Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurul Fajri

NIM : N011201039
Fakultas/Jurusan : Farmasi/S1 Farmasi
Kelas :B
Mata kuliah : Wawasan sosial budaya maritim 53

Kebudayaan maritim
Pada intinya dan secara singkat, kebudayaan dipahami sebagai ”dunia kehidupan atau cara
hidup masyarakat manusia yang diperoleh dengan belajar”.Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan
ialah ”sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka berkehidupan masyarakat
yang menjadi miliknya melalui proses belajar”.Kiranya unsur “gagasan” (menekankan rasio) dari
definisi kebudayaan tersebut perlu dilengkapi dengan komponen-komponen mental hasil
pembelajaran lainnya yaitu pengetahuan, nilai, norma, kepercayaan religius dan majik, moral,
perasaan bersama termasuk kasih sayang, intuisi, dan selera (perspektif posmodernisme dalam
antropologi sosial-budaya).
Wujud rupa budaya terdiri dari Wujud mental/ kognitif/ ideasional yang terdiri dari
komponen-komponen gagasan, pengetahuan, kepercayaan/ keyakinan, nilai, norma, moral, emosi
kolektif, kasih saying, selera, dan intuisi, disebut sistem budaya (cultural system), tindakan/praktik
terpola (aktivitas dan organisasi sosial dalam semua bidang kehidupan), disebut sistem sosial (social
system) dan benda-benda budaya buatan manusia, disebut budaya material (material culture).
Unsur-Unsur Umum Kebudayaan (Cultural Universal) :
1) Sistem pengetahuan: mencakup unsur-unsur mental lainnya (mengenai semua bidang
kehidupan)
2) Bahasa (mengenai semua unsur)
3) Organisasi sosial (mengenai semua unsur)
4) Sistem ekonomi/mata pencaharian hidup (terkait dengan semua unsur)
5) Sistem teknologi/alat peralatan atau sarana prasarana pisik(terkait dg smua unsur)
6) Sistem kesenian (terkait dengan semua unsur)
7) Sistem kepercayaan/keyakinan (agama, ilmu gaib).
Kebudayaan maritim pada intinya merupakan dunia kehidupan masyarakat manusia
(masyarakat maritim) yang diperloleh melalui proses pembelajaran. Mengacu kepada definisi
Koentjaraningrat yang dilengkapi dengan pandangan posmodernisme, lantas kebudayaan maritim
ialah “sistem-sistem mental (gagasan, pengetahuan, kepercayaan/ keyakinan, nilai, norma, moral,
emosi kolektif, kasih saying, selera, dan intuisi), tindakan dan karya/sarana dan prasarana yang
digunakan oleh masyarakat pendukungnya (masyarakat maritim) dalam rangka pengelolaan
pemanfaatan sumberdaya alam dan merekayasa jasa-jasa lingkungan laut bagi kehidupannya.”
Pemanfaatan material sumberdaya laut (hayati dan nonhayati) dibedakan dari pemanfaatan jasa-
jasanya tanpa mengambil material laut, misalnya mejadikan ruang laut sebagai rute pelayaran,
berolah raga, berwisata/rekreasi dan sebagainya. Kebudayaan maritim mempunyai tiga wujud :
sistem budaya, sistem sosial, dan budaya materialnya Kebudayaan maritim juga mempunyai unsur-
unsur/bagian-bagiannya.
Unsur-Unsur Umum Kebudayaan Maritim dan Fungsi Sosialnya 1. Sistem
Mental/Kognitif/Ideasional Kemaritiman
a) Pengetahuan : jenis ikan, kondisi air, kondisi dasar, musim dan cuaca, bintang sebagai
pedoman arah pelayaran di waktu malam, tipe perahu, tipe alat tangkap, merk mesin
untuk perahu, lokasi pasar, tingkat harga, dsb.
b) Gagasan : laut adalah luas, laut kaya dengan sumberdaya, laut dan isinya adalah milik
bersama, laut dan isinya adalah untuk dimanfaatkan bagia semua (open use/access),
laut adalah penyambung pulau-pulau dan perekat bangsa, bangsa yang menguasai laut
adalah bangsa yang kuat dan berjaya, dll.
c) Nilai : laut Indonesia mengandung kekayaan sumberdaya alam tak ternilai, banyak sekali
jenis sumberdaya perikanan mempunyai nilai jual tinggi di pasar ekspor, ekosistem laut
khususnya terumbu karang, mangrof, dan padang lamun sangat bernilai dan
menentukan bagi kelestarian laut, berbagai bentuk kelembagaan dan upacara
tradisional nelayan mengandung nilai-nilai kelestarian lingkungan dan sosial
kemasyarakatan, dsb. Nilai sosial seperti kekompakan, kerajinan, kepatuhan,
kedisiplinan, loyalitas dan kerukunan, tanggung jawab, saling mempercayai.
d) Moral kolektif : bagi sebagian masyarakat nelayan Bajo tidak mau merusak lingkungan
laut karena menganggapnya sebagai tempat tinggal, jalanan, makanan, teman, obat, dan
tempat bersemayam roh nenek moyang; nelayan Liangliang Kec. Pulau Sembilan (Sinjai)
mempertahankan teknik tangkap memancing karena teknik tradisional tersebut
mengandung makna moral hanya mengambil ikan-ikan yang ikhlas memakan/merampas
umpan di pancing; beberapa wanita Bajo di Kambuno Pulau Sembilan mempertahankan
aktivitas menyelam mencari kerang dan akar bahar karena menghargai leluhurnya yang
mewariskan tradisi penangkapan yang meskipun kurang produktif dari pertimbangan
ekonomi, dsb.
e) Norma : berbagai larangan adat dan pemerintah seperti menebang pohon mangrof,
mengambil batu karang, menangkap jenis-jenis sumberdaya perikanan tertentu,
menggunakan alat-alat tangkap merusak lingkungan seperti bom, bius dan pukat
harimau, dan sebagainya. Norma-norma sosial seperti aturan bagi hasil atau sistem upah
dalam perusahaan perikanan, kepemilikan komunal atas lokasilokasi perikanan di laut
seperti Sasi di Maluku, norma kepemilikan kelompok atas lokasi rumpon di laut oleh
masyarakat nelayan Mandar, aturan pemerintah berupa kawasan lindung/konservasi
laut, Taman Laut Nasional, peraturan internasional batas wilayah laut antarnegara, dll.
f) Kepercayaan/keyakinan : meyakini adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta
termasuk lautan dan isinya, kesuksesan ekonomi dan keselamatan jiwa di laut
ditentukan oleh usaha dan doa kepada Tuhan, adanya tempat-tempat keramat di laut
yang dijaga oleh mahluk-mahluk halus dan kekuatan supernatural, kekuatan magis
berupa sihir dan kekuatan supernatural dari suatu benda alam yang dijadikan jimat oleh
kebanyakan nelayan dan pelayar dari suku bangsa Fanti Ghana dan masyarakat maritim
di kawasan Pasifik.
Komponen-komponen mental budaya maritim tersebut di atas dimiliki bersama (shared
culture) oleh kelompok-kelompok masyarakat maritim sebagai pedoman baginya dalam
menginterpretaasi lingkungan alam dan sosial dan pembuatan keputusan dalam bertindak.
Sistem Bahasa Berciri Maritim Keunikan dan difersitas dialek dan istilah atau perbendaharan
kata yang digunakan, Bukan mengenai struktur/tatabahasa. Misalnya yang di Sul-Sel:
• Musim: timo’ (m.timur), ‘bare’ (m.barat), dan ‘jenne’ kebo’ (m.pancaroba)
• Lokasi di laut: taka/sapa’ (area karang), pasi’, bungin (pulau pasir), pulau (pulau)
• Jenis-jenis karang: batu/batu karang, bunga karang, karang pute/karang mati  Kondisi
air laut: pasang, meti/surut, jenne’ kebo (pancaroba)
• Jenis-jenis ikan karang: sunu, kerapu, katamba, langkoe/laccukang, sarisi, ekor
kuning/rappo-rappo
• Perahu: lepa-lepa, sampan, jarangka’, lambo, patorani, pinisi, p.bagang, jolloro’, bodi
(tipe kapal)
• Alat tangkap: pancing labu, pancing kedo-kedo, pancing tonda, belle’, bubu, puka’,
rumpong, bagang, kompresor, gula-gula, kelereng, pupuk/tepung.
Kebanyakan pelaut (maritime people), khususnya pelayar dan nelayan pengembara, lebih
menguasai bahasa nasional dan bahkan bahasa Internasional daripada orang yang hidup di berbagai
sektor ekonomi di darat karena memungsikannya dalam rangka pergaulan dan transaksi lintas
kelompok etnik dan bangsa-bangsa.
Fungsi sosial dari sistem ekonomi maritim, khususnya sektor perikanan laut dan pelayaran :
 Menumbuhkembangkan kolektivitas kelompok usaha tingkat desa hingga korporasi
tingkat nasional dan internasional
 Memantapkan hubungan dan solidaritas sosial (mekanik tradisional, organik modern)
dalam kelompok/organisasi sosial
 Mengembangkan jaringan sosial, pergaulan, dan kemitraan usaha antarindividu,
komunitas, etnis berbeda dalam konteks regional, nasional, dan internasional lewat
transaksis jual-beli.
Dominasi pengetahuan dan keterampilan informal (bersumber dari pengalaman dan
pewarisan dari generasi ke generasi). Sedikit pengetahuan dan keterampilan formal dan nonformal
(bersumber dari lembaga pendidikan formal kejuruan minimal setingkat SMA dan program
pelatihan/kursus).
Pada sistem kesenian hal tersebut menumbuhkan kesegaran jiwa kelompok dan identitas
kelompok atau komunitas, bahkan kelompok etnik dan bangsa. Serta, seni bertema agama berfungsi
bagi keberhasilan usaha dan keselamatan jiwa manusia secara bersama.
Sementara menurut kepercayaan, berfungsi memperkuat moral dan emosi kebersamaan
kelompok, komunitas/masyarakat, dan sebangsa seumat beragama atau sekeyakinan.

Anda mungkin juga menyukai