Anda di halaman 1dari 38

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agroklimatologi berasal dari kata agro dan klimatologi, yang mana agro
berarti pertanian dan klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim.
Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa agroklimatologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang iklim yang berhubungan langsung dengan pertanian.

Ada 5 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu : Faktor


genetik, iklim / Cuaca, manusia, tanah, dan Hama dan Penyakit. Faktor genetik
bisa kita atasi dengan pemuliaan tanaman seperti persilangan, masalah pada
manusia seperti tidak mampu menanam bisa kita atasi dengan pelatihan, masalah
pada tanah bisa kita atasi dengan pemberian pupuk, dan untuk hama dan penyakit
pada tanaman juga bisa dikendalikan dengan biopestisida. Iklim / cuaca sangat
sulit untuk dikendalikan dalam skala makro (luas), jika dalam skala mikro (kecil)
bisa dikendalikan seperti dengan penggunaan rumah kaca. Karena sulit untuk
dikendalikan maka kita sebagai penanam harus mampu menyesuaikan diri dengan
iklim atau cuaca setempat agar hasil pertanian bisa optimal. Itu jugalah alasan
mengapa dalam pertanian juga mempelajari klimatologi.

Manfaat mempelajari Agroklimatologi yaitu supaya petani bisa


mewaspadai keadaan cuaca buruk seperti kebanjiran, kemarau panjang, dan
sebagai dasar untuk pemilihan tanaman yang akan ditanam. Karena tanaman yang
ditanam harus sesuai dengan iklim agar dapat hasil panen yang optimal. Iklim
merupakan suatu hal yang terjadi di bumi dan dapat memengaruhi jenis dan
persebaran tumbuhan dan hewan, kesehatan dan kemampuan bertahan hidup, serta
aktivitas kerja manusia. Iklim sendiri adalah suatu keadaan umum kondisi cuaca
yang meliputi daerah yang luas. Masalahnya, saat ini iklim berubah drastis.
Musim hujan dan kemarau sudah tak menentu lagi, dimana suhu bumi semakin
panas, badai, banjir, dan kekeringan menunjukkan perubahan iklim tersebut.
Perubahan iklim yaitu terjadi kondisi yang berbeda dari rata-rata parameter
iklim dalam jangka waktu yang panjang dan adanya perbedaanekstrem tahunan
dari cuaca yang terjadi. Dampak negatif perubahan iklim terhadap pertanian yaitu
tidak menentunya pola musim hujan, meningkatnya hama dan penyakit tanaman,
banyak ditemukan spesies invasif, kematian terumbu karang (suhu air laut
meningkat), menurunnya produktivitas pertanian dan hutan, dan menurunnya
keanekaragaman hayati.

Contoh kasus dampak iklim terhadap OPT yaitu meningkatnya populasi


serangga vektor, meningkatnya serangan kutu putih pada berbagai tanaman buah-
buahan (pepaya, mangga, dan jambu), meningkatnya patogen tular tanah pada
tanaman kacang tanah, dan meningkatnya penyakit pada tanaman kentang dan
tanaman pangan lainnya. Upaya antisipasi dalam menghadapi dampak perubahan
iklim pada pertanian yaitu dengan car meningkatkan kegiatan monitoring,
menghindari resiko kegagalan sekecil mungkin dengan pertanian tumpang
sari,senantiasa menyiapkan perangkat pengendalian yang siap pakai, dan
memaksimalkan penerapan PHT biointensif.

Berbagai tindakan manusia juga sangat berpengaruh terhadap perubahan-


perubahan di Bumi disamping faktor-faktor alamiah. Pertumbuhan populasi
manusia meningkatkan kebutuhan akan energi, pangan, dan lahan untuk industri
dan tempat tinggal. Konsekuensinya, semakin banyak ekosistem yang begitu vital
peranannya dalam pemeliharaan keseimbangan alam seperti hutan dirusak untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Bumi yang memiliki kemampuan
restorasi yang sangat menakjubkan ini ada batasnya untuk dapat dimanfaatkan
manusia. Ketika manusia berlebihan dalam memanfaatkan Bumi, Bumi pun
mengalami kerusakan sebagaimana terlihat di sekitar kita..

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini masing – masingnya yaitu : Praktikum


pengukuran curah hujan untuk mengetahui bamyaknya curah hujan selama 1
bulan dan cara membuat ombrometer sederhana. Praktikum pengamatan
terjadinya hujan untuk melihat curah hujan yang dipengaruhi oleh angin dan tidak
dipengaruhi oleh angin. Praktikum respirasi untuk mengetahui bagaimana laju
respirasi pada serangga berbagai ukuran.Praktikum pengaruh cahaya terhadap
pertumbuhan tanaman untuk mengetahui respon tanaman terhadap cahaya
matahari. Praktikum pengaruh O2 terhadap lilin untuk melihat bagaimana
pengaruh O2 terhadap lilin yang menyala.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Praktikum Lapangan Stasiun Cuaca

Gunn-Bellani merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk


mengukur radiasi sinar matahari. Gunn-Bellani adalah sebuah alat klimatologi
yang berfungsi untuk mengukur besarnya intensitas radiasi matahari yang
menggunakan satuan Calori/cm2/menit (Hernawati, 2014). Gunn-Bellani terdiri
dari beberapa bagian. Komponen yang menyusun Gunn-Bellani yaitu sensor
berwarna hitam pekat berbentuk bulat yang dilindungi bola kaca dan dihubungkan
oleh tabung buret yang terdapat skala mililiter (cc) (Suciatiningsih, 2013). Setiap
alat klimatologi mempunyai cara kerja yang berbeda termasuk Gunn-Bellani.
Gunn-Bellani mempunyai cara kerja yaitu radiasi matahari yang dipancarkan pada
bola hitam akan membuat bola hitam menjadi panas sehingga menyebabkan
cairan pada bola hitam menguap dan mengkondensasi pada bagian bawah tabung
buret (Tambubolon, 2011).

Campbell Stokes adalah salah satu alat yang untuk mendapatkan data tentang
iklim dan cuaca pada stasiun-stasiun klimatologi yang berfungsi untuk mengukur
lama penyinaran matahari. Campbell Stokes merupakan alat ukur analog durasi
harian penyinaran matahari yang menggunakan satuan jam/prosentase (%) pias
harian (Kamus, 2013). Campbell Stokes terdapat komponen penyusunnya.
Campbell Stokes terdiri dari 2 komponen penyusun utama yaitu bola kaca
berfungsi sebagai lensa cembung yang mempunyai titik fokus dan kertas pias
yang mempunyai tiga macam jenis yaitu lengkung panjang (11 Oktober – 28
Februari), lurus (11 September – 10 Oktober) (1 Maret – 10 April) dan lengkung
pendek (11 April – 10 Agustus) (Romanyaga, 2016). Cara kerja Campbell Stokes
adalah sebagai berikut cahaya matahari akan dikumpulkan bola kaca pada titik
fokusnya yang terdapat lempengan baja dengan ukuran lebar kira-kira 10 cm
tempat kertas pias diletakkan, jika sinar matahari memiliki kekuatan lebih dari
120 W/m2 maka dapat membakar kertas pias sehingga meninggalkan jejak
terbakar pada kertas pias dapat berupa lubang panjang/pendek, terputus-putus atau
bintik terbakar yang menunjukkan lama waktu penyinaran matahari (Hamdi,
2014).

Psikrometer standar merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai pengukur


suhu dan kelembaban udara (Suhardiyanto et al., 2007). Psikrometer standar
tersusun dari empat thermometer yaitu thermometer bola kering (BK)
menunjukkan suhu udara, thermometer bola basah (BB) digunakan mencari
kelembaban udara dengan bantuan table, thermometer maksimum dan
thermometer minimum serta dilengkapi dengan piche evaporimeter. Piche
evaporimeter adalah alat ukur penguapan yang sangat peka terhadap laju angin,
endapan debu maupun pasir (Rizki, 2012). Cara mengukur kelembaban udara
dengan psikrometer standar adalah dengan melihat waktu pembacaan
thermometer bola kering kemudian thermometer bola basah yang diletakkan
berdampingan dengan tekanan yang sama sehingga dapat memberikan nilai
kelembaban udara (Hasibuan, 2005). Suhu yang ditunjukkan dari hasil pembacaan
bola kering lebih cepat berubah daripada thermometer bola basah. Semua alat
pengukur suhu dan kelembaban diletakkan di kotak yang terlindungi dari cahaya
matahari secara langsung atau radiasi bumi serta hujan (Hendayana, 2011).

Thermohigrograf merupakan alat pengukur suhu udara yang dapat merekam


setiap perubahan suhu udara (Butar, 2015). Thermohigrograph dipasang dalam
sangkar meteorologi dan berguna sebagai pengukur suhu udara secara kontinyu
karena dapat merekam suhu udara untuk waktu selama 24 jam, bahkan satu
minggu (Rizki, 2012). Thermohigrograf terdiri dari dua skala, skala bagian atas
untuk mengukur kelembaban udara dan skala bagian bawah untuk mengukur suhu
udara (Sunarto, 2004). Cara kerja thermohigrograf adalah dengan cara mengganti
kertas grafik yang sudah terpasang dengan kertas grafik yang baru lalu memeriksa
kekuatan putar perjam, tinta dan kebersihan pena dan rambut serta pengamatan
kelembaban dan suhu dilakukan tiap minggu (Budiyanto, 2016).

B. Curah Hujan

Air hujan sebagian mengalir meresap ke dalam kedalam tanah atau yang
sering disebut dengan infiltrasi, dan bergerak terus kebawah. Air hujan yang jatuh
ke bumi sebagian menguap (evaporasi dan transpirasi) dan membentuk uap air.
Sebagian lagi mengalir masuk kedalam tanah (infiltrasi, perkolasi, kapiler). Air
tanah adalah air yang bergerak didalam tanah yang terdapat didalam ruang-ruang
antara butir-butir tanah dan di dalam retak-retak dari batuan. Dahulu disebut air
lapisan dan yang terakhir disebut air celah (fissure water). Aliran air tanah dapat
dibedakan menjadi aliran tanah dangkal, aliran tanah antara dan aliran dasar (base
flow). Disebut aliran dasar karena aliran ini merupakan aliran yang mengisi
system jaringan sungai. Hal ini dapat dilihat pada musim kemarau, ketika hujan
tidak turun untuk beberapa waktu, pada suatu system sungai tertentu aliran masih
tetap dan kontinyu. Sebagian air yang tersimpan sebagai air tanah (groundwater)
yang akan keluar ke permukaan tanah sebagai limpasan permukaan (surface
runoff) yang terkumpul di sungai yang akhirnya akan mengalir ke laut kembali
terjadi penguapan dan begitu seterusnya mengikuti siklus hidrologi.
(Donoso,2009)

Penyimpanan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat


dan waktu. Kondisi tata guna lahan juga berpengaruh terhadap tampungan air
tanah, misalnya lahan hutan yang beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dan
curah hujan daerah tersebut. Sebagai permulaan dari simulasi herus ditentukan
penyimpangan awal (initial storage).

Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) didefinisikan sebagai


banyaknya air yang hilang dari areal pertanaman setiap satuan luas dan satuan
waktu, yang digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan (transpirasi) dan
dievaporasikan dari permukaan tanah dan tanaman. Kebutuhan air tanaman adalah
transporasi. Evapotranspirasi dipengaruhi oleh kadar kelembaban tanah, suhu
udara, cahaya matahari, dan angin. Evapotranspirasi dapat ditentukan dengan cara,
yaitu menghitung jumlah air yang hilang dari tanah dalam jangka waktu tertentu,
menggunakan factor-faktor iklim yang mempengaruhi evapotranspirasi,
menggunakan Iysimeter (Hasan Basri Jumin, 2002).
Kedua alat penakar hujan otomatis diletakkan pada tempat terbuka. Jarak
antara penakar hujan 150 meter dari tempat penelitian. Kedua tipping bucket
berada pada ketinggian 15 meter dari permukaan tanah. Tipping bucket
dihubungkan dengan sebuahdata logger (Delta-T Devices Ltd.,Cambridge,UK)
dengan interval 5 menit untuk mendapatkan data secara terus menerus. Sebuah
corong dan jerigen berukuran 65 Liter ditempatkan pada daerah yang terbuka,
dengan ketinggian 1 meter diatas permukaan tanah, dan bersudut tidak lebih dari
45 derajat dari tajuk pada plot penelitian. Untuk setiap kejadian hujan, pencatatan
dilakukan setiap hari dari pukul 08.00 pagi hingga selesai. Apabila pada pukul
tersebut masih terjadi hujan, maka pencatatan dilakukan setelah hujan benar-benar
berhenti (Hadi, 2013).
Pada alat penakar manual, untuk mendapatkan data curah hujan dalam
satuan milimeter, dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan curah
hujan kotor (Pg). Intersepsi diperkirakan dari hasil pengukuran hujan di tempat
yang terbuka ( Gross Presipitation / Pg ), Air lolos ( Troughfall / Tf ), dan Aliran
Batang ( Steamflow / Sf ). Selisih antara curah hujan di tempat terbuka, air lolos,
dan aliran batang merupakan besaran intersepsi hujan ( Ic ). Pemilihan vegetasi
yang digunakan untuk mengukur aliran batang pada plot penelitian berdasarkan
kelas diameter batang pohon. Pemilihan tersebut berdasarkan diameter pohon
diatas 10 cm (Kamir, 2009).
Alat pengukur curah hujan merupakan alat untuk mengukur curah hujan
yang terjadi pada suatu daerah baik pedesaan, kecamatan, atau provinsi mengacu
pada WMO (World Meterological Organization). Dengan adanya alat pengukur
curah hujan dapat diketahui banyaknya curah hujan yang terjadi setiap waktu.
Data curah hujan dihasilkan otomatis dari alat pengukur curah hujan disimpan
secara real-time dengan menggunakan aplikasi berbasis open-source seperti java
dan system operasi IGOS (Edi Tanoe,2011).

Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam
waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain gauge.
Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh
di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah bentuk
medan/topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai
dan jarak perjalanan angina diatas medan datar. Hujan merupakan peristiwa
sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke
permukaan bumi (Handoko, 2003).
C. Pembuatan Hujan Buatan

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas


merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering
dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya
sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk
pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap
menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data
unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas
atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002). dalam Tjasyono (2004)
menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian ringkas
jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan
suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada
kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.

Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik


menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu
serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu
klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya
dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama
(Lakitan,2002). Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya
hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah
melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya
korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks
suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
Udara selalu mengandung uap air, apabila uap air ini berkumpul menjadi titik-
titik air maka terbentuklah awan. Jika titik-titik air dalam awan semakin besar
dan awan semakin berat, gravitasi akan menarik titik-titik air tersebut hingga
turun sebagai hujan. namun jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-
titik itu akan menguap sebelum jatuh ke tanah dan hilanglah awan itu. Hujan pun
tidak jadi turun. (lakitan,2002).

Inilah yang dihindari dalam hujan buatan, bahan penyemai hujan tidak
memberi kesempatan bagi titik-titik air pada awan untuk menguap kembali.
Ada sejenis katalis yang ditambahkan, agar awan lebih cepat mengumpul zat
ini disebut bahan semai. (lakitan , 2002)

Bahan semai terdiri atas 2 jenis, yakni bahan semai higroskopis yang dapat
menarik uap air dari sekelilingnya, dan bahan semai glasiogenik yang dapat
mengahasilkan es. Bahan semai higroskopis akan membentuk tetes-tetes air yang
berperan dalam proses pembentukan butir-butir hujan di dalam awan. Awan
semakin cepat matang, volumenya akan menjadi lebih besar, dan hujan yang
dihasilkan akan semakin banyak. Bahan semai glasiogenik ditebarkan di atmosfer
pada ketinggian di atas freezing level, dimana lapisan ini mengandung banyak uap
air lewat dingin (super cooled moisture). Uap air ini dapat membeku secara alami.
Penambahan bahan glasiogenik akan mempercepat pembekuan uap air. Es yang
turun ke lapisan lebih rendah perlahan-lahan mencair dan menambah jumlah air
hujan yang turun ke permukaan bumi. Dalam membuat hujan buatan, banyak
faktor yang harus dipernuhi, seperti jumlah awan yang sudah ada, arah angin
agar jatuhnya hujan ditempat yang tepat, suhu, dll. Hujan buatan di Indonesia
pada umumnya dilakukan dengan menebar NaCl (garam dapur) atau
kombinasinya dengan senyawa organic (urea), yang kemudian akan berperan
sebagai inti kondensasi air. Awan yang dijadikan sasaran dalam kegiatan hujan
buatan adalah jenis awan Cumulus (Cu) yang aktif, dicirikan dengan bentuknya
yang seperti bunga kol. Awan Cumulus terjadi karena proses konveksi. Awan
Cumulus terbagi dalam 3 jenis, yaitu : Strato Cumulus (Sc) yaitu awan Cumulus
yang baru tumbuh, Cumulus, dan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan Cumulus yang
sangat besar dan mungkin terdiri dari beberapa awan Cumulus yang bergabung
menjadi satu. Jenis awan Cumulus (Cu) yang bentuknya seperti bunga kol,
merupakan jenis awan yang dijadikan sebagai sasaran penyemaian dalam kegiatan
hujan buatan. Ada beberapa metode untuk menyemai bahan semai kedalam awan.
Yang paling sering dan biasa dilakukan adalah menggunakan pesawat terbang.
Selain menggunakan pesawat terbang, modifikasi pesawat terbang juga dapat
dilakukan dari darat dengan menggunakan sistem statis melalui wahana Ground
Base Generator (GBG) pada daerah pegunungan untuk memodifikasi awan-awan
orografik dan juga menggunakan wahana roket yang diluncurkan ke dalam
awan ( lakitan,2002)
D. Respirasi Serangga

Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-


senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada
hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2
sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O.
Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan
dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang
secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan
air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk
dalam reaksi-reaksi respirasi. Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi
yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia dengan
menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP untak
kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan. Ditinjau
dari kebutuhannya akan oksigen, rspirasi dapat dibedakan menjadi respirasi aerob
yaitu respirasi yang menggunakan oksigen bebas untuk mendapatkan energi dan
respirasi anaerob atau biasa disebut dengan proses fermentasi yaitu respirasi yang
tidak menggunakan oksigen namun bahan bukunya adalah seperti karbohidrat,
asam lemak, asam amino sehingga hasil respirasi berupa karbondioksida, air dan
energi dalam bentuk ATP (campbell,2000).

Bernafas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah
pernafasan sering di sama artikan dengan istilah Respirasi, walau sebenarnya
kedua istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti
menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara dari
lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke
lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti suatu proses
pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel guna
memperoleh energi. Pada hewan – hewan tingkat tinggi terdapat alat untuk proses
pernafasan, yakni berupa paru – paru, insang atau trakea, sementara pada hewan –
hewan tingkat rendah dan tumbuhan proses pertukaran udara tersebut dilakukan
secara langsung dengan difusi melalui permukaan sel – sel tubuhnya. Dari alat
pernafasan, oksigen masih harus di angkut oleh darah atau cairan tubuh ke seluruh
sel tubuh yang membutuhkan. Selanjutnya oksigen tersebut akan dimanfaatkan
untuk oksidasi di dalam sel guna menghasilkan energy (Campbell,2000).

Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi


tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh,
pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi
tersebut saling berhubungan karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari
luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna
memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida
(CO2) dikelurkan melalui proses pernafasan. Karena hewan – hewan tingkat
rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus sehingga oksigen
dapat langsung masuk dengan cara difusi, maka sering kali istilah pernafasan
disamakan dengan istilah respirasi. Dengan demikian perbedaan kedua istilah itu
tidak mutlak. (Jasin, Maskeri. 2003)

E. Pengaruh O2 Terhadap Pembakaran


Pembakaran adalah suatu runutan reaksi kimia antara suatu bahan bakar
dan suatu oksidan, disertai dengan produksi panas yang kadang disertai cahaya
dalam bentuk pendar atau api (Young and Giese, 1991 dalam Sanoesi, 2009)

Angin merupakan faktor pemacu dalam tingkah laku api. Angin


mempercepat pengeringan bahan bakar, memperbesar ketersedian oksigen
sehingga api berkobar dan merambat dengan cepat. Disamping itu angin dapat
menerbangkan bara api yang dapat menimbulkan api loncat, dan terjadinya
kebakaran baru. (Ahmad, 2008)

Bahan Bakar (Pohon, rumput, dan semak dll) dapat terbakar bila tersedia
udara dan panas yang cukup. Tiga unsur tersebut biasa disebut “segitiga api”. Bila
tiga unsur segi tiga api tersebut tidak tersedia secara lengkap, api tidak dapat
membakar. Harus ada panas yang cukup untuk menyulut bahan bakar misalnya:
panas dari korek api, batubara, api bekas memasak, dari kendaraan,dari chainsaw,
dari puntung rokok dll. Dan harus ada udara (oksigen) untuk dapat terbakar, tanpa
ada udara sedikitpun api tidak akan hidup (Young and Giese, 1991 dalam Sanoesi,
2009)
Api biasanya terjadi di tempat yang beroksigen baik itu ruang terbuka
ataupun tertutup. jika titik api telah timbul maka penyebaran api keseluruh lahan
hutan dapat terjadi melalui tiga mekanisme yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Konduksi terjadi jika panas dipindahkan langsung melalui suatu bentuk struktur
dari sumber api yang terdekat, konveksi terjadi jika gas / udara panas meningkat
dihutan, dimana api dengan mudah menjalar dari tanah kelantai hutan diatasnya,
radiasi merupakan penjalaran api menurut garis lurus dari bahan yang terbakar ke
bahan terdekat yang mudah terbakar (Sumardi, 2004).
Definisi lain mengatakan bahwa pembakaran adalah suatu transisi dari
bentuk tidak reaktif ke bentuk reaktif dimana stimulieksternal menyebabkan
terjadinya suatu proses thermochemicalyang diikuti oleh transisi sangat cepat
ke pembakaran yang stabil. Stimulidari pembakaran sendiri terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu energi termal, kimia dan mekanis. Namun demikian, semua
definisi dari pembakaran mengarah pada penekanan akan pentingnya reaksi
kimia yang terjadi, dimana pembakaran mengubah energi yang tersimpan
dalam ikatan kimia menjadi panas (heat) yang dapat digunakan dalam
berbagai macam aplikasi. Sehingga terdapat dua variabel penting dalam
proses pembakaran, yaitu reaksi kimia antara bahan bakar dan oxidizer,
serta adanya pelepasan energi panas (reaksi bersifat
eksotermis)(Muhammad Andira, 2013).

F. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman


Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristik yang dianggap sebagai
adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau
supraoptimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi,
kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang
diterima hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul
cahaya sehingga menghambat atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan
yang lebih dalam. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu
dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi
cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang
tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran
(Fauzi, 2012).

Kedua kondisi cahaya tersebut memberikan respon yang berbeda-beda


terhadap tanaman, baik secara anatomis maupun secara morfologis. Tanaman
yang tahan dalam kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri
morfologis yaitu daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran
akan mempunyai ciri morfologis daun kecil dan tebal (Fauzi, 2012).

Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses


metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya
sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat
produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi terhadap naungan dapat melalui
2 cara yaitu meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan
metabolit; contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang
dialokasikan untuk pertumbuhan akar, mengurangi jumlah cahaya yang
ditransmisikan dan direfleksikan. Pada tanaman jagung respon ketika intensitas
cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian daun untuk memperkecil
aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula,
dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang(Fauzi, 2012).

Fototropisme adalah pertumbuhan organisme sebagai respon terhadap


cahaya. Hal ini paling sering ditemukan pada tanaman, tetapi juga dapat terjadi
pada organisme lain seperti jamur. Sel-sel pada tanaman yang terjauh dari cahaya
memiliki bahan kimia yang disebut auksin yang bereaksi ketika fototropisme
terjadi. Hal ini menyebabkan tanaman memiliki sel-sel memanjang di sisi terjauh
dari cahaya. Fototropisme adalah salah satu dari banyak tropisme tanaman atau
gerakan yang menanggapi rangsangan eksternal. Pertumbuhan menuju sumber
cahaya disebut fototropisme positif, sedangkan pertumbuhan jauh dari cahaya
disebut fototropisme negatif. Kebanyakan tanaman tunas menunjukkan
fototropisme positif, dan mengatur ulang kloroplas dalam daun untuk
memaksimalkan energi fotosintesis dan meningkatkan pertumbuhan (Goyal et al.,
2012).
Akar biasanya menunjukkan fototropisme negatif,
walaupun gravitropisme mungkin memainkan peran yang lebih besar dalam
perilaku akar dan pertumbuhan. Beberapa ujung tanaman menjalar menunjukkan
fototropisme negatif, yang memungkinkan mereka untuk tumbuh menuju benda
gelap dan padat yang kemudian akan dijalari oleh mereka. Kombinasi atas
fototropisme dan gravitropisme memungkinkan tanaman untuk tumbuh menuju
arah yang benar (Liscum, 2002).

Jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat


terbuka. Jenis yang diteliti memberikan respon terhadap perbedaan intensitas
cahaya. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada
di tempat terbuka. Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun.
Tanaman yang ditanam ditempat terbuka mempunyai daun yang lebih tebal
daripada di tempat ternaung (Marjenah, 2001).

Marjenah (2001) mengemukakan Jumlah daun tanaman lebih banyak di


tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Ditempat terbuka mempunyai
kandungan klorofil lebih rendah dari pada tempat ternaung. Naungan memberikan
efek yang nyata terhadap luas daun. Daun mempunyai permukaan yang lebih
besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka. Marjenah (2001)
mengemukakan bahwa kandungan klorofil Shorea parvifolia pada tempat terbuka
mempunyai kandungan klorofil lebih rendah yaitu 34,80 satuan, sedangkan
dengan naungan sarlon satu lapis berjumlah 42,21 satuan dan naungan sarlon dua
lapis 48,05 satuan; sedangkan Shorea smithiana pada tempat terbuka kandungan
klorofilnya 32,91 satuan, naungan sarlon satu lapis 36,49 satuan dan naungan
sarlon dua lapis 40,01 satuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Daniel et
al (2002) bahwa daun-daun yang berasal dari posisi terbuka dan ternaung, atau
dari tumbuhan toleran dan intoleran, mempunyai morfologi yang sangat
bervariasi. Daun yang terbuka, lebih kecil, lebih tebal dan lebih menyerupai kulit
daripada daun ternaung pada umur dan jenis yang sama.

Simarangkir (2000) menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh dengan


intensitas cahaya nol persen akan mengakibatkan pengaruh yang berlawanan,
yaitu suhu rendah, kelembaban tinggi, evaporasi dan transportasi yang rendah.
Tanaman cukup mengambil air, tetapi proses fotosintensis tidak dapat
berlangsung tanpa cahaya matahari. Sedangkan berpendapat bahwa pengaruh
cahaya terhadap pembesaran sel dan diferensiasi sel berpengaruh terhadap
pertumbuhan tinggi, ukuran daun serta batang. Pada umumnya cahaya yang
diperlukan oleh setiap jenis tanaman berbeda-beda.
BAB III. BAHAN DAN METODA

3.1 Lapangan Stasiun Iklim

A. Waktu Dan Tempat

Praktikum agroklimatologi tentang kunjungan ke BMKG Padang


Pariaman dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Februari 2019. Pukul 08.00 WIB s/d
di BMKG Padang Pariaman

B. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan saat praktikum lapangan ke BMKG


Padang Pariaman adalah pulpen, buku, camera atau HP dan sebagainya.

C. Tujuan

Tujuan dari praktikum lapangan kunjungan ke BMKG Padang Pariaman


adalah untuk mengidentifikasi dan memberikan informasi mengenai iklim yang
relefan kepada masyarakat.

D. Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum kali ini adalah yang pertama kita harus pergi ke
tempat praktikum yaitu nya ke BMKG, setelah itu dilihat alat-alat dari BMKG
tersebut dan difoto, lalu ditanyakan apa nama alat tersebut, apa fungsi alat nya dan
bagaimana cara kerja dari alat tersbut. Dan begitu juga untuk seterusnya.

Ombrometer

A. Waktu Dan Tempat

Praktikum agroklimatologi tentang pengamatan curah hujan dilaksanakan


pada hari Sabtu, 22 Februari 2019, jam 08.00 WIB. Di dekat Rumah Kaca,
Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

B. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kayu
dengan panjang 180 cm, gelas piala, cangkul, gelas, tali, dan buku serta pulpen.
C. Tujuan

Tujuan praktikum agroklimatologi tentang pengukuran curah hujan adalah


untuk dapat menganalisis data, dapat menggunakan dan memahami cara kerja dari
pengamatan atau pengukuran curah hujan, dan pengaruh hujan hujan terhadap
lingkungan (di bidang pertanian).

D. Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum kali ini adalah yang pertama di cangkul tanah
sedalam 30 cm, kemudian dimasukkan kayu yang berukuran 180 cm ke dalam
tanah yang sudah di cangkul, dan di timbun atau di tutup kembali tanah yang di
cangkul, setelah itu digantung gelas di ujung kayu dengan cara mengikat nya
dengan menggunakan tali. Lalu diamati setiap hari berapa ml air yang tertampung
dalam gelas dan di ikur dengan menggunakan gelas ukur, pengamatan dilakukan
sebelum jam 07.00 WIB. Pengamatan ini dilakukan selama 5 minggu
pengamatan.

3.2 Di Laboratorium

Proses Terjadinya Hujan

A. Waktu Dan Tempat

Praktikum agroklimatologi tentang proses terjadinya hujan ini


dilaksanakan pada hari Selasa, Maret 2019, jam 13.30 – 15.10 WIB. Di
Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

Respirasi Serangga

A. Waktu Dan Tempat

Praktikum agroklimatologi tentang respirasi dilaksanakan pada hari


Selasa, Maret 2019, jam 13.30 – 15.10 WIB. Di Laboratorium Fisika Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

B. Alat Dan Bahan


Alat dan bahan pada praktikum agroklimatolgi tentang respirasi adalah
karet gelang, plastik bening, kamera dan daun tanaman..

C. Tujuan

Tujuan dari praktikum agroklimatologi tentang respirasi adalah untuk


untuk menangkap O2 yakni oksigen dan mengeluarkan CO2 untuk memperoleh
H2O dan energi.

D. Cara Kerja

Cara kerja untuk praktikum kali ini adalah yang pertama disiapkan alat dan
bahan. Serangga dimasukkan ke dalam tabung respirometer yang terbuat dari
kaca, kemudian ditutup, diujung slang di aksih larutan KOH yang bercampur
dengan larutan ubi kayu dan jeruk nipis, dan di tunggu selama kurang lebih 20
menit. Kemudian di amati yang didapatkan data dan di buatkan laporannya.

Respon Tanaman Terhadap Cahaya

A. Waktu Dan Tempat

Praktikum agroklimatologi tentang respon tanaman terhadap cahaya


dilaksanakan pada hari Selasa, Maret 2019, jam 13.30 – 15.10 WIB. Di
Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

B. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum agroklimatologi tentang


respon tanaman terhadap cahaya adalah plastik sampah warna hitam, gunting,
kamera, dan tanaman berkayu lurus.

C. Tujuan

Tujuan dari Praktikum agroklimatologi tentang respon tanaman terhadap


cahaya adalah untukmelihat pengaruh cahaya terhadap arah pertumbuhan
tanaman.

D. Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum kali ini adalah yang pertama disiapkan dua
tanaman yang berbatang lurus, kemudian digunting sudut dari plastik hitam
tersebut yang satu dilobangkan diujung sebelah kanan dan digunting disebelah
kiri. Selanjutnya plastik tersebut di sungkupkan ketanaman tersebut dan dilakukan
pengamatan.

Pengaruh O2 Terhadap Lilin

A. Waktu dan Tempat

Praktikum agroklimatologi tentang respon tanaman terhadap cahaya


dilaksanakan pada hari Selasa, April 2019, jam 13.30 – 15.10 WIB. Di
Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum agroklimatologi tentang


Pengaruh O2terhadap Lilin adalah Lilin sama panjang 3 buah, gelar 3 buah yang
ukurannya berbeda-beda, korek api, rol, Timer Hp, dll.

C. Cara kerja

Cara kerja pada praktikum kali ini adalah yang pertama memotong sama
panjang lilin yang telah disiapkan dengan ukuran 7 cm, selanjutnya lilin sama-
sama dibakar, kemudian ditutup dengan gelas dengan waktu yang bersamaan. Saat
lilin mau ditutup gelas dihidupkan timer untuk menghitung jumlah waktu yang
terpakai disaat lilin mati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
a. Lapangan

No Nama alat Gambar


1
Termometer digital

2 Barometer digital

3 Anemometer digital

4 Barometer digital
5 Barometer air raksa

6 Thermometer tanah
bervegetasi

7 Thermometer apung

8 Panci penguapan

9 Penakar hujan otomatis


(hellman)
10 Penakar hujan (observasi) /
obrometer

11 Cup counter

12 Psycrometer standar

13
Campbell stokes

14
Auto rain water sampler
b. Curah hujan

No Hari / Tanggal Volume (ml) CH (mm) Pengamat

1. Minggu(24-02-2019) 185 19,88 Putri Wulandari


2. Senin (25-02-2019) 5 0,54 Saniyah, Qori, Dwi
3. Selasa (26-02-2019) 0 0,00 Sandra, Efrada
4. Rabu (27-02-2019) 0 0,00 Nurul, Beny
5. Kamis (28-02-2019) 18 1,93 Silva dika
6. Jum’at (01-03-2019) 0 0,00 Denada Isgarnela, Silva

7. Sabtu (02-03-2019) 245 26,33 Dhiah


8. Minggu(03-03-2019) 0 0,00 Putri Wulandari
9. Senin (04-03-2019) 67 7,20 Wulan
10. Selasa (05-03-2019) 364 39,12 Saniyah, Qori, Dwu
11. Rabu (06-03-2019) 600 64,49 Sandra, Efrada
12. Kamis (07-03-2019) 0 0,00 Tuty, Arief
13. Jum’at (08-03-2019) 5 0,54 Denada, SilvaDhiah
14. Sabtu (09-03-2019) 0 0,00 Dhiah
15. Minggu(10-03-2019) 144 15,48 Wulan
16. Senin (11-03-2019) 5 0,54 Saniyah
17. Selasa (12-03-2019) 19 2,04 Sandra, Efrada,Qori
18. Rabu (13-03-2019) 85 9,14 Suci, Nurul
19.. Kamis (14-03-2019) 0 0,00 Della, Tuty, Arief
20. Jum’at (15-03-2019) 0 0,00 Denada, Silva
21. Sabtu (16-03-2019) 0 0,00 Dhiah
22. Minggu(17-03-2019) 0 0,00 Wulan
23. Senin (18-03-2019) 0 0,00 Saniyah
24. Selasa (19-03-2019) 0 0,00 Sandra, Efrada,Qori
25. Rabu (20-03-2019) 0 0,00 Suci, Nurul
26. Kamis (21-03-2019) 20 2,15 Della, Tuty, Arief
27. Jum’at (22-03-2019) 305 32,78 Denada, Silva
28. Sabtu (23-03-2019) 1 0,11 Dhiah
29. Minggu(24-03-2019) 39 4,19 Wulan
30. Senin (25-03-2019) 160 17,20 Saniyah
31. Selasa (26-03-2019) 0 0,00 Sandra, Efrada,Qori
32. Rabu (27-03-2019) 450 48,37 Suci, Nurul
33. Kamis (28-03-2019) 190 20,42 Della, Tuty, Arief
34. Jum’at (29-03-2019) 0 0,00 Denada, Silva
35. Sabtu (30-03-2019) 0 0,00 Dhiah

c. Proses Terbentuknya Hujan

Pengamatan Pakai Kipas Tanpa Kipas


1 01 menit 33 detik 08 menit 14 detik
2 02 menit 54 detik 08 menit 27 detik

d. Respirasi Serangga

Pengamatan Serangga 1 Serangga 2


Jarak 0,2 – 0,6 0,1 – 0,5
Waktu 19.24.84 10.27.83
Pergerakan Tidak Ada Tidak Ada
e. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman

No Sebelum Sesudah
1

f. Pengaruh O2
Ukuran gelas Lama api lilin mati
Kecil 4 detik
Sedang 8 detik
Besar 15 detik

B. Pembahasan
a. Lapangan (stasiun BMKG)
Campbell Stokes berfungsi untuk Mengukur lamanya penyinaran
matahari. Prinsip kerjanya yaitu Sinar radiasi yang datang akan ditembakkan
oleh bola Kristal ke arah pias di bawahnya dan ada bagian kertas yang terbakar.
Ombrometer berfungsi untuk mengukur curah hujan secara manual. Prinsip
kerjanya yaitu Saat terjadi hujan ,air masuk ke dalam corong penangkar,air yang
masukk kedalam penangkar dialirkan dan terkempul dalam tabung
penampung,kemudian setiap pukul 07.00 WIB dilakukan penngukuran
menggunakan gelas ukur.
Hellman berfungsi untuk Mengukur intensitas curah hujan (tingkat kelebatan
hujan). Prinsip kerjanya yaitu Alat ini mencatat jumlah curah hujan yang
terkumpul dalam bntuk garis vertical yang tercatat pada kertas pias. Jika hujan
turun , air hujan masuk melalui corong , kemudian terkumpul dalam tabung
tempat pelampung.Air. Waktu pembacaan pukul 07.00 WIB.
Automatic Rain Sampler berfungsi untuk mengambil sampel air hujan
yang akan diukur konsentrasi kimia Air Hujan. Prinsip kerjanya yaitu Jika
terjadi hujan maka sensor akan memberikan kepada sistem kontrol untuk
membuka tutup tempat penampungan air yang digerakkan oleh motor listrik,
selama hujan penutup tersebut tetap terbuka kemudian setelah hujan berhenti
maka penutup akan bergerak ke posisi semula. Sehingga air hujan yang di
tempat penampungan tak terkena kotoran lain.
Thermometer tanah berfungsi untuk mengukur suhu tanah dengan kedalam
berbeda ( 0 cm,2cm,10 cm,50 cm,100 cm). Prinsip kerjnnya yaitu thermometer
tanah berumput pada siang hari biasanya suhu di rerumputan lebih dingin
dibandingkan yang gundul. Thermometer tanah gundul pada malam hari
biasanya suhu ditanah gundul lebih rendah dari rerumputan.
Sangkar Meterologi berfungsi sebagai tempat alat-alat pengukur cuaca
tertentu,agar terhindar dari sinar matahari langsung. Prinsip kerjanya yaitu
menyimpan alat agar tidak terkena sinar matahari langsung.
Gun Bellani Integrator berfungsi untuk mengukur total radiasi matahari
selama satu hari. Prinsip kerjanya yaitu alat ini mengukur radiasi matahari
dengan memanfaatkan penguapan yang terjadi dengan sebuah buret yang
tertanam dalam tanah , hasil uap air yang terbentuk akan terbaca pada skala
buret dalam satuan millimeter dengan rumus pembacaan : Jumlah pembacaan
hari ini – skala awal hari sebelumnya dengan waktu pengamatan pukul 07.00
WIB.
Wind Vane Anometer berfungsi untuk mengukur arah dan kecepatan
angin. Prinsip kerjanya yaitu menentukan arah angin yaitu menekan tombol yang
ada pada alat penujuk dan kemudian membaca jarum penunjuk yang
menunjukan arah beberapa derajat.
Cup Counter Anemometer 2 meter berfungsi untuk mengukur kecepatan
angin rata-rata selama periode tertentu. Prinsip kerjanya yaitu alat ini terdiri dari
3 buah mangkok yang akan berputar bila tertiup angin, pada bawah mangkok
terdapat angka counter yang mencatat perputaran mangok tersebut , waktu
pembacaan yaitu pagi,siang dan sore.
Panci penguapan berfungsi untuk mengetahui besarnya penguapan radiasi
langsung dari matahari. Prinsip kerjanya yaitu termometer minimum yang kecil
setelah di tengah dan bergunasebagai alat pengukur suhu atau temmperatur
minimum air panci.Sedangkan termometer maksimum besar berguna untuk
mengukur suhumax air dalam panci.
Alat Pengukur Temperatur Maximum dan Minimum berfungsi sebagai alatukur
suhu udara
Maksimum dan termometer minimum; sebagai alat ukursuhu udara
minimum pengukur penguapan. Prinsip kerjanya yaitu Thermometer bola basah
dan bola kering
Bola basah yaitu thermometer dibungkus dengan kain kasa yang
tergantung pada bejana kecil berisi air murni sehingga penguapan air dari kain
kasa menyebabkan suhu bola basah lebih rendah,sedangkan unt bola kering tidak
dibungkus.Kedua alat ini akan diketahui kelembapan udara dan titik embun.
Thermometer maksimum berfungsi untuk mengukur suhu maksimum , cairan
yang digunakan adalah air raksadengan prinsip kerja dipasang secara horizontal
jika suhu udara naik,maka air raksa dalam bola akan memuai mendorong cairan
raksa keluar melalui pipa yang menyempit ,suhu udara akan terus naik sampai
mencapai nilai maksimum.Pengamatan diakukan pada pukul 18.00 WIB,setelah
melakukan pembacaan ,posisi air raksa harus dikembalikan pada posisi suhu
waktu itu dengan cara diayunkan sedikit. Thermometer minimum berfungsi
mengukur suhu terendah pada suatu periode.Cairan yang digunakan adalah
alcohol,jika suhu turun ,alcohol akan menyusut dan permukaan alcohol akan
menarik indeks kea rah skala lebih kecil , sebaliknya jika suhu naik ,permukaan
alcohol akan naik namun indeks akan tetap tertinggal menunjukan skala yang
terendah yng dicapai suhu udara.Waktu pembacaan pada pukul 14.00
WIB.Setelah dilakukan pembacaan skala ,posisi indeks harus dikembalikan ke
posisi suhu pada waktu itu.

b. Curah Hujan
Dari hasil pengamatan curah hujan harian selama 4 minggu didapatkan
hasil bahwa ada beberapa hari hujan dengan intensitas tinggi, sedang dan rendah.
Ini menunjukan bahwa ada faktor yang menyebabkan hal itu bisa terjadi, jika
melihat dari teori yang ada menurut ( handoko,2003) bahwa Faktor yang
menyebabkan terjadinya hujan adalah Letak geografi, ketinggian tempat dan arah
angin. .
Alat untuk mengkur curah hujan dalam praktikum ini adalah menggunakan
Ombrometer tipe standar ( Manual ). Pengamatan dilakukan secara manual pada
pukul 07.00 pagi setiap harinya. Di dapatkan hasil rata-rata pengukuran yang
berarti curah hujan termasuk hujan normal, kondisi ini terjadi dipengaruhi oleh
suhu,temperatur udara,kelembaban,arah angin sehingga curah hujan dapat
berubah volumenya. Namun data ini tidak dapat menjadi suatu acuan untuk
menyatakan bahwa didaerah tempat praktikum Agroklimatologi pengamatan
Curah Hujan tinggkat dari curah hujan adalah normal. Tetapi data ini dapat
dijadikan sebagai bukti bahwa ada keterkaitan antara Curah Hujan dan faktor
iklim lainnya dan sebagai dasar perkiraan untuk menentukan apakah curah hujan
selanjutnya akan lebih banyak atau sebaliknya.
Maka dari itu diharapkan faktor iklim ini dapat dimanfaatkan untuk
membuat suatu analisa baik itu kapan datangnya musim hujan dan musim
kemarau. Sehingga para petani tidak kebingungan dan khawatir jika ingin
bercocok tanaman.

c. Terbentuknya hujan

Pada proses terbentuknya hujan dilaboratorium yang telah di


praktikumkan, dapat disimpulkan bahwa pada pengujian yang menggukan kipas
proses terbentuknya butiran air semakin cepat hal ini dikarenakan dibantunya
proses pengembunan oleh angin dari kipas. Sedangkan yang tidak menggunakan
kipas proses pengembunannya sedikit lama karena tidak adanya bantuan angin dri
kipas. Hal ini membuat proses terbentuknya butiran air semakin lama.

d. Respirasi Serangga
Pada praktikum respirasi digunakan alat respirator dengan objek serangga
kumbang tanduk.Pada percobaan kali ini yang diamati adalah kecepatan respirasi
dari serangga tersebut. Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang
menghasilkan energi. Respirasi adalah proses oksidasi bahan makanan atau bahan
organik yang terjadi di dalam sel yang dapat dilakukan secara aerob maupun
anaerob. Dalam kondisi aerib, respirasi ini memerlukan oksigen bebas dan
melepaskan karbondioksida serta energy. Apabila yang dioksidasi adalah gula,
maka reaksi yang terjadi adalah :
C6H12O6 + 6H2O 6CO2 + 6H2O + energi ,dimana jumlah CO2 yang
dihasilkan dan jumlah O2 yang digunakan dalam respirasi aerob tidak selalu sama.
hal ini bergantung pada jenis serangga yang digunakan.Respirasi dalam biologi
adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan
senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi
hidup.

e. Respon Tanaman Terhadap Cahaya


Praktikum respon tanaman terhadap cahaya ini memakan waktu 1 minggu
untuk memperoleh hasil. Sesuai dengan tujuan dilakukannya praktikum ini,
diperoleh data hasil yaitu pada gambar bahwa tanaman merespon cahaya yang
datang, yaitu pertumbuhan tanaman yang awal strukturnya yang lurus setelah
dilakuka percobaan berubah pertumbuhannya mengikuti arah cahaya datang. Hal
itu dikarenakan hormone pada tanaman yang tidak terkena cahaya matahari
membengkokkan tanaman dan hormone yang rentan pada cahaya matahari pergi
membelakangi cahaya sehingga mengakibatkan tanaman condong kearah cahaya
yang timbul.Kemudian pada ulangan tanaman kedua tanaman tidak mengalami
perubahan arah atau tetap .

f. Pengaruh Ketersediaan O2

Pada praktikum pengaruh ketersediaan O2 di gunakan empat buah lilin


dan tiga buah gelas dengan berbagai ukuran.Gelas pertama dengan ukuran
kecil,gelas kedua dengan ukuran sedang,dan gelas ketiga dengan ukuran
besar.Lilin yang cepat mati terdapat pada gelas pertama dengan ukuran gelas lebih
kecil dari pada gelas lainnya,sedangkan lilin yang lama mati terdapat pada gelas
keempat dengan ukuran gelas yang paling besar.Semakin sedikit oksigen maka
semakin cepat pula lilin mati.
Udara berpengaruh terhadap pembakaran lilin, dilihat dari padamnya api
didalam gelas. Hal ini disebabkan karena ketika terjadi pembakaran dalam gelas,
awalnya terjadi pengembangan udara, pada saat yang sama terjadi peningkatan
uap air dalam udara. Lilin ditutup dengan gelas akan padam karena kehabisan
oksigen. Diruang tertutup oksigen terbatas, hasil pembakarannya Karbondioksida
mengumpul digelas, sehingga lilin padam kehabisan oksigen. Dari percobaan dan
pengamatan dapat di lihat proses pembakaran memerlukan udara dan ketika udara
mendingin, tekanannya menyusut.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stasiun Klimatologi Kelas II Sicincin sebagai suatu stasiun cuaca yang


memberikan informasi keadaan atmosfer Bumi, khususnya Sumatera Barat dalam
setiap harinya. Sehingga penduduk Sumatera Barat dapat melakukan perencanaan
kegiatan yang harus dilakukan apabila terjadi perubahan keadaan atmosfer yang
signifikan sewaktu-waktu.Dan data dari stasiun ini pun akan diinput kepusat
untuk digabungkan dengan data daerah lain.
Curah hujan yang diukur berdasarkan jangka waktu satu hari (24 jam). Hal
ini bisa digunakan sebagai rekomendasi untuk kegiatan sehari-hari. Hujan
kumulatif merupakan jumlah kumpulan hujan dalam suatu periode tertentu seperti
mingguan, 10 harian, dan bulanan, serta tahunan. Curah hujan rata-rata tahunan
sangat bervariasi menurut tahun.
Pengaruh oksigen dari data tersebut dapat dihasilkan, pada saat lilin yang
masih hidup apinya yang ditutup dengan suatu gelas, maka oksigen disekitar lilin
tersebut berkurang. Semakin kecil volume gelas tersebut, maka semakin kecil atau
semakin sedikit pula oksigen yang ada tertinggal (tersedia) disekeliling lilin
tersebut begitupun sebaliknya, semakin besar volume gelas maka semakin banyak
oksigen yang tersedia. Dapat disimpulkan, bahwa oksigen sangat berpengaruh
pada pembakaran.
Tanaman merespon cahaya yang datang, yaitu pertumbuhan tanaman yang
awal strukturnya yang lurus setelah dilakukan percobaan berubah
pertumbuhannya mengikuti arah cahaya datang. Hal itu dikarenakan hormone
pada tanaman yang tidak terkena cahaya matahari membengkokkan tanaman dan
hormone yang rentan pada cahaya matahari pergi membelakangi cahaya sehingga
mengakibatkan tanama condong kearah cahaya yang timbul.
B. Saran

Adapun saran dalam praktikum ini adalah ikuti dengan sungguh-sungguh


praktikum agar hasil yang diperoleh akurat. Kemudian hargai ketika asisten
sedang menjelaskan cara kerja maupun praktikum. Bawa bahan dan alat
praktikum sesuai perintah asisten. Agar nantinya didapat data yang lebih akurat
lagi. Praktikum juga harus dilakukan dengan disiplin, seperti saat menyampaikan
materi semua praktikan harus diam dan mendengarkan. Praktikum yang dilakukan
juga jangan diundur-undur membuang-buang waktu sehingga praktikan tidak
menjadi malas.
DAFTAR PUSTAKA

Darjat, M. Syahadi, I. Setiawan. 2008. Aplikasi kontrol proporsional integral


berbasis mikrokontroler atmega8535 untuk pengaturan suhu pada alat
pengering kertas. Jurnal Aplikasi Kontrol Proporsional Integral. 21(23) :
313-319.

Donoso, M. C. 2009. Water Interactions with Energy Environment, Food and


Agriculture. Eolss Publishers. Oxford.

Fadholi, A., F. Puspita, P. Aji, dan R. Dewi. 2011 Pemanfaatan model weather
reasarch and forecasting (WRF). Jurnal Fiska dan Aplikasinya. 10(1) :
24-30.

Hadi, A. R. 2013. Ilmu Geografi Umum. PT Grasindo. Jakarta.

Kamir, K. 2009. Dasar-Dasar Klimatologi. Universitas Negeri Syiah Kuala,


Banda Aceh.

Latifa, T.R. 2013. Klimatologi Dasar. PT Grafindo. Jakarta.

Murtianto, H. 2008. Modul Belajar Geografi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Nicholson, S. 2005. Cuaca. Erlangga. Jakarta.

Pradipta, N. S., P. Sembiring dan P. Bangun. 2013. Analisis pengaruh curah hujan
di Kota Medan. Jurnal Sains Matematika. 1(5) : 459-468.

Ruwanto, B. (2006). Pengenalan Iklim dan Cuaca. Kanisius, Jakarta.

Prawirowardoyo, S. 2000. Meteorologi. ITB. Bandung.

Suwarsono, P., dan M. Karthasamita. 2009. Penentuan hubungan antara suhu


kecerahan data mtsat dengan curah hujan data qmorph. Jurnal
Penginderaan Jauh. 6(2) : 32-42.

Jumin, Hasan Basri, 2002, Dasar-Dasar Agronomi, Jakarta: PT. Rajagrafindo.


Karim, K. 1985. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Klimatologi. Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.

Daniel, Th.W., J.A. Helms, F. S. Baker., 2002. Prinsip-Prinsip Silvikultur (Edisi


Bahasa Indonesia, diterjemahkan oleh : Dr. Ir. Djoko Marsono), Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Fauzi, I. 2012. Pengaruh Cahaya Matahari dan Suhu Terhadap Tanaman.


Univeraitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Goyal, A., Szarzynska, B., Fankhauser C. (2012). Phototropism: at the crossroads


of light-signaling pathways. Cell 1-9.

Liscum, E. (2002). Phototropism: Mechanisms and Outcomes. Arabidopsis Book


1-21.

Marjenah. 2001. Pengaruh Perbedaan Naungan di Persemaian Terhadap


Pertumbuhan dan Morfologi Dua Jenis Semai Meranti, dalam Pengaruh
Perbedaan Naungan Terhadap Pertumbuhan Semai Shorea sp di persemaian,
Irwanto. 2006. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Simarangkir BDAS. 2000. Analisis riap Dryobalanops lanceolata Burk pada lebar
jalur yang berbeda di hutan koleksi Uniersitas Mulawarman Lempake. Frontir No.
32. Kalimantan Timur.

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.
LAMPIRAN

A. Dokumentasi

No. Gambar Keterangan

Salah satu pengamatan


1
ombrometer pada pagi hari

Merupakan dokumentasi pada


2 saat praktikum pengaruh O2
terhadap panas (Api)

Dokumentasi pada pengujian


proses terjadinya hujan.
3
Terdapat panci yang sedang
dipanaskan

Dokumentasi pada pengujian


proses terjadinya hujan.
Terdapat panci yang sedang
4
dipanaskan dan diatasnya
terdapat es batu yang
diletakkan diatas loyang
Dokumentasi praktikum
pengaruh cahaya terhadap
pertumbuhan tanaman.
5
Gambar tersebut merupakan
dokumentasi tanaman yang
sedang ditutup plastic.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI

OLEH :
NAMA : ARIEF RIZKIANA
NO BP : 1710253001
KELAS : Prot B
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ANGGOTA KELOMPOK : 1. SUCI RAMADANA PUTRI (1610251012)
2. EFRADA (1610251013)
3. SANDRA DESISKA (1610252007)
4. BENY RAMADHAN (1610252017)
5. SUCI RENO MERIQORINA (1610252021)
6. NURUL FITRI (1610252022)
7. AINUL MARDHIAH (1610252039)
8. SANIYAH NABILLA (1610252040)
9. DELLA MONICA (1610253008)
10. DWI MONICA WIDYA SARI (1610253014)
11. PUTRI WULANDARI (1710251014)
12. TUTY HARDIANTI (1710252013)
13. DENADA ISGARNELA (1710252025)
14. ARIEF RIZKIANA (1710253001)
15. SILVA DIKA RAHAYU (1710253020)
DOSEN PENJAB : Ir.LUSI MAIRA,MAgrSC.
ASISTEN : 1. ENDAH TRI WAHYUNI (1510231012)
2. DIANA ANGGRAINI (1710232018)

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji kamiucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya tercurahkan kepada kami yang tak terhingga ini, sholawat serta salam
penyusun sampaikan kepada junjungan Nabi besar kami Muhammad SAW dan
keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman.

Karena anugerah dan bimbingan-Nya penyusun dapat menyelesaikan


laporan Agroklimatologi ini dengan tepat waktu. Laporan ini kami buat
berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu.

Penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang


telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan kepada para pembaca
umumnya.

Padang, 14 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………….
B. Tujuan ……………………………………………………………………..

BAB II. TINJAUAN PUSTAKAN


A. Praktikum Lapangan....................................................................................
B. Curah Hujan..................................................................................................
C. Proses Terbentuknya Hujan..........................................................................
D. Respirasi Serangga........................................................................................
E. Pengaruh Ketersediaan O2…………………………………………………..
F. Pengaruh Cahaya Terhadap Tanaman………………………………………
BAB III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat.........................................................................................


B. Alat dan Bahan...............................................................................................
C. Cara Kerja......................................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil...............................................................................................................
B. Pembahasan....................................................................................................
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................………………...
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
LAMPIRAN………………………………………………………………………..

Anda mungkin juga menyukai