KEBUDAYAAN MARITIM
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
FAKHRI ATHALLAH RAMADHAN
MUH DIEN USMAN
MUH RIVAT ALTAFYADI
NUR REZY PARASITA
SUKMA WARDANI
ANDI HANIIFAH FORTUNA INDRA
NUR FADILA
NUR FAHIRA
ADELIA APRILIANI AHMAD
NURHAMDANA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini
masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang “KEBUDAYAAN MARITM”. Makalah ini ditulis untuk
memenuh syarat nilai mata kuliah wawasan sosial budaya maritim.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak benyaknya kepada setiap
pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama proses penylesaian tugas ini
hingga selesainya makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada dosen
pembimbing.
Pada makalah ini akan diahas mengenai kebudayaan maritim. wawasan sosial budaya
maritim memiliki peran yang signifikan dalam membangun budaya maritm yang cinta
kepada kebudayaan mereka. Makalah ini berisi tentang:
konsep kebudayaan maritim
bahasa budaya maritim
1.3 Tujuan
Penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk mengetahui:
menamai : - unsur-unsur dan gejala alam fisik dan flora fauna yang dimanfaatkan -
lingkungan sosial untuk bergaul dan bekerjasama - sektor kerja dan teknologi
yang diterapkan - dll
• Contoh beberapa kata dalam bahasa pelaut :
- Musim : timo’ (musim timur), bare’ (musim barat), jenne’ kebo’ (musim
pancaroba) dll.
- Lokasi SDA : taka, pasi’, bungin, pulau, dll.
- Jenis-jenis karang : batu karang, karang bunga, k. pute, k. tinggi, k. keriting, dsb.
- Kondisi air laut : pasang, meti, dll
- Jenis-jenis ikan karang : sunu, kerapu, katamba, laccukang, sarisi, lamuru,
tenggiri, baronang, dsb.
- Perahu : lepa-lepa, sampan, jarangka’, katinting, jolloro, pinisi, bodi, dsb. - Alat
tangkap : pancing labu, bubu, puka’, rumpong, bagang, kompresor, dll.
- Kata pengganti nama binatang yang pemali diucapkan di laut : toriwai/ torije’ne
(buaya), todapo’ (kucing), dan totakke (monyet).
- Ungkapan dalam mantra : nurung ri wae nama sebenarmu hai lautan, nabi
nuhung nabimu hai perahu, berjiwa besarlah, kita menjelajah samudra luas,
mencari rezeki dan kita segera kembali sebelum hari yang ketujuh.
3. Organisasi sosial
• Contoh kelompok kerjasama nelayan dan pelayar :
- schipper-bemanning (Belanda)
- juragan-pandega (Jawa)
- tanase wasanae (Maluku)
- ponggawa-sawi (Bugis, Makassar, Bajo)
b. Sistem Pemasaran
➢ Masyarakat nelayan di dunia ketiga yang masih banyak dikuasai oleh
kelas pengusaha modal atau rentenir lokal/dari luar, pola jaringan
pemasaran komoditas lautnya kebanyakan mengikuti jaringan sumber
perolehan modalnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budaya maritim merupakan buda ya yang dipengaruhi oleh laut. Laut sebagai sarana
transportasi, laut sebagai sa rana ekonomi, serta laut sebagai tradisi. Kegiatan dan
kehidupan masyarakat berg antung dan tumbuh dari laut. Indonesia kaya dengan
hasil laut. Dalam fungsinya, Budaya Maritim merupakan landasan bagi berkembangnya
kebudayaan dan tradisi dalam masyarakat pesisir. Selain itu, bagi masyarakat tersebut, laut juga
berfungsi sebagai objek budaya, seperti berbagai acara ritual di wilayah laut. Adapun tujuannya
adalah, sebagai apresiasi dari rasa syukur masyarakatnya, atas anugerah yang mereka dapatkan
dari laut. Terciptanya berbagai macam perangkat kelautan seperti perahu, merupakan bukti dari
salah satu karya pemikiran, dari budaya kelautan atau maritim. Namun selain itu, terdapat juga
berbagai jenis perahu, sebagai hasil dari budaya tersebut, yang beberapa diantaranya seperti
sampan, pinisi, tongkang, dan lain sebagainya. Berbagai macam produk dari kapal tradisional,
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/user/Downloads/kebudayaanmaritim2-
141207193043-conversion-gate02.pdf