Anda di halaman 1dari 35

TRANSDERMAL

Kelompok-3
Disusun Oleh
1. Himawan gus wantoro 152210101014

2. Thiara eka Agustina 152210101016

3. Zidni Hafizha 152210101019

4. Adelia Anastasya Devi 152210101050

5. Febrina Icha 152210101155


PENDAHULUAN
Sistem semi-padat memiliki penampilan yang homogen dan konsistensi lunak.
Formulasi dari semi-padat dapat dibuat topikal atau pengiriman transdermal. Transdermal
boleh digunakan untuk obat tetapi tidak untuk bahan kosmetik, karena sistem kerjanya difusi
molekul melalui lapisan kulit ke dalam sirkulasi sistemik. Dalam penelitian nanopartikel lipid
dapat meningkatkan penetrasi molekul hingga epidermis, mengurangi penyerapan sistemik,
dan memberikan stabilitas kimiawi senyawa yang peka terhadap oksidasi ringan dan hidrolisis.
sedangkan permeasi lipid transdermal nanopartikel dapat mencapai aliran darah dengan
melintasi penghalang kulit atau melewati folikel rambut.
Keuntungan SLN

– Melindungi obat terhadap situasi lingkungan yang keras


– Memberi kemudahan pada produksi skala besar menggunakan teknik homogenisasi tekanan
tinggi, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas
– Dapat diberikan melalui rute umum
– Mengangkut obat ke situs target
– Matriks lipid dapat terurai secara hayati
– Pemuatan obat yang tinggi
– peningkatan stabilitas obat
– Dapat mengendalikan pelepasan obat
– meningkatkan penetrasi obat ke dalam kulit atau target lain.
Efek nanopartikel lipid pada kulit
Pengembangan SLN

Azoles adalah satu-satunya kelas antijamur oral yang tersedia untuk perawatan penyakit
Aspergillus. Dalam sebuah penelitian pengawasan internasional tingkat prevalensi isolat A. fumigatus
yang resisten terhadap azole ditentukan menjadi 3,2%. Selain itu, telah dilaporkan bahwa prevalensi A.
fumigatus yang resisten azole di Iran telah meningkat secara luar biasa dari 3,3% menjadi 6,6%. Oleh
karena itu, merancang agen / formulasi antijamur baru. Jurnal ini meneliti mengenai nanopartikel lipid
padat atau SLN yang dimuat dalam vorikonazol novel (VRC-SLNs). Vorikonazol (VRC) digunakan sebagai
pengobatan lini pertama untuk invasif aspergillosis tersedia dalam formula oral dan intravena.
Vorikonazol adalah triazol spektrum luas generasi kedua yang menghambat enzim lanosterol 14
alphademethylase dan untuk menghambat biosintesis ergosterol dalam sel jamur.
Permasalahan

VRC diklasifikasikan sebagai obat kelas II menurut


Sistem Klasifikasi Biofarmasi (BCS). Ketersediaan hayati
obat relatif rendah, dan kelarutan dalam airnya buruk,
mengurangi laju disolusi. Untuk meningkatkan kelarutan
VRC dan mengatasi keterbatasan yang disebutkan di atas
SLN dapat digunakan. SLN adalah pembawa yang aman
dan memiliki tingkat toksisitas rendah, yang disebabkan
oleh matriksnya yang terdiri dari lipid fisiologis yang dapat
terbiodegradasi.
Hasil Penelitian

Tabel 2 menyajikan ukuran partikel, potensi zeta dari SLN yang dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran partikel semua SLN yang disiapkan dalam penelitian ini berada dalam kisaran berukuran nano. Karena VRC-SLN 4
menghasilkan ukuran partikel terkecil (286,6 nm) dan potensi zeta yang relatif baik (−15), oleh karena itu dipilih formulasi terbaik
dibandingkan dengan SLN lain. Gambar dibawah ini mewakili morfologi SLN terbaik.
Penelitian menunjukkan bahwa sistem SLN dapat digunakan untuk agen azole. Ukuran matriks lipid mempengaruhi
pelepasan obat berkelanjutan. Asam stearat dan Compritol® 888 ATO dipilih sebagai lipid padat yang paling cocok untuk
membuat SLN. Dalam penelitian ini, formulasi VRC-SLN yang efektif diperoleh. Karena surfaktan dapat mempengaruhi ukuran
nanopartikel. Potensi zeta adalah indikator utama stabilitas dispersi partikel. Jadi, partikel dengan potensial zeta tinggi [negatif
atau positif) distabilkan secara elektrik sementara partikel dengan potensial zeta rendah cenderung membeku atau mengalami
flokulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SLN yang mengandung
vorikonazol berbentuk bulat dengan diameter dan potensi zeta masing-
masing 286,6 ± 4,7 nm dan −15 ± 4,1 mV. Formulasi novel VRC ini
mengarah pada pengurangan MIC yang signifikan untuk semua
Aspergillus baik yang rentan VRC atau yang resisten VRC (P <0,05).
Konsentrasi obat MIC50 diperoleh 0,015 μg / ml untuk kedua strain yang
rentan terhadap VRC dari fumigates sementara itu 0,25 μg / ml terhadap
VRC (p <0,05). Strain yang tahan VRC juga menunjukkan MIC50 0,015 μg /
ml. Formulasi obat baru ini dapat meningkatkan ketersediaan hayati
melalui peningkatan laju disolusi vorikonazol.
Nanopartikel lipid padat Vorikonazol berhasil disiapkan. Sistem
pengiriman novel ini dapat menghadapi strain A. fumigatus yang
menunjukkan kerentanan yang berbeda terhadap formulasi konvensional
VRC . Hasilnya membuktikan bahwa formulasi obat baru ini dapat
meningkatkan bioavailabilitas dan laju disolusi VRC untuk meningkatkan
kinerja formulasi. VRC-SLN 4 menghasilkan ukuran partikel terkecil (286,6
nm) dan potensi zeta yang relatif baik (−15), oleh karena itu VRC-SLN 4
dipilih formulasi terbaik dibandingkan dengan SLN lain.
– Peptida mewakili kelas Bahan Farmasi Aktif (API) dengan tindakan efektif dan spesifik atas beragam penyakit.
Saat ini, karena bioavailabilitas oral yang buruk, sebagian besar peptida adalah dikelola secara parenteral.
– Pengembangan rute non-invasif, khususnya oral, untuk penyerapan peptida terutama akan meningkatkan
pengobatan pasien. Namun, karena sifat biologisnya, peptida terapeutik adalah sangat dimetabolisme oleh
protease dalam saluran pencernaan manusia.
Salah satu batasan utama untuk enkapsulasi peptida di sistem ini terletak pada karakter hidrofilik dari
sebagian besar peptida dan karakter lipofilik nanopartikel berbasis lipid padat. Namun ini kendala dapat dengan
mudah diatasi dengan pembentukan hidrofobik. Pasangan Ion (HIP) dengan counterion lipofilik. Teknik reversibel ini
telah menunjukkan peningkatan Efisiensi Enkapsulasi (EE)
BAHAN

Material Leuprolide acetate (LEU) dibeli dari Glentham Life Sciences Ltd (angkatan
110YXI, Corsham, UK). Sodium docusate, digunakan untuk desain HIP, diperoleh
dari Sigma Aldrich (batch MKCC5209, Saint-Quentin-Fallavier, Prancis). Untuk
persiapan nanopartikel berbasis lipid padat, berikut ini eksipien digunakan:
Kolliphor® RH40 (RH40, minyak jarak terhidrogenasi polyoxyl-40, batch
BCBS6251V) yang diperoleh dari Sigma Aldrich, Capryol ™ 90 (C90, propylene glycol
monocaprylate, batch 157349) dan Precirol® ATO 5 (PATO5, glyceryl distearate,
batch 160460) keduanya diperoleh dari Gattefossé S.A.S.
METODE

1. Pasangan ion hidrofobik LEU kompleks melalui pembentukan HIP dengan


natrium docusate dalam rasio 1: 2 M.
2. Analisis HPLC
3. Preparasi NLC dan SLN, NLC dan SLN disiapkan menggunakan teknik HPH.
4. Karakterisasi nanopartikel berbasis lipid padat
5. Evaluasi in vitro dari nanopartikel berbasis lipid padat
Semua percobaan dilakukan dalam rangkap tiga dan dinyatakan sebagai
mean ± standard error of mean (SEM). Distribusi data normal dievaluasi dengan uji
normalitas Shapiro-Wilk. Kemudian analisis varian satu arah (ANOVA) diikuti oleh
tes post-hoc Tukey dilakukan. ANOVA dua arah diikuti oleh uji post-hoc Dunnett
dilakukan untuk menganalisis data secara statistik mengenai stabilitas ukuran
partikel dalam cairan gastrointestinal yang disimulasikan dan degradasi leuprolide
oleh protease. Data dirawat dan dianalisis dengan program GraphPad Prism 8.
– Semua percobaan dilakukan dalam rangkap tiga dan dinyatakan sebagai mean ±
standard error of mean (SEM). Distribusi data normal
– dievaluasi dengan uji normalitas Shapiro-Wilk. Kemudian analisis varian satu
arah (ANOVA) diikuti oleh tes post-hoc Tukey dilakukan. ANOVA dua arah diikuti
oleh uji post-hoc Dunnett
– dilakukan untuk menganalisis data secara statistik mengenai stabilitas ukuran
partikel
– dalam cairan gastrointestinal yang disimulasikan dan degradasi leuprolide oleh
protease. Data dirawat dan dianalisis dengan GraphPad Prism 8
meningkatkan proporsi eksipien cair ini akan menyebabkan peningkatan
efek protektif, tetapi secara simultan dapat merusak struktur partikel dan
menyebabkan partisi padat / cair lebih cepat. Baru-baru ini ditunjukkan bahwa
pembawa SEDDS dengan ukuran lebih rendah daripada 200 nm mampu dengan
cepat melewati penghalang lendir.
– Kationik nanopartikel lipid padat (cSLN) merupakan salah satu sistem untuk mengoptimalkan
serta memberi tanda sebagai pembawa non-viral untuk terapi gen, karena dapat
memperpanjang sirkulasi darah dan memberi keunggulan teknologi secara luas (yaitu,
produksi skala besar, penggunaan bahan biokompatibilitas dan stabilitas dalam
penyimpanan yang baik).
– Karakteristik cSLN dipengaruhi oleh kation dan surfaktan
Pembagian cSLN

– Kation cSLN batch menggunakan berbagai jenis


dan jumlah surfaktan dengan ditandai tiga garam
amonium yang dipilih dan digunakan untuk
penyusunan cSLN yaitu:
i. dioctadecyldimethyl amonium bromide
(DDAB),
ii. cetylpyridinium chloride (BPK) dan
iii. cetyltrimethyl amonium bromida (CTAB).
– Tiga surfaktan kationik yang berbeda seperti
DDAB, BPK dan CTAB diuji. Tabel 1 dan
menunjukkan komposisi analitis dari cSLNs dengan
formulasi yang berbeda.
Z Potensial
– Sebagai salah satu tanda stabilitas dari sistem koloid
– Memiliki nilai tinggi yang memberikan stabilitas dan nanosuspensi yang dapat
menolak fenomena agregasi.
– Nilai-nilai z potensial yang kuat dipengaruhi oleh jumlah surfaktan kationik
– Nilai-nilai z potensial dari cSLNs pada CTAB memiliki nilai siknifikan yang lebih
rendah dibandingkan dengan cSLNs pada DDAB dan BPK.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan formulasi sodium diklofenak
topikal untuk penggunaan klinis dan meningkatkan indeks terapeutik.
Evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
matriks lipid, Pengemulsi, co-surfaktan, fase terdispersi air dan fase organik, Studi in
vitro
Matriks lipid/ penambahan fosfolipid
– Fosfolipid yang ditambahkan dapat mempengaruhi jebakan obat dengan
membantu pembentukan misel terbalik di dalam SLN, sehingga
meningkatkan kelarutan dan jebakan sodium diklofenak di dalam SLN.
Selain itu, dapat menyebabkan kecenderungan membentuk partikel yang
lebih kecil.
Pengemulsi
• Pengemulsi digunakan untuk mengurangi ketegangan antarmuka. Pengemulsi
yang efektif adalah yang dapat dengan cepat mengurangi ketegangan
antarmuka, sehingga mengarah ke ukuran yang lebih kecil. Pada penambahan
emulsifier SDS dalam sodium diklofenak menghasilkan EE dan DL yang lebih
rendah. Dikarenakan keduanya bermuatan negatif, hal tersebut kemungkinan
adanya penolakan muatan listrik.
Cosurfaktan
– Pada penelitian ini penambahan cosurfactants dapat meningkatkan
jebakan obat. PEG 400 ditemukan menjadi cosurfaktan yang ideal untuk
membuat SLN dengan EE sedikit lebih tinggi.

Stabilisator
• Stabilisator yang ditambahkan dapat meningkatkan EE dan DL secara
signifikan. Apabila tidak ada stabilizer yang diadaptasi ke dalam fase
terdispersi, maka mudah bagi sodium diklofenak untuk dilepaskan dari
matriks karena misel campuran didispersikan. Itu mungkin menjadi alasan
mengapa EE dan DL dari SLN tanpa stabilisator cukup rendah. Pada
penelitian ini menggunakan stabilisator berupa PEG 400 dan Tween-80.
Pelarut organik
– Pelarut organik membentuk kemampuan yang lebih tinggi untuk
meningkatkan EE. Pada pelarut dengan polaritas yang relatif tinggi, molekul
obat akan mudah bocor ke fase luar. Sedangkan untuk pelarut yang sangat
hidrofobik, relatif sulit bagi obat untuk bocor ke fase organik luar.

Studi permeasi kulit in vitro


• Permeasi in vitro dilakukan melalui kulit tikus dari larutan diklofenak dan
suspensi diklofenak-SLN dihitung dalam jumlah kumulatif rata-rata pada
setiap titik waktu pengambilan sampel selama 24 jam. Hasil menunjukan
pada larutan diklofenak jumlah kumulatif permeasi obat yang lebih besar
daripada dalam suspensi diklofenak-SLN. Hal tersebut dikarenakan adanya
enkapsulasi diklofenak dalam inti lipid. Sebagian besar obat dari larutan
diklofenak telah menembus kulit tikus setelah 24 jam, sedangkan suspensi
dikolfenak- SLN memiliki pelepasan obat berkelanjutan selama 24 jam.
Karakterisasi SLN
– SLN dikarakterisasi berdasarkan morfologi, ukuran partikel, distribusi
ukuran, muatan permukaan dan jumlah obat yang dienkapsulasi. SLN
dibuat dengan metode penguapan emulsi / pelarut menggunakan
campuran etanol dan aseton sebagai pelarut organik, GMS dan
fosfolipid sebagai bahan lipid, dan Tween-80 dan PEG 400 sebagai fase
berair dan fase terdispersi, masing-masing. SLN yang dihasilkan oleh
formulasi optimal adalah ukuran submikrometre (208,8 ± 2,0 nm, n=3)
Kesimpulan
Semua faktor formulasi memiliki pengaruh pada EE dan DL dari SLN, yang dimana bahan
lipid adalah salah satu faktor paling penting yang menentukan karakter dan pemuatan obat dari
sistem. Pelepasan obat dari SLN tampaknya memiliki dua komponen yaitu pelepasan segera dan
pelepasan eksponensial yang lebih lambat.
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji surfaktan polihidroksi, atau bisa disebut alkil
poliglukosida (APG). Sebagai suatu surfaktan yang lebih aman dan dapat digunakan sebagai
alternative surfaktan polietoksilasi konvensional
Karakteristik sifat fisika kimia
APG
– APG tidak rentan dengan oksidasi dan sangat cocok sebagai bahan kosmetik.
– APG dapat mengurangi penetrasi ke lapisan epidermis dan dermal yang lebih
rendah dan juga mengurangi potensi iritasi kulit, selain itu APG memiliki sifat fisika
kimia yang menarik sperti rantai karbon yang panjang sehingga APG memiliki
kecenderungan tinggi untuk tetap bertahan antarmuka air dan minyak.
– APG tidak mudah terhudrasi dibandingkan dengan surfaktan polioxilated
dikarenakan Kehadiran sejumlah besar gugus hidroksil dalam molekul yang
memberikan ikatan hidrogen yang kuat dengan air oleh sebab itu APG sangat cocok
digunakan daalam persiapan sistem pengiriman obat berauhu tinggi seperti
nanopartikel lipid.
Bahan

– bahan yang digunakan yaitu APG surfactants:


– C8-10 fatty alcohol glucoside ,
– C8-14 fatty alcohol glucoside
– C10-16 fatty alcohol glucoside
– C12-16 fatty alcohol glucoside.
– purified water dan 0.9% (w/v)
– sodium chloride sebagai pelarut .
Pengujian

– Pengujian dilakukan dengan menguji 4 surfaktan dengan menguji :


– sudut kontak
– disperse SLN terhadap ukuran partikel
– analisis ukuran partikel dan satabilitas fisik dilakukan menggunakan . Photon
correlation spectroscopy (PCS), Laser diffraction (LD), microscop cahaya,
– uji Zeta potential,
– Dan uji Differential scanning calorimetry (DSC), Wide angle X-ray diffraction
(WAXD)
Sudut kontak
– APG menyebabkan penurunan yang nyata pada sudut kontak, mis., sudut
kontak 36 diperoleh dari C8-10 APG dan sudut 40 diperoleh untuk C12-16 APG.
Penurunan sudut kontak yang nyata menegaskan tinggi aktivitas permukaan
untuk semua APG . Dengan demikian, diasumsikan bahwa semua APG yang
diselidiki akan berkontribusi pada penigkatan dispersibilitas cetyl palmitate
dalam air.
Dispersi SLN terhadap ukuran
partikel
– Didapatkan kesimpulan
peningkatan ukuran partikel SLN dapat distabilkan dengan
Polisorbat pada konsentrasi surfaktan yang rendah, karena
dalam kasus ini, permukaan partikel yang kurang, ditutupi
dengan surfaktan sehingga kemungkinan interaksi partikel-
partikel dapat meningkat. Di antara semua APG yang diuji,
APG C8 adalah yang paling efektif dalam mencegah
penurunan ukuran partikel.
Zeta Potensial
– surfaktan APG adalah surfaktan non-ionik, sehingga mekanisme stabilisasi utamanya adalah
stabilisasi sterik , penghalang sterik di buat untuk menghalangi tarikan dan agregasi partikel dan
akibatnya, meningkatkan stabilitas dispersi, pengujian ini dibedakan dengan berbagai macam suhu
pada tiap sample dan dapat disimpulkan semua nilai masih tetap di atas 20 mV, yang dianggap
cukup tinggi untuk melindungi stabilitas fisik, oleh sebab itu perbedaan suhu penyimpanan tidak
berpengaruh besar pada zeta potensial
Stabilitas fisik

– Stabilitas fisik dapat dilihat dari berubahnya ukuran partikel uji ini dilakukan
dengan melihat Ukuran partikel dispersi SLN disimpan pada 3 suhu berbeda
dan diamati selama 90 hari. Dan di dapat kesimpulan tidak ada peningkatan
ukuran partikel yang terdeteksi dari waktu ke waktu.
Pengujian Thermal and wide
angle X-ray diffraction
– Didapatkan hasil penelitia Untuk semua formulasi SLN titik leleh muncul pada
suhu 3-4*C dan hasil ini termasuk normal , dan dilakukan Analisis termal SLN
untuk menunjukkan tingkat rekristalisasi parsial cetyl palmitate ketika
diformulasikan sebagai SLN. Tingkat rekristalisasi, dinyatakan sebagai RI
ternyata dipengaruhi oleh jenis APG yang digunakan untuk stabilisasi, yaitu,
rantai alkil yang lebih pendek dapat menurunkan nilai RI .
– Hasil ini menunjukkan bahwa matriks lipid dari SLN, yang biasanya mengkristal
dalam energi yang lebih tinggi dan dapat ditransformasikan menjadi modifikasi-
b yang lebih stabil.
Kesimpulan

Dari pengujian di atas Yang paling efektif pengurangan ukuran partikel diperoleh
dengan APG yang memiliki rantai alkil terpendek, CMC tertinggi, berat molekul
terendah dan kemampuan membasahi terbaik pada lipid yang digunakan sebagai
SLN matrix. perbedaan Suhu tidak memiliki pengaruh pada stabilitas fisik SLN.
Matriks lipid dari APG dapat menstabilkan kristalisasi SLN terutama dalam b-
modifikasi, di mana derajat kristalinitas ditemukan dipengaruhi oleh panjang rantai
alkil APG, mis., rantai alkil yang lebih panjang meningkat kristalinitas SLN.
Daftar Pustaka
– Botto, C., N. Mauro, E. Amore, E. Martorana, G. Giammona, dan M. L. Bondì. 2017. Surfactant effect on the physicochemical
characteristics of cationic solid lipid nanoparticles. International Journal of Pharmaceutics. 516(1–2):334–341.
– Dumont, C., S. Bourgeois, H. Fessi, P. Y. Dugas, dan V. Jannin. 2019. In-vitro evaluation of solid lipid nanoparticles: ability to
encapsulate, release and ensure effective protection of peptides in the gastrointestinal tract. International Journal of
Pharmaceutics. 565(May):409–418.
– Garcês, A., M. H. Amaral, J. M. Sousa Lobo, dan A. C. Silva. 2018. Formulations based on solid lipid nanoparticles (sln) and
nanostructured lipid carriers (nlc) for cutaneous use: a review. European Journal of Pharmaceutical Sciences. 112(September
2017):159–167.
– Keck, C. M., A. Kovačević, R. H. Müller, S. Savić, G. Vuleta, dan J. Milić. 2014. Formulation of solid lipid nanoparticles (sln): the
value of different alkyl polyglucoside surfactants. International Journal of Pharmaceutics. 474(1–2):33–41.
– Kelidari, H. R., R. Babaei, M. Nabili, T. Shokohi, M. Saeedi, S. Gholami, M. Moazeni, dan A. Nokhodchi. 2018. Improved
delivery of voriconazole to aspergillus fumigatus through solid lipid nanoparticles as an effective carrier. Colloids and
Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects. 558(August):338–342.
– Liu, D., Y. Ge, Y. Tang, Y. Yuan, Q. Zhang, R. Li, dan Q. Xu. 2010. Solid lipid nanoparticles for transdermal delivery of diclofenac
sodium: preparation, characterization and in vitro studies. Journal of Microencapsulation. 27(8):726–734.

Anda mungkin juga menyukai