Anda di halaman 1dari 116

PELAYANAN KESEHATAN

MASA HAMIL, MASA HAMIL,


PERSALINAN, DAN MASA
SESUDAH MELAHIRKAN,
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014

Dr. Apik Indarty Moedjiono, SKM, M.Si


OUTLINE 01 Ketentuan Umum

02 Masa hamil

03 Masa bersalin

04 Masa Nifas
01 Ketentuan Umum
Tujuan

mengurangi menjamin mempertahankan &


menjamin
angka kesakitan tercapainya meningkatkan
kesehatan ibu
dan angka kualitas hidup kualitas pel KIA baru
sehingga mampu
kematian ibu dan pemenuhan lahir yang bermutu,
melahirkan
dan bayi baru hak-hak aman, & bermanfaat
generasi yang
lahir; reproduksi; sesuai dgn perkemb
sehat dan
ilmu penget &
berkualitas; teknologi.

Diselenggranakan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara menyeluruh terpadu dan
berkesinambungan.
02 Masa Hamil
Konsep & Pelayanan antenatal terpadu merupakan
pelayanan kesehatan komprehensif dan
Ketentuan berkualitas yang dilakukan melalui:

2 3 4 5

Pelayanan 1
Peran Keluarga
Kesehatan Masa
melibatkan
Hamil dilakukan ibu hamil,
sejak terjadinya Konseling Skring Standar Teknis Sistem rujukan suami, dan
masa konsepsi Pelay keluarganya
Pemberian Deteksi perencanaan penatalaksa dalam
hingga sebelum pelayanan dan dini antisipasi naan kasus menjaga
Penyiapan
mulainya proses konseling masalah, persalinan dan serta kes & gizi
kesehatan penyakit persiapan rujukan ibu hamil,
persalinan termasuk dan
yang bersih
dini untuk cepat dan menyiapkan
dan aman
stimulasi dan penyulit/ko melakukan tepat waktu persalinan
Wajib dilakukan gizi mplikasi rujukan jika bila &
kehamilan; terjadi diperlukan;; kesiagaan
melalui bila terjadi
penyulit/kom
pelayanan plikasi; penyulit/ko
antenatal mplikasi.
terpadu.
KUNJUNGAN ANTENATAL CARE
Layanan 10 T
Frekuensi 1.Timbang berat badan
2.Tekanan darah diperiksa
Sekurang-kurangnya 4 (empat) 3.Tinggi puncak rahim diperiksa (tinggi
fundus)
kali selama masa kehamilan 4.Vaksinasi tetanus
5.Tablet zat besi
1 (Satu) kali pada trimester 6.Tetapkan status gizi
pertama; 7.Tes laboratorium
1 (Satu) kali pada trimester 8.Tentukan denyut jantung janin
9. Tatalaksana kasus
kedua; dan 10. Temu wicara
2 (Dua) kali pada trimester ketiga
03 Masa Bersalin
Ketentuan
Persalinan
harus
dilakukan
di fasilitas
pelayanan
kesehatan.

a. membuat keputusan klinik;

5 Aspek dasar b. asuhan sayang ibu dan sayang bayi;

c. pencegahan infeksi;

d. pencatatan (rekam medis) asuhan persalinan; dan

e. rujukan pada kasus komplikasi ibu dan bayi baru lahir.


04 Masa Nifas
Kunjungan
Jenis Layanan
Frekuensi
a. pemeriksaan tekanan darah,
nadi, respirasi dan suhu; Sasaran
b. pemeriksaan tinggi fundus 1 (Satu) kali pada periode 6
uteri; (enam) jam sampai dengan 3
c. pemeriksaan lokhia dan (tiga) hari pascapersalinan; • a.
pelayanan
perdarahan;
d. pemeriksaan jalan lahir; kesehatan bagi ibu;
1 (Satu) kali pada periode 4 dan
e. pemeriksaan payudara dan (empat) hari sampai dengan 28
anjuran pemberian ASI
(dua puluh delapan) hari
Eksklusif; • b. pelayanan
pascapersalinan; dan
f. pemberian kapsul vitamin A; kesehatan bayi baru
g. pelayanan kontrasepsi lahir.
pascapersalinan; 1 (Satu) kali pada periode 29 (dua
h. konseling; dan puluh sembilan) hari sampai
i. penanganan risiko tinggi dan dengan 42 (empat puluh dua) hari
komplikasi pada nifas. pascapersalinan
Thank You
Manajemen Pelayanan KIA
& Kesehatan Reproduksi
Dosen: Rahma, SKM, MSc
KESEHATAN IBU
Kematian ibu
• Kehamilan
• Persalinan
• Nifas
• ≠ Kecelakaan
• Setiap 100.000 KH
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
Hamil
Yankes ibu hamil memenuhi jenis pelayanan
sebagai berikut:
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
2. Pengukuran tekanan darah.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus sesuai status imunisasi.
6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
7. Penentuan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ).
8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk KB
pasca persalinan)
9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin (Hb) darah, pemeriksaan
protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).
10. Tatalaksana kasus sesuai indikasi.
• ANC (Ante Natal Care) = min 6 x kali pemeriksaan kehamilan, 2 x
pemeriksaan dokter.
• Min 1 x trimester I (usia kehamilan 0-12 minggu),
• 2 x trimester II (usia kehamilan 12-24 minggu),
• 3 x trimester III (usia kehamilan 24 minggu - menjelang persalinan),
• Min 2 x diperiksa dokter = kunjungan I trimester I, kunjungan V
trimester III.
Penilaian terlaksananya ANC (Cakupan K1,
K4, K6)
• Cakupan K1 = jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan jumlah
sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
• Cakupan K4 = jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai dengan
standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap
trimester, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja
pada kurun waktu satu tahun.
• Cakupan K6 = jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar paling sedikit enam kali pemeriksaan
serta minimal dua kali pemeriksaan dokter sesuai jadwal yang dianjurkan
pada tiap semester, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun.
2. Pelayanan Imunisasi Tetanus
Difteri bagi Wanita Usia Subur
(WUS)
• Infeksi tetanus 🡪 salah satu penyebab kematian ibu dan kematian
bayi.
• Infeksi tetanus 🡪 proses persalinan yang tidak aman/steril atau
berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan.
• Memberikan perlindungan tambahan terhadap penyakit difteri 🡪
program imunisasi Tetanus Difteri (Td) bagi Wanita Usia Subur (WUS).
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi 🡪 wanita usia subur (khususnya ibu
hamil) 🡪 kelompok populasi sasaran imunisasi lanjutan.
• Sasaran imunisasi Td 15- 39 tahun WUS
(Wanita Usia Subur) hamil (ibu hamil)
dan tidak hamil.
• Imunisasi Td pada WUS diberikan
sebanyak 5 dosis berdasarkan hasil
screening penilaian status T = imunisasi
dasar bayi, lanjutan baduta, lanjutan
BIAS, calon pengantin atau pemberian
vaksin mengandung “T” pada kegiatan
imunisasi lainnya. Imunisasi lanjutan
pada saat ANC, atau pelayanan
kesehatan di posyandu.
3. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
pada Ibu Hamil
• Anemia pada ibu hamil 🡪 risiko kelahiran prematur, kematian ibu
dan anak, penyakit infeksi.
• Anemia 🡪 mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin/bayi saat kehamilan maupun setelahnya.
• Hasil Riskesdas 2018 🡪 48,9% ibu hamil mengalami anemia.
• Sebanyak 84,6% anemia pada ibu hamil terjadi pada kelompok umur
15-24 tahun.
• Untuk mencegah anemia setiap ibu hamil diharapkan mendapatkan
TTD minimal 90 Tablet selama kehamilan.
4. Pelayanan
Kesehatan Ibu Bersalin
• Setiap persalinan 🡪 ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten
(dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum,
bidan, dan perawat) 🡪 dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
• Indikator keberhasilan program 🡪 persentase persalinan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
• Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024
menetapkan persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan (PF) sebagai salah satu indikator upaya
kesehatan keluarga, menggantikan indikator pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan (PN).
5.
Pelayanan
Kesehatan
Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas
• Min 4 x dengan waktu kunjungan ibu dan bayi baru lahir bersamaan
• 6 jam s/d 2 hari setelah persalinan,
• hari ke 3 s/d hari ke 7 setelah persalinan,
• hari ke 8 s/d hari ke 28 setelah persalinan,
• hari ke 29 s/d 42 hari setelah persalinan.

• Jika telah melakukan kunjungan nifas sebanyak 4 x 🡪 telah


melakukan kunjungan nifas lengkap (KF lengkap).
Jenis Pelayanan Ibu Nifas
1. Anamnesis; 9. Pemeriksaan payudara dan
2. Pemeriksaan tekanan darah, pendampingan pemberian ASI
nadi, respirasi dan suhu; Ekslusif;
3. Pemeriksaan tanda-tanda 10. Identifikasi risiko tinggi dan
anemia; komplikasi pada masa nifas;
4. Pemeriksaan tinggi fundus uteri; 11. Pemeriksaan status mental ibu;
5. Pemeriksaan kontraksi uteri; 12. Pelayanan kontrasepsi pasca
persalinan;
6. Pemeriksaan kandung kemih dan 13. Pemberian KIE dan konseling;
saluran kencing;
7. Pemeriksaan lokhia dan 14. Pemberian kapsul vitamin A.
perdarahan;
8. Pemeriksaan jalan lahir;
6. Puskesmas Melaksanakan
Kelas Ibu Hamil dan
Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K)
Kelas Ibu Hamil
• Sarana bagi ibu hamil dan keluarga untuk belajar bersama tentang
kesehatan ibu hamil yang dilaksanakan dalam bentuk tatap muka
dalam kelompok.
• Tujuan = meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dan
keluarga mengenai kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan,
pencegahan komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik
atau senam ibu hamil.
Kelas Ibu Hamil
• Cakupan puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil 🡪 menghitung
puskesmas yang telah melaksanakan kelas ibu hamil dibandingkan
dengan jumlah seluruh puskesmas di wilayah kabupaten/kota.
• Puskesmas dikatakan telah melaksanakan kelas ibu hamil apabila
telah melakukan kelas ibu hamil minimal dilaksanakan di 50% desa
atau kelurahan.
Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K)
• Pemberdayaan masyarakat 🡪 monitoring terhadap ibu hamil,
bersalin, dan nifas
• Orientasi P4K 🡪 pertemuan yang diselenggarakan oleh puskesmas
dengan mengundang kader dan/atau bidan desa dari seluruh desa
yang ada di wilayahnya dalam rangka memberikan pembekalan untuk
meningkatkan peran aktif suami, keluarga, ibu hamil serta
masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas.
7. Pelayanan
Kontrasepsi
KB 🡪 menurunkan AKI
1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan;
2. Mencegah komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan dan nifas;
3. Mencegah terjadinya kematian akibat komplikasi selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
• Peserta KB 🡪 PUS (Pasangan Usia Subur) yang menggunakan salah
satu alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.
• KB modern (alat/obat/cara KB berupa steril wanita (MOW), steril pria
(MOP), IUD/AKDR). Implan/susuk, suntik, pil, kondom dan Metode
Amenore Laktasi (MAL)
• KB tradisional (menggunakan alat/obat/cara KB berupa pantang
berkala, senggama terputus, dan alat/obat/cara KB tradisional
lainnya).
8. Pemeriksaan
HIV dan
Hepatitis B
pada Ibu Hamil
• Pemeriksaan HIV 🡪 mencegah penularan HIV dari ibu ke janin/bayi
• Penularan = kehamilan, persalinan, menyusui
• Penularan virus hepatitis B = vertikal (dari ibu yang positif menderita
hepatitis B kepada bayinya), horizontal (dari individu yang positif
menderita hepatitis B kepada individu lainnya).
• Pada daerah endemik seperti Indonesia penularan hepatitis B
umumnya terjadi secara vertikal terutama saat masa perinatal dan
95% bayi yang tertular saat masa perinatal akan menjadi hepatitis B
kronik.
• Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB) dg tes cepat/Rapid Diagnostic Test
(RDT) Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg).
• HBsAg = antigen permukaan yang ditemukan pada virus hepatitis B
yang memberikan arti adanya infeksi hepatitis B.
• HBsAg Reaktif 🡪 pemberian vitamin K1, kemudian Vaksin Hepatitis B
(HB0) dan HBIg (Hepatitis B Imunoglobulin) sebelum 24 Jam
kelahiran.
• HBIg = serum antibodi spesifik hepatitis B yang memberikan
perlindungan langsung kepada bayi.
KESEHATAN ANAK
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
• Upaya kesehatan anak dilaksanakan sejak janin dalam kandungan
hingga anak berusia 18 tahun.
Kematian
Balita
• Kematian Neonatal
• Kematian Post-neonatal
• Kematian Anak Balita
1. Pelayanan Kesehatan
Neonatal
• Kunjungan neonatal idealnya dilakukan 3 kali, yaitu pada umur 6-48
jam, umur 3-7 hari, dan umur 8-28 hari.
• Penimbangan 🡪 BBLR/tdk
• Penyebab BBLR = kondisi ibu saat hamil (kehamilan remaja,
malnutrisi, dan komplikasi kehamilan), bayi kembar, janin memiliki
kelainan atau kondisi bawaan, dan gangguan pada plasenta yang
menghambat pertumbuhan bayi (intrauterine growth restriction).
• BBLR 🡪 resiko stunting & mengidap penyakit tidak menular saat
dewasa (diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung).
• Pelayanan kunjungan 🡪 Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM)=
konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin
K1 injeksi (bila belum diberikan) dan Hepatitis B0 injeksi (bila belum
diberikan).
2. Pelayanan Kesehatan Bayi,
Anak Balita dan Prasekolah
• Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan Prasekolah pasal
21, pelayanan kesehatan bayi, anak balita dan prasekolah:
• ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan,
• ASI hingga 2 (dua) tahun,
• Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) mulai usia 6 (enam) bulan,
• Pemberian imunisasi dasar lengkap bagi bayi, imunisasi lanjutan DPT/HB/Hib
pada anak usia 18 bulan, imunisasi campak pada anak usia 24 bulan,
• Pemberian vitamin A, upaya pola mengasuh anak, pemantauan
pertumbuhan, pemantauan perkembangan, pemantauan gangguan tumbuh
kembang, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), merujuk kasus yang tidak
dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
• Optimalisasi penggunaan Buku KIA
• Imunisasi 🡪 Perlindungan Komunitas (Herd immunity)
• PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi)= Hepatitis B,
TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak rubela, radang selaput
otak dan radang paru-paru.
3. Imunisasi
a. Imunisasi dasar pada bayi (0-11 bulan)
• 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio
tetes atau Oral Polio Vaccine (OPV), 1 dosis polio suntik atau
Inactivated Polio Vaccine (IPV) dan 1 dosis Campak Rubela.
• Untuk beberapa daerah terpilih sesuai kajian epidemiologi, analisis
beban penyakit dan rekomendasi ahli, ada tambahan imunisasi
tertentu, yaitu Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) dan Japanese
Encephalitis. Implementasi pemberian imunisasi tersebut belum
berlaku secara nasional, sehingga tidak diperhitungkan sebagai
komponen imunisasi dasar lengkap pada bayi.
b. Imunisasi Lanjutan pada Anak Baduta
• program imunisasi lanjutan (booster) =1 dosis DPT-HB-HiB dan
Campak Rubela kepada anak usia 18-24 bulan.
c.Imunisasi Anak Sekolah
• Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) 🡪 terintegrasi UKS
• Sasaran = anak SD
• Campak Rubela, Tetanus dan Difteri
• Pada daerah tertentu yang menjadi lokus pelaksanaan program
demonstrasi imunisasi Human Papilloma Virus (HPV), imunisasi HPV
ditambahkan pada kegiatan BIAS (siswa perempuan kelas 5 dan 6)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tt
Penyelenggaraan Imunisasi= pelaksanaan imunisasi pada anak
sekolah diberikan pada anak SD/MI/sederajat usia kelas 1 (Campak
Rubela dan DT), kelas 2 (Td) dan kelas 5 (Td).
Sumber:
• Profil Kesehatan Indonesia 2021
TERIMA KASIH!
MANAJEMEN PELAYANAN DASAR
KESPRO KIA
Rahma, SKM, MSc
11 November 2021
Pendahuluan
• Kesehatan reproduksi dibahas secara global sejak
dikemukakannya isu tersebut dalam Konferensi
Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan
International Conference on Population and Development
(ICPD) di Cairo, Mesir pada tahun 1994.
• Perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan, yaitu dari pendekatan
pengendalian populasi dan penurunan fertilitas/keluarga
berencana  pada kesehatan reproduksi.
• Paradigma  lebih luas, meliputi pemenuhan kebutuhan
kesehatan reproduksi bagi laki-laki dan perempuan
sepanjang siklus hidup, termasuk hak reproduksi,
kesetaraan gender, martabat dan pemberdayaan
perempuan.
• PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG
KESEHATAN REPRODUKSI
Manajemen
• Manajemen (bahasa Inggris) mengelola.
• Secara khusus, manajemen dipakai oleh
seorang pemimpin dan pimpinan dalam
mengelola organisasi.
• Orang yang mengaplikasikan manajemen
manajer.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
Definisi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat
secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan
proses reproduksi.
Ruang lingkup pelayanan kesehatan
reproduksi terpadu meliputi
komponen:
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2) Keluarga Berencana (KB)
3) Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) 4)
4) Infeksi Menular Seksual (IMS), Human Immunodeficiency
Virus and Acquired Immuno Deficieny Syndrom(HIV dan
AIDS)
5) Kesehatan Reproduksi Lanjut Usia (Kespro Lansia)
6) Kesehatan Reproduksi lainnya seperti: kanker payudara
dan kanker leher rahim (kanker serviks),pencegahan dan
penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak
(PP-KtP/A), aborsi, infertilitas, fistula vesiko-vaginal,
prolapsus uteri, kanker prostat dan benign prostac
hyperplasia.
Konsep Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu
PKRT yaitu keterpaduan dari berbagai pelayanan
pada komponen program kesehatan reproduksi,
agar sasaran memperoleh pelayanan yang
holistik, komprehensif dan berkualitas yang
meliputi aspek Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE), preventif, kuratif dan rehabilitatif
didasarkan pada kepentingan sasaran/klien
sesuai dengan tahap dalam siklus hidup.
Paradigma baru PKRT yaitu:
• 1) Mengutamakan kepentingan klien dengan
memperhatikan hak reproduksi, keadilan dan
kesetaraan gender. 2) Menggunakan
pendekatan siklus hidup dalam menangani
masalah kesehatan reproduksi.
5 tahap siklus hidup:
(a) Konsepsi
(b) Bayi dan anak
(c) Remaja
(d) Usia subur
(e) Usia lanjut
Prinsip-prinsip pelaksanaan PKRT:
• Pelayanan yang holistik, yaitu pelayanan yang
diberikan memandang klien sebagai manusia
yang utuh, artinya pelayanan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan klien, namun
petugas kesehatan dapat menawarkan dan
memberikan pelayanan lain yang dibutuhkan
oleh klien.
Prinsip-prinsip pelaksanaan PKRT:
• Keterpaduan dalam pelayanan Pelayanan
kesehatan reproduksi diupayakan dapat
diberikan secara terpadu, sehingga klien
mendapatkan semua pelayanan yang
dibutuhkan dalam ruang lingkup reproduksi
sekaligus dalam satu kali
kunjungan/pelayanan. “One Stop Services”
(Sekali Datang Semua Pelayanan Diperoleh).
Prinsip-prinsip pelaksanaan PKRT:
• Fleksibel Untuk pelayanan yang memerlukan
rujukan ke jenjang yang lebih tinggi, termasuk
pelayanan konseling, bisa dilakukan pada
waktu atau fasilitas lain dimana pelayanan
yang dibutuhkan tersedia. Rujukan ini harus
dipantau untuk memaskan klien mendapatkan
pelayanan yang dibutuhkan.
• PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG
KESEHATAN REPRODUKSI
• Utami, F. P., & Ayu, S. M. Petunjuk Praktikum
Manajemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi.
Sekian & Terima Kasih
MANAJEMEN PELAYANAN DASAR
KESPRO & KIA
Rahma, SKM, MSc
18 – 19 Nov 2021
Pelayanan Dasar Kespro & KIA

Universal access
Universal access: pelayanan dan informasi
tersedia, dapat diakses, dan dapat diterima oleh
berbagai kalangan individu.
Pada konteks RH & KIA, universal access
bermakna: (1) dapat diakses dengan mudah dan
aman termasuk untuk penderita disability; (2)
tersedia dengan harga yang terjangkau; dan (3)
mempertimbangkan semua aspek sosial,
budaya, agama maupun nilai-nilai lokal.
Angka Kematian Ibu (AKI)
• Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu
indikator Milleninum Development Goals (MDGs)
yang harus diturunkan menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup (KH) pada tahun 2015. Dalam
kurun waktu lebih dari 20 tahun AKI cenderung
menurun, walaupun penurunannya lambat.
Angka kematian ibu menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 adalah sebesar
390 per 100.000 KH, menurun menjadi 359
kematian per 100.000 KH (SDKI, 2012). Namun
target MDGs untuk AKI pada tahun 2015 sulit
tercapai.
AKI
Komplikasi persalinan sifatnya ‘unpredicatble’

Resiko kematian ibu:


- Kehamilan
- Persalinan
- Pasca persalinan

AKI di Indonesia
AKI
Resiko kematian tinggi

Dibutuhkan akses terhadap pelayanan obstetrik


24 jam didukung oleh sistem rujukan yang
efektif

Yaitu penolong persalinan yang terampil &


fasilitas emergency obstetrik yang memadai
AKI
• Program Bidan di Desa 1990an (cakupan
penolong persalinan 77,3)
• Penurunan AKI masih lambat
Beberapa permasalahan:
• Maluku 42,4% ; DKI Jakarta 98,1%
• Pemanfaatan fas persalinan: rural 28,9%,
urban 70,3%
• Bidan di Desa < 50% di pedesaan
• Skill bidan yang masih rendah
• Akses persalinan sesar SES rendah < 1% (5-
15% persalinan membutuhkan sesar)
• Mekanisme rujukan yang tidak efektif
(pelayanan obstetrik emergency)
– Terlambat mengambil keputusan (45%)
– Terlambat mencapai pelayanan (66%)
– Pelayanan yang berkualitas hanya 44%
– Kemampuan bidan dibawah standard dalam
mengidentifikasi komplikasi persalinan.
Pelayanan KB
• CPR (Contraceptive Prevalence Rate):
Indikator dalam mengukur pelayanan KB
• Akses KB jumlah kehamilan yang tidak
diinginkan
• Target CPR 2014: 65%
– Modern method: 57%
– Any method: 61,4%
Pelayanan KB
• Unmet need: % wanita menikah yang tidak
mau punya anak lagi, atau ingin menjarangkan
kehamilan, tapi tidak menggunakan metode
KB apapun.
Pelayanan KB
• Saat ini angka kesuburan total (Total Fertility
Rate, TFR) masih tinggi. Selama 3 periode SDKI
(2003, 2007 dan 2012) angka tersebut stagnan
di 2,6. Angka kesertaan ber-KB (Contraceptive
Prevalence Rate, CPR) cara modern baru
sekitar 57.9 % (SDKI, 2012), dan sebanyak
47,3% dari angka tersebut adalah pengguna
kontrasepsi non Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) sedangkan pengguna
kontrasepsi MKJP hanya 10,6%.
• Non-MKJP vs MKJP
• Jumlah anak sedikit vs banyak
• Wanita vs Pria
Pelayanan KB
• Akses pelayanan KB pada remaja yang belum
menikah (?) – Diskusi -
• 30% penduduk Indonesia adalah remaja
• 40% AIDS usia 20-29 tahun, kemungkinan
terinfeksi 15-24 tahun.
• Peningkatan pre-marrital sex & abortion di
kalangan remaja.
HIV/AIDS
• Transmisi sexual 53%
• Condom use STIs HIV
• 2011 (IBBS: the Integrated Bio-Behavioral
Surveillance Studies) Populasi kunci HIV:
– Direct sex workers 9,3%
– Indirect sex workers 3,1%
– Waria 23,2%
– Klien dari sex workers 0,7%
– MSM 12,4%
– IDU 42,4%
Intervention
- the National AIDS Commission in 2004,
pendekatan multisektor bertj ke presiden
- Level propinsi/daerah/kota; allocations to
HIV/AIDS efforts (NAC 2012).
- HIV/AIDS prevalence, Inpres No. 3/2010 :
counseling and testing, access to antiretroviral
therapy, improving HIV/AIDS efforts at the district
level, and increasing condom use among key
groups (Roadmap 2010).

Anda mungkin juga menyukai