ZULFITRI
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Pada dasarnya serangkaian proses di dalam IPAM utamanya adalah
untuk menurunkan kadar kekeruhan air baku. Proses koagulasi-flokulasi
diperlukan sebagai tahap awal dalam menurunkan kekeruhan air baku.
Dimana zat padat yang terdapat di dalam air berukuran sangat kecil dan
tidak dapat mengendap dengan cepat, sehingga diperlukan suatu zat
pembantu untuk memperbesar ukurannya agar dapat mengendap dengan
cepat.
Untuk mengatasi kesulitan bilamana kualitas air baku tidak baik,
maka proses koagulasi dilakukan dengan menggunakan bantuan bahan
kimia. Supaya proses berjalan dengan efektif, maka perlu dilakukan yang
diantaranya adalah tahap preklorinasi dan Jar test.
Jar test adalah suatu metode untuk mengevaluasi proses-proses
koagulasi-flokulasi. Apabila percobaan dilakukan secara tepat, maka
informasi yang diperoleh akan berguna untuk membantu operator instalasi
dalam mengoptimalkan proses-proses koagulasi-flokulasi dan penjernihan,
serta bagi para ahli teknik ( engineer ) dalam merancang bangunan IPA
yang baru atau memperbaiki instalasi yang ada.
Jar test akan memberikan data mengenai kondisi optimum untuk
parameter-parameter proses, seperti :
Dosis koagulan dan koagulan pembantu.
pH.
Metode pembubuhan bahan kimia :
o Pada atau di bawah permukaan air.
o Pembubuhan beberapa bahan kimia secara bersamaan atau
berurutan.
o Lokasi pembubuhan relatif terhadap peralatan pengadukan, dll.
Kepekatan larutan kimia.
Waktu dan intensitas pengadukan cepat dan pengadukan lambat.
1
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
Waktu penjernihan.
Terpisah dari parameter-parameter di atas, yang juga harus
dimonitor adalah :
Temperatur air di dalam beaker glass.
Kekeruhan, warna, alkalinitas air baku dan air yang telah diolah.
Metode pengeluaran air sample.
Peralatan percobaan laboratorium dan prosedur analisa laboratorium.
2
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
2. DASAR TEORI
2.1 Koagulasi-flokulasi
Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dengan penambahan
koagulan melalui pengadukan cepat hingga terbentuk mikroflok.
Sedangkan flokulasi adalah proses pengadukan lambat untuk memberi
waktu mikroflok bertumbukan dan bersatu membentuk makroflok.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi proses koagulasi-
flokulasi, antara lain :
Zat Anorganik; akan mempengaruhi proses flokulasi dengan
koagulan-flokulan, sebab secara kimiawi akan membentuk senyawa
sebagai endapan hidroksida misalnya ion fosfat, sulfat, kalsium, dan
magnesium. Dengan demikian jangkauan pH optimum untuk
pengendapan hidroksida metal secara kimiawi diperluas. Selain itu
secara langsung dipengaruhi oleh konsentrasi CO 2 atau kapasitas dapar
/ buffer karena berpengaruh terhadap pH sebelum dan sesudah
koagulasi, jika tidak dilakukan penetapan pH dengan asam atau basa
untuk proses stabilisasi.
Zat Organik; alami terlarut atau sintetis yang terkandung di dalam air
yang akan diolah sangat mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi,
selain adsorpsi di atas permukaan zat padat yang menyebabkan efek
stabilitas, juga terjadi pembentukan molekul kompleks dengan zat
koagulan-flokulan yang menurunkan efisiensi koagulan-flokulan
menyebabkan kebutuhan koagulan-flokulan menjadi lebih besar.
pH; jenis koagulan memiliki range pH optimum tertentu dan pada pH
lebih besar dari 7,8 ion aluminat Al(OH)4 yang terbentuk bermuatan
negatif dan larut dalam air, selama koagulasi pengaruh pH air terhadap
ion H+ dan OH- adalah sangat penting dalam menentukan muatan hasil
hidrolisa. Komposisi air juga penting karena ion divalen seperti SO 42-
3
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
dan HPO42- dapat diganti dengan ion-ion OH- dalam kompleks, oleh
karena itu dapat berpengaruh terhadap sifat-sifat endapan.
2.2 Koagulan
Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan
negatif partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positif
yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan negatif partikel, dalam
pengolahan air sering dipakai garam dari aluminium ( Al3+ ) atau garam
dari besi ( Fe2+ dan Fe 3+ ).
Jenis-jenis koagulan yang umumnya sudah dikenal dan digunakan :
REAKSI
pH
NAMA FORMULA BENTUK DENGAN
OPTIMUM
AIR
Aluminium Sulfat /
Al2(SO4)3.x H2O Bongkah
Alum Sulfat / Alum Asam 6 7,8
x = 14, 16, 18 Bubuk
/ Salum.
Sodium Aluminat NaAlO2/Na2Al2O4 Bubuk Basa 6 7,8
Polyaluminium Cairan
Aln(OH)mCl3n-m Asam 6 7,8
Chloride ( PAC ) Bubuk
Ferri Sulfat Fe2(SO4)3.9H2O Kristal halus Asam 4-9
Bongkah
Ferri Klorida FeCl2.6H2O Asam 4-9
Cairan
Ferro Sulfat FeSO4.7H2O Kristal halus Asam > 8,5
Tabel 1. Jenis-jenis koagulan.
2.3 Preklorinasi
Preklorinasi adalah tahap pertama desinfeksi yang bertujuan untuk
mempertahankan kandungan sisa klor sebesar 0,2 0.4 mg/L pada seluruh
unit pengolahan dalam suatu system ( bersamaan dengan oksidasi ).
Manfaat preklorinasi khususnya diproses koagulasi-flokulasi,
antara lain :
Mengurangi kandungan zat organik dalam air baku.
Menurunkan kadar kekeruhan air baku.
Dengan preklorinasi kerja koagulan akan lebih efektif.
4
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
DPK adalah kebutuhan klor dengan waktu kontak yang sudah pasti
( tertentu ) untuk mendapatkan sisa klor yang tersedia cukup efektif untuk
desinfeksi, DPK secara tidak langsung menyatakan oksidasi zat organik
secara lengkap.
DPK terutama digunakan dalam kasus dimana air mempunyai
kualitas yang tidak baik ( mengoksidasi Fe2+ dan Mn2+, menghilangkan
rasa, mencegah pertumbuhan bakteri dalam filter, memperpanjang waku
penyaringan dan mencegah tumbuhnya alga ).
Evaluasi :
Dengan mengulangi percobaan-percobaan dengan dosis yang
sedikit lebih tinggi dan sedikit lebih rendah dari dosis optimum yang
diperoleh dari seri percobaan awal, maka akan didapat lebih banyak data
5
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
3.1 Pengukuran pH, Temperatur, dan kekeruhan pada air sample murni
VOLUME
UKURAN JUMLAH
NO NAMA ALAT NAMA BAHAN ( mL )
( mL ) ( buah )
1 Beaker glass 100 3 Air Sample 300
2 pH Meter - 1 Aquadest ?
3 Termometer - 1
4 Turbidy Meter - 1
Tabel 2. Peralatan & Bahan
Prosedur percobaan :
a. Pengukuran pH dan Temperatur :
Siapkan alat ukur.
Masukan air sample ke dalam beaker glass hingga tanda batas.
Bilas elektroda alat ukur dengan aquadest.
Celupkan elektroda ke dalam air sample ( jangan menyentuh dasar
atau dinding beaker glass ).
Tunggu sampai penunjukan angka pada monitor stabil.
Catat hasil pengukuran pada tiap beaker glass, lalu rata-ratakan.
b. Pengukuran kekeruhan :
Kocok sample dengan sempurna, tunggu sampai tidak ada
gelembung udara.
Ambil air sample, masukan ke kuvet hingga tanda batas.
Bersihkan bagian luar kuvet dengan tissue.
Tekan ON, masukan kuvet 0 NTU lalu tekan READ, tunggu
hingga monitor menunjukan 0.
6
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
7
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
UKU
NAMA JUMLAH NAMA
NO RAN KONSENTRASI VOLUME
ALAT ( buah ) BAHAN
( mL )
Beaker
1 100 1 Air sample - 1000 mL
glass
Larutan
2 Pipet ukur 10 1 0,1 % 3 mL
kaporit
Tablet DPD
3 Pipet filler - 1 - 1 biji
No.1
4 Pengaduk - 1
5 Komparator - 1
Tabel 5. Peralatan & Bahan
Prosedur percobaan :
8
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
UKUR
NO NAMA JUMLAH NAMA VOLUME
AN KONSENTRASI
O ALAT ( buah ) BAHAN ( mL )
( mL )
Beaker Larutan
1 1000 3 0,1 % 3 x 0,01055
glass kaporit
2 Pipet tetes - 1 Air sample - 3 x 1000
Tabel 6. Peralatan & Bahan
9
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
UKUR
NAMA JUMLAH NAMA
NO AN KONSENTRASI VOLUME
ALAT ( buah ) BAHAN
( mL )
1 Pipet ukur 10 1 Na-tetraborat 0,02 N 20 mL
Aquadest bebas
2 Pipet filler - 1 - 80 mL
CO2
3 Erlenmeyer 250 2 Indikator MO - 10 tts
4 Pipet tetes - 1 Larutan H2SO4 - 50 mL
5 Klem statis - 1
6 Corong - 1
7 Buret 50 1
8 Btl.semprot 500 1
9 Gelas ukur 100 1
10 Kompor. L - 1
11 Penjepit - 1
12 Beaker glas 1000 1
Tabel 7. Peralatan & Bahan
Prosedur percobaan :
Pipet 20 mL larutan Na-tetraborat 0,02 N, masukan ke erlenmeyer.
Tambahkan 30 mL aquadest bebas CO2 dan 5 tetes indikator MO.
Titrasi dengan larutan H2SO4 sampai terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi jingga / orange .
Catat pemakaian H2SO4, masukan kedalam perhitungan.
Buat larutan pembanding untuk mempermudah TAT, sbb :
o Masukan 50 mL aquadest bebas CO2 ke dalam erlenmeyer.
o Tambahkan 5 tetes indikator MO dan 1-2 tetes larutan H2SO4.
10
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
11
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
b. Penentuan pH optimum
UKUR
NAMA JUMLAH NAMA
NO AN KONSENTRASI VOLUME
ALAT ( buah ) BAHAN
( mL )
1 Beaker glas 1000 5 Air sample - 5000 mL
2 Pipet tetes - 1 Larutan kaporit 0,1 % 5 tts
3 Pipet ukur 10 1 Larutan alum 1% 25 mL
4 Pipet filler - 1 Larutan H2SO4 0,0199 N 50 mL
5 pH Meter - 1
6 Turbidy - 1
7 Jar Tester - 1
8 Btl.semprot 500 1
9 Gelas ukur 1000 1
Tabel 10. Peralatan & Bahan
12
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
Prosedur percobaan :
Siapkan 5 buah beaker glass, ke dalam masing-masing beaker glass
masukan 1000 mL air sample.
Tambahkan 1 tetes larutan kaporit 0,1 % ke tiap beaker glass.
Letakan tiap beaker glass di bawah rotor jar tester, turunkan tiap rotor
hingga kedalaman 10 cm dari permukaan air sample.
Ke dalam masing-masing beaker glass tambahkan larutan H2SO4
masing-masing : 8, 9, 10, 11, dan 12 mL, lalu masukan 5 mL larutan
alum 1 %.
Atur kecepatan rotor pada 150 rpm untuk pengadukan cepat selama
30-60 detik, amati dan catat pertama kali flok terbentuk..
Lalu atur kecepatan rotor pada 50 rpm untuk pengadukan lambat
selama 15-20 menit. ( amati dan catat ukuran flok pada masing-masing
beaker setiap 5 menit pengadukan dengan Gambar Ukuran Flok
sebagai pembanding.
Setelah itu diamkan flok mengendap selama 20-30 menit.
Ukur pH dan kekeruhan setelah waktu pengendapan di tiap beaker
glass ( untuk masing-masing dosis koagulan ), lalu buat grafik dan
kurva antara pH Vs Kekeruhan ( posisi pH di sumbu X dan kekeruhan
di sumbu Y ).
Tentukan pH optimum, dengan cara :
o Tarik garis yang sejajar dengan sumbu X pada grafik untuk
nilai kekeruhan 2 NTU dan 5 NTU ( akan didapat 2 titik
singgung ).
o Dari masing-masing titik singgung tarik garis lurus menuju
sumbu X ( ke bawah ), sehingga akan didapat 2 nilai pH
yang menjadi batas-batas pH optimum.
13
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
AN
ALAT ( buah ) BAHAN
( mL )
Kerucut
1 1000 1 Air sample - 900 mL
Imhof
2 Pewaktu - 1 Larutan kaporit 0,1 % 1 tts
3 Beaker glas 1000 1 Larutan alum 1% 5 mL
4 Jar Tester - 1 Larutan H2SO4 0,0199 N 9mL
Tabel 11. Peralatan & Bahan
Prosedur percobaan :
Masukan air yang telah diolah ( hasik koagulasi dengan dosis koagulan
optimum dan pH optimum ) ke dalam Kerucut Imhof.
Biarkan semua flok mengendap, catat waktu total pengendapan.
Ukur volume endapan, masukan kedalam perhitungan.
4. HASIL
4.1 Data pengamatan
* Pengukuran pH, Temperatur,dan kekeruhan pada air sample murni :
Temperatur Kekeruhan
Beaker Glass pH
( oC ) ( NTU )
I 8,40 28
II 8,36 29 519
III 8,37 29
Tabel 12. Hasil praktikum 1
* Penentuan DPK :
Analisa Hasil
Sisa klor bebas ( a ) a = 0,1
Kadar klor aktif dalam kaporit ( s % ) s = 3,685
Tabel 14. Hasil praktikum 3
14
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
* Jar Test
- Penentuan dosis optimum koagulan
Data air baku :
pH : 8,377
Kekeruhan : 519 NTU
Konsentrasi alum : 1 % ( 1 mL 10 mg )
DOSIS KOAGULAN
( mg/L Al2(SO4)3 . x H2O )
PARAMETER Sample
10 20 30 40 50 +
DPK
Pertama kali flok
- - - - - -
terbentuk ( detik )
Ukuran flok dalam
A B C C C -
5 menit
Ukuran flok dalam
A B C C D -
10 menit
Ukuran flok dalam
A B C D D -
15 menit
15
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
Waktu endapan 10
- - - - - -
cm ( menit )
pH 8,34 8,33 8,32 8,29 8,27 8,35
Kekeruhan (NTU) 141 97 42,96 25,49 10,36 348
Dosis Optimum
Tabel 17. Hasil praktikum 6
- Penentuan pH optimum
Data :
Dosis alum optimum : 50 mg/L
Bahan alkali yang digunakan : H2SO4
Konsentrasi larutan : 0,0199 N
DOSIS H2SO4
( mL )
PARAMETER Sample
8 9 10 11 12 +
DPK
Pertama kali flok
- - - - - -
terbentuk ( detik )
Ukuran flok dalam
A A A A A -
5 menit
Ukuran flok dalam
B B B B B -
10 menit
Ukuran flok dalam
B B B B B -
15 menit
Waktu endapan 10
- - - - - -
cm ( menit )
pH 7,52 6,91 6,89 6,52 6,29 8,35
Kekeruhan (NTU) 17,92 17,15 23,89 22,23 34,17 348
pH Optimum
Tabel 18. Hasil praktikum 7
16
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
4.2 Perhitungan
* Pengukuran sample :
17
Kimia Air C reated by
ZULFITRI
18