xa.yimg.com/kq/groups/3004572/1821750935/name/BAB+I,II.doc
09.46
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan bahan-bahan kimia
semakin besar sehingga pembangunan industri kimia perlu lebih diprioritaskan. Industri
kimia merupakan salah satu industri vital dan strategis, untuk itu hampir setiap negara
di dunia, tak terkecuali Indonesia banyak memberikan perhatian pada pengembangan
industri kimia, mengingat industri ini banyak mempunyai keterkaitan dengan
pengembangan industri lainnya.
Salah satu bahan kimia yang banyak digunakan adalah amonia. Bahan kimia ini
dapat diproduksi dari gas sintesis sebagai bahan intermediet dalam industri kimia.
Secara langsung amonia digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk (urea,
ammonium nitrate, ammonium sulphate) dan bahan baku pada proses pembuatan nitric
acid dan lain sebagainya.
Proyeksi kebutuhan ammonia dalam negeri semakin meningkat seiring dengan
peningkatan industri-industri yang menggunakannya. Oleh karena itu, maka pendirian
pabrik ammonia akan membawa dampak positif, hal ini disebabkan karena untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri disamping itu juga dapat mensuplai kebutuhan pasar
ekspor di berbagai negara.
1.2 Prospek dan Pemasaran
Prospek dari Produksi amonia sangat bagus, hal ini bisa dilihat dari
penggunaannya yang banyak diberbagai kebutuhan dan ditambah lagi besarnya peluang
eksport ke berbagai negara. Hal ini bisa diamati pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Data Proyeksi Kebutuhan Amonia di Pasar Dalam Negeri
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah (Ton)
3.980.746
4.219.591
4.979.118
5.506.904
5.892.387
Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa kebutuhan amonia di dalam negeri cenderung
mengalami peningkatan rata-rata 10.40 % per tahun. Hal ini disebabkan oleh sudah
berdirinya beberapa pabrik pupuk di Indonesia serta untuk meningkatkan permintaan
pasar luar negeri.
Dengan luasnya cakupan penggunaan amonia di Indonesia, baik secara industri
maupun secara langsung menunjukkan bahwa permintaan akan amonia cukup besar
dengan kata lain prospek pemasarannya sangat menjanjikan.
Nilai Gross Profit Margin (GPM) yang didapat untuk pembuatan amonia adalah
sebesar Rp.10.100/Kg NH3 (Data Perhitungan di Lampiran A). Nilai GPM
ini
diperkirakan cukup menarik perhatian investor untuk mendirikan pabrik amonia, karena
nilai tambah produk lima kali lipat dari harga bahan baku.
1.3 Pemilihan Lokasi
Bontang memiliki letak geografis yang strategis yaitu 120 km dari Kota
Samarinda dan bagian utara berbatasan dengan selat makasar . Disamping juga telah
memiliki fasilitas jalan yang memadai, dengan demikian transportasi darat dari sumber
bahan baku, dan pasar tidak lagi menjadi masalah. Untuk sarana transportasi juga telah
memiliki pelabuhan PT.Badak NGL, PT.PKT dan PT. Indominco Mandiri serta
pelabuhan Tanjung Laut yang sedang dibangun sehingga pengiriman barang antar pulau
maupun untuk ekspor lebih lancar. Peta lokasi pendirian pabrik dapat dilihat pada
lampiran C.
1.4 Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi dari pabrik akan mempengaruhi perhitungan teknis maupun
ekonomis dalam perancangan pabrik. Pada dasarnya, semakin besar kapasitas produksi,
maka kemungkinan keuntungan juga semakin besar. Pabrik amonia ini direncanakan
memiliki kapasitas produksi sebesar 50.000 ton/tahun. Kapasitas itu dipilih berdasarkan
perkiraan kebutuhan amonia di Indonesia tahun 2013 sekitar 5.892.387 ton/tahun.
Dengan asumsi tidak adanya penambahan pabrik amonia baru sehingga kapasitas
produksi amonia konstan. Maka kekurangan produksi amonia sekitar 290.000 ton/tahun.
Pabrik ini direncanakan memenuhi 17% kekurangan kebutuhan amonia (Data
Perhitungan di Lampiran B.
BAB II
DESKRIPSI PROSES
2.1 Teknologi Proses
Proses pembuatan amonia dari gas alam dan gas sintesis dapat dilakukan dengan
4 proses antara lain :
a. Proses Haber-Bosh
Proses pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen pertama kali ditemukan oleh Fritz
Haber tahun 1908, seorang ahli kimia dari Jerman. Untuk skala industri pembuatan
ammonia ditemukan oleh Carl Bosch, seorang ahli kimia juga dari Jerman. Persamaan
reaksi sintesis amonia sebagai berikut:
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) H= 46.1 KJ/mol
Berdasarkan prinsip kesetimbangan maka konstanta kesetimbangan reaksi tidak
hanya tergantung pada temperatur dan tekanan tetapi juga dipengaruhi oleh
perbandingan komposisi nitrogen dan hidrogen. Kondisi yang menguntungkan untuk
pembentukan amonia adalah reaksi ke kanan pada suhu rendah dan tekanan tinggi.
Namun reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu
500 oC sekalipun. Di pihak lain karena reaksi ke kanan eksoterm maka penambahan
suhu akan mengurangi rendemen. Proses Haber-Bosh pertama dilangsungkan pada suhu
500 oC dan tekanan 150 350 atm menggunakan katalis serbuk besi yang dicampur
dengan Al2O3, MgO, CaO dan K2O.
b. Proses Kellog
Proses ini merupakan proses sintesa amonia menggunkan bahan baku dari gas
alam dengan reaksi utama antara gas hidrogen dan nitrogen menjadi amonia yang
berlangsung pada seksi ammonia converter. Kondisi optimal yang digunakan pada
proses ini adalah menjaga reaksi pada tekanan 140 150 kg/cm2 dan temperatur 360
500 oC. Ammonia converter yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu Kellog
horizontal ammonia converter dan Kellog vertical quench converter.
Gas sintesis murni yang didapat dari proses ini terdiri dari campuran H 2 (74.2%),
N2 (24.7%), CH4 (0.8%) dan Ar (0.3%). Semua komposisi gas tersebut kemudian
dipisahkan dengan treatment tertentu sehingga gas sintesis yang dihasilkan hanya
mengandung komponen H2 dan N2. Selanjutnya, proses inti terbentuknya amonia terjadi
Haber Bosch
Kellogg
Lurgi
Koppers
Suhu
Tekanan
Konversi
Energi(GJ/t NH3)
500 C
150-350 atm
20-25%
80 90
365 C
14-15 atm
99,82%
27,1
560-620 C
20- 30 atm
61%
50 56
Totzek
1925 oC
123 atm
88,8%
44
NH3
Air
Syn gas
Air
Nitrogen
Separator
Mixer
Feed
Reformer
Purification
Treating
Compressor
NH3
Converter
CH4, H2
N2 CO, CO2
Steam Drum
Refrigerator
Uap Air
katalis
2NH3
Dalam condensor, produk amonia akan dicairkan sehingga terpisah dari gas sintesis
yang belum terkonversi. Gas sintesis yang belum terkonversi diumpankan dalam gas
separator untuk memisahkan komponen gas yang ada. CH 4 dan Ar di alirkan ke fuel
gas. Sedangkan nitrogen dan hydrogen direcycle menuju synthesis gas compressor
untuk diumpankan kembali ke ammonia converter. Laju alir produk NH3 yang
dihasilkan adalah 6 ton/jam. (Data Perhitungan di Lampiran E).
2.4
Pemakaian Katalis
Katalis yang digunakan dalam reaksi pembuatan amonia ini adalah katalis
2.5
Kinetika Reaksi
Konstanta kecepatan reaksi pembuatan amonia dapat dinyatakan dalam
Ea
k A. exp
RT
persamaan :
11727
k 3,64.10 8 exp
Pers. 2.1
Pers. 2.2
Ea
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu, maka
kecepatan reaksi pembentukan amonia akan semakin besar. Akan tetapi, reaksi
pembentukan amonia merupakan reaksi yang bersifat sangat eksotermis sehingga akan
melepaskan panas yang sangat besar. Panas reaksi akan dilepaskan oleh permukaan
katalis dan menyebabkan suhu naik dengan cepat, sehingga efektifitas dan umur katalis
akan terus berkurang. Untuk itu, maka diperlukan adanya kontrol temperatur yang baik
melalui pendinginan. (Kirk Otmer, 1978).