OLEH:
KENDARI
2023
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
B. TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 2
C. MASALAH PENULISAN .......................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN
A. SEJARAH MARITIM INDONESIA........................................................... 4
B. BUKTI SEJARAH MARITIM INDONESIA ............................................. 7
C. BUKTI ARKEOLOGIS MARITIM INDONESIA..................................... 12
BAB III. PENUTUP
A. KESIMPULAN ...........................................................................................17
B. SARAN ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 19
LAMPIRAN....................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara dengan luas wilayah yang sebagian besar
adalah perairan dan tidak dapat dipisahkan dari narasi kemaritiman. Segala
peristiwa dan aktivitas masyarakat hampir selalu bersinggungan dengan air, baik
dalam konteks kelautan maupun dalam konteks yang lebih luas, meliputi segala
perairan yang membentang di tiap daerah. Peran air bagi masyarakat berkaitan
erat dengan fungsi air bagi kehidupan. Heather Sutherland melalui tulisannya
mengutarakan bahwa air memiliki peran dalam proses sejarah, dan faktor geografi
umum. Peran laut, daratan, pelaut dan kapal tak bisa dilepaskan karena merupakan
satu kesatuan pembentuk unsur maritim dimasa itu. Artinya bahwa kemajuan
daratan dipengaruhi oleh kapal dan pelaut yang berlayar antar pulau. Secara
bersama sama daratan dan kapal juga bisa dibilang berhutang kepada laut yang
menjadi sarana menghubungkan pulau pulau yang dilayari kapal. Apalagi dengan
wilayah Indonesia yang begitu luas dengan 17.000 pulau yang diapit oleh lautan.
Konsep kemaritiman yang dipahami sebatas peristiwa yang terjadi di lautan akan
sungai sebagai bagian dari aktivitas maritim karena peristiwa di sungai memiliki
kemiripan dengan yang terjadi di laut. Sebagai contoh, gaya hidup masyarakat,
1
aktivitas pelayaran, hingga kebudayaan masyarakat yang menggantungkan hidup
lembaran baru dalam aktivitas kemaritiman dunia. Pandangan baru terhadap laut
yang sebelumnya dikenal sebagai res communis telah bergeser karena munculnya
teritorialisasi laut oleh negara-negara yang memiliki wilayah laut. Hal ini juga
dengan pengelolaan sumber daya laut yang ekonomis. Sejarah maritim dalam hal
B. Tujuan Penulisan
C. Rumusan Masalah
2
2. Apa saja yang menjadi bukti sejarah kemaritiman Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
yaitu sejarah dalam arti objektif dan sejarah dalam arti subjektif. Sejarah dalam
arti objektif menunjuk pada kejadian atau peristiwa itu sendiri, ialah proses
sejarah dalam aktualisasinya. Peristiwa masa lampau sangat dipengaruhi oleh jiwa
peristiwa yang terjadi pada masa setelahnya yang juga akan menjadi lampau.
Selain itu, perkembangan juga terjadi dalam bidang keilmuan, tak terkecuali ilmu
sejarah. Adanya konsep-konsep baru dan teori yang digunakan dalam penulisan
sejarah turut memengaruhi cara pandang terhadap masa lampau. Hal ini berlaku
pada sejarah dalam arti subjektif yang didefinisikan sebagai suatu konstruk, ialah
bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita (Kartodirdjo, 2014
4
1. Semenanjung Malaya bagian utara dan pantai Vietnam bagian selatan pada
Nusantara “dalam kurun niaga” dari abad ke-15 hingga abad ke-17,
maritim saling berhubungan di kawasan ini, antara lain Pasai, Malaka, Johor,
Patani, Aceh, dan Brunei, selanjutnya para pedagang kosmopolitan dari kota-kota
tersebut dikenal sebagai orang Melayu, sebab mereka menggunakan bahasa itu,
adapun produk khas nusantara yang dijual, yakni beras, ikan, susu, daging, gula
yang pernah eksis pada zamannya, seperti Kerajaan Sriwijaya (abad VII-XIII),
(Muhamid, 2023). Pada awal abad ke-10, Kerajaan Sriwijaya telah mencapai
pedagang Arab, selain itu juga menjalin hubungan dengan Kerajaan Chola di
India Selatan. Hubungan tersebut tidak hanya bertujuan politik dan ekonomi,
melainkan suatu upaya penyebaran agama Islam oleh pedagang Arab, dan agama
Budha oleh pedagang India (Hamid, 2015). Produk lokal Kerajaan Sriwijaya yang
menjadi target ekspor penjualan, antara lain beras, rempah-rempah, gading, kayu
5
manis, kemenyan, emas, kulit binatang, dan lain-lain. Dalam mencapai target
terletak di sebelah utara tepi Sungai Brantas, selanjutnya hasil dagang dibawa ke
tradisi perniagaan laut dan tradisi agraris dengan potensi kemaritiman, selain itu
dapat mengatur sirkulasi barang dagangan, serta menindak tegas bagi setiap
pemberontak, baik yang terjadi di darat maupun di laut, yang merupakan salah
terutama setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, dalam
mewujudkan hal tersebut, Raden Patah dibantu putranya, Pati Unus (bernama lain
Pangeran Sebrang Lor) yang waktu itu masih menjabat sebagai Adipati di Jepara,
yang kemudian naik tahta menjadi Raja Demak. Pati Unus sangat giat dalam
utara Jawa yang menganut agama Islam. Saat itu, Demak diperintah Sultan
Trenggana, yang tengah memasuki masa keemasan, baik dalam hal perdagangan
6
B. Bukti Sejarah Maritim Indonesia
lautan. Hal ini berkaitan dengan pemahaman kemaritiman yang bersandar pada
perspektif bentang laut (seascape) yang menempatkan laut sebagai fokus kajian.
besar yang memiliki pengaruh dalam skala luas. Namun di balik itu semua, laut
lainnya antar pulau, bangsa Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal bercadik.
Dengan alat navigasi seadanya, mereka telah mampu berlayar ke utara lalu ke
barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar dan berlanjut hingga pulau
masa itu muncul kerajaan-kerajaan yang bercorak maritim dan memiliki armada
7
Peta topografis militer mengenai batas pinggir Sungai Surabaya 1801
(Sumber: Naskah Sumber Arsip Nasional)
8
Peta pesisir Lampung (sebagian dari Pantai Sumatera bagian selatan), 1801
(Sumber: Naskah Sumber Arsip Nasional)
9
Kapal yang akan mengangkut barang-barang hasil bumi dari pulau ke pulau di
pelabuhan Bima, 16 September 1951
(Sumber: Naskah Sumber Arsip Nasional)
10
Kapal motor “Bango” alat transportasi laut di Makassar, Sulawesi Selatan 11
Desember 1952
(Sumber: Naskah Sumber Arsip Nasional)
VOC di kawasan Asia Tenggara di masa awal lebih banyak bersifat perdagangan
barang-barang lux, bernilai jual tinggi seperti emas, perak, mutiara, porselin, kain
11
dan sebagainya. Selain itu juga diperdagangkan komoditi hasil bumi seperti pala,
kemudian menjadi inti dari kajian ilmu arkeologi dan antropologi. Dalam
perkembangan selanjutnya lahirlah konsep yang lebih luas yaitu bahwa perbedaan
bentuk kebudayaan tidak hanya disebabkan oleh perbedaan waktu, tetapi juga oleh
belum merupakan suatu disiplin ilmiah, dan banyak spekulasi yang disusun dari
belakang meja (armchair speculation). Pada umumnya dalam masa spekulatif ini
data arkeologi diperoleh dari kegiatan para antiquarian (peminat barang antik)
yang menyurvei dan menggali situs tanpa rencana penelitian, serta dari looters
manusia melalui tinggalan sarana manusia yang berhubungan langsung atau tidak
2008). Arkeologi maritim meliputi dua ranah garapan yaitu; pertama, mempelajari
segala sesuatu yang terkait dengan kelautan dan pelayaran namun datanya
12
terdapat di daratan dan kedua, menangani segala tindakan di bawah air yang
konteks sosial, ekonomi dan lainnya. Lebih lanjut Mulkeroy menjelaskan bahwa
subyek arkeologi maritim direlasikan dengan dua topik kajian yaitu arkeologi
(Mundardjito 2002 dalam Mansyur 2008), yang digolongkan dalam tiga golongan
yaitu :
1. Benda-benda arkeologis, baik yang berada di dasar laut maupun pesisir yang
13
Jenis-jenis gambar perahu di situs Pominsa Pulau Muna
Satu dari sembilan jangkar yang berada di tepi teluk Pulau Tikus, Bengkulu
Lubang yang diduga bekas tembakan pada sebuah kapal karam dan serpihan
besi kapal seperti bekas terbakar, Sikka, Nusa Tenggara Timur
14
Kapal Karam Wairterang, Sikka, NTT
15
Naskah laporan kepada Gubernur Sulawesi dan wilayah sekitarnya
(Gouvernement Celebes en Onderhoorigheden) tentang ekspedisi kapal
dagang “Rusten Werk” ke Buton, 13-20 Mei 1755
3. Masyarakat yang hingga kini masih hidup dan benda-benda buatan manusia
karam yang membawa berbagai macam barang dagangan. Berdasarkan data yang
Indonesia sekurangnya terdapat 463 lokasi kapal karam antara tahun 1508 sampai
dengan tahun 1878 yang sebagian besarnya adalah kapal dagang VOC (Mansyur,
2008).
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
yang pernah menjadi zona perdagangan dan pertukaran barang, antara lain
Semenanjung Malaya bagian utara dan pantai Vietnam bagian selatan pada
milenium akhir SM (sebelum masehi), sekitar Laut Jawa pada abad ke-2 dan
ke-3 M, selat Malaka pada awal abad ke-5 M, dan pantai tenggara Sumatra
lain di bagian timur. Nusantara “dalam kurun niaga” dari abad ke-15 hingga
2. Sejarah maritim sangat erat kaitannya dengan peristiwa yang terjadi di lautan.
bangsa lainnya antar pulau, bangsa Indonesia telah berlayar jauh dengan
17
kemaritiman, pelayaran dan perikanan beserta kelembagaan formal dan
di Indonesia.
meliputi dua ranah garapan yaitu; pertama, mempelajari segala sesuatu yang
terkait dengan kelautan dan pelayaran namun datanya terdapat di daratan dan
B. SARAN
oleh generasi muda, karena dapat menceritakan kronologi peristiwa sejarah yang
terjadi di Nusantara ini dan menjadi penting untuk menunjang sejarah nasional.
dikembangkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sadzali, M.A. (2019). Hulu ke Hilir: Jaringan dan Sistem Perniagaan Sungai
Kerajaan Srivijaya. Paradigma Jurnal Kajian Budaya, 9(1).
19
LAMPIRAN
Soal Jawab
1. Apa pengertian sejarah dalam arti objektif menurut Sartono Kartodirdjo?
Jawaban: Sejarah merupakan kejadian atau peristiwa itu sendiri, ialah proses
sejarah dalam aktualisasinya.
6. Istilah apa saja yang dikenal dalam pembahasan arkeologi maritim dalam
buku Keith Mulkeroy?
Jawaban: Kebudayaan maritim (maritime culture) dan Etnologi maritim
(Maritime Ethnology).
20
3. Naskah-naskah atau peta pelayaran yang disimpan di museum
21