Anda di halaman 1dari 23

PROSES INDUSTRI KIMIA

“INDUSTRI AMONIA”

Disusun Oleh :
Nama : CHICHA NOVITASARI
NIM : 2019312003
Dosen Pengampu : Rully Masriatini, S.T., M.T.

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas PGRI Palembang
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga selalu terbuka jalan untuk kita meraih apa yang kita cita-citakan. Shalawat serta salam
tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan dan guru besar bagi seluruh umat
manusia.
Kami sangat bersyukur atas selesainya makalah Proses Industri Kimia yang berjudul “Industri
Amonia”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Rully Masriatini,
S.T. M.T. serta teman-teman yang turut membantu selesainya makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Proses Industri Kimia serta sebagai
upaya untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi mengenai Industri Amonia. Kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah
ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung atas penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya.

Palembang, April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover....................................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................2
Daftar Isi...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
A. Latar Belakang Masalah................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................4
C. Tujuan............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Amonia ........................................................................6
B. Sejarah dan Perkembangan Amonia ..............................................7
C. Proses Pembuatan Amonia.............................................................10
D. Kegunaan Amonia..........................................................................20
BAB III PENUTUP...........................................................................................22
Kesimpulan .........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amonia ialah salah satu bahan kimia dalam industri yang banyak memiliki kegunaan,
diantaranya digunakan sebagai bahan dari pembuatan pupuk, plastik, fiber, bahan peledak,
proses refrigerasi, proses purifikasi, dan banyak lainnya. Pada dasarnya senyawa amonia ini
memiliki sifat yang mudah terbakar, mudah bereaksi dengan senyawa lain, gas yang cukup
beracun, dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata. Tidak hanya itu senyawa amonia
memiliki sifat kelarutan dalam air cukup tinggi, memiliki titik leleh yang cukup rendah karena
wujudnya berupa gas. Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus N H 3 dan molekul berbentuk
segitiga.
Amonia ini terdapat di atmosfer dalam kuantiti yang kecil akibat pereputan bahan organik.
Senyawa ini juga dapat dijumpai di dalam tanah dan tempat yang berdekatan dengan gunung
berapi. Pada suhu dan tekanan piawai, amonia berupa gas yang tidak mempunyai warna. Amonia
dapat diproduksi dengan mereaksikan gas hidrogen dan gas nitrogen dengan perbandingan 3 : 1.
Dengan demikian pada kesempatan kali ini kami akan mencoba membahas lebih detail mengenai
industri amonia yang meliputi sejarah dan perkembangan amonia, proses pembuatan, hingga
kegunaannya dalam dunia industri.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa itu amonia ?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan dari amonia ?
3. Bagaimana proses pembuatan amonia ?
4. Apa saja kegunaan amonia dalam dunia industri ?

4
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan mempelajari lebih lanjut tentang amonia.
2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan amonia.
3. Untuk mengetahui dan memahami cara atau proses pembuatan amonia.
4. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai kegunaan amonia dalam dunia industri dan
kehidupan manusia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amonia
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus N H 3. Amonia termasuk gas alkalin yang tidak
berwarna dan lebih ringan dari udara. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau
tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi
keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik yang dapat merusak
kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan
batas 15 menit bagi kontak dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam
untuk 25 ppm volum. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun amonia di AS diatur sebagai gas yang
tidak mudah terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan
pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin.
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini
menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu -33 °C,
cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah. Walaupun
begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di
dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan N H 3 dalam air.
Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan komersial amonia
berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat
amonia pada 15.5°C). Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10
persen berat amonia. Amonia umumnya bersifat basa (pKb = 4.75), namun dapat juga bertindak
sebagai asam yang amat lemah (pKa = 9.25). Amonia dapat terbentuk secara alami maupun
sintetis. Amonia yang berada di alam merupakan hasil dekomposisi bahan organik.
Amonia mempunyai sifat fisika dan kimia diantaranya ialah sebagai berikut.
1. Sifat Fisika
 Rumus molekul : NH 3
 Berat molekul : 17,03 g/mol
 Wujud : Gas tidak berwarna

6
 Bau : Berbau menyengat&larut dalam alkohol dan eter
 Temperatur kritis : 132,40°C
 Tekanan kritis : 111,3 atm
 Titik didih : 33,15°C
 Titik leleh : -77,7°C
 Specific gravity pada acuan udara : 0,5971
 Kelarutan dalam air dingin (0°C) : 89,9/100
 Kelarutan dalam air panas (100°C) : 7,4/100
 Viskositas (25°C) : 13,35 Cp
 Lebih ringan daripada udara

2. Sifat Kimia
 Amonia stabil pada suhu kamar, pada suhu tinggi dapat terurai menjadi H2 dan N2
 Amonia memiliki sifat alkali dan korosif.
 Gas amonia mudah dikompresi dan membentuk cairan bening di bawah tekanan.
 Amonia tidak mudah terbakar, tetapi wadah amonia bisa meledak jika terkena panas tinggi.
 Pada tekanan atmosfir, disosiasi N H 3 terjadi pada suhu 450-500°C. Jika ada katalis maka
disosiasi dapat terjadi pada suhu 300°C.
 Amonia termasuk basa lemah
 Reaksi amonisasi
 Misalnya pada senyawa halogen,
+¿ ¿ −¿¿
 N H 3 +HX → NH 4 +X
 Oksidasi pada suhu yang tinggi dari N H 3 akan menghasilkan N2 + H2O
 2N H 3 + 2KMnO4 → 2KOH + MnO2 + 2H2O + N2

B. Sejarah dan Perkembangan Amonia


Amonia pertama kali ditemukan oleh bangsa Romawi dalam bentuk yang sekarang disebut
"garam amonia". Mereka menemukan senyawa ini di dekat kuil tempat mereka beribadah yang
bernama "Kuil Jupiter Ammun". Karena itulah mereka menyebut senyawa tersebut "Sal
Ammoniacus" atau "Hammoniacus Sal". Garam amonia ini menjadi sangat penting bagi para

7
alkimiawan muslim pada abad ke-8. Kimiawan Persia, Jabir Ibn Hayyan, yang pertama kali
menyebutkannya. Selanjutnya, senyawa ini banyak digunakan oleh para alkimiawan Eropa pada
abad ke-13 dan yang pertama kali mengemukakannya adalah Albertus Magnus. Pada abad ke-15,
Bacilius Valentinus menunjukkan bahwa amonia dapat diperoleh dengan memberikan perlakuan
alkali pada garam amonia.
Pada zaman pertengahan, pembuatan amonia dilakukan dengan cara memanaskan tanduk dan
kuku binatang ternak. Pada tahun 1774, Joseph Priestly untuk pertama kalinya mengisolasi
amonia dalam bentuk gas serta memisahkan amonia dari senyawa garamnya. Dan rumus
kimianya dipastikan setelah 11 tahun kemudian, yakni pada tahun 1785 oleh Claude-Louis
Berthollet. Pada tahun 1884, kimiawan Inggris, Sir William Ramsay dan Sydney Young
mencoba mempelajari penguraian amonia pada suhu sekitar 800°C. Mereka menemukan bahwa
dalam setiap proses penguraian selalu tersisa sejumlah tertentu amonia yang tidak ikut terurai.
Dengan kata lain, reaksi antara amonia dengan unsur-unsur penyusunnya (hidrogen dan nitrogen)
telah mencapai keadaan setimbang.
Selanjutnya, pada tahun 1904 Fritz Haber mencoba mengulangi percobaan kimiawan Inggris
tersebut untuk menentukan di titik mana kesetimbangan tercapai bila dilakukan percobaan pada
suhu mendekati 1000°C. Haber bersama asistennya Robert Le Rossignol, mengembangkan
peralatan bertekanan tinggi dan katalis untuk mendemonstrasikan proses Haber dalam skala
laboratorium. Mereka mendemonstrasikan proses mereka pada musim panas tahun 1909 dengan
memproduksi amonia dari udara setetes demi setetes, dengan laju sekitar 125 ml per jam. Ia
mencoba beberapa pendekatan, mereaksikan hidrogen murni dengan nitrogen murni, dan
memulai dengan amonia murni serta menggunakan besi sebagai katalis. Setelah menentukan titik
keseimbangannya, Haber kemudian mencoba katalis yang berbeda dan menemukan nikel yang
digunakan juga sebagai katalis (dengan efektivitas yang sama dengan besi), bahkan kalsium dan
mangan bisa lebih baik lagi.
Sampai saat perang dunia I, pembuatan amonia dipelopori oleh Amerika Serikat melalui
proses sianamida, sebagai berikut.
Mula-mula batu tohor (CaO) dan batu bara (C) dipanaskan dalam tanur listrik untuk memperoleh
kalsium karbida (CaC2).
CaO(s) + 3C(s) → CaC2(s) + CO(g)

8
Kemudian, kalsium karbida dialirkan gas nitrogen (N2) untuk membentuk kalsium sianamida
(CaCN2).
CaC2(s) + N2(g) → CaCN2(s) + C(s)
Akhirnya, kalsium sianamida dialiri uap air sehingga menghasilkan amonia.
CaCN2(s) + 3H2O(g) → CaCO3(s) + 2N H 3 (g)

Pada tahun 1908, berkaitan dengan kebutuhan terhadap nitrat yang semakin meningkat
sedangkan pasokan nitrat semakin berkurang, Haber menemukan proses yang murah dan efisien
untuk menghasilkan ammonia dan mengubahnya menjadi nitrat. Fritz Haber adalah seorang
ilmuwan terkenal dibalik pesatnya industri amonia. Ia merupakan orang pertama yang berhasil
memfiksasi amonia di laboratorium. Antara tahun 1908 sampai 1913, Fritz Haber (1868-1934)
dari Jerman berhasil mensintesis amonia langsung dari unsur-unsurnya, yaitu dari gas nitrogen
dan gas hidrogen. Kemudian proses pembentukan amonia ini disempurnakan oleh rekan
senegaranya, Carl Bosch (1874-1940) dengan metode tekanan tinggi sehingga proses pembuatan
amonia tersebut dikenal sebagai proses Haber-Bosch.
Proses Haber-Bosch dibeli oleh perusahaan kimia Jerman BASF, yang menugaskan Carl
Bosch untuk menaikkan kelas mesin laboratorium Haber menjadi peralatan produksi skala
industrial. Proses ini mendesak proses sianamida karena proses Haber-Bosch adalah proses
pembuatan amonia yang lebih murah. Fritz Haber bersama rekannya Carl Bosch, mereka
mendesain industri amonia yang dapat memproduksi amonia dalam jumlah besar. Carl Bosch
menyarankan agar Fritz Haber tidak menggunakan temperatur reaksi yang terlalu rendah. Jika
temperatur reaksi terlalu rendah maka reaksi akan berjalan dengan lambat dan tentunya hal ini
tidak efisien dalam industri kimia. Bosch juga mengusulkan untuk menggunakan tekanan yang
tidak terlalu tinggi, karena dapat meningkatkan resiko kecelakaan akibat ledakan dan
meningkatkan biaya konstruksi pabrik. Oleh karena itu, Bosch berusaha merancang pabrik yang
dapat memproduksi amonia dengan tekanan 10-100 Mpa dan suhu 100-500°C.
Dalam proses Haber-Bosch, bahan baku yang digunakan berupa N2 dan H2.
 N2 diperoleh dari hasil destilasi bertingkat udara cair
 H2 diperoleh dari gas alam (metana) yang dialirkan bersama uap air dengan katalisator
nikel pada suhu tinggi dan tekanan tinggi.
CH4(g) + H2O(g) → CO(g) + 3 H2(g) dan CO(g) + H2O(g) → CO2(g) + H2(g)

9
Pembuatan amonia menurut proses Haber-Bosch adalah reaksi kesetimbangan yang berlangsung
eksoterm pada suhu sekitar 400-600°C dan tekanan sekitar 200-600 atm.
N2(g) + 3H2(g) → 2N H 3 (g) ΔH = -92 KJ

Pada tahun 1910, menjelang dimulainya Perang Dunia I, pasokan nitrat dari Chili ke Jerman
benar-benar diputus sehingga pabrik-pabrik Jerman berusaha menerapkan teknik-teknik Haber
pada skala besar. Amonia pertama kali diproduksi menggunakan proses Haber dalam skala
industri pada tahun 1913 oleh BASF pabrik Oppau di Jerman, mencapai 20 ton per hari pada
tahun berikutnya. Oleh karena itu, Haber dianggap sangat berjasa bagi kemanusiaan. Haber dan
Bosch akhirnya dianugerahi penghargaan Nobel, pada tahun 1918 dan 1931, atas karya mereka
dalam menanggulangi masalah kimia dan teknik pada teknologi aliran berkesinambungan
tekanan tinggi berskala besar. Karena kegunaannya yang sangat banyak, ammonia hingga kini
terus menerus diproduksi untuk berbagai kepentingan, di antaranya pupuk pertanian, industri
kain, industri karet, produksi soda abu, metalurgi, dan pembersih rumah tangga. Pada tahun
2004, produksi ammonia di seluruh dunia tercatat mencapai 109 juta meter kubik ton. Dimana,
RRC merupakan penghasil terbesar dengan persentase 28,4% dari total produksi dunia, diikuti
oleh India sebesar 8,6%, dan sisanya Rusia 8,4% serta Amerika Serikat 8,2%.

C. Proses Pembuatan Amonia


Pada zaman pertengahan, pembuatan amonia dilakukan dengan cara memanaskan tanduk dan
kuku binatang ternak. Sampai saat perang dunia I, pembuatan amonia dipelopori oleh Amerika
Serikat melalui proses sianamida, sebagai berikut.
Mula-mula batu tohor (CaO) dan batu bara (C) dipanaskan dalam tanur listrik untuk memperoleh
kalsium karbida (CaC2).
CaO(s) + 3 C(s) → CaC2(s) + CO(g)
Kemudian, kalsium karbida dialirkan gas nitrogen (N2) untuk membentuk kalsium sianamida
(CaCN2).
CaC2(s) + N2(g) → CaCN2(s) + C(s)
Akhirnya, kalsium sianamida dialiri uap air sehingga menghasilkan amonia.
CaCN2(s) + 3 H2O(g) → CaCO3(s) + 2 N H 3 (g)

10
Amonia telah diproduksi dalam skala besar sejak sebelum meletusnya perang dunia pertama.
Saat itu, amonia masih diproduksi dengan cara distilasi dari sayuran yang mengandung nitrogen
dan dari bahan hewani. Asam nitrat direduksi dengan hidrogen untuk mendapatkan amonia atau
bisa juga dengan dekomposisi garam amonium (klorit) dengan hidroksi alkali. Namun, proses
pembuatan amonia secara modern yang paling terkenal adalah proser Haber-Bosch.
Berikut ini beberapa teknologi proses pembuatan amonia dari gas alam dan gas sintetis.
1. Proses Haber-Bosch
Tipe produksi ini mengkonversi gas alam atau LPG yang mengandung senyawa propana,
butan, atau yang lain menjadi gas hidrogen. Hidrogen yang diproduksi dari hidrokarbon tersebut
kemudian direaksikan dengan nitrogen untuk menghasilkan amonia. Proses dimulai dengan
pembuatan gas sintesis yaitu campuran gas H 2 dan N 2 dengan perbandingan 3 : 1 sesuai yang
diinginkan untuk sintesis amonia. Selanjutnya gas sintesis dimasukkan ke reaktor sintesis amonia
untuk direaksikan menjadi amonia. Proses Haber-Bosch pertama dilangsungkan pada suhu
500°C dan tekanan 150-350 atm menggunakan katalis serbuk besi yang dicampur dengan A l 2 O3 ,
MgO, CaO, dan K 2O.

Gambar 1. Flow Diagram Ammonia Synthesis

11
a. Pengolahan Gas Alam

Gambar 1.1. Proses Pengolahan Gas Alam

Pada proses ini, terdapat beberapa tahapan yaitu pengolahan natural gas (C H 4 , C 2 H 6 , C 3 H 8,
C 4 H 10 dan H 2S) masuk ke tangki Preheater yang mana dilakukan pemanasan awal. Kemudian,
dari Preheater dimasukkan ke dalam tangki Desulfurizer yang berfungsi untuk mereduksi
(menghilangkan) sulfur yang ikut bercampur pada gas alam. Gas Alam yang masih mengandung
kotoran (impurities), terutama senyawa belerang sebelum masuk ke Reforming Unit harus
dibersihkan dahulu di unit ini, agar tidak menimbulkan keracunan pada katalisator di Reforming
Unit. Penghilangan sulfur di awal proses dimaksudkan karena sulfur dapat mengganggu proses
pembuatan amonia dan zat yang dapat merusak alat-alat pada proses karena sulfur bersifat asam.
Yang mana asam dapat menyebabkan korosi pada perpipaan dan tangki yang terbuat dari logam
tanpa lapisan stainless steel. Untuk menghilangkan senyawa belerang yang terkandung dalam gas
alam, maka gas alam tersebut dilewatkan dalam suatu bejana yang disebut Desulfurizer. Gas
alam yang keluar dari proses Desulfurizer ialah C H 4 , C 2 H 6, C 3 H 8 , dan C 4 H 10. Gas alam yang
bebas sulfur ini selanjutnya dikirim ke Reforming Unit.

b. Primary Reformer
Di reforming unit gas alam yang sudah bersih dicampur dengan uap air, dipanaskan,
kemudian direaksikan di Primary Reformer. Proses Primary Reformer adalah proses pembuatan
gas H 2. Pada proses ini gas alam setelah keluar dari Desulfurizer akan dicampurkan dengan
steam (uap air atau H 2O) kemudian dimasukkan ke dalam tungku furnace. Bahan bakar yang
digunakan pada furnace ialah memakai fuel gas (gas alam).

12
Gambar 1.2. Proses Primary Reformer

Terlihat pada gambar sebelum masuk ke dalam vassel campuran gas alam dan steam
mengalami pemanasan awal pada pipa yang berada sebelum masuk kedalam tangki reaksi
kemudian dimasukkan ke dalam tangki untuk dilakukan pereaksian gas alam dan steam.
Reaksi yang terjadi pada tangki yaitu :
C H 4 (g) + H 2O (g) ↔ CO (g) + H 2 (g)

Reaksi diatas berlangsung pada suhu tinggi (reaksi endotermis) dengan kondisi reaksi
berlangsung pada suhu 700-750°C dan tekanan 35 atm dengan bantuan katalis Cobalt-
Molibdenium. Pada tahap ini, 70% metana dikonversi menjadi hidrogen dan C O2 serta ada
sebagian yang terkonversi menjadi CO. Kandungan gas yang keluar dari Primary Reformer ialah
H 2 (sangat besar), CO (sangat kecil) dan sisanya adalah C H 4 , C 2 H 6 , C 3 H 8, dan C 4 H 10.

13
c. Secondary Reformer

Gambar 1.3. Proses Secondary Reformer

Proses secondary reformer yaitu proses selanjutnya setelah primary reformer yang mana pada
proses ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan hidrokarbon dilakukan dengan
mereaksikannya dengan udara. Yang mana nantinya dari reaksi antara gas alam dan udara akan
menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk memurnikan kandungan N2. Pada bagian ini
terbagi 2 bagian reaksi yang pertama yaitu reaksi pada seksi oksidasi partial yang mana oksidasi
ini akan mereaksikan semua hidrokarbon dengan oksigen dan menghasilkan karbon dioksida dan
air. Berbeda pada bagian seksi reforming akan terjadi reaksi antara metana dan air yang
menghasilkan karbon monoksida dan hidrogen. Berikut reaksi yang terjadi :
Seksi Oksidasi Partial :
 C H 4 + 2O2 → CO2 + 2 H 2O
 C2 H6 + 3/2 O2 → 2 CO2 + 3 H 2O
 C3 H8 + 5 O2 → 3 CO2 + 4 H 2O
 C 4 H 10 + 13/2 O 2 → 4 CO2 + 5 H 2O

 H 2 + 1/2 O2 → H 2O

 CO + 1/2 O2 → CO2

Seksi Reforming :
 C H 4 + H 2O → CO + 3 H 2

14
Kondisi reaksi pada seksi reforming ialah berlangsung pada suhu 950°C, tekanan 32 atm dan
dengan menggunakan katalis Cobalt-Molibdenium. Kandungan yang keluar dari Secondary
Reformer ialah kandungan H 2, N 2 dan CO dalam jumlah banyak dan sisanya C O2 dan H 2O
dalam jumlah yang sangat sedikit.

d. Shift Converter

Gambar 1.4. Proses Shift Converter

Pada proses shift converter ini akan memproses gas hasil keluaran dari secondary reformer
yang mana bertujuan untuk mereaksikan gas CO → C O2 yang kemudian nantinya akan
dipisahkan pada proses selanjutnya. Pada proses ini terdapat 2 proses yang berbeda yaitu HTS
(High Temperature Shift Converter) dan LTS (Low Temperature Shift Converter). Pada gambar
di atas terlihat bahwa gas CO yang masuk dan keluar dari shift converter mengalami perubahan.
Perbedaan antara HTS dan LTS yaitu pada kondisi berjalannya reaksi yang mana pada HTS
reaksi berlangsung pada suhu dan tekanan tinggi sedangkan LTS reaksi berlangsung pada suhu
dan tekanan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena gas sebelum masuk ke kolom LTS
mengalami penurunan suhu oleh heat exchanger.
Berikut reaksi-reaksi yang terjadi pada kolom shift converter.
 Reaksi pada HTS
CO + H 2O ↔ CO2 + H 2
Kondisi berlangsungnya reaksi : T = 350-450°C, P = 30 atm dan katalis : Fe2 O2 , Cr 2 O3.

15
 Reaksi pada LTS
CO + H 2O ↔ CO2 + H 2
Kondisi berlangsungnya reaksi : T = 250°C, P = 25 atm dan katalis : CuO, N 2 O3.

Dari reaksi di atas pada HTS dan LTS sama-sama mengubah gas CO menjadi C O2 sehinngga
komponen gas CO tinggal sedikit sedangkan gas CO2 mengalami penambahan dari hasil reaksi
pada kolom HTS dan LTS. Setelah proses ini gas keluarannya akan menuju ke proses C O2
removal. Sehingga gas yang keluar dari proses shift converter ialah kandungan H 2, N 2, CO2
sangat besar dan sisanya adalah H 2O dan CO dalam jumlah kecil.

e. CO2 Removal

Gambar 1.5. Proses CO2 Removal

Pada proses CO2 removal terdapat 2 proses yaitu CO2 absorption yang mana berfungsi untuk
memisahkan gas CO2 yang masuk dari LTS dengan bantuan C O2 absorption. Dengan
menggunakan 2 senyawa CO2 absorption yang sering digunakan yaitu : larutan amine (MDEA =
mono diethanol amine) dan larutan Benfield ( K 2CO3). Pada proses kali ini kita menggunakan
larutan Benfield dengan reaksi yang terjadi yaitu:
CO2 + K 2CO3 + H 2O → 2 KHCO3
Dari reaksi di atas terlihat gas C O2 yang direaksikann dengan larutan Benfield dan air aka
membentuk senyawa kalium bikarbonat. Dengan kata lain senyawa inlet yang masuk ke C O2
absorber akan berikatan dengan larutan Benfield dan air sehingga membentuk senyawa baru dan
terpisah dari gas H 2, N 2 dan CO.

16
Setelah terbentuk senyawa KHCO3 maka akan diumpan ke dalam kolom C O2 Stripper, kolom
ini berfungsi untuk memisahkan KHCO3 dengan CO2 sehingga akan kembali membentuk larutan
Benfield ( K 2CO3) yang dapat digunakan kembali sebagai CO2 absorption. Sedangkan gas CO2
dikeluarkan dari kolom. Biasanya pabrik pembuatan amonia akan berdampingan dengan pabrik
pupuk urea, yang mana CO2 yang dikeluarkan dari kolom akan dikirim ke pabrik CO2 untuk
proses pembuatan pupuk urea.Gas hasil keluaran C O2 removal yaitu hanya tinggal kandungan
H2, N2 dan CO.

f. Methanator
Pada proses ini akan mengubah gas CO menjadi metana yang memiliki tujuan untuk
mencegah terjadinya reaksi antara katalis yang digunakan saat mensistesis N 2 dan
mempermudah proses sintesis amonia nantinya. Dengan kata lain CO, bila bereaksi dengan
katalis (Fe) maka akan menghambat pembentukan amonia.
Reaksi yang terjadi pada proses ini yaitu :
CO + 3 H 2 ↔ C H 4 + H 2O
Kondisi reaksi berlangsung pada suhu 200-250°C, tekanan 20 atm dengan bantuan katalis
Cobalt-Molibdenium. Metana yang terbentuk tidak akan bereaksi pada proses selanjutnya
sehingga proses pembuatan amonia sudah dapat dilakukan karena gas keluaran dari methanator
hanya tinggal gas untuk pembuatan amonia yaitu : H 2, N 2, C H 4 dan H 2O.

g. Synthesis Gas Compressor


Dalam proses pembuatan amonia, nantinya akan berlangsung pada tekanan tinggi, sehingga
untuk mencapai tekanan tinggi gas hasil keluaran metahanator akan diumpankan ke alat
synthesis gas compressor, yang berfungsi untuk menaikkan tekanan. Pada proses pembuatan
amonia nantinya akan berlangsung pada tekanan tinggi yaitu 135 atm. Synthesis Gas Compressor
disusun secara bertahap (stage) yang mana berfungsi agar kinerja alat untuk menaikkan tekanan
lebih mudah dilakukan dan life time alat juga akan semakin panjang karena kinerjanya tidak
terlalu berat dibandingkan hanya menggunakan synthesis gas compressor secara tunggal.

17
h. Amonia Converter

Gambar 1.6. Proses Amonia Converter

Pada proses pembuatan amonia setelah gas keluar dari proses synthesis gas compressor maka
pada proses pertama akan langsung diumpan ke dalam proses synthesis converters yang mana
proses ini akan mengubah atau mensistesis gas N 2 dan H 2 menjadi amonia dengan reaksi sebagai
berikut.
N 2 + 3 H 2 ↔ 2 NH 3
Reaksi tersebut berlangsung pada suhu 400-500°C, tekanan 135 atm dengan bantuan katalis
Fe2O3.
Konversi reaksi pembentukan amonia hanya mencapai 12%. Dan amonia yang terbentuk tidak
dapat langsung didapatkan hasil amonianya. Gas hasil keluaran dari synthesis converters ( H 2, N 2
, C H 4 dan N H 3) yang mana sebagian akan diumpan ke kolom HRU (Hydrogen Recovery Unit).
Proses ini dilakukan untuk memisahkan gas C H 4 dan merecovery gas H 2. Karena C H 4 tidak ikut
bereaksi selama sintesis pembuatan amonia maka jumlahnya selama masuk dan keluar akan tetap
sama. Sehingga untuk mencegah bertambahnya C H 4 , jumlah komponen C H 4 yang direvovery
nantinya akan diumpan ke gas recycle ke pengolahan gas alam harus sama dengan jumlah
komponen C H 4 yang masuk ke dalam sintesis converters.
Gas keluaran HRU akan dimasukkan ke dalam synthesis gas compressor untuk menaikkan
tekanan dan dicampur dengan fresh gas kemudian diolah kemblai ke synthesis converters untuk
membentuk N H 3 Untuk proses selanjutnya gas N H 3 yang masih bercampur dengan gas H 2, N 2,
C H 4 dan sedikit H 2O akan melewati refrigerator section yang akan mengubah N H 3 dan H 2O
menjadi fase cair lalu diumpankan ke kolom separator yang akan memisahkan fase gas dan fase

18
cairan. Sehingga N H 3 dan H 2O akan terpisah dan keluar menuju storage sedangkan gas H 2, N 2,
dan C H 4 akan masuk kembali ke proses synthesis converters untuk membentuk N H 3. Dan
begitulah siklus seterusnya. Konsentrasi N H 3 yang keluar dari tangki separator dapat mencapai
99% kemurniannya.

2. Proses Kellog
Proses ini merupakan proses sintesa amonia menggunakan bahan baku dari gas alam dengan
reaksi utama antara gas hidrogen dan nitrogen menjadi amonia yang berlangsung pada seksi
ammonia converter. Kondisi optimal yang digunakan pada proses ini adalah menjaga reaksi pada
tekanan140-150 kg/cm² dan temperatur360-500°C. Ammonia converter yang digunakan terdiri
dari 2 jenis, yaitu kellog horizontal ammonia converter dan kellog vertikal quench converter.
Gas sintetis murni yang didapatkan dari proses ini terdiri dari campuran H 2 (74,2%), N 2
(24,7%), C H 4 (0,8%), dan Ar (0,3%). Semua komposisi gas tersebut kemudian dipisahkan
dengan treatment tertentu sehingga gas sintetis yang dihasilkan hanya mengandung komponen
H2 dan N2. Selanjutnya, proses inti terbentuknya amonia terjadi di dalam amonia converter yang
mereaksikan gas hidrogen dan nitrogen menghasilkan amonia.

3. Proses Lurgi
Pada proses Lurgi reaksinya berlangsung dalam reaktor fixed bed dengan menggunakan
oksigen dan steam pada kisaran tekanan 2000-3000 kPa (20-30 atm). Oksigen dan steam
dimasukkan ke dalam gasifier melalui celah ke dalam rotary grate. Temperatur gasifikasi sekitar
560-620°C dan tergantung dari karakteristik umpan. Kandungan metan dan karbondioksida
masing-masing 10% dan 28% dalam gasifier. Crude gas dari Lurgi gasifier yang diproses dalam
beberapa langkah yaitu pengolahan limbah panas, shift conversion, penghilang tar, phenol, dan
produk lain. Nitrogen cair melalui proses scrubbing akan menghasilkan gas sintetis yang murni
dilanjutkan proses kompresi dan terakhir proses pembuatan amonia.
Tabel 1.1. Perbandingan Data Kondisi Proses Pembuatan Amonia
Proses Haber-Bosch Kellog Lurgi
Suhu 500°C 365°C 560-620°C
Tekanan 150-350 atm 14-15 atm 20-30 atm
Konversi 20-25% 99,82% 61%

19
Energi (GJ/t NH3) 80-90 27,1 50-56
D. Kegunaan Amonia
Kegunaan amonia dalam dunia industri sangatlah beragam diantaranya ialah sebagai berikut.
1. Sebagai bahan baku pembuatan pupuk, antara lain urea, ZA (Zwavelzur amonium atau
amonium sulfat), amonium fosfat, amonium nitrat, dan kalsium amonium nitrat.
2. Pada industri perminyakan, amonia dimanfaat untuk menetralkan senyawa-senyawa asam
yang masih tercampur dalam minyak mentah dan sebagai bahan kimia untuk mencegah
korosi pada peralatan.
3. Dalam bidang pengolahan air, amonia berperan sebagai pengontrol tingkat keasaman atau
pH.
4. Pada industri pertambangan, amonia dimanfaatkan dalam proses produksi, yaitu untuk
mengekstraksi logam tembaga, nikel dan molybdenum dari bijihnya.
5. Dalam bidang pengendalian pencemaran udara, amonia dimanfaatkan untuk menangkap
senyawa oksida sulfur yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung
sulfur.
6. Pada industri karet, amonia dimanfaatkan sebagai bahan kimia untuk stabilisasi lateks alam
dan sintetis untuk mencegah terjadinya koagulasi prematur.
7. Pada industri kertas dan pulp, amonia digunakan pada proses pembuatan pulp dari kayu dan
sebagai dispersant pada proses coating produk kertas.
8. Pada industri kulit, amonia dimanfaatkan sebagai curing agent, mencegah munculnya slime
dan mold, serta sebagai bahan pelindung kulit.
9. Amonia digunakan pada proses produksi produk farmasi, pestisida dan zat pewarna.
10. Sebagai bahan baku pembuatan beberapa jenis plastik seperti polyurethane dan phenolic.
11. Untuk membuat senyawa nitrogen lain, seperti asam nitrat, amonium klorida, dan amonium
nitrat.
12. Untuk membuat hidrazin. Hidrazin ialah salah satu senyawa nitrogen yang digunakan sebagai
bahan bakar roket.
13. Dalam pabrik es, amonia cair digunakan sebagai pendingin (refrigerant) karena amonia cair
mudah menguap dan akan menyerap panas sehingga menimbulkan efek pembekuan.
(J.Goenawan 153-154)

20
14. Campuran amonia dapat digunakan sebagai indikator universal untuk menguji gas yang
berbeda-beda agar dapat diketahui keberadaan gas tersebut.
15. Sebagai bahan tambahan pada rokok. Pada tahun 1960, perusahaan rokok misalnya Brown &
Williamson dan Phillip Morris mulai menggunakan bahan aditif amonia untuk memberikan
efek seperti nikotin tanpa menambahkan kandungan nikotin dalam rokok tersebut.
16. Sebagai bahan baku pembuatan produk-produk pembersih dan desinfektan.
17. Sebagai bahan pembuatan amonium klorida (NH4Cl) pada baterai.
18. Sebagai bahan dasar pembuatan bahan peledak dan detergen.
19. Dalam industri furniture, amonia digunakan sebagai pembersih furnitur dan sebagai
pembersih permukaan kaca.

21
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Amonia termasuk gas alkalin yang tidak
berwarna dan lebih ringan dari udara. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau
tajam yang khas (disebut bau amonia). Baunya sangat merangsang sehingga gas ini mudah
dikenal melalui baunya.
Amonia memiliki banyak kegunaan, diantaranya sebagai bahan dari pembuatan pupuk,
plastik, fiber, bahan peledak, proses refrigerasi, proses purifikasi, dan banyak lainnya. Dimana
amonia dapat dibuat dengan mereaksikan gas nitrogen (N2) dengan gas hidrogen (H2) melalui
proses reaksi eksoterm, yang dapat membentuk keseimbangan sebagai berikut.
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ∆H = -92,2 Kj

22
DAFTAR PUSTAKA

Https://www.scribd.com/doc/Pembuatan-Amonia-Dengan-Proses-Haber
Https://www.scribd.com/doc/SULFI-EKAWATI
Https://id.scribd.com/document/Makalah-Kimia-Industri-AMONIA
Https://yoeselynwangi.blogspot.com/2017/09/proses-pembuatan-amonia.html.
Https://annisadhini.blogspot.com/2012/05/sejarah-amonia.html.
Https://id.m.wikipedia.org/wiki/Proses_Haber
Https://www.sehatq.com/artikel/ada-dalam-cairan-pembersih-ini-bahaya-gas-amonia-bagi-tubuh
Https://joetrizilo.wordpress.com/proses-pembuatan-urea-proses-pabrik-amoniak-lengkap/

23

Anda mungkin juga menyukai