NIM : P032202007
PRODI/Matkul : S2 PLH/Antropologi Maritim
Perkuliahan minggu ke 5.
Dalam Pendekatan kontruksionis Hub. Manusia-pengelolaan pemanfaatan
lingkungan laut, tiga paradigma : Gisli Pallson.
- terdapat 3 paradigma :
1. Komunalisme yaitu paradigma yang menekangkan kebersamaan manusia
dengan alam laut (hayati dan non hayati) , paradigma ini menggambarkan ciri
hubungan kebersamaan atau kesatuan masyarakat nelayan dan lautnya,
kepercayaan terhadap dewa-dewa , roh-roh nenek moyang, hantu-hantu laut
masih dianut oleh paradigma ini. Terdapat pernyataan bahwa percakapan
manusia dengan makhluk-makhluk air dapat membawa keberuntungan atau
kerugian. Hal ini merupakan kepercayaan orang-orang terdahulu, dimana
mereka mempercayai hal-hal gaig yang membantu kelangsungan hidup
mereka, dan sampai zaman sekarang juga masih ada masyarakat yang
menganut paradigma Komunalisme ini di berbagai daerah, sehingga
diperlukan edukasi kepada masyarakat penganut paradigma.
Perkuliahan minggu ke 6.
1. Pendekatan pranata monopoli sosial (Total institution) Nolan dan Egberd.
a) Melalui pola pranata monopoli sosial kelompok-kelompok nelayan dan
pelayaran dilihat sebagai yang didominasi sepenuhnya oleh pranata tunggal
yang berwadah dalam kapal dan perahu.
b) Segala dimensi kehidupan para anggota kelompok awak kapal tercakup
dalam dan dikendalikan oleh pranata tunggal.
c) Kapal menjadi Lembaga tunggal yang memonopoli fungsi-fungsi sosial
Pendidikan (pembelajaran pengetahuan, sosialisasi pada prilaku dan
keterampilan, penanaman kepribadian kebaharian, ekonomi dan
perlindungan terhadap awak kapal.
d) Tidak ada ruang bagi setiap awak kapal mengembangkan wawasan dan
karakter individual ke luar.
e) Kapal dan perahu bagi kelompok awak analogi dengan rumah atau desanya
sendiri.
f) Norma, sikap dan kpribadian kepatuhan, kejujuran, loyalitas solidaritas
kelompok, kedisiplinan dan tanggungjawab dalam Kerjasama yang dibagi
bersama sebagai reproduksi dari pranata monopoli sosial.
g) Ketatnya organisasi perahu/kapal sebagai total institusi yang dapat
dibandingkan rumah sakit, penjara, Lembaga militer, kelompok-kelompok
keagamaan yang ekstrim.
Dari beberapa point penting diatas, terdapat hal yang menarik yaitu
Segala dimensi kehidupan para anggota kelompok awak kapal tercakup
dalam dan dikendalikan oleh pranata tunggal. Hal ini berarti masyarakat atau
orang-orang yang berada di kapal tersebut hidup secara mandiri dan
pernyataan bahwa kapal menjadi Lembaga tunggal yang memonopoli fungsi-
fungsi sosial Pendidikan, pembelajaran pengetahuan, sosialisasi pada prilaku
dan keterampilan, penanaman kepribadian kebaharian, ekonomi dan
perlindungan terhadap awak kapal berarti pendidikan dan pengetahuan
dibentuk oleh mereka sendiri, tidak ada campur tangan dari pihak lain seperti
pemerintah yang berasal dari luar kapal atau yang berada di daerah daratan.
Serta pernyataan yang menyatakan bahwa “tidak ada ruang bagi setiap awak
kapal mengembangkan wawasan dan karakter individual ke luar” tersebut
berarti orang-orang diatas kapal tersebut tidak diperbolehkan menuntut ilmu
dan mengembangkan diri diluar daerah tersebut.
2. Pendekatan Sikap Kepribadian budaya kebaharian.
Dalam pendekatan ini manusia melihat lingkungan dan saling menaggapi
satu sama lain, hubungan manusia dan lingkungan maritim dilakukan dengan
media kebiasaan praktik budaya, seperti pelayaran, perdagangan dan
penangkapan ikan, terdapat maritime culture pragmatism, dimana kehidupan
mereka terjadi secara praktis dan tidak ada campur tangan dari daratan,
mereka menciptakan Pendidikan dan menghasilkan makanan dengan cara
mereka sendiri tanpa melibatkan pihak dari luar.
Terdapat juga sikap non normativism, non conformism, dimana orang-
orang di dalam laut tidak mempunyai norma-norma yang sesuai, contohnya
ada orang-orang di dalamnya yang menyukai sesame jenis, hal ini sungguh
tidak sesuai dengan norma agama yang berlaku.