Dasar Pengembangan
Wilayah
Materi 1
Definisi, karakteristik, perencanaan dan sejarah
perkembangan
Dosen:
Dr. Prima Jiwa Osly, ST, MSi
Nuryani Tinumbia, ST, MT
1 DEFINISI
Berbicara mengenai wilayah selalu dimulai dengan ruang. Ruang yang dimaksudkan di sini
adalah ruang dalam hal “space” bukan “room”. Ruang meliputi ruang daratan, ruang lautan,
dan ruang udara beserta sumber daya yang terkandung di dalamnya. Sehingga perencanaan
tata ruang mencakup struktur dan pola pemanfaatan ruang yang meliputi tata guna tanah,
tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya. Secara geofisik, ruang
merupakan tempat kehidupan, di mana meliputi biosphere yang terdiri atas sebagian dari
geosphere yaitu mencakup permukaan kulit bumi hingga kedalaman kira-kira 3 meter dalam
tanah dan 200 meter di bawah muka laut, dan sebagian dari atmosphere hingga kira-kira 30
meter di atas permukaan tanah).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah
ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional, sementara
kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya. Kawasan lindung
merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan budi daya
merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Istilah kawasan di Indonesia digunakan karena adanya penekanan fungsional suatu unit
wilayah, yakni adanya karakteristik hubungan dari fungsi-fungsi dan komponen-komponen di
dalam suatu unit wilayah, sehingga batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
fungsional. Sementara itu, pengertian “daerah” walaupun tidak disebutkan secara eksplisit
namun umumnya dipahami sebagai unit wilayah berdasarkan aspek administratif.
Secara teoritik tidak ada perbedaan nomenklatur antara istilah wilayah, kawasan dan daerah.
Ketiganya dapat diistilahkan dengan istilah yang lebih umum, yaitu wilayah (region). Setiap
kawasan atau sub kawasan memiliki fungsi-fungsi khusus yang tentunya memerlukan
pendekatan program tertentu sesuai dengan fungsi yang dikembangkan tersebut.
Murty (2000) mendefinisikan wilayah sebagai suatu area geografis, teritorial atau tempat,
yang dapat berwujud sebagai suatu negara, negara bagian, provinsi, distrik (kabupaten), dan
perdesaan. Sebelumnya Isard (1975) mendefinisikan bahwa wilayah pada dasarnya bukan
1
sekedar areal dengan batas-batas tertentu, namun suatu area yang memiliki arti (meaningful)
karena adanya masalah-masalah di dalamnya. Ahli regional memiliki interest di dalam
menangani permasalahan tersebut, khususnya karena menyangkut permasalahan sosial.
Dengan demikian, wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas
spesifik (tertentu) dimana komponen-komponen wilayah tersebut (sub wilayah) satu sama lain
saling berinteraksi secara fungsional.
2 KONSEP-KONSEP WILAYAH
Sebenarnya tidak ada konsep wilayah yang benar-benar diterima secara luas. Para ahli
cenderung melepaskan perbedaan-perbedaan konsep wilayah terjadi sesuai dengan fokus
masalah dan tujuan–tujuan pengembangan wilayah. Di bawah ini ditampilkan klasifikasi
konsep-konsep wilayah.
KONSEP ALAMIAH
HOMOGEN
Nodal
(Pusat – Hinterland)
Sistem Ekologi:
Sistem Kompleks DAS, Kawasan pesisir,
Hutan.
2
2.1 WILAYAH HOMOGEN
Wilayah Homogen merupakan wilayah yang dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa
faktor-faktor penciri dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-
faktor yang tidak dominan bisa saja beragam (heterogen). Atau dengan kata lain wilayah
homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek/kriteria memiliki sifat-sifat atau ciri-
ciri yang relative sama. Sebagai contoh sifat dan dan ciri homogenitas dalam hal ekonomi
seperti wilayah dengan struktur produksi dan konsumsi yang homogen, tingkat pendapatan
rendah, dan lain sebagainya; geografi seperti wilayah yang mempunyai topografi dan iklim
yang
Gambar 2. Dominasi pertanian lahan kering di Kabupaten Seram bagian Timur, Indonesia (kiri), dan dominasi
infrastruktur laut di Kota Jayapura (kanan) (sumber: google)
Gambar 3. Dominasi ruang terbangun di Jakarta (kiri), dan dominasi ruang terbuka hijau di Narita – Jepang
(kanan) (sumber: google)
Gambar 4. Dominasi permukiman LD di Partizan City - Serbia (kiri), dan dominasi waterfront building di
Amsterdam – Belanda (kanan) (sumber: google)
3
sama; agama seperti wilayah dengan mayoritas agama tertentu; suku seperti wilayah yang
didiami oleh penduduk dengan suatu suku tertentu; dan sebagainya.
Gambar 5. Wilayah nodal yang diumpamakan seperti sel hidup atau atom
4
Berikut ini dijabarkan fungsi-fungsi dari pusat wilayah dan hinterland.
Kota mempunyai definisi dan batasan yang bermacam-macam sesuai dengan sudut tinjauan
tiap ahli/disiplin ilmu. Berikut ini terdapat beberapa definisi kota secara klasik oleh para ahli
(Pontoh dan Kustiawan, 2009), antara lain:
6
Pengertian lain mengenai kota yang sering dijadikan acuan di Indonesia adalah sebagai
berikut (Pontoh dan Kustiawan, 2009). Kota merupakan tempat dengan konsentrasi
penduduk lebih padat dari wilayah sekitarnya karena terjadi pemusatan kegiatan fungsional
yang berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas penduduknya. Kota merupakan permukiman
yang berpenduduk relative besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris,
kepadatan penduduk relative tinggi, tempat sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan
bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan
rasional, ekonomis, dan individualistis (Ditjen Cipta Karya, 1997).
Dalam Bahasa Inggris, dibedakan antara city, town dan urban. City mengandung arti kota
besar, town dengan kota kecil, dan urban dengan perkotaan. Lawan dari pengertian kota ini
adalah rural (desa) dimana dalam berbagai aspek sangat berbeda dari kota.
Branch (1995) menguraikan beberapa karakteristik kota yang ditinjau secara fisik, sosial, dan
ekonomi.
Gambar 7. Gempa Kobe 1995 (kiri) dan Gempak Yogyakarta 2006 (kanan) (sumber: google)
7
Bangunan: Merupakan unsur perkotaan yang sangat jelas. Bangunan didirikan dengan
menghindari kondisi-kondisi fisik yang akan memperbesar biaya konstruksi, misalnya
kondisi geologi yang tidak stabil, rawa-rawa atau daerah-daerah yang sering dilanda
banjir. Awalnya penempatan bangunan-bangunan menunjukkan pola sirkulasi setempat.
Cepat atau lambat bangunan-bangunan tersebut akan berhubungan dengan jaringan
utilitas umum yang sudah ada atau setelah jaringan tersebut dibangun. Penggunaan
bangunan beragam sesuai dengan beragamnya kegiatan manusia. Kategori utama pola
penggunaan bangunan yaitu permukiman, komersial, industri, pemerintahan dan
transportasi.
Gambar 8. Pertambahan bangunan di sekitar Bundaran Hotel Indonesia dalam kurun waktu 50 tahun (sumber:
google)
Struktur (bukan bangunan gedung): Secara fisik, kota berisikan juga struktur atau
bangunan lain yang bukan berupa bangunan gedung dan memiliki fungsi yang penting
bagi sebuah kota, seperti jembatan, gorong-gorong, saluran pengendali banjir, gardu
listrik, fasilitas pengolahan limbah dan lain sebagainya. Selain itu, jalur-jalur transportasi
membentuk pola penggunaan lahan komersial, dimana pembangunan diawali dari pinggir
jalan primer. Jaringan utilitas juga mempengaruhi atau menentukan penggunaan lahan
sebab dapat mengendalikan pertumbuhan, menentukan arah pembangunan, mengatur
konsentrasi orang, bangunan, dan kegiatan pada tempat-tempat tertentu sehingga tidak
melebihi kapasitas utilitas yang ada.
Ruang terbuka: Ruang terbuka ditentukan oleh pola pengembangan bangunan dan sistem
jaringan di atas permukaan. Ruang terbuka dapat berupa taman dan area rekreasi dan
juga penggunaan tanah tertentu yang terbuka ke langit seperti makam, hutan kota, dan
lain sebagainya. Biasanya persentase ruang terbuka tersebut semakin ke tepi kota
semakin besar.
8
Kepadatan perkotaan: kepadatan perkotaan tergantung pada tiga kondisi yaitu
persentase luas tanah yang tertutup oleh bangunan tanpa adanya ruang terbuka
(persentase Koefisien Dasar Bangunan/KDB), ketinggian bangunan (Koefisien Lantai
Bangunan/KLB), dan kuantitas ruang terbuka yang permanen di seluruh wilayah kota
(Ruang Terbuka Hijau maupun non Hijau).
Iklim: Pengaruh iklim setempat tercermin dari fisik kota. Rata-rata curah hujan
berhubungan dengan penyediaan saluran drainase, rancangan jalan dan bangunan, jenis
vegetasi perkotaan, dengan keseimbangan antara kegiatan dalam dan luar ruang. Selain
itu temperatur berhubungan dengan kebutuhan akan pendinginan dan penghangatan
udara.
Vegetasi: vegetasi merupakan unsur yang penting bagi kota sebab dapat meningkatkan
daya tarik kota, menjaga kebersihan udara, mengurangi terjadinya erosi tanah, bahaya
tanah longsor, mengurangi kebisingan, juga dapat berperan sebagai pematah angin.
Vegetasi ditempatkan di sepanjang jalan kota, jalan bebas hambatan, kanal-kanal
pengendali banjir, jalur kereta api, taman, dan lain sebagainya.
Kualitas estetika: Terdapat unsur-unsur tertentu fisik kota yang mendukung kualitas
estetika. Indikator kualitas estetika antara lain kebersihan, tidak terlihatnya papan-papan
reklame yang terlalu besar, vegetasi, estetika bangunan, ruang terbuka hijau, dan lain-
lain.
Gambar 9. Ruang terbuka hijau yang berada di dalam suatu kota di Jepang (kiri) dan estetika bangunan yang
sengaja ditonjolkan di salah satu sisi kota di Amsterdam (kanan) (sumber: google)
Besaran dan komposisi penduduk: Kemampuan suatu kota untuk menyediakan tenaga
kerja menentukan jenis pekerjaan produktif yang layak dikembangkan di kota tersebut
tanpa harus mendatangkan tenaga kerja dari tempat lain. Jumlah dan besaran fasilitas
9
yang harus disediakan seperti petugas keamanan, pemadam kebakaran dan bentuk
pelayanan penduduk lainnya dikaitkan dengan jumlah dan jenis penduduk. Dalam
menentukan besaran dan distribusi jaringan utilitas perlu dibandingkan dengan proyeksi
penduduk hingga jangka waktu tertentu. Selanjutnya komposisi penduduk dikaitkan
dengan perhitungan kebutuhan akan kegiatan dan pelayanan kota tertentu. Perhitungan
yang dilakukan antara lain angka kelahiran, angka kematian, urbanisasi, re-urbanisasi,
kelompok (minoritas/mayoritas) yang kesemuanya dapat menentukan kebutuhan
perumahan, lapangan pekerjaan, pelayanan umum, dan masalah sosial ekonomi lainnya
di setiap sudut kota. Misalnya, banyaknya sekolah dasar dan menengah ditentukan oleh
besaran kelompok usia yang akan menggunakan fasilitas tersebut.
Keruangan: Adanya disparitas golongan masyarakat (kaya, menengah, dan miskin) yang
mendiami suatu ruang kota tertentu, sebagai contoh adanya apartemen yang tidak
terawat atau permukiman liar yang dihuni oleh penduduk yang tidak mampu,
berpenghasilan rendah, atau kelompok minoritas lainnya sehingga memunculkan
masalah social yang baru seperti meningkatnya kriminalitas. Misalnya kawasan Bronx
(New York), kawasan Dolly (Surabaya), kawasan bantaran sungai Ciliwung (Jakarta).
Gambar 10. Kawasan Bronx di New York (kiri) dan kawasan bantaran sungai Ciliwung di Jakarta (kanan) (sumber:
google)
10
yang diselenggarakan oleh swasta. Ekonomi khusus terdiri atas berbagai organisasi
nirlaba, sukarela, organisasi yang dibebaskan dari pajak yang kesemuanya
diselenggarakan bukan untuk mencari keuntungan.
b. Kawasan Perkotaan
Jika dibandingkan dengan kota, perkotaan (urban) mengandung arti yang lebih luas sebab
merupakan suatu wilayah geografis yang meliputi kota dan wilayah sekitarnya, tidak dilihat
berdasarkan batas administrasi melainkan berdasarkan sifat kekotaannya. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan perkotaan adalah
wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Lain halnya dengan kawasan
perdesaan, dimana merupakan kawasan yang memiliki kegiatan utama pertanian termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Definisi kawasan perkotaan secara fungsional di atas yang mendasari perhitungan jumlah
penduduk perkotaan dengan basis data desa sebagai unit terkecil dalam penetapan desa
urban atau desa rural. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1980, kriteria desa
urban antara lain:
1. Kepadatan Penduduk, suatu desa dengan kepadatan penduduk lebih besar dari 5.000
jiwa per-km2 didefinisikan sebagai kota.
2. Persentase rumah tangga pertanian, suatu desa dengan persentasi rumah tangga yang
berkecimpung di bidang pertanian kurang dari 25% didefinisikan sebagai kota.
3. Jumlah fasilitas, suatu desa yang memiliki 8 atau lebih jenis fasilitas yang ditetapkan
maka didefinisikan sebagai kota. Fasilitas tersebut terdiri 14 jenis yaitu kendaraan
umum bermotor, bioskop, SD, SMP, SMA, klinik, klinik bersalin, puskesmas, kantor pos,
bank, pasar tertutup, daerah pertokoan, asrama atau hotel, dan tempat penyewaan
alat Pesta.
Kriteria perangkingan didasarkan dari kombinasi ketiga kriteria di atas yang diberi skor 1-10
untuk setiap kriteria. Hasil penjumlahan ketiganya menentukan apakah wilayah tersebut
merupakan desa urban (>23), desa marginal (17-23) dan desa rural (<17).
Berdasarkan PP No. 129 tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria
Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah, diberikan kriteria untuk tiap jenis
kawasan perkotaan secara umum, yaitu:
1. Memiliki fungsi kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau lebih dari 75 % mata
pencaharian penduduknya di luar sektor pertanian.
2. Memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya 10K jiwa.
3. Memiliki kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 50 jiwa/ha.
4. Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan barang dan jasa dalam
bentuk penggantian sarana dan prasaranan pergantian moda transportasi.
Selanjutnya kriteria untuk kawasan perkotaan metropolitan, antara lain:
1. Kawasan-kawasan perkotaan yang terdapat di dua atau lebih daerah otonom yang
berbatasan.
2. Kawasan perkotaan yang terdiri atas satu kota inti berstatus otonom dan kawasan
perkotaan sekitarnya yang membentuk suatu sistem fungsional.
3. Kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan melebihi 1.000.0000
jiwa.
Berdasarkan jumlah penduduk, kota atau kawasan perkotaan diklasifikasikan ke dalam empat
katogori sebagai berikut:
1. Kawasan Perkotaan Kecil, dengan jumlah penduduk yang dilayani sebesar 10.000 –
100.000 jiwa.
2. Kawasan Perkotaan Sedang, dengan jumlah penduduk yang dilayani sebesar 100.000 –
500.000 jiwa.
3. Kawasan Perkotaan Besar, dengan jumlah penduduk yang dilayani sebesar 500.000 –
1.000.000 jiwa.
4. Kawasan Perkotaan Metropolitan, dengan penduduk yang dilayani lebih besar dari
1.000.000 jiwa.
12
Berkaitan dengan ukuran kawasan perkotaan yang berbeda-beda tersebut, perlu
dipahami juga mengenai kawasan perkotaan metropolitan. Metropolitan atau metropolis
berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti ibukota suatu negara; kota yang menjadi
pusat kegiatan tertentu baik pemerintahan maupun perekonomian, suatu kota besar yang
penting (Ditjen Cipta Karya, 1997). Larry S. Bourne dalam Pontoh dan Kustiawan (2009)
mendefinisikan istilah metropolitan yang dikategorikan dalam dua pertimbangan utama
yaitu “First, a city or cities of specified population to constitute the central city and to
define the county in which it is located as the central county; and second, economic and
social relationship with contigious counties whic are metropolitan in character, so that
periphery of the specific metropolitan are may be determined“
Istilah metropolitan berasal dari kata “metro” yang mengambil dari sistem light rail system
di wilayah perkotaan. Kebutuhan layanan transportasi tersebut merupakan akibat dari
pertumbuhan kota dengan sistem commuter penduduk perkotaan (dari kota dormitory ke
kota induknya).
Selain istilah metropolitan, ada pula istilah megapolitan yang sering digunakan dewasa ini.
Megapolitan adalah nama yang diberikan pada sistem kota yang bersifat kompleks,
merupakan kota besar dengan penduduk berjuta-juta yang terdiri dari banyak metropolis
(Ditjen Cipta Karya, 1997). Istilah lain dari megapolitan adalah megacity, yang dicirikan
dengan ukuran dan kepadatan yang tinggi, tekanan pelayanan lingkungan yang besar,
tingginya aliran lalu lintas dan kemacetan, luasnya kawasan kumuh, nilai tanah yang tinggi,
13
beragamnya instansi yang terlibat dalam proses pembangunan dan kapasitas
pengembangannya tinggi dan mempunyai besaran lebih dari 10.000.000 jiwa (The World
Bank, 2006).
Lang dan Dhavale dalam artikelnya yang berjudul Exploring America’s New Megapolitan
Geography pada tahun 2005 (Reksomarnoto, 2006) menerangkan bahwa suatu wilayah
dapat dikatakan megapolitan jika memenuhi syarat-syarat di bawah ini:
1. Wilayah yang merupakan gabungan dua atau lebih metropolitan atau mikropolitan
dengan total jumlah penduduk melebihi 10.000.000 jiwa;
2. Wilayah yang digabung tersebut bersebelahan;
3. Memiliki kesatuan budaya;
4. Berada di lingkungan fisik alam yang sama;
5. Infrastruktur terintegrasi antar wilayah yang ditandai dengan adanya lalu lintas barang
ekonomi dan jasa.
Ruang/
No Tujuan dan manfaat penggunaan Contoh
wilayah
14
Ruang/
No Tujuan dan manfaat penggunaan Contoh
wilayah
1 Wilayah 1. Penyederhanaan dan 1. Deskripsi pola
Homogen pendeskripsian ruang/wilayah penggunaan/penutupan
2. Pewilayahan pengelolaan (zonasi lahan
kawsan fungsional) 2. Pewilayahan komotas
3. Identifikasi tipologi wilayah
2 Wilayah 1. Deskripsi hubungan nodalitas 1. Keterkaitan CBD dan
Nodal 2. Identifikasi daerah pelayanan/ daerah pelayanannya.
pengaruh 2. ”Growth Pole” area
3. Penyusunan hirarki pelayanan/ 3. Central place and
fasilitas periphery
4. Sistem/ordo kota/pusat
pelayanan
3 Wilayah 1. Pengelolaan sumberdaya wilayah 1. Pengelolaan DAS
Sistem berkelanjutan 2. Cagar alam
Ekologi 2. Identifikasi carrying capacity 3. Ekosistem Mangrove
kawasan
3. Siklus aliran sumberdaya, energi,
limbah, dan lain-lain
4. Wilayah 1. Pertumbuhan 1. Wilayah Pembangunan
Sistem 2. Produktifitas dan mobilisasi 2. Kawasan Andalan
Ekonomi sumberdaya 3. KAPET
3. Efisiensi 4. Kawasan Agropolitan
5. Kawasan cepat tumbuh
(pertumbuhan)
5 Wilayah 1. pewilayahan menurut sistem 1. Kawasan adat
Sistem Sosial budaya, etnik, bangsa, dan lain- 2. Perlindungan/ pelestarian
lain. (cagar) budaya
2. Identifikasi komunitas dan society 3. Pengelolaan kawasan
3. Optimalisasi Interaksi sosial publik kota (menghindari
4. Community Development tawuran)
5. Keberimbangan, pemerataan dan
keadilan
6. Distribusi penguasaan
sumberdaya
7. Pengelolaan konflik
7 Wilayah 1. Menjaga keutuhan/integrasi 1. Negara
Politik wilayah teritorial 2. Propinsi
2. Menjaga pengaruh / kekuasaan 3. Kabupaten
teritorial
8 Wilayah Optimasi fungsi-fungsi administrasi 1. Negara
Administratif dan pelayanan publik pemerintahan 2. Propinsi
3. Kabupaten
Berdasarkan pemahaman di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan kota dan daerah
merupakan penyiapan dan antisipasi kondisi kota pada masa yang akan datang, dengan titik
berat pada aspek spasial dan tata guna lahan, yang dimaksudkan untuk mewujudkan
peningkatan kualitas lingkungan kehidupan dan penghidupan masyarakat kota dan daerah
dalam mencapai kesejahteraan.
Selanjutnya seiring dengan perkembangan, juga atas dasar sifat manusia (makhluk yang
berkelompok), mereka mencari teman dan menciptakan berbagai kegiatan serta hiburan
kelompok. Sehingga perkampungan menjadi sebuah tempat pemujaan bersama terhadap
16
Sang Pencipta, tempat pertemuan untuk berkumpul, dan tempat kegiatan perdagangan.
Dengan semakin padatnya lingkungan oleh penduduk, terjadilah proses pengkotaan.
17
2. Peradaban Yunani (Kota Athena)
Peradaban Yunani dimulai pada abad 5 SM. Pada masa itu terjadi perubahan sistem
ketatanegaraan sehingga penduduk sering mengadakan pertemuan di kuil-kuil atau ruang
terbuka. Struktur jaringan jalan kota diarahkan sehingga berbentuk pola kota yang
geometris (gridiron). Pusat kota terdiri dari pusat perdagangan (Agorra) dan tempat
pertemuan, dengan jumlah penduduk 10.000 jiwa. Penduduk sudah mengenal budaya
yakni penduduk berekonomi tinggi tinggal di pinggiran kota dan mulai merencanakan
dasar-dasr fisik yang nantinya akan mempengaruhi kegiatan sosial ekonomi.
18
Pada awalnya peradaban ini bermula di Athena, kemudian pindah ke Roma yang
selanjutnya meluas sehingga kerajaan Romawi mulai beragresi. Dasar perencanaan kota
berupa fisikyang ditandai gridiron dan berbentuk persegi panjang. Pusat kota didominasi
pusat keagamaan dan pemerintahan. Sarana rekreasi dan kesehatan diutamakan dengan
adanya taman-taman umum dan pemandian umum (pemandian air panas hamper di
setiap permukiman atau rumah orang kaya). Terdapat tempat pertemuan yang
dinamakan atas setiap penguasa sehingga terkonsentrasi di pusat kota. Terjadi
kecemburuan social antara kelompok kaya dan miskin sebagai dampak social. Sehingga
penguasa membuat pertunjukkan gladiator secara gratis. Pada kota ini terdapat pula pola
aksis, dimana jaringan jalan dari atas ke bawah.
5. Revolusi Industri
Pada abad 18 ditemukan teknologi mesin uap yang berarti ada teknologi substitusi
manusia sehingga industri berkembang pesat di kota-kota dan terjadi urbanisasi dari
perdesaan karena ada tarikan lapangan pekerjaan. Tetapi hal ini tidak bisa diimbangi
dengan penyediaan fasilitas seperti rumah, transportasi, sekolah dan lain sebagainya.
Masalah transportasi menjadi prioritas dengan dibuat kanal, kereta api, dan lain-lain.
Terjadi konsentrasi industri di pusat kota, kepadatan di pusat kota menimbulkan banyak
masalah sehingga keluarga elite pindah ke pinggiran kota (suburbanisasi).
Pendekatan teknologi dalam kota (thesis on the developmental sequence that led to the
urban revolution oleh Gordon V. Childe). Teori ini berdasarkan suatu transisi dan
evolusi kehidupan perdesaan ke perkotaan karena revolusi pertanian dengan empat
factor yang mempengaruhi yaitu populasi yang makin bertambah, organisasi
masyarakat makin kompleks, lingkungan sebagai sumber produksi pertanian dan
teknologi yang meluas.
Pendekatan ekonomi dalam kota (trade thesis oleh Jan Jacob). Dalam teori ini, faktor
perdagangan menjadi pemicu perubahan desa menjadi kota dengan lokasi dan
hubungan lingkungan menjadi faktor paling strategis dalam perubahan.
Pendekatan ideologi dalam kota (religious-symbolic thesis oleh Lewis Mumford)
Budaya yang diekspresikan secara religius simbolik menjadi factor utama yang
menyebabkan permukiman perdesaan menjadi perkotaan.
Sedangkan kota modern adalah kota-kota yang tidak dipengaruhi lagi oleh batasan tertentu
seperti pada kota tradisional, tetapi mempunyai ciri ketidakterbatasan komunikasi dan
pengaruh pada masyarakat secara individual, serta ketidakterbatasan mobilitas yang
mengarah pada perluasan dan kepadatan kawasan kota yang berkembang cepat. Dinamika
yang berlangsung dalam kota modern lebih rumit daripada yang ada pada kota tradisional
yang sudah kompleks, namun parameter yang diperhatikan dalam dinamika kota modern
lebih sedikit, akibatnya kota-kota modern mengalami dua kecenderungan yaitu reduksisme
dan individualism. Reduksisme sebagai strategi yang dengan sengaja menekankan
minimalisme dan fungsionalisme, artinya parameter untuk merancang dikurangi, karena
kompleksitas dianggap kurang sehat.
Kota tradisional (praindustri) > rural Kota modern (industri) > urban
21
Ruang/Morfologi
Kota disusun dengan memusatkan Kota disusun dengan memusatkan institusi
bangunan-bangunan simbolis dan publik (misalnya: institusi perdagangan). Simbol:
serta tempat tertentu. Simbol: Istana, CBD, Skyscrapper, gedung pemerintahan dll.
gedung religi, benteng dll. Hubungan yang Hubungan dengan lingkungan yang jauh
erat dengan lingkungan yang dekat. lewat teknologi komunikasi dan lalu lintas.
Wilayah-wilayah dibatasi dengan kelompok
etnis tertentu
Ekonomi
Sistem tukar menukar atau sistem keuangan Sistem perdagangan luas dan kompleks.
yang sederhana. Kekayaan berdasarkan Kekayaan dihitung dengan kapital. Landasan
kepemilikan tanah atau barang. Landasan pada teknologi industri. Keterkaitan secara
pada teknologi pertanian lokal. Masyarakat regional, nasional dan internasional.
cenderung berfokus pada penyediaan Pembagian kerja berlangsung secara rumit
kebutuhan sendiri. Sistem pertukangan. dan spesifik.
Politik
Otoritas tradisonal. Tradisi-tradisi rohaniah. Otoritas legal/rasional. Tradisi-tradisi
Ahli-ahli tertentu (tokoh religi) memiliki sekuler. Jarak pengetahuan jauh antara para
monopoli pengetahuan walaupun ada ahli dengan orang biasa. Kekuasaan dikelola
landasan pengetahuan yang disebarkan oleh para kapitalis, teknokrat dan birokrat.
secara luas. Ancaman hukuman secara Ancaman hukuman secara institusional.
informal. Hukum bersifat represif. Kontrak Hukum bersifat restitusi. Kontrak secara
secara informal. Kekuasan pada elit formal. Penghargaan lebih berdasarkan pada
religi/politik. Pentingnya hubungang dengan hasil usaha dibandingkan hubungan dengan
penguasa. Latar belakang keluarga penting penguasa. Latar belakang keluarga
dipandang sekunder
Sosio-budaya
Penekanaqn pada hubungan dalam keluarga Penekanan pada indivdu sebagai unit.
besar (saudara, tetangga, teman) Rasa Peranan terpisah-pisah. Mobilitas sosial
kebersamaan. Komunikasi tatap muka. (hubungan secara funsional). Komunikasi
Kohesi etnis. Budaya homogen. Kepercayaan massal. Budaya heterogen. Keterasingan.
ritual. Status diberikan Status dicapai oleh diri sendiri.
REFERENSI
The World Bank. 2006. East Asia’s Changing Urban Landscape: Measuring a Decade of Spatial
Growth. International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank.
Washington DC.
Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu: Teori Perancangan Kota dan
Penerapannya. Penerbit Kanisius & Soegijapranata Press, Yogyakarta.
23