Anda di halaman 1dari 9

Nama : Wulan Putri Ananta

NIM : K011211265
Kelas : E

KELEMBAGAAN MASYARAKAT MARITIM


Pengantar
Kebijakan kemaritiman yang bersifat nasional dan internasional membuka lembaran
baru dalam aktivitas kemaritiman dunia. Pandangan baru terhadap laut yang sebelumnya
dikenal sebagai res communis telah bergeser karena munculnya teritorialisasi laut oleh
negara-negara yang memiliki wilayah laut. Hal ini juga memengaruhi pandangan bangsa
terhadap kedaulatan wilayah yang bersinggungan dengan aspek nasionalisme. Setiap negara-
bangsa mempertahankan wilayah kedaulatannya dari ancaman negara lain. Begitu juga
dengan pengelolaan sumber daya laut yang ekonomis. Sejarah maritim dalam hal ini memiliki
tantangan sebagai media yang berperan mengenalkan dan memperkuat nasionalisme.
Berbeda dengan sejarah politik dan militer yang menyajikan peristiwa heroisme, sejarah
maritim berkaitan erat dengan perairan yang di dalamnya terdiri dari beragam peristiwa yang
bersinggungan dengan perairan. Munculnya gagasan nasionalisme 2.0 yang digagas oleh
Singgih Tri Sulistiyono menjadikan posisi sejarah maritim dalam konteks nasionalisme
semakin menarik untuk ditelusuri.
Ada lima aspek yang dapat menjadi modal utama dalam menopang penguatan
pembangunan negara maritim modern di Indonesia. Sepakat dengan Son Diamar (2001),
kelima aspek tersebut dapat menjadi pengamanan dan penguatan wilayah maritim Republik
Indonesia secara terpadu. Masing-masing aspek tersebut memberikan pemahaman saling
mendukung dan menguatkan. Peneguhan pemahaman terhadap wawasan maritim yang
menjadi pilar pertama dapat dilakukan dengan menumbuhkan kembali kesadaran geografis.
Kesadaran geografis dapat dipahami dengan memberikan pengertian bahwa Indonesia
adalah bangsa yang menempati kepulauan, dengan memiliki sumber daya alam (SDA) yang
kaya tidak hanya di darat, tetapi juga di laut, dengan sistem nilai budaya bahari yang terbuka
dan egaliter. Upaya membangun kembali kesadaran wawasan maritim ini dilakukan melalui
penyempurnaan kurikulum pendidikan nasional, pendidikan dan latihan bagi aparatur, dan
sosialisasi melalui multimedia. Sosialisasi melalui multimedia diharapkan dapat memenuhi
tuntunan global terhadap sarana pembelajaran dan pemahaman yang lebih mengena dan
interaktif. Penyempurnaan kurikulum pendidikan nasional dilakukan dengan penambahan
materi-materi yang berorientasi pada pengetahuan dan pemahaman terhadap laut dan
perikanan Nusantara. Selain itu, langkah taktis dengan sosialisasi wawasan lingkungan hidup
dan sistem nilai kosmopolitan serta proses kelembagaan masyarakat maritim yang self
regulating akan sangat membantu. Pilar selanjutnya adalah dengan penegakan kedaulatan
yang nyata di laut. Pilar ini dapat dibangun dengan sistem pertahanan (defense), keamanan
(constabulary), dan pengendalian (civilian monitoring, control, and surveillance), beserta
penegakannya (enforcement) yang utuh dan berkesinambungan. Aspek-aspek yang
dikembangkan dari pilar ini meliputi kejelasan fungsi, integrasi, kecukupan perangkat (keras,
lunak, sumber daya manusia/SDM), dan sistem serta prosedur yang memadai. Pembangunan
industri maritim sebagai pilar ketiga memberikan kontribusi akan keberadaan negara maritim
yang modern dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan iptek tersebut teraplikasikan melalui penelitian, pengembangan, dan
penerapan iptek dalam bidang industri maritim.
Kepentingan riset dan pengembangan iptek di bidang ini dapat diselaraskan dengan
UU No 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan
Iptek dan juga UU Perikanan. Adapun langkah nyata pengembangan dan pembangunan
industri maritim dapat dilakukan melalui, pertama, industri perikanan. Saat ini industri
perikanan memiliki kontribusi yang kecil terhadap pendapatan nasional dan kurang
menyejahterakan rakyat (nelayan tetap miskin), padahal potensi sektor ini menjadi salah satu
yang terkemuka sekurang-kurangnya di Asia. Kedua, industri pelayaran. Tak dapat dimungkiri,
industri pelayaran menjadi pilihan utama angkutan ekspor-impor dan pilihan setengah dari
angkutan domestik dilayani kapal-kapal berbendera asing. Melalui industri pelayaran yang
mandiri, setidaknya Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, melalui penerapan
asas cabotage dan pembangunan kembali armada niaga modern dan tradisional. Ketiga,
industri pariwisata bahari. Sektor ini bukan hanya isapan jempol belaka. Dengan adanya
dukungan potensi yang dimiliki, tiap perairan Indonesia berpeluang menjadi tujuan wisata
bahari terbesar di dunia. Sebab, kawasan maritim Indonesia merupakan bagian terbesar dari
kawasan Aseanarean, yang jauh lebih kaya dan memiliki pesona terbaik jika dibandingkan
dengan kawasan lain seperti Meditteranean dan Caribbean. Kekuatan ini dapat
dikembangkan melalui penyiapan kawasan, event development, dan deregulasi antara lain
CAIT (Cruising Approval for Indonesian Territory) dan CIPQ (custom, immigration, port
clearance, and quarantine), serta penyiapan masyarakat lokalnya sebagai pemandu.
Kesuksesan pembangunan industri tersebut dapat dicapai dengan adanya dukungan penuh
melalui alokasi anggaran dan kemudahan pajak serta kredit, otonomi daerah, dan
keikutsertaan masyarakat setempat (stakeholders menjadi shareholders), di mana
pemerintah pusat menjadi fasilitator.
Dengan demikian, pada akhirnya dalam pembangunan industri maritim, sistem
pengamatan dan pengamanan seharusnya tidak menjadi penghalang, tetapi justru
memudahkan dan bahkan mengawal industri maritim agar tumbuh besar, sehingga dapat
membiayai pengamanan. Industri maritim juga harus mampu menyejahterakan rakyat
banyak, dengan cara menjadi milik rakyat banyak, yang dapat mengurangi potensi konflik
strata dan antarkelompok sosial. Pilar keempat meletakkan pentingnya penataan ruang
wilayah maritim. Kondisi ini menginginkan terciptanya tata ruang yang terpadu antara daerah
pesisir, laut, dan pulau-pulau untuk menghasilkan sinergi dan keserasian
antardaerah/kawasan, antarsektor, dan antarstrata sosial, yang berwawasan lingkungan.
Penataan itu diupayakan melalui pemberlakuan sistem dan prosedur pengelolaan kawasan
dan pembangunan infrastruktur, di mana kewenangan ada pada pemerintah daerah
kabupaten/kota, dengan mengikutsertakan masyarakat, yang dikoordinasi oleh gubernur dan
pemerintah pusat sebagai fasilitator. Terakhir, penegakan sistem hukum maritim. Penegakan
dapat dibangun dengan ocean policy yang lengkap, mulai dari yang bersifat "payung"
(undang-undang pokok) sampai dengan yang bersifat operasional, baik hukum publik maupun
hukum perdata yang mengakomodasi hukum adat. Di samping itu, sebagai negara maritim
terbesar, Indonesia perlu memiliki sistem peradilan (mahkamah) maritim. Ocean policy
menjadi sebuah pilihan wajib dan keharusan yang dilakukan pemerintah dan semua
komponen bangsa untuk mengedepankan sektor kelautan dalam kebijakan pembangunan
nasional. Dalam memformulasikan kebijakan tersebut masih dilihat secara kesejarahan
bahwa kemajuan peradaban bangsa Indonsia dibangun dari kehidupan masyarakat yang
sangat tergantung pada sumber daya pesisir dan lautan.

Kelembagaan merupakan seperangkat pengaturan formal dan nonformal yang mengatur


perilaku dan dapat memfasilitasi terjadinya koordinasi antar individu. Konsep kelembagaan
berkembang dalam dua persepektif, yaitu: 1.Kelembagaan sebagai nilai, norma, aturan
perilaku dan aturan main 2.Kelembagaan sebagai institusi/organisasi atau struktur.
Salah satu wilayah yang menjadikan sektor maritim sebagai sektor andalan dalam
pertumbuhan ekonominya adalah Sulawesi Selatan yang terdiri dari empat suku bangsa yaitu
: Suku Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Pengkajian mengenai masyarakat nelayan secara
struktural dan kultural (kelembagaan) di daerah ini, Suku Bugis, Makassar, dan Mandar

Konsep kelembagaan berkembang dalam dua perspektif, yakni


1) kelembagaan sebagai nilai, norma, aturan perilaku danaturan main dan
2) kelembagaan sebagai institusi/organisasiatau struktur.• Ruttan (1985) mendefinisikan
kelembagaan sebagai aturanmain, aturan perilaku yang menentukan pola-pola
tindakandan hubungan sosial, himpunan aturan mengenai tatahubungan di antara
orang-orang, di mana ditentukan hak-hakmereka, perlindungan atas hak-hak, hak-hak
istimewa dantanggungjawab.• Hayami dan Kikuchi mendefinisikan kelembagaan
sebagaipranata/aturan-aturan yang dikukuhkan dengan sanksi olehpara anggota
komunitas.• Giddens dalam Scot (2008) mengartikan kelembagaan sebagaiaturan
yang memberikan kedamaian dalam kehidupan sosialdan memberikan dukungan bagi
sistem sosial dalam ruang dan waktunya.

Kelembagaan Tradisional yang bertahan dalam kevbanyakan kelompok etnis di dunia,


termasuk masyarakat maritim yakni :
a. Kelembagaan Ekonomi
Mata pencaharian utama anggota masyarakat adat Kasepuhan Sinarresmi, baik yang
berdomisili di Desa Sirnaresmi maupun di wilayah lain di sekitar Taman Nasional adalah
bertani, terutama petani sawah. Tidak seperti kelembagaan ekonomi umumnya,
masyarakat adat Kasepuhan Sinarresmi mengelola hasil pertanian dan mata pencaharian
secara adat. Tidak ada sistem koperasi atau sistem pengelolaan perdagangan lain yang
digunakan. Yang menarik dalam sistem pengelolaan adat ini adalah adanya prinsip
ekonomi yang dapat menunjang kehidupan ekonomi masyarakat adat. Makna prinsip ini
adalah pemerataan berazaskan kekeluargaan. Artinya walaupun seorang warga
masyarakat adat kasepuhan tidak memiliki sawah sendiri, tetapi dia rajin bekerja, dia
tetap akan dapat memiliki padi dari hasilnya membantu panen di sawah anggota
masyarakat adat yang memiliki sawah.
Prinsip yang berasal dari peraturan adat ini mengatur bahwa apabila hasil panen
hanya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pangan untuk tiga tahun, maka seluruh
hasil panen hanya digunakan untuk keperluan sendiri. Jika hasil panen melebihi
kebutuhan pangan untuk tiga tahun, maka kelebihan itu dapat dijual. Dengan prinsip ini
maka kebutuhan pokok makan minimal (makan nasi) akan dapat selalu terpenuhi, baik
untuk mereka yang memiliki sawah maupun yang sama sekali tidak dapat menghasilkan
bahan pangan apapun.
Potensi sumber daya pesisir yang besar belum dikelola dengan baik karena kases
teknologi, modal dan pasar masih lemah serta kemampuan (pengelolahan dan
pemanfaatan) masyarakat lokal dan kota masih terdapat kesenjangan. Kondisi seperti ini
menggambarkan bahwa potensi sumber daya kelautan dan perikanan belum
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan bangsa secara
keseluruhan. Hal tersebut menjadi salah satu faktor kemiskinan masih menjadi masalah
yang serius di wilayah pesisir.
Secara umum ada empat hal pokok yang menjadi penyebab kemiskinan masyarakat
kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut :
1) Kualitas Sumber Daya Alam masih rendah
2) Pemanfaatan teknologi dibidang kelautan dan perikanan masih rendah
3) Jaringan pemasaran masih terbatas sempit
4) Pemodalan yang masih sulit untuk diakses nelayan kecil

Upaya pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat merupakan agenda


tetap tahunan yang dilakukan pemerintah Indonesia sampai sekarang.

Norma atau aturan ekonomi :


1) Hak dan kewajiban
2) Tatacara bereproduksi, distribusidan konsumsi
3) Tatacara pengkreditan
4) Aturan pinjam meminjam serta tolong menolong dalam kelompok
5) Kekompakan, kerajinana, kepatuhan, kedisiplinan, loyalitas, kerukunan, tanggung
jawab, saling mempercayai, dan lain sebagainya.
Pola tindakan atau praktik ekonomi :
1) Berangkat dan pulang dari lokasi penangkapan
2) Mengoperasikan berbagai tipe alat-alat produksi
3) Mengolah hasil tangkapan
4) Memasarkan hasil tangkapan
5) Bagai hasil pendapatan
6) Penjahatan serta konsumsi hasil atau pendapatan

b. Kelembagaan Politik
Warga masyarakat adat Kasepuhan Sinarresmi yang berdomisili di Desa Sirnaresmi
dibebaskan oleh kepala adat untuk ikut berpolitik. Artinya mereka dibebaskan untuk ikut
berpolitik praktis, misalnya dalam kegiatan pemilihan kepala desa, mereka boleh ikut
berkampanye untuk mendukung seorang calon. Kebebasan yang sama juga diberikan
ketika mereka ingin mendukung calon bupati Sukabumi. Namun demikian, sesuai
peraturan adat, kampanye politik tidak boleh diadakan di sekitar perkampungan adat
Kasepuhan Sinarresmi dimana ketua adat bertempat tinggal di Desa Sirnaresmi. Untuk
menjaga netralitas, ketua adat kasepuhan Sinarresmi tidak memberikan dukungan secara
terbuka atau resmi kepada salah satu calon dalam sebuah kampanye, baik dalam
pemilihan kepala desa maupun bupati. Namun ketua adat juga tidak menolak kehadiran
calon kepala desa maupun calon bupati yang datang berkunjung untuk menemuinya
sepanjang tidak dalam rangka berkampanye. Begitu juga rumah adat di wilayah kampung
adat tidak diperobolehkan digunakan sebagai posko salah satu partai politik. Prinsip
keterbukaan ini membuat kehidupan politik di sekitar kampun adat dapat berjalan lancar.
Pola kerjasama pengembangan kekayaan budaya yang dimungkinkan berdasar
prinsipprinsip sebagai berikut:
1) formal, artinya ada satu kesepakatan yang sifatnya mengikat,

2) berkelanjutan, memiliki dimensi jangka panjang dan simultan, dan


3) partisipatif, artinya melibatkan semua pelaku (stakeholder), meliputi: masyarakat,

pemerintah, swasta, mediator, tokoh budaya/masyarakat.


Model kerjasama yang dilakukan harus memiliki sifat:
1) tidak harus seragam, artinya satu model tidak harus cocok untuk semua situasi dan
kondisi tempat;
2) adanya standar minimal, yaitu memiliki unsur-unsur pokok, yaitu para pelaku,

mekanisme kerja dan program utama, dan jangka waktu tertentu; dan
3) dinamis, yaitu memiliki kemungkinan dan fleksibilitas untuk disesuaikan dengan

berbagai perubahan-perubahan yang terjadi.

c. Kelembagaan Kekerabatan
wawasan kelembagaan kekerabatan tidak saja dapat memperkuat pemahaman
masyarakat desa tentang kelembagaan kekerabatan sebagai modal sosiokultural dan
bagian dari modal komunitas tetapi juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam memperkuat keberfungsian dan kebermaknaan kelembagaan kekerabatan dalam
pengembangan kredit sosialekonomi dan penguatan modal ekonomi anggotanya. Hal
mana lebih jauh dapat berkontribusi bagi penguatan kelembagaan financial, dan modal
komunitas masyarakat desa.

d. Kelembagaan Agama dan Kepercayaan


Perbincangan tentang agama atau keyakinan dan masyarakat memang tidak akan
pernah selesai, seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Baik secara
teologis, sosiologis maupun antropologis, agama dapat dipandang sebagai instrumet
untuk memahami dunia. Dalam konteks itu, hampir-hampir tidak ada kesulitan bagi
agama untuk menerima premis tersebut. Secara teologis hal itu dikarenakan oleh watak
omnipresent agama. Yaitu, agama, baik melalui simbol-simbol atau nilai-nilai yang
bahkan mampu membentuk struktur sosial, budaya, ekonomi4, dan politik serta
kebijakan publik. Dengan ciri demikian dipahami bahwa di mana pun suatu agama
berada, ia diharapkan mampu memberi panduan nilai bagi seluruh kehidipan manusia,
baik yang bersifat sosial, budaya, ekonomi maupun politik.
Sementara itu dalam pandangan teori struktural fungsional, masyarakat dipahami
sebagai sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling
berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan, perubahan yang terjadi pada satu
bagian akan membawa perubahan pula pada bagian yang lain.5 Indonesia merupakan
negara yang penduduknya hiterogen dan bersifat multidimensional. Pluralitas dalam
budaya, terutama oleh perbedaan suku, agama bahasa merupakan karakteristik yang
dimiliki bangsa Indonesia. Kemajemukan itu antara lain disebabkan oleh perbedaan suku,
status sosial, pengelompokan organisasi politik dan agama.

Keterkaitan kelembagaan ekonomi dengan lembaga-lembaga lainnya :


a. Kelebagaan atau pranata ekonomi banyak terarahkan dan dikerahkan dengan
kelembagaan lainnya, sehingga tidak otonom.
b. Dalam penyediaan anak buah atau kelompok direkrut dari anggota kerabatm teman, orag
sekampung atau sedesa, dan lain sebagainya (kelembagaan kekerabatan)
c. Diperlukan sistem kepemimpinan (tradisional atau modern) dalam pengelolahan
aktivitas atau usaha ekonomi nelayan atau pelayaran (kelembagaan politik)
d. Sistem ekonomi (produksi, distribusi dan konsumsi) banyak dipengaruhi oleh sistem
keyakinan dan ritual keagamaan, demikian halnya kepercayaan dan praktik ilmu gaib
(kelembagaan agama)

DAFTAR PUSTAKA
https://drive.google.com/file/d/1ZTBpWy2vumpDNPDrZICA97vbLbl6VYnz/view
https://www.slideshare.net/budiharsonos/pemberdayaan-dan-kelembagaan-masyarakat-
pesisir
https://translate.google.com/translate?hl=en&sl=id&u=https://www.academia.edu/692294
1/Makalah_lembaga_kemasyarakatan&prev=search&pto=aue
https://media.neliti.com/media/publications/195177-ID-pengembangan-kelembagaan-
tradisional-mas.pdf
https://www.scribd.com/document/72011565/kelembagaan-maritim
https://media.neliti.com/media/publications/56909-ID-none.pdf
https://www.coursehero.com/file/86426989/Kelembagaan-Masyarakat-Maritim-
Kelembagaan-EkonomiPDF/
https://www.scribd.com/document/511440426/Kelembagaan-Masyarakat-Maritim-
Kelembagaan-Ekonomi

Anda mungkin juga menyukai