Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KAPITA SELEKTA

PERAN INSINYUR LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN DESA

DISUSUN OLEH:
Dea Wijayanti (21080118120031) Laily Nurkhafiyan D. (21080118120015)
Dhaifina Clarisa Spalanzani (21080118120013) Salsabila Arlita Sidarta (21080118130098)
Zumrotus Sa'adah (21080118140048) Mutiara Salma Makunti (21080118120006)
Rifqi ardian H (21080118140060) Rafli Muflih Ramadhan (21080118130051)
Mustika Vina (21080117130046) Ilyo Sabilillah (21080117130090)
Fadhil Wicaksono (21080117130086) Rezia Lesti Margianti (21080118140053)
Salsabila Sanina (21080118120030) Sofian Cahyo Aji P (21080117130087)
Muhammad Yusril Wafa (21080118130087) Risaratih S (21080117130071)
Indah Sekar Arumdani (21080117120018) Hananto Purnomoaji (21080118130065)
R. Nanda Samsuseno Putra (21080118140070) Ainan Salsabila (21080118140108)
Andira Nothifal Daniswara (21080117140048) Elvia Rosa Nur Afifazhari (21080118140102)
Ehia Rhea Revana (21080117130076) Rani Puspitasari Hutapea (21080117120030)
Ma’alif Miftahul Jannah (21080117120035) Yesia Rani San Grace Purba (21080118120039)

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kapita Selekta pada Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.
Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang telah membantu, khususnya kepada :
1. Bapak Badrus Zaman, S.T, M.T, selaku Ketua Departemen Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
2. Ibu Nurandani Hardyanti, S.T, M. T, dan Bapak Arya Rezagamam S. T, M. T, selaku
dosen pengajar mata kuliah Kapita Selekta, atas semua pengetahuan yang telah
diberikan.
3. Saudara Aria Pradana Wirawan, S. T selaku narasumber pada mata kuliah Kapita
Selekta 28 Februari 2020, atas semua pengetahuan yang telah disampaikan.
4. Rekan-rekan kelompok dua mata kuliah Kapita Selekta atas segala kerjasama dan
bantuannya dalam menyusun tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini tidak lepas dari berbagai kekurangan, oleh karena
itu segala kritik dan saran akan diterima dengan senang hati. Akhir kata, semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Semarang, 3 Maret 2020

Penulis
SURAT UNDANGAN NARASUMBER
I.1 Materi Kuliah Tamu
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 83.931 wilayah administrasi
setingkat desa di Indonesia pada 2018. Jumlah tersebut terdiri atas 75.436 desa (74.517 desa
dan 919 nagari di Sumatera Barat), kemudian 8.444 kelurahan serta 51 Unit Permukiman
Transmigrasi (UPT)/Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT). dan pada saat ini ada sebanyak
75.954 desa di Indonesia yang tiap tahunnya terus melakukan pembangunan.
Karakteristik pedesaan biasanya “Small, Open, Connected, and Local”. Dijelaskan
pada The 3rd International Conference on Village Revitalization 2018, desa dapat digolongkan
menjadi 3 tahap perkembangan :
1. Pre - Industry
2. Industry
3. Post - Industry

Gambar 1.1 Tahap Perkembangan Desa


Sumber: Powerpoint Kuliah Tamu, 2020

Pada saat ini negara Jepang sudah ada di tahap Post-Industry, dimana keadaan masyarakat
desanya sudah terbuka dan pemerintah menjadikan desa sebagai sentral perkembangan.
Sedangkan Indonesia masih berada di tahap menuju Industry dimana keadaan masyarakatnya
merupakan peralihan dari desa ke kota. Sebenarnya tahapan yang ideal tidak perlu melalui
Industry, akan tetapi bisa dari Pre-Industry langsung menuju Post-Industry.
Pembangunan desa juga merupakan ancaman besar terhadap daya dukung lingkungan, jika
tidak dilakukan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, buktinya permasaahan
lingkungan juga telah muncul di masyarakat dan lingkungan desa. Sebagai lulusan Teknik
Lingkungan, dalam pengembangan masyarakat dapat menjadi konsultan dalam
pembangunannya. Sebagai contoh cara pengelolaan sampah di Kab. Temanggung.
Kabupaten Temanggung berdasarkan wilayahnya didominasi oleh desa. Maka dari itu
kebijakan dan arah pembangunannya harus melibatkan desa dan menjadikan desa sebagai yang
terdepan dalam pembangunan daerah.

Gambar 1.2 Gambaran Kondisi Sampah Temanggung


Sumber: Powerpoint Kuliah Tamu, 2020

Berdasarkan gambar diatas, kondisi sampah di Kab. Temanggung hanya 30,52%


sampah yang hanya dikelola dengan baik hingga pemrosesan akhir. Sedangkan 69,48%
dibuang ke sungai, kebun, dan lahan pertanian. Maka dari itu dibentuklah program
Temanggung Bebas Sampah. Temanggung Bebas Sampah merupakan program Bottom Up
sekaligus Top Down. Dalam pelaksanaan diterapkan sistem pengelolaan dari tingkat terkecil
yaitu Desa hingga pengelolaan terpadu di tingkat Kabupaten. Sehingga proses pengelolaan
sampah yang dilakukan menyeluruh dan termonitor secara utuh. Sistem pengelolaan sampah
terpadu terdiri atas infrastruktur dan manajemen.
Untuk mendukung tercapainya Temanggung Bebas Sampah diterapkan upaya
penguatan masyarakat baik dalam pemahaman juga perilaku dalam mengelola sampah yang
dikemas melalui semangat bersama. Saat ini, Kabupaten Temanggung hingga tahun 2023
sedang memfokuskan pada sampah non-organik saja, belum menuju ke sampah organik. Pola
pembinaannya dapat terlihat pada skema dibawah :
Gambar 1.3 Skema Pola Pembinaan
Sumber: Powerpoint Kuliah Tamu, 2020

Fungsi dari kader atau pokja desa yaitu bertugas untuk mempengaruhi masyarakat
berpartisipasi pada program ini. Untuk dana sendiri, program ini awalnya didukung oleh salah
satu calon Bupati Kab. Temanggung. Pada saat ini sudah ada 289 desa dan kelurahan yang
terlayani dengan 1 Manajemen, 1 Sistem Informasi, 1 Standarisasi, 1 Gerakan, dan 289
Kearifan sehingga output yang dapat kita lihat saat ini adanya Fetival Papringan dibekas tempat
masyarakat membuang sampah. Kini tempat tersebut sudah dikelola menjadi venue dan
menarik perhatian masyarakat.
Dalam pengelolaan sampah diperlukan 5 aspek manajemen persampahan, yaitu :
● Kelembagaan
● Finansial
● Teknis operasional
● Peran serta masyarakat
● Regulasi
Untuk menjamin semua aspek tersebut dilaksanakan, maka dibentuk Dewan Persampahan
Kabupaten Temanggung sebagai kanal partisipasi masyarakat yang memiliki fungsi utama
yaitu monitoring, evaluasi, dan perencanaan kebijakan pengelolaan sampah di Kabupaten
Temanggung.

I.2 Resume Sesi Tanya Jawab


1. Apa saja permasalahan yang sering ditemui di desa ?
Permasalahan yang sering ditemui di desa adalah persampahan. Masyarakat masih
sering membuang sampah di lubang-lubang. Biasanya lubang sampah ini ditemukan di
bagian belakang rumah penduduk. Sampah yang dibuang masih bercampur yaitu
organik dan anorganik serta belum melewati tahap pemilahan. Masyarakat melakukan
hal ini dikarenakan masih banyak lahan kosong di lingkungan sekitar rumah tanpa
memikirkan efek jangka panjang yang ditimbulkan. Sampah di lubang-lubang ini
kemudian dibakar. Kebiasaan pembakaran sampah plastik dapat membahayakan
kesehatan warga.
2. Kenapa tidak dibentuk bank sampah di Pasar Papringan ?
Tidak dibentuknya bank sampah di Pasar Papringan dikarenakan dalam pembentukan
bank sampah dibutuhkan masyarakat yang pro-aktif. Pro-aktif yang dimaksud disini
adalah masyarakat harus mau untuk memilah, membersihkan, mengumpulkan dan
membawa sampah yang telah dikumpulkan ke bank sampah. Sementara itu masyarakat
di sekitar Pasar Papringan masih kurang pro-aktif mengenai sampah yang mereka
hasilan. Selain itu jika dilihat dari segi sosial, bank sampah memerlukan dana untuk
pengopersian, contohnya untuk memberi gaji kepada pengelola bank sampah. Jika
dilihat dari profit, bank sampah sendiri tidak menghasilkan keuntungan yang cukup
besar utuk menggaji pengelolanya.
3. Bagaimana langkah awal untuk membangun sebuah desa yang mayoritas
penduduknya masih berfikiran primitif ?
Dalam melakukan pengembangan desa dengan masyaraat yang masih terbelakang
diperlukan kemauan dan tekat yang kuat. Selain itu juga diperlukan tokoh yang bersedia
untuk mewadahi atau memfasilitasi serta mendampingi pembangunan desa. Adanya
keikutsertaan pemerintah juga dapat memacu masyarakat untuk lebih terbuka dan ikut
serta dalam pembaharuan dan pembangunan.
4. Mengapa narasumber memilih rofesi sebagai konsultan yang bergerak dibidang
pengembangan desa dibandingkan dengan profesi yang lain ?
Karena ingin mengembangkan infrastruktur di Temanggung yang permasalaahn
sampah masih menjadi PR. Awal mula nya dari melihat keadaan lingkungan dan ikut
komunitas atau kegiatan berbau sampah sehingga menjadi termotivasi untuk
mengembangkan infrastruktur desa. Keresahan saat menjadi mahasiswa juga menjadi
salah satu alasannya, karena KP berhubungan dengan sampah dan TA saya mengambil
tema perencanaan TPA.
5. Bagaimana income dari sebuah community development ?
Ketika community development sudah mandiri akan mendapatkan income selayaknya
menjadi entrepreneur. Pendapatan entrepreneur tergantung dari waktu, kondisi, dan
risiko yang diambil.
LAMPIRAN

• Materi yang dibawakan Mas Arya

• Pemaparan materi oleh Mas Arya

Anda mungkin juga menyukai