Anda di halaman 1dari 4

BIOPLASTIK

“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Pengemasan”

Dosen Pengampu :

Winda Amalia, S.TP., M.Sc.

Oleh:

Ahmad Ashidhiqie Pramana/191710301061

TIP A 2019

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
1. Jelaskan Proses PLA, PHA dan PHB
a. PLA
PLA merupakan poliester yang dapat diproduksi menggunakan bahan baku
sumberdaya alam terbarui seperti pati dan selulosa melaui fermentasi asam laktat. PLA
mempunyai titik leleh yang tinggi sekitar 175˚C, dan dapat dibuat menjadi lembaran film
yang transparan. Proses dalam sintesa poli asam laktat menurut Averous (2008) dapat
melalui 3 metode, yaitu:
• Polikondensasi Langsung (direct condensation polymerization)
Poli asam laktat yang dihasilkan melalu proses ini memiliki berat molekul rendah
sehingga sebagian besar tidak dapat digunakan karena rapuh, perlu adanya
menambahan agen Chain Coupling yang berfungsi untuk meningkatkan panjang
rantai polimer. Proses ini merupakan proses yang paling murah namun memiliki segi
kekurangan dari PLA yang dihasilkan. Menurut Hasibuan (2006) adanya gugus
hidroksil dan karboksil pada reaksi asam laktat tidak dapat meningkatkan berat
molekul PLA dan metode ini juga berlangsung sangat lama akibat dari sulitnya
mengeluarkan air dari produk PLA. Kandungan air dalam PLA akan cenderung
menghidrolisis polimer yang terbentuk. Reaksi polikondensasi langsung akan
menghasilkan PLA dengn bobot kurang dari 1,6x10^4 (Hyon et al, 1998). Biasanya
polikondensasi langsung akan melibatkan suatu proses pengurangan air menggunakan
pelarut dan tekanan vacuum serta suhu yang tinggi.
Untuk meningkatkan berat molekul maka PLA hasil dari polikondensasi langsung
perlu ditambahkan bahan Coupling Agent yang dapat berupa anhydride,
epoxide, dan isocyanate. Hanya saja penambahan agen ini dapat memungkinkan
adanya sisa-sisa agen yang tidak bereaksi atau adanya sisa-sisa zat pengotor, selain
itu juga beberapa agen seperti isocyanate merupakan agen yang bersifat racun. Proses
penambahan agen juga cukup rumit dan memakan waktu yang cukup lama, sehingga
dari segi efisiensi proses ini kurang menguntungkan.
• Kondensasi Dehidrasi Azeotropik
Proses ini merupakan modifikasi dari proses polikondensasi langsung. PLA yang
dihasilkan dari proses ini memiliki berat molekul yang lebih tinggi. proses ini tidak
melibatkan penggunaan Coupling Agent, tidak seperti proses polikondensasi langsung
yang menggunakan tekanan vacuum, proses kondensasi azeotrop dilakukan pada
tekanan atmosferik.

Pelarut yang dapat digunakan antara lain xilena, bifenil, difenil eter, dan
klorobenzena. Pelarut ini dipilih karena lebih mudah dalam proses pemisahan air.
Jenis katalis yang dapat digunakan dalam proses ini adalah logam, oksida logam,
logam halida, asam protonoat, logam timah dan garam asam organik. telah berhasil
Diciptakan PLA melalui Kondensasi azeotropik dengan berat molekul mencapai
22.000. Optimasi reaksi polimerisasi asam laktat dilakukannya pada proses
polimerisasi selama 30 jam dengan menggunakan katalis logam timah konsentrasi
0,5%. Beliau menyampaikan bahwa untuk menghasilkan PLA yang memiliki berat
molekul lebih tinggi maka dibutuhkan penggunaan pelarut yang memiliki titik didih
lebih dari pelarut xilena seperti pelarut o-klorotoluena atau difenil eter.
• Metode Ring Opening Polymerization (ROP)
Telah dipatenkan oleh Cargill (USA) pada tahun 1992. Proses ini merupakan
proses yang paling baik dan menghasilkan PLA dengan berat molekul yang sangat
tinggi. Proses ini pertama kali digunakan oleh Carothers pada tahun 1932, namun
PLA yang dihasilkan belum memiliki berat molekul yang cukup tinggi karena prose
pemurnian belum berkembang saat itu. ROP merupakan proses polimerisasi berupa
reaksi ionik. Secara umum proses pembuatan PLA melalui proses ROP dimulai
dengan polimerisasi kondensasi untuk menghasilkan PLA dengan berat molekul
rendah, setelah itu dilanjutkan dengan proses depolimerisasi yang berfungsi
menghasilkan dimer laktida, selanjutnya laktida dipolimerisasi ROP dengan bantuan
katalis untuk menghasilkan PLA dengan berat molekul yang tinggi.
b. PHA
Polyhydroxyalkanoates (PHA) adalah salah satu contoh dari bioplastik. PHA
disintesis oleh bakteri sebagai karbon atau komponen simpanan energi ketika jumlah
intake karbon berlebihan dan beberapa nutrisi seperti nitrogen, phospor, dan oksigen
dalam kondisi yang terbatas. PHA dapat dihasilkan dari bermacam-macam bakteri,
seperti Alcaligenes latus, Pseudomonas oleovorans dan Escherichia coli. Masing-
masing bakteri akan menghasilkan PHA dengan komposisi yang berbeda. Jenis
substrat yang dikonsumsi oleh bakteri pun menentukan jenis PHA yang diproduksi.
Pada saat ini, produksi plastik PHA seluruhnya dilakukan dengan cara fermentasi,
yaitu mikroorganisme yang digunakan berupa kultur murni. telah dilakukan beberapa
penelitian yang memanfaatkan lumpur aktif untuk menghasilkan PHA. Lumpur aktif
adalah suatu sistem pertumbuhan tersuspensi yang terdiri dari suatu massa
mikroorganisme, yang disuplai dengan bahan organik dan oksigen secara konstan.
c. PHB
PHB ini menrpakan produk plastik terdegradasi yang dihasilkan oleh
mikroorganisme secara in vivo (dalam sel). Poli hidroksi butirat (P3HB) merupakan
polimer yang disintesis oleh bakteri dan diakumulasi secara intraselular sebagai
cadangan energi jika ditumbuhkan pada media dengan sumber karbon berlebih tetapi
nutrien lainnya yaitu nitrogen atau fosfor terbatas.Bakteri penghasil P(3HB ) terdiri
dari strain asli dan rekombinan. Beberapa bakteri yang telah digunakan untuk sintesis
P3HB antara lain: Chromatium, Bacillus sirculans, Bacillus thuringiensis,
Micrococcus sp., beberapa jenis bakteri tersebut merupakan bakteri gram positif.
Selain bakteri gram positif tersebut, terdapat beberapa jenis strain bakteri lain yang
telah digunakan yaitu bakteri gram negatif antara lain:
Caryophanon,Corynebacterium, Rhodopseudomonas, Cupriavidus Necator dan
Ralstonia eutropha.Beberapa bakteri yang mengakumulasi P(3HB) seperti Bacillus
megaterium, Alcaligenes sp,Pseudomonas aeruginosa, Escherichiacoli, dan Ralstonia
eutropha. P(3HB) ini bersifat termostabil, tidak larut air, dan biodegradable sehingga
sangat berpotensi untuk menggantikan plastik konvensional. Secara garis besar
produksi PHB masih menggunakan metode fermentasi dalam proses pembuatannya.

2. Sebutkan penggunaan Bioplastik

Anda mungkin juga menyukai