Anda di halaman 1dari 14

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam

Volume x, Nomor x, xxxx, xx-xx


Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/tamkin

Strategi Dakwah dalam Pluralitas di Lapisan Remaja


Yuni Sakila Hamidah1*, Bpk. Dr. Acep Aripudin 11,
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan
Gunung Djati, Bandung
Email : yunisakilahamidah212@gmail.com

ABSTRAK
Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi turut mendukung
proses transformasi pengetahuan, ideologi serta paham keagamaan, sehingga
remaja dengan mudah mengonsumsi berbagai paham (terutama radikalisme)
melalui media sosial. Hadirnya media sosial tidak ada lagi batas ruang antara satu
agama dengan agama yang lain, antara satu etnis dengan etnis yang lain, sehingga
kehadiran media sosial membawa perubahan terhadap kehidupan remaja. Tujuan
penulisan ini yakni mendeskripsikan dan menganalisis strategi dakwah di tengah
pluralitas. Dakwah adalah upaya mengajak umat melalui jalan yang benar. Yaitu
untuk mendapatkan pahala dari Tuhan. Oleh karena itu, dakwah merupakan
kewajiban yang tidak dapat diingkari oleh setiap muslim dewasa. Jadi, untuk
mengundang seseorang dengan cara yang benar, pengkhotbah (da'i) harus
melakukannya melalui cara yang benar juga. Dalam menghadapi berbagai
masyarakat, perlu adanya sikap yang bijaksana dan dakwah persuasif adalah sebuah
keniscayaan.
Kata Kunci : Da’wah, Da’i, Materi, Metode, Mad’u dan Pluralis

ABSTRACT
The rapid development of information and communication technology also supports the process of
transformatif of knowledge, ideology, and understanding of religiosity, so adolescents can easily
consume various understandings (especially radicalism) through social media. The presence of
social media no longer limits the space between one religion with another religion, between one
ethnicity and another ethnicity, so the presence of social media brings changes to the lives of
adolescents. The purpose of this study is to describe and analyze the da'wah strategy in plurality.
The method used is descriptive qualitative. Da’wah is an effort to invite people through the right
way. It is to get reward from the God. Therefore, da’wah is an obligation which can’t be denied
by each adult Moslem. So, to invite someone in the right way, the preacher (da’i) must do through
the right way too. In facing of various society, the need of a wise and persuasive da’wah is a
necessary.

Diterima: Bulan Tahun. Disetujui: Bulan Tahun. Dipublikasikan: Bulan Tahun 1


Nama penulis depan dan tengah inisial, nama belakang lengkap (Garamond 8 rata kiri)

Keywords : Da’’wah, Da’i, Material, Method, and Pluralist

PENDAHULUAN
Keragaman ekspresi keagamaan di kalangan muslim merupakan sebuah
tantangan terbesar dalam merawat pluralitas. Tantangan utama yang dihadapi
manakala ekspresi keagamaan itu diwujudkan oleh individu maupun kelompok
masyarakat dalam sebuah tindakan sosial yang bercorak konfrontatif, seperti
hadirnya wacana radikalisme agama yang menyita perhatian publik belakangan ini.
Hadirnya paham keagamaan yang ekstremisme atau eksklusivisme khususunya di
kalangan remaja, ditengarai muncul dan berkembang melalui kajian-kajian
doktriner maupun proses diseminasi lewat jejaring media sosial yang intens diakses
oleh remaja.
Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi turut mendukung
proses transformasi pengetahuan, ideologi serta paham kegamaan, sehingga
remaja dengan mudah mengonsumsi berbagai paham (terutama radikalisme)
melalui media sosial. Meskipun remaja tidak terlibat dalam suatu kelompok
maupun kajian-kajian tertentu, namun beberapa remaja terpapar paham radikal
karena intens mengakses paham radikal melalui media sosial. Media sosial dalam
konteks ini dipandang sebagai pintu masuk paham-paham radikal sehingga
dikuatirkan paham ini akan memengaruhi remaja secara massif akibat penggunaan
media sosial tanpa pengawasan pihak terkait.
Pintu masuknya radikalisme bukan hanya melalui media sosial, tetapi juga
melalui pergaulan, dosen, guru dan referensi yang dibaca. Fenomena tersebut
menjadi gambaran bahwa keberadaan media baru di tengah kehidupan manusia
milenial telah menemukan kepercayaan di Internet dan menjadikan Internet
sebagai ruang tanpa batas untuk saling terhubung dan berinteraksi tanpa beban
dan bersifat egaliter. Media baru telah menjadi ruang kontestasi berbagai ideologi.
Internet berpengaruh pada sikap radikal maupun intoleransi seseorang. Karena
itu, narasi-narasi perdamaian penting disebarkan di Internet untuk menangkis
narasi-narasi radikalisme dan kekerasan.
Kaum muda membutuhkan keterampilan khusus dan keterampilan umum
untuk mengembangkan keterampilan komunikasi mereka dalam masyarakat yang
beragam. Jika anak muda tidak menguasai cara berkomunikasi, hal itu akan
menjadi penghambat pengembangan potensi diri, dan juga bisa menjadi penyebab
merebaknya aktivisme. Pengetahuan agama saja tidak cukup untuk menggerakkan
orang dan membujuk mereka untuk berbuat baik, tetapi pengetahuan harus
mencakup keterampilan komunikasi.

2 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

Keterampilan umum seorang remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni
keterampilan personal dan sosial. Keterampilan personal adalah bagaimana
seorang remaja membangun kecerdasan diri, membangun kesadaran akan
pentingnya pengetahuan, sementara keterampilan sosial lebih kepada kemampuan
remaja dalam berkomunikasi. Pengetahuan yang tinggi tidak akan bermanfaat
tanpa dikomunikasikan, misalnya ketika remaja berada di tengah warga
masyarakat, maka ia harus memiliki kemampuan khusus yakni kemampuan
berkomunikasi.
Keterampilan umum seorang remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni
keterampilan personal dan sosial. Keterampilan personal adalah bagaimana
seorang remaja membangun kecerdasan diri, membangun kesadaran akan
pentingnya pengetahuan, sementara keterampilan sosial lebih kepada kemampuan
remaja dalam berkomunikasi. Pengetahuan yang tinggi tidak akan bermanfaat
tanpa dikomunikasikan, misalnya ketika remaja berada di tengah warga
masyarakat, maka ia harus memiliki kemampuan khusus yakni kemampuan
berkomunikasi.
Karakteristik keagamaan remaja antara lain; pertama-tama, perilaku ritual
berarti remaja sering melaksanakan upacara keagamaan. Kedua, kaum muda
memiliki karakter egois, perilaku keagamaan yang intensif, dll. Kedalaman, yang
ditunjukkan oleh sejumlah besar remaja Studi agama. Sikap kritis dan kecurigaan
membuat kaum muda rentan lawan ide radikal, karena anak muda selalu bertanya
perihal agama, jika dia mendapat jawaban dan meyakininya, maka dia akan
mengikuti dengan seksama.
Berkaitan dengan hal ini, terdapat beberapa permasalahan, antara lain: 1)
beragamnya paham-paham yang menyebar di kalangan remaja; 2) beragamnya
strategi dakwah di kalangan remaja; 3) sulitnya membedakan perilaku kelompok
kegamaan yang radikal; dan 4) banyaknya kegiatan-kegiatan remaja yang tidak
dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan norma yang berlaku.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulisan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis paham-paham keagamaan di kalangan remaja.
Terutama berkaitan dengan proses pengkajian, pemahaman, pendalaman dan
pengamalan nilai-nilai keagamaan yang didapatkan. Selain itu, penulisan dilakukan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk strategi dakwah di tengah
pluralitas. Hal ini untuk menemukan prototipe pelaksanaan dakwah yang dapat
diterapkan kepada madh’u dengan segmentasi remaja. Penelitian dilakukan melalui
pendekatan kualitatif dengan studi literatur berkaitan dengan penyebaran faham
radikal di kalangan remaja. Dalam hal ini peneliti mencoba menganalisis berbagai
fenomena radikalisme di kalangan remaja baik dilakukan melalui media offline
maupun di dunia maya (online).
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 3
Nama penulis depan dan tengah inisial, nama belakang lengkap (Garamond 8 rata kiri)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pluralitas berasal dari bahasa Inggris, yakni kata plural yang berarti jamak,
banyak atau lebih dari satu. Pluralitas juga biasa disebut sebagai keragaman.
Keragaman yang dimaksud adalah keragaman dalam masyarakat seperti
keragaman ras, politik, agama serta budaya. Pluralitas didefinisikan sebagai
kemajemukan yang didasari oleh keunikan dan kekhasan. Pluralitas tidak dapat
terwujud atau terbayangkan keberadaannya kecuali sebagai antitesis dan sebagai
obyek komparatif dari keseragaman dan kesatuan yang merangkum seluruh
dimensinya (Muhammad Imarah, 1999:09).
Pluralitas merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari, terutaman dalam
kehidupan bermasyarakat. Berbicara mengenai pluralitas, terdapat paham yang
dikenal sebagai pluralisme. Pluralisme adalah paham yang bersedia menerima
keberagaman (pluralitas), yakni hidup secara toleran pada lingkungan masyarakat
yang berbeda suku, agama, adat, atau pandangan hidup. Pluralisme menciptakan
tindakan yang bermuara pada kebebasan beragama, kebebasan berpikir atau
memperoleh informasi.
Pluralitas merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari, terutaman dalam
kehidupan bermasyarakat. Berbicara mengenai pluralitas, terdapat paham yang
dikenal sebagai pluralisme. Pluralisme adalah paham yang bersedia menerima
keberagaman (pluralitas), yakni hidup secara toleran pada lingkungan masyarakat
yang berbeda suku, agama, adat, atau pandangan hidup. Pluralisme menciptakan
tindakan yang bermuara pada kebebasan beragama, kebebasan berpikir atau
memperoleh informasi.
Strategi Dakwah merupakan suatu bentuk komunikasi yang khas dimana
seseorang komunikator menyampaikan pesan-pesan yang bersumber atau sesuai
dengan ajaran Alquran dan Sunnah. Orientasinya adalah untuk mengajak orang
lain untuk berbuat amal saleh sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan
Strategi komunikasi dakwah adalah suatu pola pikir dalam merencanakan suatu
kegiatan mengubah sikap, sifat, pendapat dan perilaku khalayak (komunikan,
hadirin atas dasar skala yang luas melalui penyampaian gagasan-gagasan. Orientasi
strategi dakwah terpusat pada tujuan akhir yang ingin dicapai, dan kerangka
sistematis pemikiran untuk bertindak dalam melakukan komunikasi.

4 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

Dakwah ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab yang berarti
panggilan, seruan, ajakan. Sedangkan menurut istilah dakwah adalah kegiatan
orang yang beriman kepada Allah SWT dalam bidang kemasyarakatan yang
diwujudkan dalam sistem kegiatan yang dilaksanakan secara teratur untuk
mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan berbuat baik sebagai individual
maupun sosial dalam rangka mewujudkan ajaran Islam dalam kehidupan
individual dan masyarakat adil.
Pluralitas keagamaan dalam Islam diterima sebagai kenyataan sejarah yang
sesunggunya diwarnai oleh adanya pluralitas kehidupan manusia sendiri, baik
pluralitas dalam berfikir, berperasaan, bertempat tinggal maupun dalam bertindak.
Dalam hubunganya dengan pluralitas agama-agama, Islam menetapkan prinsip
untuk saling menghormati dan saling mengakui eksistensi agama masing-masing ,
seperti ditegaskan dalam alquran dalam Al-Qur’an surat 109 : 6 mengatakan “
Untuk kamu agamamu dan untuk akau agama ku”. Oleh karena itu Islam secara
jelas menegaskan tidak adanya prinsip paksaan dalam agama dam dalam Al-
Qur’an surat Al- Baqarah ayat 256 dijelaskan : “Tidak ada paksaan dalam
beragama, sesunggunya telah jelas jalan yang salah dan siapa yang tidak percaya
kepada thoghut dan percaya kepada Allah, sesungunya dia telah berpegang pada
tali yang teguh dan tidak akan putus dan tuhan itu mendengar dan mengetahui”.
Untuk itu kita harus mempunyai sikap mengakui dan sekaligus mengharagai,
menghormati , memelihara, dan bahkan mengembangkan dan memeperkaya
keadaan yang bersifat plural, jamak, atau banyak itu dan sikap ini sering kali
disebut dengan Pluralisme.
Prinsip dasar dakwah pluralis dapat dikaji dalam Al-Qur’an surat An-Nahl
ayat 125. Dalam ayat ini menggambarkan bagaimana kehidupan pluralis, ibrah
yang terkandung bahwa seorang da’i selalu hinggap pada pohon yang berbunga,
dan mengisap sari-sari yang bersih. Hal ini mengisyaratkan bahwa seorang da’i
atau orang muslim senantiasa selektif dalam memilih makanan, memilih tempat
bergaul, tempat berinteraksi. Seorang muslim senantiasa menyebar manfaat bagi
orang sekelilingnya, tidak menjadi beban orang lain justru keberadaannya menjadi
penting bagi orang, menjadi solusi bagi orang lain.
Pertama, Metode Al-hikmah diartikan; al-adl (keadilan) al-hilm (kesabaran
dan ketabahan), an-nubuwah (kenabian), al-ilm (ilmu pengetahuan), Al-Quran,
falsafah, kebijaksanaan, pemikiran ata pendapat yang baik, al-haq (kebenaran)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 5
Nama penulis depan dan tengah inisial, nama belakang lengkap (Garamond 8 rata kiri)

meletakkan sesuatu pada tempatnya, kebenaran sesuatu. Dakwah bi al-hikmah


yang berarti dakwah bijak, mempunyai makna selalu memperhatikan suasana,
kondisi mad’u. Prinsip metode dakwah bi al hikmah ini ditujukan kepada mad’u
yang memiliki kapasitas intelektual pengetahuan yang khawas tinggi. Kedua, Metode
Al-maw’idzah al-hasanah, merupakan dakwah melalui tarhib dan targhib (dorongan
dan motivasi), melalui al-qaul al-rafiq (ucapan lembut dan penuh kasih sayang).
Dengan demikian, dakwah melalui al-maw’idzah al-hasanah ini jauh dari sikap egois,
agitasi, emosional dan apologi. Prinsip metode dakwah ini diarahkan pada madh’u
yang kapasitas pemikirannya dan intektualnya serta spritualnya tergolong
kelompok awan. Mereka selalu ragu-ragu antara mengikuti kebatilan atau
kebenaran. Ketiga, Metode Wa jadilhum bi al-lati hiya ahsan, cara berdakwah model
ini diperuntukkan bagi manusia jenis ketiga. Mereka adalah orang-orang yang
hatinya dikungkung secara kuat oleh tradisi jahiliyah yang dengan sombong dan
angkuh melakukan kebatilan, serta mengambil posisi arogan dalam menghadapi
dakwah. Mereka di dakwahi dengan perdebatan yang paling baik dengan
argumentasi yang mematahkan arogansinya. Di luar dari metode dakwah persuasif
di atas Islam pun memiliki metode dakwah koersif dengan cara keras (syiddah) dan
kasar (ghildhah).
Tabel 1. Metode-metode Dakwah

Maw’izah Al-
Al-Hikmah Bil Hal Mujadalah
Hasanah

Menggunakan akal Pelajaran yang baik Kejujuran


Sentuhan
budi
Tematik
Pandai Memberi peringatan Kronemik / waktu Argumuntatif
Kemauan untuk Jarak Tawadu
berbuat
Perkataan yang tdk Lingkungan, Listening ,
Ilmu yang shahih tersembunyi Empati, Dialog,
Penerangan
Relationship
Materi sesuai mad’u

Sumber: diolah dari berbagai sumber

6 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

Setiap metode dakwah memiliki ciri tersendiri dan segmen khalayak


misalnya metode dakwah al-hikmah adalah metode dakwah yang disampaikan
dengan menggunakan akal budi, dengan argumentasi yang sahih, pesan yang
rasional diperuntukkan untuk masyarakat kelas atas, yang memiliki ilmu yang
tinggi. Kedua, metode dakwah mauizah al-hasanah memiliki ciri dan segmen
kalangan menengah karena memiliki pesan yang perlu didiskusikan dengan cara
yang baik menyentuh hati (al-hasanah). Ketiga, metode dakwah bil al-hal, memiliki
ciri dan segmen kalangan bawah, oleh karena itu dakwah dengan perbuatan sangat
penting bagi kalangan bawah, agar mereka lepas dari jerat kemiskinan. Keempat,
metode mujadalah adalah metode debat yang memiliki ciri dan segmen kalangan
cerdas yang memiliki pehamanan yang kuat tentang agama atau kepercayaan
mereka, oleh karena itu pesan yang disampaikan harus dengan cara argumentative
dan disampaikan dengan cara yang paling baik.
Dalam kerangka metodologis, landasan normatif dakwah Islam
menegaskan pentingnya menyeru pada kebaikan dan melarang manusia berbuat
kemaksiatan. Amar ma’ruf nahi munkar menjadi orientasi yang harus dijunjung
tinggi oleh setiap muslim dalam menegakkan kalimat tauhid. Secara teologis,
perintah berdakwah dilaksanakan sebagai upaya membumikan nilai-nilai ilahiah
dalam segala aspek kehidupan manusia. Perintah teologis ini akan berpengaruh
terhadap eksistensi manusia secara sosiologis. Sebab, pada hakikatnya dakwah
Islam mewujud dalam ranah kehidupan dan ruang-ruang interaksional manusia
secara sosial.
Bagaimana para sabahat nabi dan umat Islam dari masa ke masa
menerapkan prinsip dan nilai Ilahi dalam menciptakan kehidupan yang damai di
tengah-tengah masyarakat yang berbeda agama, budaya, ras suku dan bangsa.
Prinsip hubungan muslim dengan orang lain dijelaskan Allah swt. Dalam al-
Qur’an dan melalui utusanNya nabi Muhammad saw. di mana harus terjalin atas
dasar nilai persamaan, toleransi, keadilan, kemerdekaan, dan persaudaraan
kemanusiaan (al-ikhwah al-insaniyah). Nilai-nilai Qur’ani inilah yang
direkomendasikan Islam sebagai landasan utama bagi hubungan kemanusiaan
yang berlatar belakang perbedaan ras, suku bangsa, agama, bahasa dan budaya.

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 7
Nama penulis depan dan tengah inisial, nama belakang lengkap (Garamond 8 rata kiri)

Dakwah yang Arif dan Transformatif


Berbagai gambaran riil di lapangan menunjukkan bahwa merajut tali
kerukunan dan toleransi di tengah pluralitas agama memang bukan perkara
mudah. Beberapa faktor berikut jelas merupakan ancaman bagi tercapainya
toleransi. Pertama, sikap agresif para pemeluk agama dalam mendakwahkan
agamanya. Kedua, adanya organisasi-organisasi keagamaan yang cenderung
berorientasi pada peningkatan jumlah anggota secara kuantitatif ketimbang
melakukan perbaikan kualitas keimanan para pemeluknya. Ketiga, disparitas
ekonomi antar para penganut agama yang berbeda, (Subhan, 2000:28). Guna
meminimalisir ancaman seperti ini (terutama ancaman pertama dan kedua), maka
mau tidak mau umat Islam, demikian juga umat lain, dituntut untuk menata
aktifitas penyebaran atau dakwah agama secara lebih proporsional dan dewasa.
Kedewasaan ini perlu mendapat perhatian semua pihak karena upaya
membina kerukunan umat beragama seringkali terkendala oleh adanya kenyataan
bahwa sosialisasi ajaran keagamaan di tingkat akar rumput lebih banyak dikuasai
oleh juru dakwah yang kurang peka terhadap kerukunan umat beragama.
Semangat berdakwah yang tinggi dari para pegiat dakwah ini seringkali dinodai
dengan cara-cara menjelek-jelekan milik (agama) orang ain. Terkait dengan ini,
beberapa hal berikut tampaknya merupakan persoalan mendasar yang harus
senantiasa diupayakan, jika Islam diharapkan menjadi rahmah untuk seluruh alam.
Ketiga hal itu adalah (1), penyiapan da’i yang arif sekaligus bersikap inklusif, bukan
eksklusif; (2), memilih materi dakwah yang menyejukkan dan (3), dakwah
berparadigma transformatif sebagai modal menuju kerjasama antar umat
beragama. Yang pertama, erat kaitannya dengan penyiapan kompetensi personal
seorang dai sedang sisanya kompetensi penunjang yang harus menjadi concern
seorang pendakwah atau muballigh.
Dakwah yang Arif lagi Inklusif
Tugas setiap umat Islam untuk tidak hanya melaksanakan ajaran
agamanya, tetapi juga mendakwahkannya keadaan diri sendiri maupun orang lain
di manapun dan kapan pun. Dakwah sebagai upaya penyebaran ajaran Islam
merupakan misi suci sebagai bentuk keimanan setiap muslim akan kebenaran
agama yang dianutnya. Al-Qur’an surah al-Nahl (16): 125 secara tegas
menyebutkan,

8 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

َُّ ‫ض‬
ُ‫ل‬ ُْ ‫كُه َُُوُاَ ْعلَ ُُمُبِ َم‬
َ ُ‫ن‬ َُّ ِ‫يُاَحْ َسنُُُا‬
َُ َّ‫نُ َرب‬ ُْ ِ‫كُبِ ْال ِح ْك َم ُِةُ َو ْال َموْ ِعظَ ُِةُ ْال َح َسنَ ُِةُ َو َجا ِد ْلهُ ُْمُبِالَّت‬
َُ ‫يُ ِه‬ َُ ِّ‫لُ َرب‬ ُِ ‫عُاِ ٰلىُ َسبِ ْي‬
ُُ ‫اُ ْد‬
َُ‫َنُ َسبِ ْيلِهُُ َوهُ َُوُاَ ْعلَ ُُمُبِ ْال ُم ْهتَ ِديْن‬
ُْ ‫ع‬
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
beragumentasilah dengan mereka dengan yang baik (pula). Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Demikian
juga sebuah hadis yang sering kita dengar secara eksplisit menyerukan agar kita
menyampaikan kebenaran dari nabi meskipun satu ayat (sedikit) serta beberepa
beberpa dalil lain yang kompatible dengan anjuran berdakwah yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”. Demikian juga sebuah hadis yang sering kita dengar secara eksplisit
menyerukan agar kita menyampaikan kebenaran dari nabi meskipun satu ayat
(sedikit) serta beberepa beberpa dalil lain yang kompatible dengan anjuran
berdakwah.
Pertama, menyadari heterogenitas masyarakat sasaran dakwah (mad’u)
yang dihadapinya. Keragaman audiens sasaran dakwah menuntut metode dan
materi serta strategi dakwah yang beragam pula sesuai kebutuhan mereka. Nabi
sendiri melalui hadisnya menganjurkan pada kita untuk memberi nasehat,
informasi kepada orang lain sesuai tingkat kemampuan kognisinya (‘uqulihim).
Kedua, dakwah hendaknya dilakukan dengan menafikan unsur-unsur kebencian.
Esensi dakwah mestilah melibatkan dialog bermakna yang penuh kebijaksanaan,
perhatian, kesabaran dan kasih sayang. Hanya dengan cara demikian audiens akan
menerima ajakan seorang dai dengan penuh kesadaran. Harus disadari oleh
seorang dai bahwa kebenaran yang ia sampaikan bukanlah satu-satunya kebenaran
tunggal, satu-satunya kebenaran yang paling absah. Karena, meskipun kebenaran
wahyu agama bersifat mutlak adanya, tetapi keterlibatan manusia dalam
memahami dan menafsirkan pesanpesan agama selalu saja dibayang-bayangi oleh
subyektifitas atau horizon kemanusiaan masing-masing orang. Ketiga, dakwah
hendaknya dilakukan secara persuasif, jauh dari sikap memaksa karena sikap yang
demikian di samping kurang arif juga akan berakibat pada keengganan orang
mengikuti seruan sang da’i yang pada akhirnya akan membuat misi suci dakwah
menjadi gagal.
ٰ ‫نُش َۤا ُءُفَ ْلي ْكفُرُُْانَّاُُاَ ْعتَ ْدنَاُل‬
ُْ ِ‫لظُلِ ِميْنَُُنَا ًراُُاَ َحاطَُُبِ ِه ُْمُس َُرا ِدقُهَاُُ َوا‬ ُْ ‫نُش َۤا َُءُفَ ْلي ُْؤ ِم‬ ُْ ‫لُ ْال َحقُُ ِم‬
ُْ ‫نُ َّربِّ ُك ُْمُفَ َم‬ ُِ ُ‫َوق‬
ُ‫ن‬ ِ ِ َ َ ُْ ‫نُ َّو َم‬
ًُ َ‫تُ ُمرْ تَف‬
‫ق‬ ۤ
ُْ ‫سُال َّش َرابُُُ َو َسا َء‬ َُ ‫لُيَ ْش ِوىُ ْال ُوجُوْ ُهَُبِ ْئ‬ ۤ
ُِ ‫يَّ ْستَ ِغ ْيثُوْ اُيُغَاثُوْ اُبِ َماءُُ َك ْال ُم ْه‬
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 9
Nama penulis depan dan tengah inisial, nama belakang lengkap (Garamond 8 rata kiri)

“Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka, silahkan (secara
sukarela) siapa yang hendak beriman berimanlah dan siapa yang ingkar silahkan
(QS. Al-Kahfi (18): 29);
ُ‫كُبِ ْالعُرْ َوُِة‬ ُ ٰ ِ‫نُب‬
َُ ‫اللُِفَقَ ُِدُا ْستَ ْم َس‬ ُِ ْ‫نُيَّ ْكفُرُُْبِالطَّا ُغو‬
ُْ ‫تُ َوي ُْؤ ِم‬ ُِّ ‫نُُقَ ُْدُتَّبَيَّنَُُالر ْش ُُدُ ِمنَُُ ْال َغ‬
ُْ ‫يُُُۚفَ َم‬ ُِ ‫لُاِ ْك َرا ُهَُفِىُال ِّد ْي‬
َُ
ٰ ٰ
ُ َ ُ‫ْال ُوثقى‬
ْ
ُ ‫صا َُمُلَهَاُُۚ َو‬
ُ‫للاُُ َس ِميْعُُ َعلِيْم‬ َ ِ‫لُا ْنف‬
“Tiada paksaan dalam memeluk agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
perbedaan antara yang benar dan yang sesat. (QS. alBaqarah (2); 256).
Strategi Dakwah New Media Upaya Menarasikan Islam Rahmatan Lil
Alamin
Komunikasi mutakhir berbentuk online yang tidak terbatas oleh ruang
dan waktu. Media online yang popular saat ini adalah blog, facebook, twitter,
instagram, google plus, path, tiktok dan media sosial lainnya.kehadiran media
sosial dianggap sebagai konsekuensi kehadiran ruang mayantara internet. Melalui
new media inilah ekspresi intoleransi agama di sebarluaskan tanpa melihat
validitas kebenaran, sehingga membuat kebisingan sosial, dimana ekspresi
intoleransi dimulai kebencian.
Media mainstream lebih sebagai corong pemerintah dan pemiliki media
dan merepresentasikan etnis tertentu. Periode reformasi, pemberitaan
menonjolkan konflik etnis dan RAS misalnya etnis Cina dan Indonesia, memuat
foto-foto kekerasan, kering edukasi misalnya film layar lebar, warkop, nyai
blorong, sundel bolong, Pluralis si entong, emak gue jagoan, imlek barongsai.
Memasuki era newmedia, setiap orang memiliki akses untuk membuat dan
mempublikasikan beritadan informasi. Kepemilikan akses ini memiliki dampak
negatif dan dampak positif. “Media Islam lebih banyak memberikan informasi
seputar kehidupan sosial keagamaan sementara media mainstream lebih luas
wacana pemberitaannya."
Perkembangan teknologi diikuti oleh perubahan perilaku masyarakat.
Dengan hadirnyan new media beragam informasi negatif dengan mudah di
publish dan share. Berita yang bertujuan menebar fitnah, hoax, hatespeech, paham
radikal dengan mudah diakses oleh masyarakat.

10 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

Media dengan mudah mengubah cara pandang seseorang tentang suatu


kebenaran bahkan mengaburkan kebenaran. Kemenangan capres dan cawapres
dapat dilihat dari penguasaan media. Kita dapat melihat di media bagaimana hasil
pemilihan capres dan wapres, dimana kedua kandidat saling mengklaim
kemenangan, sehingga menyebabkan konflik, kekacauan dan keributan di tengah
masyarakat. Kedekatan dan kepemilikan media telah menjadi permasalahan,
sehingga netralitas media dipertanyakan.
Begitu penting netralitas media sehingga dapat menyampaikan informasi
yang sesuai prinsip jurnalistik, agar segala aktifitas dakwah dapat menjadi
pembicaraan publik. Seorang da’i seharusnya memiliki skill tentang penggunaan
media, paling tidak netralitas media seiring dengan aktifitas dakwah agar dengan
mudah melakukan framing terkait tema-tema dan materi dakwah.
Oleh karena itu diperlukan inovasi dalam berdakwah, difusi dan inovasi
membahas tentang masuknya paham-paham pada remaja dan kemudian menjadi
budaya dan sistem perilaku, sehingga pemerintah dituntut untuk membuat sistem
yang dapat mengubah perilaku remaja. Difusi adalah proses di mana inovasi
dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu pada suatu jangka waktu
tertentu, di antara anggota sistem sosial. Difusi adalah sebagai cara menyampaikan
ide baru agar ide itu dapat diadopsi oleh orang lain.
Beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam menghadapi era digital
antara lain: pertama, strategi selektif, yakni strategi menyaring informasi. strategi
kedua tidak meninggalkan teknologi akan tetapi penggunaan teknologi di batasi
hanya pada aspek yang dapat memberikan keuntungan dan bedampak positif.
Masyarakat mengkonsumsi informasinya yang positif saja dan tidak mudah
terpengaruh oleh kemasan media, tidak menonton informasi sampah, misalnya
tentang pembunuhan, tentang hiburan yang tidak membawa manfaat.
Strategikedua ini dikenal dengan slogan “saring sebelum sharing”.
Kedua, strategi alternative, yakni menguasai teknologi atau spritualisasi
teknologi. Strategi ketiga ini lebih pada era society 4.0 dimana masyarakat tidak
lagi dikendalikan oleh media, akan tetapi masyarakat telah menguasai media.
Masyarakat menggunakan media untuk kepentingannya dan memberikan manfaat
bagi dirinya, kalau strategi pertama dan kedua masyarakat masih dikendalikan oleh
media, maka pada strategi ketiga masyarakat justru menjadi kontrol dan subjek
dalam penggunaan media, mereka mengisi konten-konten media dengan dakwah
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 11
Nama penulis depan dan tengah inisial, nama belakang lengkap (Garamond 8 rata kiri)

dan mendapatkan penghasilan dari konten-konten media tersebut termasuk dapat


mengubah cara pandang seseorang.

PENUTUP
Masa depan bangsa dilihat dari bagaimana kualitas remajanya, jika
remajanya baik maka masa depan bangsa akan baik pula. Oleh karena itu wawasan
tentang pluralisme sangat penting untuk merawat pluralitas. Selain metode
dakwah qurani, ada beberapa metode dakwah yang dapat digunakan agar remaja
tidak terpengaruh oleh paham-paham radikal, manipulasi dan provokasi berita
hoax, hatespeech dan fitnah. Setidaknya ada tiga strategi dakwah yang dapat
dilakukan untuk merawat nilai-nilai pluralitas di kalangan remaja, yakni da’wah
new media.
Da'wah adalah kewajiban yang harus diemban bagi setiap muslim dan
disampaikannya dengan cara-cara yang arif dan bijaksana.Dalam pelaksanaan
dakwah pada masyarakat yang pluralis, metode dakwah bi al-hikmah harus di
kedepankan. Keragaman atau kemajemukan hidup manusia dalam berbagai hal
merupakan sunnatullah. Mengakui dan menerima keragaman dalam seluruh aspek
adalah sesuatu yang wajar. Hidup dalam masyarakat majemuk akan eksis jika
setiap orang saling
memahami, saling mengerti, saling menghargai, saling menerima dan saling
memaklumi. Dakwah Islamiah akan lebih bermakna jika dilakukan dengan
melibatkan kerjasama dengan semua pihak termasuk mereka yang berada di luar
Islam.
Dakwah melalui new media merupakan dakwah yang dianggap efektif bagi
kalangan remaja. Perkembangan teknologi diikuti oleh perubahan perilaku
masyarakat. Dengan hadirnya new media beragam informasi negatif dengan
mudah di publish dan share. Informasi yang bersifat fitnah, hoax, hatespeech,
serta mengandung paham radikal dengan mudah diakses oleh masyarakat. Oleh
karena itu, salah satu cara adalah mendominasi konten-konten positif di dunia
maya melalui spritualisasi media, yakni media dijadikan sebagai alat berdakwah.

12 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

DAFTAR PUSTAKA
Format Skripsi, Tesis atau Disertasi
Khotijah, Khotijah (2008) Konsep dakwah terhadap orang-orang non muslim
(yang beragama lain) menurut Jalaluddin Rakhmat dalam buku "Islam dan
Pluralisme". Undergraduate (S1) Skripsi, IAIN Walisongo.
M. Hasan Ma’arif, (2012) TEOLOGI PLURALISME DALAM PERSPEKTIF
BUDHY MUNAWAR RACHMAN. Bachelor thesis, IAIN Syekh Nurjati
Cirebon.
Nisa, Uud Khoirun (2012) Pesan dakwah pluralisme dalam film My name is Khan.
Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya
Rachma, Nurul (2019) Strategi Dakwah di tengah Pluralisme Agama (Studi Kasus
Agama To Lotang) di Kabupaten Sidenreng Rappang. Undergraduate (S1)
Skripsi, Univeristas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Ulfa, Laili Marya (2015) Konsep pluralisme agama dan tantangan dakwah :studi
pemikiran Nurcholis Madjid. Undergraduate (S1) Skripsi, Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang.
Format Buku
Abdullah, M. Q., & Sos, M. (2020). Pengantar Ilmu Dakwah. Penerbit Qiara
Media.
Aripudin, A. (2016). Sosiologi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Asmuni, Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: al-Ikhlas, 1983
Sudibyo, A., Hamad, I., & Qodari, M. (2001). Kabar-kabar kebencian: prasangka
agama di media massa. Institut Studi Arus Informasi.
Qadaruddin,Muhammad, Pola Baru Dakwah Plural: Parepare: Kaafah Learning
Center, 2019
Format Artikel Jurnal
Farhan, F. (2014). Bahasa Dakwah Struktural Dan Kultural Da’i Dalam Perspektif
Dramaturgi, dalam AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman, 1(2).
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/at-turas/issue/view/34

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 13
Nama penulis depan dan tengah inisial, nama belakang lengkap (Garamond 8 rata kiri)

Farihah, I. (2015). Mcdonaldisasi Dakwah Masyarakat Pinggiran, Jurnal Dakwah,


16(1), 19-36.
http://ejournal.uin-suka.ac.id/dakwah/jurnaldakwah/issue/view/
Ningsih, Yusria dan Aflika, Ulul.2019. “Dakwah di Tengah Heterogenitas
Masyarakat dan Perbedaan Umat” dalam Proceeding of International
Conference on Da’wa and Communication, Vol.1, No.1 (hlm 285-290)
Supriadi, E. (2018). Membangun Spirit Kebangsaan Kaum Muda di Tengah
Fenomena Radikalisme, Jurnal Sosiologi Aga
Tamtanus, A. S. (2018). Pemikiran: Menetralisir Radikalisme di Perguruan Tinggi
melalui Para Dosen, Untirta Civic Education Journal, 3(2). DOI:
http://dx.doi.org/10.30870/ucej.v3i2.453

14 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx

Anda mungkin juga menyukai