon antara BAF (bahan aktif farmasi) dan ko-former. Secara jelas,
BAF induk dalam polimorf membentuk sulfonamid-sulfonamid homosynthon.
Gambar. 1.11: Kelarutan dan permeabilitas saling mempengaruhi dalam ko-kristal dari HCT (kiri) dan produk dari
kelarutan dan permeabilitas dalam HCT dan ko-kristal (kanan). Direproduksi dengan izin dari referensi. [45].
Strategi kristalisasi yang serupa telah dibuktikan untuk memodulasi permeabilitas membran dari
obat anti neoplastik, 5-fluorourasil (5FU) [46]. (5FU) merupakan obat BCS kelas III yang
menunjukan kelarutan yang baik pada air tapi memiliki permeabilitas yang buruk. Pendekatan
seperti prodrug dan enhancer kimia telah dievaluasi untuk meningkatkan permeabilitas dari 5FU
dengan tingkat kesuksesan yang berbeda. Chen dan rekan kerja lainnya mempersiapkan 3 novel
ko-kristal dari 5fu dengan ko-former 3-asam hidroksibenzoat, PABA dan asam sinamat. Studi
permeabilitas menggunakan sel difusi franz dengan membran silikon mengungkapkan bahwa
jumlah kumulatif obat yang meresap per unit area (Qn) vs waktu menunjukan difusi obat melalui
membran linier dan Ko-kristal menunjukan laju penetrasi yang lebih besar dibandingkan obat
murni (Gambar 1.12). hal tersebut ditemukan dalam kondisi percobaan yang sama. Campuran
fisik dari 5FU dengan 3-asam hidroksibenzoat dan dengan asam sinamat memperlihatkan jumlah
kumulatif yang meresap per satuan area untuk 5FU murni, sedangkan campuran fisik dari 5FU
dan PABA menunjukan difusi yang lebih buruk. Permeabilitas 5FU lebih baik / meningkat ketika
terdapat dalam ko-kristal dibandingkan campuran fisik yang rasional berdasarkan struktur kristal
dari ko-kristal dan efisiensi pengepakannya. Ketiga ko-kristal mirip dengan struktur kristalnya
dimana interaksi intermolekul obat – obat dalam induk 5FU diganti oleh interaksi obat – ko-
former dalam ko-kristal dengan densitas dari ketiga ko-kristal lebih rendah dari induk 5FU.
Sebagai tambahan untuk studi kasus yang digambarkan diatas, ko-kristal untuk obat
bronkodilator, teofilin, dengan isomer asam aminobesnzoat [47], obat anti HIV, asiklovir,
dengan asam dikarboksil [48] dan obat antiinflamasi nonsteroid, indometasin, dengan 2-hidroksi-
4-metilpiridin, 2-metoksi-5-nitroanilin dan sakarin telah ditampilkan untuk memodulasi
permeabilitas dari obat induk.
Transformasi biokimia dari androgafolid secara in vivo, agen bioaktif diterpenoid lakton yang
digunakan sebagai obat tradisional di cina, india, negara – negara asia selatan untuk
diaplikasikan sebagai anti-virus, anti-inflamasi, anti-kanker, dan anti-malaria, bioavailabilitas
(2,67%) dan kelarutan dalam air (46 mg L-1) [51]. Larutan untuk menurunkan efikasi
andrografolid karena biotransformasi menjadi turunan sulfat akan meningkatkan kegunaan
andrografolid dalam pengobatan. Berdasarkan gugus hidroksil yang terdapat dalam
andrografolid, Nangia dan rekan kerjanya memilih molekul yang mengandung gugus fungsi
C=O, COOH dan OH untuk skrining ko-kristal yang berpotensi membentuk ikatan hidrogen O-
H-O dalam ko-kristal [52]. Total lima ko-kristal dengan bahan kimia GRAS yang ditemukan dan
dikarakterisasi secara struktural. Telah dikembangkan Metode sintesis in vitro dengan kondisi
biotransformasi yang mirip secara in vivo. Pada metode ini, andrografolid dan ko-kristal menjadi
sasaran HSO3- (kehadiran HSO4- dan kelebihan jumlah Na2SO4 ) untuk menghasilkan produk
yang tersulfasi oleh serangan nukleofilik dari ion HSO3- pada posisi β dari gugus lakton , β
andrografolid tak jenuh (Gambar 1.14). Reaksi dianalisis dengan spektroskopi 1H dan 13C NMR.
Sementara andrografolid dan sebagian besar ko-kristal berubah menjadi metabolit, tidak
ditemukan transformasi pada ko-kristal dengan asam salisilat. Secara alami asam dari salisilat
bertujuan untuk memberikan efek penghambatan pada transformasi kimia dari andrografolid.
Asam karboksilat dari asam salisilat dalam ko-kristal dapat mentitrasi HSO 3- menjadi H2SO3 dan
natrium salisilat, yang berhenti/menghambat reaksi adisi selanjutnya. Ko-kristal juga
menunjukan peningkatan laju disousi menjadi tiga kali lebih cepat dan pelepasan obat 2 kali
lebih tinggi dibandingkan andrografolid murni.
Gambar. 1.14: Mekanisme penghambatan reaksi dari ko-kristal andrografolid-asam salisilat. Metabolit sulfonat
tidak terbentuk, karena andrografolid stabil dengan adanya asam salisilat karena dapat mentitrasi HSO3-.
Paparan cahaya dapat menginduksi perubahan produk obat dan mempengaruhi efikasi produk
obat. Kebanyakan BAF berwarna putih, artinya tidak dapat menyerap cahaya pada area visible.
Tetapi dapat menyerap di wilayah UV berdasarkan struktur kimianya. Adanya residu aromatik
dan ikatan rangkap konjugasi yang mengandung N, S, atau O dalam struktur dikaitkan dengan
kemampuan molekul untuk menyerap cahaya. Beberapa obat yang peka terhadap cahaya secara
cepat akan berubah warna karena degradasi dari produk yang terbentuk. Oleh karena itu,
pengetahuan mengenai sifat fotokimia dan fotofisika dari BAF sangat penting dalam hal
penanganan, pengemasan, dan pelabelan zat obat dan produk obat. Sejumlah BAF diketahui
tidak stabil terhadap cahaya. Sebagai contohnya, BAF seperti klorpromazin, karbamazepin,
temozolamid, furosemid, nefidipine dan nitrofurantoin mengalami degradasi setelah penyinaran
oleh cahaya. Ko-kristalisasi dengan ko-former yang tepat merupakan salah satu upaya yang
dilakukan untuk mengatasi masalah foto-stabilitas dari BAF. Sebagai contoh, Vangala dan
lainya. Menunjukan ko-kristal dari obat anti-bakteri, nitrofurantoin (NF), membantu menghindari
degradasi dari NF dibawah penyinaran UV [53]. Peningkatan foto-stabiltas (Gambar 1.15) dari
ko-kristal menunjukan pembatasan foto-isomerasi dan pencegahan langsung terjadinya kejadian
foton untuk C=N dari NF pada semua ko-kristal, NF membentuk ikatan hidrogen synthon
dengan ko-former dan interaksi antar molekul yang kuat sehingga menghambat terjadinya foto-
isomerisasi.
Gambar. 1.16: stabilitas fisik dan perbandingan warna dari TMZ murni (panel atas) dan TMZ-SA ko-kristal (panel
bawah) dibawah kondisi dipercepat ICH dari 40 0C dan 75% RH. TMZ murni menunjukan penggelapan warna dari
pink/ coklat terang menjadi coklat gelap selama 7 minggu pengujian, sedangkan obat ko-kristal dimurnikan menjadi
warna putih dalam waktu yang lama, yaitu 28 minggu (kiri). Amida-asam heterosynthon dari N H - - -O dan
ikatan hidrogen O H- - -O dalam ko-kristal TMZ-asam suksinat ( (2:1) (kanan).
Gambar. 1.17: hasil tablet dari percobaan kompresi melibatkan bentuk I PCT dan keempat ko-kristal. Perhatikan
bentuknya yang buruk dan tablet terkelupas (chipping) dari bentuk I PCT.
Sifat mekanik yang lebih detail dari molekul kristal dapat disimpulkan oleh identasi nano, teknik
yang digunakan untuk mengekstrak modulus elastis (E) dan kekerasan (H) dari pengukuran
pemindahan beban bahan. E dan H adalah ukuran dari resistensi bahan terhadap elastisiatas dan
deformasi plastik. Nilai tinggi E dan H berarti bahan resisten terhadap deformasi dan
menyebabkan rapuh. Desiraju dan rekan lainnya telah mempelajari tentang sifat mekanika dari
obat antifungal, voriconazole (VOR) dengan identasi nano [56]. Obat tersebut berada dalam
bentuk murninya terlalu halus untuk dijadikan tablet dan dibentuk padatan atau tablet. Beberapa
garam dan ko-kristal disiapkan dan dianalisis untuk peralatan mekanis. Semakin kuat ikatan ion
dan kurangnya daya alir pada garamnya, membuat nya semakin keras dibandingkan VOR.
Sebaliknya, semakin besar daya alirnya dan sedikitnya ikatan, membuat ko-kristal tersebut lebih
halus dibandingkan VOR. Kekerasan yang berlebih dari garam ionik dibandingkan dengan VOR
sehingga lebih mudah dalam penangananya dan lebih baik untuk dibuat tablet, membuatnya
semakin sesuai untuk dikembangkan sebagai formulasi VOR yang baru.
Gambar. 1.18: Kurva p-h mewakili perolehan dari VOR dan garamnya (kiri) dan ko-kristal (kanan). Respon p-h
yang diperoleh kristal VOR halus, menunjukan deformasi plasitik yang homogen. Sebaliknya, semua garam
menunjukan perpindahan diskrit, yang disebut sebagai ‘pop in’ menunjukan hasil yang signifikan dari identasi yang
telah diamati. Diproduksi kembali dari referesni [56].
Gambar.1.19: komponen molekular dari energik-energik ko-kristal, TNT dan CL-20, bentuk ko-
kristal prisma, dan interaksi antara TNT dan CL-20.
1.6 Kesimpulan
Dalam bidang farmasi ko-kristal, telah memiliki kemajuan yang signifikan hanya dalam
beberapa dekade. Beberapa kasus studi telah menjadi sorotan ada nya peranan penting model ko-
kristal dalam merekayasa sifat obat. Rekayasa kristal berperan penting untuk mendesain ko-
kristal yang digunakan untuk melengkapi data kristalografi yang ada pada CSD. ko-kristal
mengatasi berbagai masalah dalam pengembangan obat yang terkait dengan sifat fisikokimia
bahan aktif. Kelarutan, stabilitas, permeabilitas, mekanik, sifat farmakokinetik dan yang lainnya
dapat diatur sedemikian rupa dengan pendekatan ko-kristalisasi. Panduan US-FDA dan EMA
tentang peraturan klasifikasi ko-kristal telah memvalidasi pendekatan secara ko-kristalisasi
untuk memodifikasi bahan aktif farmasi. Selain ko-kristal yang baru saja disetujui, Entresto,
obat yang digunakan sebagai penanganan gagal jantung, banyak ko-kristal lain yang telah
menunjukkan hasil yang menjanjikan pada fase klinis dan diharapkan mempunyai tempat serta
nilai jual ketika sudah dipasarkan kedepannya. Perkembangan hal tersebut telah mendorong
untuk mengembangkan ko-kristal dan juga menempatkan farmasi ko-kristal sebagai salah satu
yang mampu bersaing di samping garam-garam lainnya untuk mengatasi masalah formulasi
dalam pengembangan obat.
2.1 Pendahuluan
Fluoroquinolon sebagai salah satu obat antiobiotik yang memiliki spektrum luas banyak
digunakan sebagai pengobatan terhadap beberapa bakteri dan juga sebagai obat anti inflamasi.
Ciprofloxacin, norfloxacin, dan enrofloxacin (gambar 2.1) merupakan generasi kedua dari obat
fluoroquinolon dan menunjukkan potensi aktivitas terhadap bakteri gram positif dan negatif.
Dipatenkan oleh Bayer A.G, obat ciprofloxacin dan norfloxacin merupakan golongan
Fluoroquinolon yang pertama kali disetujui dan digunakan sebagai pengobatan klinis di amerika.
Obat tersebut memiliki efek penyembuh yang tinggi dalam peginfeksian oleh bakteri pada bagian
saluran pernapasan bagian bawah serta jaringan kulit. Mekanisme molekular kerjanya yaitu
dengan cara menginhibisi pembelahan sel bakteri dengan bekerja pada bagian topoisoimerase II
(DNA gyrase) dan topoisomerase IV kompleks, yang mana akan mengganggu replikasi DNA,
transkripsi, memperbaiki sendiri, dan rekombinasi dari bakteri.
Gambar.2.1: formula struktural dari obat menjadi kunci bahasan pada bab ini.
Meskipun aktivitas biologi secara in vivo nya kuat, fluoroquinolon memiliki kelarutan yang
buruk pada pH netral dan juga permeabilitas yang buruk dalam menembus membran. Hal
tersebutlah yang membuat obat tersebut masuk kedalam kelas IV dari BCS (Biopharmaceutics
Classification System). Oleh karena itu, ini merupakan tantangan dalam mengembangkan obat
serta desain formulasinya. Tetapi, sudah diterima secara luas bahwa formulasi BCS kelas IV
hampir sama seperti BCS kelas II (peningkatan kelarutan dan disolusinya) dan perlakuan BCS
kelas II bisa dilakukan untuk BCS kelas IV. Salah satu strategi yang paling umum untuk
meningkatkan kelarutan dan/atau meningkatkan rata-rata disolusi dari obat tersebut yaitu dengan
membentuknya menjadi bentuk garamnya karena dapat mempermudah ionisasi dalam air
dibandingkan dalam bentuk netral atau zwitterinoiknya. Memang benar, banyak obat
Fluoroquinolon yang ada pada pasaran dalam bentuk garam hidroklorat. Tetapi, terdapat
kekurangan jika menggunakan klorat sebagai garam, beberapa contohnya yaitu meningkatkan
kadar keasaman ketika membuat formulasi parenteral, membuat peralatan yang digunakan pada
industri mengalami efek korosi lebih cepat, mengurangi kelarutan ketika berada di perut
(pencernaan) dikarenakan efek ion yang sama pada perut (pencernaan) dan lain-lain. Untuk
mengatasi masalah tersebut, maka digunakan lah alternatif bentuk multi-komponen kristalin dari
Fluoroquinolon dengan berbagai ion organik yang bisa digunakan dalam farmasi dan telah diuji
selama beberapa tahun terakhir. Sebagai contoh, seperti ciprofloxacin dan garam norfloxacin
dengan sitrat, tartar, malonat, asam benzoat, sakarin, asam suksinat, diflunisal dan indoprofen
telah disiapkan dan dikarakterisasi. Telah dilaporkan juga bahwa pembentukan garam
mempengaruhi koefisien partisi oktanol-air dari ciprofloxacin dan norfloxacin, hal ini
memungkinkan terjadinya perubahan sifat farmakologis yang relevan dari obat dengan adanya
perubahan counter-ion secara sistematis. Garam molekular yang diperoleh yaitu norfloxacin
dengan asam adipat, mukosa asam, isomer hidroksil dari asam benzoat, napthalen-1,5-asam
disulfonat dan naphtalene-2-asam sulfonat. Sayangnya, sifat-sifat pada garam enrofloxacin / ko-
kristalnya terlihat tidak menjanjikan seperti yang digunakan pada CIP dan NOR. Studi yang
dilakukan oleh Karanam et al. seharusnya disebutkan pada konteks ini karena itu menjelaskan
secara luas tentang skrining dari garam / ko-kristal dengan asam dikarboksilat, turunan asam
benzoat dan lainnya. Dijelaskan juga struktur kristal dari empat garam baru dari enrofloxacin
dengan asam maleat, fumarat, suksinat dan oksalat dan studi sifat termokimia.
Tujuan dari pekerjaan ini adalah meringkas dan menganalisis literatur data kristalografi dari
ciprofloxacin, norfloxacin, dan enrofloxacin dengan asam dikarboksilat. Selain itu, upaya untuk
mensistemasi data termokimia (titik lebur dari masing-masing komponen (bahan) dan dari garam
/ ko-kristalnya) telah dilakukan untuk memprediksi desain dari dua komponen kristal molekul
obat. Pada akhir pekerjaan, dibuatlah perbandingan antara titik kelarutan dari berbagai macam
padatan Fluoroquinolon.