Anda di halaman 1dari 3

RIFKI INDRA MAULANA NPM : 250120110017 Tugas Dasar-dasar Ekologi

Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Ekosistem Hutan Bakau


Pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (infra merah atau gelombang panas) yang dipancarkan oleh bumi, sehingga tidak dapat lepas ke angkasa dan akibatnya suhu di atmosfer bumi memanas. Dengan berubahnya suhu bumi yang dapat dirasakan seluruh penduduk di bumi ini, maka kejadian tersebut dinamakan sebagai pemanasan global. 1 Penjebak gelombang panas tersebut adalah lapisan gas yang berperan seperti dinding kaca atau selimut tebal. Kejadian pemanasan bumi tersebut sama dengan kondisi di dalam rumah kaca yang memungkinkan sinar matahari untuk masuk tetapi energi panas yang keluar sangat sedikit, sehingga suhu di dalam rumah kaca sangat tinggi. Dengan demikian pemanasan global yang terjadi juga disebut Efek Rumah Kaca dan gas yang menimbulkannya disebut gas rumah kaca.2 Salah satu dampak dari pemanasan global terhadap lingkungan dan kehidupan adalah meningkatnya permukaan air laut. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub yang lebih memperbanyak volume air di laut. 3 Akibat adanya kenaikan permukaan air laut ini, sebagaian wilayah daratan di bumi akan tenggelam. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi terhadap ekosistem yang ada di daratan tersebut, terutama ekosistem pantai. Meningkatnya suhu di atmosfer juga akan berpengaruh terhadap

kelembaban udara. Pada daerah-daerah beriklim hangat akan menjadi lebih lembab karena banyak air yang menguap dari lautan, sehingga akan meningkatkan curah hujan. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari

Kurniatun Hairiah, Perubahan Iklim Global : Penyebab dan Dampaknya Terhadap Lingkungan dan Kehidupan, www.cgiar.org diakses tanggal 17 September 2011 2 Ibid. 3 Pemanasan Global, www.wikipedia.org diakses tanggal 17 September 2011

tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.4 Perubahan iklim dan konsentrasi karbon dioksida akan mempengaruhi struktur dan fungsi ekosistem, interaksi ekologi antar spesies dan sebaran geografi spesies, dengan konsekuensi keragaman hayati 5 serta jasa-jasa ekosistem. Dalam abad ini, banyak ekosistem, termasuk hutan, sepertinya dipengaruhi kombinasi perubahan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, gangguan yang terkait (contohnya: banjir, kekeringan,dll), dan penggerak perubahan global lainnya.6 Hutan bakau juga telah diidentifikasi sebagai salah satu jenis hutan yang paling banyak terancam oleh perubahan iklim. Hutan bakau di sebut juga sebagai hutan pantai, hutan payau atau mangrove. Pengertian mangrove sebagai hutan pantai adalah deretan pohon yang tumbuh di daerah pantai (pesisir), baik pada daerah yang dipengaruhi pasang surut air laut maupun wilayah daratan pantai yang dipengaruhi oleh ekosistem pesisir. Sedangkan pengertian mangrove sebagai hutan payau atau hutan bakau adalah pohon yang tumbuh di daerah payau pada tanah aluvial di daerah pertemuan air laut dan air tawar di sekitar muara sungai.7 Hutan bakau dikenal memiliki keanekaragaman yang tinggi. Ekosistem hutan bakau merupakan tempat hidup berbagai jenis gastropoda, ikan, kepiting pemakan detritus dan bivalvia serta ikan pemakan plankton. Ancaman utama bagi hutan bakau datang dari naiknya permukaan air laut dan perubahan-perubahan yang berkaitan dengan dinamika sedimen, erosi dan salinitas. Naiknya permukaan laut diperkirakan akan terjadi dua kali lebih cepat daripada kecepatan penumpukan sedimen (yang dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup hutan bakau) dan mengakibatkan tenggelamnya sejumlah delta. Selanjutnya, erosi akan mengurangi luasan hutan bakau; erosi tebing pada sisi yang menghadap
4 5

Ibid. Malcolm, J.R., Liu, C., Neilson, R.P., Hansen, L. and Hannah, L. Global warming and extinctions of endemic species from biodiversity hotspots. Conservation Biology 20(2): 538548, 2006. 6 Bruno Locatelli, Menghadapi Masa Depan Yang Tak Past, Bagaimana Hutan dan Manusia Beradaptasi Terhadap Perubahan Iklim, CIFOR Indonesia, 2009 7 Harahab, Nuddin. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove dan Aplikasinya dalam Perencanaan Wilayah Pesisir, Graha Ilmu. Yogyakarta, 2010

ke laut yang menggoyahkan akar bakau, erosi permukaan di sepanjang permukaan rawa dan hilangnya bantaran kali.8 Pemanasan global yang menyebabkan naiknya permukaan air laut akan berpengaruh terhadap stabilitias ekosistem hutan bakau. Perubahan kondisi fisik dan kimia di hutan bakau selain berdampak kepada perubahan diversitas spesies yang menenpati ekosistem tersebut, juga mempengaruhi interaksi yang terjadi antara spesies dalam ekosistem. Naiknya permukaan air merupakan salah satu bentuk gangguan yang terhadap ekosistem hutan bakau. Ketika terjadi gangguan terhadap ekosistem, maka ekosistem tersebut berada dalam stabilitas yang rendah. Gangguan ini biasanya berpengaruh terhadap kecenderungan semakin rendah (berkurangnya)

keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas yang pada awalnya terkendali secara fisik maupun biologis. Pengurangan keanekaragaman jenis (deplesi keanekaan hayati) pada ekosistem hutan bakau yang mengalami gangguan akibat perubahan komponen fisik dan kimia (karena peristiwa naiknya permukaan air) membuktikan adanya pengaruh perubahan energi yang masuk terhadap kelangsungan hidup suatu spesies maupun terhadap interaksi yang terjadi antar spesies di dalam ekosistem tersebut. Ketika perubahan keadaan menyebabkan punahnya satu jenis spesies di ekosistem hutan bakau, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap spesies lain yang hidup dengan memakan spesies yang punah tersebut. Perubahan ini mungkin dapat membuat suatu ekosistem berubah menjadi ekosistem lain, dengan komponen penyusun yang berbeda. Ketika suatu ekosistem yang terganggu telah kembali ke keadaan semula (stabil) atau ketika ia membentuk ekosistem baru yang berbeda, maka hal ini memperlihatkan adanya kompetisi yang terjadi diantara spesies-spesies yang hidup di ekosistem hutan bakau tersebut. Ketika terjadi gangguan, spesies-spesies yang hidup pada ekosistem akan berusaha untuk mempertahankan hidupnya dengan cara memenangkan kompetisi. Kompetisi ini bisa terjadi secara intraspesifik maupun interspesifik. Kompetisi yang terjadi bisa berupa kompetisi sumber daya atau kompetisi kontes.
8

Hansen, L.J., Biringer, J.L. dan Hoffman, J.R., Buying time: a users manual for building resistance and resilience to climate change in natural systems. WWF, Climate Change Program, Berlin, Germany, 2003

Anda mungkin juga menyukai