Anda di halaman 1dari 7

KEPEMIMPINAN KOMANDAN KRI

Oleh:
Lukman Yudho Prakoso
1. Umum
Banyak penelitian yang mengatakan bahwa kepemimpinan yang baik
dan juga tepat merupakan salah satu kunci sukses dari sebuah organisasi.
Meskipun demikian, kepemimpinan dalam organisasi tidaklah bersifat
mutlak, karena kesuksesan dari sebuah organisasi disebabkan oleh berbagai
macam faktor (multi factorial).
Namun demikian, gaya kepemimpinan seorang leader atau pemimpin
memang sanggup untuk memberikan warna tersendiri bagi sebuah
organisasi, seperti misalnya perusahaan ataupun kantor. Karena itu,
mencari seorang pemimpin adalah hal yang susah-susah gampang bagi
sebuah organisasi dan perusahaan.
Tidak semua gaya
kepemimpinan cocok
diterapkan di dalam budaya
organisasi tertentu. Jadi, untuk
mencari pemimpin atau leader
yang tepat, sebuah organisasi
harus mampu menganalisa dan
melihat apakah gaya
kepemimpinan seseorang
memang cocok diterapkan di
dalam budaya organisasi yang
mereka anut.
Hal ini terlihat dari
berbagai macam kasus, dimana
banyak perusahaan dan
organisasi sukses ketika
ditangani oleh satu leader,
namun ketika pemimpin
organisasi mengundurkan diri, dan diganti dengan orang lain, tidak jarang
organisasi tersebut menjadi kurang bagus secara keseluruhan.Hal ini cukup
membuktikan bahwa gaya kepemimpinan seseorang tidak selalu cocok
diterapkan di dalam budaya organisasi yang sama.

1
2. Pengertian Kepemimpinan
Ada banyak definisi mengenai pengertian kepemimpinan. Misalnya saja
Kartono (2008) yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sifat,
kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian yang membedakan seorang
pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain. Tokoh lainnya, Thoha
(2010) juga mengatakan tentang definisi dari gaya kepemimpinan, dimana
gaya kepemimpinan adalah norma prilaku yang digunakan oleh seseorang
pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain atau
bawahan.

Robbins (2003) juga memberikan pengertian kepemimpinan dalam


organisasi, yaitu merupakan kemampuan mempengaruhi suatu kelompok
kearah pencapaian tujuan. Jadi, secara umum dapat kita simpulkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam
memimpin bawahannya dalam rangka mensukseskan tujuan organisasi.

3. Kepemimpinan Militer
Kepemimpinan militer, harus diakui merupakan tolok ukur bagi hampir
semua bentuk kepemimpinan yang pernah ada. Salah satu sebabnya adalah
bahwa keluaran dari proses kepemimpinan militer adalah “hidup” atau “mati”
bagi orang-orang yang dipimpinnya. Militer adalah sebuah entitas yang
terdoktrin secara kuat, yang terimplementasi dalam pola pikir, pola ucap,
dan pola tindak para anggotanya dalam kehidupan sehari-hari. Indoktrinasi
yang ditancapkan sejak seorang warga negara (sipil) memutuskan dirinya
menjadi “tentara” pada akhirnya akan berbuah pada bentuk dan postur
pribadi tersebut saat ia lulus dari pendidikannya dan efektif menjadi seorang
anggota militer.

2
Angkatan Bersenjata di mana saja di dunia ini pada dasarnya terdiri dari
empat unsur pokok, yaitu sumber daya manusia (SDM), doktrin militer,
organisasi militer, dan sistem senjata. Sedangkan kepemimpinan militer atau
military leadership adalah yang merangkum keempat unsur tersebut
sehingga mampu melaksanakan tugas pokoknya. Untuk menjadi seorang
pernimpin militer yang baik sebagaimana pemimpin yang lain, satu satunya
cara yang dapat memberikan motivasi adalah dirinya sendiri, oleh karena itu
para calon pen dmpin militer hendaknya memiliki cermin mental dan
keyakinan diri yang kuat bahwa dirinya akan dibutuhkan baik oleh atasan
maupun bawahannya. Dengan memiliki keyakinan yang kuat berarti
memiliki rasa percaya diri dalam melangkah ke depan untuk menjadi seorang
pemimpin militer yang profesional dan bijaksana.

Sesuai dengan teori kepernimpinan militer bahwa kepemimpinan militer


adalah yang merangkurn keempat unsur pokok (seperti tersebut di atas),
sehingga dapat menjadi satu kesatuan yang bersinergi secara harmonis dan
terpadu. Keempat unsur pokok tersebut selalu mengalarni perubahan sesuai
dengan dinarnika perkernbangan dunia, termasuk perkembangan
lingkungan strategis. Perkernbangan tersebut berkaitan pula dengan
perkernbangan teknologi yang akan mempengaruhi perkernbangan tingkat
pendidikan dan macarn latihan militer yang pada akhirnya mempengaruhi
perkernbangan kemarnpuan SDM militer.
Pada era globalisasi dewasa ini, dari keempat unsure pokok militer
tentunya harus menyesuaikan dengan perkernbangan lingkungan strategis.
Khususnya di Indonesia, di mana TNI sedang mengalarni reformasi internal
untuk menuju TNI yang profesional dan proporsional, tentunya masalah
perubahan Doktrin TNI dan validasi organisasi memerlukan perhatian yang
serius. Alasannya, dari kedua faktor tersebut akan sangat menentukan peran
militer (military roles) di masa depan, menentukan kualitas SDM yang

3
dibutuhkan, dan SISTA yang tepat untuk mendukung sistern Pertahanan
Nasional kita.
Perlu diketahui bahwa tingkat pendidikan militer dan latihan militer
sernakin berbobot dengan menggunakan teknologi baru termasuk teknologi
informasi, peri[ggunaan kornputer untuk kepentingan analisis dan simulasi
operasi militer, dan sebagainya. Dernikian juga dalam bidang kepernimpinan
militer yang marnpu merangkum keempat unsur militer, tidak boleh tidak
harus pula menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan perkernbangan dunia
militer. Kernarnpuan dalarn menyusun strategi militer (military strategy),
kebutuhan Sista militer yang tepat, proses memberikan keputusan (decision
making process) dan anahsa¬ analisa lainnya yang harus menggunakan Ilmu
dan teknologi, bukan lagi menggunakan intuisi atau perkiraanperkiraan yang
sangat subjektif. Untuk itu, SDM yang merupakan inti dari keempat unsur
pokok militer tersebut harus ditingkatkan kualitasnya seiring dengan
tuntutan perubahan yang terjadi.

4. Kepeimpinan Komandan KRI


Kepemimpinan Komandan KRI dapat digambarkan sebagai
kepemimpinan yang mengetahui dengan tepat apa tugasnya, sehingga sadar
sepenuhnya apa yang akan dihadapi dan dilaksanakan serta mengetahui
dengan tepat bagaimana melaksanakannya. Tipe kepemimpinan ini
menuntut adanya pengetahuan yang tepat terhadap obyek, subyek dan
metoda pelaksanaan tugasnya dan karena itulah biasanya hanya diterapkan
pada kesatuan kecil, dimana permasalahan tugasnya boleh dikatakan masih
sederhana, sehingga dapat dikuasai dengan tepat tanpa tergantung kepada
staf.
Biarpun permasalahan tugas yang dihadapi tidak begitu rumit,
bukanlah berarti kepemimpinan Komandan KRI itu mudah dikuasai.
Diperlukan tiga tahapan untuk memperoleh kemahiran kepemimpinan
Komandan KRI itu: Tahap Pertama, Belajar ilmu kepemimpinan yang
meliputi prosedur pimpinan pasukan, prinsip dan teknik kepemimpinan
militer, asas-asas kepemimpinan TNI dan kepemimpinan Sapta Marga.
Tahap Kedua, Menerapkan dan mengamalkan ilmu kepemimpinan itu
dengan praktek Komandan KRI sebagai Komandan. Dalam tahap ini
kemampuan kepemimpinan itu berkembang secara bertahap dengan
pengalaman penugasan. Tahap Ketiga, Mengetahui dengan tepat tugas dan
tanggung jawabnya serta cara menanganinya sehingga dapat disebut mahir
sebagai Komandan. Penguasaan dan ketrampilan inilah yang disebut
kepemimpinan Komandan KRI itu, yang berkembang melalui pengalaman
Komandan KRI.
Dengan kepemimpinan Komandan KRI, maka Komandan tidak akan
sulit untuk melaksanakan tugasnya, tetapi kesulitannya justru pada
penguasaan kepemimpinan Komandan KRI itu sendiri, sebab untuk itu
dibutuhkan syarat-syarat yang cukup berat berupa kemampuan untuk
menerapan prinsip-prisip kepemimpinan dengan tepat. Prinsip-prinsip itu

4
yang merupakan petunjuk yang harus dipedomani oleh seorang Komandan
atau Pemimpin di dalam melaksanakan operasional kepemimpinannya.
Dalam setiap pengarahan kepada para Perwira, beberapa prinsip
kepemimpinan Komandan KRI selalu disampaikan bagi seorang Komandan
untuk dipedomani, antara lain 1) Harus mahir dalam soal-soal teknis dan
taktis, dan sedapat mungkin melebihi kemahiran dari setiap anggotanya, 2)
Berusaha untuk selalu meningkatkan kemampuannya yaitu melalui budaya
belajar dan berlatih, 3) Harus mampu meyakinkan diri bahwa tugas-tugas
dimengerti oleh anggota, lalu diawasi dalam pelaksanaannya, 4) Harus
mampu mengenali satu-persatu anggota dengan baik dan pelihara
kesejahteraannya. Dalam hal ini terutama dalam keadaan susah dengan
menunjukkan rasa senasib dan sepenanggungan dan usahakan mengatasi
kesulitan anggotanya, 5) Mengusahakan agar anggota mendapatkan
keterangan yang diperlukan melalui pemberian penerangan pasukan, 6)
Harus mampu memberikan contoh dan teladan yang baik dan untuk itu
menunjukkan satunya kata dengan perbuatan, 7) Harus mampu
menumbuhkan rasa tanggung jawab para anggota, sehingga mereka akan
bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi, 8) Harus mampu melatih
anggotanya sebagai team yang kompak dan untuk itu gunakan pedoman
“lebih baik mandi keringat dalam latihan dari pada mandi darah dalam
pertempuran”, 9) Mampu membuat keputusan yang sehat dan pada
waktunya, dimana dalam keputusan itu terlihat iktikad untuk selalu
mendahulukan tugas serta memenuhi rasa keadilan, 10) Harus mampu
memberikan tugas dan pekerjaan kepada anggota sesuai dengan
kemampuannya. Untuk itu maka setiap Komandan harus tahu dengan tepat
batas-batas kemampuan anggotanya, dan 11) Bertanggung jawab terhadap
tindakan yang dilakukan. Dalam hal ini perlu selalu disadari bahwa
Komandan bertanggung jawab atas apa yang dilaksanakan mupun tidak
dilaksanakan oleh anggotanya dan untuk itu, ia tidak boleh melemparkan
tanggung jawabnya itu kepada anggota bawahannya.
Dengan demikian pada dasarnya inti dari kepemimpinan Komandan KRI
itu terletak pada “harus adanya kelebihan Komandan dan dalam segala hal
terhadap anak buahnya, sepanjang hal itu menyangkut tugasnya”. Keadaan
itu sangat diperlukan agar ia mampu menjadi contoh terhadap anggotanya
sehingga ia dipercaya penuh sebab dengan kepercayaan itu anak buahnya
tidak akan ragu-ragu untuk berkorban bahkan kalau perlu sampai
mengorbankan nyawanya sendiri. Dengan kata lain dan dalam pengertian
yang baik keteladanan itu akan dapat diberikan komandan, bila ia mampu
adu otak dan adu otot terhadap anak buahnya. Inilah yang banyak
diimplementasikan di lingkungan Organisasi TNI, terutama tingkat
Batalyon/setingkat dan dibawahnya
kepemimpinan yang tumbuh di dalam TNI/TNI AL dipengaruhi oleh
semangat kebangsaan yang ditunjukkan dalam merebut dan
mempertahankan kemerdekaan; semangat kerakyatan, rakyat yang berjuang
melalui ormas-ormas/partai-partai, lascar-laskar pejuang: kebangkitan

5
rakyat yaitu gerakan suka rela rakyat dalam jumlah besar untuk berjuang,
misalnya BKR tidak dibentuk pemerintah tetapi oleh rakyat yang membela
kemerdekaan. TNI dipahami bukan hanya alat pemerintah tetapi sebagai
kekuatan perjuangan bangsa; Semangat kemandirian yaitu tidak
diperlengkapi, tidak digaji oleh pemerintah, tetapi ada upaya mandiri yang
sudah menjadi naluri; Semangat integrasi nasional, yaitu TNI terdiri dari
aneka ragam sumber dan asal, dipersatukan oleh kesatuan Komando dalam
perjuangan ; Sikap pertahanan rakyat semesta yaitu perjuangan dilakukan
oleh seluruh rakyat dengan TNI sebagai inti; serta rasa tanggung jawab
nasional.
“Adapun beberapa hal yang terkait dengan kepemimpinan adalah asas-
asas kepemimpinan TNI/TNI AL, Penerapan prinsip-prinsip kepemimpinan
TNI/TNI AL termasuk permasalahan pemimpin tingkat nasional, unsur
kepemimpinan, watak kepemimpinan, moral kepemimpinan, etika
kepemimpinan, integritas kepemimpinan, komitmen seorang pemimpin,
kompetensi yang dimiliki seorang pemimpin, model kepemimpinan
transformasional dan pengembangan kepemimpinan”
Kepemimpnan Komandan KRI tidak dapat terlepas dari teori
kepemimpinan umum maupun kepemimpinan Militer. Namun tetap saja TNI
AL sebagai entitas yang melaksanakan tugas di laut memiliki spesifikasi
tertentu terkait dengan tugas pokoknya di laut dan khususnya
kepemimpinan di Kapal KRI. Adapun beberapa hal yang menjadi kekhususan
kepemimpian Komandan KRI adalah sebagai berikut:
a. Kondisi keterbatasan informasi.
Pada kondisi informai yang terbatas, memang tidak ada kondisi
yang ideal. Keputusan yang dibuat juga tidak akan ideal, kalupun pas
benar, besar kemungkinan itu adalah kebetulan. Pada situasi krisis
yang minim informasi dan mengharuskan sebuah keputusan dibuat
oleh seorang Komandan KRI dengan cepat, maka Pimpinan atas bisa
menyalahkan Komandan KRI pembuat keputusan apabila ternyata dia
membuat keputusan yang tidak ideal. Sebuah penjelasan tetap
diperlukan, dan selama dia tidak menabrak rambu apapun, kita tidak
bisa menyalahkan Komandan KRI.

b. Kondisi Kritis
Memang di dunia ini tidak mungkin ada kondisi yang selalu ideal
seperti dalam buku teks di dalam kelas. Dengan demikian, perlu suatu
prosedur yang memberikan otoritas kepada pimpinan di Komandan KRI
(dalamhal ini CO dan XO) untuk membuat keputusan sesuai dengan
pertimbangan mereka. Otoritas ini dijamin oleh aturan baku angkatan
laut, terutama dalam kondisi krisis. Dalam kondisi kritis sekalipun,
kepemimpinan harus tetap solid, kalau tidak, akan menyebabkan krisis
kepemimpinan, dan yang menderita adalah para bawahan, dan kalau di
negara, itu adalah rakyat.

6
c. Dalam kondisi tidak krisis,
Maka keputusan strategis harus dikembalikan kepada otoritas
tertinggi. Keputusan teknik operasional bisa diserahkan kepada
pimpinan di Komandan KRI, tetapi harus selaras dengan keputusan
stratejik.

5. Penutup
Kepemeimpinan Komandan KRI berdasarkan pembahasan di atas
menunjukkan bahwa, Kepemimpinan Komandan KRI tidak dapat dipisahkan
dari teori kepemimpinan secara umum maupun teori kepemimpinan militer,
namun dalam kepemimpinan Komandan KRI memiliki kekhususan
mengingat dalam memimpin pada KRI memiliki berbagai macam
keterbatasan yang menempatkan Komandan KRI memiliki kukhususan
dalam meimpin sebuah KRI dalam memimpin anak buahnya untuk
melaksanakan tugas pokok yang diberikan kepadanya. Pencapaian tugas
pokok adalah distenasi utama dari Kepemimpinan Komandan KRI.

Anda mungkin juga menyukai