ABSTRAK
Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi turut mendukung
proses transformasi pengetahuan, ideologi serta paham keagamaan, sehingga
remaja dengan mudah mengonsumsi berbagai paham (terutama radikalisme)
melalui media sosial. Hadirnya media sosial tidak ada lagi batas ruang antara satu
agama dengan agama yang lain, antara satu etnis dengan etnis yang lain, sehingga
kehadiran media sosial membawa perubahan terhadap kehidupan remaja. Tujuan
penulisan ini yakni mendeskripsikan dan menganalisis strategi dakwah di tengah
pluralitas. Dakwah adalah upaya mengajak umat melalui jalan yang benar. Yaitu
untuk mendapatkan pahala dari Tuhan. Oleh karena itu, dakwah merupakan
kewajiban yang tidak dapat diingkari oleh setiap muslim dewasa. Jadi, untuk
mengundang seseorang dengan cara yang benar, pengkhotbah (da'i) harus
melakukannya melalui cara yang benar juga. Dalam menghadapi berbagai
masyarakat, perlu adanya sikap yang bijaksana dan dakwah persuasif adalah sebuah
keniscayaan.
Kata Kunci : Da’wah, Da’i, Materi, Metode, Mad’u dan Pluralis
ABSTRACT
The rapid development of information and communication technology also supports the process of
transformatif of knowledge, ideology, and understanding of religiosity, so adolescents can easily
consume various understandings (especially radicalism) through social media. The presence of
social media no longer limits the space between one religion with another religion, between one
ethnicity and another ethnicity, so the presence of social media brings changes to the lives of
adolescents. The purpose of this study is to describe and analyze the da'wah strategy in plurality.
The method used is descriptive qualitative. Da’wah is an effort to invite people through the right
way. It is to get reward from the God. Therefore, da’wah is an obligation which can’t be denied
by each adult Moslem. So, to invite someone in the right way, the preacher (da’i) must do through
the right way too. In facing of various society, the need of a wise and persuasive da’wah is a
necessary.
PENDAHULUAN
Keragaman ekspresi keagamaan di kalangan muslim merupakan sebuah
tantangan terbesar dalam merawat pluralitas. Tantangan utama yang dihadapi
manakala ekspresi keagamaan itu diwujudkan oleh individu maupun kelompok
masyarakat dalam sebuah tindakan sosial yang bercorak konfrontatif, seperti
hadirnya wacana radikalisme agama yang menyita perhatian publik belakangan ini.
Hadirnya paham keagamaan yang ekstremisme atau eksklusivisme khususunya di
kalangan remaja, ditengarai muncul dan berkembang melalui kajian-kajian
doktriner maupun proses diseminasi lewat jejaring media sosial yang intens diakses
oleh remaja.
Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi turut mendukung
proses transformasi pengetahuan, ideologi serta paham kegamaan, sehingga
remaja dengan mudah mengonsumsi berbagai paham (terutama radikalisme)
melalui media sosial. Meskipun remaja tidak terlibat dalam suatu kelompok
maupun kajian-kajian tertentu, namun beberapa remaja terpapar paham radikal
karena intens mengakses paham radikal melalui media sosial. Media sosial dalam
konteks ini dipandang sebagai pintu masuk paham-paham radikal sehingga
dikuatirkan paham ini akan memengaruhi remaja secara massif akibat penggunaan
media sosial tanpa pengawasan pihak terkait.
Pintu masuknya radikalisme bukan hanya melalui media sosial, tetapi juga
melalui pergaulan, dosen, guru dan referensi yang dibaca. Fenomena tersebut
menjadi gambaran bahwa keberadaan media baru di tengah kehidupan manusia
milenial telah menemukan kepercayaan di Internet dan menjadikan Internet
sebagai ruang tanpa batas untuk saling terhubung dan berinteraksi tanpa beban
dan bersifat egaliter. Media baru telah menjadi ruang kontestasi berbagai ideologi.
Internet berpengaruh pada sikap radikal maupun intoleransi seseorang. Karena
itu, narasi-narasi perdamaian penting disebarkan di Internet untuk menangkis
narasi-narasi radikalisme dan kekerasan.
Kaum muda membutuhkan keterampilan khusus dan keterampilan umum
untuk mengembangkan keterampilan komunikasi mereka dalam masyarakat yang
beragam. Jika anak muda tidak menguasai cara berkomunikasi, hal itu akan
menjadi penghambat pengembangan potensi diri, dan juga bisa menjadi penyebab
merebaknya aktivisme. Pengetahuan agama saja tidak cukup untuk menggerakkan
orang dan membujuk mereka untuk berbuat baik, tetapi pengetahuan harus
mencakup keterampilan komunikasi.
2 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)
Keterampilan umum seorang remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni
keterampilan personal dan sosial. Keterampilan personal adalah bagaimana
seorang remaja membangun kecerdasan diri, membangun kesadaran akan
pentingnya pengetahuan, sementara keterampilan sosial lebih kepada kemampuan
remaja dalam berkomunikasi. Pengetahuan yang tinggi tidak akan bermanfaat
tanpa dikomunikasikan, misalnya ketika remaja berada di tengah warga
masyarakat, maka ia harus memiliki kemampuan khusus yakni kemampuan
berkomunikasi.
Keterampilan umum seorang remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni
keterampilan personal dan sosial. Keterampilan personal adalah bagaimana
seorang remaja membangun kecerdasan diri, membangun kesadaran akan
pentingnya pengetahuan, sementara keterampilan sosial lebih kepada kemampuan
remaja dalam berkomunikasi. Pengetahuan yang tinggi tidak akan bermanfaat
tanpa dikomunikasikan, misalnya ketika remaja berada di tengah warga
masyarakat, maka ia harus memiliki kemampuan khusus yakni kemampuan
berkomunikasi.
Karakteristik keagamaan remaja antara lain; pertama-tama, perilaku ritual
berarti remaja sering melaksanakan upacara keagamaan. Kedua, kaum muda
memiliki karakter egois, perilaku keagamaan yang intensif, dll. Kedalaman, yang
ditunjukkan oleh sejumlah besar remaja Studi agama. Sikap kritis dan kecurigaan
membuat kaum muda rentan lawan ide radikal, karena anak muda selalu bertanya
perihal agama, jika dia mendapat jawaban dan meyakininya, maka dia akan
mengikuti dengan seksama.
Berkaitan dengan hal ini, terdapat beberapa permasalahan, antara lain: 1)
beragamnya paham-paham yang menyebar di kalangan remaja; 2) beragamnya
strategi dakwah di kalangan remaja; 3) sulitnya membedakan perilaku kelompok
kegamaan yang radikal; dan 4) banyaknya kegiatan-kegiatan remaja yang tidak
dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan norma yang berlaku.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulisan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis paham-paham keagamaan di kalangan remaja.
Terutama berkaitan dengan proses pengkajian, pemahaman, pendalaman dan
pengamalan nilai-nilai keagamaan yang didapatkan. Selain itu, penulisan dilakukan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk strategi dakwah di tengah
pluralitas. Hal ini untuk menemukan prototipe pelaksanaan dakwah yang dapat
diterapkan kepada madh’u dengan segmentasi remaja. Penelitian dilakukan melalui
pendekatan kualitatif dengan studi literatur berkaitan dengan penyebaran faham
radikal di kalangan remaja. Dalam hal ini peneliti mencoba menganalisis berbagai
fenomena radikalisme di kalangan remaja baik dilakukan melalui media offline
maupun di dunia maya (online).
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 3
Nama penulis depan dan tengah inisial, nama belakang lengkap (Garamond 8 rata kiri)
4 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)
Dakwah ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab yang berarti
panggilan, seruan, ajakan. Sedangkan menurut istilah dakwah adalah kegiatan
orang yang beriman kepada Allah SWT dalam bidang kemasyarakatan yang
diwujudkan dalam sistem kegiatan yang dilaksanakan secara teratur untuk
mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan berbuat baik sebagai individual
maupun sosial dalam rangka mewujudkan ajaran Islam dalam kehidupan
individual dan masyarakat adil.
Pluralitas keagamaan dalam Islam diterima sebagai kenyataan sejarah yang
sesunggunya diwarnai oleh adanya pluralitas kehidupan manusia sendiri, baik
pluralitas dalam berfikir, berperasaan, bertempat tinggal maupun dalam bertindak.
Dalam hubunganya dengan pluralitas agama-agama, Islam menetapkan prinsip
untuk saling menghormati dan saling mengakui eksistensi agama masing-masing ,
seperti ditegaskan dalam alquran dalam Al-Qur’an surat 109 : 6 mengatakan “
Untuk kamu agamamu dan untuk akau agama ku”. Oleh karena itu Islam secara
jelas menegaskan tidak adanya prinsip paksaan dalam agama dam dalam Al-
Qur’an surat Al- Baqarah ayat 256 dijelaskan : “Tidak ada paksaan dalam
beragama, sesunggunya telah jelas jalan yang salah dan siapa yang tidak percaya
kepada thoghut dan percaya kepada Allah, sesungunya dia telah berpegang pada
tali yang teguh dan tidak akan putus dan tuhan itu mendengar dan mengetahui”.
Untuk itu kita harus mempunyai sikap mengakui dan sekaligus mengharagai,
menghormati , memelihara, dan bahkan mengembangkan dan memeperkaya
keadaan yang bersifat plural, jamak, atau banyak itu dan sikap ini sering kali
disebut dengan Pluralisme.
Prinsip dasar dakwah pluralis dapat dikaji dalam Al-Qur’an surat An-Nahl
ayat 125. Dalam ayat ini menggambarkan bagaimana kehidupan pluralis, ibrah
yang terkandung bahwa seorang da’i selalu hinggap pada pohon yang berbunga,
dan mengisap sari-sari yang bersih. Hal ini mengisyaratkan bahwa seorang da’i
atau orang muslim senantiasa selektif dalam memilih makanan, memilih tempat
bergaul, tempat berinteraksi. Seorang muslim senantiasa menyebar manfaat bagi
orang sekelilingnya, tidak menjadi beban orang lain justru keberadaannya menjadi
penting bagi orang, menjadi solusi bagi orang lain.
Pertama, Metode Al-hikmah diartikan; al-adl (keadilan) al-hilm (kesabaran
dan ketabahan), an-nubuwah (kenabian), al-ilm (ilmu pengetahuan), Al-Quran,
falsafah, kebijaksanaan, pemikiran ata pendapat yang baik, al-haq (kebenaran)
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 5
Nama penulis depan dan tengah inisial, nama belakang lengkap (Garamond 8 rata kiri)
Maw’izah Al-
Al-Hikmah Bil Hal Mujadalah
Hasanah
6 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 7
Nama penulis depan dan tengah inisial, nama belakang lengkap (Garamond 8 rata kiri)
8 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)
َُّ ض
ُل ُْ كُه َُُوُاَ ْعلَ ُُمُبِ َم
َ ُن َُّ ِيُاَحْ َسنُُُا
َُ َّنُ َرب ُْ ِكُبِ ْال ِح ْك َم ُِةُ َو ْال َموْ ِعظَ ُِةُ ْال َح َسنَ ُِةُ َو َجا ِد ْلهُ ُْمُبِالَّت
َُ يُ ِه َُ ِّلُ َرب ُِ عُاِ ٰلىُ َسبِ ْي
ُُ اُ ْد
ََُنُ َسبِ ْيلِهُُ َوهُ َُوُاَ ْعلَ ُُمُبِ ْال ُم ْهتَ ِديْن
ُْ ع
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
beragumentasilah dengan mereka dengan yang baik (pula). Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Demikian
juga sebuah hadis yang sering kita dengar secara eksplisit menyerukan agar kita
menyampaikan kebenaran dari nabi meskipun satu ayat (sedikit) serta beberepa
beberpa dalil lain yang kompatible dengan anjuran berdakwah yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”. Demikian juga sebuah hadis yang sering kita dengar secara eksplisit
menyerukan agar kita menyampaikan kebenaran dari nabi meskipun satu ayat
(sedikit) serta beberepa beberpa dalil lain yang kompatible dengan anjuran
berdakwah.
Pertama, menyadari heterogenitas masyarakat sasaran dakwah (mad’u)
yang dihadapinya. Keragaman audiens sasaran dakwah menuntut metode dan
materi serta strategi dakwah yang beragam pula sesuai kebutuhan mereka. Nabi
sendiri melalui hadisnya menganjurkan pada kita untuk memberi nasehat,
informasi kepada orang lain sesuai tingkat kemampuan kognisinya (‘uqulihim).
Kedua, dakwah hendaknya dilakukan dengan menafikan unsur-unsur kebencian.
Esensi dakwah mestilah melibatkan dialog bermakna yang penuh kebijaksanaan,
perhatian, kesabaran dan kasih sayang. Hanya dengan cara demikian audiens akan
menerima ajakan seorang dai dengan penuh kesadaran. Harus disadari oleh
seorang dai bahwa kebenaran yang ia sampaikan bukanlah satu-satunya kebenaran
tunggal, satu-satunya kebenaran yang paling absah. Karena, meskipun kebenaran
wahyu agama bersifat mutlak adanya, tetapi keterlibatan manusia dalam
memahami dan menafsirkan pesanpesan agama selalu saja dibayang-bayangi oleh
subyektifitas atau horizon kemanusiaan masing-masing orang. Ketiga, dakwah
hendaknya dilakukan secara persuasif, jauh dari sikap memaksa karena sikap yang
demikian di samping kurang arif juga akan berakibat pada keengganan orang
mengikuti seruan sang da’i yang pada akhirnya akan membuat misi suci dakwah
menjadi gagal.
ٰ نُش َۤا ُءُفَ ْلي ْكفُرُُْانَّاُُاَ ْعتَ ْدنَاُل
ُْ ِلظُلِ ِميْنَُُنَا ًراُُاَ َحاطَُُبِ ِه ُْمُس َُرا ِدقُهَاُُ َوا ُْ نُش َۤا َُءُفَ ْلي ُْؤ ِم ُْ لُ ْال َحقُُ ِم
ُْ نُ َّربِّ ُك ُْمُفَ َم ُِ َُوق
ُن ِ ِ َ َ ُْ نُ َّو َم
ًُ َتُ ُمرْ تَف
ق ۤ
ُْ سُال َّش َرابُُُ َو َسا َء َُ لُيَ ْش ِوىُ ْال ُوجُوْ ُهَُبِ ْئ ۤ
ُِ يَّ ْستَ ِغ ْيثُوْ اُيُغَاثُوْ اُبِ َماءُُ َك ْال ُم ْه
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 9
Nama penulis depan dan tengah inisial, nama belakang lengkap (Garamond 8 rata kiri)
“Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka, silahkan (secara
sukarela) siapa yang hendak beriman berimanlah dan siapa yang ingkar silahkan
(QS. Al-Kahfi (18): 29);
ُكُبِ ْالعُرْ َوُِة ُ ٰ ِنُب
َُ اللُِفَقَ ُِدُا ْستَ ْم َس ُِ ْنُيَّ ْكفُرُُْبِالطَّا ُغو
ُْ تُ َوي ُْؤ ِم ُِّ نُُقَ ُْدُتَّبَيَّنَُُالر ْش ُُدُ ِمنَُُ ْال َغ
ُْ يُُُۚفَ َم ُِ لُاِ ْك َرا ُهَُفِىُال ِّد ْي
َُ
ٰ ٰ
ُ َ ُْال ُوثقى
ْ
ُ صا َُمُلَهَاُُۚ َو
ُللاُُ َس ِميْعُُ َعلِيْم َ ِلُا ْنف
“Tiada paksaan dalam memeluk agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
perbedaan antara yang benar dan yang sesat. (QS. alBaqarah (2); 256).
Strategi Dakwah New Media Upaya Menarasikan Islam Rahmatan Lil
Alamin
Komunikasi mutakhir berbentuk online yang tidak terbatas oleh ruang
dan waktu. Media online yang popular saat ini adalah blog, facebook, twitter,
instagram, google plus, path, tiktok dan media sosial lainnya.kehadiran media
sosial dianggap sebagai konsekuensi kehadiran ruang mayantara internet. Melalui
new media inilah ekspresi intoleransi agama di sebarluaskan tanpa melihat
validitas kebenaran, sehingga membuat kebisingan sosial, dimana ekspresi
intoleransi dimulai kebencian.
Media mainstream lebih sebagai corong pemerintah dan pemiliki media
dan merepresentasikan etnis tertentu. Periode reformasi, pemberitaan
menonjolkan konflik etnis dan RAS misalnya etnis Cina dan Indonesia, memuat
foto-foto kekerasan, kering edukasi misalnya film layar lebar, warkop, nyai
blorong, sundel bolong, Pluralis si entong, emak gue jagoan, imlek barongsai.
Memasuki era newmedia, setiap orang memiliki akses untuk membuat dan
mempublikasikan beritadan informasi. Kepemilikan akses ini memiliki dampak
negatif dan dampak positif. “Media Islam lebih banyak memberikan informasi
seputar kehidupan sosial keagamaan sementara media mainstream lebih luas
wacana pemberitaannya."
Perkembangan teknologi diikuti oleh perubahan perilaku masyarakat.
Dengan hadirnyan new media beragam informasi negatif dengan mudah di
publish dan share. Berita yang bertujuan menebar fitnah, hoax, hatespeech, paham
radikal dengan mudah diakses oleh masyarakat.
10 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)
PENUTUP
Masa depan bangsa dilihat dari bagaimana kualitas remajanya, jika
remajanya baik maka masa depan bangsa akan baik pula. Oleh karena itu wawasan
tentang pluralisme sangat penting untuk merawat pluralitas. Selain metode
dakwah qurani, ada beberapa metode dakwah yang dapat digunakan agar remaja
tidak terpengaruh oleh paham-paham radikal, manipulasi dan provokasi berita
hoax, hatespeech dan fitnah. Setidaknya ada tiga strategi dakwah yang dapat
dilakukan untuk merawat nilai-nilai pluralitas di kalangan remaja, yakni da’wah
new media.
Da'wah adalah kewajiban yang harus diemban bagi setiap muslim dan
disampaikannya dengan cara-cara yang arif dan bijaksana.Dalam pelaksanaan
dakwah pada masyarakat yang pluralis, metode dakwah bi al-hikmah harus di
kedepankan. Keragaman atau kemajemukan hidup manusia dalam berbagai hal
merupakan sunnatullah. Mengakui dan menerima keragaman dalam seluruh aspek
adalah sesuatu yang wajar. Hidup dalam masyarakat majemuk akan eksis jika
setiap orang saling
memahami, saling mengerti, saling menghargai, saling menerima dan saling
memaklumi. Dakwah Islamiah akan lebih bermakna jika dilakukan dengan
melibatkan kerjasama dengan semua pihak termasuk mereka yang berada di luar
Islam.
Dakwah melalui new media merupakan dakwah yang dianggap efektif bagi
kalangan remaja. Perkembangan teknologi diikuti oleh perubahan perilaku
masyarakat. Dengan hadirnya new media beragam informasi negatif dengan
mudah di publish dan share. Informasi yang bersifat fitnah, hoax, hatespeech,
serta mengandung paham radikal dengan mudah diakses oleh masyarakat. Oleh
karena itu, salah satu cara adalah mendominasi konten-konten positif di dunia
maya melalui spritualisasi media, yakni media dijadikan sebagai alat berdakwah.
12 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)
DAFTAR PUSTAKA
Format Skripsi, Tesis atau Disertasi
Khotijah, Khotijah (2008) Konsep dakwah terhadap orang-orang non muslim
(yang beragama lain) menurut Jalaluddin Rakhmat dalam buku "Islam dan
Pluralisme". Undergraduate (S1) Skripsi, IAIN Walisongo.
M. Hasan Ma’arif, (2012) TEOLOGI PLURALISME DALAM PERSPEKTIF
BUDHY MUNAWAR RACHMAN. Bachelor thesis, IAIN Syekh Nurjati
Cirebon.
Nisa, Uud Khoirun (2012) Pesan dakwah pluralisme dalam film My name is Khan.
Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya
Rachma, Nurul (2019) Strategi Dakwah di tengah Pluralisme Agama (Studi Kasus
Agama To Lotang) di Kabupaten Sidenreng Rappang. Undergraduate (S1)
Skripsi, Univeristas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Ulfa, Laili Marya (2015) Konsep pluralisme agama dan tantangan dakwah :studi
pemikiran Nurcholis Madjid. Undergraduate (S1) Skripsi, Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang.
Format Buku
Abdullah, M. Q., & Sos, M. (2020). Pengantar Ilmu Dakwah. Penerbit Qiara
Media.
Aripudin, A. (2016). Sosiologi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Asmuni, Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: al-Ikhlas, 1983
Sudibyo, A., Hamad, I., & Qodari, M. (2001). Kabar-kabar kebencian: prasangka
agama di media massa. Institut Studi Arus Informasi.
Qadaruddin,Muhammad, Pola Baru Dakwah Plural: Parepare: Kaafah Learning
Center, 2019
Format Artikel Jurnal
Farhan, F. (2014). Bahasa Dakwah Struktural Dan Kultural Da’i Dalam Perspektif
Dramaturgi, dalam AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman, 1(2).
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/at-turas/issue/view/34
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 13
Nama penulis depan dan tengah inisial, nama belakang lengkap (Garamond 8 rata kiri)
14 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx