DISUSUN OLEH:
Dea Wijayanti (21080118120031) Laily Nurkhafiyan D. (21080118120015)
Dhaifina Clarisa Spalanzani (21080118120013) Salsabila Arlita Sidarta (21080118130098)
Zumrotus Sa'adah (21080118140048) Mutiara Salma Makunti (21080118120006)
Rifqi ardian H (21080118140060) Rafli Muflih Ramadhan (21080118130051)
Mustika Vina (21080117130046) Ilyo Sabilillah (21080117130090)
Fadhil Wicaksono (21080117130086) Rezia Lesti Margianti (21080118140053)
Salsabila Sanina (21080118120030) Sofian Cahyo Aji P (21080117130087)
Muhammad Yusril Wafa (21080118130087) Risaratih S (21080117130071)
Indah Sekar Arumdani (21080117120018) Hananto Purnomoaji (21080118130065)
R. Nanda Samsuseno Putra (21080118140070) Ainan Salsabila (21080118140108)
Andira Nothifal Daniswara (21080117140048) Elvia Rosa Nur Afifazhari (21080118140102)
Ehia Rhea Revana (21080117130076) Rani Puspitasari Hutapea (21080117120030)
Ma’alif Miftahul Jannah (21080117120035) Yesia Rani San Grace Purba (21080118120039)
Penulis
SURAT UNDANGAN NARASUMBER
I.1 Materi Kuliah Tamu
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 83.931 wilayah administrasi
setingkat desa di Indonesia pada 2018. Jumlah tersebut terdiri atas 75.436 desa (74.517 desa
dan 919 nagari di Sumatera Barat), kemudian 8.444 kelurahan serta 51 Unit Permukiman
Transmigrasi (UPT)/Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT). dan pada saat ini ada sebanyak
75.954 desa di Indonesia yang tiap tahunnya terus melakukan pembangunan.
Karakteristik pedesaan biasanya “Small, Open, Connected, and Local”. Dijelaskan
pada The 3rd International Conference on Village Revitalization 2018, desa dapat digolongkan
menjadi 3 tahap perkembangan :
1. Pre - Industry
2. Industry
3. Post - Industry
Pada saat ini negara Jepang sudah ada di tahap Post-Industry, dimana keadaan masyarakat
desanya sudah terbuka dan pemerintah menjadikan desa sebagai sentral perkembangan.
Sedangkan Indonesia masih berada di tahap menuju Industry dimana keadaan masyarakatnya
merupakan peralihan dari desa ke kota. Sebenarnya tahapan yang ideal tidak perlu melalui
Industry, akan tetapi bisa dari Pre-Industry langsung menuju Post-Industry.
Pembangunan desa juga merupakan ancaman besar terhadap daya dukung lingkungan, jika
tidak dilakukan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, buktinya permasaahan
lingkungan juga telah muncul di masyarakat dan lingkungan desa. Sebagai lulusan Teknik
Lingkungan, dalam pengembangan masyarakat dapat menjadi konsultan dalam
pembangunannya. Sebagai contoh cara pengelolaan sampah di Kab. Temanggung.
Kabupaten Temanggung berdasarkan wilayahnya didominasi oleh desa. Maka dari itu
kebijakan dan arah pembangunannya harus melibatkan desa dan menjadikan desa sebagai yang
terdepan dalam pembangunan daerah.
Fungsi dari kader atau pokja desa yaitu bertugas untuk mempengaruhi masyarakat
berpartisipasi pada program ini. Untuk dana sendiri, program ini awalnya didukung oleh salah
satu calon Bupati Kab. Temanggung. Pada saat ini sudah ada 289 desa dan kelurahan yang
terlayani dengan 1 Manajemen, 1 Sistem Informasi, 1 Standarisasi, 1 Gerakan, dan 289
Kearifan sehingga output yang dapat kita lihat saat ini adanya Fetival Papringan dibekas tempat
masyarakat membuang sampah. Kini tempat tersebut sudah dikelola menjadi venue dan
menarik perhatian masyarakat.
Dalam pengelolaan sampah diperlukan 5 aspek manajemen persampahan, yaitu :
● Kelembagaan
● Finansial
● Teknis operasional
● Peran serta masyarakat
● Regulasi
Untuk menjamin semua aspek tersebut dilaksanakan, maka dibentuk Dewan Persampahan
Kabupaten Temanggung sebagai kanal partisipasi masyarakat yang memiliki fungsi utama
yaitu monitoring, evaluasi, dan perencanaan kebijakan pengelolaan sampah di Kabupaten
Temanggung.