PENDAHULUAN
Dalam mempelajari tanah, salah satu ilmu yang dapat dipelajari adalah
geografi tanah. Salah satu ilmu yang mempelajari tanah adalah geografi tanah.
Geografi tanah sendiri ialah merupakan ilmu tentang penyebaran jenis-jenis tanah
secara geografis dan dikaitkan dengan faktor-faktor pembentuk tanahnya dan
kajian mulai dari keadaan di sekitar tanah, lereng, tekstur, struktur, konsistensi,
kemasaman tanah, kandungan bahan organic, serta kandungan kapur di dalam
tanah.
1.2. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Klimatologi
Selain itu, klimatologis juga melihat perubahan alami dalam arus udara
dan laut seperti El Nino dan La Nina, yang merupakan fase dalam siklus fluktuasi
suhu udara dan laut di atas Samudra Pasifik. Osilasi antara El Nino yang hangat
dan fase La Nina yang dingin mempengaruhi iklim di seluruh dunia. Pola arus laut
ini menghasilkan perubahan perbedaan normal antara suhu atmosfer dan suhu
laut.
Iklim adalah keadaan rata – rata cuaca disuatu daerah dalam jangka lama
dan tetap. Iklim merupakan peluang statistik berbagai keadaan atmosfer antara
lain suhu, tekanan, angin, kelembaban yang terjadi di suatu daerah selama kurun
waktu yang panjang dengan penyelidikan dalam waktu yang lama minimalnya 30
tahun dan meliputi wilayah yang luas.
2.1.2. Geomorfologi
Erosi
Pada tanah dengan kelerengan yang tinggi, tanah akan mudah di pecah dan
terangkut oleh air ke daerah di bawahnya, juga pada tanah yang kemiringan
lerengnya tinggi daya rusaknya akan lebih besar karena kecepatannya tinggi.
Penutupan tanah oleh tanaman penutup akan dapat berpengaruh secara langsung
terhadap tanah atau memberi efek perlidungan terhadap air hujan dan daya rusak
limpasan permukaan (run off). Pada kondisi tanah yang terbuka akan berpotensi
mengalami erosi yang tinggi, dibandingkan dengan tanah yang terdapat tanaman
penutupnya.
Pergerakan massa tanah atau batuan pada lereng dapat terjadi akibat interaksi
pengaruh antara beberapa kondisi yang meliputi kondisi morfologi, geologi,
hidrogeologi, dan tata guna lahan. Kondisi kondisi tersebut saling berpengaruh
sehingga mewujudkan suatu kondisi yang mempunyai kecenderungan atau
berpotensi untuk bergerak.
Dalam prosesnya, curah hujan menjadi faktor pendorong paling utama, air
hujan yang jatuh ke permukaan tanah meresap ke dalam tanah, pada kedalaman
tertentu air hujan mencapai lapisan kedap air yang berupa material lempung,
sehingga material lempung yang terkena air hujan yang meresap berubah sifat dari
lekat menjadi material yang licin. Material lempung yang basah dan licin akibat
terkena air ini menjadi bidang gelincir bagi tanah yang berada diatasnya sehingga
terjadi longsor (land slide).
2.1.3. Geologi
Hukum dan konsep geologi yang menjadi acuan dalam geologi antara lain
adalah konsep tentang susunan, aturan dan hubungan antar batuan dalam ruang
dan waktu. Pengertian ruang dalam geologi adalah tempat dimana batuan itu
terbentuk sedangkan pengertian waktu adalah waktu pembentukan batuan dalam
skala waktu geologi.
Adapun prinsip prinsip dasar geologi yang sangat penting dalam ilmu
geologi adalah prinsip horisontalitas, superposisi dan kesinambungan lateral pada
perkapisan batuan sedimen.
Batuan beku
Batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma yang
mengalami pembekuan. Batuan beku ini juga disebut dengan Igneous rock.
Magma yang membeku ini merupakan magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, yang terjadi baik di bawah permukaan
sebagai jenis batuan intrusif atau plutonik, maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif atau vulkanik.
Batuan sedimen
Batuan sedimen merupakan salah satu jenis batuan yang mana terbentuk
sebagai hasil pemadatan yang berupa bahan lepas. Batuan Sedimen terbentuk
akibat adanya pengendapan materi hasil erosi. Hasil erosi tersebut terdiri atas
berbagai partikel yaitu, halus, kasar, berat dan ringan. Ada pula pengangkutan
batuan sedimen yaitu seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-
lompat (saltation), terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada yang larut. Batuan
yang terbentuk akibat adanya pengendapan/hasil pelapukan dan proses pengikisan
batuan yang hanyut oleh air atau terbawa tiupan angin. Kemudian endapan-
endapan ini menjadi keras karena adanya tekanan atau adanya zat-zat yang
merekat yang ada pada bagian-bagian tersebut. Sekitar 80% permukaan benua
tertutup oleh batuan sedimen.
Batuan metamorf
Batuan metamorf atau malihan adalah batuan hasil ubahan dari batuan asal
(Batuan beku dan batuan endapan) akibat proses metamorfosis. Metamorfosis
adalah suatu proses yang dialami batuan asal akibat dari adanya tekanan atau
temperatur yang meningkat atau keduanya sama-sama meningkat. Proses
Terbentuknya Batuan Metamorf Batuan metamorf terbentuk karena adanya
perubahan yang disebabkan oleh proses metamorfosa (perubahan tekanan, suhu,
aktivitas kimia baik fluida atau gas).
Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan
kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat
dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun
spiritual. Lahan yang sebelumnya merupakan lahan kosong atau lahan tidak
terbangun, banyak mengalami perubahan fungsi menjadi lahan terbangun dengan
berbagai macam bentuk penggunaan dan pemanfaatan lahan.
Lahan adalah unsur penting dalam kehidupan manusia baik sebagai ruang
maupun sebagai sumber daya karena sebagian besar kehidupan manusia
tergantung pada lahan. Pertambahan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan
masyarakat yang berarti kurangnya lahan kosong karena adanya alih penggunaan
lahan.
Faktor pembentuk tanah terdiri karena dua faktor utama : faktor bahan
induk dan faktor lingkungan (iklim, organisme, relief, waktu). Secara vertikal
tanah terdiferensiasi membentuk horizon-horizon yang berbeda beda baik dalam
morfologi seperti ketebalan dan warnanya maupun karakteristik fisik, kimiawi dan
biologis. Horizon tanah sendiri yaitu merupakan lapisan-lapisan tanah yang
terbentuk karena hasil pembentukan tanh yang hampir sejajar dengan permukaan
tanah. Horizon tanah tersebut terdiri atas : Horizon O, horizon A, horizon B,
horizon C, dan horizon R. Susunan horizon-horizon tanah dalam lapisan
permukaan bumi setebal 100-120 cm disebut sebagai profil tanah.
Tanah memiliki sifat fisik, biologi maupun kimia yang berbeda beda pada
lingkungan yang berbeda pula. Arifin, M. (2010). Berikut penjelasan mengenai
sifat-sifat tanah :
a. Warna Tanah : Warna tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang
lebih banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak
mempunyai efek langsung terhadap tanaman tetapi secara tidak langsung
berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembaban tanah
(Hanafiah 2008). Warna tanah sangat penting untuk diamati karena
kemampuanya memberikan sejumlah gambaran segi mineral tanah, tingkat
peluruhan bahan induk, kandungan bahan organik dan gejolak musiman
air tanah (Dika, 2011). Warna tanah merupakan ciri fisik yang paling
mudah dikenali. Perbedaan warna tanah umumnya dipengaruhi oleh
perbedaan kandungan bahan organik. Semakin hitam warna tanah
menunjukkan tanah tersebut semakin subur. Sebaliknya semakin terang
warna tanah menunjukkan semakin tidak suburnya tanah tersebut.
a. Koloid Tanah : Bahan mineral dan bahan organik yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi per satuan berat
(massa). Koloid ini merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam
reaksi-reaksi fisikokimia dalam tanah. Koloid berukuran < 1 mikron,
sehingga tidak semua fraksi liat termasuk koloid. Umumnya bermuatan
negatif.
Sifat biologi tanah berhubungan dengan aktivitas makhluk hidup yang ada
di dalam dan permukaan tanah. Berbagai jenis makhluk hidup berkembang dalam
tanah, baik berbagai jenis tumbuhan, hewan, atau makhluk hidup yang berukuran
besar (makro) maupun yang makhluk hidup yang ada di berukuran kecil (mikro).
Berdasarkan peranannya, organisme tanah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
(a) organisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, (b) organisme yang merugikan tanaman, dan (c) organisme yang tidak
menguntungkan dan tidak merugikan. Organisme tanah yang lebih besar dapat
memperbaiki struktur tanah dengan cara membuat saluran-saluran (lubang-
lubang) di dalam tanah (contohnya lubang cacing), dan membantu mengaduk-
aduk dan mencampur baurkan partikel-partikel tanah, sehingga aerasi (aliran
udara) tanah menjadi lebih baik. Pembuatan saluran-saluran dan lubang-lubang ini
memperbaiki infiltrasi dan pergerakan air didalam tanah, serta drainase.
Jenis tanah akan berpengaruh pada kesuburan tanah. Letak geografis dan
astronomis di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat penting dalam
membentuk berbagai macam tanah.
Tanah Alluvial
Tanah alluvial merupakan tanah yang berasal dari endapan lumpur yang
terbawa oleh air sungai. Tanah ini tercipta dari erosi yang kemudian diendapkan
bersama dengan lumpur sungai. Tanah alluvial memiliki warna yang kelabu dan
memiliki tesktur beragam, salah satunya berstruktur remah dan sifatnya subur,
cocok digunakan untuk bertanam. Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan.
Tanah Andosol
Tanah Grumusol
Tanah grumusol merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur
dan tuffa vulkanik. Kandungan organik di dalamnya rendah karena dari batuan
kapur jadi tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman. Tekstur
tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim kemarau dan memiliki
warna hitam. Tingkat keasaman (pH) yang dimiliki netral hingga bersifat basa
(alkalis). Tanah ini biasanya berada di permukaan yang tidak lebih dari 300 meter
dari permukaan laut dan memiliki bentuk topografi datar hingga bergelombang.
Tanah Vulkanis
Tanah vulkanis merupakan jenis tanah yang berasal dari abu gunung api atau
vulkanis atau material letusan gunung api yang sudah mengalami pelapukan.
Tanah yang berkembang dari abu vulkanik tergolong subur dan cocok dijadikan
sebagai lahan pertanian seperti holtikultura. Jenis tanah ini umumnya mempunyai
ciri berbutir halus, sifatnya tidak mudah tertiup angin, dan jika terkena hujan
lapisan tanah bagian atas menutup sehingga tanah ini tidak mudah erosi.
Tanah Humus
Tanah humus adalah jenis tanah yang muncul akibat tumbuh-tumbuhan yang
membusuk. Berbagai tumbuhan yang membusuk ini membuat tanah humus
mengandung unsur hara yang tinggi. Artinya, tanah ini pun bersifat sangat subur.
kandungan dari unsur hara pada tanah jenis ini sangat banyak. Tanah yang banyak
terdapat di daerah hutan ini memiliki ciri berwarna kehitaman. Warna hitam ini
disebabkan karena terjadinya proses pelapukan tumbuhan. karena kandungan
unsur hara pada jenis tanah ini tinggi, maka tanah humus sangat baik untuk
medium cocok tanam.
Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah yang terbentuk dari proses pelapukan
batuan beku dan sedimen. Tanah litosol memiliki ciri khas butiran kasar berupa
kerikil. Tanah ini sangat miskin unsur hara sehingga tidak subur dan kurang baik
untuk pertanian. Karena sifat tanahnya yang kurang subur, tanah ini hanya cocok
untuk ditanami pohon besar di hutan.
Tanah Kapur
Tanah kapur adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur.
Karakteristik dari tanah ini adalah berwarna terang seperti batuan kapur. Jenis
tanah ini termasuk kedalam golongan jenis-jenis tanah yang tidak subur dan sulit
menahan air, sehingga sulit ditanami oleh tanaman. Akan tetapi, jenis tanah yang
cenderung kering ini masih dapat ditanami pohon yang bersifat keras dan tidak
terlalu membutuhkan air seperti pohon jati.
Tanah Liat
Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah yang sebelumnya subur, namun unsur haranya
sudah hilang karena larut dan terbawa air hujan. Tanah ini memiliki warna merah
karena kandungan besinya yang tinggi, itulah mengapa disebut juga sebagai tanah
merah. Hal ini karena kandungan unsur hara dan mineral di dalam tanah sudah
tidak bagus, mengingat tanah ini tergolong kepada jenis-jenis dari tanah yang
sudah tua. Akibatnya, kandungan di dalam tanah laterit menjadi tidak bagus untuk
pertumbuhan tanaman. Ciri khas tanah laterit yang berwarna merah bata ini
diakibatkan oleh kandungan oksida besi di dalamnya.
Klasifikasi tanah
Ordo Tanah
Ordo tanah dapat dibedakan atas dasar ada atau tidaknya horison penanda
serta jenis dari penanda horison itu sendiri. Contoh yang menunjukan ordo tanah,
sebuah tanah dengan horison argilik serta memiliki atau berkejunahan basa > 35%
termasuk kategori ordo alfisol. Kemudian ordo tanah dengan horison argilik serta
memiliki atau berkejuhan bahasa < 35% termasuk ke dalam kategori ordo ultisol.
Ultisol merupakan ordo tanah dengan horison argilik serta berkejunahan basa <
35%. Kemudian untuk penamaan sub-ordonya biasanya menggunakan “ult” saja,
yang menandakan kependekan dari ultisol.
Sub-ordo Tanah
Jika ordo tanah dilihat berdasarkan ada tidaknya horison, sedangkan untuk
sub-ordo ini yang menjadi alat ukur atau penanda ialah genetik tanah. Sebagai
contoh ialah ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh
vegetasi, air, batuan induk serta kelembabannya. Sedangkan untuk pembeda sub-
ordo untuk tanah ordo histosol atau tanah liat dilihat dari tingkat pelapukannya.
Sebagai contoh sub-ordo dari tanah ultisol yang senantiasa lembab, atau dalam
artian tidak pernah kering, maka dinamakan udus. Sub-ordo dari ultisol yang
senantisa lembab sendiri ialah “udult” yang merupakan gabungan dari “ult” dan
“ud”. Seperti yang kita ketahui “ult” adalah sub-ordo dari ultisol, sedangkan “ud”
merupakan penanda atau ciri dari tanah yang selalu lembab, fragipant dan lain
sebagainya.
Kelompok Tanah
Sub-kelompok Tanah
Famili Tanah
Famili tanah berkaitan erat dengan sifat-sifat tanah itu sendiri, pertanian,
susunan mineral, sebaran besar butir, serta suhu pada kedalamannya sebagai
pembedanya. Contoh penamaan Famili yaitu Aquic Fragiudult, kaolinitik,
isohipertermik, berliat halus.
Seri Tanah
Survei dan pemetaan tanah (Soil survey and mapping) adalah suatu
kegiatan penelitian di lapangan untuk melakukan identifikasi, karakterisasi dan
evaluasi sumberdaya tanah/lahan (termasuk keadaan terrain dan iklim) di suatu
wilayah, yang didukung oleh data hasil analisis laboratorium. Produk utama
survei dan pemetaan tanah adalah peta tanah (soil map) yang menyajikan
informasi geospasial sifat-sifat tanah dan penyebarannya pada landscape di suatu
wilayah. Peta tanah dilengkapi dengan keterangan legenda peta, narasi, dan
lampiran data lapangan dan analisis laboratorium. Peta tanah dapat diinterpretasi
untuk berbagai macam peta tematik, antara lain peta kesesuaian lahan untuk
berbagai jenis komoditas pertanian, peta arahan penggunaan lahan untuk
pengembangan pertanian pada tingkat kabupaten, peta wilayah prioritas
pengembangan pertanian, peta pewilayahan komoditas pertanian, peta zona
agroekologi (AEZ), peta ketersediaan lahan untuk perluasan areal pertanian, peta
tingkat bahaya erosi, peta lahan kritis dan peta tunggal sifat tanah (single value).
Contoh peta single value adalah peta kandungan C organik, peta pH tanah, dan
peta status hara (misal P atau K).