Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah berperan sebagai sumber daya penting untuk mendukung kehidupan


manusia dan tidak dapat diabaikan perannya. Dibumi ini terdapat banyak jenis
tanah yang memiliki karakteristik yang berbeda mulai dari tekstur, warna,
kesuburan, kandungan unsur dan lain-lain. Jenis tanah yang berbeda tersebut akan
memiliki perbedaan pada karakteristik dalam hal sifat fisik, biologi, maupun
kimiawi tanah. Sifat-sifat tanah ini dapat menentukan jenis nutrisi atau zat
makanan dalam tanah, banyak air yang dapat disimpan dalam tanah, dan sistem
perakaran yang mencerminkan sirkulasi pergerakan air di dalam tanah. Tanah
merupakan sistem multi komponen yang tersusun atas fase padatan, cairan, gas,
dan organisme hidup. Semua fase ini saling mempengaruhi. Setiap jenis tanah
memiliki komposisi kimia yang berbeda. Perbedaan ini sangat penting untuk
dipelajari dalam kaitannya dengan kondisi keseimbangan kimia tanah karena
menentukan unsur mana yang akan mengontrol kelarutan unsur lainnya.

Dalam mempelajari tanah, salah satu ilmu yang dapat dipelajari adalah
geografi tanah. Salah satu ilmu yang mempelajari tanah adalah geografi tanah.
Geografi tanah sendiri ialah merupakan ilmu tentang penyebaran jenis-jenis tanah
secara geografis dan dikaitkan dengan faktor-faktor pembentuk tanahnya dan
kajian mulai dari keadaan di sekitar tanah, lereng, tekstur, struktur, konsistensi,
kemasaman tanah, kandungan bahan organic, serta kandungan kapur di dalam
tanah.

Dengan banyaknya jenis tanah tadi, maka diperlukan adanya penelitian


untuk dapat mengetahui karakteristik tanah di tiap daerah/lokasi yang ingin
diketahui, apakah tanah tersebut dapat digunakan untuk bidang pertanian (subur)
atau tidak dan sebagainya. Karna tingkat kesuburan tanah, jenisnya, keasamannya
di tiap daerah tidaklah sama untuk itu diperlukan adanya penelitian ini.
Penelitian ini penting dilakukan untuk menganalisis dan memahami jenis
tanah, sifat-sifat tanah dan komponen lainnya yang didapat dari sampel-sampel
yang diambil dari beberapa lokasi penelitian serta penting untuk mengetahui
tingkat dan persebaran tanah antar daerah, juga untuk menentukan langkah tepat
yang diperlukan terhadap tanah tersebut.

1.2. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi sumber data dalam persiapan survei


tanah
2. Mahasiswa mampu menggunakan alat dan bahan dalam melaksanakan
survei tanah
3. Mahasiswa mampu membuat peta kerja dalam melaksanakan survei tanah
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tanah di lapangan
5. Mahasiswa mampu mengolah dan menyajikan hasil identifikasi tanah di
lapangan
6. Mahasiswa mampu membuat laporan hasil pengamatan tanah di lapangan

1.3. Manfaat Praktikum

1. Melatih kemampuan dalam mengidentifikasi sumber data dalam


melakukan survei tanah
2. Memberikan pelatihan cara menggunakan alat dan bahan dalam
melakukan survei tanah
3. Melatih kemampuan pembuatan peta dalam melakukan survei tanah
4. Memberikan informasi terkait identifikasi tanah di setiap titik daerah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Lokasi Wilayah Praktikum

2.1.1. Klimatologi

Klimatologi adalah ilmu yang berhubungan dengan iklim dan fenomena


yang ada di dalamnya. Klimatologi merupakan studi tentang atmosfer dan pola
cuaca dari waktu ke waktu. Bidang ilmu ini berfokus pada pencatatan dan analisis
pola cuaca di seluruh dunia, dan memahami kondisi atmosfer yang
menyebabkannya.

Klimatologi berupaya menemukan dan menjelaskan dampak iklim


sehingga masyarakat dapat beraktivitas dan merencanakan kegiatannya,
merancang bangunan dan infrastruktur, serta mengantisipasi dampak kondisi yang
merugikan. Meskipun iklim bukanlah cuaca, ia didefinisikan dengan istilah yang
sama, seperti suhu, curah hujan, angin, dan radiasi matahari.

Klimatologi berusaha memahami tiga aspek utama dari iklim. Aspek


pertama adalah pola cuaca yang mengatur kondisi normal di berbagai wilayah di
seluruh dunia. Kedua, klimatologi mencoba memahami hubungan antara berbagai
aspek cuaca seperti suhu dan sinar matahari. Aspek ketiga dari iklim yang
diselidiki pengertian klimatologi adalah cara cuaca berubah dari waktu ke waktu.

Selain itu, klimatologis juga melihat perubahan alami dalam arus udara
dan laut seperti El Nino dan La Nina, yang merupakan fase dalam siklus fluktuasi
suhu udara dan laut di atas Samudra Pasifik. Osilasi antara El Nino yang hangat
dan fase La Nina yang dingin mempengaruhi iklim di seluruh dunia. Pola arus laut
ini menghasilkan perubahan perbedaan normal antara suhu atmosfer dan suhu
laut.

Iklim adalah keadaan rata – rata cuaca disuatu daerah dalam jangka lama
dan tetap. Iklim merupakan peluang statistik berbagai keadaan atmosfer antara
lain suhu, tekanan, angin, kelembaban yang terjadi di suatu daerah selama kurun
waktu yang panjang dengan penyelidikan dalam waktu yang lama minimalnya 30
tahun dan meliputi wilayah yang luas.

Iklim disuatu tempat dipengaruhi oleh letak lintang, lereng, ketinggian,


serta seberapa jauh jarak tempat tersebut dari perairan dan juga keadaan arus
lautanya. Contoh sederhana jika kita merujuk pada dunia, maka wilayah yang
berada didekat garis ekuator bumi (derajat berlintang rendah atau nol) disebut
wilayah beriklim tropis, sementara itu, wilayah dilintang menengah dan tinggi
dikenal sebagai daerah beriklim subtropis dan iklim kutub.

Setiap daerah memiliki iklim yang berbeda, perbedaan iklim tersebut


karena bumi berbentuk bundar sehingga sinar matahari tidak dapat diterima serba
sama oleh setiap permukaan bumi. Selain itu, permukaan bumi yang beraneka
ragam baik jenis maupun bentuk topografinya, tidak sama dalam merespon radiasi
matahari yang diterimanya.

Klasifikasi Iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan


perbedaan iklim yang terdapat di bumi. Akibat perbedaan latitudo (posisi relatif
terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi topografi, suatu
tempat memiliki kekhasan iklim.

Klasifikasi iklim juga umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas


tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan.
Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai
landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan
secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut.

 Klasifikasi Iklim Koppen


Klasifikasi ini adalah klasifikasi yang utama berdasarkan pada hubungan
antara iklim dan pertumbuhan vegetasi. Dasar klasifikasi ini adalah suhu
dan hujan rata-rata bulanan maupun tahunan yang dihubungkan dengan
keadaan vegetasi alami berdasarkan peta vegetasi De Candolle (1874)
Klasifikasi ini disusun berdasarkan lambang atau symbol.
 Klasifikasi Schmidt & Ferguson
Schmidt–Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata
bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan
kering, jika dalam satu bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm.
Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari 100
mm.
 Klasifikasi Oldeman
Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan
penentuan iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan.
Bulan basah dan bulan kering dikaitkan dengan kegiatan pertanian di
daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona
agroklimat. Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan
dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah. Sedang untuk
membudidayakan palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan
adalah 100 mm tiap bulan.
 Klasifikasi Junghuh
Iklim Menurut Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian
tempat dan mengaitkan iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan
berproduksi optimal sesuai suhu di habitatnya. Junghuhn
mengklasifikasikan iklim menjadi empat 0-700 m, zona panas, contoh-
karet, kopi, tebu, jagung, kelapa 700-1500 m, zona sedang, contoh- teh,
kina 1500-2500 m, zona sejuk, contoh- pinus > 2500 m, zona dingin,
contoh- lumut.

2.1.2. Geomorfologi

Geomorfologi merupakan studi yang mempelajari bentuklahan dan proses


yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara
bentuklahan dan proses-proses itu dalam susunan keruangan (Verstappen,1983).
Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun
kimiawi yang mengakibatkan modifikasi permukaan bumi. Penyebab proses
geomorfologi adalah benda-benda alam yang dikenal dengan benda-benda alam
berupa angin dan air. Proses geomorfologi dibedakan menjadi dua yaitu proses
eksogen (tenaga asal luar bumi) dan proses endogen (tenaga yang berasal dari
dalam bumi).

Proses geomorfologi adalah perubahan yang terjadi baik secara fisik


maupun kimia dari permukaan bumi. Penyebab dari proses ini adalah benda-
benda alami yang kita kenal sebagai zat geomorfik dalam bentuk air dan angin.
Keduanya adalah tujuan iklan yang didukung oleh gravitasi dan semuanya bekerja
bersama untuk membuat perubahan pada permukaan bumi.

Bentuklahan mengalami proses perubahan secara dinamis selama proses


geomorfologi bekerja pada bentuklahan tersebut. Tenaga yang bekerja disebut
dengan tenaga geomorfologi yaitu semua media alami yang mampu mengikis dan
mengangkut material di permukaan bumi, tenaga ini dapat berupa air mengalir, air
tanah, gelombang, arus, tsunami, angin, dan gletser. Berdasarkan pada proses
yang bekerja pada permukaan bumi dikenal dengan proses, fluvial, marine, eolin,
pelarutan, dan proses gletser. Akibat dari adanya proses tersebut maka terjadi
proses degradasi dan agradasi.

Proses degradasi adalah proses yang menyebabkan turunnya permukaan


bumi. Degradasi ini meliputi pelapukan (deintegrasi, dekomposisi), gerak masa
batuan atau mass-wasting, dan erosi. Sedangkan proses agradasi adalah proses
yang menyebabkan naiknya permukaan bumi. Penyebab terjadinya agradasi
adalah proses sedimentasi, deposisi oleh air, maupun proses angin.

 Erosi

Erosi merupakan proses pengikisan atau pelepasan (detachment) massa tanah


atau pehilangan terhadap massa tanah akibat tumbukan air hujan dan pergerakan
air permukaan. Erosi adalah peristiwa tersangkutnya tanah dari suatu tempat ke
tempat lain oleh media alami (Sitanala Arsyad,1989). Erosi dapat di bagi menjadi
dua macam yaitu erosi alami atau erosi geologis dan erosi di percepat (accelerated
erosion).

Erosi dipercepat terjadi karena adanya campur tangan manusia, aktivitas


hewan atau terjadi karena adanya kejadian alam, erosi dipercepat adalah proses
penghilangan terhadap massa dan kesuburan tanah, yang akan mengakibatkan
penurunan fungsi hidrologis pada suatu lahan, produktivitas dan fungsi ekologis
lahan, lahan yang mengalami erosi akan terjadi degradasi baik kesuburan,
produktifitas serta penurunan kualitas lahan secara keseluruhan.

Pada tanah dengan kelerengan yang tinggi, tanah akan mudah di pecah dan
terangkut oleh air ke daerah di bawahnya, juga pada tanah yang kemiringan
lerengnya tinggi daya rusaknya akan lebih besar karena kecepatannya tinggi.
Penutupan tanah oleh tanaman penutup akan dapat berpengaruh secara langsung
terhadap tanah atau memberi efek perlidungan terhadap air hujan dan daya rusak
limpasan permukaan (run off). Pada kondisi tanah yang terbuka akan berpotensi
mengalami erosi yang tinggi, dibandingkan dengan tanah yang terdapat tanaman
penutupnya.

 Gerak Massa Tanah (mass movement)

Gerak massa (mass movement) merupakan proses bergeraknya puing-puing


batuan (termasuk di dalamnya tanah) secara besar-beasaran menurun lereng secara
lambat hingga cepat, oleh adanya pengaruh langsung dari gravitasi (Varnes,1978).
Gerak massa tanah pada hakekatnya adalah gerak massa batuan yang ukuran
besarnya masih harus ditentukan, posisi dan arah gerakanya serta kecepatan dari
gerakanya perlu untuk diklasifikasikan, karena hal ini penting dalam kaitanya
dengan pengendalian terhadap gerak massa tersebut.

Pergerakan massa tanah atau batuan pada lereng dapat terjadi akibat interaksi
pengaruh antara beberapa kondisi yang meliputi kondisi morfologi, geologi,
hidrogeologi, dan tata guna lahan. Kondisi kondisi tersebut saling berpengaruh
sehingga mewujudkan suatu kondisi yang mempunyai kecenderungan atau
berpotensi untuk bergerak.

Dalam prosesnya, curah hujan menjadi faktor pendorong paling utama, air
hujan yang jatuh ke permukaan tanah meresap ke dalam tanah, pada kedalaman
tertentu air hujan mencapai lapisan kedap air yang berupa material lempung,
sehingga material lempung yang terkena air hujan yang meresap berubah sifat dari
lekat menjadi material yang licin. Material lempung yang basah dan licin akibat
terkena air ini menjadi bidang gelincir bagi tanah yang berada diatasnya sehingga
terjadi longsor (land slide).

2.1.3. Geologi

Geologi adalah ilmu pengetahuan bumi yang menyelidiki lapisan-lapisan


batuan yang ada dalam kerak bumi. Di dalam kerak bumi terdapat bermacam-
macam batuan dan diantar lapisan-lapisan kerak bumi terdapat air yang gunakan
sehari-hari. Geologi secara umum membahas mengenai material pembentuk bumi
sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang
bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam
Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta
hingga sekarang.

Gaya yang bekerja di dalam bumi (endogen) menghasilkan gempa bumi


dan aktivitas vulkanik, sementara itu gaya eksternal (eksogen) menyebabkan
terjadinya pelapukan, erosi, dan pembentukan bentang alam. Semua proses itu
menyebabkan batuan memiliki ciri yang khusus. Karakteristik dan ciri khusus dari
batuan itulah yang dipelajari oleh geologi. Sehingga dapat dilakukan interpretasi
proses geologi apa saja yang berkontribusi dalam pembentukan batuan tersebut.

Hukum dan konsep geologi yang menjadi acuan dalam geologi antara lain
adalah konsep tentang susunan, aturan dan hubungan antar batuan dalam ruang
dan waktu. Pengertian ruang dalam geologi adalah tempat dimana batuan itu
terbentuk sedangkan pengertian waktu adalah waktu pembentukan batuan dalam
skala waktu geologi.

Adapun prinsip prinsip dasar geologi yang sangat penting dalam ilmu
geologi adalah prinsip horisontalitas, superposisi dan kesinambungan lateral pada
perkapisan batuan sedimen.

 Horizontalitas (Horizontality): Kedudukan awal pengendapan suatu


lapisan batuan adalah horisontal, kecuali pada tepi cekungan memiliki
sudut kemiringan asli (initial-dip) karena dasar cekungannya yang
memang menyudut.
 Superposisi (Superposition): Dalam kondisi normal (belum terganggu),
perlapisan suatu batuan yang berada pada posisi paling bawah merupakan
batuan yang pertama terbentuk dan tertua dibandingkan dengan lapisan
batuan diatasnya.
 Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity): Pelamparan suatu lapisan
batuan akan menerus sepanjang jurus perlapisan batuannya. Dengan kata
lain bahwa apabila pelamparan suatu lapisan batuan sepanjang jurus
perlapisannya berbeda litologinya maka dikatakan bahwa perlapisan
batuan tersebut berubah facies. Dengan demikian, konsep perubahan facies
terjadi apabila dalam satu lapis batuan terdapat sifat, fisika, kimia, dan
biologi yang berbeda satu dengan lainnya.
 Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity).
Keselarasan (Conformity): adalah hubungan antara satu lapis batuan
dengan lapis batuan lainnya diatas atau dibawahnya yang kontinyu
(menerus), tidak terdapat selang waktu (rumpang waktu) pengendapan.
Secara umum di lapangan ditunjukkan dengan kedudukan lapisan
(strike/dip) yang sama atau hampir sama, dan ditunjang di laboratorium
oleh umur yang kontinyu.

Berdasarkan proses pembentukannya, batuan dapat dikelompokkan menjadi


tiga macam, yakni batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.

 Batuan beku

Batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma yang
mengalami pembekuan. Batuan beku ini juga disebut dengan Igneous rock.
Magma yang membeku ini merupakan magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, yang terjadi baik di bawah permukaan
sebagai jenis batuan intrusif atau plutonik, maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif atau vulkanik.

 Batuan sedimen

Batuan sedimen merupakan salah satu jenis batuan yang mana terbentuk
sebagai hasil pemadatan yang berupa bahan lepas. Batuan Sedimen terbentuk
akibat adanya pengendapan materi hasil erosi. Hasil erosi tersebut terdiri atas
berbagai partikel yaitu, halus, kasar, berat dan ringan. Ada pula pengangkutan
batuan sedimen yaitu seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-
lompat (saltation), terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada yang larut. Batuan
yang terbentuk akibat adanya pengendapan/hasil pelapukan dan proses pengikisan
batuan yang hanyut oleh air atau terbawa tiupan angin. Kemudian endapan-
endapan ini menjadi keras karena adanya tekanan atau adanya zat-zat yang
merekat yang ada pada bagian-bagian tersebut. Sekitar 80% permukaan benua
tertutup oleh batuan sedimen.

 Batuan metamorf

Batuan metamorf atau malihan adalah batuan hasil ubahan dari batuan asal
(Batuan beku dan batuan endapan) akibat proses metamorfosis. Metamorfosis
adalah suatu proses yang dialami batuan asal akibat dari adanya tekanan atau
temperatur yang meningkat atau keduanya sama-sama meningkat. Proses
Terbentuknya Batuan Metamorf Batuan metamorf terbentuk karena adanya
perubahan yang disebabkan oleh proses metamorfosa (perubahan tekanan, suhu,
aktivitas kimia baik fluida atau gas).

2.1.4. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan
kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat
dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun
spiritual. Lahan yang sebelumnya merupakan lahan kosong atau lahan tidak
terbangun, banyak mengalami perubahan fungsi menjadi lahan terbangun dengan
berbagai macam bentuk penggunaan dan pemanfaatan lahan.

Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan


tertentu, misalnya permukiman, perkotaan dan persawahan. Penggunaan lahan
juga merupakan pemanfaatan lahan dan lingkungan alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam penyelenggaraan kehidupannya. Pengertian
penggunaan lahan biasanya digunakan untuk mengacu pemanfaatan masa kini.
Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam
pelaksanaan pembangunan. Pertumbuhan penduduk yang pesat serta
bertambahnya tuntutan kebutuhan masyarakat akan lahan, seringkali
mengakibatkan benturan kepentingan atas penggunaan lahan serta terjadinya
ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan rencana peruntukannya. Lahan
itu bersifat terbatas dan tidak bisa ditambah kecuali dengan kegiatan reklamasi,
sehingga keterbatasan lahan di perkotaan menyebabkan perubahan penggunaan
lahan.

Lahan adalah unsur penting dalam kehidupan manusia baik sebagai ruang
maupun sebagai sumber daya karena sebagian besar kehidupan manusia
tergantung pada lahan. Pertambahan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan
masyarakat yang berarti kurangnya lahan kosong karena adanya alih penggunaan
lahan.

Kebutuhan yang berbeda-beda menyebabkan manusia merubah lahan


untuk di sesuaikan dengan kebutuhanya. Perubahan penggunaan lahan yaitu
perubahan penggunaan lahan, yang dimaksud adalah perubahan penggunaan lahan
dari fungsi tertentu, misalnya dari sawah berubah menjadi permukiman atau usaha
dan lainya. Faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah
jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga mendorong mereka untuk
merubah lahan.

Penggunaan lahan berkaitan erat dengan lingkungan setempat, baik yang


bersifat saling berpengaruh, maupun hubungan yang bersifat saling bergantung.
Keterkaitan penggunaan lahan dengan aspek wilayah, ditunjukan dalam
aplikasinya untuk konservasi lahan dan untuk dasar perencanaan pengembangan
wilayah.

2.2. Tanah dan Proses Pembentukannya

Terdapat 2 kelompok pandangan yang mendefinisikan konsep tanah yang


berbeda, yang pertama adalah tanah sebagai bahan lepas (as a material) atau soil
material dan yang kedua yaitu tanah sebagai tubuh alam (natural bodies) atau
soils. Dalam definisi pertama tanah ini merupakan bahan yang mengandung
mineral, bahan organik dan biota tanah. sedangkan dalam konsep kedua tanah
sebagai tubuh alam tiga dimensi yang terdiri dari tanah,akar,fauna,batuan artefak
dan lain-lain. (Singer dan Munns, 2006; Brady dan Weil, 2008). Tanah ini bisa
menjadi ekosistem sendiri dan atau bagian dari ekosistem yang lebih besar,
dimana sebagai bagian dari ekosistem bumi (pedosfer) tanah berperan penting
dalam mengintegrasikan litosfer, atmosfer,hidrosfer, dan biosfer. (Brady dan
Weil, 2008).

Proses pembentukan tanah (pedogenesis) adalah perubahan dari bahan


induk menjadi lapisan tanah. Perkembangan tanah dari bahan induk yang padat
menjadi bahan induk yang agak lunak, selanjutnya berangsur-angsur menjadi
tanah pada lapisan bawah (subsoil) dan lapisan tanah bagian atas (top soil), dalam
jangka waktu lama sampai ratusan tahun hingga ribuan tahun Perubahan-
perubahan dari batuan induk sampai menjadi tanah karena batuan induk
mengalami proses pelapukan yaitu proses penghancuran karena iklim. Bahan
penyusun Tanah ini tersusun atas bahan mineral, bahan organik, air dan udara.
Bahan mineral tanah berasal dari pelapukan batuan, dan bahan mineral tanah
dibedakan menjadi mineral primer (fraksi pasir dan debu) dan mineral sekunder
(fraksi liat) (Plaster, 2004). Bahan organik terdiri dari bahan organik kasar dan
halus/humus. Bahan organik ini biasanya terdapat pada lapisan atas tanah,
semakin ke lapisan bawah maka kandungan bahan organik pada tanah semakin
berkurang. Air dalam tanah ada karena diserap oleh massa tanah dan ditahan pada
lapisan tanah yang kedap, banyaknya air dalam tanah berhubungan erat dengan
kelembaban tanah, dimana air dalam tanah ini berfungsi sebagai pelarut unsur
hara dalam tanah. Selanjutnya udara merupakan komponen yang mengisi pori-
pori tanah.

Faktor pembentuk tanah terdiri karena dua faktor utama : faktor bahan
induk dan faktor lingkungan (iklim, organisme, relief, waktu). Secara vertikal
tanah terdiferensiasi membentuk horizon-horizon yang berbeda beda baik dalam
morfologi seperti ketebalan dan warnanya maupun karakteristik fisik, kimiawi dan
biologis. Horizon tanah sendiri yaitu merupakan lapisan-lapisan tanah yang
terbentuk karena hasil pembentukan tanh yang hampir sejajar dengan permukaan
tanah. Horizon tanah tersebut terdiri atas : Horizon O, horizon A, horizon B,
horizon C, dan horizon R. Susunan horizon-horizon tanah dalam lapisan
permukaan bumi setebal 100-120 cm disebut sebagai profil tanah.

2.3. Sifat-Sifat Tanah

Tanah memiliki sifat fisik, biologi maupun kimia yang berbeda beda pada
lingkungan yang berbeda pula. Arifin, M. (2010). Berikut penjelasan mengenai
sifat-sifat tanah :

2.3.1. Sifat Fisik

Sifat fisik tanah merupakan faktor yang bertanggung jawab terhadap


pengangkutan udara, panas, air dan bahan terlarut dalam tanah, (Pardosi dkk
2013). Sifat fisik tanah banyak berkaitan dengan kesesuaian tanah untuk berbagai
penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air,
drainase, penetrasi akar tanaman, tata udara, dan pengikatan unsur hara semuanya
sangat erat kaitanya dengan sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah mencakup tekstur,
struktur, porositas dan warna tanah.

a. Warna Tanah : Warna tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang
lebih banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak
mempunyai efek langsung terhadap tanaman tetapi secara tidak langsung
berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembaban tanah
(Hanafiah 2008). Warna tanah sangat penting untuk diamati karena
kemampuanya memberikan sejumlah gambaran segi mineral tanah, tingkat
peluruhan bahan induk, kandungan bahan organik dan gejolak musiman
air tanah (Dika, 2011). Warna tanah merupakan ciri fisik yang paling
mudah dikenali. Perbedaan warna tanah umumnya dipengaruhi oleh
perbedaan kandungan bahan organik. Semakin hitam warna tanah
menunjukkan tanah tersebut semakin subur. Sebaliknya semakin terang
warna tanah menunjukkan semakin tidak suburnya tanah tersebut.

b. Tekstur Tanah : tekstur tanah ini menunjukkan perbandingan butir-butir


pasir (diameter 2,00- 0,05 mm), debu (0.005-0,02 mm) dan liat (<0,002-
002) di dalam tanah, Nugroho (2009). Tekstur tanah merupakan besar
kecilnya ukuran partikel yang menyusun tanah. Setiap jenis tanah
memiliki ukuran partikel yang berbeda-beda, oleh karenanya tanah
dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain tanah pasir, tanah liat, dan
tanah lempung. Pasir memiliki partikel yang berukuran paling besar yaitu
2 – 0,05 mm, liat memiliki partikel yang berukuran paling kecil yaitu <
0,002 mm.

c. Struktur Tanah : merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan


susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang
lain membentuk gumpalan kecil. Gumpalan-gumpalan kecil ini
mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-
beda). Beberapa jenis struktur tanah antara lain granular, gumpal
(blocky), prisma (prismatic), tiang (columnar), dan lempeng (platy).

d. Porositas Tanah : kemampuan tanah dalam menyerap air. Besar kecilnya


kemampuan tanah dalam menyerap air berhubungan dengan tingkat
kepadatan tanah. Semakin padat tanah, porositas tanahnya semakin kecil
karena tanah yang padat sulit untuk menyerap air. Tanah yang baik adalah
tanah yang porositasnya besar karena akan memudahkan akar tanaman
untuk menembus tanah dalam mencari bahan organik. Selain itu tanah
tersebut juga mampu menahan air hujan sehingga tanaman tidak
kekurangan air.

2.3.2. Sifat Kimia

Sifat kimia tanah didefinisikan sebagai keseluruhan reaksi kimia yang


berlangsung antar penyusun tanah serta antar penyusun tanah dan bahan yang
ditambahkan dalam bentuk pupuk ataupun pembenah tanah lainnya. Faktor
kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang berlangsung dalam tanah mempunyai
kisaran agak lebar, yakni sangat singkat dan luar biasa lamanya. Pada umumnya,
reaksi-reaksi yang terjadi didalam tanah diimbas oleh tindakan dan faktor
lingkungan tertentu (Sutanto, 2005). Sifat kimia tanah ini mampu menahan unsur
hara dan menjadikannya untuk tanaman. Sifat kimia tanah antara lain koloid
tanah, pH tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa dan kandungan unsur
hara. Berikut penjelasan sifat kimia tanah :

a. Koloid Tanah : Bahan mineral dan bahan organik yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi per satuan berat
(massa). Koloid ini merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam
reaksi-reaksi fisikokimia dalam tanah. Koloid berukuran < 1 mikron,
sehingga tidak semua fraksi liat termasuk koloid. Umumnya bermuatan
negatif.

b. pH Tanah : adalah ukuran kemasaman aktif atau konsentrasi H+ dalam


larutan tanah. Sebagian besar jenis tanah memiliki pH antara 5 dan 8.
Peranan pH dalam tanah yaitu, pH menentukan mudah tidaknya unsur hara
diserap tanaman, pH menunjukkan adanya unsur beracun, dan pH
mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.

c. Kapasitas Tukar Kation (KTK) : Kapasitas Tukar Kation (KTK) adalah


jumlah kation dapat ditahan tanah. Kation adalah ion bermuatan +.
Kapasitas Tukar Kation (KTK) adalah jumlah kation dapat ditahan tanah.
KTK meningkat karena meningkatnya jumlah liat, meningkatnya jumlah
bahan organik, meningkatnya pH tanah. Kation sebenarnya larut dalam air
tanah, tetapi karena koloid tanah (liat dan humus) bermuatan negatif, maka
sebagian kation dalam larutan tanah tersebut diserap oleh koloid tanah.
Jenis kation yang banyak dijumpai dalam komplek jerapan koloid: Ca2+,
Mg2+, K+ , Na+ , NH4 + , H+ , Al3+ . KTK erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi lebih mampu menyediakan
unsur hara dibandingkan dengan KTK rendah.

d. Kejenuhan Basa : Kejenuhan basa (KB) adalah perbandingan antara


jumlah kation basa dengan jumlah semua kation (kation asam dan basa)
dalam komplek jerapan koloid. Kation basa merupakan hara yang
diperlukan tanaman, tanah subur KB tinggi (karena kation basa tidak
banyak tercuci). KB terkait erat dengan pH tanah, tanah masam KB lebih
rendah dibanding tanah alkalis.
e. Hara Tanah : Terdapat 17 unsur hara esensial, terdiri atas : (a). Unsur hara
makro, yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, bila
kurang dari kebutuhan tanaman maka pertumbuhan tanaman akan
terganggu atau tidak optimal. Unsur hara makro terdiri dari : C, H, O, N,
P, K, Ca, Mg, S. (b). Unsur hara mikro, yaitu unsur hara yang dibutuhkan
dalam jumlah sedikit , jika melebihi kebutuhan tanamanan maka tanamana
menjadi unsur bercun atau mengganggu pertumbuhan tanaman. Unsur
hara mikro terdiri dari : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, CI, Co.

2.3.3. Sifat Biologi

Sifat biologi tanah berhubungan dengan aktivitas makhluk hidup yang ada
di dalam dan permukaan tanah. Berbagai jenis makhluk hidup berkembang dalam
tanah, baik berbagai jenis tumbuhan, hewan, atau makhluk hidup yang berukuran
besar (makro) maupun yang makhluk hidup yang ada di berukuran kecil (mikro).
Berdasarkan peranannya, organisme tanah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
(a) organisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, (b) organisme yang merugikan tanaman, dan (c) organisme yang tidak
menguntungkan dan tidak merugikan. Organisme tanah yang lebih besar dapat
memperbaiki struktur tanah dengan cara membuat saluran-saluran (lubang-
lubang) di dalam tanah (contohnya lubang cacing), dan membantu mengaduk-
aduk dan mencampur baurkan partikel-partikel tanah, sehingga aerasi (aliran
udara) tanah menjadi lebih baik. Pembuatan saluran-saluran dan lubang-lubang ini
memperbaiki infiltrasi dan pergerakan air didalam tanah, serta drainase.

2.4. Jenis Tanah dan Klasifikasinya

Jenis tanah akan berpengaruh pada kesuburan tanah. Letak geografis dan
astronomis di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat penting dalam
membentuk berbagai macam tanah.

 Tanah Alluvial

Tanah alluvial merupakan tanah yang berasal dari endapan lumpur yang
terbawa oleh air sungai. Tanah ini tercipta dari erosi yang kemudian diendapkan
bersama dengan lumpur sungai. Tanah alluvial memiliki warna yang kelabu dan
memiliki tesktur beragam, salah satunya berstruktur remah dan sifatnya subur,
cocok digunakan untuk bertanam. Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan.

 Tanah Andosol

Tanah andosol merupakan tanah mineral yang telah mengalami perkembangan


karakteristik, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam,
kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, dan konsistensi
gembur. Tanah ini terbentuk dari vulkanik, seperti abu vulkanik,tufa, danbatu
apung. Tanah andosol mengandung banyak mineral. Andosol banyak dijumpai
pada bahan vulkanik yang tidak padu, pada ketinggian 750 sampai 3.000 m di atas
permukaan laut (m dpl), pada daerah beriklim tropika basah dengan curah hujan
antara 2.500-7.000 mm tahun.

 Tanah Grumusol

Tanah grumusol merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur
dan tuffa vulkanik. Kandungan organik di dalamnya rendah karena dari batuan
kapur jadi tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman. Tekstur
tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim kemarau dan memiliki
warna hitam. Tingkat keasaman (pH) yang dimiliki netral hingga bersifat basa
(alkalis). Tanah ini biasanya berada di permukaan yang tidak lebih dari 300 meter
dari permukaan laut dan memiliki bentuk topografi datar hingga bergelombang.

 Tanah Vulkanis

Tanah vulkanis merupakan jenis tanah yang berasal dari abu gunung api atau
vulkanis atau material letusan gunung api yang sudah mengalami pelapukan.
Tanah yang berkembang dari abu vulkanik tergolong subur dan cocok dijadikan
sebagai lahan pertanian seperti holtikultura. Jenis tanah ini umumnya mempunyai
ciri berbutir halus, sifatnya tidak mudah tertiup angin, dan jika terkena hujan
lapisan tanah bagian atas menutup sehingga tanah ini tidak mudah erosi.

 Tanah Humus
Tanah humus adalah jenis tanah yang muncul akibat tumbuh-tumbuhan yang
membusuk. Berbagai tumbuhan yang membusuk ini membuat tanah humus
mengandung unsur hara yang tinggi. Artinya, tanah ini pun bersifat sangat subur.
kandungan dari unsur hara pada tanah jenis ini sangat banyak. Tanah yang banyak
terdapat di daerah hutan ini memiliki ciri berwarna kehitaman. Warna hitam ini
disebabkan karena terjadinya proses pelapukan tumbuhan. karena kandungan
unsur hara pada jenis tanah ini tinggi, maka tanah humus sangat baik untuk
medium cocok tanam.

 Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan jenis tanah yang terbentuk dari proses pelapukan
batuan beku dan sedimen. Tanah litosol memiliki ciri khas butiran kasar berupa
kerikil. Tanah ini sangat miskin unsur hara sehingga tidak subur dan kurang baik
untuk pertanian. Karena sifat tanahnya yang kurang subur, tanah ini hanya cocok
untuk ditanami pohon besar di hutan.

 Tanah Kapur

Tanah kapur adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur.
Karakteristik dari tanah ini adalah berwarna terang seperti batuan kapur. Jenis
tanah ini termasuk kedalam golongan jenis-jenis tanah yang tidak subur dan sulit
menahan air, sehingga sulit ditanami oleh tanaman. Akan tetapi, jenis tanah yang
cenderung kering ini masih dapat ditanami pohon yang bersifat keras dan tidak
terlalu membutuhkan air seperti pohon jati.

 Tanah Liat

Tanah liat memiliki kandungan alumunium dan silikat dengan diameter


kurang dari 4 mikrometer. Jenis tanah ini umumnya memiliki warna kehitaman
atau abu-abu gelap. Terbentuknya jenis tanah ini adalah akibat terjadinya
pelapukan batuan silika oleh asam karbonat. Pelapukan ini juga dapat dihasilkan
akibat aktivitas panas bumi.

 Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah yang sebelumnya subur, namun unsur haranya
sudah hilang karena larut dan terbawa air hujan. Tanah ini memiliki warna merah
karena kandungan besinya yang tinggi, itulah mengapa disebut juga sebagai tanah
merah. Hal ini karena kandungan unsur hara dan mineral di dalam tanah sudah
tidak bagus, mengingat tanah ini tergolong kepada jenis-jenis dari tanah yang
sudah tua. Akibatnya, kandungan di dalam tanah laterit menjadi tidak bagus untuk
pertumbuhan tanaman. Ciri khas tanah laterit yang berwarna merah bata ini
diakibatkan oleh kandungan oksida besi di dalamnya.

Klasifikasi tanah

 Ordo Tanah

Ordo tanah dapat dibedakan atas dasar ada atau tidaknya horison penanda
serta jenis dari penanda horison itu sendiri. Contoh yang menunjukan ordo tanah,
sebuah tanah dengan horison argilik serta memiliki atau berkejunahan basa > 35%
termasuk kategori ordo alfisol. Kemudian ordo tanah dengan horison argilik serta
memiliki atau berkejuhan bahasa < 35% termasuk ke dalam kategori ordo ultisol.
Ultisol merupakan ordo tanah dengan horison argilik serta berkejunahan basa <
35%. Kemudian untuk penamaan sub-ordonya biasanya menggunakan “ult” saja,
yang menandakan kependekan dari ultisol.

 Sub-ordo Tanah

Jika ordo tanah dilihat berdasarkan ada tidaknya horison, sedangkan untuk
sub-ordo ini yang menjadi alat ukur atau penanda ialah genetik tanah. Sebagai
contoh ialah ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh
vegetasi, air, batuan induk serta kelembabannya. Sedangkan untuk pembeda sub-
ordo untuk tanah ordo histosol atau tanah liat dilihat dari tingkat pelapukannya.
Sebagai contoh sub-ordo dari tanah ultisol yang senantiasa lembab, atau dalam
artian tidak pernah kering, maka dinamakan udus. Sub-ordo dari ultisol yang
senantisa lembab sendiri ialah “udult” yang merupakan gabungan dari “ult” dan
“ud”. Seperti yang kita ketahui “ult” adalah sub-ordo dari ultisol, sedangkan “ud”
merupakan penanda atau ciri dari tanah yang selalu lembab, fragipant dan lain
sebagainya.
 Kelompok Tanah

Kelompok tanah atau dalam bahasa Inggrisnya Great Group ditentukan


berdasarkan tingkat perkembangan tanah, regim suhu, susunan horison, jenis
tanah, kelembaban, kejenuhan basa serta ciri lainnya. Contoh dari sebuah nama
pengelompokan tanah adalah “Fragiudult”, yang merupakan sebuah lapisan tanah
yang rapuh.

 Sub-kelompok Tanah

Sub-kelompok tanah sangat berkaitan erat sekali dengan kelompok tanah,


dimana sub-kelompok ini diambil dari inti kelompok tanah, sifat-sifat tanah dalam
peralihan kelompok lain, ordo lain, sub-ordo lain dan bukan tanah.

 Famili Tanah

Famili tanah berkaitan erat dengan sifat-sifat tanah itu sendiri, pertanian,
susunan mineral, sebaran besar butir, serta suhu pada kedalamannya sebagai
pembedanya. Contoh penamaan Famili yaitu Aquic Fragiudult, kaolinitik,
isohipertermik, berliat halus.

 Seri Tanah

Sub-ordo satu ini dibedakan berdasarkan beberapa jenis. Diantaranya susunan


tekstur, struktur, warna, rekahan pada tiap horison, sifat mineral pada tiap horison,
serta sifat kimia pada tanah. Seri tanah sendiri ditetapkan pada mulanya dengan
menggunakan nama lokasi sebagai ciri serit tanah tersebut. Sebagai contoh Aquic
Fragiudult.

2.5. Survei Tanah dan Pemetaan Tanah

Survei dan pemetaan tanah (Soil survey and mapping) adalah suatu
kegiatan penelitian di lapangan untuk melakukan identifikasi, karakterisasi dan
evaluasi sumberdaya tanah/lahan (termasuk keadaan terrain dan iklim) di suatu
wilayah, yang didukung oleh data hasil analisis laboratorium. Produk utama
survei dan pemetaan tanah adalah peta tanah (soil map) yang menyajikan
informasi geospasial sifat-sifat tanah dan penyebarannya pada landscape di suatu
wilayah. Peta tanah dilengkapi dengan keterangan legenda peta, narasi, dan
lampiran data lapangan dan analisis laboratorium. Peta tanah dapat diinterpretasi
untuk berbagai macam peta tematik, antara lain peta kesesuaian lahan untuk
berbagai jenis komoditas pertanian, peta arahan penggunaan lahan untuk
pengembangan pertanian pada tingkat kabupaten, peta wilayah prioritas
pengembangan pertanian, peta pewilayahan komoditas pertanian, peta zona
agroekologi (AEZ), peta ketersediaan lahan untuk perluasan areal pertanian, peta
tingkat bahaya erosi, peta lahan kritis dan peta tunggal sifat tanah (single value).
Contoh peta single value adalah peta kandungan C organik, peta pH tanah, dan
peta status hara (misal P atau K).

Anda mungkin juga menyukai