Anda di halaman 1dari 6

TEKTONIK LEMPENG DAN GEMPA BUMI

Bumi merupakan planet yang indah yang didalamnya terdapat kehidupan, gunung-gunung
menjulang tinggi menghiasai bumi, Manusia, hewan, dan tumbuhan serta lingkungan alam
saling berinteraksi satu sama lainnya diatas muka bumi ini.
Permukaan bumi yang menraik tersebut, dibentuk oleh proses-proses tektonik yang sangat
lambat seperti pengangkatan, sedimentasi, erosi yang membentuk permukaan bumi.
Akan tetapi muka bumi juga dipahat oleh proses-proses tektonik yang sangat dasyat seperti
vulkanisme, gempa bumi, dan peristiwa besar lainnya seperti jatuhnya meteroit yang bisa
merubah bentuk muka bumi.

Prinsip utama tektonik lempeng adalah bahwa Bumi ini tersusun oleh lempeng-lempeng yang
bergerak. Suatu lempeng dapat berupa kerak samudera, kerak benua, atau gabungan dari
kedua kerak tersebut. Adanya pergerakan lempeng ini disebabkan oleh adanya arus konveksi,
yaitu berupa perpindahan energi panas yang terjadi di lapisan astenosfer. Karena semua
lempeng-lempeng tersebut bergerak, maka terjadilah interaksi antara satu lempeng dengan
lempeng lainnya, interaksi tersebut berpusat di sepanjang batas dari lempeng-lempeng itu.
Ada yang berbenturan, ada yang saling menjauh dan ada yang bergeser. Setiap interaksi antar
lempeng itulah yang kemudian menimbulkan dinamika di Bumi ini, baik perubahan
morfologi, aktivitas vulkanisme, gempa bumi, tsunami dan sebagainnya.
Ga
mbar 1. Tipe interaksi antar lempeng. Convergent ( gerak lempeng saling mendekat), Divergent ( Gerak
lempeng saling menjauh), Transform ( gerak lempeng bergesekan secara horizontal). (Sumber: Kementrian Dan
Mineral Badan Geologi, 2019)

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi dipermukaan bumi akibat pelepasan
energi dari bawah permukaan secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa
bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi. Selain itu gempa bumi
juga bisa disebabkan oleh letusan gunung api. Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi
akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan
batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari
pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan ke segala arah
berupa gelombang gempa bumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.

Gempa bumi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:


1. Gempa Vulkanik
Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh letusan gunung berapi.
Contoh : gempa G. Bromo, gempa G. Una-Una, gempa G. Krakatau.

2. Gempa Tektonik
Gempa tektonik adalah gempa bumi yang terjadi karena pergeseran lapisan kulit bumi akibat
lepasnya energi di zone penunjaman. Gempa bumi tektonik memiliki kekuatan yang cukup
dahsyat. Contoh : gempa Aceh, Bengkulu, Pangandaran.

3. Gempa runtuhan atau terban


Gempa runtuhan atau terban adalah gempa bumi yang disebabkan oleh tanah longsor, gua-
gua yang runtuh, dan sejenisnya. Tipe gempa seperti ini hanya berdampak kecil dan
wilayahnya sempit.

Berdasarkan kedalamannya, jenis-jenis gempa bumi juga dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Gempa bumi dalam


Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya (pusat gempa) berada lebih
dari 300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi dalam pada
umumnya tidak terlalu berbahaya.

2. Gempa bumi menengah


Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km
sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya
menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.

3. Gempa bumi dangkal


Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km
dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.
Mitigasi merupakan upaya mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat bencana.
Terhadap bencana sendiri ada empat penanganan yang dapat dilakukan yaitu mitigasi,
kesiapan, tanggapan, dan penormalan kembali.
Mitigasi Bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak
yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana, baik itu
bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara
atau masyarakat.
Ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam mitigasi bencana, diantaranya

 tersedianya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap kategori bencana
 sosialisasi dalam meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat dalam
menghadapi bencana
 mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari serta cara penyelamatan diri jika
bencana terjadi sewaktu-waktu
 pengaturan, penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana

Tujuan dari mitigasi sendiri adalah mengurangi kerugian pada saat terjadinya bahaya di masa
mendatang, mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap penduduk, mencakup
pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap
infrastruktur sektor publik.

Mitigasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.

Mitigasi Struktural

Mitigasi structural merupakan upaya dalam meminimalkan bencana dengan membangun


berbagai prasaran fisiik menggunakan teknologi. Misalnya dengan membuat waduk untuk
mencegah banjir, membuat alat pendekteksi aktivitas gunungn berapi,mecipatakan early
warning sisitem untuk memprediksi glombang tsunami, hingga membuat bangunan tahan
bencana atau bangunan dengan struktur yang direncanaka sedemikian rupa sehingga mampu
bertahan dan tidak membahayakan penghuninya jika berencana terjadi sewaktu-waktu.

Mitigasi Non Struktural

Mitigasi non struktural merupakan suatau upaya dalam mengurangi dampak bencana melalui
kebijkan dan peraturan, Contohnya, UU PB atau Undang-Undang penanggulangan bencana,
pembuatan tata ruang kota, atau aktivitas lainnya yang berguna bagi penguatan kepasitas
warga.

STRATEGI Mitigasi BENCANA

Memahami bahwa bencana dapat diprediksi secara alamiah dan saling berkaitan antara yang
satu dan lainnya sehingga perlu di evaluasi secara terus menerus. Upaya mitigasi bencana
harus memiliki persepsi yang sama baik dari aparat pemerintahan maupun masyarakatnya.
Adapun strategi yang dapat dilakukan agar upaya mitigasi bencana dapat terkoordinir dengan
baik adalah sebagai berikut.
Contoh Mitigasi Bencana

Secara geologis Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu Lempeng
Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Negara yang kita huni ini mendapat
julukan ring of fire atau Lingkaran Api Pasifik. Hal ini menjadi faktor di Indonesia sering
terjadi bencana. Bencana sendiri diartikan sebagai peristiwa yang dapat mengancam dan
mengganggu kehidupan masyarakat seperti kehilangan nyawa dan harta benda. Sementara
Mitigasi sebagai langkah antisipasinya, berikut dibawah ini beberapa contoh Mitigasi
Grameds:

Contoh Mitigasi Bencana Alam

Bencana Alam sebagai Peristiwa akibat faktor geologis (pergerakan lempeng bumi),
klimatologis (kondisi cuaca atau iklm), dan ekstra-terestrial (benda luar angkasa). Contoh
Mitigasi Bencana Bencana Alam, misalnya saja pada Tanah Longsor. Adapun mitigasi
bencana yang dapat dilakukan pada tanah longsor adalah sebagai berikut.

 Membangun Terasering dengan sistem drainase yang tepat


 Membuat Peta rawan bencana tanah longsor
 Melakukan pembuatan tanggul penahan runtuhan batuan
 Penutupan rekahan di atas lereng
 Melakukan Reboisasi di hutan yang gundul
 Tidak mendirikan bangunan di daerah tebing atau tanah yang tidak stabil
 Memperhatikan dan membuat sistem peringatan dini
 Memantau informasi gejala tanah longsor dari media elektronik, misalnya
website BMKG
Daftar Pustaka
https://desdm.bantenprov.go.id/read/berita/297/MENGENAL-TEORI-TEKTONIK-
LEMPENG.html
Mackenzie. Spekulasi Akibat dan Penyebab Pergerakan Lempeng.  1969.
https://bpbd.bandaacehkota.go.id/2018/08/05/pengertian-gempa-bumi-jenis-jenis-penyebab-
akibat-dan-cara-menghadapi-gempa-bumi/
https://www.gramedia.com/literasi/mitagasi-bencana/

Anda mungkin juga menyukai