Anda di halaman 1dari 34

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOkOMPOSIT POLISTIRENA

BERBASIS Co-Al HIDROKSIDA BERLAPIS GANDA

OLEH:

SITTI HADIJAH : F1C116040

WAHYUNINGSIH : F1C116084

FARADILLA RACHMAN : F1C116096

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkah dan rahmat-Nya

penulis dapat menyusun makalah tentang “Pembuatan dan Karakterisasi

Nanokomposit Polistirena Berbasis Co-Al Hidroksida Berlapis Ganda” ini dengan

baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga tetap

tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw. yang telah membimbing umatnya

dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan nuansa pendidikan seperti

yang kita rasakan saat ini.

Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya tak

lupa penulis sampaikan kepada seluruh pihak, khususnya kepada dosen mata kuliah

atas kesediaannya dalam membimbing dan mengarahkan selama perkuliahan. Penulis

berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Namun

demikian layaknya pepatah berkata ”Tiada Gading yang Tak Retak”. Penulis

menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Dengan selesainya makalah ini, akhirnya saya sebagai penulis tetap

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak terutama pembaca

sebagai masukan untuk perbaikan.

Kendari, 06 Mei 2019


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidroksida berlapis ganda/Layered double hydroxides (LDHs) adalah tanah

liat dengan karakteristik anionik yang baik dan digunakan dalam berbagai aplikasi

teknologi seperti katalis, adsorben, teknik pemisahan dan penukar ion. Rumus kimia

umum LDH adalah [M2+1-x M3+x(OH)2]x+(An-)x/n.mH2O, dimana M2+ adalah kation

divalen logam (Co2+, Mg2+, Zn2+, Ni2+), M3+ adalah kation trivalen logam (Mn3+,

Ga3+, Al3+, In3+) dan An- adalah anion antar lapisan (NO3-, Cl-, CO32-, OH-). LDH

terdiri dari bidang anion hidroksil yang terisi penuh dan terletak di atas kisi segitiga.

Jarak antar lapisan LDH mengandung molekul air dan anion antar lapisan. Ada

pengaturan ikatan hidrogen yang rumit antara anion, molekul air dan gugus hidroksil

berlapis. Kemajuan terbaru polimer nanokompsit menjadi pencapaian yang sangat

penting dalam teknologi polimer. Polimer nanokomposit telah digunakan dalam

berbagai aplikasi karena sifatnya yang tahan panas, mekanis dan tahan api

dibandingkan dengan polimer murni.

Nanokomposit polimer dapat dibuat melalui beberapa metode termasuk

pelelehan senyawa, polimerisasi emulsi, polimerisasi in-situ, dan metode

pencampuran pelarut. Teknik pencampuran pelarut banyak digunakan dan secara

konsisten menghasilkan nanokomposites terkelupas. Penyusunan berbagai jenis

nanokomposit polimer dilaporkan dalam berbagai literatur. Liu et al, melakukan

sintesis Co-Al LDH menggunakan berbagai anion (asetat, klorat dan nitrat),
menemukan bahwa NO3-LDH memberikan tingkat pengelupasan yang lebih besar

dibandingkan dengan pengubah lain. Guo et al, membuat komposit polyurethane

(PU)/Co-Al LDH dengan teknik polimerisasi in-situ, melaporkan bahwa suhu

dekomposisi nanokomposit PU/Co-Al LDH dengan 5% berat LDH ditemukan 36,4oC

lebih rendah dari PU murni. Qiu et al, memasukkan nanopartikel Zn-Al LDH dalam

matriks PS dengan metode interkalasi larutan. Hasil yang diperoleh menunjukkan

bahwa suhu dekomposisi termal dari nanokomposit adalah 17oC lebih dari PS murni.

Dalam penelitian lain, Paul et al, membuat nanokomposit PS/O-laponit menggunakan

teknik interkalasi larutan dan mencapai peningkatan stabilitas termal (425oC untuk PS

murni dan 454oC untuk komposit PS/O-laponit) karena adanya O-laponit dalam

matriks PS. Nanokomposit PS/Mg Al LDH yang mengandung 5% berat LDH dan

dibuat dengan metode polimerisasi massal radikal in-situ mengalami peningkatan

sekitar 18oC dalam stabilitas termal diatas PS murni. Teknik interkalasi larutan

sederhana diadopsi untuk membuat nanokomposit polikaprolakton/Co-Al LDH. Hasil

TGA menunjukkan bahwa nanokomposit memiliki suhu degradasi termal sekitar

18oC lebih rendah dibandingkan dengan polikaprolakton murni. Kumar et al,

menyelidiki efek konsentrasi Co-Al LDH terhadap sifat nanokomposit poli (metil

metakrilat) (PMMA) yang dibuat dengan metode pencampuran pelarut. Hasil

menunjukkan bahwa nanokomposit PMMA/Co-Al LDH dengan 7% berat LDH

menunjukkan peningkatan stabilitas termal (25oC) dibandingkan PMMA murni.

Limpanart et al. melakukan sintesis nanokomposit PS/lempung dengan teknik

pelelehan senyawa. Mereka mengamati bahwa dua jenis utama komposit yaitu,
nanokomposit konvensional dan nanokomposit interkalasi diperoleh tergantung pada

modifikasi organoclay. Zang et al, mensintesis nanokomposit PS/tanah liat dengan

teknik iradiasi sinar . Mereka menemukan bahwa penggabungan tanah liat sangat

meningkatkan sifat termal nanokomposit PS. Pembentukan nanokomposit

PS/lempung melalui polimerisasi in-situ ditunjukkan oleh Uthirakumar et al. Mereka

melaporkan bahwa struktur terdelaminasi diperoleh karena inisiator radikal menyatu

dalam lapisan tanah liat. Chen dan Wang, membuat komposit polipropilen (PP)

dengan metode melt blending dan mempelajari kinetika dekomposisi termal dari

nanokomposit. Pengukuran energi aktivasi dan penentuan mekanisme reaksi

nanokomposit PP menggunakan model Coats-Redfern dan Criado.

Perlu untuk menunjukkan bahwa sebagian besar studi terdahulu mengenai

nanokomposit polimer didasarkan pada jenis montmorillonite dari lempung silikat

berlapis. Dalam beberapa tahun terakhir, LDH telah dianggap sebagai nanofiller yang

efisien untuk pembuatan nanokomposit PS karena sifat dan tingkat kemurnian kimia

yang lebih tinggi. Selain itu, nanokomposit polimer yang mengandung LDH

terkelupas memiliki lebih banyak lapisan tanah liat terkelupas dibandingkan dengan

nanokomposit polimer berbasis silikat berlapis. Dalam penelitian ini, metode

campuran pelarut dipilih untuk sintesis nanokomposit PS/Co-Al LDH yang

mengandung konsentrasi LDH Co-Al yang berbeda. Pengaruh konsentrasi LDH (1-7

wt.%) terhadap perilaku struktural, termal dan reologi film nanokomposit PS.

Kinetika degradasi termal dan mekanisme reaksi nanokomposit juga dianalisisi.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembuatan nanokomposit polistirena berbasis Co-Al hidroksida

berlapis ganda?

2. Bagaimana karakterisasi nanokomposit polistirena berbasis Co-Al hidroksida

berlapis ganda?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini a
D. Manfaat
BAB II METODE

A. Bahan

Polisterena, kobal nitrat (Co(NO3)2.6H2O), aluminium nitrat (Al(NO3)3.9H2O),

xylen (C8H10), natrium hidroksida (NaOH), sodium dodecyl sulfate (SDS) dan air.

B. Sintesis Co-Al LDH yang teromodifikasi

Co-Al LDH dibuat menggunakan SDS melalui metode presipitasi. Awalnya

Cobalt nitrate, aluminium nitrate dan SDS didispersikan dalam air (500 mL) untuk

membentuk larutan yang mengandung Co2+/Al3+ / SDS dengan komposisi molar yang

diinginkan (2: 1: 1.5). Larutan 2M NaOH 2M selanjutnya ditambahkan setetes demi

setetes sambil dilakukan pengadukan secara dinamis hingga mencapai pH 8,5.

Kemudian, diaduk selama 16 jam untuk membentuk endapan pada kondisi sekitar.

Bubur kental dikumpulkan di atas kertas saring selama penyaringan larutan yang

diendapkan. Endapan dicuci dengan air sampai pH residu filtrat menjadi netral.

Produk murni akhir ini disimpan dalam kondisi atmosfer selama 12 jam dan
dikeringkan selama 16 jam dalam oven dengan suhu 70oC. Kemudian bubuk Co-Al

LDH yang diperoleh digunakan untuk pembuatan nanokomposit PS.

C. Sintesis Nanokomposit PS/Co-Al LDH

Nanokomposit LDH PS / Co-Al disintesis dengan proses pencampuran pelarut

menggunakan xylene sebagai pelarut. Awalnya, Co-Al LDH dan PS dikeringkan

masing-masing pada suhu 70oC dan 60oC selama 12 jam dalam oven udara panas

untuk menghilangkan kadar air. Kuantitas yang diperlukan Co-Al LDH (lihat Tabel

1) ditimbang dan didispersikan dalam 109 mL xylene dan diaduk terus menerus

selama 24 jam. Jumlah yang diperlukan PS ditambahkan ke larutan Co-Al LDH

setelah 24 jam pengadukan kontinu, diikuti oleh 12 jam pengadukan larutan PS / Co-

Al LDH. Larutan yang dihasilkan dituang pada cawan Petri yang datar dan disimpan

selama 16 jam pada kondisi sekitar. Akhirnya, film dipanaskan pada suhu sekitar

60oC untuk menghilangkan sisa pelarut sehingga didapatkan nanokomposit PS/Co-Al

LDH. Sampel PS bersih (tanpa Co-Al LDH) juga dibuat dengan cara yang sama.

Untuk mempelajari pengaruh konsentrasi LDH pada perilaku morfologi, termal dan

reologi dari nanokomposit PS dan nanokomposit LDH PS / Co-Al dibuat dengan

beban yang berbeda (1, 3, 5, dan 7% berat) LDH. Perhatikan bahwa, semua

komposisi ditetapkan sebagai PS murni, PS 1, PS 3, PS 5 dan PS 7 untuk polistiren

murni, PS/Co-Al LDH 1 (wt%), PS/Co-Al LDH 3 (wt%) , PS/ Co-Al LDH 5 (% wt),

dan PS/Co-Al LDH 7 (% wt). Prosedur eksperimental yang digunakan untuk sintesis

nanokomposit disajikan secara skematis pada Gambar. 1.

Tabel 1. Grafik pembuatan nanokomposit PS/Co-Al LDH.


Gambar 1. Diagram alir untuk permbuatan Co-Al LDH yang dimodifikasi dan
nanokomposit PS / Co-Al LDH.
D. Karakterisasi

Jarak antar lapisan berbagai nanokomposit PS/Co-Al LDH diselidiki

menggunakan XRD. Profil XRD direkam menggunakan difraktometer sinar-X

(Make: Bruker, Model: D8 ADVANCE) dengan radiasi Cu-Ka dan filter Ni pada

suhu ruang. Selanjutnya, morfologi struktural nanokomposit dilakukan dengan


menggunakan mikroskop elektron transmisi (TEM) (Make: JEOL, Model: JEM 2100)

dioperasikan pada 200 kV. Spektroskopi Fourier transform infrared (FTIR) (Make:

Shimadzu, Model: IR Affinity-1) digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan LDH

dalam matriks PS dan gugus fungsional yang terdapat dalam LDH padapanjang

gelombang berkisar antara 4000 dan 400 cm-1. Untuk menilai stabilitas termal

nanokomposit, TGA dilakukan dibawah atmosfer nitrogen menggunakan sistem

termogravimetri suhu tinggi (Make: Mettler Toledo, Model: TGA 851e/LF/ 1100).

Jalur pemanasan dipertahankan pada 10oC/menit dalam kisaran suhu 30-700oC untuk

semua sampel. Pengukuran DSC dilakukan dengan menggunakan instrumen (Make:

Mettle Toledo, Model: 1) dengan akuisisi mulai dari 25oC hingga 200oC pada tingkat

pemanasan 5oC/menit. Karakteristik reologi dari sampel nanokomposit ditentukan

menggunakan Rheometer (Make: Anton Paar; Model: MCR 301) dengan mode

osilasi pada suhu 190oC. Geometri pelat paralel (cakram berdiameter 50 mm, tebal 1

mm) digunakan untuk analisis.


BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis XRD

Sifat-sifat struktural nanokomposit sangat dipengaruhi oleh tingkat dispersi

LDH dalam matriks PS. Ketika nanofiller berlapis digunakan sebagai bahan penguat,

umumnya struktur interkalasi atau terkelupas akan terbentuk. Hal ini tergantung pada

metode sintesis, bahan pengisi dan sifat kimia dari pengubah organik yang digunakan

dalam bahan pengisi. Jika komposit interkalasi terbentuk, akan ada kenaikan pada

nilai d-spacing dibandingkan dengan LDH asli. Nanokomposit terkelupas diproduksi

ketika lapisan LDH dipisahkan dari satu dengan yang lain dan terdistribusi dengan

baik dalam polimer serta tidak ada puncak yang sesuai dengan rencana dasar (003)

dari LDH yang teramati. Secara umum, dalam sistem nanokomposit polimer / tanah

liat, keadaan dispersi dan jarak antar lempeng trombosit liat biasanya diidentifikasi

menggunakan XRD dan TEM. TEM memerlukan waktu dan hanya memberikan

informasi kualitatif tentang sampel secara total, sedangkan XRD memberikan

kuantifikasi perubahan jarak lapisan, namun tanpa memberikan informasi tentang

jarak lapisan tinggi (> 7 nm) dan /atau struktur yang relatif tidak teratur. Oleh karena
itu, kedua teknik ini (XRD dan TEM) umumnya digunakan untuk menganalisis

struktur nanokomposit. Gambar 2 menunjukkan hasil XRD dari Co-Al LDH, PS dan

PS nanokomposit pada kisaran 2Ɵ dari 2o-50o dengan kecepatan pemindaian 0,02 s-1.

Nilai d-spacing dari Co-Al LDH ditentukan 2,8 nm dari refleksi puncak (003) pada

3,14o melalui persamaan Bragg, d = nλ/2sinƟ; di sini, λ=1,5406 Ã… dan n =1. Pada

Gambar 2 puncak karakteristik (003) lapisan Co-Al LDH menghilang dari

nanokomposit PS yang menunjukkan bahwa lapisan LDH mungkin terkelupas atau

menalami delaminasi dalam matriks PS . Seperti disebutkan, teknik XRD saja tidak

cukup untuk menyimpulkan jenis struktur nanokomposit yang terbentuk dan harus

digunakan bersama dengan TEM untuk mendapatkan penilaian dispersi.

Gambar 2. Pola XRD dari (a) PS murni, (b) PS 1, (c) PS 3, (d) PS 5, (e) PS 7 dan (f)
Co-Al LDH.
B. Analisis TEM
TEM adalah teknik yang lebih berguna untuk mengevaluasi distribusi LDH

dalam matriks polimer dibandingkan dengan teknik XRD dan FESEM. Gambar TEM

dari nanokomposit PS1, PS 3, PS 5 dan PS 7 disajikan pada Gambar 3 (a-d). Gambar

TEM dapat memberikan pemahaman kualitatif tentang dispersi LDH dan jenis

nanokomposit yang terbentuk, misalnya diselingi atau dikelupas. Dapat dilihat dari

Gambar 3 (a-b) bahwa dalam kasus sampel PS 1 dan PS 3, dispersi yang lebih baik

dari lapisan Co-Al LDH dalam matriks PS diperhatikan. Garis-garis gelap

menunjukkan galeri LDH dan wilayah terang menandakan matriks PS. Gambar 3 (a)

dan (b) menunjukkan bahwa lapisan LDH telah kehilangan struktur susunnya dan

terdelaminasi dalam matriks PS. Garis-garis galeri diilustrasikan oleh tanda panah.

Namun, nanokomposit PS dengan 5% berat Co-Al LDH ditemukan memiliki struktur

terkelupas dan terkalasi (lihat Gambar 3 (c)). Tanda panah dan lingkaran masing-

masing mewakili struktur yang dikelupas dan diselingi. Gambar. 3 (d)

menggambarkan morfologi interkalasi nanokomposit PS pada pemuatan LDH yang

lebih tinggi (7% berat) dalam matriks PS. Perilaku serupa juga dilaporkan untuk

nanokomposit PS/Mg-Al LDH yang dibuat melalui interkalasi larutan. Berdasarkan

hasil yang diperoleh, dapat dipastikan bahwa nanokomposit PS/LDH yang delaminasi

terbentuk pada pembebanan nanofiller yang lebih rendah (<3% berat).


Gambar 3. Gambar TEM dari (a) PS 1, (b) PS 3, (c) PS 5 dan (d) PS 7
nanocomposites.
C. Analisis FT-IR

Spektrum FTIR Co-Al LDH, PS murni dan nanokomposit PS 5 diilustrasikan

pada Gambar. 4. Sampel Co-Al LDH (Gambar 4 (a)), puncak tajam sedang pada 1063

cm-1 dan sebuah puncak intens pada 1218 cm-1 ditetapkan sebagai getaran asimetris

dan simetris sulfat dari anion dodesil sulfat. Puncak karakteristik pada 2957 cm-1,

2920 cm-1 dan 2848 cm-1 dianggap berasal dari getaran peregangan C-H. Bending

mode molekul air ditemukan melalui puncak yang menonjol pada 1630 cm-1. Puncak

yang sangat kuat dan lebih luas dicapai pada ketinggian 3500 cm-1 disebabkan oleh

peregangan O-H dari lapisan logam hidroksida dan molekul air antar lapisan dari Co-

Al LDH. Untuk sampel PS murni (Gambar 4 (b)), puncak yang intens muncul pada

698 cm-1 yang ditetapkan sebagai benzena tersubstitusi mono. Mode getaran tekukan

CH2 terletak pada 1453 cm-1 dan 1368 cm-1. Ada dua puncak muncul pada 1504 cm-1

dan 1496 cm-1 yang ditetapkan sebagai C=C vibrasi lentur. Puncak tajam medium
pada 2930 cm-1 dan 3070 cm-1 masing-masing berhubungan dengan getaran

peregangan C-H alifatik dan getaran peregangan C-H aromatik. Dibandingkan

dengan sampel PS murni (Gambar 4 (b)), nanokomposit PS5 (Gambar 4 (c))

menunjukkan adannya tambahan beberapa puncak serapan baru, satu berada pada

1218 cm-1 yang sesuai dengan getaran simetris sulfat dari anion dodesil sulfat, yang

lain terletak pada 1630 cm-1 merupakan mode lentur dari molekul air dan puncak

yang lebih luas dicapai pada 3500 cm-1 menunjukkan adanya mode peregangan O-H

dari molekul air antar lapisan. Puncak-puncak tersebut menjelaskan terjadinya Co-Al

LDH dalam nanokomposit PS. Ketika julah Co-Al LDH meningkat dalam matriks

PS, menyebabkan intensitas pita LDH lebih kuat dalam spektrum FTIR (Gambar 5).

Wang et al. juga memperoleh hasil yang serupa dengan meningkatkan pemuatan

MMT pada nanokomposit polimer.

Gambar 4. Spektrum FTIR dari (a) Co-Al LDH, (b) PS murni dan (c) PS 5
nanokomposit
Gambar 5. Spektra FTIR dari Co-Al LDH, PS murni dansampel nanokomposit
PS/Co-Al LDH
D. SifatTermal

1. Analisis TGA

Analisis TGA digunakan untuk menguji suhu degradasi serta stabilitas termal

dari matriks polimer. Kurva TGA Co-Al LDH, PS murni dan nanokomposit PS/LDH

disajikan pada Gambar. 6. Profil TGA Co-Al LDH menunjukkan perilaku degradasi

termal yang kompleks. Untuk Co-Al LDH ((Gbr. 6 (a)), kehilangan massa sebelum

200oC dikaitkan dengan hilangnya air antar lapisan yang teradsorpsi secara fisik.

Hilangnya massa antara 200 dan 350oC sesuai dengan dekomposisi dodesil sulfate

antar lapisan. Kehilangan massa di atas 350oC disebabkan oleh penguraian sampel

LDH hingga pembentukan Co-Al oksida. Degradasi utama PS murni terjadi dalam

kisaran suhu 350-450oC (lihat Gambar 6 (b)). Dalam kasus nanokomposit PS/LDH,

diamati dua jenis profil degradasi. Tahap pertama penurunan berat pada 140-330oC

disebabkan oleh penguapan molekul air yang diserap dalam galeri yang diselingi dan
degradasi termal rantai alkil molekul surfaktan. Penurunan tahap kedua pada 330-

460oC disebabkan oleh dekomposisi termal makromolekul PS dan pembuatan arang

hitam. Hanya residu anorganik yang ada di luar suhu 460oC. Dari hasil TGA ini,

terbukti bahwa stabilitas termal nanokomposit PS ditingkatkan dengan penggabungan

nanofiller LDH. Hal ini disebabkan oleh efek penghalang lapisan LDH yang

menghalangi panas dan difusi komponen volatil yang dihasilkan oleh degradasi

termal. Mempertimbangkan penurunan massa 15% sebagai titik referensi, suhu

dekomposisi (Td) untuk nanokomposit PS murni dan PS Co-Al LDH yang

mengandung 1, 3, 5 dan 7% berat LDH yakni menjadi 360, 370.5, 378.2, 384.6 dan

388,5oC. Nilai Td untuk sampel PS/CoeAl LDH dengan 1, 3, 5 dan 7% berat LDH

menghasilkan 10,5, 18,2, 24,6, dan 28,5oC lebih tinggi dibandingkan dengan masing-

masing PS murni (lihat Tabel 2).


Gambar 6. Profil TGA dari (a) Co-Al LDH, (b) PS, (c) PS 1, (d) PS 3, (e) PS 5 dan (f)
nanokomposit PS 7 (profil TGA ditunjukkan antara 330 dan 460oC).
Tabel 2. Suhu degradasi termal nanokomposit PS dan PS / Co-Al LDH.

Di antara nanokomposit yang diselidiki, nanokomposit dengan 7% berat konten LDH

memiliki stabilitas termal yang lebih baik. Penemuan ini menandakan bahwa

peningkatan stabilitas termal diamati bahkan dengan penambahan kecil (1% berat)

LDH dan efeknya lebih jelas dalam sampel nanokomposit dengan muatan LDH yang

lebih tinggi (> 5% berat). Hal ini ditunjukkan Gambar. 6 (c-f), bahwa residu arang

nanokomposit secara bertahap meningkat dengan meningkatnya konsentrasi LDH

dalam matriks polimer. Menariknya, hal serupa juga diperlihatkan pada

nanokomposit PS/O-laponit oleh Paul et al. Dalam pekerjaan mereka, stabilitas

termal meningkat secara bertahap untuk kasus komposit P /O-laponit dengan

kenaikan dalam pemuatan nanofiller. Perlu dicatat bahwa penambahan Co-Al LDH

dalam poliuretan (PU) dan polycaprolactone / (PCL) menurunkan stabilitas termal

polimer. Namun, dalam karya ini, stabilitas termal PS ditingkatkan sebesar 28,5 C

dengan penambahan 7% berat Co-Al LDH. Peningkatan ini secara signifikan lebih

tinggi daripada sistem polimer/Co-Al LDH lainnya.


Turunan pertama dari grafik TGA (Gambar 7), puncak menunjukkan suhu

yang sesuai dengan tingkat maksimum penurunan massa (Tmax). Kurva turunan dari

nanocomposites (Tmax) bergeser ke sisi kanan PS murni, yang mewakili stabilitas

termal yang lebih baik dari komposit. Nilai Tmax dari PS murni adalah 417oC dan

nanokomposit PS 7 adalah 424,5oC, menunjukkan peningkatan 7,5oC dengan hanya

7% berat LDH. Tabel 2 menyajikan hasil TGA dari PS murni dan nanokompositnya.

Umumnya sekitar 10-30% berat bahan anorganik seperti serat gelas digunakan

untuk memperkuat polimer agar meningkatkan sifat-sifat polimer. Namun, diketahui

bahwa dalam jumlah kecil (bahkan 1% berat) LDH cukup untuk menambah sifat PS

karena dispersi tingkat molekuler serta rasio aspek yang tinggi dari LDH. Telah

didokumentasikan dengan baik dalam literatur bahwa peningkatan sifat akan

meningkat ketika rasio aspek pengisi meningkat.


Gambar 7. Turunan TGA dari (a) PS murni, (b) PS 1, (c) PS 3, (d) PS 5, (e)
nanocomposites PS 7.
2. Analisis DSC

Untuk memeriksa pergerakan rantai makromolekul PS di galeri tanah liat

dalam hal suhu transisi gelasnya (Tg), analisis DSC nanokomposit PS/LDH dan

sampel PS tanpa LDH dilakukan dan hasil yang diperoleh disajikan pada Gambar. 8.

Tg dievaluasi pada titik belok antara suhu yang diatur dan suhu yang ditetapkan. Nilai

Tg yang didapat 69,3, 71,8, 73,3, 74,4 dan 74,8 C, untuk masing-masing sampel PS,

PS 1, PS 3, PS 5, PS 7 yang asli. Peningkatan Tg tertinggi (5,5oC lebih dari PS murni)

dicapai dengan nanokomposit PS yang mengandung 7% berat Co-Al LDH. Secara

keseluruhan, Tg PS meningkat dengan penambahan LDH. Hal ini disebabkan oleh

keterkaitan yang kuat antara Co-Al LDH dan PS yang menghambat pergerakan

suportif fragmen rantai primer PS. Fenomena serupa juga diamati untuk

nanokomposit PS/O-laponit oleh Paul et al.


Gambar 8. Analisis DSC nanocomposites PS dan PS murni.

E. Metode Coats-Redfern untuk analisis kinetik

Metode Coats-Redfern [28], juga disebut sebagai metode integral, umumnya

diterapkan untuk mempelajari kinetika sistem keadaan padat. Kinetika degradasi

termal dipelajari menggunakan persamaan berikut:

untuk n ≠ 1 (1a)

untuk n ≠ 1 (1b)

Dimana n mewakili urutan reaksi, A menunjukkan faktor pra-eksponensial, T

menunjukkan suhu, R mewakili konstanta gas, Ea mengacu pada energi aktivasi, dan

Ɵ mewakili laju pemanasan. Biasanya, istilah logaritmik di sisi kanan persamaan (1)

dapat dianggap konstan. Urutan reaksi (n) dievaluasi dengan pemasangan linier sisi

kiri (Y) dari persamaan (1) versus 1/T. Nilai n yang diperoleh pada koefisien korelasi

terbaik (R) adalah urutan reaksi aktual, Ea dan A juga dapat dievaluasi.

Metode Coats-Redfern berkaitan dengan tahap dekomposisi utama dari

perilaku termal nanokomposit PS. Data degradasi termal pada laju pemanasan tunggal

cukup untuk menghitung parameter masing-masing (A, Ea, dan n). Awalnya,

diasumsikan bahwa reaksi dekomposisi termal terdiri dari urutan reaksi spesifik dan

disubstitusi dalam persamaan (1). Untuk mengevaluasi koefisien korelasi terbaik (R),

grafik sisi kiri (Y) dari persamaan (1) dipasang berlawanan dengan 1/T. Rute yang

disebutkan direplikasi untuk mendapatkan nilai R terbaik. Akibatnya, A dan Ea


masing-masing dievaluasi dari intersep yang diplot pada kemiringan garis linier.

Gambar. 9 mengilustrasikan plot yang dipasang secara linier dari PS murni dan

berbagai nanokomposit PS.. Nilai parameter kinetik yang diperoleh termasuk n, Ea

dan A untuk sampel yang disiapkan tercantum dalam Tabel 3. Ea dari PS murni,

nanokomposit PS 1, PS 3, PS 5 dan PS 7 masing-masing 89, 109, 126, 134 dan 138

kJ/mol. Ea PS 7 ditemukan 49 kJ/mol lebih tinggi dari PS murni (lihat Tabel 3). Chen

dan Wang juga menunjukkan peningkatan Ea untuk nanokomposit PP dibandingkan

dengan polimer murni.

Tabel 3. Kinetika degradasi termal PS murni dan nanokomposit PS / Co-Al LDH

yang diperoleh dari metode Coats-Redfern.


Gambar 9. Penentuan parameter kinetik oleh plot bagian kiri dalam persamaan. (1)
terhadap 1 / T menggunakan metode Coats-redfern.
F. Metode Criado untuk Analisis Mekanisme Reaksi

Mekanisme reaksi degradasi dievaluasi menggunakan model Criado dengan

bantuan variabel kinetik (A, Ea, dan n) yang diperoleh dari metode Coats-Redfern.

Metode ini dapat dengan tepat mengetahui mekanisme reaksi dalam reaksi padat yang

didefinisikan oleh fungsi tipe Z (α).


(2a)

(2b)

Master Z (α) - α kurva dapat diplot menggunakan Persamaan (2a) sesuai

dengan mekanisme reaksi. Persamaan (2b) digunakan untuk memplot kurva

eksperimental Z (α) - α. Dengan membandingkan dua kurva ini, jenis mekanisme

yang terlibat dalam proses degradasi termal dapat diidentifikasi. Master Z (α) - α dan

kurva eksperimental dari PS murni dan nanokompositnya ditunjukkan pada Gambar.

10. PS murni mengikuti kurva master Z (F1) yang menunjukkan bahwa proses

dekomposisi termal dari PS murni dikaitkan dengan mekanisme reaksi F1. Menurut

literatur, mekanisme degradasi ini mengacu pada nukleasi acak dengan satu nukleus

pada partikel individu. Dalam jenis mekanisme ini, degradasi dimulai dari titik acak,

yang bertindak sebagai pusat pertumbuhan untuk kemajuan reaksi degradasi. Setelah

menambahkan Co-Al LDH, untuk semua sampel nanokomposit PS/Co-Al LDH,

sistem yang terlibat memegang mekanisme reaksi F1 pada nilai yang lebih rendah

(α= 0,15-0,4). Namun demikian, pada konversi yang lebih tinggi (α= 0,7-0,9),

pengembangan reaksi degradasi termal cenderung ke arah mekanisme A4, yang

sesuai dengan nukleasi dan pertumbuhan.


Gambar 10. Penentuan mekanisme degradasi termal dengan memplot Z (α) versus

model Criado.

G. Suhu Dekomposisi Prosedural Integral (Integral Procedural Decomposition

Temperature/IPDT)
Untuk mengevaluasi stabilitas termal nanokomposit, metode suhu

dekomposisi prosedural integral digunakan dengan mempertimbangkan bentuk

keseluruhan dari kurva TGA. Menurut metode Doyle, estimasi nilai suhu

dekomposisi prosedural integral dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:

(3)

Dimana S = (A1 + A2) / (A1 + A2+ A3), K = (A1 + A2) / (A1), S adalah rasio area dari

kurva eksperimen total yang ditentukan oleh termogram total TGA. Tf dan Ti adalah

suhu eksperimental akhir dan awal. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11, A1,

A2, dan A3 adalah partisi dari tiga area yang berbeda dari grafik termogram TGA

yang khas. Untuk semua sampel yang disiapkan, nilai IPDT ditentukan menggunakan

Persamaan (3). Nilai IPDT dari nanokomposit PS murni dan PS/Co-Al LDH yang

mengandung 1, 3, 5 dan 7 % berar LDH masing-masing 380,4, 388,5, 402,6, 410,7

dan 415,8oC (lihat Tabel 3). Seperti yang diharapkan, nilai IPDT dari nanokomposit

meningkat dengan meningkatnya konsentrasi LDH, yang menunjukkan peningkatan

stabilitas termal nanokomposit. Nilai IPDT PS 7 lebih tinggi dari sampel lain yang

menunjukkan stabilitas termal yang lebih baik. Demikian pula, Kim et al.

menyatakan bahwa nilai IPDT untuk nanokomposit meningkat dibandingkan polimer

murni.
Gambar 11. Diagram skematik metode Doyle untuk menentukan IPDT.

H. Sifat reologi

1. Modulus penyimpanan

Analisis reologi dari komposit polimer adalah alat yang sangat efektif untuk

mempelajari variasi struktur mikro dan kekuatan interaktif antara polimer dan

nanofiller. Analisis dilakukan dengan frekuensi yang bervariasi antara 0,01 dan 100

s-1 pada suhu konstan 190oC (lihat Gambar 12). Berdasarkan gambar 12, modulus

penyimpanan PS murni paling rendah diantara semua sampel nanokomposit di

seluruh rentang frekuensi dan modulus penyimpanan juga meningkat dengan

meningkatnya konsentrasi LDH. Peningkatan modulus penyimpanan pada frekuensi

yang lebih rendah adalah karakteristik perilaku pseudo-solid karena pembentukan

jaringan meresap pada lamella LDH. Pada nilai frekuensi yang lebih tinggi dari 100

s-1, kurva modulus penyimpanan tumpang tindih satu sama lain untuk semua sampel

nanokomposit. Peningkatan jumlah pengisi dalam nanokomposit menyebabkan


terjadi perubahan dari sifat cair ke sifat padat. Konsentrasi transisi ini disebut ambang

perkolasi reologi. Munculnya ambang perkolasi reologi dalam sampel nanokomposit

dapat dikaitkan dengan pembentukan jaringan berkelanjutan LDH dan rantai polimer.

Fenomena yang sama telah dilaporkan untuk nanocomposites PE/Mg-Al LDH dan

nanokomposit polimer berlapis silikat.

Gambar 12. Modulus penyimpanan versus frekuensi sudut PS murni dan


nanokompositnya.
2. Loss Modulus (Modulus Hilang)

Parameter reologi yang digunakan untuk menunjukkan efek kental dari bahan

viskoelastik adalah "modulus hilang". Gambar 13 menunjukkan plot modulus hilang

versus frekuensi dalam kisaran 0,01-100 s-1 pada suhu 190oC. Dibandingkan dengan

modulus penyimpanan sampel, modulus hilang selalu lebih tinggi daripada modulus

penyimpanan pada frekuensi rendah yang mengindikasikan bahwa bagian kental lebih

mendominasi. Pada wilayah frekuensi yang lebih rendah, kenaikan modulus hilang
untuk sampel nanokomposit lebih meningkat dibandingkan pada wilayah dengan

frekuensi yang lebih tinggi, meskipun fakta bahwa sifat semua kurva itu mirip.

Jelaslah bahwa dengan penambahan LDH maka pada wilayah frekuensi rendah dapat

mengubah modulus hilang karena cukup resistif untuk mengalir. Pada wilayah

frekuensi yang lebih tinggi, waktu relaksasi nanokomposit polimer berkurang. Ini

menandakan pada situasi yang lebih mudah mengalir dapat membatalkan resistensi

yang disebabkan oleh LDH dan kurva lebih dekat dengan PS murni.

Ganbar 13. Loss Modulus versus frekuensi sudut PS murni dan nanokompositnya.

3. Faktor Kehilangan

Gambar 14 menunjukkan faktor kehilangan sebagai fungsi frekuensi dalam

kisaran 0,01-100 s-1 pada 190oC. Diamati bahwa faktor kehilangan nanokomposit

lebih rendah daripada PS murni dan menurun dengan meningkatnya konsentrasi LDH

di matriks polimer. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sifat elastis nanokomposit
meningkat engan meningkatkan konsentrasi LDH . Majid et al. juga memperoleh

faktor kehilangan yang serupa untuk nanokomposit PP dengan nanofiller ZnO.

Gambar 14. Faktor kehilangan versus frekuensi sudut PS murni dan


nanokompositnya
4. Viskositas kompleks

Gambar. 15 menggambarkan perilaku viskositas kompleks dengan frekuensi

sudut dalam kisaran 0,01-100s-1 pada 190oC. Nanokomposit menunjukkan

peningkatan nilai viskositas kompleks dengan meningkatkan konsentrasi LDH di

wilayah frekuensi rendah yang perlahan turun seiring meningkatnya frekuensi. Hal ini

disebabkan oleh adhesi antara LDH dan PS serta interaksi kohesif pada lapisan LDH.

Hal tersebut juga menjelaskan bahwa penambahan LDH memengaruhi lebih banyak

interaksi gesekan. Transisi dari perilaku Newton ke sifat penipisan geser juga diamati

dengan meningkatnya frekuensi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa rantai polimer

memiliki waktu lebih sedikit untuk terlibat dan arah nanofiller yang terdispersi secara
acak juga diputar sesuai dengan rantai makromolekul pada frekuensi yang lebih

tinggi. Akibatnya, nanokomposit PS bergerak mendekati kurva PS dan semua sampel

menunjukkan hal yang sama pada frekuensi yang lebih tinggi.

Gambar 15. Viskositas kompleks versus frekuensi sudut PS murni dan


nanokompositnya.
BAB 1V KESIMPULAN

Investigasi saat ini berhasil menunjukkan pembuatan nanokomposit PS Co-Al


LDH dengan sifat termal ditingkatkan melalui metode pencampuran pelarut
sederhana. Profil XRD nanokomposit PS tidak menunjukkan puncak difraksi yang
sesuai dengan bidang dasar (003) Co-Al LDH, menunjukkan pembentukan
nanokomposit terkelupas. Mikrograf TEM menunjukkan bahwa platelet Co-Al LDH
disebarluaskan dengan baik dalam matriks PS. Hasil FTIR memverifikasi keberadaan
LDH Co-Al dalam nanocomposites PS. Hasil DSC mengungkapkan peningkatan
nyata dalam suhu transisi gelas dengan penambahan LDH dalam matriks PS.
Hasil TGA menunjukkan bahwa stabilitas termal nanokomposit PS/Co-Al
LDH sangat meningkat dibandingkan dengan PS murni. Ketika kehilangan massa
15% dianggap sebagai titik acuan, suhu dekomposisi termal nanokomposit PS adalah
10-28,5OC lebih tinggi dari PS murni. Energi aktivasi nanokomposit PS/Co-Al LDH
adalah sekitar 20-49 kJ/mol lebih tinggi dari PS murni. Data IPDT dan energi aktivasi
yang diperoleh sepenuhnya berkorelasi dengan peningkatan stabilitas termal
nanokomposit PS dengan konsentrasi LDH yang dibuktikan dengan analisis TGA.
Temuan kinetika degradasi termal menunjukkan bahwa nanokomposit awalnya
mengikuti mekanisme reaksi F1 (nukleasi acak dengan satu nukleus pada partikel
individu), ketika proses dekomposisi termal berlangsung, mekanisme reaksi bergeser
ke mekanisme A4 (nukleasi dan pertumbuhan). Hasil analisis reologi
mengungkapkan bahwa modulus penyimpanan dan loss modulus meningkat karena
kandungan LDH meningkat dan juga kurang tergantung pada frekuensi yang lebih
tinggi untuk suhu tetap.
DAFTAR PUSTAKA

Suresh, K., Kumar, R.F. and Pugazhenthi, G., 2016, Processing and characterization
of polystyrene nanocomposites based on Co-Al layered double hydroxide,
Journal of Science: Advanced Materials and Devices, 1: 351-361.

Anda mungkin juga menyukai